Anda di halaman 1dari 12

KOROSI

Korosi merupakan salah satu musuh besar dalam dunia industri, beberapa
contoh kerugaian yang ditimbulkan korosi adalah terjadinya penurunan kekuatan
material dan biaya perbaikan akan naik jauh lebih besar dari yang diperkirakan.
Sehingga diperlukan suatu usaha pencegahan-pencegahan terhadap serangan korosi.

A. Pengertian korosi
Korosi adalah proses degradasi / deteorisasi / perusakan material yang
disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan sekitarnya. Ada pengertian dari pakar lain,
yaitu :
1. Korosi adalah perusakan material tanpa perusakan material
2. Korosi adalah kebalikan dari metalurgi ekstraktif
3. Korosi adalah system thermodinamika logam dengan lingkungan ( udara, air,
tanah ), yang berusaha mencapai kesetimbangan.

B. Faktor Penyebab korosi


Marsudi dalam Hand Out Teknik Pelapisan meninjau dari segi material
faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan korosi, adalah:
1. Homogenitas fisik dan kimia
2. Nilai elektro potensial di dalam larutan
3. Kemampuan membentuk lapisan pelindung
4. Hidrogen- over voltage
5. Selain air dan oksigen sebagai elektrolit juga gas pembentuk asam (CO2, SO2,
NaCl) yang pada musim penghujan atau pada kelembaban tinggi
1. Uniform attack ( korosi seragam )
Adalah korosi yang terjadi pada permukaan logam akibat reaksi kimia karena
pH air yang rendah dan udara yang lembab,sehingga makin lama logam makin
menipis. Biasanya ini terjadi pada pelat baja atau profil, logam homogen.
Korosi jenis ini bisa dicegah dengan cara :
a. Diberi lapis lindung yang mengandung inhibitor seperti gemuk.
a. Untuk jangka pemakain yang lebih lama disarankan diberi logam berpaduan
tembaga 0,4%
b. Dengan melakukan pelapisan dengan cat atau dengan material yang lebih anodic
c. Melakukan inhibitas dan proteksi katodik (cathodik protection)

Gambar korosi merata pada kaleng minuman


2. Pitting corrosion ( korosi sumur )
Gambar korosi sumuran pada westafle
Korosi sumuran adalah korosi lokal dari permukaan logam yang dibatasi pada
satu titik atau area kecil, dan membentukn bentuk rongga. Korosi sumuran adalah
salah satu bentuk yang paling merusak dari korosi, karena sulit terlihat kerusakaanya
jika tanpa alat bantu.
Mekanisme Korosi Sumur : Untuk material bebas cacat, korosi sumuran
disebabkan oleh lingkungan kimia yang mungkin berisi spesies unsur kimia agresif
seperti klorida. Klorida sangat merusak lapisan pasif (oksida) sehingga pitting dapat
terjadi pada dudukan oksida. Lingkungan juga dapat mengatur perbedaan sel aerasi
(tetesan air pada permukaan baja, misalnya) dan pitting dapat dimulai di lokasi
anodik (pusat tetesan air).
Cara pengendalian korosi sumuran adalah sebagai berikut:
a. Hindari permukaan logam dari goresan.
b. Perhalus permukaan logam
c. Menghindari komposisi material dari berbagai jenis logam.
d. Pilih bahan yang homogen
e. Diberikan inhibitor
f. Diberikan coating dari zat agresif

Gambar mekanisme pitting corrosion


3. Errosion Corrosion ( korosi erosi )
Korosi yang terjadi karena keausan dan menimbulkan bagian bagian yang
tajam dan kasar, bagian bagian inilah yang mudah terjadi korosi dan juga
diakibatkan karena fluida yang sangat deras dan dapat mengkikis film pelindung
pada logam. Korosi ini biasanya terjadi pada pipa dan propeller. Korosi jenis ini
dapat dicegah dengan cara :
a. Pilih bahan yang homogen
b. Diberi coating dari zat agresif
c. Diberikan inhibotor
d. Hindari aliran fluida yang terlalu deras
e. Menghindari partikel abrasive pada fluida.
4. Galvaniscorrosion (korosi galvanis )

Gambar Korosi Galvanic pada Sambungan Baut

Galvanic atau bimetalic corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua
macam logam yang berbeda berkontak secara langsung dalam media korosif.
Mekanisme korosi galvanik : korosi ini terjadi karena proses elektro kimiawi
dua macam metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit
sama. Dimana electron mengalir dari metal kurang mulia (Anodik) menuju metal
yang lebih mulia (Katodik), akibatnya metal yang kurang mulia berubah menjadi ion
ion positif karena kehilangan electron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan ion
negatif yang berada di dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena peristiwa
tersebut, permukaan anoda kehilangan metal sehingga terbentuklah sumur - sumur
karat (Surface Attack) atau serangan karat permukaan.

Gambar Mekanisme Korosi Galvanis

Metode-metode yang dilakukan dalam pengendalian korosi ini adalah:

Menekan terjadinya reaksi kimia atau elektrokimianya seperti reaksi anoda


dan katoda
Mengisolasi logam yang cukup tebal dari lingkungannya sehingga tidak
terjadi aliran elektrolit
Mengurangi ion hydrogen di dalam lingkungan yang di kenal dengan
mineralisasi
Mengurangi oksigen yang larut dalam air
Mencegah kontak dari dua material yang tidak sejenis
Memilih logam-logam yang memiliki unsure-unsur yang berdekatan
Mencegah celah atau menutup celah
Mengadakan proteksi katodik,dengan menempelkan anoda umpan.
Pasang proteksi katodik
Penambahan anti korosi inhibitor pada cairan
5. Stress corrosion (korosi tegangan )

Gambar
korosi SCC pada sebuah logam
Korosi retak tegangan (SCC) adalah proses retak yang memerlukan aksi secara
bersamaan dari bahan perusak (karat) dan berkelanjutan dengan tegangan tarik. Ini
tidak termasuk pengurangan bagian yang terkorosi akibat gagal oleh patahan cepat.
Hal ini juga termasuk intercrystalline atau transkristalin korosi, yang dapat
menghancurkan paduan tanpa tegangan yang diberkan atau tegangan sisa. Retak
korosi tegangan dapat terjadi dalam kombinasi dengan penggetasan hidrogen.
Mekanisme SCC : terjadi akibat adanya hubungan dari 3 faktor komponen, yaitu
(1) Bahan rentan terhadap korosi, (2) adanya larutan elektrolit (lingkungan) dan (3)
adanya tegangan. Sebagai contoh, tembaga dan paduan rentan terhadap senyawa
amonia, baja ringan rentan terhadap larutan alkali dan baja tahan karat rentan
terhadap klorida.

Gambar mekanisme korosi SCC


Cara pengendalian korosi tegangan adalah:
a.Turunkan besarnya tegangan
b.Turunkan tegangan sisa termal
c.Kurangi beban luar atau perbesar area potongan
d.Penggunaan inhibitor.

6. Crevice corrosion ( korosi celah )


Korosi celah (Crecive Corrosion) ialah sel korosi yang diakibatkan oleh perbedaan
konsentrasi zat asam . Korosi yang terjadi pada logam yang berdempetan dengan
logam lain diantaranya ada celah yang dapat menahan kotoran dan air sehingga
kosentrasi O2 pada mulut kaya dibanding pada bagian dalam, sehingga bagian dalam
lebih anodic dan bagian mulut jadi katodik
Mekanisme Crevice Corrosion : dimulai oleh perbedaan konsentrasi beberapa
kandungan kimia, biasanya oksigen, yang membentuk konsentrasi sel elektrokimia
(perbedaan sel aerasi dalam kasus oksigen). Di luar dari celah (katoda), kandungan
oksigen dan pH lebih tinggi - tetapi klorida lebih rendah.
Gambar mekanisme korosi celah
Gambar korosi celah pada sambungan pipa
Cara pengendalian korosi celah adalah sebagai berikut:
Hindari pemakaian sambungan paku keeling atau baut, gunakan sambungan
las.
Gunakan gasket non absorbing.
Usahakan menghindari daerah dengan aliran udara.
Dikeringkan bagian yang basah
Dibersihkan kotoran yang ada
7. Korosi mikrobiologi
Korosi yang terjadi karena mikroba Mikroorganisme yang mempengaruhi
korosi antara lain bakteri, jamur, alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung jawab
terhadap degradasi material di lingkungan.
Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu area, mikroorganisme umumnya
berhubungan dengan permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam
dalam bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm.
Pembentukan lapisan tipis saat 2 4 jam pencelupan sehingga membentuk lapisan
ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di permukaan.
Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :
a. Memilih logam yang tepat untuk suatu lingkungan dengan kondisi-kondisinya
b. Memberi lapisan pelindung agar lapisan logam terlindung dari lingkungannya
c. Memperbaiki lingkungan supaya tidak korosif
d. Perlindungan secara elektrokimia dengan anoda korban atau arus tandingan.
e. Memperbaiki konstruksi agar tidak menyimpan air,lumpur dan zat korosif lainnya.

8. Fatigue corrosion ( korosi lelah )


Korosi ini terjadi karena logam mendapatkan beban siklus yang terus
berulang sehingga smakin lama logam akan mengalami patah karena terjadi
kelelahan logam. Korosi ini biasanya terjadi pada turbin uap, pengeboran minyak dan
propeller kapal.
Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :
a. Menggunakan inhibitor
b. Memilih bahan yang tepat atau memilih bahan yang kuat
korosi.
c. Memilih bahan yang tepat atau memilih bahan yang kuat korosi.
9. Bakteri Penyebab Korosi
Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari bakteri.
Jenis-jenis bakteri yang berkembang yaitu :
1. Bakteri reduksi sulfat
Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas oksigen
atau lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan
klorin dan oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal untuk mendukung
metabolisme. Bakteri ini tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada
daerah-daerah kanal, pelabuhan, daerah air tenang tergantung pada lingkungannya.
Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya kadar
H2S atau Besi sulfida.Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat berfungsi sebagai
fermenter menggunakan campuran organik seperti pyruvnate untuk memproduksi
asetat, hidrogen dan CO2, banyak bakteri jenis ini berisi enzim hidrogenase yang
mengkonsumsi hidrogen.
2. Bakteri oksidasi sulfur-sulfida
Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari oksidasi
sulfit atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi asam
sulfurik dan nilai pH menjadi 1. bakteriThiobaccilus umumnya ditemukan di deposit
mineral dan menyebabkan drainase tambang menjadi asam.
3. Bakteri besi mangan oksida
Bakteri memperoleh energi dari osidasi Fe2+ Fe3+ dimana deposit berhubungan
dengan bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di Tubercle (gundukan
Hemispherikal berlainan ) di atas lubang pit pada permukaan baja. Umumnya
oksidaser besi ditemukan di lingkungan dengan filamen yang panjang.
10. Selective Leaching Corrosion

Gambar selective leaching corrosion pada pipa

Selective leaching adalah korosi selektif dari satu atau lebih komponen dari
paduan larutan padat. Hal ini juga disebut pemisahan, pelarutan selektif atau
serangan selektif. Contoh dealloying umum adalah dekarburisasi, decobaltification,
denickelification, dezincification, dan korosi graphitic.
Mekanisme selective leaching : logam yang berbeda dan paduan memiliki
potensial yang berbeda (atau potensial korosi) pada elektrolit yang sama. Paduan
modern mengandung sejumlah unsur paduan berbeda yang menunjukkan potensial
korosi yang berbeda. Beda potensial antara elemen paduan menjadi kekuatan
pendorong untuk serangan preferensial yang lebih "aktif" pada elemen dalam paduan
tersebut.
Dalam kasus dezincification dari kuningan, seng istimewa terlarut dari
paduan tembaga-seng, meninggalkan lapisan permukaan tembaga yang keropos dan
rapuh.

Gambar mekanisme selective leaching corrosion


Cara pengendalian atau mencegah selective leaching adalah :
Menghindari komposisi yang berbeda dari material penyusun

11. Intergranular Corrosion

Gambar korosi batas butir pada pipa


Intergranular corrosion kadang-kadang juga disebut "intercrystalline korosi" atau
"korosi interdendritik". Dengan adanya tegangan tarik, retak dapat terjadi sepanjang
batas butir dan jenis korosi ini sering disebut "intergranular retak korosi tegangan
(IGSCC)" atau hanya "intergranular stress corrosion cracking".
Mekanisme intergranular corrosion : jenis serangan ini diawali dari beda
potensial dalam komposisi, seperti sampel inti coring biasa ditemui dalam paduan
casting. Pengendapan pada batas butir, terutama kromium karbida dalam baja tahan
karat, merupakan mekanisme yang diakui dan diterima dalam korosi intergranular.

Gambar mekanisme korosi batas butir


Cara pengendalian korosi batas butir adalah:
a.Turunkan kadar karbon dibawah 0,03%.
b.Tambahkan paduan yang dapat mengikat karbon.
c.Pendinginan cepat dari temperatur tinggi.
d.Pelarutan karbida melalui pemanasan.
e.Hindari pengelasan.
C. Sistem Proteksi Korosi
Ada beberapa prinsip pencegahan korosi yang penggunaannya disesuaikan dengan
jenis peralatan, tempat, serta jenis lingkungan yang korosif. Adapun prinsip-prinsip
pencegahan korosi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Prinsip perbaikan lingkungan yang korosif
2. Prinsip netralisasi zat koroden sedemikian rupa sehingga tidak berbahaya lagi
3. Prinsip penggunaan bahan yang sama dengan yang tahan terhadap jenis korosi
tertentu
4. Penggunaan zat pelambat korosi (corrosion inhibitor)
5. Perlindungan katodik dan perlindungan anodik
6. Prinsip perlindungan permukaan dengan cara :
Pelapisan dengan cat (organic coating)
Pelapisan metal coating, lining, overlay, dan clodding
Pelapisan anorganik
pembalutan (wrapping)
Proses pelapisan secara umum bertujuan untuk perlindungan (protektif),
hiasan(dekoratif) atau memperbaiki sifat permukaan lainnya, misalnya sifat tahan
panas, tahan cuaca, tahan korosi, tahan goresan (abrasi), penghantar panas dan
sebagainya. Pelapisan terdiri dari bermacam-macam, seperti pelapisan dengan
cat (coating), pelapisan dengan logam, pelapisan anorganik dan lain-lain. Jenis-jenis
proses pelapisan logam sering digunakan antara lain :
1. Elektroplating
Elektroplating atau yang lebih dikenal dengan pelapisan listrik adalah suatu
pelapisan logam dengan mengendapkan suatu logam pelapis terhadap logam lain
yang akan di lapisi melalui elektrolisis. Dengan kata lain elektroplating adalah proses
mengendapkan bahan logam pelapis terhadap bahan yang akan dilapisi melalui
pertukaran elektron secara konduktif melalui proses oksidasi-reduksi.
Proses pelapisan listrik ini telah memberikan dampak yang cukup besar pada
penghematan pemakaian logam, serta dapat memberikan alternatif pemakaian bahan
yang lebih murah.
2. Galvanisasi
Proses galvanisasi sebenarnya hampir sama dengan proses elektroplating,
hanya saja pada proses galvanisasi tidak terjadi perpindahan elektron tapi terjadi
penempelan atau pembekuan logam pelapis terhadap logam yang dilapisi.
Mekanismenya berlangsung pada suhu tinggi sehingga mengakibatkan difusi yang
akan menyebabkan transisi karena banyak fasa, sehingga adhesinya lebih kuat
dibanding elektroplating. Proses galvanisasi relatif singkat. Cara ini disebut
galvanisasi karena pelindungnya adalah seng (zinc) dan berfungsi sebagai logam
yang bersifat anodik terhadap baja yang dilindungi, biasa disebut juga proses
pencelupan panas (hot dipping).
3. Semprotan Logam (Metal spray)
Menurut Ir. Wahyudin dalam Metal Spray (metallizing proces, Puslitbang
Metalurgi-LIPI:1) dikatakan bahwa semprotan logam adalah proses metalisasi
(metallizing proces),di mana logam leleh atau cair disemprotkan pada suatu
permukaan dan membentuk lapisan. Logam yang disemprotkan baik murni ataupun
paduan dicairkan oleh sumber arus dan diatomisasikan oleh udara membentuk butir-
butir yang sangat halus dan disemprotkan pada permukaan benda kerja membentuk
lapisan logam padat.
Prinsip dari proses ini adalah bahwa semprotan gas tekan tinggi dapat
membuat logam menjadi butiran-butiran halus, kecepatan gas tersebut kira-kira 200-
270 m/s. Butiran-butiran leleh tersebut kemudian melekat pada permukaan logam
yang akan dilindungi melalui proses pendingin cepat seperti pada casting. Bahannya
berasal dari bentuk kawat atau serbuk yang kemudian meleleh karena semprotan gas
panas yang terbakar (misalnyaOxy- acetylene) atau dengan busur listrik (electric
arc).
4. Sementasi (cementation)
Caranya adalah dengan mengguling-gulingkan peralatan yang akan
dilindungi ke dalam campuran serbuk logam pelindung atau fluks yang tepat pada
suhu tinggi, sehingga menyebabkan logam pelindung tadi terdifusi pada permukaan
logam yang dilindungi. Selain dengan serbuk logam dapat juga dilakukan dengan
mencelupkan bahan yang akan dilindungi ke dalam kalsium yang mencair dan
mengandung salah satu bahan yang dipergunakan sebagai pelindung dengan
regangan yang inert.
5. Penggunaan Zat Pelambat Pengkorosian (Inhibitor)
Inhibitor adalah suatu zat kimia yang apabila ditambahkan dalam jumlah sedikit
ke dalam suatu zat koroden (lingkungan yang korosif), dapat secara efektif
memperlambat atau mengurangi laju pengkorosian yang ada. Ada beberapa jenis
inhibitor, yaitu:
1. Inhibitor pemasif (passivating inhibitor)
2. Inhibitor katodik (catodic inhibitor)
3. Inhibitor organis (organic inhibitor)
4. Inhibitor penyebab pengendapan (preccipitate inducing inhibitor)
5. Inhibitor berbentuk uap (Vapor phase inhibitor).
Cara pemakaian inhibitor ada beberapa teknik, diantaranya adalah :
1. Injeksi terus menerus
2. Pemasokan secara setakar-setakar (batch)
3. Cara pengecatan (squeeze treatment)
4. Valetilasi (dengan ketel uap dan kontainer tertutup)
5. Pelapisan (coating).
Penggunaan inhibitor selain untuk mencegah terjadinya pengkaratan juga dapat
menimbulkan beberapa masalah, seperti di bawah ini :
a) Pembuihan (foaming) akibat pengaruh organic inhibitor
b) Terjadinya emulsi karena fase-fase gas dan cair bercampur disertai gerakan
agitasi
c) Penyumbatan (plugging) karena adanya lapisan oksidasi dan kerak terkelupas,
sehingga ikut aliran dan menyumbat pada filter, turbin dan lain-lain.
d) Terciptanya karat baru, karena ada beberapa inhibitor dapat bereaksi dan
menghasilkan produk yang dapat merusak
e) Masalah heat transfer, karena adanya endapan fosfat, silikat atau sulfat yang
berlebihan
f) Pengaruh beracun
g) Kehilangan inhibitor karena pengendapan (presipitation), proses adsorpsi atau
terlalu mudah atau lambat larut.
Penggunaan inhibitor bertujuan untuk melindungi permukaan logam dari serangan
korosi, diantaranya yaitu:
1. Memperpanjang usia pakai peralatan
2. Mencegah penghentian pabrik (shut down)
3. Mencegah kecelakaan karena rusaknya peralatan
4. Mencegah kehilangan pertukaran panas (heat transfer)
5. Mempertahankan rupa permukaan yang menarik (attractive appearance)
http://m10mechanicalengineering.blogspot.com/2013/11/macam-macam-bentuk-
korosi.html
https://www.academia.edu/4685891/Korosi_pada_Logam
Pengendalian / Cara Pencegahan Korosi

Korosi logam tidak dapat dicegah, tetapi dapat dikendalikan seminimal mungkin.
Ada tiga metode umum untuk mengendalikan korosi, yaitu pelapisan (coating),
proteksi katodik, dan penambahan zat inhibitor korosi.

a. Metode Pelapisan (Coating)

Metode pelapisan adalah suatu upaya mengendalikan korosi dengan menerapkan


suatu lapisan pada permukaan logam besi. Misalnya, dengan pengecatan atau
penyepuhan logam. Penyepuhan besi biasanya menggunakan logam krom atau timah.
Kedua logam ini dapat membentuk lapisan oksida yang tahan terhadap karat
(pasivasi) sehingga besi terlindung dari korosi. Pasivasi adalah pembentukan lapisan
film permukaan dari oksida logam hasil oksidasi yang tahan terhadap korosi
sehingga dapat mencegah korosi lebih lanjut.

Logam seng juga digunakan untuk melapisi besi (galvanisir), tetapi seng tidak
membentuk lapisan oksida seperti pada krom atau timah, melainkan berkorban demi
besi. Seng adalah logam yang lebih reaktif dari besi, seperti dapat dilihat dari
potensial setengah reaksi oksidasinya:

Zn(s) Zn2+(aq) + 2e Eo = 0,44 V


Fe(s) Fe2+(g) + 2e Eo = 0,76 V

Oleh karena itu, seng akan terkorosi terlebih dahulu daripada besi. Jika pelapis seng
habis maka besi akan terkorosi bahkan lebih cepat dari keadaan normal (tanpa seng).
Paduan logam juga merupakan metode untuk mengendalikan korosi. Baja stainless
steel terdiri atas baja karbon yang mengandung sejumlah kecil krom dan nikel.
Kedua logam tersebut membentuk lapisan oksida yang mengubah potensial reduksi
baja menyerupai sifat logam mulia sehingga tidak terkorosi.

b. Proteksi Katodik

Proteksi katodik adalah metode yang sering diterapkan untuk mengendalikan korosi
besi yang dipendam dalam tanah, seperti pipa ledeng, pipa pertamina, dan tanki
penyimpan BBM. Logam reaktif seperti magnesium dihubungkan dengan pipa besi.
Oleh karena logam Mg merupakan reduktor yang lebih reaktif dari besi, Mg akan
teroksidasi terlebih dahulu. Jika semua logam Mg sudah menjadi oksida maka besi
akan terkorosi. Proteksi katodik ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Proses katodik dengan menggunakan logam Mg.


Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut.

Anode : 2Mg(s) 2Mg2+(aq) + 4e


Katode : O2(g) + 2H2O(l) + 4e 4OH(aq)
Reaksi : 2Mg(s) + O2(g) + 2H2O 2Mg(OH)2(s)

Oleh sebab itu, logam magnesium harus selalu diganti dengan yang baru dan selalu
diperiksa agar jangan sampai habis karena berubah menjadi hidroksidanya.

c. Penambahan Inhibitor
Inhibitor adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu lingkungan korosif
dengan kadar sangat kecil (ukuran ppm) guna mengendalikan korosi. Inhibitor korosi
dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme pengendaliannya, yaitu inhibitor
anodik, inhibitor katodik, inhibitor campuran, dan inhibitor teradsorpsi.

1) Inhibitor anodik

Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara
menghambat transfer ion-ion logam ke dalam air. Contoh inhibitor anodik yang
banyak digunakan adalah senyawa kromat dan senyawa molibdat.

2) Inhibitor katodik

Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara
menghambat salah satu tahap dari proses katodik, misalnya penangkapan gas oksigen
(oxygen scavenger) atau pengikatan ion-ion hidrogen. Contoh inhibitor katodik
adalah hidrazin, tannin, dan garam sulfit.

3) Inhibitor campuran

Inhibitor campuran mengendalikan korosi dengan cara menghambat proses di


katodik dan anodik secara bersamaan. Pada umumnya inhibitor komersial berfungsi
ganda, yaitu sebagai inhibitor katodik dan anodik. Contoh inhibitor jenis ini adalah
senyawa silikat, molibdat, dan fosfat.

4) Inhibitor teradsorpsi

Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa organik yang dapat mengisolasi permukaan


logam dari lingkungan korosif dengan cara membentuk film tipis yang teradsorpsi
pada permukaan logam. Contoh jenis inhibitor ini adalah merkaptobenzotiazol dan
1,3,5,7tetraazaadamantane.

Anda mungkin juga menyukai