Anda di halaman 1dari 7

Ekstraksi Aluminium dari Bauksit

Aluminium sangat sulit diekstraksi melalui ekstraksi karbon karena tergolong


dalam deret elektrokimia (deret reaktivitas) yang tinggi. Diperlukan suhu yang
tinggi untuk memudahkan ekstraksi.

Ekstraksi aluminium dapat menggunakan elektrolisis. Bijih diubah menjadi


aluminium oksida murni dengan proses Bayer, kemudian dielektrolisis dalam
kriolit (senyawa aluminium yang lain) yang telah dilelehkan. Aluminium oksida
mempunyai titik didih yang terlalu tinggi untuk dielektrolisis sendirian.

Bijih aluminium biasanya berupa bauksit. Bauksit adalah aluminium oksida kotor.
Pengotor yang banyak terdapat dalam bauksit adalah besi oksida, silikon
dioksida, dan titanium dioksida.

Proses Bayer

Reaksi dengan natrium hidroksida


Proses Bayer ditujukan untuk memurnikan alminium oksida. Bauksit yang telah
hancur direaksikan dengan NaOH dengan kepekatan sedang pada suhu 140-240
C dengan tekanan sekitar 35 atm.
Suhu tinggi diperlukan untuk menjaga air dalam NaOH di atas 100. Dengan
NaOH pekat panas, aluminium oksida bereaksi menjadi tetrahidroksoaluminat.

Al2O3 + 2 NaOH + 3 H2O 2 NaAl(OH)4

Penggumpalan aluminium hidroksida


Natrium tetrahidroksoaluminat didinginkan, dan disebar dengan aluminium
hidroksida yang dihasilkan sebelumnya. HAl ini akan menyebabkan aluminium
hidroksida akan menggumpal.

NaAl(OH)4 Al(OH)3 + NaOH

Pembentukan aluminium oksida murni


Aluminium oksida (alumina) dibuat dengan memanaskan aluminium hidroksida
pada suhu sekitar 1100-1200 C.

2 Al(OH)3 Al2O3 + 3 H2O

Aluminium oksida dielektrolisis dalam kriolit (Na3AlF6) yang telah dilelehkan.

Proses Elektrolisis

Secara sederhana, sel elektrolisis dapat disingkat menjadi seperti diagram


berikut:
Sel elektrolisis berjalan pada voltase rendah, yaitu sekitar 5-6 volt, tetapi pada
arus tinggi yaitu pada 100000 A. Efek yang ditimbulkan adalah sel suhu menjadi
sangat panas yaitu sekitar 1000 C
Reaksi elektroda yang terjadi selama proses elektrolisis aluminium oksida
merupakan reaksi redoks. Secara singkat, reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:

Reduksi : Al3+ + 3 e- Al

Oksidasi : 2 O2- O2 + 4 e-

EKSTRAKSI EMAS DENGAN METODE AMALGAMASI


Oleh : Wardatul Baedho
Abstract : gold can be obtained by isolating gold ore rocks. Gold isolation
methods that are currently widely used in industrial scale are a method of
cyanide and amalgamation. Cyanide method using a solution of NaCN, KCN,
Na(CN)2, or a mixture of the three solution. The method of amalgamation uses a
solution of Hg to form amalgams with gold. This journal is only explained about
how to isolate the gold uses amalgamation method.
Keywords : rocks, gold ore, method of amalgamation, amalgams, extract of
gold.
PENDAHULUAN

Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (aurum)
dengan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang
mengkilap dan berwarna kuning. Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya
dan melebur pada suhu 1000 (Klein,1985:25).
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya
berkisar antara 2,5-3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis
dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas
biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan
tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil
mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan
sulfida yang telah teroksidasi (Sutardi,2006:99).
Di bumi, umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam yang terdapat dalam
retakan-retakan batuan kuarsa dan dalam bentuk mineral. Emas juga ditemukan
dalam bentuk alluvial yang terbentuk karena proses pelapukan batuan yang
mengandung emas (gold bearing rocks) (Huheey,1993:106).
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.
Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme, sedangkan
pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer).
Genesa emas dikategorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan
plaser (Smith,1990:79).
Bijih emas mengandung perak (10-15%), sedikit tembaga, besi, logam Bi, Pb,
Sn, Zn, dan platinum dalam jumlah kecil. Dalam bijih emas mensona,
kandungan emas sekitar 1,20 gram per ton bijih, tembaga sekitar 0,99% per ton
bijih, dan perak 2,32 gram per ton bijih (Adam,2005:90).
Pada industri, emas diperoleh dengan cara mengisolasi batuan bijih emas.
Batuan bijih emas yang layak dieksploitasi sebagai industri tambang emas
mengandung 25 gram/ton emas. Metode isolasi emas yang saat ini banyak
digunakan untuk keperluan eksploitasi emas skala industri adalah metode
sianida dan metode amalgamasi (Adamson,1997:89).
Pertambangan emas pertama kali dilakukan di daerah alluvial, dengan metode
pengolahan cara gravitasi atau cara amalgamasi dengan air raksa. Sejak tahun
1860 kegiatan pertambangan bawah tanah dilakukan untuk endapan primer
dengan metode sianida. Perkembangan selanjutnya dengan menggunakan
metode flotasi yang dilakukan pada tahun 1930. Sementara pada tahun 1960
diterapkan metode heap leaching untuk mengolah bijih emas dengan kadar
rendah. Metode yang sering dilakukan untuk ekstraksi (pemisahan) emas adalah
metode sianida dan metode amalgamasi (Lee,1994:386).
Proses sianida terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan dan proses
pemisahan emas dari larutannya. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses
sianidasi adalah NaCN, KCN, Ca(CN)2, atau campuran ketiganya. Pelarut yang
paling sederhana digunakan adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas
lebih baik dari pelarut lainnya. Pada tahap kedua yakni pemisahan logam emas
dari larutannya, yang dilakukan dengan pengendapan dengan menggunakan
serbuk Zn (zinc precipitation). Penggunaan serbuk Zn merupakan salah satu
cara yang efektif untuk larutan yang mengandung konsentrasi emas kecil.
Serbuk Zn yang ditambahkan kedalam larutan akan mengendapkan logam emas
dan perak (Greenwood,1989:245).
Prinsip pengendapan ini berdasarkan deret Clenel, yang disusun berdasarkan
perbedaan urutan aktivitas elektrokimia dari logam-logam dalam larutan sianida
yaitu Mg, Al, Zn, Cu, Au, Ag, Hg, Pb, Fe, dan Pt. Setiap logam yang berada di
sebelah kiri dari ikatan kompleks sianida dapat mengendapkan logam. Jadi tidak
hanya Zn yang dapat mendesak Au dan Ag, tetapi juga Cu dan Al dapat dipakai.
Karena harga logam Cu dan Al lebih mahal sehingga untuk mengekstraksi Au
digunakan logam Zn. Proses pengambilan emas-perak dari larutan dengan
menggunakan serbuk Zn disebut Proses Merill Crowe (Bertrand,1985:290).

Sedangkan amalgamasi adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa
dan membentuk amalgam (Au-Hg). Amalgam masih merupakan proses ekstraksi
emas yang paling sederhana dan murah. Amalgamasi merupakan proses yang
paling efektif untuk mengekstraksi bijih emas dengan kadar tinggi dan
berukuran > 74 mikron dalam mendapatkan emas murni yang bebas (free
native gold). Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila
amalgamnya dipanaskan maka akan terurai menjadi air raksa dan bullion emas.
Amalgam dapat terurai dengan pemanasan di dalam sebuah retort, air raksa
akan menguap dan Au-Ag tetap tertinggal di dalam retort (Kurnia,2011:26).
PEMBAHASAN
Berbagai cara bisa dilakukan dalam pengolahan emas, mulai dari cara yang
sangat tradisional dengan menggunakan dulang atau alat seperti kuali yang
nantinya akan diisikan tanah atau bebatuan yang berisikan logam emas lalu
digoyang-goyang sehingga nantinya logam emas akan tertinggal di dasar
dulang. Proses ini sangat dipengaruhi oleh massa jenis logam tersebut. Cara ini
biasanya digunakan untuk mengolah emas yang bersifat aluvial.
Selain itu ada juga yang menggunakan metode sluice box atau dompeng. Alat ini
juga memanfaatkan massa jenis dari logam emas itu sendiri. Cara kerja dari alat
ini yaitu dengan menyedot pasir dan bebatuan yang ada di dasar sungai lalu
mengalirkannya pada jalur yang telah di lengkapi dengan serat atau karpet,
sehingga emas akan mengendap pada serat atau karpet tersebut.
Adapun metode pengolahan emas yang menggunakan zat kimia yaitu metode
amalgamasi dan metode sianidasi. Dalam jurnal ini akan dibahas pengolahan
emas atau ekstraksi emas dengan metode amalgamasi.
Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan cara mencampurkan bijih
emas dengan raksa (Hg). Dalam proses ini akan terbentuk ikatan senyawa
antara emas, perak, dan raksa yang biasa dikenal sebagai amalgam (Au-Hg).
Raksa akan membentuk amalgam dengan logam lain selain besi dan platina.
Tehnik penambangan ini memanfaatkan putaran yang diberikan oleh drum
sehingga batuan akan hancur dan raksa akan mengikat senyawa emas yang
terkandung dalam batuan tersebut. Proses amalgamasi biasanya digunakan
untuk mengekstraksi emas dalam butiran kasar.
Pada proses penambangan dibutuhkan peralatan sederhana seperti cangkul,
sekop, pahat, linggis, palu, genset, ember, timba (golen), tali tambang, pompa
air, blower, kayu penyangga, sepatu tambang, helm tambang, dan peralatan
lainnya. Namun, dalam pengolahan bijih emas primer dibutuhkan beberapa
peralatan penting, yaitu :

1. Tabung amalgamasi (gelundung), sebagai tempat menggerus batuan


sekaligus berfungsi sebagai tempat amalgamasi.
2. Kincir air atau genset yang berfungsi sebagai penggerak tabung
amalgamasi.
3. Batang besi baja atau rod sebagai alat penggerus batuan.
4. Larutan raksa berfungsi untuk mengikat emas.
5. Kapur berfungsi untuk mengatur pH.
6. Air untuk mendapatkan persentase padatan antara 30-60%.
7. Dulang berfungsi sebagai tempat untuk memisahkan larutan raksa yang
telah mengikat emas dan perak (amalgam) dengan sisa hasil pengolahan
(tailing).
8. Emposan yaitu alat untuk membakar amalgam sehingga didapatkan
paduan (alloy) emas dan perak.
Dengan bahan tersebut, proses amalgamasi (ekstraksi) emas dapat dilakukan.
Dalam proses ini dilakukan beberapa tahap untuk mendapatkan paduan emas
dan perak, tahapannya antara lain :
1. Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan proses kominusi dan
gravitasi konsentrasi, agar mencapai derajat liberasi yang baik sehingga
permukaan emas tersingkap.
2. Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah raksa (amalgamasi)
yang dilakukan selama + 1 jam.
3. Hasil dari proses ini berupa amalgam basah (pasta) dan tailing. Amalgam
basah kemudian ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang
untuk pemisahan raksa dengan amalgam.
4. Amalgam yang diperoleh selanjutnya dilakukan pemerasan (squeezing)
dengan menggunakan kain untuk memisahkan raksa dari amalgam (filtrasi).
Raksa yang diperoleh dapat dipakai untuk proses amalgamasi selanjutnya.
Jumlah raksa yang tersisa dalam amalgam tergantung pada seberapa kuat
pemerasan yang dilakukan. Amalgam dengan pemerasan manual akan
mengandung 60-70% emas, sedangkan amalgam yang disaring dengan alat
sntrifugal mengandung emas sampai >80%.
5. Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan raksa, sehingga
yang tertinggal berupa alloy emas dan perak.
Setelah mendapatkan alloy emas dan perak, selanjutnya dilakukan pemurnian
emas untuk mendapatkan emas murni, langkah ini disebut dengan tahap
refining. tahap refining adalah proses memisahkan emas dan perak dengan
melarutkannya dalam larutan HNO3 atau larutan H2SO4. Tahap refining ini dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu metode cepat dan metode lambat. Pada
metode cepat, dilakukan secara hidrometallurgy yaitu dengan cara melarutkan
paduan alloy dalam larutan HNO3 yang kemudian ditambahkan garam dapur
untuk mendapatkan perak, sedangkan emas yang masih tercampur dengan
HNO3 bisa dipisahkan dengan menyaring larutan karena tidak larut dalam HNO 3.
Pada metode lambat, dilakukan secara hidrometallurgy dan electrometallurgy
yaitu dengan menggunakan larutan H2SO4 dan plat tembaga dimasukkan ke
dalam larutan. Paduan alloy juga dimasukkan ke dalam campuran larutan
H2SO4 dan plat tembaga, selanjutnya akan terjadi proses hidrolisis dimana perak
akan larut dan menempel pada plat tembaga (menempel tidak begitu
keras/mudah lepas), sedangkan emas mengendap di dasar larutan sehingga bisa
disaring dan dibakar untuk mendapatkan logam emas murni. Langkah terakhir
yaitu dilakukan tahap smelting yaitu peleburan emas dan perak, sehingga
diperoleh logam emas murni berupa padatan.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pemurnian emas dapat dilakukan dengan metode amalgamasi dan
sianidasi.
2. Pada metode sianidasi larutan yang digunakan yaitu larutan sianida
sedangkan pada metode amalgamasi larutan yang digunakan yaitu larutan
Hg.
3. Metode amalgamasi dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu tahap
amalgamasi, retorting, refining, dan smelting.
Saran
1. Lokasi ekstraksi bijih harus terpisah dari lokasi penambangan.
2. Meminimalkan pencemaran dengan tidak membuang limbah di sungai.
3. Sebaiknya tempet ekstraksi emas dilengkapi dengan kolam pengendap
yang berfungsi untuk mengolah seluruh limbah (tailing) sebelum dibuang.
4. Lokasi pengolahan bijih dan kolam pengendap diusahakan tidak berada
pada daerah rawan banjir.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, M.D.Ed. 2005. Advances in Gold Processing. Mutis Liber Pty Ltd:
Guildford, WA, Australia.
Adamson, A.W. dan Gast, A.P. 1997. Physical Chemistry of Surface 6th edition.
John Willey & Sons, Inc: New York.
Bertrand, C. 1985. Process of Extracting Gold. Ores: New York.
Greenwood, N.N., and Earnshaw, A. 1989. Chemistry of Element. Pergamon
Press: Singapore.
Huheey, J.E., Keiter, E.A., Keiter, R.L. 1993. Inorganic Chemistry Principle of
Structure and Reactivity 4thedition. Harper Collins College Publisher: New York.
Klein, C. & Hurbult, C.S. 1985. Manual of Mineralogy 20th edition. John Willey &
Sons Inc: New York.
Kurnia, A. 2011. Peningkatan Kualitas Bijih Emas Kadar Rendah dengan Metode
Hidrometallurgi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya.
Lee, J.D. 1994. Concise Inorganic Chemistry 4th edition. Chapman & Hall:
London.
Smith, D.W. 1990. Inorganic Substances Prelude to Study of Discriptive
Inorganic Chemistry. Cambridge University Press: Cambridge.
Sutardi. 2006. Kimia Bahan Galian. Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang:
Malang.

TUGAS I

Untuk mengukur pemahaman dan penguasaan Anda terhadap inisiasi II dan inisiasi III,
kerjakalah tugas dibawah ini. Dan kirimkan hasil pengerjaan Anda ke tutorial elektronik.

1. Bagaimana perubahan turunnya titik beku, jika dalam suatu larutan 0,05 mol glukosa
didalam 100 gram pelarut dilarutkan lagi 0,01 mol zat.

2. Jika pHasam asetat 0,1 M adalah 2,88. Maka besar nilai konstanta kesetimbangan
ionisasi dari asam asetat adalah.

TUGAS 1
1. Jelaskan pengertian PTK, ciri-ciri PTK ?
2. jelaskan persyaratan seseorang melakukan PTK dan keterbaatsan PTK
3. Sebagai peneliti PTK, kapan Anda perlu melakukan refleksi diri? apa itu refleksi
diri?Mengapa Anda perlu melakukan refleksi?
4. Bacalah kasus berikut dengan teliti, kemudian jawablah pertanyaan dibawah ini.

Pak XX guru IPA di SMP YY masuk kelas dengan menyapa siswa: Anak-anak sekalian, apakah ada siswa
yang tidak hadir? Kemudian siswa menjawab hadir semua pak. Selanjutnya guru, menjelaskan kali ini kita akan
membahas tentang Sistem Pencernaan, kalian duduk berkelompok menjadi empat kelompok,. Setelah siswa duduk
berkelompok guru menugaskan siswa untuk membaca uraian dan materi tentang sistem pencernaan yang terdapat
pada buku Teks. Guru berkeliling memperhatikan siswa berdiskusi dan mengamati aktivitas setiap siswa.
Setelah selesai berdiskusi, guru menugaskan siswa untuk menjawab soal-soal latihan yang terdapat pada
buku teks. Selanjutnya, guru menjelaskan sistem percernaan menggunakan alat peraga Torso dan gambar.
Pada saat memeriksa jawaban siswa atas soal, ternyata jawaban siswa hanya 4 padahal jumlah siswa 25 orang.

jawablah pertanyaan berikut


5. Menurut Anda, masalah apa yang terjadi pada kasus pembelajaran tersebut?
6. Jelaskan penyebab terjadinya masalah tersebut/
7. Selanjutnya, buatlah Rumusan masalah

Tugas 1 Strategi Pembelajaran Kimia

Jawablah soal-soal berikut dengan benar!

1. Discovery dalam pembelajaran kimia


a. Jelaskan dengan memberikan contoh implementasinya
b. Apa kelebihan pendekatan discovery?
2. Anda sedang mengajarkan topik Sistem Periodik Unsur. Berikan contoh upaya Anda
untuk:
a. Menarik perhatian siswa
b. Memotivasi siswa dalam mengikuti pelakaran kimia
c. Menutup pelajaran

3. Jelaskan bahwa pendekatan sejarah dan pendekatan nilai dapat digunakan dalam
pembelajaran kimia

Anda mungkin juga menyukai