Anda di halaman 1dari 11

Korosi Adalah – Pengertian, Penyebab, Faktor Dan Pencegahannya

Dari kebanyakan orang pastinya tidak asing lagi dengan yang namanya korosi, yang
sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Nama lain dari korosi yaitu karatan, korosi
sendiri pada umumnya terjadi pada benda-benda logam seperti besi.
Korosi ialah reaksi antara logam dengan zat-zat disekitarnya seperti udara dan air
sehingga menimbulkan senyawa baru. Dalam perkaratan senyawa baru yang dimaksud
ialah zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori. Untuk
rumus kimia dari karat besi yaitu Fe2O3Xh2O.

Pengertian Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang
paling lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat
besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam
bereaksi secara kimiaatau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang
mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih
mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk
senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi
yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan.
Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan
korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida). Kecepatan korosi sangat tergantung pada
banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat
menghalangi beda potensial terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila
masih bersih dari oksida

Proses Terjadinya Korosi


Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan – bahan logam yang
pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak
langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang paling umum, yaitu
kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat oksida. Dengan demikian, korosi
menimbulkan banyak kerugian.
Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan
melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang
mengkonsumsi electron tersebut dengan laju yang sama : proses katodik biasanya
merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungan sekitarnya. Untuk contoh
korosi logam besi dalam udara lembab, misalnya proses reaksinya dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Anode{Fe(s)→Fe2+(aq)+2e}
x2
KatodeO2(g)+4H+(aq)+4e→2H2O(l)
+
Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H+(aq)→ 2 Fe2++ 2 H2O(l)
Dari data potensial elektrode dapat dihitung bahwaemf standar untuk proses korosi ini,
yaituE0sel = +1,67 V ; reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dimana ion H+ sebagian
dapat diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer dengan air membentuk H2CO3. Ion
Fe+2 yang terbentuk, di anode kemudian teroksidasi lebih lanjut oleh oksigen membentuk
besi (III) oksida :
4 Fe+2(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l) → 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)
Hidrat besi (III) oksida inilah yang dikenal sebagai karat besi. Sirkuit listrik dipacu oleh
migrasi elektron dan ion, itulah sebabnya korosi cepat terjadi dalam air garam.
Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang terjadi, yaitu :
O2 (g) + 2 H2O(l)+ 4e → 4 OH-(aq)
Oksidasi lanjut ion Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak ion ini sehingga sulit
berhubungan dengan oksigen udara luar, tambahan pula ion ini segera ditangkap oleh
garam kompleks hexasianoferat (II) membentuk senyawa kompleks stabil biru.
Lingkungan basa tersedia karena kompleks kalium heksasianoferat (III).
Korosi besi realatif cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisan senyawa besi (III)
oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembus oleh udara maupun air.
Tetapi meskipun alumunium mempunyai potensial reduksi jauh lebih negatif ketimbang
besi, namun proses korosi lanjut menjadi terhambatkarena hasil oksidasi Al2O3, yang
melapisinya tidak bersifat porous sehingga melindungi logam yang dilapisi dari kontak
dengan udara luar.

Dampak Dari Korosi


Karatan adalah istilah yang diberikan masyarakat terhadap logam yang mengalami
kerusakan berbentuk keropos. Sedangkan bagian logam yang rusak dan berwarna hitam
kecoklatan pada baja disebut Karat. Secara teoritis karat adalah istilah yang diberikan
terhadap satu jenis logam saja yaitu baja, sedangkan secara umum istilah karat lebih
tepat disebut korosi. Korosi didefenisikan sebagai degradasi material (khususnya logam
dan paduannya) atau sifatnya akibat berinteraksi dengan lingkungannya.
Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung
dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama
sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat
proses perusakannya.
Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya transfer elektron dari
logam ke lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yang memberikan elektron (anoda)
dan lingkungannya sebagai penerima elektron (katoda). Reaksi yang terjadi pada logam
yang mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut
kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron pada logam tersebut.
Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam
dan menangkap elektron- elektron yang tertinggal pada logam.
Dampak yang ditimbulkan korosi sungguh luar biasa. Berdasarkan pengalaman pada
tahun-tahun sebelumnya, Amerika Serikat mengalokasikan biaya pengendalian korosi
sebesar 80 hingga 126 milyar dollar per tahun. Di Indonesia, dua puluh tahun lalu saja
biaya yang ditimbulkan akibat korosi dalam bidang indusri mencapai 5 trilyun rupiah. Nilai
tersebut memberi gambaran kepada kita betapa besarnya dampak yang ditimbulkan
korosi dan nilai ini semakin meningkat setiap tahunnya karena belum terlaksananya
pengendalian korosi secara baik bidang indusri. Dampak yang ditimbulkan korosi dapat
berupa kerugian langsung dan kerugian tidak langsung.
Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan atau
stuktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa terhentinya aktifitas
produksi karena terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat korosi, terjadinya
kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada kontainer, tanki bahan bakar atau
jaringan pemipaan air bersih atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi pada
alat penukar panas dan jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan
panasnya, dan lain sebagainya.

Bentuk-Bentuk Korosi
Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi sumuran, korosi
celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique
cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen), korosi
intergranular, selective leaching, dan korosi erosi.

Korosi Merata
Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan logam,
oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi pengurangan
dimensi yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat korosi merata
berupa kehilangan material konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan
akibat produk korosi dalam bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan
kerugian tidak langsung, antara lain berupa penurunan kapasitas dan peningkatan biaya
perawatan (preventive maintenance).

Korosi Galvanik
Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan berada di
lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi, sementara
logam lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam yang mengalami korosi
adalah logam yang memiliki potensial yang lebih rendah dan logam yang tidak mengalami
korosi adalah logam yang memiliki potensial lebih tinggi.

Korosi Sumuran
Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang terbuka akibat
pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan pembentukan
lapisan pasif dipermukaannya, pada antarmuka lapisan pasif dan elektrolit terjadi
penurunan pH, sehingga terjadi pelarutan lapisan pasif secara perlahan-lahan dan
menyebabkan lapisan pasif pecah sehingga terjadi korosi sumuran. Korosi sumuran ini
sangat berbahaya karena lokasi terjadinya sangat kecil tetapi dalam, sehingga dapat
menyebabkan peralatan atau struktur patah mendadak.

Korosi Celah
Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua komponen.
Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi merata diluar dan
didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat
oksigen (O2) di dalam celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah masih banyak,
akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda dan
permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk celah yang
terkorosi.

Korosi retak tegang (stress corrosion cracking)


Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique
cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen) adalah
bentuk korosi dimana material mengalami keretakan akibat pengaruh lingkungannya.
Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis
dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan klorida
panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja karbon rentan terhadap nitrat. Korosi
retak fatk terjadi akibat tegangan berulang dilingkungan korosif. Sedangkan korosi akibat
pengaruh hidogen terjadi karena berlangsungnya difusi hidrogen kedalam kisi paduan.

Korosi Intergranular
Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam akibat
terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang terjadi pada
baja tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada temperatur 425 – 815oC
karbida krom (Cr23C6) akan mengendap di batas butir. Dengan kandungan krom dibawah
10 %, didaerah pengendapan tersebut akan mengalami korosi dan menurunkan kekuatan
baja tahan karat tersebut.

Selective leaching
Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena pelarutan salah
satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada paduan tembaga-seng.
Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali dengan terjadi pelarutan total
terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu yang potensialnya lebih tinggi akan
terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya lebih rendah akan larut ke elektrolit.
Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan tersebut.
Contoh lain selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan sebagai
pipa pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang akan menyebabkan
paduan tersebut menjadi porous dan lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
pecah pada pipa.

Korosi logam Fe dan berubah menjadi oksidanya

Penyebab Korosi
Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari bakteri. Jenis-
jenis bakteri yang berkembang yaitu :
 Bakteri reduksi sulfat
Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas oksigen atau
lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan klorin dan
oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal untuk mendukung metabolisme. Bakteri
ini tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada daerah-daerah kanal,
pelabuhan, daerah air tenang tergantung pada lingkungannya.
Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya kadar H2S
atau Besi sulfida.Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat berfungsi sebagai
fermenter menggunakan campuran organik seperti pyruvnate untuk memproduksi asetat,
hidrogen dan CO2, banyak bakteri jenis ini berisi enzim hidrogenase yang mengkonsumsi
hidrogen.

 Bakteri oksidasi sulfur-sulfida


Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari oksidasi sulfit
atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi asam sulfurik
dan nilai pH menjadi 1. bakteriThiobaccilus umumnya ditemukan di deposit mineral dan
menyebabkan drainase tambang menjadi asam.

 Bakteri besi mangan oksida


Bakteri memperoleh energi dari osidasi Fe2+ Fe3+ dimana deposit berhubungan dengan
bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di Tubercle (gundukan Hemispherikal
berlainan ) di atas lubang pit pada permukaan baja. Umumnya oksidaser besi ditemukan
di lingkungan dengan filamen yang panjang.

Masalah-masalah di lapangan
Banyak sekali di dunia industri dan fasilitas umum terjadi proses korosi disebabkan oleh
fenomena biokorosi akibat adanya bakteri. Kasus-kasus tersebut yaitu :
 Pipa-pipa bawah tanah di Industri minyak dan gas bumi

Dalam suatu contoh kasus dari perusahaan Korea Gas Corporation (KOGAS)
menggunakan pipa-pipa gas yang dilapis denganpolyethy lene (APL 5L X-65). Selama
instalasi, pipa dilas tiap 12 meter dan diproteksi denganim pr es s ed current proteksi
katodik dengan potensial proteksi –850 mV (vs saturated Cu/CuSO4).
Kemudian beberapa tahun dicek kondisi lapis lindung maupun korosi aktif menggunakan
pengujian potensial gardien5, hasilnya berupa letak-letak coating defect di sepanjang
pipa. Kegagalan selanjutnya yaitu adanya disbonded coating area di permukaan pipa
yang disebabkan adanya arus proteksi katodik yang berlebihan terekspos. Coating defect
dan daerah disbonded coating sangat baik untuk perkembangan mikroba anaerob. Pada
disbonded coating area terjadi korosi local (pitting), lubang pit berbentuk hemisspherikal
dalam tiap-tiap kelompok.

 Peralatan sistem pemyemprot pemadam kebakaran.

Di kota Kalifornia Amerika serikat, departemen pemadam kebakaran mengalami masalah


cukup sulit dimana debit air alat system penyemprot turun walau tekanan cukup besar,
setelah diselidiki maka di dalam alat penyemprot terjadi suatu korosi yang disebabkan
oleh aktifitas mikroba dipermukaan dinding bagian dalam yang terbuat dari baja karbon
dan tembaga saat beberapa bulan pembelian.
Hal ini disebabkan adanya biodeposit (turbucle) yang tumbuh di di dinding bagian dalam,
kemudian di dalam biodeposit tersebut terjadi aktifitas degradasi lokal berupa korosi
pitting sehingga mengurangi tebal pipa dan aktifitas ini menghasilkan senyawa H2S di
lubang pit yang mengakibatkan keadaan asam dan mempercepat kelarutan logam.

Korosi dan Cara Pencegahannya


Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang
mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu
berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori. Rumus
kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O. Bila dibiarkan, lama kelamaan besi akan habis
menjadi karat

Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata adalah keroposnya
jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya.Siapa di antara kita
tidak kecewa bila bodi mobil kesayangannya tahu-tahu sudah keropos karena korosi.
Pasti tidak ada. Karena itu, sangat penting bila kita sedikit tahu tentang apa korosi itu,
sehingga bisa diambil langkah-langkah antisipasi

Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan / reaksi
kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari besi berlaku sebagai
kutub negatif (elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang lain sebagai kutub positif
(elektroda positif, katoda). Elektron mengalir dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah
peristiwa korosi.
Ion besi (II)yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi menjadi ion besi (III) yang
kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi (karat besi), Fe2O3.xH2O

Dari reaksi terlihat bahwa korosi melibatkan adanya gas oksigen dan air. Karena itu, besi
yang disimpan dalam udara yang kering akan lebih awet bila dibandingkan ditempat yang
lembab. Korosi pada besi ternyata dipercepat oleh beberapa faktor, seperti tingkat
keasaman, kontak dengan elektrolit, kontak dengan pengotor, kontak dengan logam lain
yang kurang aktif (logam nikel, timah, tembaga), serta keadaan logam besi itu sendiri
(kerapatan atau kasar halusnya permukaan)
Pencegahan Korosi
Pencegahan korosi didasarkan pada dua prinsip berikut :

 Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air

Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa korosi
tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan cat, oli, logam lain
yang tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti seg dan krom). Penggunaan logam lain
yang kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar
kaleng cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat mampercepat proses koros

 Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)

Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan membentuk
sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di sini, besi berfungsi hanya sebagai tempat
terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai anoda, dan mengalami reaksi
oksidasi. Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda,
dikorbankan). Besi akan aman terlindungi selama logam pelindungnya masih ada / belum
habis

Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan
logam magnesium, Mg. Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti.
 Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat, misalnya besi
dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Korosi


Faktor Gas Terlarut
 Oksigen (02)

adanya oksigen yang terlarut akan menyebabkan korosi pada metal seperti laju korosi
pada mild stell alloys akan bertambah dengan meningkatnya kandungan oksigen.
Kelarutan oksigen dalam air merupakan fungsi dari tekanan, temperatur dan kandungan
klorida. Untuk tekanan 1 atm. dan temperatur kamar, kelarutan oksigen adalah 10 ppm
dan kelarutannya akan berkurang dengan bertambahnya temperatur dan konsentrasi
garam. Sedangkan kandungan oksigen dalam kandungan minyak-air yang dapat
mengahambat timbulnya korosi adalah 0,05 ppm atau kurang.
Reaksi korosi secara umum pada besi karena adanya kelarutan oksigen adalah sebagai
berikut :
Reaksi Anoda : Fe Fe2- + 2e
Reaksi katoda : 02 + 2H20 + 4e 4 OH-

 Karbondioksida (CO2)

Jika karbondioksida dilarutkan dalam air maka akan terbentuk asam karbonat (H2CO3)
yang dapat menurunkan pH air dan meningkatkan korosifitas, biasanya bentuk korosinya
berupa pitting.
Yang secara umum reaksinya adalah:
CO2 + H2O H2CO3
Fe + H2CO3 FeCO3 + H2
FeC03 merupakan corrosion product yang dikenal sebagai sweet corrosion

Faktor Temperatur
Penambahan temperatur umumnya menambah laju korosi walaupun kenyataannya
kelarutan oksigen berkurang dengan meningkatnya temperatur. Apabila metal pada
temperatur yang tidak uniform, maka akan besar kemungkinan terbentuk korosi.

Faktor pH
pH netral adalah 7, sedangkan ph < 7 bersifat asam dan korosif, sedangkan untuk pH > 7
bersifat basa juga korosif.
Tetapi untuk besi, laju korosi rendah pada pH antara 7 sampai 13. Laju korosi akan
meningkat pada pH < 7 dan pada pH > 13.

Faktor Bakteri Pereduksi atau Sulfat Reducing Bacteria (SRB)


Adanya bakteri pereduksi sulfat akan mereduksi ion sulfat menjadi gas H2S, yang mana
jika gas tersebut kontak dengan besi akan menyebabkan terjadinya korosi.

Faktor Padatan Terlarut


 Klorida (CI)

1. Klorida menyerang lapisan mild steel dan lapisan stainless steel.


Padatan ini menyebabkan terjadinya pitting, crevice corrosion, dan juga
menyebabkan pecahnya alooys.
2. Klorida biasanya ditemukan pada campuran minyak-air dalam konsentrasi tinggi
yang akan menyebabkan proses korosi.
3. Proses korosi juga dapat disebabkan oleh kenaikan konduktivity larutan garam,
dimana larutan garam yang lebih konduktif, laju korosinya juga akan lebih tinggi.

 Karbonat (C03)
Kalsium karbonat sering digunakan sebagai pengontrol korosi dimana film karbonat
diendapkan sebagai lapisan pelindung permukaan metal, tetapi dalam produksi minyak
hal ini cenderung menimbulkan masalah scale.

 Sulfat (S04)

Ion sulafat ini biasanya terdapat dalam minyak. Dalam air, ion sulfat juga ditemukan
dalam konsentrasi yang cukup tinggi dan bersifat kontaminan, dan oleh bakteri SRB sulfat
diubah menjadi sulfide yang korosif.
Demikianlah pembahasan mengenai Korosi Adalah – Pengertian, Penyebab, Faktor
Dan Pencegahannya semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah
wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂

Beberapa Tips Pencegahan Karat / Korosi

Cat anti karat atau korosi sebelu kami bahas berikut ulasan pencegahan karat yaitu proses terjadinya karat pada besi memerlukan  paduan
unsur oksigen dan air. Berbagai jenis logam contohnya zinc dan Magnesium dapat melindungi besi dari korosi atau karat.

Cara-cara pencegahan karat pada besi, didasarkan pada dua sifat tersebut.

1. Pengecatan/Coating/Paint, Pengecatan besi dengan Cat Anti Korosi/Cat Anti Karat dapat melindungi besi agar tidak kontak
langsung dengan udara dan air. Perlindungan besi terhadap Karat/Korosi yang disebut cat ini sebaiknya mengandung pigment
timbel dan zinc (seng) akan lebih baik, karena keduanya melindungi besi terhadap korosi atau karat.Jenis resin untu cat anti
karat/cat anti korosi tersebut dapat berupa cat damar, cat sintetis, cat alkyd, cat enamel,  cat tahan karat, cat tahan
korosi, cat epoxy, dan cat polyurethane. Resin atau binder diatas merupakan lapisan cat yang akan dipergunakan untuk
melindungi besi atau baja agar tidak kontak langsung dengan udara dan air.

2. Pelumuran dengan Oli /Gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak
dengan air.

3.  Pembalutan/Wrapping/Coating/Seal Tape. Jetty, pipa, tangki dan structure lainnya yang memungkinkan untuk di balut.

4. Tin Plating (pelapisan dengan timah). Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut tin plating. Timah tergolong logam
yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan
timah ada yang rusak, misalnya tergores atau terkelupas, maka timah justru mendorong/mempercepat proses korosi terhadap
besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan
timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong proses korosi
besi. Akan tetapi hal ini justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur. Kaleng-kaleng kemasan terbuat
dari besi yang dilapisi dengan timah.

5. Galvanisasi /galvanize (pelapisan dengan zinc). Pipa besi, tower erection, material listrik dan berbagai material lain yang
dilapisi dengan zinc. Berbeda dengan timah, zinc dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal ini
terjadi karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan katoda. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada
zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian besi
terlindungi dan zinc yang mengalami oksidasi (berkarat). Tiang listrik tegangan tinggi (tower erection), peralatan listrik
tegangan menengah, material sepeda motor dan mobil-mobil baru pada umumnya telah digalvanisasi, sehingga tahan karat.

6. Cromium Plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan
pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Hampir sama
prosesnya seperti zinc, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.

7. Sacrificial Protection (pengorbanan anode). Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat)
daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini
digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium
harus diganti.

Anda mungkin juga menyukai