Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Industri tekstil merupakan salah satu industri unggulan yang ada di indonesia
karena industri tekstil merupakan penghasil devisa ekspor uata yang jumlah kain
meningkat dari tahun ke tahun dan juga menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang
besar dibanding industri industri lainnya. Salah satu industri tekstil yang ada di
indonesia adalah PT. Indorama Synthetics Tbk pada awal pendiriannya hanya
berupa pabrik pemintalan benang (Spinning Mill) namun dengan adanya
pengelolaan yang baik hingga saat ini PT. Indorama Synthetics Tbk telah
memiliki 4 divisi yang berlokasi di Purwakarta, keempat divisi tersebut yaitu
Divisi Spinning, Divisi Polyester, Divisi Kain dan Divisi PET Resin. Salah satu
mesin produksi dari pada bagian divisi polyester berada di lembaga pendidikan
yaitu politeknik enjineering indorama sebagai tempat pembelajaran mahasiswa
dalam dunia industri khususnya cara produksi DTY tentunya dalam produksi
DTY ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil produksi yang bermutu tinggi
diantarany : menejemen perusahaan yang baik, mesin mesin produksi yang baik,
sumberdaya manusia (kariawan) yang kompeten dan material yang berkualitas
tinggi. Oleh karena itu pelaksanaan praktikum DTY sangat penting mahasiswa
karena melalui kegiatan praktik DTY ini membantu mengarahkan mahasiswa
untuk mengenal proses pembuatan benang DTY dan proses kerja di vocational
training centre dengan demikian mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan
tekniknya terutama dalam teknologi oembuatan benang DTY serta bagaimana
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada dalam proses pembuatan
benang DTY dsn perbaikan mesin DTY.

1.2 Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan praktik DTY meliputi :


Segala kegiatan dalam proses produksi benang DTY.

1
1. Membantu Menangani masalah (problem) yang terjadi, baik masalah pada
benang DTY maupun masalah pada mesin DTY (Reter Scragg).

1.3 Waktu dan Tempat Praktik

1.3.1 Waktu

Praktik DTY dilaksanakan selama 5 hari/semester (semester 1 s/d semester


4) dimulai dari pukul 08.00 s/d 16.30 WIB.

1.3.2 Tempat

Praktik DTY dilaksanakan di Vocational Training Centre, Politeknik


Enjinering Indorama.

1.4 Tujuan

1. Untuk mengetahui prosedur kegiatan/aktivitas produksi benang DTY yang


benar (sesuai prosedur).
2. Untuk mengetahui masalah (problem) yang terjadi pada proses produksi
benang DTY.

1.5 Manfaat

1. Mahasiswa mengetahui proses pembuatan DTY.


2. Mahasiswa dapat melakukan kegiatan produksi DTY sesuai SOP (Standard
Operational Procedure).
3. Mahasiswa dapat mengetahui masalah (problem) yang dapat terjadi pada
proses produksi benang DTY.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1

Benang Tekstur adalah Any yarn modified in such a way that its physical
and surface properties have been changed yang memiliki arti benang filamen
yang telah diproses dengan cara sedemikian rupa sehingga sifat isik dan
permukaanya berubah. Perubahan ini jelas terlihat pada kain yang terbuat dari
benang tersebut. Berikut adalah macam-macam benang tekstur.

2.1. Tujuan Proses Pentexturan

Proses tekstur pada benang bertujuan untuk membentuk gelombang-


gelombang kecil yang bersifat permanen disepanjang permukaan benang yang
disebut crimp. Beberapa tujuan dari proses texturizing antara lain adalah :

a. Menaikan daya tahan kusut dan stabilitas dimensi benang serta


kenampakan yang lebih baik.
b. Kemampuan menahan bentuk yang lebih baik dari pada benang
filamen biasa.
c. Mempunyai efek fleksibel yang lebih baik dibandingkan dengan
filamen biasa.

3
d. Lebih enak dipakai karena udara terjerat diantara celah-celah benang
tekstur.
e. Lebih lemas dan daya tutup kain lebih baik.
f. Lebih mudah dicuci dan mudah kering.

2.2. POY (Partially Oriented Yarn)

POY merupakan hasil spinning poliester. POY adalah benang yang


mengalami orientasi atau pengerjaan/penarikan sebagian, belum siap pakai
untuk weaving atau knitting karena tingkat kemuluran benang masih tinggi,
sehingga harus dilakukan pengolahan lanjut.

2.3. DTY (Draw Textured Yarn)

DTY adalah benang filament synthetics yang mempunyai sifat


karakteristik berupa crimp (keriting), crinkle (berkerut), loop (jeratan-
jeratan), dan spiral (coil). DTY disebut juga benang texturizing atau benang
false twist, hal ini disebabkan karena didalam proses pembuatannya
mengalami twist/pemuntiran palsu (agar dapat menghasilkan efek textured).

Pembentukan Benang Tekstur

Terdapat tujuh langkah pembentukan benang tekstur pada benang.


Penyuapan benang POY (b

ahan baku benang) melalui pipa creel yang kemudian mengalami


penarikan, kemudian diikuti dengan proses pemanasan, pendinginan,
pemberian twist pada saat bersamaan sehingga meciptakan efek false twist
(crimp benang). Kemudian biasanya benang mengalami tahap pemantapan
antihan dengan heater. Empat proses yang memegang peranan penting
dalam pembentukan efek teksturizing yaitu antara lain:

1. Pemanasan (Heating)
2. Penarikan (Drafting)
3. Pemuntiran (Twisting)
4. Penggulungan (Winding)

4
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing proses diatas

1.Pemanasan (Heating)

Terdapat dua proses pemanasan yaitu pemanasan pertama (H1) dan pemasan
kedua (H2). Pada proses H1, POY yang bersifat mentah (setengah jadi) akan
mengalami pemanasan sehingga strukturnya berubah.Pemanasan pada proses ini
juga sangat berpengaruh terhadap daya serap benang pada zat warna saat dicelup
karena adanya perubahan struktur polimer didalam serat, hal ini berhubungan
dengan kristalinitas dan orientasi polimer.

Orientasi polimer merupakan proses terjadinya pergeseran unit struktur


molekul ke arah sejajar dengan sumbu serat. Tingkat kesejajaran unit molekul
dalam serat dinyatakan dengan derajat orientasi. Derajat orientasi akan
mempengaruhi sifat-sifat serat seperti mekanik, sifat penyempurnaan, dan lain-
lain.

Kristalinitas merupakan sifat yang penting dalam suatu polimer. Polimer


merupakan polimer yang memiliki fasa semi kristalin, yaitu terdiri dari
fasa amorf dan fasa kristalin. Fasa kristalin terjadi karena adanya keteraturan
konfigurasi dan konformasi sehingga dapt membentuk satu satuan kristal. Fasa
kristalin memberikan kekuatan dan kekakuan, sedangkan fasa amorf memberikan
kereaktifan dan sifat lentur. Berikut adalah gambar susunan molekul polimer.

Gambar 2.2

5
Keterangan

a. Menggambarkan struktur molekul serat pada bagian amorf


b. Menggambarkan rantai molekul dalam konfigurasi
gugus kristalin dan gugus amorf yang secara acak.
c. Menggambarkan orientasi dari struktur yang kristalin akibat
orientasi kearah sumbu serat dengan fasa amorf yang sedikit sekali.

Besarnya fasa kristalin dalam suatu polimer dinyatakan dalam derajat


kristalinitas, yaitu merupakan perbandingan besarnya fasa kristalin terhadap
bagian fasa kristalin dan fasa amorf. Sifat fisik polimer yang berhubungan
dengan kristalinitas adalah suhu leleh kristalin (Tm). Suhu transisi gelas
merupakan suhu pada saat polimer yang semula bersifat gelas menjadi
elastis. Oleh karena itu, apabila polimer diregangkan pada suhu
transisi gelasnya, polimer akan memperlihatkan elastisitas yang tinggi.

Besarnya temperatur heater (H1 dan H2) yang akan dipakai sangat
dipengaruhi oleh jenis proses serta kecepatan masing-masing mesinnya.
Semakin tinggi kecepatan mesin yang dipakai maka semakin tinggi
temperatur yang digunakan.

2. Penarikan (Drafting)

Pada bagian ini benang POY akan mengalami penarikan sehingga


sifat diameter serta panjang dari POY yang diproses akan mengalami
perubahan. Perubahan ini tergantung pada besarnya penarikan yang diamali
oleh material bersangkutan. Besarnya penarikan disimbolkan dengan Draw
Ratio (DR), berikut adalah cara perhitungannya:

Misal:
No benang POY = 125 Denier
No benang DTY yang diinginkan adalah = 75 Denier

6
Berarti dengan Denier POY 125 Denier jika ingin membuat benang DTY dengan
75 Denier maka perlu penarikan sebanyak 1,666 kali.

3. Pemuntiran (Twisting)

Pada proses ini benang akan mendapatkan efek tekstur berupa crimp sehingga
proses twisting ini penting. Ada bermacam-macam peralatan untuk
membuat twist yaitu:

1. Friction Twist dixc disebut Posittorq


2. Nip Twist disebut Belt twist
3. Pin Twist disebut Spindle
4. Ring Twist disebut Piringan
Misalnya pada contoh mesin Scragg (yang memakai Friction Disc) untuk
menentukan besarnya Tpm/Tpi pada benang tersebut ditentukan dari kecepatan
putaran disc dengan kecepatan benang (yarn speed) atau biasa disebut D/Y (Disc
per Yarn speed) karena pada mesin Scragg memakai discmaka banyaknya
pemakaian disc dalam satu positorq akan berpengaruh pada Tpi/Tpm. Benag pada
saat mengalami twist (sebelum masuk positorq) maka tegangan yang terjadi
disebut T1 (Twisting Tension), sedangkan benang setelah tidak
mengalami twist (keluar dari positorq) maka tegangan yang terjadi disebut T2
(Untwisting Tension). Jarak dari setiap disc pada positorq dapat ditentukan oleh
seting dengan jarak 3 mm.

7
Gambar 2.3

Jika twist rendah maka akan terjadi bulu bahkan dapat menurunkan
sifat Bulkniess sehingga menurunkan nilai empuk bahan. Sebaliknya
bila twist terlalu tinggi maka kondisi ini akan mengakibatkan kekuatan yang
meningkat, disamping itu akan memudahkan terjadinya benang putus.
Pengaruh besarnya twist yang ada akhirnya disebut Crimp pada kualitas
benang. Pengaruh besarnya twist tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.

4. Penggulungan (Winding)

Proses terakhir pada pembuatan benang texturizing adalah


penggulungan hasil benang. Winding sangat berpengaruh pada hasil bentuk
gulungan dan proses unwinding (proses lanjut) dari DTY. sehingga proses
winding mempengaruhi dari quality DTY. Adapun hal-hal yang
mempengaruhi Winding dimesin texturing yaitu :

a. Tension dari Take up


b. Tranverse Zone (creadle arm, cam traverse, setting traverse, sine
bar, taper angle dan lain-lain)
c. Mutu dari Paper Tube yang digunakan

8
2.4.Kegiatan Produksi DTY
2.4.1. Loading
Loading adalah proses memindahkan POY dari trolley atau box ke creel (di
pegangan creel). Sebelum POY diloading harus dilakukan pengecekan terlebih
dahulu, meliputi :
- Sistem POY, denier/filament, merge, dan warna bobbin.
- Tail POY.
- Keadaan POY :
Tidak cacat
Tidak kotor
Sudah disuction dan diikat
Normal atau s/s
Tidak kering atau BF (Broken filament)
Full / unfull

2.4.2. Threading
Threading adalah suatu proses menjalankan benang POY di mesin
sehingga proses pengolahan POY menjadi DTY berlangsung. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam proses threading adalah :
- Cutter harus dalam keadaan on.
- POY harus lewat guide sleading (ada 2 guide ceramic)
- POY lewat H1 (tidak boleh salah jalur)
- Lewat colling plate
- Lewat tengah positorq (tidak boleh slip)
- 2 kali lilitan di Nip Roll 2
- Lewat pipa H2 dan Nip Roll 3
- Lewat met oil dan detector
- Lewat pipa bar dan guide bar
- Bikin tail dan ke papertube

9
2.4.3. Doffing
Doffing adalah proses mengambil benang DTY yang ada di bowl.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses doffing adalah :
- Cek performance papertube, warna, dan sticker.
- Ikut lampu dan tidak kotor kena End Cup
- Bikin tail yang bagus (kecil tapi kencang)
- Lewat guide bar, met oil, dan detector.

2.4.4. Transfer
Transfer adalah proses mengirim DTY ke area packing. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam proses transfer adalah :
- M/C, merge, papertube, denier/filament, dan sticker.
- Keadaan DTY :
Tidak DW (tidak problem)
Tidak kotor
Tail ada/bagus (no tail / double tail)
Tidak salah proses
DTY tidak slip
No rotoset
- Disuction sesuai standar :
Hasil doff = 6 x suction
Benang putus = 10 x suction
Recheck dyeing = 10 x suction
- Tulis di trolley card yang benar dan lengkap
- Catat DTY abnormal dan timbang waste
- DTY abnormal, Ex-trial, S/S langsung ke packing.

10
2.4.5. Splicing
Splicing adalah suatu proses menyambung POY yang sedang jalan dengan
POY cadangan (spare) yang ada di creel agar pada saat POY yang sedang jalan
habis dapat dilanjutkan oleh POY cadangan tersebut dengan tidak terjadi putus.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses splicing adalah :
- Alat-alat dan pressure.
- Tail POY yang jalan dan POY spare ditarik 6 kali.
- Saat menekan, disesuaikan dengan denier POY.
- Dililitkan yang benar dan nylon tidak cacat.
- Sisa potongan tail tidak berceceran.
- Keep-slang splicing yang benar, selesai dipakai dilepas

2.4.6. Packing
Packing adalah suatu proses pengepakan benang DTY yang sudah dicek
dan layak untuk dipack.
2.4.7. Bagian-bagian Mesin SDS 1200SCRAGG
- Creel
Berfungsi untuk menyangga POY dengan pegangan creel dan padat
menyangga Total 24 bahan POY, creel dilengkapi dengan kunci bagian
bawah agar creel pada posisi yang benar.
- Pipa Creel
Berfungsi untuk menghantarkan POY da dilewatkan pada ceramic yang
ada didalam maupun awal dan akhir pipa creel, tiap creel ada24 pipa
dengan diameter 14 mm
- Cutter
Berfungsi untuk memotong POY disaat break. Posisi cutter ditempatkan
dibawah/sebelum roll 1. Cutter harus selalu dalam keadaan ON (terbuka)
- Heater
Berfungsi untuk memanaskan POY yang akan di proses ke positorq

- Cooling Plate

11
Cooling Plate berbentuk segitiga memanjang dari output heater 1 ke
positorq. Berfungsi sebagai pendinginn POY setelah dipanasi heater 1
- Positorq
Positorq terdiri dari susunan PU Disc dan Guide Disc. Bila disebut
Configurasi 1-7-1 berarti PU disc ada 7 pcs dan guide disc ada 2. Positorq
berfungsi untuk membuat crimp atau puntiran palsu. PU disc berdiameter
52,8 dan tebal 9mm. Sedang guid disc berdiameter 53,8mm dan tebal
10mm.
- Heater 1 & Heater 2
Heater berfungsi sebagai pemanasan terhadap POY & DTY. Bila heater 1
memberi pemanasan terhadap POY bersamaan dengan adanya draf oleh
roll-1 & roll-2, sedangkan heater 2 berfungsi sebagai stabilisasi crimp.
Bila proses double heater berarti heater 1 & heater 2 dalam keadaan on &
heater 2 akan lebihh rendah, bila proses single heater maka heater 2 off
atau sama dengan temperatur ruangan, heater 1 & heater 2 bisa disetting
sesuai kebutuhan prosesyang ada
Keterangan ;
Heater 1 = 2m , jumlah 36pcs, berat 90kg
Rating 1,46kg, temperatur 160 derajat celcius - 250 derajat celcius
Heater 2 = 1,46m, jumlah 9 blok
Rating 3,25kw, temperatur 50 derajat celcius - 230 derajat celcius
- Nip roll
Nip roll ada 3 macam, nip roll disebelum nip roll 1,2,3. Berfungsi
menggerakkan POY/DTY kekiri dan kekanan agar jalan POY / DTY tidak
pada satu jalur saja , bila jalannya hanya satu jalur maka nip roll cepat
rusak.
- Met Oil
Berfungsi untuk memberikan oil pada DTY yang jalan dengan bantuan
nozel oil. Besar kecilnya nozel oil akan berpengaruh ke OPU di DTY.

- Detector

12
Berfungsi untuk memberi isyarat ke cutter bila DTY yang lewat tiba tiba
putus (dll). Untuk memotong POY yang lewat dan memberikan info
kelayar monitor bahwa posisi tersebut putus (bila lewat 90 second) Dty
tidak boleh menyentuh plate pengaman detector.
- Pipa bar & guide bar
Pipa bar & guide bar berfungsi menyangga DTY sebelum ke paper tube
(bowl). Pipa bar sampai cacat bisa menyebabkan DTY bf.
2.4.8. Perhitungan Efisiensi Produksi Benang DTY
1. 100% = 216 x 24 x 60 = 311040
216 = jumlah spindle / posisi
24 = jumlah jam dalam satu hari
60 = menit
1 x 24 x 60 = x % = 1440 x % = 0,46%
311040 311040

2. Yarn Break / Benang putus


1 kali = 2.5 x 60 x % = 150 x % = 0.043%
311040 311040
2.5 = lama stop tidak jalan
60 = menit

3. Perhitungan Produksi/Mesin/Hari
60 24
Prod/Mesin/Hari (Kg) = 9000 1000

Keterangan :
YS = Yarn Speed (m/menit)
60 = konversi dari jam ke menit
24 = konversi dari hari ke jam
1000 = konversi dari Kilogram ke gram
9000 = panjang benang dalam meter (ketetapan)

13
BAB III

HASIL PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Kegiatan Produksi DTY

3.1.1 Loading
- Persiapan
Alat pelindung diri (sepatu safetty, ear plug, baju seragam)
Pastikan alat kerja layak pakai (gripper)
Tidak boleh menggunakan accesories (cincing gelang dll)
Kuku jari tangan harus pendek dan tangan harus bersih
Tentukan skla prioritas mesin yang akan di loading (poy single di
creel, poy denier besar)
Siapkan POY satu per satu box atau trolley POY disetiap mesin, alat
bantu (ROK, rak bobbin kosong ) dan box kosong khusus bobbin
POY CP1, POY CP3 dan out side
Pastikan POY yang akan diloading sesuai/sama dengan M/C yang
running (merge, D/F, grade, JD) dan layak loading atau tidak rusak
- Pelaksanaan
Buka tutp box, pastikan POYyang akan di loading sudah sama
dengan M/C yang bersangkutan (merge, D/F, grade, JD, warna
bobbin)
Pastikan POY yang akan diloading sudah layak (tidak rusak dll)
Lepaskan ROC dari bobbin yang kosong dan check/segregasi
kemudian simpan diatas separator atau deck creel
Ambil bobbin kosong pada peg dan simpan didalam box
Pastika peg creel sudah bersih (dari waste)
Loading POY satu persatu dengan menggunakan gripper dan pasang
ROC yang benar.
Pastikan POY yang sudah diloading layak di splicing dan dijalankan
(Poy yang cacat atau rusak , nglewer harus diperbaiki/dikupas)

14
Pastikan POY yang sudah di loading di peg creel sudah benar
(posisi center dan dalam keadaan terkunci)
Tepampatkan/simpan box,layer, plastik cap, stripping dan pallet
pada tempatnya
(catatan : khusus POY yang diloading dari trolley pelaksanaan harus
dilakukan secara manual, sehubungan dengan abnormality yang
terjadi pada POY, maka dilakukan segregasi sebelum POY di
loading)

Gambar 3.1.1 Proses Loading

3.1.2 Splicing
- Persiapan
Alat pelindung diri (sepatu safetty, ear plug, baju seragam)
Alat kerja dan perlengkapan (cutter, gunting, splicing gun, waste
bag, pressure gauge)
Tidak boleh menggunakan accesories (cincing gelang dll)
Kuku jari tangan harus pendek dan tangan harus bersih
Cek pressure pada connector splicing dan pastikan sesuai dengan
ketentuan untuk denier POY dan sebagainya.

15
Tabel 3.1
Denier Pressure
125 3.5
160 4.0
250 4.5
>300 5.0
Tentukan skla prioritas (mesin dan posisi) untuk pelaksanaan
splicing dimesin tersebut
- Pelaksanaan
Pastikan warna bobbin POY yang akan di splicing sudah sesuai
dengan running
Pastikan POY spare sudah dipasang ROC dengan benar
Pastikan POY spare sudah layak di splicing
Potong tail POY yang running dan pastikan sisa potongan sudah
bersih / tidak ada yang tertinggal
Ambil ujung POY spare dan tail POY running kemudian lakukan
splicing sesuai dengan ketentuan
Kurita Type :
1. Tumpuk kedua ujung berlawanan arah dengan panjang kurang
lebih 5 mm
2. Simpan / letakan pada nozle kemudian jepit dengan ibu jari dan
telunjuk
3. Tekan tombol nozle sebanyak 2 kali dan POY menjadi
tersambung
4. Keluarkan POY yang sudah tersambung dan pastikan sudah
bagus, besihkan / guting sisa sambungan (ekor)

Mesdan Type :

1. Simpan kedua ujung POY pada nozle dengan posisi bersilangan


2. Tekan tombol nozle sebanyak 2 kali dan POY menjadi
tersambung

16
3. Keluarkan POY yang sudah tersambung dan pastikan sudah bagus
Patikan hasil splicing sudah layak dan lilitkan ke arah dalam pada
snari nylon
Lakukan pendataan blangko

Gambar 3.1.2 Proses splicing

3.1.3 Treading
- Persiapan
Alat pelindung diri (sepatu safetty, ear plug, baju seragam)
Alat kerja dan perlengkapan ( suction gun, kawat paper tube, sticker
benang putus dan kapur )
Bila terjadi break , check status di TCS / unitens lakukan segregasi
sesuai ketentuan
Bila TCS C/Cut pastikan penyebabnya kalau POY bermasalah &
diturunkan beri identitas jelas dan simpan di trolley khusus (trolley
warna biru disamping mesin)
Pastikan yam path layak untuk di running normal, jika tidak, lakukan
perbaikan
Pastikan POY layak untukdi running norma, jika tidak, lakukan
perbaikana atau ganti POY

17
Pastikan kondisi cradle (end cup, stopper/level dll) sudah siap dan
layak untuk dirunning.
Pasangkan paper tube (yang sudah ditempel stiker) pada credle
dengan benar.
- Pelaksanaan
Sedot benang dari pipa creel
Masukkan subtion ke utlet H-2
Masukan benang ke inlet H-2 kemudian :
1. Kaitkan pada guade W2X >W2> positorq guade PU disc)
2. Lilitkan benang sebanyak 2 lilitan pada W2X
3. Masukan benang ke PU disc (positorq)
4. Turunkan stick treading (dengan cara sedikit ditarik)
5. Masukan benang ke guide sliding
6. Buka H-2
7. Lilitkan benang sebanyak 4 lilitan pada W1
8. Lilitkan benang sebanyak 4 lilitan pada W2
9. Tarik benangpad suction gun dari outlite H-2
10. Masukan ke guide W3
11. Masukan ke FR-3
12. Lewatkan ke detector sensor
13. Lewatkan ke guide bar
14. Turunkan creadle
15. Buat tail > lalui guide tail
16. Pastikan gulungan sudah baik/bagus
17. Pastikan jalur benang sudah benar

18
Gambar 3.1.3 Proses Threading

3.1.4 Mistreading
- Persiapan
Alat pelindung diri (sepatu safetty, ear plug, baju seragam)
Alat kerja dan perlengkapan (blangko, alat tulis, kapur, suction gun,
kawat)
- Pelaksanaan
pengecekan dilakukan pada awa dan akhir shift
nyalakan lampu nenrangan MT
pengecekan dimulai pada pos 1 s/d 216 (mesin) & pos 1 s/d 240
pengecekan dimulai dari benang keluar pipa creel s/d benang
digulung di paper tube
bila ditemukan MT lakukan tidakan sebagai berikut
1. putuskan benang posisi tersebut
2. DTY di down grade, coret kapur merah sesuai dengan code MT
dibahu dan simpan di trolley merah
3. Treading kembali posisi tersebut dan pastikan sudah sesuai jalur
4. Data Mtpada blangko sesuai dengan kode MT
- Bila diketahui posisi tersebuta ada problem pada part-nya, segera
lakukan perbaikan atau pergantian dengan berkoordinasi
1. PC mecanik

19
2. Shift mekanik
3. Shift Instrument
4. Shift incarge

Gambar 3.1.4 Proses Misthreading

3.1.5 Doffing
- Persiapan
Alat pelindung diri (sepatu safety, ear plug, dan baju kerja).
Siapkan papertube (216 papertube) di tray sesuai dengan warna
yang running di M/C.
Ambil, cocokan, dan pasang sticker pada papertube.
Siapkan 4 trolley kosong.
Kosongkan tangki waste.
Siapkan alat kerja (suction gun dan kawat).
Pastikan tangan sudah bersih.
- Pelaksanaan
Off-kan cutter (lampu menyala).
Lakukan doffing jika lampu sudah menyala.
Lakukan doffing satu per satu sesuai lampu.

20
Simpan benang hasil doffing di peg trolley sesuai dengan nomor
posisi.
Pasangkan papertube di cradle dengan benar.
Pastikan benang yang sudah melilit ada tailnya.
On-kan cutter (lampu mati).
Pastikan benang masuk guide bar.
Simpan alat kerja dengan benar.
- Segregasi
Segregasi benang hasil doffing
1. Check dan pastikan grade benang sudah sesuai dengan grade di
TCS.
2. Check dan segregasi visual (cacat, DP, gulungan rusak/problem).
Segregasi dilakukan setelah doffing selesai (semua posisi).
3. Suction sesuai stadard.
4. Dorong/transfer ke area transit.
Segregasi benang putus
1. Pastikan benang sudah diberi tanda/coret pakai kapur hijau di
badan/punggung.
2. Suction sampai batas tanda kapur hijau habis.
3. Check dan segregasi benang sesuai grade di TCS. Untuk benang
C/Cut diberi tanda/coret kapur merah di bahu.
4. Dorong/transfer ke area transit.
Segregasi benang surging
1. Segregasi benang hasil doff grade B alarm jenis grafik surging.
Pisahkan dan simpan di trolley khusus dan bila sudah penuh satu
trolley di transfer ke area transit.
2. Untuk benang putus, coret dengan kapur merah di bahu dengan
tanda surging digabung dengan down grade MT, X-st, DP, dll.
Simpan di trolley merah.
3. Pendataan pada buku.

21
Gambar 3.1.5 Proses Doffing

3.1.6 Doffing (smart doff)


- Persiapan
Alat pelindung diri (sepatau safety, ear plug, dan baju kerja).
Siapkan papertube (216 papertube) di tray sesuai dengan warna
yang running di M/C.
Ambil, cocokan, dan pasang sticker pada papertube.
Siapkan 4 trolley kosong.
Kosongkan tangki waste.
Siapkan alat kerja (suction gun dan kawat).
Pastikan tangan sudah bersih.
- Pelaksanaan
Off-kan cutter (lampu menyala).
Lakukan doffing jika lampu di smart doff sudah menyala.
Doffing satu per satu saat lampu smart doff berkedip pelan
Doffing dilakukan dengan cara keluar benang dari detector
Lewatkan benang ke detector pada saat akan membuat tail di
papertube yang baru.
On-kan cutter.
Catatan :

22
Agar data report setiap doff tidak terganggu/error, maka perhatikan
dan ikuti point berikut :
Lampu cutter harus dalam keadaan menyala dan detector dalam
keadaan off.
Untuk posisi yang break, lampu cutter harus dalam keadaan menyala
dan detector off.
- Segregasi
Segregasi dilakukan terhadap 2 kategori, yaitu :
1. Segregasi berdasarkan TCS grade biasa.
2. Segregasi berdasarkan grade smart doff.
Print out data hasil doff sesuai nomor doff di komputer smart doff.
Beri tanda sticker bulat hijau di dekat sticker label untuk posisi
dengan grade smart doff AX.
Untuk posisi yang tidak masuk grade smart doff AX tidak perlu
diberi sticker bulat hijau.
Kirim ke packing beserta 1 lembar data print out hasil smart doff.

3.1.7 PC Segregasi
- Persiapan
Alat pelindung diri (sepatu safety, ear plug, dan baju kerja).
Alat kerja dan kelengkapan (alat tulis, buku, memo, kapur, TCS, dan
print label).
Hasil produk (DTY full doff atau DTY benang putus).
- Segregasi benang hasil doffing
Buat dan pasang label trolley sesuai dengan mc, merge, doff, dan
kode.
Cross check dan pastikan grade benang sudah sesuai dengan grade
di TCS.
Pastikan sticker pada papertube sudah cocok/sesuai (mc, merge, dan
doff).

23
Pengecekan visual dan segregasi knot, bulk, single, double yarn, DP,
dan X-st bagian bullnose.
Transfer/dorong DTY hasil doffing dari area transit ke knitting,
TYT, dan packing sesuai program.
- Segregasi benang putus
Pastikan/check ulang benang yang beratnya kurang dari 500 gram
sudah disegregasi/pisahkan. Benang yang beratnya kurang dari 500
gram, simpan di tempat khusus (keranjang warna kuning disamping
mesin).
Pastikan benang sudah disuction sampai batas kapur hijau habis.
Pastikan/check ulang status TCS grade C/Cut dan sudah diberi
tanda/coret kapur merah.
Pastikan/check ulang status benang MT, alarm, DP, X-st, dan lain-
lain dan su
dah diberi tanda/coret pakai kapur merah.
Buat dan pasang label trolley sesuai mc, merge, dan kode.
Transfer/dorong benang putus ke area knitting.
Pendataan hasil pengiriman.
- Segregasi benang surging
Pastikan/check ulang segregasi benang hasil doff grade B alarm jenis
grafik surging. Pengiriman dengan trolley khusus.
Untuk benang putus, pastikan sudah dicoret dengan kapur merah di
bahu dengan tanda surging. Pengiriman digabung dengan benang
putus.

3.1.8 Inspection/Checking
- Persiapan
Ambilah benang di trolley yang sudah OK PACK (sudah stemple
QCT OK CHECK).
Susun trolley di jalur area checking sesuai merge (disusun per
merge)

24
Siapkan plastik dan oil pembersih untuk benang yang kotor.
Tangan harus bersih agar benang tidak kotor.
Siapkan lampu manual untuk check BF benang yang ada di posisi
bawah.
Tulis type problem di plastik (Spidol harus dalam keadaan bagus).
- Pelaksanaan
Ambil benang yang siap di pack dari QCT dan DTY. Pisahkan
benang problem dying ke trolley khusus sebelum inspection.
Mengecek warna papertube dan merge (sticker) di bobbin sesuai
merge yang running.
Mengikat serta menginspeksi benang yang akan dipack sesuai
standard.
1. Khusus benang for ames inspection dilakukan di meja.
2. Khusus benang for toyobo-japan, benang dibersihkan dengan
udara.
Memisahkan benang abnormal dengan yang normal (standard).
Balik posisi benang yang first quality di posisi creel trolley. Khusus
benang for ames, posisi benang di trolley tidak di balik.
Pisahkan benang problem yang tidak bisa dipack untuk
dikembalikan ke produksi.
Membungkus benang dengan plastic bag untuk yang sudah
disegregasi. Khusus benang for ames, plastic bag dibalik.
Tulis keterangan di plastic bag untuk benang yang problem.
Membuat data benang untuk yang sudah diinspeksi di trolley card.
Entry data quality benang yang sudah di check/inspection.
Lakukan compare data pack dengan data produksi di oracle.

25
Gambar 3.1.8 Proses Inspection/Checking

3.1.9 Packing
3.1.1. Packing
- Persiapan
Siapkan box DTY kosong.
Susun sejajar box DTY kosong diatas conveyor.
Ambilah benang di trolley yang sudah dicheck dan dibungkus oleh
checker.
Jangan menulis identitas benang di box sebelum diisi benang.
Spidol harus selalu dibawa dalam keadaan bagus tintanya.
Siapkan tanda peringatan Awas ganti merge.
- Pelaksanaan
Menyiapkan box untuk pengepakan benang.
Timbang benang yang sudah dicheck dan dibungkus plastic bag.
Klasifikasikan gradenya (AX, AE, A, B, dan C).
Masukan benang kedalam box untuk benang yang sudah diinspection
sesuai merge dan gradenya serta data timbang benang perbobbin.

26
Menulis identitas benang di box (merge, grade, warna papertube,
unit, dan code checker) sesuai aktual benangnya.
Pasang tanda peringatan Awas Ganti Merge di box sebagai batas
antara box yang beda mergenya.
Tidak boleh pending box isi kurang dari satu box penuh.
Benang sisa pack tidak ada satu box tempatkan di trolley khusus sisa
pack.

Gambar 3.1.9 Proses Packing

3.1.2. Weighing Scale dan Labelling


- Persiapan
Siapkan batu timbangan 5 Kg dan 20 Kg untuk kalibrasi.
Siapkan pita dan kertas label.
Hidupkan komputer dan check komunikasi antara komputer dengan
timbangan.
- Pelaksanaan
Check dan kalibrasi timbangan sebelum dilakukan penimbangan.
Cocokan identitas benang di box dengan aktual benangnya dan
running produksi (tulis warna P/T di program komputer).
Entry data yang sudah tertulis di box dan berat ke komputer.
Print out label dan periksa hasil print serta tempelkan label di box.
Segera hapus dan catat nomor carton yang dihapus jika terjadi
kesalahan label.

27
Gambar 3.1.10 Proses Weighing Scale dan Labelling
Gambar 3.1.9 Proses Peacking

3.2. Perawatan dan perbaikan Mesin DTY Reter Scragg SDS 1200

3.2.1. Perawatan dan Perbaikan Positorq


Positorq merupakan salah satu bagian komponen yang ada pada mesin
DTY yang memiliki fungsi yang terbilang penting dalam pembuatan benang
DTY maka dari pada itu positorq perlu perawatan dan perbaikan baik secara
terjadwal maupun insidental, perawatan dan perbaikan positorq diantaranya:
1. Mengganti bearing positorq
Langkah langkah pengerjaan
Lepaskan positorq dari mesin DTY
Lepakan vbelt yang ada di positorq
Lepaskan poros positorq menggunakan kunci L
Lepaskan poros dan PU disk pada positorq
Lepaskan bearing pada positorq apabila susah lepaskan
menggunakan palu beli.
Bersihkan semua komponen komponen yang ada di positorq
Ganti bearing menggunakan bearing yang baru
Pasangkan kembali masing masing komponen positorq
Pasangkan positor pada mesin DTY

28
2. Mengganti PU Disk pada positorq
Langkah langkah pengerjaan
Lepaskan positorq dari mesin DTY
Lihat kondisi PU disk (apabila sudah rusak lakukan pergantian)
Lepakan vbelt yang ada di positorq
Lepaskan poros positorq menggunakan kunci L
Lepaskan poros dan PU disk pada positorq
Lepaskan bearing pada positorq apabila susah lepaskan
menggunakan palu beli.
Bersihkan semua komponen komponen yang ada di positorq
Ganti PU disk yang rusak dengan PU disk yang baru
Pasangkan kembali masing masing komponen positorq
Pasangkan positor pada mesin DTY
3. Membersihkan positorq dari kotoran benang
Lepaskan positorq dari mesin DTY
Bersihkan positorq dengan menggunakan kuas dan lap sampai
kotorannya keluar.
Semprot dengan kompresor agar lebig bersih
Pasangkan positor pada mesin DTY

Gambar 3.2.1 perawatan dan perbaikan positorq

29
3.2.2 Perawatan dan Perbaikan Nip Roll
Langkah langkah pengerjaan
Tekan nip roll sampai Nip roll tidak bersentuhan dengan poros
Lepaskan nip roll menggunakan kunci L
Identifikasi keadaan nip roll (apabila ada kerusakan ganti nip roll dengan
yang baru/bisa digunakan )
Pasangkan kembali nip roll yang baru pada mesin DTY
Nip roll yang rusak tidak terlalu parah dapat di perbaiki dengan cara di
gerinda dengan mesin yang khusus.

Gambar 3.2.2 perawatan dan perbaikan Nip Roll

30
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

VTC memiliki alat pengolahan benang POY menjadi DTY yang siap
dipasarkan. Untuk menghasilkan lulusan yang memiliki pengalaman dan skill
di bidang industry, maka Politeknik Enjinering Indorama memprogramkan
praktikum simultan DTY bagi seluruh mahasiswa. Dalam program ini,
selama 4 semester bagi mahasiswa angkatan 2013-2014 VTC adalah tempat
belajar industri terutama di bidang textile. Pengolahan benang POY menjadi
DTY adalah praktikum yang mereka pelajari. Dimulai dari proses loading,
splashing, threading, doffing, segregasi, knitting, weighting, packing hingga
labeling.
. Saran
1. Lebih diperhatiakan lagi metode belajar mahasiswa di VTC yang Terarah
2. Mahasiswa diberi kesempatan dalam merawat dan memperbaiki mesin

31
DAFTAR PUSTAKA

Wanara Agus., dkk, 2013, Materi Training Tehnikal Skill DTY, Purwakarta
Mulya Agus, 2013, Buku Panduan Training, Purwakarta
http://weavingandsilk.blogspot.co.id/2015/09/prinsip-pembuatan-benang-
tekstur.html

32

Anda mungkin juga menyukai