! !
#
"
*+
+
,
!- + .'/000((/1
+
2
&
'(()
&
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di masa sekarang dan masa yang akan datang, kebutuhan akan
transportasi sangat vital dalam menunjang aktivitas sehari-hari, seperti
mengantar anak ke sekolah, ke kantor, ke pasar dan lain-lain.
Dari sekian banyak jenis alat transportasi yang ada, maka jenis
transportasi daratlah yang paling banyak. Mulai dari sepeda, becak, sepeda
motor, mobil sampai kereta api.
Dalam usaha pemenuhan kebutuhan alat transportasi maka bukan suatu
masalah bagi golongan masyarakat ekonomi menengah ke atas. Mereka
dapat memilih alat transportasi sesuai dengan kemampuannya. Namun
merupakan suatu masalah bagi masyarakat ekonomi bawah. Sehingga
sebagai alternatifnya adalah menggunakan angkutan umum, misalnya bus.
Seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat sekarang ini, maka
penggunaan angkutan umum seperti bus tidak terbatas pada masyarakat
ekonomi bawah saja tetapi juga masyarakat ekonomi menengah ke atas.
Dengan beragamnya pengguna angkutan umum tersebut, maka
beragam pula tuntutan pelayanannya. Bagi golongan menengah ke atas,
mereka lebih mengutamakan pelayanan dan fasilitas yang baik. Mereka akan
merasa puas bila dapat melakukan perjalan dengan cepat, selamat, serta
aman dan nyaman meskipun tarif yang harus dibayar lebih mahal. Tetapi
bagi golongan ekonomi bawah lebih memilih angkutan umum yang tarifnya
murah sesuai dengan kemampuannya meskipun dengan fasilitas di bawah
standar.
Salah satu usaha dalam rangka peningkatan mutu pelayanan khususnya
bagi keamanan dan keselamatan penumpang adalah dengan mengkaji ulang
masalah konstruksi kendaraan. Konstruksi kendaraan yang baik dapat
meminimalkan terjadinya kecelakaan penumpang.
Sebagai salah satu contoh adalah pintu bus. Banyak orang beranggapan
bahwa pintu bus merupakan bagian dari bus yang berfungsi sebagai
pelengkap saja. Hal ini bisa dilihat dari tidak difungsikannya pintu bus
dengan baik. Padahal tujuan dari dibuatnya pintu bus adalah untuk
keamanan dan keselamatan penumpangnya.
Agar pintu bus dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuannya
maka perlu dibuat suatu konstruksi pintu bus yang baik. Sebagian besar
konstruksi pintu bus yang ada saat sekarang ini masih menggunakan sistem
manual, sehingga masih banyak dijumpai kekurangan-kekurangannya,
antara lain :
1.
2.
3.
B.
Permasalahan
Dalam merencanakan sistem kontrol pneumatik pada pintu bus
otomatis ini, perlu dipertimbangkan kemungkinan masalah-masalah yang
dapat terjadi. Hal ini untuk menghindari suatu desain sistem kontrol
pneumatik yang kurang baik sehingga justru dapat membahayakan
keselamatan penumpang.
Untuk itu dalam merancang sistem kontrol pneumatik ini harus
memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1.
Konstruksinya sederhana.
2.
Pengoperasiannya mudah
3.
4.
keterbatasan-keterbatasan
yang
ada,
maka
dalam
pembuatan sistem kontrol pneumatik pada pintu bus otomatis hanya berupa
desain. Meskipun demikian diharapkan dapat dipergunakan sebagai
pedoman dalam pembuatan pintu bus otomatis yang sebenarnya.
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan sistem kontrol pneumatik
pada pintu bus otomatis ini adalah untuk mengatasi permasalahanpermasalahan yang ada pada pintu bus sistem manual.
Sehingga diharapkan akan diperoleh suatu konstruksi pintu bus yang
baik, yang mempunyai persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1.
2.
Mudah dioperasikan.
3.
4.
D. Manfaat
Apabila semua tujuan dari pembuatan sistem kontrol pneumatik pada
pintu bus tersebut dapat dicapai maka akan didapatkan beberapa manfaat,
antara lain :
1.
2.
3.
4.
E.
Sistematika
Guna memberikan
pneumatik pada pintu bus otomatis, maka perlu disusun dan dituangkan
dalam rumusan yang sederhana, jelas dan mudah dipahami maknanya.
Untuk itu maka penulisan karya ilmiah ini disusun dengan tata urutan
sebagai berikut :
1.
Bagian Depan
Bagian ini berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang,
permasalahan, tujuan dan manfaat dari pembuatan sistem kontrol
pneumatik pada pintu bus otomatis.
2.
Bagian Isi
Bagian ini terdiri dari 3 (tiga) bab yaitu Bab II yang berisi
tentang landasan teori, Bab III yang berisi uraian tentang sistem
kontrol pneumatik pada pintu bus otomatis dan Bab IV berisi analisa
sistem kontrol pneumatik.
3.
Bagian Akhir
Bagian ini merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan
dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengertian Pneumatik
Pneumatik merupakan teori atau pengetahuan tentang udara yang
bergerak, keadaan-keadaan keseimbangan udara dan syarat-syarat
keseimbangan. Pneumatik berasal dari bahasa Yunani pneuma yang
berarti nafas atau udara. Jadi pneumatik berarti terisi udara atau
digerakkan oleh udara mampat.
Sistem pneumatik (pneumatic system) adalah semua sistem yang
menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang
dimampatkan, serta dimanfaatkan untuk menghasilkan suatu kerja.
dengan
peralatan
tumbuk
atau
putar.
Namun
dengan
Pengangkutan
Penyimpanan
Suhu
Kebersihan
Konstruksi
Kecepatan
Pengaturan
3.
yang
bekerja
berdasarkan
prinsip
2) Tangki Udara
Berfungsi untuk menampung dan menstabilkan pemakaian
udara mampat serta dapat berfungsi untuk mendinginkan udara
mampat yang terdapat di dalam tangki.
3) Unit Pelayanan Udara (sevice unit)
Bila
udara
mampat
di
dalam
tangki
udara
akan
jalannya
penerusan
tenaga
fluida
hingga
control.
Gambar 7 : Katup pengatur aliran (flow control valve) (Catalogue, hal. 56)
1) Silinder Pneumatik
Dalam sistem pneumatik, silinder penggerak dibedakan
menjadi :
a) Silinder Kerja Tunggal
Pada silinder ini udara mampat bekerja hanya pada satu
sisi. Untuk mengembalikan piston ke posisi semula
digunakan pegas. Cara pemasangan pegas ada 2 (dua)
macam, yaitu :
Motor torak
Motor aliran
Tahan ledakan.
BAB III
SISTEM KONTROL PNEUMATIK
PADA PINTU BUS OTOMATIS
Panjang gerakan
pneumatik
Sket Posisional
Gambar 11 Sket posisional pintu bus otomatis dengan sistem kontrol pneumatik
Sekuensi Operasi
Sekuensi Kronologis
Silinder A bergerak mundur dan pintu bus membuka.
Silinder A bergerak maju dan pintu bus menutup.
Tabel Susunan
Tabel 1 Tahapan Kerja Sistem Kontrol Pneumatik
Tahapan Kerja
1
Gerak Silinder
-
mundur
maju
Notasi Singkatan
A-
Energi Kontrol
Berkenaan dengan media kerja dan bidang persoalan, ada 2 (dua)
kemungkinan yaitu pneumatik dan elektrik. Dalam hal ini penyelesaian
seluruh pneumatik adalah kemungkinan paling menguntungkan, dengan
pertimbangan sebagai berikut :
Hanya 1 (satu) bentuk energi untuk kerja dan kontrol, sehingga tidak
membutuhkan konverter.
Umurnya panjang.
Oleh karena itu, untuk sistem kontrol ini dipilih sistem kontrol pneumatik.
1S1
1V6
1V5
1.4 (Y)
1V4
1.2 (X)
1V3
1V2
1V1
Pintu bus
1S2
1S1
Sopir
2
1S 3
Sopir
2
1S4
0Z1
Saluran kontrol
Saluran kerja
1S3
1S4
3=1
1S1
Gambar 13 Diagram Tahap Perpindahan
Simbol Logika
1S2
1S3
1
1
1S4
1V4
1.2 (X)
1S1
1V4
1.4 (Y)
1S1
1S2
1S3
1S4
1V4
1.2 (X) 1.4 (Y)
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
KETERANGAN
0
0
0
0
tidak tentu
0
0
0
1
0
sil. mundur (pintu membuka)
0
0
1
0
0
sil. mundur (pintu membuka)
0
0
1
1
0
sil. mundur (pintu membuka)
0
1
0
0
0
sil. mundur (pintu membuka)
0
1
0
1
0
sil. mundur (pintu membuka)
0
1
1
0
0
sil. mundur (pintu membuka)
0
1
1
1
0
sil. mundur (pintu membuka)
1
0
0
0
1
sil. maju (pintu menutup)
1
0
0
1
*
tidak tentu
1
0
1
0
*
tidak tentu
1
0
1
1
*
tidak tentu
1
1
0
0
*
tidak tentu
1
1
0
1
*
tidak tentu
1
1
1
0
*
tidak tentu
1
1
1
1
*
tidak tentu
Keterangan :
= tidak ada tekanan udara pada saluran 1.2 (X) dan saluran 1.4 (Y)
*
= ada tekanan udara pada kedua saluran 1.2 (X) dan 1.4 (Y)
Untuk Saluran 1.2 (X)
Persamaan matematisnya :
X = ( S1 S 2 S 3 S 4 ) ( S1 S 2 S 3 S 4 )
X = ( S1 S 2 S 3 S 4 ) ( S 1 S 2 S 3 S 4 ) ( S 1 S 2 S 3 S 4 )
( S1 S 2 S 3 S 4 ) ( S 1 S 2 S 3 S 4 ) ( S 1 S 2 S 3 S 4 )
( S1 S 2 S 3 S 4 ) ( S 1 S 2 S 3 S 4 ) ( S 1 S 2 S 3 S 4 )
( S1 S 2 S 3 S 4 ) ( S 1 S 2 S 3 S 4 ) ( S 1 S 2 S 3 S 4 )
( S1 S 2 S 3 S 4 ) ( S 1 S 2 S 3 S 4 )
Diagram Karnought :
S2
S1
S4
X = S2 S3 S4
S3
Gambar 15 Diagram Karnought untuk saluran 1.2 (X)
Y = ( S1 S 2 S 3 S 4 ) ( S1 S 2 S 3 S 4 ) ( S1 S 2 S 3 S 4 )
( S1 S 2 S 3 S 4 ) ( S1 S 2 S 3 S 4 ) ( S1 S 2 S 3 S 4 )
( S1 S 2 S 3 S 4 ) ( S1 S 2 S 3 S 4 )
Diagram Karnought
S2
S1
1
S4
Y = S1
S3
Gambar 16 Diagram Karnought untuk saluran 1.4 (Y)
Pada saat kondisi pintu bus terbuka maksimal, akan mengaktifkan katup
1S1. Sehingga aliran udara pada katup 1S1 adalah saluran 1 terbuka,
saluran 3 tertutup, udara mengalir dari saluran 1 ke saluran 2 dan
selanjutnya diteruskan ke katup 1V1. Aliran udara ini akan mengaktifkan
katup 1V1 sehingga udara dari kompresor akan mengalir ke katup 1V4
melalui saluran 1.4 (Y).
Pada saat yang bersamaan, pada saluran 1.2 (X) masih terdapat udara
mampat sehingga kondisi ini tidak akan mempengaruhi posisi katup 1V4.
Posisi silinder masih dalam kondisi awal dan posisi pintu bus masih dalam
keadaan terbuka terus. (lihat gambar 17)
Silinder 1 A
1S1
1V6
1V5
1V4
1.4 (Y)
5
1.2 (Y)
3
1
1V3
1V1
1S1
Sopir
1S4
Pada saat bus akan berangkat, sopir/kondektur bus harus menutup pintu bus
terlebih dahulu. Untuk itu maka katup 1S4 harus dikembalikan ke posisi
semula. Saluran 1 tertutup dan saluran 3 terbuka. Udara mampat pada
saluran 1.2 (X) akan mengalir ke katup 1V3 menuju saluran 2 dan dibuang
melalui saluran 3 pada katup 1S4. Akibatnya udara pada saluran 1.4 (Y)
akan mendorong katup 1V4 sehingga aliran udara pada katup 1V4 adalah
udara dari kompresor masuk saluran 1 diteruskan ke saluran 4 menuju
katup 1V5 dan kemudian masuk ke saluran silinder bagian belakang. Udara
pada bagian depan akan didorong ke luar melewati katup 1V6 menuju
saluran 2 dan dibuang melalui saluran 3 pada katup 1V4. Dengan gerakan
maju ini (A+), pintu bus akan segera tertutup (lihat gambar 18 )
Silinder 1 A
1V5
1S1
1V6
1.4 (Y)
1V4
1.2 (X)
3
1
1V3
1V1
1S1
1S4
Sopir
Apabila di tengah perjalanan ada penumpang yang akan turun, maka untuk
membuka pintu, penumpang tinggal menekan katup 1S2. Pada waktu katup
1S2 ditekan maka saluran 1 terbuka dan saluran 3 tertutup. Aliran udara
dari saluran 1 menuju saluran 2 untuk selanjutnya diteruskan ke 1V2 dan
1V3, kemudian menuju ke katup 1V4 melalui saluran 1.2 (X). Aliran udara
pada katup 1V4 udara masuk saluran 1 menuju saluran 2 kemudian
diteruskan ke katup 1V6. Selanjutnya diteruskan ke silinder melalui
saluran bagian depan. Udara mendorong silinder ke belakang. Udara pada
bagian belakang silinder akan didorong ke luar melalui katup 1V5 menuju
1S1
1V6
1V5
1V4
4
2
1.2 (X)
1.4 (Y)
5
3
1V3
1V2
1V1
Pintu bus
1S1
1S2
Pada waktu pintu terbuka maksimal maka akan mengaktifkan katup 1S1.
Dengan terbukanya katup 1S1, maka katup 1V1 akan mengalirkan udara
dari kompresor menuju katup 1V4 melalui saluran 1.4 (Y).
Pada saat udara masuk ke saluran 1.4 (Y), pada saluran 1.2 (X) tidak ada
udara mampat karena pada saat katup 1S2 dilepas maka posisi akan kembali ke
posisi awal. Sehingga udara pada saluran 1.2 (X) akan segera dibuang ke udara
bebas melalui saluran 3 pada katup 1S2. Akibatnya silinder akan bergerak maju
(A+) dan pintu bus akan segera menutup kembali (lihat gambar 20).
Silinder 1 A
1S1
1V6
1V5
1V4
4
2
1.2 (X)
1.4 (Y)
5
3
1V3
1V2
1V1
Pintu bus
2
1S1
1S2
Silinder 1 A
1S1
1V6
1V5
1V4
2
1.2 (X)
1.4 (Y)
5
3
1V3
1V2
1V1
1S3
1S1
2 Sopir
Pada saat pintu terbuka maksimal maka akan mengaktifkan katup 1S1
sehingga udara dari kompresor akan mengalir dari saluran 1 ke saluran 2
menuju katup 1V1. Dengan terbukanya katup 1V1, maka udara dari
kompresor akan masuk ke katup 1V4 melalui saluran 1.4 (Y). Akibatnya
udara dari kompresor akan mengalir dari saluran 1 ke saluran 4 menuju
katup 1V5 menuju silinder bagian belakang. Maka silinder akan bergerak
maju (A+) dan pintu akan tertutup kembali (lihat gambar 22).
Silinder 1 A
1S1
1V6
1V5
1V4
1.2 (X)
1.4 (Y)
5
3
1V3
1
1V2
1V1
1S1
1S3
2 Sopir
Fungsi-fungsi katup 1V5 dan 1V6 adalah untuk mengatur kecepatan gerak
pintu bus pada saat membuka dan menutup.
Katup 1V1 merupakan katup tunda waktu. Katup ini berfungsi untuk
memberikan selang waktu pintu bus menutup kembali setelah pintu bus
terbuka.
Sedangkan katup 1V2 dan 1V3 merupakan katup balik fungsi ATAU yang
memungkinkan pintu bus dapat dioperasikan dengan menggunakan beberapa
jenis katup pneumatik menurut situasi dan kondisi pada saat pintu bus tersebut
dioperasikan.
BAB IV
ANALISA SISTEM KONTROL PNEUMATIK
PADA PINTU BUS OTOMATIS
Kompresor
Kompresor yang dipilih adalah kompresor jenis torak dengan
pertimbangan sebagai berikut :
1. Kompresor torak hampir tidak memerlukan perbaikan dibandingkan
dengan kompresor berputar.
2. Untuk instalasi mobil maka untuk untuk jenis torak dengan kapasitas yang
kecil masih menguntungkan (kurang dari 200 kg per m3 udara mampat
efektif).
3. Sampai ukuran besar tertentu (kurang dari 10 m3/menit) merupakan mesin
langkah ganda yang terbaik.
Ke sistem kontrol
pneumatik
Kompresor
Gambar 23
Penggerak
Instalasi Kompresor
Kapasitas kompresor
= 145 l/min
=
145.10-3 m3/min.
Banyaknya kontak/h= 20
Kerugian tekanan = 0,1 bar (10 kPa)
Tabung yang digunakan mempunyai volume 0,12 m3 dengan tekanan 10
bar. Maka kapasitas tabung tersebut adalah :
volume tabung x tekanan absolut =
0,12 x ((10+1)/1)
= 1,32 m3
Besarnya tangki penyimpanan (berdasarkan diagram):
VB = 1,2 m3
(lihat lampiran 5, Diagram Volum Simpan Tangki Udara)
Perhitungan Silinder
Data :
50 mm
Diameter dalam piston
: d1 =
25 mm
Diameter batang piston
: d2 =
Panjang langkah piston
: s =
300 mm
Tekanan pengukuran :
pe = 8 bar
Efisiensi
:
= 0,8 (asumsi)
Apabila suhu udara setelah pemampatan adalah 40 C (asumsi), maka
kandungan uap air jenuhnya = 51 g/m3 (lihat lampiran 3, Dew Point
Curve)
d2
d1
F = pe .AGambar
. .... .(Volker
vonkerja
der Heide/Franz
Josef
24 Penampang silinder
ganda
Hlken, 2000 : 44)
Dimana :
F
=
gaya gerak piston (N)
=
tekanan pengukuran (N/cm2)
pe
A
=
luas penampang piston (cm2)
=
efisiensi
a. Langkah Maju
F1 = pe . A1.
Dimana :
A1
pe
F1 =
=
.d1
=
=
4
0,785 . 52
19,625 cm2
=
=
8 bar
8 .10 N/cm2
b. Langkah Mundur
F2 = pe . A2 .
Dimana :
A2
=
=
=
F2 =
=
(d
2
1
d 22
pamb
q v = 0,19625.3.1.
(8 + 1) .2
1
q v = 10 , 598 l/min
3. Kecepatan Gerak Piston (v)
a. Langkah maju
q v 10,598.100
=
19,625
A1
v1 = 54,003 dm/min = 5,4 m/min
b. Langkah mundur
v1 =
q v 10,598.100
=
14,719
A2
v 2 = 72,002 dm/min = 7,2 m/min
4. Waktu yang dibutuhkan (t)
v2 =
v=
s
..(Volker von der Heide/Franz JosefHlken, 2000 : 228)
t
Dimana :
t = waktu yang dibutuhkan
a. Langkah maju
t1 =
0 ,3
s
=
v1 5 , 4
t2 =
NO
NAMA KOMPONEN
1 Silinder kerja ganda
2 Katup kontrol aliran satu arah
3 Katup 5/2 untuk kontrol silinder, katup
kontrol ganda
4 Katup balik fungsi "ATAU"
5 Katup tunda waktu
6 Katup batas 3/2 dengan pegas pembalik
7 Katup tombol 3/2 dengan pegas pembalik
8 Katup tuas 3/2 dengan penahan
9 Unit pelayanan udara
10 Kompresor dan perlengkapannya
11 Sambungan Tee
12 Nipel/adaptor
13 Peredam/silencer
14 Selang pneumatik
JUMLAH
1 buah
2 buah
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
1 unit
1 unit
5 buah
37 buah
7 buah
secukupnya
KET.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sistem kontrol pneumatik pada pintu bus otomatis adalah suatu jenis
sistem kontrol yang digunakan untuk mengendalikan gerak pintu bus secara
otomatis dengan menggunakan jenis fluida udara mampat. Sistem kontrol ini
merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi
kekurangan-kekurangan yang ada pada pintu bus sistem manual yang ada
saat sekarang.
Dengan dibuatnya sistem kontrol pneumatik ini maka akan diperoleh
beberapa keuntungan antara lain :
1.
2.
3.
Mudah dalam hal perawatan dan pemeliharaan sistem kontrol pintu bus
tersebut karena konstruksi pneumatik sederhana.
4.
B.
Saran
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Thomas Krist, 1993, Dasar - dasar Pneumatik, Alih Bahasa Dines Ginting,
Jakarta :Erlangga.
Tim Penulis, Pneumatik, Jakarta : Festo Didactic
Volker von der Heide, Franz-Josef Hlken, Arbeitsbuch Steuerungstechnik
Metall Lehrerhandbuch, Kln : D mler
Lampiran 1
MECHANICAL VALVE 1
Lampiran 2
MECHANICAL VALVE 2
Lampiran 3
DEW POINT CURVE
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran