Anda di halaman 1dari 19

PENGANGKUTAN BAHAN BERACUN BERBAHAYA (B3)

MENGGUNAKAN KERETA API


(TRANSPORTATION OF DANGEROUS GOOD BY RAIL)

SISTEM MANAJEMEN K3

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

1. ARYA YUDHA ERSAPUTRA (2130531)


2. DIMAS ARDIANSYAH PUTRA (2130551)
3. FIQIH HADI WIRAYUDA ( 2130591)
4. MOCH. VIRGIE PRADANA.P. (2130641)
5. MUHAMMAD LUCKY DAVALA (2130651)

DOSEN PENGAMPU :

DR. EDI NURSALAM

PROGRAM DIPLOMA III TEKNOLOGI MEKANIKA PERKERETAAPIAN


POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA MADIUN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat rnencernarkan
dan/atau rnerusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Dalam hal
pengangkutan B3 haruslah sesuai dengan syarat dan jenis b3 yang akan diangkut,
pengangkutan ini dimaksudkan agar B3 tidak tercemar ke lingkungan maupun
terdampak pada Masyarakat dalam pengangkutannya.

Pengangkutan setiap bahan berbahaya dan beracun (B3) memiliki perlakuan


pengangkutan khusus yang berbeda-beda, karena pada sifat B3 sendiri berbeda-
beda pula. Bahan-bahan tersebut termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau
lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,
beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji
dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3 (Rindi, 2016).

Bahan berbahaya dan beracun dalam pemindahannya harus diangkut


menggunakan wadah yang memenuhi syarat keberangkatan dari sifat B3 yang akan
diangkut. Wadah ini harus kedap dan tidak bocor. memiliki keadaan yang sangat
baik pada sambungan-sambungan yang beresiko mengalami kebocoran. selain
wadah armada yang digunakan haruslah aman dan memiliki tingkat pengangkutan
yang besar.

kereta api adalah salah satu moda transportasi yang dapat mengangkut
barang dalam jumlah besar dan memiliki tingkat keamanan yang baik dibandingkan
dengan transportasi lain. moda transportasi kereta api mendapati korban kecelakaan
terendah (Pusparisa.,2021). Hal tersebut membuktikan bahwa moda kereta api
cocok digunakan dalam pengangkutan bahan berbahaya dan beracun (B3) karena
keamanannya.
Pengangkutan bahan berbahaya dan beracun (B3) menggunakan moda
kereta api haruslah sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan baik itu
persyaratan umum maupun persyaratan khusus. hal ini dimaksudkan agar dalam
proses pemindahan B3 ke tempat lain dapat dilakukan dengan lancar dan aman.

1.2 DASAR HUKUM


● UU 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;
● PP 74 Tahun 2014; dan
● PP 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3.
● PM. 14 Tahun 21014 tata cara pemuatan, penyusunan, pengangkutan, dan
pembongkaran barang dengan kereta api
● Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun

1.3 DEFINISI

Sumber : (Kementrian Lingkungan Hidup.,2023)

Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat,


energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat rnencernarkan
dan/atau rnerusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Barang
Berbahaya dapat diangkut dengan aman menggunakan Transportasi darat, laut dan
udara, dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu sebagai syarat-syarat
keselamatan telah dipenuhi. “IATA DGR”, “IMDG”, “ADR”, “RID” sebagai
manual yang mudah digunakan menyediakan sistem yang terharmonisasi dalam
penerimaan dan pengangkutan barang-barang berbahaya agar selamat dan efisien.

1.4 KEUNGGULAN PENGANGKUTAN B3 MELALUI KERETA API


1. Kemampuan kereta api membawa limbah B3 lebih banyak dibanding moda
transportasi darat lainnya
2. Pengguna jasa berhak mendapatkan pelayanan pemuatan dan penyusunan
barang dari penyelenggara sarana perkeretaapian atau dari badan usaha
sebagai penyelenggara kegiatan jasa angkutan, apabila memenuhi
persyaratan
3. Pengguna jasa berhak untuk mendapatkan pelayanan penimbangan barang
kiriman secara transparan.
4. Kegiatan permuatan barang yang berupa jenasah dilakukan sedemikian rupa
dengan tetap mencerminkan rasa hormat kepada jenasah.
5. Kegiatan pengangkutan barang dapat dibatalkan oleh kedua belah
berdasarkan kesepakatan sebagaimana diatur di dalam Perjanjian Angkutan
Barang.
6. Mendapat ganti kerugian yang ditimbulkan karena kelalaian penyelenggara
sarana perkeretaapian dalam pengoperasian angkutan kereta api karena:
1) barang hilang sebagian atau seluruhnya;
2) rusak sebagian atau seluruhnya;
3) musnah;
4) salah kirim; dan/atau
5) jumlah dan/atau jenis kiriman barang diserahkan dalam keadaan tidak
sesuai dengan surat angkutan;
7. Selama dalam perjalanan akan dilakukan pengawalan oleh personel yang
sudah bersertifikat penanganan limbah B3. Sedangkan selama perjalanan di
setiap stasiun akan dilakukan pemeriksaan ulang keamanan angkutan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERSYARATAN PENGANGKUTAN B3 MELALUI KERETA API


Persyaratan internasional untuk pengangkutan bahan berbahaya (B3)
melalui kereta api dapat mengacu pada berbagai peraturan dan konvensi
internasional yang mengatur pengangkutan B3. Salah satu peraturan internasional
yang relevan adalah Peraturan Umum Angkutan Bahan Berbahaya (General
Regulations on the Transport of Dangerous Goods). Kendaraan yang digunakan
untuk mengangkut B3 harus memenuhi standar internasional untuk keamanan dan
kepatuhan. Wadah dan alat pelindung harus memadai untuk mencegah kebocoran
atau kontaminasi. Pengiriman B3 melalui kereta api mungkin akan diperiksa dan
diinspeksi oleh otoritas kompeten selama perjalanan atau di titik awal dan tujuan
pengiriman. Pastikan untuk memahami peraturan dan konvensi internasional yang
berlaku di negara asal, negara transit, dan negara tujuan. Ini mungkin mencakup
peraturan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN), Persatuan Kereta Api Eropa
(UIC), atau peraturan khusus yang berlaku di wilayah tertentu.

Persyaratan pengangkutan B3 menurut RID (Regulations Concerning the


International Carriage of Dangerous Goods by Rail) adalah klasifikasi B3 yang
akan diangkut. Hal ini dilakukan agar kita tau karakteristik B3 dan menentukan
perlakuan pengangkutan yang sesuai meliputi penanganan, pengemasan, dan
pelabelan. Rid mensyaratkan peralatan pengangkutan yang sesuai meliputi desain,
konstruksi, dan pemeliharaan kereta apu dan wadah yang digunakan untuk
mengangkut agar peralatan tetap aman membawa B3.

Tenaga awak sarana pengangkutan B3 haruslah dilatih sesuai kopetensi.


Pelatihan ini dimaksudkan agar selama perjalanan tidak terjadi insiden. Hal
terburuk jika terjadi insiden, berkat dari pelatihan yang di lakukan dapat
mengurangi dampak yang timbul dan cara menangani B3 secara tepat guna.
Pada PM 48 tahun 2014 pasal 7 kegiatan pengangkutan barang
sebagaimana dimaksud pasal 2 di dasarkan atas:

A. Perjanjian Angkutan Barang antara penyelenggara sarana


perkeretapian dan pengguna jasa angkutan kereta api;
B. Surat Angkutan Barang yang diterbitkan oleh penyelenggara sarana
perkeretapian atau badan usaha sebagai penyelenggara kegiatan jasa
angkutan; dan/atau
C. khusus untuk pengangkutan B3 dan Limbah B3 harus dilengkapi
dengan Izin Menteri setelah mendapat rekomendasi dari instansi
yang berwenang.

● Isi Perjanjian Angkutan Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a paling sedikit memuat:
A. nama dan alamat penyelenggara sarana perkeretaapian dan
pengguna jasa angkutan kereta api;
B. nama stasiun pemberangkatan dan stasiun tujuan;
C. tanggal dan waktu keberangkatan dan kedatangan;
D. jenis barang yang diangkut; dan
E. tarif yang disepakati.

● Perjanjian Angkutan Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


dibuat dalam rangkap 2 (dua) yang masing-masing disimpan oleh
penyelenggara sarana perkeretapian dan pengguna jasa angkutan barang.

● Perjanjian Angkutan Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


dapat dibuat untuk satu kali keberangkatan pengiriman barang atau lebih
sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak
● Isi Surat Angkutan Barang yang diterbitkan oleh penyelenggara sarana
perkeretapian atau badan usaha sebagai penyelenggara kegiatan jasa
angkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit
memuat:
A. nama dan alamat penyelenggara sarana perkeretapian atau badan
usaha sebagai penyelenggara kegiatan jasa angkutan;
B. nama dan alamat pengguna jasa angkutan barang;
C. jenis, karakteristik, dan berat barang;
D. nama stasiun pemberangkatan dan stasiun tujuan;
E. tanggal dan waktu keberangkatan dan kedatangan;
F. tarif yang disepakati; dan
G. tanda tangan penyelenggara sarana perkeretapian atau badan usaha
sebagai penyelenggara kegiatan jasa angkutan.

● Surat Angkutan Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dibuat
dalam rangkap 4 (empat) yang masing-masing disimpan oleh:
A. 1 (satu) eksemplar penyelenggara sarana perkeretaapian atau badan
usaha sebagai penyelenggara kegiatan jasa angkutan;
B. 1 (satu) eksemplar pengguna jasa pengiriman barang; dan
C. 2 (dua) eksemplar disertakan pada barang yang dikirimkan yang
akan disimpan masing-masing oleh pengirim barang dan penerima
barang.

● Surat Angkutan Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dibuat
untuk satu kali keberangkatan pengiriman barang.

2.2 PROSEDUR PENGANGKUTAN B3 MELALUI KERETA API

2.2.1 Identifikasi dan Klasifikasi

Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 dalah zat,


energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lain. Limbah B3 dibedakan berdasarkan
karakteristiknya sebagai berikut:

a. Mudah terbakar (Flamable).

Buangan ini apabila dekat dengan api/sumber api, percikan, gesekan


mudah menyala dalam waktu yang lama baik selama pengangkutan,
penyimpanan atau pembuangan. Contoh jenis ini buangan Bahan
Bakar Minyak (BBM) atau buangan pelarut (benzena, toluen,
aseton).

b. Mudah meledak (Explosive)

Buangan yang melalui reaksi kimia menghasilkan ledakan dengan


cepat, suhu, tekanan tinggi mampu merusak lingkungan.
Penanganan secara khusus selama pengumpulan, penyimpanan,
maupun pengangkutan. Berdasarkan penjelasan Peraturan
Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 Tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah dengan sifat ini merupakan
limbah yang pada suhu tekanan standar (25oC, 760 mmHg) dapat
meledak atau melalui reaksi kimia atau fisika dapat menghasilkan
gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan sekitarnya. Limbah B3 dengan sifat mudah
meledak yang paling berbahaya adalah limbah B3 peroksida organik
karena bersifat oksidator dan tidak stabil. Senyawa ini sangat sensitif
terhadap guncangan, gesekan, dan panas, serta terdekomposisi
secara eksotermis dengan melepaskan energi panas yang sangat
tinggi. Contoh limbah B3 dengan sifat ini adalah asetil peroksida,
benzoil peroksida, dan jenis monomer yang mempunyai
berpolimerisasi secara spontan sambil melepaskan gas bertekanan
tinggi (seperti butadien dan metakrilat).

c. Menimbulkan karat (Corrosive)

Buangan yang pH nya sangat rendah (pH <3) atau sangat tinggi pH
> 12,5) karena dapat bereaksi dengan buangan lain, dapat
menyebabkan karat besi dengan adanya buangan lain, dapat
menyebabkan karat baja/besi. Contoh: sisa asam terutama asam
sulfat, limbah asam dan baterai.

d. Buangan pengoksidasi (Oxidizing waste)

Buangan yang dapat menyebabkan kebakaran karena melepaskan


oksigen atau buangan peroksida (organik) yang tidak stabil dalam
suhu tinggi. Contoh: magnesium, perklorat dan metil etil
ketonperoksida.

e. Buangan yang menimbulkan penyakit (Infectious Waste)

Yaitu dapat menularkan penyakit. Contoh: tubuh manusia, cairan


tubuh manusia yang terinfeksi, limbah laboratorium yang terinfeksi
kuman penyakit yang dapat menular.

f. Berbahaya (Harmful Waste)

Buangan yang menimbulkan penyakit (Harmful Waste)

g. Buangan beracun (Toxic waste)

Yaitu buangan berkemampuan meracuni,menjadikan cacat sampai


membunuh mahluk hidup dalam jangka panjang ataupun jangka
pendek. Sebagai contoh logam berat (seperti Hg, Cr), pestisida,
pelarut, halogenida.

h. Dangerous for environment (Berbahaya Bagi Lingkungan)


2.2.2 Packing (Pengemasan)

Persyaratan penyimpanan dan pengangkutan dapat diikuti dengan melihat


dari karakteristik dan potensi bahaya dari setiap limbah B3. Karakterisasi
limbah B3 ini yang nantinya digunakan untuk menentukan perlakuan dalam
proses penyimpanan sementara dan pengemasan pada saat akan dilakukan
proses pengangkutan.

Jenis kemasan : Limited quantity packaging

Unpackaging

other
● Single Packaging
Hanya satu cara pengepakan tanpa bungkus tambahan, misalnya Steel
Drum.
● Combination Packaging
Biasanya terdapat 2 cara pengepakan, satu bagian dalam dan bungkus
diluarnya, misalnya botol plastik didalam kotak fibre.
● Intermediate Bulk Container ( IBC )
Pengepakan yang besar tidak boleh lebih dari 3000 m3 atau 3000
liter, yang diangkut memakai alat mekanik (seperti forklift).
● Tank
Pengertian tangki termasuk "Portable Tank" atau "Road tank vehicle"
dengan kapasitas lebih dari 450 liters dan dilengkapi peralatan
pelayanannya seperti slang, kran dll.

2.2.3 Marking dan Labeling

Ketentuan Umum

Marka yang digunakan harus memenuhi ketentuan berikut ini :


● Mudah terkihat & mudah dibaca
● Masih dapat terindetifikasi dan bertahan paling tidak tiga bulan bila
terendam dilaut
● Dibuat menggunakan warna yang kontras dengan kemasan
● Tidak dicetak atau ditempelkan pada bagian kemasan yang terdapat
kemasan atau simbol lain

MARKING MINIMAL
● Pada setiap kemasan barang berbahaya harus mencantumkan nama
pengapalan ( propper shipping name ) dan nomer PBB ( UN number )
● Penulisan Nomor PBB harus lengkap dengan huruf “UN” dan diikuti
nomornya (contoh penulisan UN 1202, tidak boleh hanya ditulis 1202,
tetapi harus lengkap “UN 1202”).

POSISI DAN UKURAN MARKING


● Untuk IBC dengan kapasitas diatas 450 liter dan kemasan besar harus
diberikan marka di dua tempat yang berlawanan.
● Ukuran Minimal Penulisan kode UN:
D. Pendokumentasian
● MSDS
● Shipper declaration of DG
● Manifest Limbah B3
Setiap pengangkutan limbah B3 wajib dilengkapi dengan dokumen limbah
B3 (manifes). Dokumen limbah B3 wajib terus menyertai perjalanan limbah
B3 dan diserahkan kepada para pihak yang disinggahi limbah B3. Dokumen
limbah B3 merupakan milik para pihak sesuai dengan keperluannya
sebagaimana terlihat dalam gambar 13. Dalam penggunaan manifes, setiap
lembar manifes harus dilekati barcode (kode rahasia) untuk memastikan
bahwa setiap perpindahan limbah B3 dilakukan oleh pengangkut limbah B3
yang memiliki rekomendasi pengangkutan limbah B3 dan izin pengelolaan
limbah B3 untuk kegiatan pengangkutan limbah B3

● Dokumen lain yang diperlukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.


2.2.4 Handling

1. pemuatan B3 dan Limbah B3 wajib memperhatikan:


a.karakteristik dan jenis B3 dan Limbah B3;
b.dikemas sesuai dengan klasifikasinya dan diberikan simbol dan label;
c.dilengkapi dengan Lembar Data Keselamatan bahan (Material Safety Data
Sheet);
d.dibawah pengawasan dan pengawalan petugas yang memiliki keahlian
sebagaimana diatur di dalam peraturan perundang-undangan;
e.dimuat dalam gerbong yang dipersyaratkan secara khusus sesuai dengan
karakateristik B3 dan Limbah B3 dan diberi tanda khusus;
f.diberi gerbong penyekat di antara gerbong yang berisi B3 dan Limbah B3;
dan
g.pemuatan ke gerbong dilakukan pada tempat dan/atau stasiun tertentu
yang mempunyai fasilitas bongkar muat sesuai dengan kekhususan bahan
yang diangkut.
2. Penyusunan gerbong muatan B3 dan limbah B3
○ Penyusunan gerbong muatan B3 dan limbah B3 yang karena sifat
dan karakteristiknya, dilarang dicampur dengan kereta penumpang
dalam rangkaian kereta api penumpang.
○ Penyusunan gerbong muatan B3 dan limbah B3 yang karena sifat
dan karakteristiknya, dilarang dicampur dengan gerbong barang
umum dan/atau barang khusus.
○ Penyusunan gerbong muatan B3 dan limbah B3 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibawah pengawasan dan
pengawal petugas yang memiliki keahlian sesuai peraturan
perundang-undangan.
○ Petugas pengawal harus mengambil tindakan apabila terjadi halhal
yang membahayakan keamanan dan keselamatan B3 dan Limbah B3
yang dibawa.
3. Tata cara pengangkutan B3:
Bagian Kesatu Alat Pengangkutan Barang Angkutan barang dengan kereta
api dilakukan dengan mengunakan gerbong atau kereta bagasi. Gerbong
terdiri atas:
a.gerbong datar;
b.gerbong terbuka;
c.gerbong tertutup; dan
d.gerbong tangki.

4. Pembongkaran
Kegiatan pembongkaran B3 dan/atau Limbah B3 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 dan Pasal 6 dilakukan pada stasiun barang dan tempat-tempat
khusus yang disetujui oleh Direktur Jenderal. (2) Kegiatan Pembongkaran
B3 dan/atau Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan dengan memenuhi persyaratan yang terdiri dari:
a. dilakukan oleh pengguna jasa yang merupakan instansi yang berwenang
atau badan usaha yang telah memiliki Izin Pengangkutan dari Menteri
setelah mendapat rekomendasi dari instansi yang berwenang;
b. Dilengkapi dengan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety
Data Sheet), dokumen B3, dan/atau dokumen Limbah B3 yang
ditetapkan oleh instansi yang berwenang;
c. dilakukan pengawalan dan/atau menyertakan petugas yang memiliki
keterampilan dan kualifikasi tertentu sesuai sifat B3 dan/atau Limbah B3
yang diangkut;
d. petugas pengawal harus mengambil tindakan apabila terjadi hal-hal yang
membahayakan keamanan dan keselamatan barang yang dibawa;
e. muat dilakukan pada tempat dan/atau stasiun tertentu yang mempunyai
fasilitas bongkar muat sesuai dengan karakteristik B3 dan/atau Limbah
B3 yang diangkut; dan
f. petugas yang melakukan pembongkaran B3 dan/atau Limbah 83 harus
mengetahui sifat dan karakteristik barang.
g. dilakukan pengawalan dan/atau menyertakan petugas yang memiliki
keterampilan dan kualifikasi tertentu sesuai sifat B3 dan/atau Limbah B3
yang diangkut;
h. petugas pengawal harus mengambil tindakan apabila terjadi hal-hal yang
membahayakan keamanan dan keselamatan barang yang dibawa;
i. bongkar muat dilakukan pada tempat dan/atau stasiun tertentu yang
mempunyai fasilitas bongkar muat sesuai dengan karakteristik B3
dan/atau Limbah B3 yang diangkut; dan
j. petugas yang melakukan pembongkaran B3 dan/atau Limbah B3 harus
mengetahui sifat dan karakteristik barang.

2.3 MANAJEMEN RISIKO DAN PROSEDUR PENGANGKUTAN B3


MELALUI KERETA API
Manajemen risiko dan prosedur pengangkutan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) melalui kereta api adalah kritis untuk memastikan keselamatan
manusia, lingkungan, dan aset selama proses transportasi. Berikut adalah langkah-
langkah umum yang terkait dengan manajemen risiko dan prosedur pengangkutan
B3 menggunakan kereta api:

1. Klasifikasi B3:

Identifikasi dan klasifikasikan B3 yang akan diangkut. Ini melibatkan penentuan


jenis, sifat fisik, dan risiko yang terkait dengan B3 tersebut.

2. Peraturan dan Persyaratan:

Kenali dan ikuti regulasi, standar, dan persyaratan yang berlaku untuk
pengangkutan B3, baik pada tingkat nasional maupun internasional.

3. Penyusunan Rencana:

Buat rencana transportasi yang mencakup rute, jadwal, kendaraan yang akan
digunakan, perlindungan keselamatan, dan tindakan respons darurat.

4. Identifikasi Risiko:
Identifikasi potensi risiko dan bahaya yang mungkin timbul selama pengangkutan
B3. Ini termasuk risiko kecelakaan, tumpahan, kebakaran, dan lainnya.

5. Manajemen Risiko:

Atur tindakan pencegahan dan perlindungan untuk mengurangi risiko. Ini dapat
melibatkan penggunaan kendaraan khusus, kemasan yang tahan terhadap B3, dan
pelatihan personel.

Dalam manajemen resiko perlu adanya penilaian dari bahaya yang akan terjadi.
Semakin tinggi nilai bahaya maka penangananya harus lebih diutamakan.
Penentuan bahaya dapat dihitung dengan rumus = consequences x likehood. Hal ini
dimaksudkan agar pengutamaan pengelolaan dapat efisien dan maksimal.
BAB III
KESIMPULAN

Pengangkutan bahan berbahaya dan beracun (B3) menggunakan moda


kereta api sangatlah efektif. Penanganan dalam pemuatan, penyusunan,
pengangkutan, pembongkaran,harus diperhatikan dengan baik agar memenuhi
prosedur pengangkutan B3. Spesifikasi wadah ( gerbong) B3 haruslah dirawat
dengan baik agar tidak adanya kecacatan yang membuat insiden yang berdampak
pada lengkungan dan makhluk hidup.disamping itu pengangkutan menggunakan
kereta api lebih aman dibandingkan dengan pengangkutan menggunakan moda
transportasi lain.
DAFTAR PUSTAKA

Perkasa, M. F. I. (2018). Kajian keselamatan bongkar-muat kereta api angkutan


bbm sebagai angkutan b3 (bahan berbahaya beracun)(studi kasus daop 8
surabaya relasi “st benteng–st malang kotalama) (Doctoral dissertation,
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA-STTD).
Pusparisa, Y. (2021, Januari). Kereta Api, Moda Transportasi dengan Korban
Kecelakaan Terendah. Diakses
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/01/12/kereta-api-moda
transportasi-dengan-korban-kecelakaan-terendah
Utami, B. (2014). Peranan Kemasan Dalam Transportasi Produk Bahan
Berbahaya Dan Beracun. Jurnal Kimia dan Kemasan, 1-7.

Anda mungkin juga menyukai