Anda di halaman 1dari 11

PERANCANGAN INDUSTRI METALURGI

PERANCANGAN PROYEKSI EKONOMI, NERACA MASSA,


DAN NERACA PANAS

Disusun untuk memenuhi tugas


pada mata kuliah Perancangan Industri Metalurgi

Nama Kelompok:
Fakhruddin Yudomustafa (3334160006) (A)
Muhammad Irfan (3334160075) (B)
Muhamad Fadil (3334160088) (A)
Bahar Ilmi Kurnia (3334150028) (B)
Arri Zalul Fiqri (3334160080) (A)
Fajri Refani Hadi (3334160050) (B)

JURUSAN TEKNIK METALURGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Pendahuluan
Bangka Belitung diperkirakan memiliki cadangan mencapai 7 juta ton dan
merupakan mineral ikutan ataupun tailing dari kegiatan pertambangan timah.
Mineral-mineral itu menjadi produk sampingan (slag) pengolahan bijih timah di
kepulauan tersebut. Mineral tailing dari sisa tambang timah tersebut hanya
disimpan di gudang, tidak diolah. Usaha-usaha pemetaaan tersebut masih belum
menuju ke pemanfaatan yang maksimal untuk kebutuhan industri sangat strategis
di tanah air [ CITATION Kep17 \l 1033 ] . Direktur Pembinaan dan Pengusahaan
Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM Yunus
Saefulhak memprediksi limbah tambang slag atau terak yang berasal dari pabrik
pengolahan dan pemurnian atau smelter berpotensi mencapai 35 juta ton per tahun
pada 2021. Angka ini mengkhawatirkan karena naik 75 persen dari saat ini 20 juta
ton per tahun. Slag menurut Peraturan Menteri Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan termasuk dalam kategori limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
atau B3 sehingga tidak bisa dimanfaatkan. Namun, di negara lain, telah
memanfaatkan slag sebagai bahan baku bangunan, bahan pengerasan jalan,
bahkan bahan baku pembuatan pupuk tanaman (Bisnis.tempo.co).

Selama 10 tahun terakhir proses recovery timah hanya mencapai 97,4%.


Nilainya lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya karena konsentrat yang
diperoleh mengandung besi (Fe) lebih tinggi yang menyebabkan terjadinya
peningkatan material sirkulasi (backlog) dan peningkatan peleburan terak (slag) I.
Sebagian material sirkulasi ini belum dapat didaur ulang untuk me-recovery timah
(Sn) yang terkandung. Bersamaan dengan itu juga dilaporkan kadar Sn dalam
terak akhir (Slag II) masih mencapai 1% atau lebih. Oleh karena kadar Sn dalam
terak masih tinggi, terak akhir hasil peleburan ditimbun agar kemudian hari dapat
didaur ulang untuk diekstraksi timahnya. Proses peleburan tahap I dan tahap 2
yang tersedia dengan menggunakan reverberatory furnace (tanur tetap) tidak
dapat digunakan secara efektif untuk mengolah material sirkulasi dan terak akhir
yang kadar Sn nya masih cukup tinggi karena akan terjadi akumulasi besi dalam
peleburan dan peningkatan konsumsi bahan bakar (LAPI ITB, 2013).

Teknologi fuming telah dikenal sejak tahun 1930-an dan pertama kali
berhasil diaplikasikan di Poldoshy di bekas negara Uni Soviet sebelum tahun
1950-an dengan menggunakan tanur converting. Saat ini, teknologi fuming telah
diaplikasikan secara luas. Fuming dapat dilakukan dengan dua Teknik yaitu: top
blown furnace dan rectangular fuming furnace (side blown). Fuming furnace
dapat digunakan untuk mengambil kembali timah dalam bijih atau terak dimana
kandungan timahnya lebih besar dari 2%. Prinsip dari proses fuming adalah
mengubah timah oksida menjadi timah sulfida sehingga mudah menguap.
Temperatur didih (boiling point) dari SnO adalah sekitar 1420oC, sedangkan dari
SnS adalah sekitar 1230oC. Teknologi fuming digunakan oleh beberapa perusahan
peleburan timah di China untuk mengekstraksi timah dari campuran terak, bijih
dan material lainnya yang mengandung 2-10% Sn menjadi timah sulfida yang
volatile pada suhu 1250 -1350oC sehingga terpisah dari oksida-oksida pengotor
dan pengotor yang lain. Uap timah sulfida kemudian di oksidasi di ruang
pembakaran fume (firebox) untuk mengoksidasi kembali SnS menjadi SnO2 yang
kemudian didinginkan dan lalu dikumpulkan dalam bag filter yang kemudian
akan dimasukkan kedalam proses peleburan tahap I Bersama feed lainnya sebagai
material sirkulasi (backlog) (LAPI ITB, 2013).

1.2 Lokasi Produksi


Berdasarkan latar belakang kami memilih melakukan produksi di daerah
Sungailiat, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
BAB II

RANCANGAN PRODUKSI PERUSAHAAN

2.1 Flowchart Process

Berdasarkan literatur untuk proses fuming adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Flowchart Process Pabrik

2.2 Spesifikasi Raw Material

Berdasarkan flowchart process pabrik maka terdapat beberapa kebutuhan


untuk spesifikasi raw material yang digunakan:

2.2.1 Batubara

Bahan bakar fuming furnace adalah pulverized coal (batubara yang


telah dihaluskan) yang mana diperlukan batubara dengan spesifikasi
memiliki nilai kalori >5000 kcal/kg, dengan moisture >10%, dengan fixed
carbon >50% maka batubara yang digunakan adalah jenis bituminous.
Mengasumsikan spesifikasi batubara yang digunakan sebagai berikut:
Tabel 1. Spesifikasi Batubara yang dibutuhkan

Coal
Results
Parameters Unit
ARB ADB DB DAFB
Total Moisture % 7,200      
Moisture in the analysis %   2,080    
Ash Content % 5,310 5,600 5,720  
Volatile Matter % 27,710 29,240 29,860 31,670
Fixed Carbon % 59,780 63,080 64,420 68,330
Total Sulfur % 0,380 0,400 0,410 0,430
Gross Calorific Value Kcal/Kg 7.390 7.798 7.964 8.447

Kebutuhan batubara dalam proses fuming adalah sebanyak 8 kg


dalam setiap 1 kg Sn. Dengan target Sn adalah 8 ton/hari maka kebutuhan
batubara adalah 64 ton/hari.

2.2.2 Slag II

Slag II (slag hasil peleburan tahap II) adalah bahan baku utama
untuk ekstraksi Sn, dengan mengasumsikan komposisi pada slag II adalah
sebagai berikut:

Tabel 2. Komposisi Slag II


Slag II
Unsur/Senyawa Weight (%)
H2O 0,950
Fe 9,921
FeO 12,763
TiO2 13,831
SiO2 27,787
CaO 14,768
Sn 3,803
SnO 4,315
Al2O3 11,033
Others 14,553
Total 100,000
Jika ditinjau dari Tabel 2 disimpulkan bahwasanya Sn dalam Slag
II

belum sesuai dengan kebutuhan yaitu 8% sedangkan pada slag II hanya


3,8%, maka dibutuhkan peningkatan kadar Sn dengan cara menambahkan
Slag I yang memiliki kadar Sn lebih tinggi.

2.2.3 Slag I

Penambahan slag I bertujuan untuk meningkatkan kadar Sn dalam


feed sehingga nantinya kadar Sn yang diinginkan tercapai. Berikut adalah
komposisi slag I yang digunakan

Tabel.2 Komposisi Slag I


Slag I
Unsur/Senyawa Weight (%)
H2O 0,310
Fe 6,914
FeO 8,894
TiO2 4,736
SiO2 15,822
CaO 6,206
Sn 18,648
SnO 21,161
Al2O3 5,070
Others 37,801
Total 100,000

2.2.4 Pirit

Pirit bertujuan sebagai fuming agent, sebagai sumber S untuk


mengkonversi SnO dalam slag menjadi SnS. Penggunaan pirit dalam
proses fuming adalah 2,3 kali stoikiometri, diharapkan penambahan
berlebih adalah SnO dalam slag dapat terkonversi sempurna. Komposisi
pirit yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Komposisi Pirit
Pirit
Unsur/Senyawa Weight (%)
H2O 0,010
Pb 0,010
Sb 0,000
Fe 43,840
FeO 56,399
As 0,000
Cu 0,180
S 50,210
Sn 0,000
SiO2 2,450
Si 1,145
Al2O3 0,670
CaO 0,480
Ca 0,343
MgO 1,590
MnO2 0,020
Cr2O3 0,060
Na2O 0,010
K2O 0,190
TiO2 0,020
Zn 0,070
FeS2 94,187
Others 0,313
Total 100,000

2.3 Spesifikasi Produk yang Dihasilkan

Spesifikasi produk yang ingin dihasilkan perusahaan adalah debu timah


(SnO2) dengan kadar Sn >50% dengan slag yang dihasilkan memiliki kadar Sn
<0,3%. Produk yang dihasilkan akan dijual kepada perusahaan yang
menggunakan reverberatory furnace yang membutuhkan feed Sn dengan kadar Sn
>50%. Setelah dilakukan perhitungan, secara teoritis produk yang dihasilkan
adalah 7,099 ton/hari SnO2 dengan kadar Sn 88,123%.
2.4 Alat-alat yang Dibutuhkan

Berdasarkan flowchart process maka alat-alat yang dibutuhkan untuk


melakukan produksi adalah sebagai berikut:

2.4.1 Rotary Dryer

Rotary dryer digunakan untuk mengeringkan batubara, sehingga


moisture batubara akan menjadi <1%. Menurunkan moisture >1%
bertujuan agar batubara tidak tersumbat dalam Raymond mill. Penggunaan
batubara dalam sehari adalah 64 ton, maka dibutuhkan 3 unit rotary dryer
dengan kapasitas 20 ton/hari,

2.4.2 Raymond Mill

Raymond mill digunakan untuk memproduksi pulverized coal


(batubara yang dihaluskan) dengan ukuran -200# sehingga siap digunakan
untuk bahan bakar fuming funace. Raymond mill yang dibutuhkan 1 unit.

2.4.3 Fuming Furnace

Fuming furnace digunakan untuk proses peleburan untuk


mengekstraksi Sn dari lelehan slag I dan II melalui pembentukan uap SnS.
Spesifikasi fuming furnace yang dibutuhkan adalah dengan ukuran 6 m2
dengan kapasitas 11 ton/batch, dengan lama operasi 2 jam/batch,
temperature operasi 1300-1500oC. Fuming furnace beroperasi 26
hari/bulan dengan maintenance 4 hari/bulan. Fuming furnace yang
dibutuhkan 1 unit.

2.4.5 Combustion Chamber

Combustion chamber digunakan untuk oksidasi SnS menjadi SnO2


dan gas SO2. Combustion chamber yang digunakan menggunakan
temperature operasi 950 oC, combustion chamber yang dibutuhkan 1 unit.

2.4.6 Surface Cooler


Surface cooler digunakan untuk mendinginkan gas buang hingga
110 oC agar tidak merusak bag filter, surface cooler yang dibutuhkan
adalah

1 unit.

2.4.7 Dust Collector System

Dust collector system digunakan untuk menangkap produk dari gas


buang. Setelah dikumpulkan produk siap disimpan maupun dijual kepada
konsumen.
BAB III

PROYEKSI EKONOMI

3.1 Proyeksi Produksi Perusahaan

Setelah dilakukan perhitungan produksi debu timah (SnO2) secara teoritis


perusahaan mampu memproduksi 7,099 ton/hari. Jika waktu kerja furnace yaitu
26 hari maka proyeksi produksi 184,574 ton/bulan dan 2215 ton/tahun. Proyeksi
tersebut diasumsikan selama 5 tahun awal produksi tetap stagnan dengan
menggunakan 1 fuming furnace.

Perushaan akan dimulai dari tahun 2020 hingga berjalan selama 5 tahun
kedepan dengan mengasumsikan penjualan timah PT. Timah Tbk, harga timah
berdasarkan laman https://www.investing.com/commodities/tin-historical-data
maka diasumsikan sebagai berikut:

Tabel 4. Penjualan timah


Tahun Produksi Timah (ton) Penjualan Timah (ton) Harga Timah (USD/ton)
2020 2.215 50000 16500
2021 2.215 55000 20900
2022 2.215 55000 21700
2023 2.215 60000 19900
2024 2.215 65000 16700

Setelah berjalan selama 5 tahun kemudian dapat diproyeksikan dimulai


dari tahun 2025 hingga 2029 maka proyeksinya sebagai berikut:

Tabel 5. Proyeksi nilai penjualan timah


Maka Nilai Penjualan Timah (USD)
Tahun Penjualan Timah (ton) Harga Timah (USD/ton) Nilai Penjualan Timah (USD)
2025 67500 19122 1290735000
2026 71000 19116 1357236000
2027 74500 19110 1423695000
2028 78000 19104 1490112000
2029 81500 19098 1556487000

Anda mungkin juga menyukai