Hydrocracking merupakan proses dua tahap menggabungkan catalytic cracking dan hidrogenasi, dimana bahan baku yang lebih berat akan terpecahkan dengan adanya hydrogenuntuk menghasilkan produk yang lebih diinginkan. Proses ini menggunakan tekanan tinggi, suhu tinggi, katalis, dan hidrogen. Hydrocracking digunakan untuk bahan baku yang sulit untuk di proses, baik dengan catalytic cracking atau reformasi, karena bahan baku ini biasanya ditandai dengan kandungan aromatic polisiklik tinggi dan / atau konsentrasi tinggi dari dua racun katalis utama, sulfur dan senyawa nitrogen. Prinsip dari hydrocracking adalah mengkonversi hidrokarbon berat menjadi fraksi ringan sehingga dapat meningkatkan kuantitas dari fraksi ringan tersebut. Dalam proses ini, yang terpenting adalah sistem katalis dan kontrol suhu di reaktor. Suhu reaktor harus meningkat untuk mempertahankan konversi dan katalis sendiri menonaktifkan karena pembentukan kokas di hindari pada permukaan katalis. Secara konstan hidrogen dalam proses akan menipis sehingga di butuhkan tambahan hidrogen. Sulfur panas yang dilepaskan saat proses hidrogenasi tersebut menyebabkan suhu reaktor meningkat dan untuk mengontrol suhu, dilakukan penyuntikan dingin untuk menambah hidrogen agar katalis tidak aus. Proses hydrocracking sangat tergantung pada sifat dari bahan baku dan tingkat relatif dari kedua reaksi, hidrogenasi dan cracking. Bahan baku aromatik dengan molekul yang beratdiubah menjadi produk yang lebih ringan dengan berbagai tekanan yang sangat tinggi (1000-2000 psi) dan temperatur yang cukup tinggi (750°-1500°F), dengan adanya hidrogen dan katalis khusus. Ketika bahan baku memiliki kandungan paraffin tinggi, fungsi utama dari hidrogen adalah untuk mencegah pembentukan senyawa aromatik polisiklik. Peran penting hydrogen dalam proses hydrocracking adalah untuk mengurangi pembentukan tar dan mencegah penumpukan coke di katalis. Hidrogenasi juga berfungsi untuk mengkonversi senyawa sulfur dan nitrogen dalam bahan baku untuk hidrogen sulfide dan ammonia. 1.2 Sejarah Hydrocracking Unit hydrocracker komersial pertama kali dibangun di Chevron’s Rischmond CA Refinery pada tahun 1960. Hydrocracking ini merupakan salah satu proses konversi hidrokarbon tertua selama perkembangan teknologi petroleum refining. Hydrocracking sendiri sebenarnya awalnya sudah didesain dan diterapkan untuk konversi batu bara pada tahun 1915 di Jerman. Unit hidrogenasi brown coal pertama terdapat di Leuna, Jerman sejak tahun 1927 dan sudah menggunakan teknologi proses hydrocracking komersial. Pada pertengahan 1950-an, industri mobil memproduksi mobil dengan tingkat performa yang mensyaratkan rasio kompresi mesin yang tinggi. Tentunya kebutuhan angka oktan bahan bakar juga harus lebih tinggi . hal ini yang memicu semakin pesatnya perkembangan teknologi hydrocracking. Fleksibilitas unit hydrocracker yang memungkinkan brproduksi dengan mode yang bebeda-beda dengan jenis katalis dan kondisi operasi yang bereda sesuai dengan kebutuhan refinery tersebut. Pada akhir 1950-an, yang mana terjadi reforasi besar-besaran dalam dunia transportasi pasca perang dunia II yakni mesin diesel pda kereta yang awalnya memanfaatkan tenaga steam dan juga adanya peningkatan kebutuhan jet fuel untuk bahan bakar pesawat terbang. Pada tahun 1960-an, perkembangan teknolgi hyrdrocracking semakin pesat seiring penemuan katalis zeolit unuk hydrocracker. Peningkatan yang signifikan terlihat pada pemakaian katalis berbahan dasar zeolit dibandingkan yang sebelumnya menggunakan katalis amorphous antara lain akivitas yang lebih tinggi toleransi ammonia yang lebih besar, dan selestivitas terhadap gasoline dan ON yang lebih tinggi, mulai beralih ke poduk middle distillates. Katalis amorphous pun kembali banyak digunakan meskipun pada masa itu mulai dikembangkan katalis yang lebih fleksibel yang mampu mengasilkan produk dengan mode yan berbeda dengan mengubah kondisi operasinya. Pada awal tahun 2001, lebih dari 150 hydrocracker beroperasi di seluruh dunia dengan total kapasitas lebih dari 3800000 B/D (500000 MT/D). I.3 Proses Hydrocracking Pada tahap pertama, bahan baku dipanaskan lalu dicampur dengan hidrogen daur ulang dan di kirim ke reaktor tahap pertama, di mana katalis mengkonversi senyawa sulfur dan nitrogen untuk menjadi hidrogen sulfide dan amonia. Setelah hidrokarbon meninggalkan tahap pertama, kemudian di dinginkan hingga cair dan dijalankan melalui pemisah hidrokarbon. Hidrogen di daur ulang untuk bahan baku. Cairan di bebankan pada sebuah fraktionator. Tergantung pada produk yang diinginkan (bensin komponen, bahan bakar jet, dan minyak gas), fraktionator dijalankan untuk memotong beberapa bagian dari keluaran reactor tahap pertama. Range minyak tanah material dapat diambil sebagai produk samping imbang terpisah atau termasuk dalam dasar fraktionator dengan minyak gas. Bagian bawah fraktionator yang dicampur lagi dengan aliran hidrogen dan dibebankan pada tahap kedua. Karena bahan ini telah mengalami bebeapa hidrogenasi, cracking dan reformasi dalam tahap pertama, operasi pertama tahap kedua yang lebih tinggi (suhu yang lebih tinggi dan tekanan). Seperti tenaga mesin dari tahap pertama, tahap kedua produk dipisahkan dari hidrogen dan di bebankan fraktioator tersebut. Berikut data umpan dan produk dari proses hydrocraking. Tabel 1. Umpan dan Produk Proses Hydrocracking Proses hydrocracking dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut :
Gambar 1. Proses Hydrocracking
(Buku Pintar Migas Indonesia, 2012)
1.4 Macam-Macam Plant dalam Proses Hydrocracking
Secara umum proses hydrocracking dibedakan menjadi dua macam, yaitu single stage dan two stage. 1. Single stage once-through hydrocracking
Gambar 1.2 Blok Diagram Single Stage Once-Through Hydrocracking
Keterangan : H2 : Hydrogen R : Reaktor F : Fraksinas Blok diagram di atas menunjukkan skematik proses single stage once- through hydrocracking yang merupakan konfigurasi unit hydrocracking yang paling sederhana. Campuran minyak umpan dan hidrogen memasuki reaktor. Kemudian effluent reactordifraksinasi di dalam sebuah fraksinator dengan bottom produkt berupa unconverted oil. Konfigurasi unit proses ini adalah konfigurasi unit hydrocracking yang membutuhkan biaya paling sedikit. Meskipun demikian, konfigurasi unit proses ini mampu mengolah umpan fraksi berat dengan boiling range yang tinggi dan menghasilkan unconverted oil dengan kualitas yang baik yang dapat dijadikan sebagai umpan unit FCC, ethylene plants maupun Lube Oil Plant. Secara umum, konversi dapat berkisar 60-70 % volume bahkan hingga 90 % volume. Pada prinsipnya single stage hanya sekali melalui hydrocracker. Proses ini hanya menggunakan satu reaktor dan setiap bahan baku yang pertama harus melalui tahap hydrotreated untuk menghilangkan ammonia dan hidrogen sulfide atau katalis yang digunakan dalam reaktor tunggal harus mampu untuk melakukan hydrotreating sekaligus hydrocracking.
Gambar 1.3 Flow Diagram Single Stage Hydrocracking
2. Single stage with recycle hydrocracking
Unit hydrocracking yang paling banyak ditemui adalah unit dengan konfigurasi single stage dengan recycle. Fresh feed dan hidrogen memasuki reaktor setelah dipanaskan hingga mencapai temperatur reaksi melalui sejumlah pre-heater dan heater. Effluent reaktor dipisahkan dalam sebuah separator, di mana hidrogen dialirkan kembali ke sistem reaktor dengan tambahan make up hidrogren. Fraksi liquid yang terpisah di dalamseparator dialirkan dalam sebuah fraksinator di mana bottom produknya fraksinator tersebut sebagai unconverted oil. Pada unit single stage hydrocracker dengan recycle ini, unconverted oil akan diumpankan kembali kedalam reaktor bersama fresh feed. Dibawah ini adalah blok diagram single stage with recycle hydrocracking. Gambar 2.4 Blok Diagram Single stage with recycle hydrocracking
3. Two stage recycle hydrocracking
Konfigurasi two stage recycle hydrocracking juga banyak digunakan khususnya untuk unit-unit dengan kapasitas yang besar. Pada unit dengan two stage, reaksi hydrotreating dan cracking terjadi pada stage pertama. Effluent dari stage pertama dipisahkan dan di fraksinasikan dengan unconverted oil-nya. Unconverted oil hasil fraksinasi dikirim ke reaktor stage kedua dan hasilnya bergabung dengan effluent reaktor stage pertama. Proses hydrocracking sistem dua tahap prinsipnya sama dengan satu tahap, kecuali terdapat dua reaktor tersusun secara seri, tiap reaktor mengandung tipe katalis yang berbeda. Reaktor pertama menghilangkan kontaminan, penjenuhan aromatik, dan sedikit beban konversi. Reaktor kedua kontinyu terhadap reaksi hydrocracking dalam kehadiran H2S dan NH3. Setelah reaktor tahap pertama menyelesaikan hydrotreating maupun hydrocracking, maka umpan reaktor tahap kedua hampir bebas dari ammonia dan hyidrogen sulfida. Katalis yang baik digunakan adalah logam mulia yang mempunyai kinerja tinggi seperti palladium dan platinum karena rentan terhadap keracunan katalis akibat senyawa sulfur dan nitrogen. Skema sederhana unit hydrocracking dua stage adalah sebagai berikut:
Gambar 1.5 Blok Diagram Two Stage Recycle Hydrocracking
4. Separate hydrotreat two stage hydrocracking Variasi dari konfigurasi dua stage dengan sirkulasi hydrogen adalah separatehydrotreat hydrocracking . Dengan konfigurasi ini, sirkulasi hidrogen terpisah, sehingga memungkinkan terjadinya operasi pada stage kedua dengan kadar hidrogen sulfide (dan amonia) nil (sangat sedikit).
Gambar 1.6 Blok Diagram Separate hydrotreat two stage hydrocracking
1.5 Reaksi Hydrocracking
Berikut urutan reaksi hydrocracking pada reaktor hydrocracker.
Gambar 1.7 Urutan reaksi hydrocracker
(Buku Pintar Migas Indonesia, 2012)
Secara umum, reaksi hydrocracking dimulai dengan pembentukan olefin
atau siklo-olefin pada sisi logam katalis. Selanjutnya sisi asam akan menambahkan proton pada olefin atau siklo-olefin tersebut untuk menghasilkan ion carbonium. Ion carbonium tersebut akan terrengkah menjadi ion carbonium yang lebih kecil dan senyawa olefin yang lebih kecil. Produk tersebut merupakan produk utama hydrocracking. Proses terminasi pada reaksi hydrocracking terjadi dengan reaksi penjenuhan senyawa olefin pada sisi logam katalisator. Berikut ini adalah tahapan reaksi pada rangkaian reaksi hydrocracking terhadap suatu senyawa n-parafin.
Gambar 1.8 Reaksi hydrocracking terhadap olefin
Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa pada awal reaksi hydrocracking terbentuksenyawa olefin yang dikatalisis oleh sisi logam. Kemudian olefin tersebut diubah menjadi ioncarbonium. Ion carbonium tersebut terisomerisasi menjadi ion carbonium tersier yang lebih stabil. Selanjutnya terjadi perengkahan ion carbonium tersebut pada ikatan pada posisi βterhadap muatan ion carbonium tersebut. Posisi β merupakan ikatan kedua dari muatan ion. Ion carbonium dapat bereaksi dengan olefin untuk mentransferkan muatan dari satu fragmen ke fragmen lainnya. Dengan cara ini muatan dapat ditransfer dari senyawa hidrokarbon rantai pendek ke senyawa hidrokarbon rantai lebih panjang yang dapat mengakomodasi muatan denganlebih baik. Akhirnya, reaksi penjenuhan terhadap olefin terjadi pada sisi logam katalisator. Reaksi hydrocracking merupakan reaksi yang selektif terhadap parafin dengan jumlah atom karbon yang banyak. Hal ini terjadi dalam rangka mencapai kesetimbangan untuk membentukolefin dengan jumlah atom karbon yang banyak. Di samping itu, parafin dengan jumlah atomkarbon lebih banyak dapat mengadsorb lebih kuat. Ion carbonium intermedia menyebabkan isomerisasi yang berlebih pada produk reaksi khususnya pada α-metil isomer. Hal ini karena ioncarbonium tersier lebih stabil. Oleh karena itu, produksi C1 dan C3. rendah karena produksi gashidrokarbon tersebut terjadi ketika terbentuknya ion carbonium primer dan sekunder yangsebenarnya kurang dikehendaki. Senyawa- senyawa lain seperti alkil-naften, alkil-aromat, dan lain sebagainya bereaksi dengan mekanisme serupa melalui reaksi pembentukan ion carbonium. Selain reaksi hydrocracking terhadap paraffin, reaksi utama yang terjadi antara lain yaitu a. Reaksi hydrocracking paraffin
b. Reaksi hidrodealkilasi
c. Reaksi hidrodesiklisasi
Macam-macam reaksi samping dari hasil proses hydrocracking;
1. Penghilangan sulfur dilakukan dengan cara mengubah senyawa sulfur organik menjadi hidrogen sulfide dan hidrocarbon. 2. Penghilangan nitrogen dilakukan dengan cara mengubah senyawa nitrogen organik menjadi ammonia dan hidrocarbon. 3. Penghilangan oksigen dilakukan dengan cara mengubah senyawa oksigen organik menjadi air dan hidrocarbon. 4. Penghilangan halida dilakukan dengan cara mengubah senyawa halide menjadi chlorideacid dan hidrocarbon. 5. Penjenuhan olefin dilakukan dengan cara meng-hydrogenasi senyawa olefin menadi parafn. Tujuan penjenuhan olefin adalah untuk peningkatan stabilitas produk saat penyimpanan (warna dan sediment). 6. Penghilangan metal : senyawa organik metal akan terdekomposisi dan metal akan secara permane diserap atau bereaksi dengan katalis. Metal ini merupakan racun katalis yang permanen (tidak dapat dihilabngkan). Reaksi samping yang terjadi secara paralel adalah reaksi dekomposisi senyawa sulfur,nitrogen dan oksigen serta reaksi hidrogenasi olefin dan aromat.
a. reaksi dekomposisi
b. reaksi hidrogenasi
1.6 Kondisi Operasi Hydrocracking
Kondisi operasi hydrocracking secara umum dapat berupa : Tekanan kg/cm2 = 120 – 150 Temperatur (oC) = 350-450 Rasio gas H2/hydrocarbon (mol/mol) = 20 (lt/lt) = 1000 Konversi umpan (% wt) Hydrocracking satu tahap = 30 – 60 Hydrocracking dua tahap = 50 – 70 DAFTAR PUSTAKA Agus. 2012. Kilang Minyak .http://www.agussuwasono.com/artikel/teknologi/oil- knowledge/348-kilang-minyak-bumi.htmldiakses pada tanggal 18 Juni 2014. Anonim.2012.Refinery and Hydrocracking Process.http://www.scribd.com/doc/9 6453380/Refinery-06-Hydrocracking-Process. Diakses tanggal 17 Juni 2014 pukul 20.00 WIB. Tim Penyusun. 2012. Buku Pintar Migas Indonesia. Jakarta