Anda di halaman 1dari 17

PENGANGKUTAN BAHAN BERACUN DAN

BERBAHAYA (B3) DENGAN KA

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas


Sistem Manajemen K3

Disusun oleh :
ELI UTAMI W.N (2130572)
RAFIF ANUGRAH (2130671)
RAHMAD R (2130681)
RAZZAN AKBAR P(2130691)
SINGGIH DHIA R (2130721)

PROGRAM DIPLOMA III TEKNOLOGI MEKANIKA PERKERETAAPIAN


POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA MADIUN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pengangkutan bahan beracun berbahaya, sering disingkat sebagai B3, adalah
aspek yang sangat penting dalam rantai pasokan industri modern. B3 adalah jenis bahan
yang, jika tidak ditangani dengan benar, dapat menyebabkan dampak negatif yang serius
pada lingkungan dan kesehatan manusia. B3 mencakup berbagai jenis material seperti
bahan kimia beracun, limbah medis, limbah radioaktif, dan zat-zat lain yang memiliki
potensi bahaya serius jika terjadi kebocoran atau insiden selama transportasi.

Pengangkutan B3 harus memenuhi standar keamanan yang ketat dan tunduk


pada peraturan yang ketat karena risikonya yang tinggi. Salah satu mode transportasi
yang digunakan untuk mengangkut B3 adalah kereta api. Penggunaan kereta api untuk
transportasi B3 telah menjadi topik penelitian dan perdebatan yang semakin meningkat
karena keuntungan yang ditawarkannya dalam hal efisiensi, keamanan, dan dampak
lingkungan.

Kereta api sebagai sarana pengangkutan B3 memiliki beberapa keunggulan yang


patut diperhatikan. Pertama, kereta api biasanya memiliki kapasitas angkut yang besar,
memungkinkan pengiriman dalam jumlah besar dan berkelanjutan.Kedua, kereta api
memiliki tingkat kecelakaan yang relatif rendah dibandingkan dengan mode transportasi
lainnya seperti truk atau kapal, sehingga mengurangi risiko insiden yang dapat
mengancam lingkungan dan kesehatan masyarakat. Selain itu, kereta api seringkali lebih
ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah
dibandingkan dengan truk atau pesawat.

Namun pengangkutan B3 dengan kereta api mempunyai tantangan tersendiri.


Perencanaan rute yang cermat, infrastruktur dan teknologi yang tepat diperlukan untuk
menjamin keselamatan dan keberhasilan transportasi B3. Selain itu, peraturan perizinan
dan pemantauan yang ketat diperlukan untuk memastikan transportasi kereta api B3
memenuhi semua persyaratan keselamatan dan lingkungan yang berlaku.

Dalam konteks ini, artikel ini akan membahas lebih detail angkutan kereta api
B3, termasuk manfaat, tantangan dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk
meningkatkan keselamatan dan keberlanjutan transportasi kereta api B3. Dengan
pemahaman yang lebih mendalam mengenai topik ini, kita dapat berkontribusi pada
pengembangan solusi yang lebih baik untuk pengelolaan B3 yang aman dan
berkelanjutan dalam rantai pasokan industri.

1.2 Dasar hukum


1. Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 74 tahun 2001 tentang pengelolaan
bahan berbahaya dan beracun
2. PM 48 tahun 2014 tentang tata cara pemuatan, penyusunan, pengangkutan, dan
pembongkaran barang dengan kereta api
3. Keputusan direktur jenderal perhubungan darat nomor : sk.725/aj.302/drjd/2004
tentang pengangkutan bahan berbahaya dan beracun (b3) di jalan
4. Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 101 tahun 2014 tentang pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun

1.3 Definisi

1. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

2. Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3, adalah
sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3

3. Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan klasifikasi B3;

4. Pengangkutan B3 adalah kegiatan pemindahan B3 dari suatu tempat ke tempat lain


dengan menggunakan sarana angkutan;

5. Label Limbah B3 adalah keterangan mengenai Limbah B3 yang berbentuk tulisan


yang berisi informasi mengenai Penghasil Limbah B3, alamat Penghasil Limbah B3,
waktu pengemasan, jumlah, dan karakteristik Limbah B3.
6. Simbol Limbah B3 adalah gambar yang menunjukkan karakteristik Limbah B3.

7. Pelabelan Limbah B3 adalah proses penandaan atau pemberian label yang dilekatkan
atau dibubuhkan pada kemasan langsung Limbah B3.

1.4 Keunggulan pengangkutan b3 melalui kereta api


Pengangkutan bahan berbahaya (B3) dengan kereta api memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan moda transportasi lain seperti truk atau kapal laut.
Berikut beberapa manfaat pengangkutan B3 dengan kereta api:
1. Kereta api umumnya dianggap lebih aman untuk mengangkut bahan berbahaya
dibandingkan truk atau kapal laut.
2. Kereta api memiliki standar keselamatan yang ketat dan lebih sedikit kecelakaan
akibat bahan berbahaya dibandingkan truk atau kapal.
3. Kereta mempunyai kapasitas besar untuk mengangkut material berbahaya dalam
jumlah besar.
4. Efektif dalam mengangkut material berbahaya dalam jumlah besar, seperti bahan
kimia industri atau bahan bakar.
5. Kereta api umumnya lebih hemat energi dibandingkan truk. Artinya
pengangkutan B3 dengan kereta api bisa lebih ramah lingkungan dan hemat
energi.
6. Kereta api sering kali beroperasi dengan jadwal yang ketat dan konsisten sehingga
lebih dapat diandalkan dalam mengangkut B3. Hal ini dapat memudahkan
perencanaan logistik dan pengiriman lebih cepat.
7. Kereta api sering kali menghindari kemacetan yang sering ditemui truk di jalan
raya. Hal ini dapat mengurangi risiko kecelakaan dan keterlambatan pengangkutan
bahan berbahaya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Persyaratan Pengangkutan B3 Melalui Kereta Api


A. Persyaratan International
Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) melalui kereta api
di Indonesia harus mematuhi sejumlah persyaratan internasional dan nasional
untuk memastikan keselamatan, keamanan, dan lingkungan.
1. Persyaratan UN
B3 harus diklasifikasikan dan dikodekan sesuai dengan sistem persyaratan
PBB yang diatur dalam Perjanjian tentang Pengangkutan Barang Berbahaya
(UN Recommendations on the Transport of Dangerous Goods). Ini termasuk
pemberian nomor UN, pengemasan yang sesuai, dan label yang benar.
2. Persyaratan Khusus B3
B3 memiliki persyaratan khusus terkait dengan pengemasan, penandaan,
dan pengangkutan yang berbeda dari barang non-B3. Ini termasuk persyaratan
khusus untuk berbagai jenis B3, seperti bahan bakar, bahan kimia berbahaya,
limbah berbahaya, dan sebagainya.
3. Sertifikasi dan Pelatihan
Pengangkutan B3 oleh kereta api memerlukan pelatihan khusus bagi
petugas yang terlibat dalam pengangkutan dan penanganan B3. Mereka harus
memiliki pengetahuan tentang sifat B3, langkah-langkah darurat, dan tindakan
keselamatan.
4. Pengemasan yang Aman
Barang berbahaya harus dikemas dengan benar dalam wadah yang kuat
dan aman. Ini melibatkan penggunaan wadah yang sesuai dengan jenis B3 dan
memastikan bahwa mereka tidak bocor selama pengangkutan.
5. Dokumentasi dan Label
Dokumen yang tepat, termasuk manifest pengangkutan dan label yang
sesuai, harus ada pada setiap pengiriman B3 untuk memberikan informasi
yang cukup kepada pihak yang terlibat dalam pengangkutan dan penanganan.
6. Perijinan dan Izin
Pengangkutan B3 melalui kereta api memerlukan izin dari otoritas yang
berwenang, seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Indonesia.
7. Pengawasan dan Keamanan
Pengangkutan B3 harus diawasi secara ketat selama proses pengangkutan
untuk memastikan keamanan. Ini mencakup pengawasan pengamanan,
inspeksi, dan pemantauan selama pengangkutan.
8. Penanganan Darurat
Diperlukan perencanaan darurat dan pelatihan untuk penanganan keadaan
darurat yang melibatkan B3, termasuk tindakan evakuasi, pemadaman
kebakaran, dan penanganan kebocoran.

B. Persyaratan Indonesia
Pengangkutan B3 dan/atau Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan yang terdiri dari:
1. Pengguna jasa merupakan instansi yang berwenang atau badan usaha yang
telah memiliki Izin Pengangkutan dari Menteri setelah mendapat rekomendasi
dari instansi yang berwenang;
2. Dilengkapi dengan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data
Sheet), dokumen B3, dan/atau dokumen Limbah B3 yang ditetapkan oleh
instansi yang berwenang;
3. Setiap kemasan B3 dan/atau Limbah B3 wajib diberikan simbol dan label yang
ditetapkan instansi yang berwenang;
4. Diangkut dengan gerbong sesuai dengan jenis bahan yang diangkut dan
diberikan tanda khusus dengan dilengkapi simbol dan label yang ditetapkan
instansi yang berwenang;
5. Dilakukan pengawalan dan/atau menyertakan petugas yang memiliki
keterampilan dan kualifikasi tertentu sesuai sifat B3 dan/atau Limbah B3 yang
diangkut;
6. Petugas pengawal harus mengambil tindakan apabila terjadihal-hal yang
membahayakan keamanan dan keselamatan barang yang dibawa;
7. Antara 2 (dua) gerbong yang berisi harus ditempatkan gerbong penyekat;
8. Perjalanan kereta api menggunakan kecepatan sesuai dengan kecepatan yang
ditetapkan;
9. Bongkar muat dilakukan pada tempat dan/atau stasiun tertentu yang
mempunyai fasilitas bongkar muat sesuai dengan karakteristik B3 dan/atau
Limbah B3 yang diangkut;dan
10. Awak sarana perkeretaapian yang ditugaskan mengangkut bahan berbahaya
dan beracun, serta limbah bahan berbahaya dan beracun harus memiliki
kompetensi dan bersertifikat sebagaimana diatur dalam peraturan yang
berlaku.

Kegiatan Pembongkaran B3 dan/atau Limbah B3 sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan yang
terdiri dari:

1. Dilakukan oleh pengguna jasa yang merupakan instansi yang berwenang atau
badan usaha yang telah memiliki Izin Pengangkutan dari Menteri setelah
mendapat rekomendasidari instansi yang berwenang;
2. Dilengkapi dengan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data
Sheet), dokumen B3, dan/atau dokumen Limbah B3 yang ditetapkan oleh
instansi yangberwenang;
3. Dilakukan pengawalan dan/atau menyertakan petugas yang memiliki
keterampilan dan kualifikasi tertentu sesuai sifat B3 dan/atau Limbah B3 yang
diangkut;
4. Petugas pengawal harus mengambil tindakan apabila terjadi hal-hal yang
membahayakan keamanan dan keselamatan barang yang dibawa;
5. Bongkar muat dilakukan pada tempat dan/atau stasiun tertentu yang
mempunyai fasilitas bongkar muat sesuai dengan karakteristik B3 dan/atau
Limbah B3 yang diangkut;dan
6. Petugas yang melakukan pembongkaran B3 dan/atauLimbah B3 harus
mengetahui sifat dan karakteristik barang.

2.2 Prosedur Pengangkutan B3 Melalui Kereta Api


A. Identifikasi dan Klasifikasi
Angkutan B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c, diklasifikasikan atas
bahan :
1. mudah meledak;
2. gas mampat, gas cair, gas terlarut pada tekanan atau
3. pendinginan tertentu;
4. cairan mudah terbakar;
5. padatan mudah terbakar;
6. oksidator, peroksida organik;
7. racun dan bahan yang mudah menular;
8. radio aktif;
9. korosif; dan
10. berbahaya dan beracun lainnya.

Angkutan limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d,


diklasifikasikan atas Limbah B3 :
1. mudah meledak;
2. mudah terbakar;
3. bersifat reaktif;
4. beracun;
5. menyebabkan infeksi; dan
6. bersifat korosif.

B3 dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


a. mudah meledak (explosive); adalah bahan yang pada suhu dan tekanan standar
(25 derajat C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau
fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan
cepat dapat merusak lingkungan di sekitarnya. Pengujiannya dapat dilakukan
dengan menggunakan Differential Scanning Calorymetry (DSC) atau
Differential Thermal Analysis (DTA), 2,4-dinitrotoluena atau Dibenzoil-
peroksida sebagai senyawa acuan. Dari hasil pengujian tersebut akan diperoleh
nilai temperatur pemanasan. Apabila nilai temperatur pemanasan suatu bahan
lebih besar dari senyawa acuan, maka bahan tersebut diklasifikasikan mudah
meledak.

b. pengoksidasi (oxidizing); Pengujian bahan padat yang termasuk dalam kriteria


B3 pengoksidasi dapat dilakukan dengan metoda uji pembakaran menggunakan
ammonium persulfat sebagai senyawa standar. Sedangkan untuk bahan berupa
cairan, senyawa standar yang digunakan adalah larutan asam nitrat. Dengan
pengujian tersebut, suatu bahan dinyatakan sebagai B3 pengoksidasi apabila
waktu pembakaran bahan tersebut sama atau lebih pendek dari waktu
pembakaran senyawa standar.

c. sangat mudah sekali menyala (extremely flammable); ) adalah B3 baik berupa


padatan maupun cairan yang memiliki titik nyala dibawah 0 derajat C dan titik
didih lebih rendah atau sama dengan 35 derajat C

d. sangat mudah menyala (highly flammable); Mudah menyala (flammable)


mempunyai salah satu sifat sebagai berikut

1. Berupa cairan
Bahan berupa cairan yang mengandung alcohol kurang dari 24% volume dan atau
pada titik nyala (flash point) tidak lebih dari 60 derajat C (140 derajat F) akan
menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain
pada tekanan udara 760 mmHg. Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode
Closed-Up Test.

2. Berupa padatan
B3 yang bukan berupa cairan, pada temperature dan tekanan standar (25 derajat C,
760 mmHg) dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran melalui gesekan,
penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat
menyebabkan kebakaran yang terus menerus dalam 10 detik. Selain itu, suatu
bahan padatan diklasifikasikan B3 mudah terbakar apabila dalam pengujian dengan
metode Seta Closed-Cup Flash Point Test diperoleh titik nyala kurang dari 40
derajat C

e. mudah menyala (flammable);


f. amat sangat beracun (extremely toxic);
g. sangat beracun (highly toxic);
h. beracun (moderately toxic); B3 yang bersifat racun bagi manusia akan
menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh
melalui pernafasan, kulit atau mulut.

i. berbahaya (harmful); adalah bahan baik padatan maupun cairan ataupun gas
yang jika terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan
bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu

j. korosif (corrosive);
k. bersifat iritasi (irritant);
l. berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
m. karsinogenik (carcinogenic); adalah sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel
liar yang dapat merusak jaringan tubuh.

B3 yang bersifat korosif mempunyai sifat antara lain :


1) Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;
2) Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan laju
korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55 derajat C;
3) Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan sama atau
lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

a. Bersifat iritasi (irritant)


Bahan baik padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara langsung, dan
apabila kontak tersebut terus menerus dengan kulit atau selaput lender dapat
menyebabkan peradangan.
b. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment) Bahaya yang
ditimbulkan oleh suatu bahan
n. teratogenik (teratogenic); adalah sifat bahan yang dapat mempengaruhi
pembentukan dan pertumbuhan embrio.
o. mutagenik (mutagenic) adalah sifat bahan yang menyebabkan perubahan
kromosom yang berarti dapat merubah genetika.

Klasifikasi B3 sebagaimana dimaksud terdiri dari :


a. B3 yang dapat dipergunakan;
b. B3 yang dilarang dipergunakan; dan
c. B3 yang terbatas dipergunakan.

Tingkatan racun B3 dikelompokkan sebagai berikut :


Urutan Kelompok LD50 derajat (mg/kg)
1 Amat sangat beracun (extremely toxic) < 1
2 Sangat beracun (highly toxic) 1 – 50
3 Beracun (moderately toxic) 51 -500
4 Agak beracun (slightly toxic) 501 -5.000
5 Praktis tidak beracun (practically non-toxic) 5001 -15.000
6 Relatif tidak berbahaya (relatively harmless) > 15.000

B. Packing (Pengemasan)
Pengemasan B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi atau memasukkan B3 ke
dalam suatu wadah dan atau kemasan, menutup dan atau menyegelnya. Dalam hal
kemasan B3 mengalami kerusakan untuk :
a. B3 yang masih dapat dikemas ulang, pengemasannya wajib dilakukan oleh
pengedar;
b. B3 yang tidak dapat dikemas ulang dan dapat menimbulkan pencemaran dan
atau
kerusakan lingkungan dan atau keselamatan manusia, maka pengedar wajib
melakukan enanggulangannya.

Pengemasan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (6) PP no 101


tahun 2014 huruf e dilakukan dengan menggunakan kemasan yang:
a. terbuat dari bahan yang dapat mengemas Limbah B3 sesuai dengan karakteristik
Limbah B3 yang akan disimpan;
b. mampu mengungkung Limbah B3 untuk tetap berada dalam kemasan;
c. memiliki penutup yang kuat untuk mencegahnterjadinya tumpahan saat
dilakukan penyimpanan, pemindahan, atau pengangkutan; dan
d. berada dalam kondisi baik, tidak bocor, tidak berkarat, atau tidak rusak.

C. Marking dan Labeling


Label Limbah B3 paling sedikit memuat keterangan mengenai:
a. nama Limbah B3;
b. identitas Penghasil Limbah B3;
c. tanggal dihasilkannya Limbah B3; dan
d. tanggal Pengemasan Limbah B3

Tanggung jawab pemberian simbol dan label sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) untuk kerusakan pada tahap:
a. produksi, tanggung jawabnya ada pada produsen/ penghasil;
b. pengangkutan, tanggung jawabnya ada pada penanggung jawab kegiatan
pengangkutan;
c. penyimpanan, tangggung jawabnya ada pada penanggung jawab kegiatan
penyimpanan.
D. Pedokumentasian (Manifes B3, MSDS DLL)
pendokumentasian, yang mencakup Manifes B3 dan Lembar Data Keselamatan
Bahan (MSDS).
1. Manifes B3 (B3 Manifest)
 Manifes B3 adalah dokumen yang berisi informasi lengkap tentang
pengangkutan B3, termasuk identitas, jumlah, jenis, dan informasi penting
lainnya tentang bahan yang akan diangkut.
 Manifes B3 juga mencakup informasi tentang pengirim, penerima, dan
perusahaan pengangkutan.
 Dokumen ini digunakan untuk melacak B3 sepanjang perjalanan dari titik
awal hingga tujuan akhir.
 Semua pihak yang terlibat dalam pengangkutan B3 harus memiliki
Manifes B3 yang sesuai dan harus memastikan bahwa informasi pada
dokumen ini akurat.

2. Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS)


 MSDS adalah dokumen teknis yang berisi informasi rinci tentang sifat,
risiko, dan tindakan pencegahan terkait dengan B3 yang akan diangkut.
 MSDS memberikan informasi tentang sifat fisik, kimia, dan toksikologi
dari B3, serta petunjuk untuk mengatasi tumpahan atau kebocoran,
tindakan pertolongan pertama, dan cara mengangani bahan secara aman.
 MSDS juga mencakup informasi tentang persyaratan pengemasan yang
sesuai untuk B3 dan peraturan transportasi yang berlaku.

E. Handling
1) Pemuatan
Kegiatan pemuatan dan penyusunan 83 dan/atau Limbah 83 hanya dapat
dilakukan setelah pengguna jasa memiliki Izin Pengangkutan 83 dan/atau
Limbah 83 dari Menteri setelah mendapat rekomendasi dari Instansi yang
berwenang sesuai dengan jenis dan karakteristik 83 dan/atau Limbah 83.

Kegiatan pemuatan 83 dan Limbah 83 wajib memperhatikan:

a. karakteristik dan jenis 83 dan Limbah 83;


b. dikemas sesuai dengan klasifikasinya dan diberikan symbol dan label;
c. dilengkapi dengan Lembar Data Keselamatan bahan (Material Safety Data
Sheet);
d. dibawah pengawasan dan pengawalan petugas yang memiliki keahlian
sebagaimana diatur di dalam peraturan perundang-undangan;
e. dimuat dalam gerbong yang dipersyaratkan secara khusus sesuai dengan
karakateristik 83 dan Limbah 83 dan diberi tanda khusus;
f. diberi gerbong penyekat di antara gerbong yang berisi 83 dan Limbah 83;
dan
g. pemuatan ke gerbong dilakukan pada tempat dan/atau stasiun tertentu yang
mempunyai fasilitas bongkar muat sesuai dengan kekhususan bahan yang
diangkut.
2) Penyusunan

Berdasarkan pm 48 tahun 2014

Penyusunan gerbong muatan 83 dan limbah 83 yang karena sifat dan


karakteristiknya, dilarang dicampur dengan kereta penumpang dalam
rangkaian kereta api penumpang.

Penyusunan gerbong muatan 83 dan limbah 83 yang karena sifat dan


karakteristiknya, dilarang dicampur dengan gerbong barang umum dan/atau
barang khusus.

Penyusunan gerbong muatan 83 dan limbah 83 sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dan ayat (2) dibawah pengawasan dan pengawal petugas yang
memiliki keahlian sesuai peraturan perundang-undangan

3) Pengangkutan
Pengangkutan B3 dan/atau Limbah B3 sebagaimana dimaksudpada ayat (1)
dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan yang terdiri dari:
a. pengguna jasa merupakan instansi yang berwenang atau badan usaha yang
telah memiliki Izin Pengangkutan dari Menteri setelah mendapat rekomendasi
dari instansi yang berwenang;
b. dilengkapi dengan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data
Sheet), dokumen B3, dan/ataubdokumen Limbah B3 yang ditetapkan oleh
instansi yang berwenang;
c. setiap kemasan B3 dan/atau Limbah B3 wajib diberikan simbol dan label
yang ditetapkan instansi yang berwenang;
d. diangkut dengan gerbong sesuai dengan jenis bahan yang diangkut dan
diberikan tanda khusus dengan dilengkapi simbol dan label yang ditetapkan
instansi yang berwenang;
e. dilakukan pengawalan dan/atau menyertakan petugas yang memiliki
keterampilan dan kualifikasi tertentu sesuai sifat B3 dan/atau Limbah B3 yang
diangkut;
f. petugas pengawal harus mengambil tindakan apabila terjadi hal-hal yang
membahayakan keamanan dan keselamatan barang yang dibawa;
g. antara 2 (dua) gerbong yang berisi harus ditempatkan gerbong penyekat;
h. perjalanan kereta api menggunakan kecepatan sesuai dengan kecepatan
yang ditetapkan;
i. bongkar muat dilakukan pada tempat dan/atau stasiun tertentu yang
mempunyai fasilitas bongkar muat sesuai dengan karakteristik B3 dan/atau
Limbah B3 yang diangkut; dan
j. awak sarana perkeretaapian yang ditugaskan mengangkut bahan berbahaya
dan beracun, serta limbah bahan berbahaya dan beracun harus memiliki
kompetensi dan bersertifikat sebagaimana diatur dalam peraturan yang
berlaku.
4) Pembongkaran

Kegiatan pembongkaran 83 dan/atau Limbah 83 sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 5 dan Pasal 6 dilakukan pada stasiun barang dan tempat-tempat khusus
yang disetujui oleh Direktur Jenderal. Kegiatan Pembongkaran 83 dan/atau
Limbah 83 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan
memenuhi persyaratan yang terdiri dari:

a. dilakukan oleh pengguna jasa yang merupakan instansi yang berwenang


atau badan usaha yang telah memiliki Izin Pengangkutan dari Menteri setelah
mendapat rekomendasi dari instansi yang berwenang;

b. dilengkapi dengan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data


Sheet), dokumen B3, dan/atau dokumen Limbah B3 yang ditetapkan oleh
instansi yang berwenang;

c. dilakukan pengawalan dan/atau menyertakan petugas yang memiliki


keterampilan dan kualifikasi tertentu sesuai sifat B3 dan/atau Limbah B3 yang
diangkut;

d. petugas pengawal harus mengambil tindakan apabila terjadi hal-hal yang


membahayakan keamanan dan keselamatan barang yang dibawa;

e. bongkar muat dilakukan pada tempat dan/atau stasiun tertentu yang


mempunyai fasilitas bongkar muat sesuai dengan karakteristik B3 dan/atau
Limbah B3 yang diangkut; dan

f. petugas yang melakukan pembongkaran B3 dan/atau Limbah 83 harus


mengetahui sifat dan karakteristik barang.

2.3 Manajemen risiko dan prosedur darurat pengangkutan b3 melalui


kereta api

Manajemen risiko dan prosedur darurat adalah bagian kunci dari


pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) melalui kereta api.
Manajemen risiko bertujuan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
mengurangi potensi risiko yang terkait dengan pengangkutan B3, sementara
prosedur darurat dirancang untuk menghadapi situasi darurat yang mungkin
timbul selama pengangkutan.
1) Manajemen risiko
 Langkah pertama dalam manajemen risiko adalah mengidentifikasi
semua potensi risiko yang terkait dengan pengangkutan B3. Ini dapat
mencakup risiko tumpahan, kebocoran, kebakaran, kontaminasi
lingkungan, atau bahaya kesehatan manusia.
 Setelah risiko diidentifikasi, evaluasi risiko dilakukan untuk
menentukan sejauh mana risiko tersebut dapat mempengaruhi
keselamatan, lingkungan, dan masyarakat. Evaluasi ini membantu
dalam menentukan tindakan mitigasi yang diperlukan.
 Berdasarkan hasil evaluasi risiko, langkah-langkah pengurangan risiko
harus diambil. Ini mungkin termasuk pengemasan yang aman,
pemilihan rute yang sesuai, peralatan keselamatan yang tepat, pelatihan
personel, dan pemantauan yang ketat selama pengangkutan.
 Sebelum memulai pengangkutan B3, perlu ada perencanaan krisis yang
matang. Ini mencakup mengidentifikasi potensi situasi darurat,
mengembangkan prosedur darurat, dan mengoordinasikan respons
dengan berbagai pihak terkait seperti pihak berwenang, petugas
pemadam kebakaran, dan tim darurat medis.

2) Prosedur darurat
 Selama pengangkutan, perlu ada pemantauan terus-menerus terhadap
B3 dan lingkungan sekitarnya. Ini mencakup memeriksa apakah terjadi
tanda-tanda tumpahan, kebocoran, atau perubahan yang mencurigakan.
 Jika terjadi situasi darurat seperti tumpahan atau kebakaran,
komunikasi darurat harus segera dilakukan. Ini mencakup memberitahu
pihak berwenang, petugas pemadam kebakaran, dan pihak terkait
lainnya.
 Dalam situasi darurat yang mengancam nyawa atau kesehatan manusia,
evakuasi dan perlindungan diri adalah prioritas. Personel yang terlibat
dalam pengangkutan B3 harus tahu cara melindungi diri mereka sendiri
dan orang lain.
 Prosedur darurat juga harus mencakup bagaimana menangani
tumpahan B3 dan memadamkan kebakaran. Ini termasuk penggunaan
peralatan pemadam kebakaran yang sesuai dan tindakan pengendalian.
 Setelah situasi darurat diselesaikan, perlu ada pelaporan dan
dokumentasi lengkap tentang apa yang terjadi, langkah-langkah yang
diambil, dan dampaknya. Ini penting untuk evaluasi pasca-insiden dan
perbaikan prosedur.
BAB 3
Kesimpulan
Pengemasan limbah b3 dilakukan dengan menggunakan kemasan yang terbuat
dari bahan yang dapat mengemas limbah b3 sesuai dengan karakteristik limbah b3
yang akan disimpan, mampu mengungkung limbah b3 untuk tetap berada dalam
kemasan, memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat
dilakukan penyimpanan, pemindahan, atau pengangkutan; dan berada dalam kondisi
baik, tidak bocor, tidak berkarat, atau tidak rusak.

Kegiatan pemuatan 83 dan Limbah 83 wajib memperhatikan karakteristik dan


jenis 83 dan Limbah b3, dikemas sesuai dengan klasifikasinya dan diberikan symbol
dan label, dilengkapi dengan Lembar Data Keselamatan bahan (Material Safety Data
Sheet), dibawah pengawasan dan pengawalan petugas yang memiliki keahlian
sebagaimana diatur di dalam peraturan perundang-undangan, dimuat dalam gerbong
yang dipersyaratkan secara khusus sesuai dengan karakateristik b3 dan Limbah 83 dan
diberi tanda khusus, diberi gerbong penyekat di antara gerbong yang berisi b3 dan
Limbah b3; dan pemuatan ke gerbong dilakukan pada tempat dan/atau stasiun tertentu
yang mempunyai fasilitas bongkar muat sesuai dengan kekhususan bahan yang
diangkut.

Kegiatan Pembongkaran b3 dan/atau limbah b3 dapat dilakukan dengan


memenuhi persyaratan yang dilakukan oleh pengguna jasa yang merupakan instansi
yang berwenang atau badan usaha yang telah memiliki Izin Pengangkutan dari
Menteri setelah mendapat rekomendasi dari instansi yang berwenang, dilengkapi
dengan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet), dokumen B3,
dan/atau dokumen limbah B3 yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang,
dilakukan pengawalan dan/atau menyertakan petugas yang memiliki keterampilan dan
kualifikasi tertentu sesuai sifat B3 dan/atau limbah B3 yang diangkut, petugas
pengawal harus mengambil tindakan apabila terjadi hal-hal yang membahayakan
keamanan dan keselamatan barang yang dibawa, bongkar muat dilakukan pada tempat
dan/atau stasiun tertentu yang mempunyai fasilitas bongkar muat sesuai dengan
karakteristik B3 dan/atau limbah B3 yang diangkut dan petugas yang melakukan
pembongkaran B3 dan/atau Limbah b3 harus mengetahui sifat dan karakteristik
barang.

Anda mungkin juga menyukai