LABORATORIUM METALURGI
Disusun oleh:
Tim Laboratorium Metalurgi
DAFTAR ISI
Halaman
MODUL I ROD MILL ............................................................................................1
MODUL II MINERAL SAMPLING .......................................................................5
MODUL III REAKSI KALSINASI BATU KAPUR .............................................7
MODUL IV MAGNETIC SEPARATION..............................................................11
MODUL V SLUICE BOX .....................................................................................15
MODUL VI JIGGING CONCENTRATOR ..........................................................19
MODUL VII KOROSI GALVANIK ...................................................................23
MODUL VIII KOROSI LINGKUNGAN ............................................................26
MODUL IX PENGELASAN SMAW ..................................................................29
MODUL X PENGELASAN OKSIASETILEN......................................................33
MODUL XI PELAPISAN TEMBAGA (Cu) .......................................................38
DAFTAR PUSTAKA
BLANKO PERCOBAAN ......................................................................................42
MODUL I
ROD MILL
1.
Tujuan Percobaan
Memahami mekanisme penggerusan dan mengetahui pengaruh parameter
waktu dan jumlah media gerus pada hasil produk grinding menggunakan Rod Mill.
2.
Teori Dasar
Bijih merupakan bahan galian yang mengandung sejumlah mineral dan dapat
dimanfaatkan secara ekonomis dengan menggunakan teknologi yang ada pada saat
itu dalam waktu tertentu. Mineral dapat didefinisikan sebagai bahan padat
anorganik yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu,
dimana atom-atom di dalamnya tersusun dalam suatu pola yang sistematis.
Beberapa mineral seperti emas dan perak memiliki nilai ekonomis yang didapatkan
dalam jumlah besar sehingga memungkinkan untuk ditambang. [Prijono, A., 1997]
Pengolahan bahan galian atau mineral dressing adalah istilah umum yang biasa
dipergunakan untuk proses pengolahan semua jenis bahan galian atau mineral yang
berasal dari endapan-endapan alam pada kulit bumi, untuk dipisahkan menjadi
produk-produk berupa satu macam atau lebih mineral berharga dan sisanya
dianggap sebagai mineral kurang berharga, yang terdapat bersama-sama dalam
alam. [Sudarsono, 1999]
Secara umum mineral dressing adalah suatu proses pengolahan bahan galian
hasil penambangan guna memisahkan mineral berharga dari mineral pengotornya
yang kurang berharga, yang terdapat bersama-sama (gangue). Bijih mempunyai
ukuran optimum yang ekonomis agar dapat dipisah secara mekanik dengan
memanfaatkan sifat-sifat fisiknya. Proses pemisahan mineral berharga dari mineral
pengotornya yang kurang berharga merupakan inti dari proses pengolahan bahan
galian. Proses ini terdiri dari beberapa langkah :
1.
2.
3.
4.
Dewatering (Pengeringan).
FC
d
Fg
Gambar 1.1 Skematis arah gaya yang terjadi pada alat grinding
Fc =
Keterangan
Fc
: gaya sentrifugal
: massa bola
: diameter mill
Fg
: gaya gravitasi (m x g)
2Mv2
D
: diameter bola
hal-hal yang berlaku pada gambar 1.1 adalah jika Fc > Fg maka bola menempel pada
dinding, jika Fc < Fg maka bola jatuh bebas dan pada saat Fc = Fg terdapat kecepatan
kritis yang didapat dari penyederhanaan persamaan gaya gravitasi dan gaya
sentrifugal. Dalam cell terdapat 3 hal yang berkaitan dengan kecepatan putar Cell,
yaitu:
1.
Kecepatan Kritis
Merupakan kecepatan putar cell pada operasi milling di mana pada saat itu
grinding media menempel pada dinding cell sehingga tidak terjadi proses
abrasi maupun impak.
2.
Cataracting
Merupakan kecepatan putar dari cell mill di mana grinding media akan
menimbukan impak yang lebih besar dibandingkan abrasi.
3.
Cascading
Merupakan kecepatan putar pada cell mill pada operasi milling yang
mengakibatkan grinding media lebih dominan bekerja secara abrasi
maupun impak.
Grinding media pada rod mill adalah batang-batang baja, umpan yang
dimasukkan ukurannya lebih kecil dari inchi dan produknya berukuran -14
sampai -18 mesh.
3.
2.
Rod Mill
3.
Media penggerus
4.
Neraca Ohaus
5.
Screening
6.
Stopwatch
7.
4.
Prosedur Percobaan
1.
3.
4.
5.
6.
5.
MODUL II
MINERAL SAMPLING
(METODE CONING AND QUARTERING)
1.
Tujuan Percobaan
Mempelajari teknik mineral sampling dengan metode coning and quartering
2.
Teori Dasar
Pengolahan mineral merupakan proses pemisahan mineral berharga dari
mineral pengotornya bedasarkan sifat fisik dari masing masing mineral. Dalam
proses pengolahan mineral, penentuan kadar umpan adalah salah satu faktor penting
yang harus diketahui sebelum proses dilakukan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
teknik analisa kadar bijih untuk menentukan kadar umpan sebelum proses
pengolahan mineral dilakukan.
Metode Sampling merupakan metode pengambilan data dari sebagian kecil
sampel, dan data yang kita pilih mewakili sifat keseluruhan dari setiap material
yang ingin diperiksa. Metode Sampling harus efektif, cukup seperlunya tapi
representatif (mewakili). [Solihin, 1998]
Metode Sampling harus dilakukan dalam tahapan yang benar sehingga hasil
metode sampling yang didapat mampu mewakili material yang begitu banyak dan
dapat dipakai sebagai patokan untuk mengontrol apakah proses pengolahan tersebut
berjalan dengan baik atau tidak. Untuk hasil lebih baik dilakukan analisa
mikroskop. Proses sampling menjadi penting dilakukan untuk meningkatkan
akurasi proses pengolahan mineral secara keseluruhan sehingga proses pengolahan
mineral menjadi efektif dan efisien.
3.
4.
2.
3.
4.
Neraca teknis
5.
Mikroskop optik
6.
Preparat mika
7.
Alat screening
Prosedur Percobaan
1.
Menyiapkan sampel pasir besi dan pasir kuarsa yang telah dicampur;
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Mengulangi langkah 4 sampai 8 untuk bagian untuk bagian yang terberat;
11. Menyebar bijih pada kotak preparat mika ukuran 3 cm x 3 cm;
12. Menghitung jumlah pasir besi dan pasir kuarsa dengan mikroskop;
13. Menghitung kadar pasir besi dan kuarsa.
5.
2.
3.
4.
5.
6.
MODUL III
REAKSI KALSINASI BATU KAPUR
1.
Tujuan Percobaan
Memahami konsep kalsinasi dari aspek termodinamika serta mekanisme difusi
2.
Teori Dasar
Proses kalsinasi adalah perlakuan panas pada suhu tinggi di bawah melting
point sehingga terjadi dekomposisi gas yang mempunyai ikatan kimia dengan bijih
dan juga proses pengeliminasian air kristal yang terkandung dalam bijih. Dalam
proses kalsinasi batu kapur, kalsin sebagai produk kalsinasi terdekomposisi dan
juga untuk mengeleminasi senyawa yang berikatan secara kimia dengan batu kapur
yaitu karbon dioksida dan air. Proses yang dilakukan adalah pemanggangan dengan
temperatur yang bervariasi bergantung dari jenis senyawa karbonat [Yang Liu,
2014]
Untuk kalsium karbonat diperlukan suhu 900oC untuk melakukan dekomposisi
hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Ikatan kimia pada air kristal sangat kuat.
2. Penyediaan panas
Proses kalsinasi membutuhkan energi lebih untuk keberlangsungan reaksi
tersebut. Untuk setiap satu mol penguraian CaCO3 dibutuhkan energi
sebesar 42,5 kkal.
3. Pertimbangan kinetik
Secara kinetik, agar reaksi berlangsung cepat maka PCO2 saat disosiasi
harus lebih besar dari PCO2 pada kondisi standar.
Kalsinasi adalah proses yang endotermik, yaitu memerlukan panas hal ini dapat
dilihat dari nilai Ho yang postif. Panas diperlukan untuk melepas ikatan kimia dari
air kristal karena dengan panas maka ikatan kimia akan menjadi renggang dan pada
Dekomposisi batu kapur merupakan reaksi kimia yang sangat sederhana. Batu
kapur dikalsinasi menghasilkan unslaked lime atau kalsium oksida. Reaksi
dekomposisi termal dari kalsium karbonat dinyatakan dengan persamaan reaksi
berikut:
CaCO3 H2O CaO + CO2 + H2O
Laju kalsinasi batu kapur memiliki persamaan dengan reaksi yang dikendalikan
oleh difusi. Dengan ukuran dan bentuk butiran yang sama, semakin tinggi
temperatur semakin cepat proses dekomposisi. Waktu yang diperlukan dalam
proses kalsinasi bergantung pada ukuran dan bentuk dari butiran batu kapur.
Perhitungan laju kalsinasi untuk setiap sampel berbeda-beda tergantung pada
bentuk sampel. Untuk sampel berbentuk bola, laju reaksi berdasarkan fraksi yang
bereaksi yaitu:
1 1 R 3
1
3.
4.
2kC
t ............................................ (3.2)
ro
Tube furnace
2.
Neraca digital
3.
Penjepit
4.
Mesin gerinda
5.
Batu kapur
6.
Jangka sorong
4.
Prosedur Percobaan
1.
2.
3.
4.
5.
10
5.
Buatlah neraca massa teoritis pada proses kalsinasi batu kapur praktikum
ini !
2.
Buatlah neraca energi proses kalsinasi batu kapur pada praktikum ini !
3.
4.
5.
MODUL IV
MAGNETIC SEPARATION
1.
Tujuan Percobaan
Melakukan pemisahan mineral berdasarkan sifat kemagnetannya dengan
2.
Teori Dasar
Pengolahan mineral merupakan suatu rangkaian proses pengambilan mineral
berharga dari mineral pengotornya yang tergabung dalam kerak bumi. Pengolahan
mineral ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu kominusi, sizing dan classification dan
konsentrasi. Konsentrasi adalah sebuah tahap dalam pengolahan mineral, pada
tahap ini mineral berharga dipisahkan dari mineral pengotornya berdasarkan sifat
fisiknya. Adapun sifat fisik yang dijadikan basis dalam pemisahan mineral ini
adalah sifat kelistrikannya, kemagnetannya, berat jenis dan lain-lain. [Ajie, 2004]
Magnetic separation adalah salah satu metode konsentrasi mineral dangan
menggunakan basis pemisahan berupa sifat kemagnetan partikel mineral. Metode
ini telah banyak digunakan untuk memisahkan partikel mineral berharga berupa
besi dari partikel pengotornya. Pada saat ini, hampir 90% dari proses konsentrasi
besi menggunakan metode magnetic separation.
Berdasarkan sifat kemagnetan bijih, maka mineral dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu:
1. Ferromagnetic, yaitu material yang dapat ditarik oleh magnet secara kuat
(bersifat sangat magnet);
2. Paramagnetic, yaitu material yang dapat ditarik oleh magnet secara lemah
(bersifat magnet lemah);
3. Diamagnetic, yaitu material yang tidak dapat ditarik oleh magnet (bersifat
non-magnetik).
Berdasarkan peralatannya, magnetic separation terbagi menjadi dua kategori,
yaitu low intensity dan high intensity magnetic separators. Baik low intensity
12
maupun high intensity magnetic separators dapat dilakukan secara kering atau
basah. Proses basah banyak dilakukan pada low intensity magnetic separator
(concurrent, counter-rotation, counter-current) dan proses kering banyak
dilakukan pada high intensity magnetic separator (induced roll, cross belt).
Namun, wet high intensity magnetic separator (carousel type, canister type) sangat
baik digunakan untuk mineral yang bersifat paramagnetik. Dry low intensity
magnetic separator (high speed drum, ball-norton type) baik digunakan untuk
mengkonsentrasi magnetite.
2.
3.
4.
13
3.
4.
2.
Pasir kwarsa;
3.
Pasir besi;
4.
Neraca teknis;
5.
Stopwatch;
6.
Batang magnet;
7.
Wadah penampung.
Prosedur Percobaan
1.
2.
3.
Menyiapkan stopwatch;
4.
5.
6.
7.
8.
5.
2.
3.
Apabila didapat 18 gram pasir besi dan 3 gram pasir kuarsa didalam
konsentrat, serta total feed sebesar 40 gram dengan perbandingan antara
pasir besi dan kuarsa adalah 1:1, maka berapa nilai recovery untuk proses
ini?
14
4.
5.
6.
MODUL V
SLUICE BOX
1.
Tujuan Percobaan
Memahami konsep proses pemisahan mineral dengan metode fluid film
concentration.
2.
Teori Dasar
Fluid film concentration merupakan salah satu metode klasifikasi mineral
berdasarkan perbedaan berat jenis partikel. Prinsip dari metode ini dengan cari
mengalirkan partikel-partikel dalam suatu aliran tipis dengan kecepatan alir tertentu
yang dijaga mengalir secara laminar. Dengan demikian partikel yang mempunyai
berat jenis (density) paling besar akan mengendap terlebih dahulu, kemudian diikuti
partikel-partikel dengan berat jenis yang lebih ringan.
Sluice box merupakan suatu alat konsentrasi mineral bijih yang paling
sederhana yang berdasarkan atas gravitasi concentration. Dalam proses ini
diharapkan mineral yang mempunyai densitas tinggi akan mengendap yang
nantinya akan diambil sebagai konsentrat sedang mineral yang ringan akan ikut
terbawa aliran air sebagai tailing. Material dengan % solid tertentu dialirkan dengan
kecepatan tertentu pada suatu bidang miring. Kemudian pengendapan partikel yang
terjadi ditahan dengan riffle yang sudah diatur jaraknya. Setelah aliran dihentikan,
akan didapat klasifikasi mineral yang tertahan di riffle. [Kelly E.G, 1982]
Hal-hal yang mempengaruhi pemisahan mineral dengan alat ini diantaranya
seperti :
1.
baik itu mineral berat maupun ringan dan ketebalan yang besar dari fluida akan
membuat arus turbulen yang besar dan ini yang membuat material meloncat
dari riffle.
16
2.
mengimbangi derasnya arus dengan gaya berat sehingga material itu akan
dapat terhalangi oleh riffle. Bila material itu mampunyai berat jenis yang kecil,
akan hanyut terbawa oleh aliran air.
3.
maka mineral tersebut tidak akan dapat terpisahkan atau hasilnya adalah
heterogen
4.
Ketinggian riffle
Ketinggian riffle harus sebanding dengan ketebalan aliran air, paling tidak
Panjang box
Panjang box sangat menentukan karena makin panjang akan semakin besar
3.
Sluice Box
2.
Oven
17
4.
3.
Pasir Besi
4.
Pasir Kwarsa
5.
Neraca Teknis
6.
Magnet
Prosedur Percobaan
1.
Menimbang campuran pasir kuarsa dan pasir besi sesuai yang ditentukan
asisten;
2.
3.
4.
5.
Mengambil pasir kuarsa dan pasir besi yang terdapat pada masing-masing
riffle;
5.
6.
7.
8.
2.
3.
4.
Apakah pasir besi dan pasir zirkon dapat dipisahkan dengan menggunakan
metoda pemisahan mineral berbasis berat jenis dengan media air ?
Jelaskan pendapat saudara dengan analisa menggunakan kriteria
konsentrasi !
18
5.
MODUL VI
JIGGING CONCENTRATOR
1.
Tujuan Percobaan
Meningkatkan kandungan kadar besi (Fe) pada bijih besi melalui proses
pemisahan yang berdasarkan pada perbedaan berat jenis atau density dari mineral
yang akan dipisahkan.
2.
Teori Dasar
Sebelum melakukan proses ekstraksi, bijih harus terlebih dahulu melewati
proses pra olahan atau preparasi bijih. Hal ini dimaksudkan agar bijih dapat diolah
secara sempurna pada proses berikutnya. Proses preparasi bijih itu sendiri terdiri
dari Kominusi, Sizing and Clasification, dan Konsentrasi.
Peningkatan kadar suatu logam berharga dilakukan pada proses konsentrasi
dimana pada proses ini mineral dipisahkan dari yang berharga dan pengotornya.
Mineral berharganya biasa disebut konsentrat dan mineral pengotornya biasa
disebut tailing. Salah satu caranya adalah dengan memisahkan mineral berdasarkan
sifat gravitasi dan berat jenis dari mineral tersebut atau biasa disebut gravity
concentration. Alat yang umum dipakai dalam konsentrasi gravitasi (gravity
concentration) salah satunya adalah jig. Dalam jig, pemisahan mineral berharga
(umumnya dengan berat jenis tinggi) dari pengotornya (berat jenis rendah)
dilakukan di dalam suatu aliran fluida.
Sama seperti heavy medium separation, jig digunakan sebagian besar untuk
proses batu bara. Jig juga digunakan sebagai alat konsentrasi timah di Asia
Tenggara dan tempat lainnya. Jenis mineral yang dapat dipisahkan oleh jig sangat
banyak, mulai dari batu bara hingga intan, dan dari emas sampai batu jalanan.
[Irwan. 2012]
Mekanisme konsentrasi gravitasi dapat dibedakan menjadi:
1.
20
2.
( )
()
........................... (6.1)
Dimana :
b = Spesifik gravity mineral berat
f = Spesifik gravity fluida
r = Spesifik gravity mineral ringan
KK > 2,5 pemisahan dapat dilakukan dengan mudah pada segala ukuran.
1,25 < KK < 2,5 pemisahan relatif sulit dilakukan, namun masih bisa dilakukan.
KK < 1,25 pemisakan tidak mungkin dilakukan.
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Umpan
Over Flow
Sekat Tailing
Rag
Screening
Tangki
Lubang
Konsentrat
8. Hucth Water
9. Sekat
Longitudinal
10. Diafragma
11. Esentrik
Gambar 6.1 Skematik tangki jig
3.
Jigging concentrator
2.
Neraca teknis
3.
Screening
4.
Oven pemanas
21
5.
6.
Ember
7.
Sendok
8.
Tatakan
9.
Penjepit
4.
Prosedur Percobaan
1.
Timbang pasir besi dan pasir kwarsa (sesuai yang ditentukan oleh asisten);
2.
Aturlah alat jigging concentrator sesuai dengan voltase motor jig dan debit
air (sesuai yang ditentukan oleh asisten);
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
5.
22
2.
3.
4.
Apa yang dimaksud dengan rag dan kegunaannya dalam proses jigging!
5.
Jelaskan pengaruh frekuensi stroke dan debit air terhadap konsentrat yang
diperoleh!
6.
7.
Sebutkan feed yang dapat dipilih dalam pemisahan proses jigging selain
campuran pasir besi dan pasir kuarsa? Jelaskan alasannya dipilih feed
tersebut!
MODUL VII
KOROSI GALVANIK
1.
Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui nilai potensial masing masing
logam yang berbeda dalam media korosif dan untuk mengetahui korosi galvanik
pada logam tersebut.
2.
Teori Dasar
Korosi adalah proses terdegradasi atau rusaknya suatu material karena
pengaruh dari lingkungannya. Korosi galvanik dapat terjadi bila dua logam atau
lebih yang berbeda berada dalam suatu lingkungan dan saling berhubungan. Pada
kondisi ini akan timbul suatu tegangan listrik sedemikian sehingga logam yang
lebih anodik (logam yang pada kondisi tidak terhubungkan mempunyai potensial
yang lebih negatif) akan bertindak sebagai anoda, sedangkan logam lainnya
menjadi katoda. Pada daerah anoda akan terjadi pelarutan logam karena terjadi
oksidasi. [Mulyonono, 2005]
Lingkungan
Tingkatan
korosi
galvanik
tergantung
pada
keagresifan
dari
24
2.
Jarak
Laju korosi berkurang dengan makin bertambahnya jarak dari pertemuan
kedua logam tersebut. Pengaruh jarak ini tergantung pada konduktivitas
larutan dan korosi galvanik dapat diketahui dengan adanya serangan korosi
local pada daerah dekat pertemuan logam.
3.
Luas Penampang
Luas penampang elektroda terhadap korosi galvanik adalah pengaruh
perbandingan luas penampang katodik terhadap anodik. Jika luas
penampang katodik jauh lebih besar dari pada katoda.Makin besar rapat
arus pada daerah anoda mengakibatkan laju korosi makin cepat pula.
2.
3.
4.
5.
6.
Gelas beker
2.
Multitester
3.
Timbangan/neraca teknis
4.
Spatula
5.
Garam dapur
6.
Aquades
7.
25
4.
Prosedur Percobaan
1.
2.
Mempersiapkan multitester;
3.
4.
5.
6.
5.
2.
3.
4.
5.
6.
MODUL VIII
KOROSI LINGKUNGAN
1.
Tujuan Percobaan
Untuk mempelajari pengaruh inhibitor terhadap lingkungan yang korosif.
2.
Teori Dasar
Beberapa penegertian korosi diantaranya :
1. Korosi merupakan penurunan kualitas materail yang disebabkan oleh reaksi
kimia bahan dengan unsur-unsur lain yang terdapat di alam.
2. Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat bereaksi dengan
lingkuangan yang korosif.
3. Korosi didefenisikan sebagai degradasi material (khususnya logam dan
paduannya) atau sifatnya akibat berinteraksi dengan lingkungannya.
4. Korosi adalah suatu reaksi redoks antara logam dengan berbagai zat yang
ada di lingkungannya sehingga menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki.
atau
diperlambat
lajunya
sehingga
memperlambat
proses
27
3.
4.
2.
3.
Daun mint
4.
Tali rapia
5.
Electric stove
6.
Pengaduk kaca
7.
Gelas ukur
8.
Oven
Prosedur Percobaan
Pembuatan ekstrak daun mint;
1. Memasukkan kg daun mint ke dalam oven untuk dikeringkan dan
ditumbuk hingga halus;
2. Melarutkan 50 gram bubuk tembakau ke dalam 200 ml aquadest,
kemudian dipanaskan di atas electric stove pada temperatur 90oC
sambil terus diaduk selama kurang lebih 2 jam;
3. Menyaring larutan bubuk dari endapan menggunakan kertas saring,
dan menutup larutan dengan penutup plastik selama 24 jam;
Menempatkan setiap botol air mineral yang sudah diberi nomor pada
tempat yang telah disediakan;
2.
28
inhibitor), botol III dan IV diisi dengan air PDAM sebanyak 500 ml
dengan penambahan larutan inhibitor sebanyak 10 ml;
3.
4.
5.
6.
Membiarkan botol yang sudah berisi paku selama tiga hari, dan
kemudian amati pada hari ke-4, 5, dan 6. Catatlah perubahan berat
paku dan hasil pengamatan paku.
5.
2.
3.
4.
Bagaimana
inhibitor?
mekanisme
pengendalian
korosi
menggunakan
MODUL IX
PENGELASAN SMAW
1.
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui koefisien pencairan elektroda dan koefisien penambahan
metal las pada produk lasan setelah dilakukan pengelasan SMAW (Shielded Metal
Arc Welding), kecepatan pengelasan, laju lelehan elektroda serta pengaruh
parameter-paramter las terutama arus dan tegangan listrik (Voltase) terhadap heat
input (panas yang dipakai) dan produk lasan yang dihasilkan.
2.
Teori Dasar
Dalam industri manufaktur, tidak diragukan lagi pengelasan merupakan salah
satu proses terpenting dalam membentuk bahan baku menjadi suatu produk. Karena
secara luas, penggunaan teknik las telah banyak digunakan di industri khususnya
dalam penyambungan batang konstruksi bangunan baja dan konstruksi mesin.
Teknik las sendiri dapat diartikan sebagai penyambungan dua logam atau lebih
dengan melibatkan energi panas dan melelehkan sebagian dari logam tersebut. Las
busur listrik yaitu pengelasan menggunakan listrik dan elektrodanya terbungkus
oleh fluks. Cara mengelas yang sering dipergunakan dalam praktek dan termasuk
klasifikasi las busur listrik: las elektroda terbungkus, las busur dengan pelindung
gas dan las busur dengan pelindung bukan gas. Adapun dalam praktikum ini yang
akan dipelajari adalah las elektroda terbungkus (SMAW).
Las elektroda terbungkus adalah cara pengelasan yang banyak digunakan pada
masa ini. Dalam cara pengelasan ini kawat elektroda logam yang dibungkus dengan
fluks. Pada gambar dibawah ini dapat dilihat dengan jelas bahwa busur listrik
terbentuk di antara logam induk dan ujung elektroda. Karena panas dari busur ini
maka logam induk dan ujung elektroda tersebut mencair dan kemudian membeku
bersama [Wiryosumarto, 1996]. Gambar bentuk rangkaian proses pengelasan
SMAW dapat dilihat pada gambar 9.1.
30
3.
31
2.
Elektroda Las
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Stopwatch
9.
Jangka Sorong
4.
Prosedur Percobaan
1.
2.
3.
4.
Pasangkan elektroda pada kutub positif atau negatif pada mesin las
SMAW (jenis polaritas yang dipakai ditentukan asisten);
5.
Atur mesin las SMAW pada arus dan voltase yang ditentukan oleh asisten;
6.
Siapkan stopwatch;
7.
8.
Catat waktu tang diperlukan untuk mengelas pelat yang tersedia dari awal
sampai akhir pengelasan;
9.
10. Timbang kembali pelat tersebut denagn massa akhir (GH1) dan hitung
perubahan massanya G atau GH = GH1 GH0;
32
11. Timbang elektroda yang masih tersisa sebagi massa akhir elektroda (GP1)
dan hitung perubahan massanya G atau Gp = Gp1 Gp0;
12. Hitung kecepatan pengelasan dan laju pencairan elektroda;
13. Hitung dan tentukan berapa nilai koefisien pencairan elektroda dan
koefisien penambahan metal las.
5.
2.
Jelaskan perbedaan antara las elektroda terumpan dengan las elekroda tak
terumpan!
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Apa pengaruh penggunaan jenis fluks basa dengan jenis fluks asam
terhadap proses pengelasan.
9.
10. Sebutkan dan jelaskan macam-macam jenis cacat lasan beserta penyebab
dan cara penanggulangannya minimal 3!
MODUL X
PENGELASAN OKSIASETILEN
1.
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui jenis-jenis nyala api dan pengaruh deposit metal las pada
2.
Dasar Teori
Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua logam atau lebih dengan
menggunakan energi panas. Logam sekitar lasan atau sambungan, akan mengalami
siklus termal yang cepat yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
metalurgi yang rumit, deformasi dan tegangan-tegangan thermal. Hal ini sangat erat
hubungannya dengan kekuatan, cacat lasan dan lain sebagainya yang pada
umumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dari konstruksi yang
di las.
Selain itu, las juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang timbul akibat
adanya gaya tarik antara atom. Berdasarkan cara kerjanya las dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu :
1.
Pengelasan Cair
Dimana logam induk dan bahan tambahan dipanaskan hingga mencair,
kemudian membiarkan keduanya membeku sehingga membentuk
sambungan.
2.
Pengelasan Tekan
Yaitu dimana kedua logam yang disambung, dipanaskan hingga meleleh,
lalu keduanya ditekan hingga menyambung adapun pengelasan tekan itu
sendiri dibagi menjadi :
a.
Pengelasan Tempa
Merupakan proses pengelasan yang diawali dengan proses pemanasan
pada logam yang diteruskan dengan penempaan (tekan) sehingga
terjadi penyambungan logam. Jenis logam yang cocok pada proses ini
34
adalah baja karbon rendah dan besi, karena memilki daerah suhu
pengelasan yang besar.
b.
Pengelasan Tahanan
Proses ini meliputi :
1.
Las proyeksi
Merupakan proses pengelasan yang hasil pengelasannya sangat
dipengaruhi oleh distribusi arus dan tekanan yang tepat.
Prosesnya yaitu akan disambung dijepit dengan elektroda dari
paduan tembaga, kemudian dialiri arus yang besar.
2.
Las titik
Prosesnya hampir sama dengan las proyeksi, yaitu pelat yang
akan disambung dijepit dahulu dengan elektroda dari paduan
tembaga, kemudian dialiri arus listrik yang besar, dan waktunya
dapat diatur sesuai dengan ketebalan pelat yang akan dilas.
3.
Las Kampuh
Merupakan proses pengelasan yang menghasilkan sambungan las
yang kontinyu pada dua lembar logam yang tertumpuh. Ada tiga
jenis las kampuh, yaitu las kampuh sudut, las kampuh tumpang
sederhana dan las kampuh penyelesaian.
4.
Pematrian
Adalah seperti pengelasan cair, akan tetapi bedanya adalah
penggunaan bahan tambahan atau filler yang mempunyai titik
leleh dibawah titik leleh logam induk. Pengelasan fusion dapat
dibedakan menjadi :
a.
Pengelasan Laser
Merupakan pengelasan yang lambat dan hanya diterapkan pada las
yang kecil, khususnya dalam industri elektronika.
b.
35
c.
Pengelasan Thermit
Merupakan satu-satunya pengelasan yang menggunakan reaksi
kimia eksotermis sebagai sumber panas.
Bila dilihat dari cara kerja dan sumber energi, maka pengelasan (welding)
memiliki bermacam-macam variasi cara pengerjaan terhadap benda kerja,
tergantung dari kebutuhan pengguna dan pemanfaat las ini. [Wiryosumarto, 1996 ]
Salah satu metode proses pengelasan yang paling popular adalah menggunakan
panas dari nyala api gas. Pada proses pengelasan ini, panas yang dihasilkan adalah
dari hasil pembakaran gas. MAAP (methylacetylene-propadine) atau acetylene,
yang dicampur dengan oksigen. Pengelasan gas umumnya dipergunakan dalam
proses maintenance dan perbaikan (repair work) karena transportasi tabung bahan
bakar dan oksigen lebih lebih mudah dilakukan atau dibawa ke lapangan. Proses
dengan pembakaran gas ini juga banyak diterapkan pada proses brazing, cutting
dan heat treatment hampir semua jenis logam.
3.
Tabung oksigen
2.
3.
Regulator
4.
Brander
5.
Kunci tabung
6.
Pembersih nosel
7.
Sikat kawat
8.
Selang las
9.
Meja kerja
36
4.
Prosedur Percobaan
A. Langkah Percobaan
1. Mengecek kelengkapan dan kondisi peralatan;
2. Buka kran tabung oksigen dan bahan bakar;
3. Periksa tekanan gas oksigen dan bahan bakar pada regulator;
4. Siapkan pelat dan filter metal;
5. Timbang pelat dan filter metal sebagai massa awal (G0 atau F0).
B. Langkah Penyalaan Las Gas
1. Pegang dan arahkan ujung brander kebawah;
2. Buka secara perlahan kran gas bahan bakar;
3. Nyalakan degan pemantik gas pada ujung brander hingga gas terbakar;
4. Atur kran gas oksigen dan bahan bakar sesuai dengan ketentuan.
C. Proses Pengelasan
1. Letakkan benda kerja diatas meja kerja;
2. Nyalakan api las sesuai langkah B;
3. Panaskan terlebih dahulu benda kerja;
4. Dekatkan filter metal kearah nosel hingga ikut mencair;
5. Catat waktu yang diperlukan untuk mengelas pelat yang tersedia dari awal
sampai akhir pengelasan;
6. Biarkan pelat yang sudah di las didinginkan di udara terbuka;
7. Timbang kembali pelat tersebut dan filter metal sebagai massa akhir (G1
atau F1) dan hitung perubahan massanya;
8. Hitung kecepatan las;
9. Ulangi percobaan dengan nyala api yang berbeda-beda.
D. Proses Mematikan Nyala Api
1. Arahkan ujung nosel ke bawah;
2. Tutup kran oksigen perlahan-lahan hingga tertutup rapat;
3. Tutup kran bahan bakar perlahan-lahan hingga tertutup rapat;
4. Biarkan benda kerja dan nosel hingga dingin;
37
5. Tutup kembali kran oksigen dan bahan bakar pada tabung dan perhatikan
regulator;
6. Gulung kembali selang.
5.
2.
Pada proses pengelasan oksiasetilen terdapat tiga macam jenis nyala api.
Sebutkan dan jelaskan pebedaan ketiganya (berikan reaksinya) beserta
gambarnya!
3.
Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis cacat yang terjadi pada proses pengelasn
oksi-asetilen dan apa yang menyebabkan cacat itu terjadi!
4.
5.
6.
7.
MODUL XI
PELAPISAN TEMBAGA (Cu)
1.
Tujuan Percobaan
Mempelajari proses pelapisan menggunakan pelapis tembaga. Mengetahui
pengaruh variasi voltage, konsentrasi larutan elektrolit, potensial elektroda masingmasing plat logam yang digunakan dan waktu terhadap massa dan tebal lapisan
yang dihasilkan.
2.
Teori Dasar
Pelapisan atau elektroplating adalah proses pengendapan zat (ion logam) pada
elektroda (katoda) dengan cara elektrolisa atau disebut juga proses pelapisan logam.
Terjadinya pengendapan pada proses ini karena adanya ion-ion bermuatan listrik
yang berpindah dari suatu elektroda melalui elektrolit yang mana hasil dari
elektrolisa tersebut akan mengendap pada elektroda lain (katoda). Cara pelapisan
ini memerlukan arus listrik searah (DC). Tahapan sehingga proses pelapisan dapat
terjadi:
1) Sebuah atom dalam larutan atau dalam logam anoda kehilangan sebuah
elektron sehingga berubah menjadi sebuah ion didalam larutan.
2) Ion yang bermuatan positif ditarik menuju anoda (strip baja yang akan
dilapisi) dan bergerak ke arah katoda tersebut.
3) Ion-ion yang mendapatkan elektron dan permukaan katoda berubah
menjadi atom yang stabil dan berbentuk logam yang diendapkan pada
permukaan katoda/strip baja.
Adapun susunan sel elektrolisa pada proses pelapisan tembaga ditunjukkan
pada gambar 11.1.
39
Katoda
Anoda
3.
2.
Pelat Cu dan Fe
3.
Rectifier
4.
Gelas kimia
5.
Gelas ukur
6.
Timbangan
7.
Aquadest
8.
Ampelas
9.
Hairdryer
10. Tisu
40
4.
Prosedur Percobaan
1.
2.
3.
4.
5.
5.
6.
7.
2.
3.
4.
Sebutkan dan jelaskan apa saja komponen yang harus ada dalam proses
elektrolisa!
5.
Tentukan logam mana yang berperan sebagai anoda dan katoda? Jelaskan!
6.
7.
8.
DAFTAR PUSTAKA
Ajie, Mokh. Winanto, dkk. 2004. Pengolahan Bahan Galian. Jurusan Teknik
Pertambangan, FTM, UPN Veteran Yogyakarta
D.L. Graver (Ed.). 1985. Corrosion Data Survey-Metals Section, Sixth Edition,
NACE, International, Houston.
Irwan. 2012. Pengolahan Bahan Galian, Pemisahan Bijih Timah Dengan Jig, mesh
ruber screen. Balunijuk : Universitas Bangka Belitung.
Kelly, E,G. 1982. Introduction to Mineral Processing . New York John Willie &
Sons.Inc.
Mulyonono, Trio. Kajian Inhibisi Korosi Galvanik Sistem Baja Karbon Logam
Lasan Secara Metode Polarisasi Potensiodinamik Dan Galvanostatik. 2005;
No.2, Vol.6; 7.
Prijono, A. 1997. The lndonesian Mining lndustri Its Present and Future. Jakarta:
Indonesian Mining Association
Solihin. 1998. Kajian Perbandingan Teknik Sampling antara metoda
Coning/Quartering dan Riffle dengan Memakai Sample Kasiterit. Bandung :
Universitas Islam Bandung.
Sudarsono, Arief, dkk,. 1999. Perubahan Struktur Kristal dan Indeks Kerja Bijih
Emas Cimanggu, Jawa Barat Akibat Pemanasan Gelombang Mikro.
Bandung : TEKMIRA.
Wiryosumarto, Harsono. 1996. Teknologi pengelasan logam. Jakarta : Pradnya
Paramita.
Yang Liu, Yongping Yang. 2014. Evolution of the Surface Area of Limestone
during Calcination and Sintering. Beijing : School of Energy Power and
Mechanical Engineering.
BLANKO PERCOBAAN
DATA PERCOBAAN
ROD MILL
Kelompok :
Massa (gr)
Fraksi ukuran (#)
I
No.
Nama
II
NPM
III
Asisten
1.
2.
3.
4.
(.......)
Tanggal :
Kelompok :
.# Berat = . gram
Mineral
B.J
Butiran
I
II
Jumlah butir
x B.J
.# Berat = . gram
Butiran
% Berat
I
II
Jumlah
Jumlah butir x
B.J
% berat
Jumlah
No.
Nama
NPM
Asisten
1.
2.
3.
4.
(.)
total (%)
No
No.
DATA PERCOBAAN
KALSINASI
Sample
Nama
Temperatur
(oC)
NPM
Kelompok :
Massa (gram)
Sebelum
Setelah
Pemanasan Pemanasan
P co2
Asisten
1.
2.
3.
4.
(......................................)
DATA PERCOBAAN
MAGNETIC SEPARATION
Feed
(gram)
No.
Pasir Besi
Pasir
Tegangan
Rotor
(volt)
Teg.
Umpan
(volt)
Kelompok :
Waktu
(detik)
Laju
pengumpanan
(g/m)
kwarsa
K (gram)
T (gram)
No
k (%)
Pasir
Besi
No
Pasir
Kwarsa
Nama
Pasir
Besi
NPM
t (%)
R (%)
Pasir
Kwarsa
Asisten
1.
2.
3.
4.
(.......................................)
Riffle
DATA PERCOBAAN
SLUICE BOX
Massa Tertampung
(gram)
No.
Nama
% Massa
Tertampung
NPM
Kelompok :
Kumulatif %
Massa Tertampung
Kumulatif %
Massa Lolos
Asisten
1.
2.
3.
4.
(.......................................)
Stroke
(spm)
No.
DATA PERCOBAAN
JIGGING CONCENTRATOR
Recovery
Nama
Tailing
Nisbah
Konsentrasi
Pasir besi
NPM
Kelompok :
Konsentrat
Pasir
kwarsa
Pasir besi
Pasir
Kwarsa
Asisten
1.
2.
3.
4.
(..................)
Material
DATA PERCOBAAN
KOROSI GALVANIK
E
Redoks
Waktu
(Menit)
E Korosi
(Volt)
Korosi
(Volt)
Kelompok :
E
(Volt)
Laju Korosi
(Volt/Menit)
Cu/Zn
Cu/Pb
Pb/Zn
No.
Nama
NPM
Asisten
1.
2.
3.
4.
(........................................)
Hari /
Tanggal
DATA PERCOBAAN
KOROSI MERATA
Kelompok :
Tabel Percobaan
Sampel I
Sampel II
Sampel III
Sampel IV
Sampel
Massa Awal
(M0) (gram)
Massa Akhir
(M1) (gram)
Selisih Massa
(M) (gram)
Jumlah
Hari
Laju Korosi
(gram/hari)
II
III
IV
No.
Nama
NPM
Asisten
1.
2.
3.
4.
(.......................................)
DATA PERCOBAAN
PENGELASAN SMAW
LAS SMAW
Pelat
Kelompok :
POLARITAS:
GH0
(g)
GHI
(g)
GH
(g)
ELEKTRODA:
H
(g/A.det)
GP0
GPI
GP
(g/A.det)
II
II
FLUX:
Pelat
II
III
E:
I
(Ampere)
V
(Volt)
L
(cm)
t
(detik)
POSISI LAS:
S
(cm)
W
(cm)
Laju
Lelehan
Elektroda
(g/det)
LAS SMAW
Pelat
POLARITAS:
I
(Ampere)
V
(Volt)
S
(cm/det)
ELEKTRODA:
Heat
Input
Q (J/cm)
Tcooling
tcooling
II
II
No.
Nama
NPM
Asisten
1.
2.
3.
4.
(......................................)
DATA PERCOBAAN
PENGELASAN OKSIASETILEN
No
Pelat
No
G0
(g)
G1
(g)
Nama
Gr
(g)
x
(cm)
Kelompok :
Hasil Pengamatan
t
(dtk)
NPM
S
(cm/dtk)
F0
(g)
F1
(g)
Fr
(g)
v
(g/dtk)
Asisten
1.
2.
3.
4.
(...................................)
DATA PERCOBAAN
PELAPISAN TEMBAGA
Sampel
Konsentrasi (M)
Voltase (Volt)
I
Sampel
Cu
Kelompok :
Arus (Ampere)
Waktu (menit)
II
Fe
Cu
III
Fe
Cu
Fe
Massa awal
(gram)
Massa akhir
(gram)
Selisih Massa
(gram)
No
Nama
NPM
Asisten
1.
2.
3.
4.
(................................)