Anda di halaman 1dari 39

PROSES INDUSTRI KIMIA II

KESETIMBANGAN KIMIA (HOMOGEN DAN HETEROGEN)

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Makalah Proses Industri Kimia II

Dosen Pembimbing : Dr. Suryati, ST., MT

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Salimuddin 180140022
Azril Fahmi 180140039
Nurul Syawal 180140040
Thahtia Rahma 180140069
Josua Lorent Barus 180140096
chalisna wildani 180140071
Laksita Ika Paksi 180140168
Rati Halimatussakdiyah 180140178

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
BUKIT INDAH
2020
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
kelompok “Proses Industri Kimia II” yang berjudul “Kesetimbangan Kimia
(Homogen dan Heterogen)”. Shalawat beserta salam kepada Rasul kita Nabi
Muhammad SAW yang membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh
dengan ilmu pengetahuan.
Dalam menyelesaikan tugas kelompok ini, penulis banyak mendapatkan
saran, bimbingan dan bantuan dari semua pihak.
Penulis menyadari bahwa tugas kelompok ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Terima kasih.

Bukit Indah, 24 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

2.1 Kesetimbangan..........................................................................................3

2.1.1 Jenis-jenis Kesetimbangan.................................................................4

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan............................5

2.1.3 Tetapan Kesetimbangan.....................................................................7

BAB III JENIS-JENIS INDUSTRI..........................................................................9

3.1 Industri Asam Sulfat/Proses Kontak.........................................................9

3.2 Industri Asam Nitrat/Proses Ostwald......................................................10

3.3 Industri Amonia/Proses Haber................................................................11

3.4 Industri Bensin Sintetis/Proses Fischer-Tropsch.....................................13

BAB IV APLIKASI DALAM INDUSTRI/TUGAS KHUSUS............................17

4.1 Kesetimbangan dalam industri Asam Sulfat...............................................17

4.2 Kesetimangan Kimia dalam Industri Asam Nitrat..................................27

4.3 Tugas Khusus..........................................................................................30

BAB V PENUTUP.................................................................................................35

5.1 Kesimpulan..............................................................................................35

5.2 Saran........................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di alam sekitar kita banyak terjadi reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi
pembakaran bahan bakar bensin menghasilkan energi untuk menjalankan
kendaraan, reaksi perkaratan logam (misal besi) yang terjadi karena reaksi antara
logam dengan oksigen di udara dan fotosintesis. Fotosintesis adalah proses kimia
yang mengubah karbon dioksida dan air menjadi karbohidrat dan oksigen, di
mana reaksi ini berkataliskan klorofil dan menggunakan sinar matahari sebagai
energi untuk reaksi.
Pada dasarnya, istilah kesetimbangan berhubungan dengan apa yang kita
sebut ”keseimbangan kimia” akan tetapi, keseimbangan ini merupakan
keseimbangan Mekanik. Ketika suatu reaksi kimia berlangsung dalam sebuah
bejana yang mencegah masuk atau keluarnya zat-zat yang terlibat dalam reaksi
tersebut. Maka besaran-besaran (kuantitas-kuantitas) dari komponen-komponen
reaksi tersebut berubah ketika beberapa komponen tersebut digunakan dan
komponen lainnya terbentuk. Setelah komposisinya tetap selama sistem tersebut
tidak terganggu, sehingga sistem tersebut kemudian di katakan berada dalam
keadan kesetimbangan atau lebih sederhana ”berada dalam kesetimbangan”
dengan kata lain, sebuah reaksi kimia berada dalam kesetimbanagan ketika tidak
ada kecenderungan kuantitas-kuantitas zat-zat peraksi dan zat hasil reaksi untuk
berubah.

1.2. Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini
memperoleh hasil yang diinginkan, maka  penulis mengemukakan beberapa
rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut adalah :
1. Apa pengertian kesetimbangan?
2. Apa jenis – jenis kesetimbangan?

1
3. Apa perbedaaan kesetimbangan homogen dan heterogen ?
4. Apa sajafaktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia ?
5. Bagaimana Reaksi kesetimbangan dalam industry asam sulfat?
6. Bagaimana Reaksi kesetimbangan dalam industry asam nitrat

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesetimbangan
Reaksi kesetimbangan adalah reaksi dimana zat-zat hasil reaksi (produk)
dapat bereaksi kembali membentuk zat-zat semula (reaktan). Jadi reaksi
berlangsung dua arah (reversibel).
Suatu sistem Kesetimbangan mempunyaiciri-ciri sebagaiberikut:
1. merupakansuatusistemtertutupdanpada suhu konstan
2. mempunyaisifat makroskopisyangkonstan
3. bersifatdinamis
4. semuazat pereaksidanasilreaksimempunyaikonsentrasikonstan.

Dalam peristiwa Kimia, kebanyakan reaksi-reaksi yang terjadi tidak dapat


balik (irreversible) seperti peristiwa pembakaran, pembusukan, dan perkaratan.
Kayu dibakar menjadi arang dan arang tidak mungkin lagi dapat balik menjadi
kayu. Sampah dari bahan-bahan organik seperti daun-daunan, setelah membusuk
tidak mungkin secara spontan akan kembali menjadi sampah daun. Begitu juga
logam yang sudah berkarat (terkorosi) tak akan berubah menjadi logamnya tanpa
proses-proses tertentu, yang mana proses- proses itu tidak terjadi secara spontan.
Contoh-contoh reaksi kimia yang disebutkan di atas adalah reaksi irreversible
(reaksi tidak dapat balik).
Pada reaksi dapat balik (reversible), komponen-komponen yang ada dalam
reaksi terjadi pengurangan dan penambahan jumlah (konsentrasi) sehingga suatu
saat jumlah (konsentrasi) masing-masing komponen itu tetap.
Pada reaksi reversible yang sudah setimbang, kelihatannya reaksi sudah
berhenti (tidak terjadi reaksi lagi). Akan tetapi pada kenyataan- nya secara
mikroskopis reaksi tersebut masih berlangsung terus- menerus dengan laju reaksi
sama. Kecepatan reaksi (laju reaksi) ke kanan (ke zat hasil) sama dengan laju
reaksi ke kiri (penguraian zat hasil menjadi zat reaktan (pereaksi) (V1 = V2).
Kesetimbangan demikian disebut kesetimbangan dinamis. V1 A ⇄ B V2 Dalam

3
memperoleh gambaran kesetimbangan dinamis dapat kamu lakukan percobaan
berikut. Percobaan 4.1 kesetimbangan dinamis Isilah tabung Adengan 10 ml
larutan KMnO4 dan tabung B dibiarkan kosong. Masukkan pipa kaca yang
berbeda ukuran diameter- nya. Pipa I (diameter besar) ke dalam tabung reaksi
Adan Pipa II (diameter kecil) ke dalam tabung reaksi B. Biarkan beberapa saat
hingga dalam pipa terisi larutan KMnO4 yang permukaannya sama tingginya
dengan larutan KMnO4 di luar pipa dalam tabung reaksi. Dengan menggunakan
ibu jari tutuplah kedua pipa kaca tersebut. Dengan selalu menggunakan pipa kaca
I, pindahlah isi tabung Ake dalam tabung B dan sebaliknya! AB.

2.1.1 Jenis-jenis Kesetimbangan


Kesetimbangan dibedakan menjadi kesetimbangan homogen dan
kesetimbangan heterogen. Perbedaan ini berdasarkan wujud zat yang ada dalam
keadaan setimbang.
a. Kesetimbangan homogen
Kesetimbangan homogen adalah suatu kesetimbangan yang wujud atau
fasa zat-zatnya sama.
Contoh: N2(g) + 3H2(g) ⇄ 2NH3(g)
Fe3+(aq) + SCN-(aq) ⇄ Fe(SCN)2+(aq)
H2O(aq) ⇄ H+(aq) + OH-(aq)

CH3COOH(aq) ⇄ CH3COO-(aq) + H+(aq)


Kesetimbangan homogen dibagi menjadi dua,yaitu:
a. Kesetimbangan dalam sistem gas -gas 
Contoh: 2SO2(g) + O2(g) --- 2SO3(g)
b. Kesetimbangan dalam sistem larutan-larutan 
Contoh: NH4OH(aq) --- NH4+(aq) + OH- (aq)

b. Kesetimbangan heterogen
Kesetimbangan heterogen adalah suatu kesetimbangan yang wujud atau
fasa zat-zatnya berbeda.
Contoh: CaCO3(s) ⇄ CaO(s) + CO2(g)

4
H2O(g) ⇄ H2O(l)
PbSO4(s) + 2I-(aq) ⇄ PbI2(s) + SO42-(aq)

Suatu reaksi yang menyangkut pereaksi-pereaksi dengan lebih dari satu fasa
disebutkesetimbanganheterogen,misalnya :
2C(s) + O2 2CO2(g)
Pada umumnya pada suhu tertentu konsentrasi padatan murni atau
cairan murm berharga tetap, sehingga harga tetapan kesetimbanganhanya
dipengaruhikonsentrasi pereaksiyangberwujudgas.
Sedangkan pada reaksi kesetimbangan homogen merupakan reaksi dimana
semua fasa yang beraksi sama.
Kesetimbangan heterogen dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Kesetimbangan dalam sistem padat gas 
Contoh: CaCO3(s) --- CaO(s) + CO2(g)
b. Kesetimbangan sistem padat larutan 
Contoh: BaSO4(s) --- Ba2+(aq) + SO42- (aq)
c. Kesetimbangan dalam sistem larutan padat gas 
Contoh: Ca(HCO3)2(aq) --- CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(g)

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan

Kesetimbangan dinamis akan terganggu kesetimbangannya oleh beberapa


faktor, yaitu perubahan konsentrasi, perubahan tekanan (untuk sistem
kesetimbangan gas), perubahan volum, dan perubahan suhu serta pengaruh
katalisator. Seorang ahli Kimia bernama Henry Louis Le Chatelier (1850 - 1936)
berkebangsaan Perancis, pada tahun 1884 menyampaikan pendapatnya yang
dikenal dengan "asas Le Chatelier". Asas ini berbunyi: "Jika terhadap suatu sistem
kesetimbangan dilakukan suatu aksi (tindakan) maka sistem kesetimbangan
tersebut akan melakukan reaksi (pergeseran) untuk mengurangi pengaruh aksi
tersebut." Berikut penjelasan azas Le Chatelier yang dirangkum dalam faktor-
faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan.

1. Perubahan Konsentrasi

5
Sesuai dengan asas le Chatelier, jika konsentrasi zat berubah, maka
kesetimbangan akan bergeser untuk mengurangi pengaruh perubahan tersebut,
sehingga membentuk kesetimbangan yang baru. Dalam mengubah konsentrasi
dapat dilakukan cara berikut.
Jika konsentrasi zat diperbesar (ditambah) maka kesetimbangan bergeser
dari arah zat tersebut. Jika konsentrasi zat diperkecil (dikurangi) maka
kesetimbangan bergeser ke arah zat tersebut.
Simak reaksi berikut:
N2(g) + 3H2(g) ⇄ 2NH3(g)
ke arah mana reaksi akar bergeser jika a. gas NH3 yang terjadi dipisahkan b.
gas N2 ditambah Jawab: a. Jika gas NH3 yang terjadi dipisahkan, berarti
konsentrasi NH3 berkurang, maka reaksi bergeser ke arah NH3 (kanan) b. Jika
gas N2 bertambah, berarti, konsentrasi N2 bertambah, maka reaksi bergeser dari
gas N2 (kiri) ke kanan (gas NH3 bertambah) Dalam memahami pengaruh
konsentrasi terhadap reaksi kesetimbangan, kita dapat mengamati reaksi
kesetimbangan antara ion besi (III) yang berwarna kuning jingga, ion SCN- tidak
berwarna dan ion Fe SCN2+ berwarna merah darah.
2. Perubahan Tekanan
Pengaruh perubahan tekanan pada reaksi keseimbangan hanya berlaku
untuk reaksi-reaksi yang berwujud gas. Sesuai dengan asas le Chatelier, jika
tekanan suatu sistem diubah, maka sistem akan mengurangi pengaruh perubahan
tekanan dengan cara menggeser kesetimbangan.
Jika tekanan diperbesar (volum di perkecil), maka konsentrasi zat menjadi
semakin besar. Dalam mengurangi tekanan maka reaksi bergeser ke jumlah mol
gas yang kecil.

Jika tekanan diperkecil (volum diperbesar), maka konsentrasi zat menjadi semakin
kecil. Dalam menambah tekanan, reaksi akan bergeser ke jumlah mol gas yang
lebih besar.

6
3. Perubahan Suhu
Sesuai dengan asas le Chatelier, jika suhu sistem pada reaksi kesetimbangan
dinaikkan, maka sistem akan menurunkan suhu dengan cara memberikan kalor
pada pihak yang memerlukan kalor (endoterm). Jika suhu diturunkan, maka reaksi
akan bergeser ke reaksi eksoterm.
Pada reaksi kesetimbangan:
N2(g) + 3H2(g) ⇄2NH3(g) ∆H = -92 Kj
Maka dari reaksi tersebut jika suhu dinaikkan, reaksi bergeser ke reaksi
endoterm (ke kiri) dan jika suhu diturunkan, reaksi bergeser ke reaksi eksoterm
(ke kanan).
4. Pengaruh Katalisator
Suatu katalis akan memperbesar laju reaksi dengan cara menurunkan energi
pengaktifan. Hal ini berarti pada reaksi kesetimbangan, katalis akan mempercepat
reaksi maju maupun reaksi balik, sehingga mempercepat tercapainya
kesetimbangan.
Jadi, katalis berfungsi mempercepat tercapainya kesetimbangan, tetapi tidak
bisa menggeser kesetimbangan sekaligus tidak mempengaruhi jumlah produk
yang dihasilkan.
2.1.3 Tetapan Kesetimbangan
1. Hukum Kesetimbangan
Pada tahun 1864, Cato Maximillian Gulberg dan Peter Waage
menemukan adanya hubungan yang tetap antara konsentrasi komponen-
komponen dalam kesetimbangan yang dikenal dengan hukum kesetimbangan:

7
"Pada suhu tertentu, hasil kali konsentrasi zat-zat hasil reaksi dibagi
dengan hasil kali konsentrasi zat-zat reaktan yang masing-masing
dipangkatkan
dengan koefisiennya akan menghasilkan suatu bilangan tetap."
2. Tetapan Kesetimbangan Konsentrasi (Kc)
a. Reaksi kesetimbangan homogen
Contoh: N2(g) + 3H2(g) ⇄ 2NH3(g)
b. Reaksi kesetimbangan heterogen
Pada kesetimbangan heterogen, komponen yang berwujud zat padat murni
atau zat cair murni tidak mempengaruhi kesetimbangan sehingga tidak
disertakan dalam persamaan tetapan kesetimbangan.
Contoh: BiCl3(aq) + H2O(l) ⇄ BiOCl(s) + 2HCl(aq)

8
BAB III
JENIS-JENIS INDUSTRI

3.1 Industri Asam Sulfat/Proses Kontak


Salah satu cara pembuatan asam sulfat melalui proses industri dengan
produk yang cukup besar adalah dengan proses kontak. Bahan yang digunakan
pada proses ini adalah belerang dan melalui proses berikut.

a. Belerang dibakar di udara, sehingga bereaksi dengan oksigen dan


menghasilkan gas belerang dioksida.

S(s) + O2(g) → SO2(g)

b. Belerang dioksida direaksikan dengan oksigen dan dihasilkan belerang


trioksida.

SO2(g) + ½ O2(g)  SO3(g)

Reaksi ini berlangsung lambat, maka dipercepat dengan katalis vanadium


pentaoksida (V2O5) pada suhu ± 450 °C.

c.  SO3 yang dihasilkan, kemudian dipisahkan, dan direaksikan dengan air


untuk menghasilkan asam sulfat.

SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(aq)

d. Reaksi tersebut berlangsung hebat sekali dan menghasilkan asam sulfat


yang sangat korosif. Untuk mengatasi hal ini, gas SO3 dialirkan melalui menara
yang di dalamnya terdapat aliran H2SO4 pekat, sehingga terbentuk asam pirosulfat
(H2S2O7) atau disebut “oleum”. Asam pirosulfat direaksikan dengan air sampai
menghasilkan asam sulfat.

SO3(g) + H2SO4(g) → H2S2O7(aq)

H2S2O7(aq) + H2O(l) → 2H2SO4(l)

Beberapa manfaat asam sulfat adalah untuk pembuatan pupuk, di


antaranya pupuk superfosfat, detergen, cat kuku, cat warna, fiber, plastik, industri

9
logam, dan pengisi aki. Asam sulfat kuat 93% sampai dengan 99% digunakan
untuk pembuatan berbagai bahan kimia nitrogen, sintesis fenol, pemulihan asam
lemak dalam pembuatan sabun, pembuatan asam fosfat dan tripel superfosfat.
Oleum (H2S2O7) digunakan dalam pengolahan minyak bumi, TNT
(trinitrotoluena), dan zat warna serta untuk memperkuat asam lemah.

Berikut ini adalah diagram alir pabrik asam sulfat kontak yang
menggunakan pembakaran belerang dan absorpsi tunggal dengan injeksi udara
(pengenceran) antar tahap.

3.2 Industri Asam Nitrat/Proses Ostwald


Cara pembuatan asam nitrat yang banyak dilakukan dalam industri
umumnya menggunakan proses Ostwald. Proses ini memerlukan bahan baku
amoniak cair, gas oksigen, dan air murni. Asam nitratadalah larutan tak berwarna
yang digunakan dalam pembuatan senyawa organik dan anorganik nitrat untuk
pupuk, zat warna, bahan peledak, dan pengolahan logam mulia.
Asam nitrat paling sering diproduksi menggunakan proses Ostwald. Proses
Ostwald mengubah amonia menjadi asam nitrat yang melibatkan 2 tahapan
proses.

A. Langkah 1
Langkah pertama, amonia dioksidasi menggunakan oksigen untuk
menghasilkan nitrogen dioksida. Pada tahap ke-2, nitrogen dioksida yang
terbentuk diserap ke dalam air. Pada gilirannya ini membentuk asam nitrat.

10
Asam nitrat umumnya digunakan dalam pupuk dan obat-obatan, dan
karena reaksi kimia dengan beberapa senyawa, asam nitrat digunakan dalam
bahan bakar roket dan bahan peledak seperti trinitrotoluene (TNT).
Amonia dikonversi menjadi asam nitrat dalam 2 tahap. Zat ini dioksidasi
oleh oksigen dengan bantuan katalis jaring platinum (yang merupakan paduan
logam 90% platinum dan 10% rodium). Hasil dari reaksi ini adalah gas nitrogen
monoksida dan uap air .
Reaksi ini dilakukan pada tekanan tinggi, menghasilkan panas karena
berupa reaksi eksotermik. Panas yang tinggi menyebabkan naiknya tekanan antara
4-10 Atm:
4 NH3 (g) + 5 O2 (g) -> 4 NO (g) + 6 H2O (g)  (ΔH = −905.2 kJ/mol)      (i)
Reaksi di atas berlangsung pada suhu 600-800 oC.

B. Langkah 2
Tahap dua meliputi dua reaksi dan dilakukan dalam peralatan penyerapan
yang mengandung air. Awalnya oksida nitrat dioksidasi lagi menggunakan gas
oksigen untuk menghasilkan nitrogen dioksida (reaksi ii). Gas ini mudah diserap
oleh air, pada reaksi (iii) direaksikan dengan air, menghasilkan produk asam
nitrat, dan gas nitrogen monoksida (NO).
2 NO (g) + O2(g) -> 2 NO2 (g) (ΔH = −114 kJ/mol) (ii)

3 NO2 (g) + H2O (aq) -> 2 HNO3 + NO (g)      (iii)


Sisa gas NO pada reaksi iii selanjutnya di recycle kembali menjadi HNO3.

3.3 Industri Amonia/Proses Haber


Unsur nitrogen terdapat di atmosfer dan menyusun sebanyak 78% dari
volumenya, tetapi karena kelembaman nitrogen, senyawa-senyawa nitrogen tidak
banyak terdapat di alam. Metode untuk menyintesis senyawa-senyawa nitrogen
yang dikenal sebagai fiksasi nitrogen buatan, merupakan proses industri yang
sangat penting. Metode utama adalah mereaksikan nitrogen dan hidrogen
membentuk amonia. Amonia selanjutnya diubah menjadi senyawa nitrogen
lainnya, seperti asam nitrat dan garam nitrat. Pupuk urea (CO(NH2)2) merupakan
bahan kimia yang terbentuk melalui reaksi NH3 dengan CO2. 

11
Amonia juga digunakan dalam pembuatan bermacam-macam monomer
yang mengandung nitrogen untuk industri nilon, polimer-polimer akrilat, dan busa
poliutretan. Amonia juga digunakan dalam industri farmasi, macam-macam bahan
organik, anorganik, detergen dan larutan pembersih, pupuk, dan bahan peledak
(TNT atau trinitrotoluena).
Dasar teori dari reaksi sintesis amonia dan uji laboratorisnya merupakan
penelitian Fritz Haber (1908). Usaha pengembangan proses Haber menjadi proses
besar-besaran. Usaha tersebut merupakan tantangan bagi insinyurinsinyur kimia
pada saat itu. Hal ini karena metode tersebut mensyaratkan reaksi kimia dalam
fasa gas pada suhu dan tekanan tinggi dengan katalis yang sesuai. Pekerjaan ini
dipimpin oleh Carl Bosch di Badishe Anilin and Soda Fabrik (BASF). Pada tahun
1913, pabrik beroperasi dengan produksi 30.000 kg NH3 per hari. Pabrik amonia
modern saat ini mempunyai kapasitas 50 kali lebih besar.
Beberapa data relevan mengenai reaksi sintesis amonia adalah:
N2(g) + 3H2(g)  2NH3(g)

(ΔH = –92,38 kJ/mol, suhu = 298 K, Kp = 6,2 × 105)

Untuk setiap 1 mol gas nitrogen dan 3 mol gas hidrogen dihasilkan 2 mol
gas amonia. Peningkatan tekanan menyebabkan campuran reaksi bervolume kecil
dan menyebabkan terjadinya reaksi yang menghasilkan amonia lebih besar.
Reaksi ke kanan bersifat eksoterm. Reaksi eksoterm lebih baik terjadi jika suhu
diturunkan, sehingga reaksi bergeser ke kanan menghasilkan amonia makin besar.
Jadi kondisi optimum untuk produksi NH3 adalah tekanan tinggi dan suhu rendah.
Tetapi, keadaan optimum ini tidak mengatasi masalah laju reaksi. Sekalipun
produksi kesetimbangan NH3 lebih baik terjadi pada suhu rendah, namun laju
pembentukannya sangat lambat, sehingga reaksi ini tidak layak. Salah satu cara
untuk meningkatkan reaksi adalah dengan menggunakan katalis. Walaupun tidak
mempengaruhi kesetimbangan, namun katalis dapat mempercepat reaksi. Keadaan
reaksi yang biasa dilakukan dalam proses Haber–Bosch adalah pada suhu 550 °C,
tekanan dari 150 sampai dengan 500 atm, dan katalis biasanya besi dengan

12
campuran Al2O3, MgO, CaO, dan K2O. Cara lain untuk meningkatkan laju
produksi NH3 adalah memindahkan NH3 dengan segera setelah terbentuk.
Titik didih gas NH3 lebih tinggi daripada titik didih nitrogen dan hidrogen.
Proses selanjutnya, gas amonia didinginkan sehingga mencair. Gas nitrogen dan
gas hidrogen yang belum bereaksi dan gas amonia yang tidak mencair kemudian
diresirkulasi, dicampur dengan gas nitrogen dan hidrogen, kemudian dialirkan
kembali ke dalam tangki.

3.4 Industri Bensin Sintetis/Proses Fischer-Tropsch


Sejak perang dunia ke-II, Jerman mengalami krisis bahan bakar. Di tengah
krisis tersebut, ilmuwan jerman, Franz Fischer dan Hans Tropsch, menemukan
sebuah metode baru untuk mengubah batu bara menjadi minyak bumi buatan pada
tahun 1920. Dikarenakan keberhasilan metode tersebut, maka proses untuk
membuat minyak bumi buatan disebut proses Fischer-Tropsch (FT).
Proses Fischer-Tropsch (FT) memproduksi senyawa hidrokarbon sintetis
melalui reaksi gas hidrogen (H2) (biasa digunakan oleh industri pupuk untuk
membuat pupuk urea) dan karbon monoksida (CO) (merupakan gas hasil
pembakaran bensin atau solar di kendaraan). Gas H 2 dan CO akan bereaksi pada
permukaan logam transisi (unsur-unsur logam yang berada pada golongan 3 – 12
dan blok d pada tabel periodik seperti besi (Fe), mangan (Mn), dan lain-lain)
(Reni, 2011). Bahan baku yang biasa digunakan dalam proses ini yaitu batu bara,
gas alam atau biomassa. Biomassa merupakan bahan organik yang berasal dari
tumbuhan, hewan, limbah pertanian, limbah industri, sisa metabolisme makhluk
hidup seperti kotoran ternak atau manusia, dan lain-lain.
Untuk mendapatkan gas H2 dan CO dapat melalui proses gasifikasi.
Gasifikasi merupakan proses mengubah biomassa menjadi gas sintetis (syngas)
dengan pemanasan suhu tinggi. Syngas terdiri dari Gas metana (CH4), CO dan H2
yang merupakan produk utama gasifikasi. Terdapat pula produk samping yaitu tar
(senyawa hidrokarbon kompleks seperti benzena, toluena, dan lain-lain), HCN,
H2S, NH3, debu dan arang. Oleh karena itu, syngas hasil gasifikasi dapat menjadi
bahan baku pada proses FT.

13
Kombinasi antara gasifikasi biomassa dan sintesis Fischer-tropsch atau
Biomass Gasification Fischer-Tropsch (BGFT) merupakan cara alternatif untuk
memproduksi bahan bakar terbarukan. Katalis adalah suatu bahan kimia yang
dapat mempercepat reaksi, tanpa ikut terkonsumsi dalam suatu reaksi dan
mengarahkan bahan baku ke produk yang diinginkan sehingga hasil samping
dapat dikurangi. Katalis yang digunakan dalam sintesis Fischer-Tropsch adalah
logam transisi berupa Fe (besi), Co (kobalt), Ni (nikel) atau Ru (rutenium).
Katalis besi lebih banyak digunakan karena harganya murah dan memiliki
keaktifan yang relatif lebih tinggi. Untuk meningkatkan jumlah produk, katalis Fe
membutuhkan bantuan Mangan (Mn) sebagai promotor (pendukung katalis).
Katalis Fe-Mn telah digunakan di industri sintesis FT selama bertahun-tahun
(Rao, 1992 dalam Ika, 2011). Industri FT tersebut memproduksi berbagai
senyawa hidrokarbon seperti diesel dan bensin, tetapi karena aktivitas industri dan
transportasi yang semakin meningkat maka senyawa hidrokarbon yang sangat
dibutuhkan adalah diesel (solar) atau biasa disebut green diesel (FT-Diesel)
(Fitria, 2009). Skema untuk proses produksi FT-Diesel dari syngas yang
dihasilkan dari gasifikasi biomassa dijelaskan pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema proses produksi green diesel (FT-Diesel) dari biomassa

Syngas dari proses gasifikasi biomassa akan melalui proses pembersihan


gas terlebih dahulu karena masih mengandung pengotor seperti gas H2S, NH3,
HCN yang dapat meracuni katalis di reaktor Fischer-Tropsch (FT). Unit-unit
proses dalam pembersihan gas terdiri dari Tar Cracking (untuk mengkonversi tar

14
menjadi H2 dan CO pada suhu 1300oC), Hot-gas Filter (untuk menghilangkan
debu, arang, dan abu pada suhu 400oC), Water Scrubber (untuk menghilangkan
NH3 dan HCN pada suhu ruangan), Condenser (untuk mengembunkan air), dan
filter ZnO serta karbon aktif untuk menghilangkan gas CO2 dan H2S. Setelah
proses pembersihan gas, syngas akan masuk ke proses pengkondisian gas terlebih
dahulu untuk meningkatkan perbandingan antara kadar H2 terhadap kadar CO
melalui Shift Reaction (mereaksikan gas CO dan H2O untuk menghasilkan H2),
lalu H2 yang dihasilkan digunakan untuk hydrocracking (proses mengubah fraksi
berat ke fraksi ringan minyak bumi menggunakan gas H 2 pada suhu 400 – 1000oC
dan tekanan 20-70 bar, contohnya mengubah C48H98 menjadi C20H42). Skema
proses pembersihan gas dijelaskan pada gambar 2.

Gambar 2. Proses pembersihan gas.


Saat ini reaktor FT secara komersial memiliki dua rentang suhu yang
berbeda. Untuk memproduksi bensin dan olefin (seperti propilena dan etilena
yang digunakan di industri petrokimia) digunakan reaktor High Temperature
Fischer-Tropsch (HTFT) dengan suhu 340 oC menggunakan katalis besi. Diesel
dan lilin diproduksi menggunakan reaktor Low Temperature Fischer-Tropsch
(LTFT) pada suhu 230oC dengan bantuan katalis besi atau kobalt. Maka untuk
memproduksi diesel digunakan reaktor LTFT dan reaksi kimia yang terjadi pada
sintesis Fischer-Tropsch adalah sebagai berikut :
Katalis Fe-Mn : CO + 2H2 > -(CH2)-+ H2O
Water-Gas Shift Conversion : CO + H2O  >   CO2  +  H2
Produk kemudian dimurnikan untuk menghasilkan green diesel (FT-
Diesel). Green diesel atau FT-Diesel yang dihasilkan memiliki energi yang lebih

15
tinggi dari biodiesel dan setara dengan minyak diesel dari minyak bumi tetapi
emisi CO dan SO2 yang dihasilkan lebih rendah dari minyak diesel. Hambatan
terbesar teknologi FT adalah tingginya investasi, biaya operasi dan pemeliharaan.
Meski begitu, beberapa negara telah menerapkan teknologi FT untuk
memproduksi bahan bakar terbarukan. Di Sasol, Afrika Selatan menggunakan
batu bara dan gas alam untuk memproduksi minyak bumi sintetis dan Sasol telah
memasok FT-Diesel ke berbagai negara (Ika, 2011). Pengembangan teknologi FT
mulai dipertimbangkan untuk mengantisipasi krisis bahan bakar di masa depan.
Oleh karena itu, Indonesia sebagai produsen biomassa terbesar di ASEAN harus
mampu menerapkan teknologi Fischer-Tropsch untuk memenuhi kebutuhan
energi nasional yang kian hari kian meningkat.

16
BAB IV
APLIKASI DALAM INDUSTRI/TUGAS KHUSUS

Pada industri kimia, pengontrolan dengan teliti dari pengaruh laju reaksi dan
konsentrasi kesetimbangan berperan penting dalam metode produksi untuk
mendapatkan keuntungan. Kimia dan teknik kimia mencoba untuk menemukan
kombinasi antara proses reaksi dan kondisi dimana memproduksi produk dalam
jumlah besar tetapi dengan biaya kecil. Dengan kata lain, metode produksi yang
ditemukan harus memperhitungkan persoalan penting seperti keselamatan dan
pertimbangan lingkungan.

4.1 Kesetimbangan dalam industri Asam Sulfat


Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara
alami di bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis. Walaupun demikian, asam
sulfat merupakan komponen utama hujan asam, yang terjadi
karena oksidasi sulfur dioksida di atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam
sulfit). Sulfur dioksida adalah produk sampingan utama dari pembakaran bahan
bakar seperti batu bara dan minyak yang mengandung sulfur (belerang).

Gambar 2.1 Asam Sulfat (H2SO4)


Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida,
misalnya besi sulfida. Air yang dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan
disebut sebagai air asam tambang. Air asam ini mampu melarutkan logam-logam
yang ada dalam bijih sulfida, yang akan menghasilkan uap berwarna cerah yang
beracun.
Reaksi hidrasi asam sulfat adalah reaksi eksoterm yang kuat. Jika air
ditambah kepada asam sulfat pekat, ia mampu mendidih. Senantiasa tambah asam

17
kepada air dan bukan sebaliknya. Sebagian dari masalah ini disebabkan perbedaan
densitas kedua cairan. Air kurang padu berbanding asam sulfat dan cenderung
untuk terapung di atas asam. Reaksi terhasil boleh dianggap sebagai membentuk
ion hidronium, seperti:
H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4-.
Disebabkan asam sulfat bersifat mengeringkan, asam sulfat merupakan
agen pengeringan yang baik, dan digunakan dalam pengolahan kebanyakan buah-
buahan kering. Apabila gas SO3 pekat ditambah kedalam asam sulfat, ia
membentuk H2S2O7. Ini dikenali sebagai asam sulfat fuming atau oleum atau,
jarang-jarang sekali, asam Nordhausen.
Di atmosfer,zat ini termasuk salah satu bahan kimia yang
menyebabkan hujan asam. Memang tidak mudah membayangkan bahwa bahan
kimia yang sangat aktif, seperti asam sulfat, juga merupakan bahan kimia yang
paling banyak dipakai dan merupakan produk teknik yang amat penting. Zat
inidigunakan sebagai bahan untuk pembuatan garam–garam sulfat dan untuk
sulfonasi, tetapi lebih sering dipakai terutama karena  merupakan asam anorganik
yang agak kuat dan agak murah. Bahan ini dipakai dalam berbagai industri, tetapi
jarang muncul dalam produk akhir. Asam sulfat dipakai dalam pembuatan pupuk,
plat timah, pengolahan minyak, dan dalam pewarna tekstil.
Adapun sifat –sifat kimia dan fisika dari asam sulfat sendiri adalah sebagai berikut

4.1.1 Sifat - Sifat kimia Dan Fisika Asam Sulfat


a. Sifat Kimia
Dalam air, reaksi kesetimbangan berikut terjadi antara suatu asam (HA)
dan air, yang berperan sebagai basa,
HA + H2O ↔ A- + H3O+
Tetapan asam adalah tetapan kesetimbangan untuk reaksi HA dengan air :
Asam kuat mempunyai nilai Ka yang besar (yaitu, kesetimbangan reaksi
berada jauh di kanan, terdapat banyak H3O+; hampir seluruh asam terurai).
Misalnya, nilai Ka untuk asam klorida (HCl) adalah 107.
Asam lemah mempunyai nilai Ka yang kecil (yaitu, sejumlah cukup banyak HA
dan A- terdapat bersama-sama dalam larutan; sejumlah kecil H3O+ ada dalam

18
larutan; asam hanya terurai sebagian). Misalnya, nilai K a untuk asam asetat adalah
1,8 × 10-5. Asam kuat mencakup asam halida - HCl, HBr, dan HI. (Tetapi, asam
fluorida, HF, relatif lemah.) Asam-asam okso, yang umumnya mengandung atom
pusat ber-bilangan oksidasi tinggi yang dikelilingi oksigen, juga cukup kuat;
mencakup HNO3, H2SO4, dan HClO4. Kebanyakan asam organik merupakan asam
lemah.Larutan asam lemah dan garam dari basa konjugatnya membentuk larutan
penyangga.

b. Sifat Fisika
 Titik leleh  (°C) : 10
 Titik didih  (°C) : 290
 Tekanan uap (mmHg) :1 (146 °C)
 Berat jenis cairan :1,84 (100 persen)
 Berat jenis uap :3,4 (udara = 1)

4.1.2 Sumber Dan Bahan Baku Asam Sulfat


Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan asam sulfat adalah
belerang, oksigen, air dan katalis vanadium pentaoksida sebagai bahan pembantu.

No. Komponen Bentuk Warna Titik Titik leleh


didih (0C) (0C)
1. Belerang Padatan Kuning 444,6 120
2. Oksigen Gas - -183 -218,4
3. Vanadium Padatan Kuning 1750 800
Pentaoksida
4. Air Cairan - 100 -
Tabel 2.1 Komponen atau Bahan Pada Proses Pembuatan Asam Sulfat
Sumber dan bahan baku dari asam sulfat salah satunya adalah belerang.
Belerang di alam terdapat di kulit bumi meliputi kira-kira 0,1% dari massa kulit
bumi. Belerang terdapat dalam keadaan unsur bebas ataupun dalam senyawa
sulfida. Belerang dalam keaadaan unsur bebas terdapatdari daerah gunung berapi
dan dalam tanah. Dalam bentuk senyawa, belerang terdapat dalam garam sulfida

19
seperti pirit, sengblende, atau garam-garam sulfat seperti gips, barium sulfat
maupun magnesium sulfat. Dalam bentuk senyawa organik,  belerang terdapat
dalam minyak bumi, batu bara dan gas alam, yaitu gas hidrogen sulfida.

Gambar 2.2 Belerang (Bahan baku pembuatan Asam sulfat)

Belerang diambil dari dekat gunung berapi dan sumber air panas dan juga
bawah tanah. Belerang  juga terdapat dalam bijih, seperti galena (PbS), hidrogen
sulfida dalam gas alam dan minyak bumi dan sebagai belerang di laut.

4.1.3 Kegunaan Asam Sulfat


Asam sulfat merupakan komoditas kimia yang sangat penting, produksi
asam sulfat suatu negara merupakan indikator yang baik terhadap kekuatan
industri negara tersebut. Kegunaan asam sulfat, yaitu:  
 Kegunaan utama (60% dari total produksi di seluruh dunia) asam sulfat
adalah dalam "metode basah" produksi asam fosfat, yang digunakan untuk
membuatpupuk fosfat dan juga trinatrium fosfat untuk deterjen.
 Asam sulfat digunakan dalam jumlah yang besar oleh
industri besi dan baja untuk menghilangkan oksidasi, karat, dan kerak air
sebelum dijual ke industri otomobil.
 Kegunaan asam sulfat lainnya yang penting adalah untuk
pembuatan aluminium sulfat. Alumunium sulfat dapat bereaksi dengan
sejumlah kecil sabun pada seratpulp kertas untuk menghasilkan
aluminium karboksilat yang membantu mengentalkan serat pulp menjadi
permukaan kertas yang keras. Aluminium sulfat juga digunakan untuk

20
membuat aluminium hidroksida. Aluminium sulfat dibuat dengan
mereaksikan bauksit dengan asam sulfat:  Al2O3 + 3 H2SO4 →
Al2(SO4)3+ 3 H2O
 Asam sulfat juga memiliki berbagai kegunaan di industri kimia. Sebagai
contoh, asam sulfat merupakan katalis asam yang umumnya digunakan
untuk mengubahsikloheksanonoksim menjadi kaprolaktam, yang
digunakan untuk membuat nilon.

4.1.4 Proses Pembuatan Asam Sulfat


Asam sulfat merupakan salah satu bahan kimia yang digunakan baik di
laboratorium maupun industri. Penggunaan utama asam sulfat di industri adalah
sebagai bahan baku pembuatan pupuk, diantaranya pupuk superfosfat dan
ammonium sulfat. Asam sulfat juga digunakan sebagai bahan baku dalam
pembutan asam klorida, asam nitrat, garam sulfat, detergen, zat pewarna, bom dan
obat-obatan.
Asam sulfat dibuat dari belerang melalui reaksi sebagai berikut:
1. Belerang dibakar dengan udara membentuk belerang dioksida.
S(s) + O2(g) SO2(g)
2. Belerang dioksida dioksidasi lebih lanjut menjadi belerang trioksida
2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)
3. Belerang trioksida dilarutkan dalam asam sulfat pekat membentuk asam
pirosulfat.
H2SO4(aq) + SO3(g) H2S2O7(l)
4. Asam pirosulfat direaksikan dengan air membentuk asam sulfat pekat
H2S2O7(l) + H2O(l) H2SO4(aq)

Tahap penting dalam proses ini adalah reaksi (2). Reaksi ini merupakan
reaksi kesetimbangan dan eksoterm. Seperti pada sintesis amonia, reaksi ini hanya
berlangsung baik pada suhu tinggi. Tetapi pada suhu tinggi kesetimbangan akan
bergeser ke kiri. Pada proses kontak digunakan suhu 500oC. Sebenarnya tekanan
besar akan menguntungkan produksi SO3, tetapi penambahan tekanan tidak

21
diimbangi penambahan hasil yang memadai, karena tanpa tekanan besar pun,
dengan adanya katalisator V2O5 reaksi ke kanan sudah cukup sempurna. Oleh
karena itu pada proses kontak tidak digunakan tekanan besar melainkan tekanan
normal, 1 atm.

a. Proses kontak dengan absorbsi tunggal


Sebagai bahan utama pada pembuatan asam sulfat adalah belerang
trioksida (SO3). Pada proses pembuatan SO3 ini, belerang dioksida direaksikan
dengan oksigen. Cara yang digunakan untuk pembuatan SO3 ini disebut dengan
proses kontak.
Bentuk reaksinya adalah: 2SO2(g) + O2(g) ⇄ SO3(g)
Untuk mendapatkan SO3 yang banyak, maka dicari kondisi yang optimum,
supaya reaksi berlangsung ke kanan. Adapun untuk mempercepat reaksi,
digunakan katalisator vanadium pentaoksida (V2O5).
Untuk pembuatan asam sulfat, belerang trioksida yang dihasilkan direaksikan
dengan asam sulfat pekat yang menghasilkan asam pirosulfat.
SO3(g) + H2SO4(aq) ⇄ H2SO4(l)
Selanjutnya, asam pirosulfat direaksikan dengan air yang dihasilkan direaksikan
dengan asam sulfat pekat yang menghasilkan asam sulfat dengan kadar 98%.
H2S2O3(l) + H2O(l) ⇄ 2H2SO4(aq)
Tahap penting dalam proses ini adalah reaksi 2SO 2(g) + O2(g) ⇄ 2SO3(g).
Reaksi ini merupakan reaksi kesetimbangan dan eksoterm. Sama seperti pada
sintesis amonia, reaksi ini hanya berlangsung baik pada suhu tinggi. Akan tetapi
pada suhu tinggi justru kesetimbangan bergeser ke kiri. Pada proses kontak
digunakan suhu sekitar 500oC. Sebenarnya tekanan besar akan menguntungkan
produksi SO3, tetapi penambahan tekanan ternyata tidak diimbangi penambahan
hasil yang memadai. Oleh karena itu, pada proses kontak tidak digunakan tekanan
besar melainkan tekanan normal, 1 atm. Dalam industri kimia, jika campuran
reaksi kesetimbangan mencapai kesetimbangan, produk  reaksi tidak bertambah
lagi. Akan tetapi produk reaksinya diambil atau disisihkan, maka akan
menghasilkan lagi produk reaksi.
Berikut ini skema pembuatan asam sulfat.

22
b. Proses Kontak dengan Absorpsi Ganda
Merupakan proses kontak dengan menggunakan dua buah absorber untuk
menghasilkan asam sulfat dengan konsentrasi 98% - 99,5% Proses kontak
kemudian mengalami modifikasi secara berangsur-angsur dan menggunakan
absorpsi ganda (juga disebut katalis ganda), sehingga hasilnya lebih tinggi dan
emisi SO2 yang belum terkonversi dari cerobong asap berkurang.
Dfv alam konfigurasi aliran ini, gas yang keluar dari menara absorpsi
pertama dipanaskan lagi melalui pertukaran kalor dengan gas konverter bawah
dan masuk kembali dalam tahap akhir konverter itu. Oleh karena itu, kadar sulfur
trioksidanya rendah, reaksinya:

SO2(g) + ½ O2(g) ⇄ SO3(g)


Reaksi dapat berlangsung lebih jauh pada arah yang dihendaki dan pemulihan
dapat lebih tinggi dan mencapai 99,7%.

23
4.1.5 Peralatan Proses Pembuatan Asam Sulfat
Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan asam sulfat, yaitu:
1. Sulfur Melter
Fungsinya sebagai tempat pencairan atau peleburan belerang dengan bantuan
panas steam pada coil.
2. Pompa Sulfur
Fungsinya sebagai pengalir sulfur cair ke furnace. Pompa ini mempunyai pipa-
pipa penyaluran luar bermantel uap, sehingga belerang tidak menjadi dingin dan
membeku, karena titik lebur belerang adalah 115oC.
3. Main Blower
Fungsinya sebagai penyuplai udara untuk proses pembakaran ke furnace. Main
blower yang digunakan adalah tipe turbo fun dengan kapasitas 117 m3/menit dan
tekanan operasi 1800 mmHg.
4. Drying Tower

24
Fungsinya sebagai unit proses tempat terjadinya pengeringan udara oleh sirkulacc
siasam sulfat (minimal 93%) dari DT Pump Tank. Drying Tower yang dipakai
adalah tipe packed column dengan tinggi 8,254 m, diameter dalam 2,62 m dan
diameter luar 2,86 m.
5. DT Pump Tank
Fungsinya sebagai tangki penampungan sirkulasi asam sulfat yang dari atau ke
Absorbing Tower. DT pump tank yang digunakan mempunyai tinggi 1,8 m,
diameter dalam 2,76 m, diameter luar 3 m dan kapasitas 8,8 m3/menit.
6. AT Pump Tank
Fungsinya sebagai tangki penampungan sirkulasi asam sulfat yang dari atau ke
absorbing tower dan juga sebagai tangki produksi, yaitu pengenceran (hidrasi)
dengan air. AT Pump Tank yang digunakan mempunyai tinggi 1,8 m,  diameter
dalam 2,76 m, diameter luar 3m, dan kapasitas 8,8 m3/menit.
7. Furnace
Fungsinya sebagai tempat berlangsungnya proses pembakaran belerang cair
dengan udara menjadi gas SO2. Furnace yang dipakai berbentuk silinder mendatar
dengan panjang 7,02 m, diameter  luar 2,04 m dan diameter ruang bakar 1,65 m.
8. Boiler
Fungsinya sebagai tempat memproduksi steam. Boiler yang digunakan berbentuk
silinder mendatar dengan dapur dan pipa-pipa api (fire tube). Boiler ini
mempunyai panjang 4,6 m dan tekanan operasi 4 kg/cm2.
9. Absorbing tower
Fungsinya sebagai unit proses terjadinya proses penyerapan gas SO3 oleh
sirkulasi asam sulfat (98,3%-99%) Absorbing Tower yang digunakan adalah tipe
packed column dengan tinggi 8,875 m, diameter dalam 2,62 m dan diameter luar
2,86 m.
10. AT Pump
Fungsinya sebagai alat untuk memompakan sirkulasi asam sulfat dari AT Pump
Tank ke Absorbing Tower. AT Pump yang digunakan mempunyai kecepatan
putar 1450 Rpm dan kapasitas 1,2 m3/menit.
11. DT Pump

25
Fungsinya sebagai alat untuk memompakan sirkulasi asam sulfat dari DT Pump
Tank ke Drying Tower. DT Pump yang digunakan mempunyai kapasitas 1,2
m3/menit.
12. Plug Valve
Fungsinya sebagai pengatur aliran gas dari furnace dan boiler.
13. Heat exchanger (on gas filter)
Fungsinya sebagai alat untuk mendinginkan aliran gas dari furnace dan boiler
yang akan masuk ke converter. Heat exchanger yang digunakan adalah tipe shell
and tube dengan jumlah tube 109 buah dan panjang tube 2,47 m. Heat exchanger
mempunyai tinggi 3 m dan diameter 1,40 m.
14. Gas filter
Fungsinya sebagai alat penyaring untuk aliran gas yang akan masuk ke converter.
Gas filter mempunyai tinggi 1,53 m dan diameter 3,448 m.
15. Converter
Fungsinya sebagai unit proses berlangsungnya proses perubahan gas SO2 menjadi
gas SO3 dengan bantuan katalis vanadium pentaoksida. Converter yang
digunakan mempunyai jumlah bed 4 buah, tinggi 8,5 m, diameter dalam 2,76 m
dan diameter luar 3,002 m.
16. 1st and 2nd Heat exchanger
Fungsinya sebagai tempat mendinginkan aliran gas yang keluar dari converter
khususnya dari bed I dan bed II. Tipe yang digunakan adalah tipe shell and tube.
17. SO3 Cooler
Fungsinya sebagai tempat pendingin aliran gas SO3 yang akan masuk ke
Absorbing Tower. Cooler yang dipakai adalah tipe shell and tube dengan tinggi
1,78 m.
18. Distributor
Fungsinya sebagai alat untuk menyebarkan aliran asam sulfat di dalam absorbing
tower dan drying tower.
19. Cooling tower
Fungsinya sebagai tempat pendingin air yang keluar dari acid cooler.
20. Cooling water pump

26
Fungsinya sebagai alat untuk memompakan sirkulasi pendingin dari cooling water
pit ke acid cooler.
21. Plate Heat exchanger (acid cooler)
Fungsinya sebagai unit mendinginkan sirkulasi asam sulfat dari AT/DT Pump
Tank ke AT/DT. Plate heat exchanger (acid cooler) yang digunakan adalah tipe
plate dengan tekanan operasi 5 kg/cm2.
4.2 Kesetimangan Kimia dalam Industri Asam Nitrat
Senyawa kimia asam nitrat (HNO3) adalah sejenis cairan korosif yang tak
berwarna, dan merupakan asam beracun yang dapat menyebabkan luka bakar.
Larutan asam nitrat dengan kandungan asam nitrat lebih dari 86% disebut
sebagai asam nitrat berasap, dan dapat dibagi menjadi dua jenis asam, yaitu asam
nitrat berasap putih dan asam nitrat berasap merah.
Asam nitrat murni (100%) merupakan cairan tak berwarna dengan berat
jenis 1.522 kg/m³. Ia membeku pada suhu -42 °C, membentuk kristal-kristal putih,
dan mendidih pada 83 °C. Ketika mendidih pada suhu kamar, terdapat
dekomposisi (penguraian) sebagian dengan pembentukan nitrogen dioksida
sesudah reaksi:
4HNO3 → 2H2O + 4NO2 + O2 (72°C)

yang berarti bahwa asam nitrat anhidrat sebaiknya disimpan di bawah 0 °C untuk
menghindari penguraian. Nitrogen dioksida (NO2) tetap larut dalam asam nitrat
yang membuatnya berwarna kuning, atau merah pada suhu yang lebih tinggi.
Sebagai mana asam pada umumnya, asam nitrat bereaksi dengan alkali,
oksida basa, dan karbonat untuk membentuk garam, seperti amonium nitrat.
Karena memiliki sifat mengoksidasi, asam nitrat pada umumnya tidak
menyumbangkan protonnya (yakni, ia tidak membebaskan hidrogen) pada reaksi
dengan logam dan garam yang dihasilkan biasanya berada dalam keadaan
teroksidasi yang lebih tinggi.Karenanya, perkaratan (korosi) tingkat berat bisa
terjadi. Perkaratan bisa dicegah dengan penggunaan logam ataupun aloi anti karat
yang tepat.Asam nitrat memiliki tetapan disosiasi asam (pKa) 1,4:
dalam larutan akuatik, asam nitrat hampir sepenuhnya (93% pada 0.1 mol/L)

27
terionisasi menjadi ion nitrat NO3 dan proton terhidrasi yang dikenal sebagai ion
hidronium, H3O+.
HNO3 + H2O → H3O+ + NO3-

Asam nitrat terutama digunakan untuk pembuatan ammonium nitrat. Banyak pula
yang digunakan untuk nitrar organic dan nitrat anorganik lain, serta beberapa
senyawa nitro organic. Nitrat-nitrat natrium, tembaga, dan perak diproduksi dalam
skala besar. Penggunaan secara langsung antara lain, untuk ukir foto, cuci asam
dan pasivasi logam, dan pemisahan antara emas dan perak.

Asam nitrat di gunakan dalam pembuatan pupuk amonium nitrat, bahan


peledak seperti nitrogliserin dantrinitrotoluene (TNT), Industri zat warna,dan m
etalurgi. Asam Nitrat dapat di buat dengan cara mereaksikan NO2 dan air.

Berikut ini adalah kegunaan lain dari asam nitrat di bidang industri.
1. Asam nitrat digunakan sebagai bahan baku pembuatan berbagai bahan
peledak, diantaranya trinitrotoluena atauTNT.
2. Digunakan pula dalam proses pemurnian logam. Sebagai contoh platina,
emas dan perak.
3. HNO3 digunakan dalam proses desain barang-barang berbahan tembaga,
perunggu dan kuningan.
4. Campuran antara asam klorida pekat dan asam nitrat pekat, dengan
perbandingan 3:1, biasa digunakan sebagai pelarut logam mulia, yaitu
emas dan platina. Campuran tersebut biasa disebut dengan Aqua
Regia atau air raja.
5. HNO3 digunakan pula untuk menghilangkan atau membersihkan peralatan
proses dari kerak kalsium dan magnesium yang menempel di dalamnya.

Metode yang biasa di gunakan adalah proses Ostwald yang terdiri atas tiga


tahap reaksi. Tahap-tahap reaksi ersebut merupakan reaksi kesetimbangan.

Tahap 1: oksidasi ammonia


Biasanya, proses pembuatan asam nitrat satu paket dengan pembuatan ammonia
karena sebagian ammonia yang di hasilkan di oksidasi untuk menghasilkan gas

28
nitrogen monoksida. Pada reaksi ini, suhu reaksi sekitar 900oC dan di
gunakan katalis platina dan rhenium.

4NH3 (g) + 5O2 (g) ⇄ 4NO (g) + 6H2O (l) ΔH = -907 kJ


Untuk menghasilkan hasil optimum, suhu reaksi di turunkan dan tekanan di
perbesar.

Tahap 2: oksidasi gas NO


Gas NO yang terbentuk selanjutnya di campukan dengan udara agar dapat
bereaksi dengan oksigen.
2NO (g) + O2 (g) ⇄ 2NO2 (g) ΔH = -114 kJ
Untuk menghasilkan gas NO optimum, suhu reaksi di turunkan dan tekanan di
perbesar.

Tahap 3: pembentukan HNO3


Pada tahap akhir ini, gas NO2 di reaksikan dengan air menghasilkan asam nitrat
dan gas NO.

3NO2 (g) + H2O (l) ⇄ 2HNO3 (aq) + NO (g)

4.2.1 Reaksi dan Perubahan Energi


Reaksi berikut ini merupakan reaksi utama yang penting dalam pembuatan
asam nitrat:

ΔH, kJ/kg.mol
(menyeluruh)NH3(g)+ 2O2(g) → HNO3(aq)+ H2O(l) -437 (1)
4NH3(g)+5O2(g) → 4NO2(g) + 6H2O(g) -227 (2)
2NO(g) + O2(g) → 2NO2(g) -57,1 (3)
3NO2(g) + H2O(l) → 2HNO3(l) + NO(g) -58,7o (4)
4NH3(g) + 3O2(g) → 2N2(g) + 6H2O(g) -317 (5)
4NH3(g) + 6NO(g) → 5N2(g) + 6H2O(g) -451 (6)
2NO2(g) →N2O4(g) -28,7 (7)
Bergantung pada konsentrasi HNO3
Reaksi (2) merupakan reaksi yang cepat (bila dibantu katalis)dan selesai
dalam waktu kurang dari 1 milisekon. Oleh karena itu, reaksi tersebut
harusdilaksanakan sebagai reaksi adiabatic. Konsentrasi ammonia diudara yang

29
masuk harus dibatasi agar suhu maksimum yang dicapainya jangan sampai terlalu
tinggi dan merusak katalis.
Reaksi (3) adalah reaksi yang lambat,berlangsung dalam fase gas dengan
kinetika orde ketiga dan lajunya berkurang bila suhu dinaikkan. Konversi
sempurna menjadi NO2 biasanya tidak dapat dilaksanak secara komersial.
Reaksi (4) menunjukkan beberapa ciri yang mengkhawatirkan, walaupun
kecepatannya lumayan dan ΔH-nya relative rendah. Keseimbangan dicapai dalam
waktu yang cukup singkat, tetapi letak keseimbangan kurang menguntungkan .
jika asam itu terlalu pekat atau terlalu panas, akan terjadi reaksi balik. Reaksi
absorpsi itu biasanya jauh lebih rumit dari yeng terlihat pada (4), karena NO 2,
N2O3, N2O4, dan HNO2 semuanya diserap dan bereaksi menghasilkan HNO3. Tetapi
sepertiga dari semua gas yang terlarut itu kemudian didorong keluar sebagai NO,
sehingga diperlukan oksidasi dan absorpsi ulang untuk menjaga agar NO yang
tersisa sedikit saja. Proses ini banyak memakan waktu
Proses pembuatan asam nitrat di industri dipelopori oleh Oswald
(1901) dengan mengkonversi ammonia menjadi asam nitrat dengan membakar
ammonia ditambah dengan katalis platina.
Pada proses ini dibutuhkan suhu tinggi, NH3 dengan penambahan katalis
diubah menjadi NO, yang kemudian didinginkan dan dioksidasi oleh udara
menghasilkan NO2. Nitrogen dioksida bereaksi dengan H2O untuk memproduksi
HNO3 dan sedikit NO. NO diproduksi pada tahap 3 kemudian direcycle ke tahap
2.

4NH3 (g) + 5O2 → 4NO(g) + 6H2O(g)

2NO(g) + O2(g) → 2NO2(g)

NO2(g) + H2O(l) → 2 H+ + NO3- + NO(g)

4.3 Tugas Khusus


Absorbsi adalah operasi pemisahan solut dari fase gas ke fase cair, yaitu
dengan mengontakkan gas yang berisi solut dengan pelarut cair (solven / absorben
) yang tidak menguap. Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu
campuran gas dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben

30
cair yang diikuti dengan pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat
disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya
tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia) (Redjeki, 2013). Tujuan
proses absorpsi dalam dunia industri adalah meningkatkan nilai guna dari suatu
zat dengan cara merubah fasenya. Dalam proses absorpsi yang sering kita jumpai,
terdapat dua macam proses, yaitu secara fisik dan kimiawi. Berikut di bawah ini
adalah penjelasannya :
1. Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam cairan
penyerap tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah
absorbsi gas H2S dengan air. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi
fisik, difusi gas ke dalam air, atau pelarutan gas ke fase cair.
2. Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut di dalam larutan
penyerap disertai dengan adanya reaksi kimia.. Aplikasi dari absorbsi
kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas NO2 dalam air untuk
menjadi larutan asam nitrat.

Absorben atau pelarut adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang
akan diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi
kimia. Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci.
Agar cairan tersebut dapat menjadi absorben, kita harus memerhatikan
syarat-syarat absorben yang baik, antara lain (Redjeki, 2013) :
1. Volatilitas yang rendah
2. Stabil (mengurangi kebutuhan penggantian pelarut)
3. Tidak korosif (mengurangi perawatan dan penggunaan alat anti korosi)
4. Viskositas rendah
5. Tidak berbusa bila berkontak dengan gas
6. Tidak beracun dan nonflammable (safety)
7. Layak digunakan (untuk mengurangi biaya/cost)
A. Alat Industri Absorpsi
Alat industri untuk proses absorpsi dinamakan absorber, dan bagian paling
penting dalam absorber adalah kolom absorpsi. Kolom absorpsi adalah kolom
atau tabung tempat terjadinya proses pengabsorbsi (penyerapan/penggumpalan)

31
dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan
melewatkan zat yang terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut
dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut.

Gambar 2.1 Kolom Absorpsi

Berikut ini adalah bagian-bagian dari kolom absorpsi.


a. Input gas biasanya berupa spray untuk megubah gas input menjadi fase
cair.
b. Output gas.
c. Input pelarut.
d. Output pelarut dan gas terserap keluar.
e. Tempat pencampuran pelarut dan umpan.
f. Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh sehingga mudah untuk
diabsorbsi.
Di dalam mengevaluasi absorber, sesorang harus mengetahui dan
menentukan:
1. Kondisi bahan yang akan dipisahkan (umpan), yaitu kecepatan arus fluida
umpan, komposisi, dan tekanan.
2. Banyak solut yang harus dipisahkan.
3. Jenis solven yang akan digunakan.
4. Suhu dan tekanan alat.

32
5. Kecepatan arus solven.
6. Diameter absorber.
7. Jenis absorber.
8. Jumlah stage ideal dan tinggi menara.
Cara kerja kolom absorpsi adalah dimana ada zat yang berbeda fase
mengalir berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer
dari satu fase cairan ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap reaktor kimia.
Proses ini dapat berupa absorpsi gas, destilasi,pelarutan yang terjadi pada semua
reaksi kimia.
Kemudian campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor
diumpankan kebawah menara absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua
fasa yaitu fasa gas dan fasa cair mengakibatkan perpindahan massa difusional
dalam umpan gas dari bawah menara ke dalam pelarut air sprayer yang
diumpankan dari bagian atas menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi pada sebuah
kolom yang berisi packing atau plate dengan tingkat sesuai kebutuhan.
Kolom absorpsi pun terdapat beberapa jenis, diantaranya adalah
1. Tray Tower : Berbentuk seperti rak-rak yang tersusun. Tiap tray akan
terjadi proses transfer massa. Pemilihan tray tower dipengaruhi oleh
kecepatan gas. Efisiensi pemisahan akan tinggi bila kecepatan gas yang
mengalir juga tinggi.
2. Packed Tower : Dalam tower (menara) ini berisi packing, liquida
didistribusi di atas packing dan mengalir ke bawah membentuk lapisan
tipis di permukaan packing. Kedua fasa (liquid & gas) akan teraduk
sempurna. Tower/kolom berpacking ini digunakan bila perpindahan massa
dikendalikan oleh kedua tahanan baik gas maupun liquid.
3. Spray Tower : Cairan masuk dispraykan dan jatuh karena gravitasi, aliran
gas naik berlawanan arah. Nozzle (lubang) spray berfungsi untuk
memperkecil ukuran liquida. Spray Tower digunakan untuk perpindahan
massa gas-gas yang sangat mudah larut dimana tahanan fasa gas yang
menjadi kendali dalam fenomena ini.

33
4. Bubble Tower : Bubble Tower pada prinsipnya merupakan kebalikan dari
spray tower. Dalam tower ini gas terdispersi kedalam fasa liquid
membentuk gelembung kecil. Gelembung yang kecil ini menjadikan
kontak antar fasa menjadi besar. Bubble Tower digunakan bila laju
perpindahan massa dikendalikan oleh tahanan fasa gas.

B. Contoh Absorpsi Dalam Industri


Berikut adalah beberapa contoh proses absorpsi dalam industri kimia.
1. Pembuatan Formalin : Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid
yang berfase gas (Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan
kadar antara 10%-40%) dapat dihasilkan melalui proses absorbsi.
2. Pembuatan Asam Nitrat (absorpsi gas NO dan NO2). Tahap akhir dari
proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam kolom absorpsi. Pada
setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO2 dan reaksi
absorpsi NO2 oleh air menjadi asam nitrat.

34
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Reaksi kesetimbangan adalah reaksi dimana zat-zat hasil reaksi (produk)
dapat bereaksi kembali membentuk zat-zat semula (reaktan).
2. Kesetimbangan dibedakan menjadi kesetimbangan homogen dan
kesetimbangan heterogen.
3. Kesetimbangan dinamis akan terganggu kesetimbangannya oleh beberapa
faktor, yaitu perubahan konsentrasi, perubahan tekanan (untuk sistem
kesetimbangan gas), perubahan volum, dan perubahan suhu serta pengaruh
katalisator.
4. Penerapan reaksi kesetimbangan dapat dijumpai diindustri asam sulfat dan
asam nitrat.
5. Pembuatan asam sulfat dengan menggunakan metode Proses Kontak
sedangkan pembuatan asam nitrat menggunakan metode Ostwald.
6. Manfaat kesetimbangan kimia dalam industri kondisi dimana memproduksi
produk dalam jumlah besar tetapi dengan biaya kecil. Dengan kata lain,
metode produksi yang ditemukan harus memperhitungkan persoalan penting
seperti keselamatan dan pertimbangan lingkungan.

5.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca
maupun penulis, dan bisa menambah wawasan dalam mengetahui tentang aplikasi
industri kesetimbangan kimia heterogen dan homogen, dan dapat menjadi
referensi dalam mata kuliah proses industri kimia.

35
DAFTAR PUSTAKA

Boerrigter, H., D. U. Herman. 2002. Green Diesel from Biomass via


Fischer-Tropsch synthesis: New Insights in Gas Cleaning and Process Design
Distantina, S. 1988. Bahan Ajar Absorpsi dan Stripping D3. Surakarta.
Retrieved from distantina.staff.uns.ac.id
Petrucci, Ralph H. 1996. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 2.
Jakarta : Erlangga
Redjeki, S. 2013. Bahan Ajar Materi Absorpsi Gas. Universitas
Pembangunan Negara. Retrieved from elearning.upnjatim.ac.id
Samsudin, A. M. 2015. Materi Perancangan Alat Proses. Bandung.
Retrieved from www.itb.ac.id
Utami, B. A. Nugroho C. Saputro, L. Mahardiani, S. Yamtinah, dan B.
Mulyani. 2009. Kimia 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI, Program Ilmu Alam. Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

36

Anda mungkin juga menyukai