Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MATERIAL BANGUNAN

Disusun oleh:
Gabriela Virginia Tambunan (181111044)
1B-KGE

PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK KONTSTRUKSI GEDUNG


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018
PENDAHULUAN
Baja adalah logam paduan, logam besi yang berfngsi sebagai unsur dasar dicampur
dengan beberapaelemen lainnnya, termasuk unsur karbon. Kandungan unsur karbon dalam
baja berkisar antara 0,2% hingga 2,1% dari berat keseluruhan bajatersebut sesuai dengan
gradenya. Elemen berikut ini selalu ada dala baja, antara lain; karbon, mangan, fosfor, sulfur,
silikon, dan sebagian kecil unsur oksigen, nitrogendan alumunium. Selin itu, ada elemen lai
yang ditambahkan untuk membedakan karakteristik diantara beberapa baja yaitu; mangan,
nikel, krom,molybdenum, boron, titanium, vanadium, dan niobium. Dengan memvariasikan
unsur karbon dengan unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa didapatkan.
Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada
sisi kristal dari atom penyusun besi. Tanpa akrbon ini, maka unsur kristal dari besi murni
tidak memiliki resistensi antar aton dan akan melewati satu sama lain atau menjadi sangat
lembek. Baja kerbon ini dikenal sebagai baja hitam karena berwarna hitam, dan banyak
digunakan sebagai alat-alat dalam bidang pertanian,dll. Penambahan karbon dalam baja daa
menambah kekerasan dan kekuatan tarik pada baja itu sendiri, namun disisi lain dapat
membuat getas dan menurunkan keuletannya.
Proses Pembuatan Logam

Dasar dari Teknologl Mekanik adalah penyelesaian proses logam dan non logam dari
bentuk bijih besi (raw material) menjadi barang yang dapat digunakan. Hampir semua logam
dibuat mula-mula dalam bentuk balok "ingot" (ingot casting) hasil proses pemurnian logam
dari bijihnya, yang kemudian merupakan bahan baku untuk proses selanjutnya. Proses ini
menyangkut penyelesaian suatu bahan yang mula-mula dicetak dalam suatu cetakan
kemudian dengan proses lain dibentuk, dipotong, dihaluskan, disambung atau dirubah sifat
phisisnya menjadi produk yang dikehendaki.
Pada dasarnya, proses pembuatan benda kerja logam dapat dikelompokkan menjadi :
1. Proses pengecoran.
2. Proses pembentukan.
3. Proses pemotongan.
4. Proses penyambungan atau penyatuan.
5. Proses perlakuan phisis.
6. Proses penyelesaian atau pengerjaan akhir

Proses Pengecoran.
Proses pengecoran adalah suatu proses pembuatan yang pada dasarnya merubah bentuk
logam dengan cara mencairkan logam, kemudian dimasukkan kedalam suatu cetakan dengan
dtuang atau ditekan. Di dalam cetakan ini logam cair akan
membeku dan menyusut.
Produk hasil pengecoran dapat langsung dipakai sebagai
produk akhir, akan tetapi kebanyakan masih memerlukan
proses lanjut seperti proses pemotongan, penyambungan,
perlakuan phisis atau proses penyelesaian lainnya.
Didasarkan atas jenis bahan pola/model, bahan cetakan dan
cara penuangannya, maka proses pengecoran dapat
dibedakan :

1. Proses pengecoran dengan pasir sebagai bahan cetakan (Sand Casting).


2. Proses pengecoran sentrifugal (Centrifugal Casting).
3. Proses pengecoran dengan cetakan permanen (Permanent Mold Casting).
4. Proses pengecoran cetak-tekan (Die Casting)
5. Proses perngecoran dengan pola hilang (Investment Casting).
6. Cara lain yang tidak termasuk diatas.
7.

Proses Pembentukan
Proses pembentukan logam
adalah suatu proses pembuatan yang pada
dasarnya dilakukan dengan memberikan gaya
luar (menekan, memadatkan menarik
dsb.) hingga berubah bentuk secara plastis.
Bahan logam sebelumnya dapat
dipanaskan terlebih dahulu sampai mencapai
batas tertentu atau logam tetap dingin dalam arti dibawah
batas temperatur tertentu tsb. Kondisi pertama disebut proses pengerjaan panas (Hot Working
Process), sedang yang terakhir disebut proses pengerjaan dingin (Cold Working Process).
Proses pembentukan ini memerlukan mesin-mesin dari jenis ringan sampai berat,
menghasilkan kekuatan tambahan, cocok untuk produksi banyak, tetapi ketelitian bentuk
serta ukuran sulit didapat kecuali dengan teknologi khusus. Dalam proses pembentukan
logam dikenal berbagai proses seperti;

1. Pengerolan (Rolling)
2. Tempa (Forging)
3. Proses tarik (Drawing)
4. Ekstrusi (Extrusion)
5. Proses putar tekan (Spinning)
6. Proses potong (Piercing) dan lain lain.
Proses Pemotongan.
Proses pemotongan logam adalah proses pembuatan yang menggunakan mesin-mesin
perkakas potong untuk mendapatkan bentuk yang digunakan dengan membuang sebagian
material, sedang perkakas
potongnya dibuat dari bahan yang lebih keras dari pada logam yang dipotong.
Contoh mesin : perkakas ini antara lain mesin bubut, mesin sekrap, mesin drill, mesin freis
dan lain-lain, sedang perkakas potongnya antara lain dari jenis HSS, karbida dll.
Proses pemotongan ini dapat merupakan proses penyelesaian dari suatu produk dan dapat
juga merupakan. proses yang masih memerlukan proses pengerjaan lainnya. Dalam proses
pemotongan logam dikenal beberapa proses pemotongan seperti :

1. Proses Sekrap (Shaping, Planing)


2. Proses Bubut (Turning) .
3. Proses Gurdi (Drilling)
4. Proses Freis (Milling)
5. Proses Gerinda (Grinding), dll.
Disamping proses pemotongan diatas yang disebut sebagai proses pemotongan konvensionil,
dibawah ini merupakan proses pemotongan yang berbeda dengan proses-proses di atas yang
disebut sebagai proses pemotongan non konvensionil, antara lain:
1. Proses pemotongan abrasi (Ultra Sonic Machining)
2. Proses pemotongan secara reaksi kimia (Chemical Machining)
3. Proses pemotongan secara erosi kimia-elektris (Electro Chemical Machining)
4. Proses pewotongan secara erosi loncatan listrik (Electro Discharge Machining), dll.
Kelompok proses terakhir ini mempunyai keuntungan, yaitu dapat memotong logam-logam
yang sangat keras yang tidak dapat dipotong secara konvensionil.
Kelemahannya adalah ongkos produksi terutama menyangkut mesinnya, bila diukur dari
kecepatan logam terpotong persatuan waktu, sangat tinggi.
Proses Penyambungan
Proses ini sering diartikan pengelasan,
tetapi sebenarnya pengelasan tersebut
merupakan bagian dari proses penyambungan.
Pada dasarnya proses ini dapat dilakukan tanpa
atau dengan mencairkan logam yang
disambung, dengan atau tanpa logam pengisi,
dengan atau tanpa tekanan dan dengan perekat
atau adhesive.
Contoh proses ini antara lain : pengelasan, solder, pengelingan dan lain-lain.
Proses penyambungan ini dapat dilakukan apabila komponen yang akan disambung sudah
melalui tahapan-tahapan proses yang disyaratkan, misalnya : pembersihan, persiapan pada
ujung yang akan disambung ataupun proses pengerjaan mesin lainnya.
Proses perlakuan phisis
Proses perlakuan phisis adalah proses pengerjaan dengan jalan merubah sifat-sifat
phisis dari logam tanpa adanya perubahan bentuk fisik, seperti : proses perlakuan panas (Heat
Treatment), benturan peluru (Shot Peening) dan lain-lain.

Proses penyelesaian.
Proses ini digunakan untuk memberikan kondisi permukaan tertentu dari benda jadi
(produk), sehingga terjadi perubahan dimensi yang sangat kecil. Secara keseluruhan, bentuk
dan ukuran boleh dikata tidak mengalami perubahan yang berarti. Kondisi permukaan
tertentu yang dimaksud adalah antara lain bewarna mengkilat, pemeliharaan-pencegahan dari
perubahan unsur serta bentuk permukaan, melalui proses pengecatan, proses anoda, pelaplsan
permukaan dengan unsur tertentu dan lain-lain.

2.1 KLASIFIKASI LOGAM


Logam Ferro

Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat kuat, keras, penghantar
listrik dan panas, serta mempunyai titik cair tinggi. Bijih logam ditemukan dengan
cara penambangan yang terdapat dalam keadaan murni atau bercampur.
Besi dan baja tersusun sebagian besarnya dari unsur ferrous (Fe) dan
kemudian unsur karbon (C) yang membentuk larutan padat Fe/C. Perbedaan antara
besi dan baja jika ditinjau dari kadar karbon (C) dalam larutan padat (solute solution)
Fe/C adalah baja memiliki komposisi karbon diatas 0% - 2%. atau dalam buku yang
lain menjelaskan bahwa baja memiliki komposisi karbon maksimum 1,65% C.
Besi (cast iron) memiliki komposisi karbon diatas 1,65% sampai maksimum 6,67%.
Umumnya cast irons memiliki kurang lebih 3% sampai 45%.
Logam Non Besi (Non Ferrous)

Logam non besi merupakan semua unsur logam yang komposisi utamanya bukan besi.
Logam non besi juga sering digunakan walaupun pada umumnya jarang sekali di industri. Itu
karena Logam besi lebih banyak dipakai semua industri.

Logam Besi (Ferrous) juga terdiri menjadi dua yaitu;

A. Baja (Steel)

Baja paduan adalah baja paduan dengan berbagai elemen dalam jumlah total antara 1,0%
dan 50% berat untuk meningkatkan sifat mekanik. Baja Paduan dipecah menjadi dua
kelompok:

1. Baja paduan rendah (low alloy steel)

Baja paduan rendah biasanya digunakan untuk mencapai hardenability lebih baik, yang
pada gilirannya akan meningkatkan sifat mekanis lainnya. Mereka juga digunakan untuk
meningkatkan ketahanan korosi dalam kondisi lingkungan tertentu. Dengan menengah ke
tingkat karbon tinggi, baja paduan rendah sulit untuk las. Menurunkan kandungan karbon
pada kisaran 0,10% menjadi 0,30%, bersama dengan beberapa pengurangan elemen paduan,
meningkatkan weldability dan sifat mampu bentuk baja dengan tetap menjaga kekuatannya.
Seperti logam digolongkan sebagai baja paduan rendah kekuatan tinggi.

Baja paduan rendah dikelompokan menjadi 3 yaitu:

a. Baja Karbon Rendah (low carbon steel)

Baja ini dengan komposisi karbon kurang dari 2%. Fasa dan struktur mikronya adalah
ferrit dan perlit. Baja ini tidak bisa dikeraskan dengan cara perlakuan panas (martensit) hanya
bisa dengan pengerjaan dingin. Sifat mekaniknya lunak, lemah dan memiliki keuletan dan
ketangguhan yang baik. Serta mampu mesin (machinability) dan mampu las nya (weldability)
baik.
b. Baja Karbon Sedang ( medium carbon steel)

Baja Mil memiliki komposisi karbon antara 0,2%-0,5% C (berat). Dapat dikeraskan
dengan perlakuan panas dengan cara memanaskan hingga fasa austenit dan setelah ditahan
beberapa saat didinginkan dengan cepat ke dalam air atau sering disebut quenching untuk
memperoleh fasa ang keras yaitu martensit. Baja ini terdiri dari baja karbon sedang biasa
(plain) dan baja mampu keras. Kandungan karbon yang relatif tinggi itu dapat meningkatkan
kekerasannya. Namun tidak cocok untuk di las, dengan kata lain mampu las nya rendah.
Dengan penambahan unsur lain seperti Cr, Ni, dan Mo lebih meningkatkan mampu kerasnya.
Baja ini lebih kuat dari baja karbon rendah dan cocok untuk komponen mesin, roda kereta
api, roda gigi (gear), poros engkol (crankshaft) serta komponen struktur yang memerlukan
kekuatan tinggi, ketahanan aus, dan tangguh.

c. Baja Karbon Tinggi (high carbon steel)

Baja karbon tinggi memiliki komposisi antara 0,6- 1,4% C (berat). Kekerasan dan
kekuatannya sangat tinggi, namun keuletannya kurang. baja ini cocok untuk baja perkakas,
dies (cetakan), pegas, kawat kekuatan tinggi dan alat potong yang dapat dikeraskan dan
ditemper dengan baik. Baja ini terdiri dari baja karbon tinggi biasa dan baja perkakas. Khusus
untuk baja perkakas biasanya mengandung Cr, V, W, dan Mo. Dalam pemaduannya unsur-
unsur tersebut bersenyawa dengan karbon menjadi senyawa yang sangat keras sehingga
ketahanan aus sangat baik.

2. Baja Paduan Tinggi (high alloy steel)

Baja paduan tinggi terdiri dari baja tahan karat atau disebut dengan stainless steel dan
baja tahan panas.

Baja ini memiliki ketahanan korosi yang baik, terutama pada kondisi atmosfer. Unsur
utama yang meningkatkan korosi adalah Cr dengan komposisi paling sedikit 11%(berat).
Ketahanan korosi dapat juga ditingkatkan dengan penambahan unsur Ni dan Mo. Baja tahan
karat dibagi menjadi tiga kelas utama yaitu jenis martensitik, feritik, dan austenitik. jenis
martensitik dapat dikeraskan dengan menghasilkan fasa martensit. baja tahan karat austenitik
memiliki fasa y (austenit) FCC baik pada temperatur tinggi hingga temperatur kamar.
Sedangkan jenis feritik terdiri dari fasa ferrit (a) BCC. Untuk jenis austenitik dan feritik dapat
dikeraskan dengan pengerjaan dingin (cold working). Jenis Feritik dan Martensitik bersifat
magnetis sedangkan jenis austenitik tidak magnetis.
B. Besi Cor (cast iron)

Besi cor adalah kelompok paduan besi memiliki kadar karbon diatas 1,7%(berat).
Biasanya berkisar antara 3-4,43% C(berat). Dikarnakan elemen utamanya selain C dan Si
juga ada elemen-elemen pemadu lainnya seperti Mn, S, P, Mg dan lain-lain dalam jumlah
yang sedikit. Sifatnya sangat getas namun mampu cornya baik dibanding baja. Titik cairnya
lebih rendah, ketahanan korosinya lebih baik, hal ini dikarenakan adanya grafit yang tersebar
didalam besi cor. Berdasarkan jenis matriksnya besi cor terdiri dari besi cor kelabu (gray cast
iron), besi cor putih, besi cor noduler, besticor mampu bentuk (malleable).

Logam non-ferro antara lain sebagai berikut:

a.Tembaga (Cu)

Warna coklat kemerah-merahan, sifatnya dapat ditempa, liat, baik untuk penghantar panas,
listrik, dan kukuh. Tembaga digunakan untuk membuat suku cadang bagian listrik, radio
penerangan, dan alat-alat dekorasi.

b.Alumunium (Al)

Warna biru putih. Sifatnya dapat ditempa, liat, bobot ringan, penghantar panas dan listrik
yang baik mampu dituang. Alumunium digunakan untuk membuat peralatan masak,
elektronik, industri mobil, dan industri pesawat terbang.

c.Timbel (Pb)

Warna biru kelabu, sifatny dapat ditempa, sangat liat, tahan korosi, air asam, dan bobot
sangat berat. Timbel digunakan sebagai bahan pembuat kabel, baterai,bubungan atap, dan
bahan pengisi.

d.Timah (Sn)

Warna bening keperak-perakan, sifatnya dapat ditempa, liat, dan tahan korosi. Timh
digunakan sebagai pelapis bahan lembaran baja lunak (pelat timah) dan industri pengawetan.
e. Nikel

Nikel mempunyai sifat yang keras, bentuk struktur kristal Fcc, dan juga bersifat magnetic,
Nikel cocok dibuat paduan binary dan ternary untuk memperbaiki sifat tahan korasi dan tahan
panas.

Bijih-bijih Nikel dapat diklasifikasikan menjadi :

- bijih sullfida

- bijih silikat

Proses bisa dilakukan dengan :

 Proses Pyrometalurgy
 Proses Hydrometalurgy

f. Magnesium

Magnesium tergong logam ringan, tahan terhadap korosi berkat lapisan oksida magnesium.
Magnesium alloy dapat dituang dalam cetakan pasir dan juga dapat dilas dan di mesin.Bijih
magnesium yang banya kita kenal adalah magnesit, magnesium karbonat, dolomite dan
carolite. Proses pemurnian magnesium dapat dilakukan dengan metode thermal atau
electrolitic.

Perbedaan Baja dan Cast Iron

1. Baja adalah paduan atau besi, dan besi cor adalah logam abu-abu keras.
2. Besi tuang lebih murah dari baja, dan memiliki titik leleh rendah dengan kemampuan mudah
dicetak.
3. Baja ringan dan sulit dilemparkan, dan kehilangan viskositas.
4. Besi tuang digunakan untuk membuat penutup lubang got, pipa dan talang
5. Baja dibuat untuk membuat peralatan, struktur, pisau dll.
Unit Stress dan Unit Strain

a. Tegangan ( Stress )

Tegangan adalah tahanan material terhadap gaya atau beban. Tegangan diukur dalam
bentuk gaya per luas. Tegangan normal adalah tegangan yang tegak lurus terhadap
permukaan dimana tegangan tersebut diterapkan. Tegangan normal berupa tarikan atau
tekanan. Satuan SI untuk tegangan normal adalah Newton per meter kuadrat (N/m2) atau
Pascal (Pa). Tegangan dihasilkan dari gaya seperti : tarikan, tekanan atau geseran yang
menarik, mendorong, melintir, memotong atau mengubah bentuk potongan bahan dengan
berbagai cara. Perubahan bentuk yang terjadi sering sangat kecil dan hanya testing machine
adalah contoh peralatan yang dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan bentuk yang
kecil dari bahan yang dikenai beban. Cara lain untuk mendefinisikan tegangan adalah dengan
menyatakan bahwa tegangan adalah jumlah gaya dibagi luas permukaan dimana gaya
tersebut bereaksi.

Tegangan normal dianggap positif jika menimbulkan suatu tarikan (tensile) dan
dianggap negatif jika menimbulkan penekanan (compression).

b. Regangan ( Strain )

Regangan didefinisikan sebagai perubahan ukuran atau bentuk material dari panjang
awal sebagai hasil dari gaya yang menarik atau yang menekan pada material. Apabila suatu
spesimen struktur material diikat pada jepitan mesin penguji dan beban serta pertambahan
panjang spesifikasi diamati serempak, maka dapat digambarkan pengamatan pada grafik
dimana ordinat menyatakan beban dan absis menyatakan pertambahan panjang. Batasan sifat
elastis perbandingan regangan dan tegangan akan linier akan berakhir sampai pada titik
mulur. Hubungan tegangan dan regangan tidak lagi linier pada saat material mencapai pada
batasan fase sifat plastis. Menurut Marciniak dkk. (2002) regangan dibedakan menjadi dua,
yaitu : engineering strain dan true strain. 18 Engineering strain adalah regangan yang dihitung
menurut dimensi benda aslinya (panjang awal). Sehingga untuk mengetahui besarnya
regangan yang terjadi adalah dengan membagi perpanjangan dengan panjang semula.
PENUTUP
Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah pada dasarnya, proses pembuatan benda kerja
logam dapat dikelompokkan menjadi Proses pengecoran, Proses pembentukan, Proses
pemotongan, Proses penyambungan atau penyatuan, Proses perlakuan phisis, dan yang
terakhir Proses penyelesaian. Untuk pengklasifikasian logam, logam terbagi menjadi dua
yaitu ferrous dan non ferrous, logam ferrous terbagi lagi menjadi dua yaitu, Baja atau steel
dan Besi Cor atau Cast Iron. Baja terbagi lagi menjadi dua kelompok yaitu, low alloy steel
dan high alloy steel.
DAFTAR PUSTAKA

http://081993038562.blogspot.com/2014/10/proses-pembuatan-logam.html

https://www.academia.edu/12290534/proses_pembuatan_logam

https://romzneverdie.wordpress.com/metallurgy/klasifikasi-logam-dan-paduannya/

http://hima-tl.ppns.ac.id/pengelompokan-logam/

https://logamceper.com/8-perbedaan-baja-cor-dan-besi-cor/

Anda mungkin juga menyukai