Anda di halaman 1dari 16

A.

Definisi Korosi
Korosi di definisikan sebagai penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia
dengan lingkungannya (Trethewey, 1991). Pada peristiwa korosi, logam mengalami
oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Peristiwa korosi sendiri
merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan/reaksi kimia) yang
melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari logam berlaku sebagai kutub
negatif (elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang lain sebagai kutub positif
(elektroda positif, katoda). Elektron mengalir dari anoda ke katoda, sehingga
terjadilah peristiwa korosi.
Beberapa pakar berpendapat definisi korosi hanya berlaku pada logam saja, tetapi
para insinyur korosi juga ada yang mendefinisikan istilah korosi berlaku juga untuk
material non logam, seperti keramik, plastik, karet. Sebagai contoh rusaknya cat karet
karena sinar matahari atau terkena bahan kimia, mencairnya lapisan tungku
pembuatan baja, serangan logam yang solid oleh logam yang cair (liquid metal
corrosion).
Korosi dapat terjadi didalam lingkungan kering dan juga lingkungan basah.
Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya
yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Korosi yang terjadi pada
logam tidak dapat dihindari, tetapi hanya dapat dicegah dan dikendalikan sehingga
struktur atau komponen mempunyai masa pakai yang lebih lama. Contoh korosi yang
paling lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi,
sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa
oksida dan karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3. xH2O, suatu zat padat
yang berwarna coklat-merah.
Ada dua macam proses korosi:
1. Korosi Proses Kimia
Merupakan serangan korosi secara langsung,tanpa adanya aliran listrik pada
logam.Contohnya adalah berkaratnya baja dalamudara terbuka. Korosi oleh
proses kimia biasanya menyebar secara merata padaseluruh permukaan logam.
2. Korosi Elektro Kimia
Oleh proses elektro kimia, pada permukaanlogam akan terbentuk daerah-daerah
anoda dan katoda, yang satu dengan yang lainnya dipisahkan oleh
jarak-jarak tertentu. Karena potensial anoda “kurang mulia” atau tinggi derajatnya
dibanding potensial katoda, maka akan terjadi arus listrik diantara kedua elektroda
tersebut, elektron-elektron akan berpindah dari anoda ke katoda, sehingga anoda
larut dan katoda mendapat perlindungan.
Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, dimana besi
mengalami oksidasi.
Fe (s) ↔ Fe2+ (aq) + 2e Eº = +0.44 V
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain besi itu yang
bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 2H2O(l) + 4e ↔ 4OH-(aq) Eº = +0.40 V
atau
O2(g) + 4H+ (aq) + 4e ↔ 2H2O(l) Eº = +1.23 V
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion
besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe2O3. xH2O, yaitu
karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan
bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor,
misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.

B. Dampak Korosi
Korosi pada logam menimbulkan kerugian tidak sedikit. Hasil riset yang
berlangsung tahun 2002 di Amerika Serikat memperkirakan, kerugian akibat korosi
yang menyerang permesinan industri, infrastruktur, sampai perangkat transportasi di
negara adidaya itu mencapai 276 miliar dollar AS. Ini berarti 3,1 persen dari Gross
Domestic Product (GDP)-nya. sebenarnya, negara-negara di kawasan tropis seperti
Indonesia paling banyak menderita kerugian akibat korosi ini. tetapi, tidak ada data
yang jelas di negara-negara tersebut tentang jumlah kerugian setiap tahunnya.
Korosi yang terjadi pada logam tidak dapat dihindari, tetapi hanya dapat dicegah
dan dikendalikan sehingga struktur atau komponen mempunyai masa pakai yang lebih
lama. Setiap komponen atau struktur mengalami tiga tahapan utama yaitu
perancangan, pembuatan dan pemakaian. Ketidakberhasilan salah satu aspek seperti
korosi menyebabkan komponen akan mengalami kegagalan. Kerugian yang akan
dialami dengan adanya korosi meliputi finansial dan safety, diantaranya :
 Penurunan kekuatan material
 Penipisan
 Downtime dari equipment
 Retak & Pitting
 Kebocoran fluida
 Embrittlement
 Penurunan sifat permukaan material
 Penurunan nilai / hasil produksi
 Modification

C. Jenis Korosi
Ada beberapa jenis-jenis korosi. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi
adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Korosi hanyalah
perjalanan sifat pembalikan satu proses yang tidak wajar kembali kepada suatu
keadaan tenaga yang lebih rendah.

Gambar 1. Ilustrasi Terjadinya Korosi


Korosi yang dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau aktifitas
korosi akibat aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama diindentifikasi
hampir 100 jenis dan telah dideskripsikan awal tahun 1934. Bagaimanapun korosi
yang disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat degradasi pemakaian
sistem industri modern hingga pertengahan tahun1970- an. Ketika pengaruh serangan
mikroba semakin tinggi, sebagai contoh tangki air stainless steel dinding dalam terjadi
serangan korosi lubang yang luas pada permukaan sehingga para industriawan
menyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu, korosi jenis ini merupakan salah satu
faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri, industri minyak dan gas,
proses kimia, transportasi dan industri kertas pulp.
Adapun beberapa jenis korosi yang umum terjadi pada logam sebagai berikut:
 Korosi Seragam ( Uniform Corrosion )
Korosi terjadi pada permukaan logam yang terekspos pada lingkungan korosif.
Korosi merata adalah bentuk korosi yang pada umumnya sering terjadi. Hal ini
biasanya ditandai dengan adanya reaksi kimia atau elektrokimia yang terjadi pada
permukaan yang bereaksi. Logam menjadi tipis dan akhirnya terjadi kegagalan pada
logam tersebut. Sebagai contoh, potongan baja atau seng dicelupkan pada asam sulfat
encer, biasanya akan terlarut secara seragam pada seluruh permukaannya. Contoh lain
dari korosi merata adalah pada pelat baja atau profil, permukaannya bersih dan
logamnya homogen, bila dibiarkan di udara biasa beberapa bulan maka akan
terbentuk korosi merata pada seluruh permukaanya. Korosi merata merupakan
keadaan kerusakan yang sangat besar terhadap material, namun demikian korosi ini
kurang diperhatikan karena umur dari peralatan dapat diperkirakan secara akurat
dengan pengujian lain yang lebih sederhana. Korosi merata dapat dilakukan
pencegahan dengan cara pelapisan, inhibitor dan proteksi katodik.

Gambar 2. Korosi Seragam

 Korosi Galvanis (Bemetal Corrosion)


Disebut juga korosi dwilogam yang merupakan perkaratan elektrokimiawi apabila
dua macam metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit
yang sama. Elektron akan mengalir dari metal yang kurang mulia (anodik) menuju ke
metal yang lebih mulia (katodik). Akibatnya metal yang kurang mulia berubah
menjadi ion-ion positif karena kehilangan elektron. Ion-ion positif metal bereaksi
dengan ion-ion negatif yang berada di dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena
peristiwa ini, permukaan anoda kehilangan metal sehingga terrbentuk sumur-sumur
karat atau jika merata akan terbentuk karat permukaan. Untuk memprediksi logam
yang terkorosi pada korosi galvanic dapat dilihat pada deret galvanik.
Gambar 3. Korosi Galvanis

 Korosi Sumuran (Pitting Corrosion)


Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yangn terbuka
akibat pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan
pembentukan lapisan pasif di permukaannya, pada antar muka lapisan pasif dan
elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga terjadi pelarutan lapisan pasif secara
perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan pasif pecah sehingga terjadi korosi sumuran.
Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya sangat kecil tetapi
dalam, sehingga dapat menyebabkan peralatan (struktur) patah mendadak.
Korosi sumuran terjadi karena adanya serangan korosi lokal pada permukaan
logam sehingga membentuk cekungan atau lubang pada permukaan logam. Korosi
logam pada baja tahan karat terjadi karena rusaknya lapisan pelindung (passive film).
Gambar 4. Korosi Sumuran

 Retak Pengaruh Lingkungan (environmentally induced cracking)


Merupakan patah getas dari logam paduan ulet yang beroperasi di lingkungan
yang menyebabkan terjadinya korosi seragam. Korosi retak tegang terjadi pada
paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis di lingkungan tertentu, seperti
baja tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan
dilarutkan amonia dan baja karbon rentan terhadap nitrat. Ada tiga jenis tipe
perpatahan pada kelompok ini, yaitu : stress corrosion cracking (SSC), corrosion
fatigue cracking (CFC), dan hydrogen-induced cracking (HIC).

Gambar 5. Korosi Retak Pengaruh Lingkungan

 Kerusakan Akibat Hidrogen (Hidrogen damage)


Kerusakan ini disebabkan karena karena berlangsungnya difusi hidrogen kedalam
kisi paduan. Serangan hydrogen yaitu reaksi antara hydrogen dengan karbida pada
baja dan membentuk metana sehingga menyebabkan terjadinya dekarburasi, rongga,
atau retak pada permukaan logam. Pada logam reaktik seperti titanium, magnesium,
zirconium dan vanadium, terbentuknya hidrida menyebabkan terjadinya penggetasan
pada logam.

Gambar 6. Korosi Kerusakan Akibat Hidrogen

 Korosi Batas Butir ( intergranular corrosion )


Di daerah batas butir memilki sifat yang lebih reaktif. Banyak-sedikitnya batas
butir akan sangat mempengaruhi kegunaan logam tersebut. Jika semakin sedikit batas
butir pada suatu material maka akan menurunkan kekuatan material tersebut. Jika
logam terkena karat, maka di daerah batas butir akan terkena serangan terlebih dahulu
dibandingkan daerah yang jauh dari batas butir. Serangan yang terjadi pada daerah
batas butir dan daerah yang berdekatan dengan batas butir hal ini biasa disebut
intergranular corrosion. Intergranular corrosion dapat terjadi karena adanya kotoran
pada batas butir, penambahan pada salah satu unsur paduan, atau penurunan salah satu
unsur di daerah batas butir. Sebagai contoh paduan besi dan alumunium, dimana
kelarutan besi lambat maka akan terjadi serangan pada batas butir. Beberapa
kegagalan pada 18-8 baja karbon telah terjadi karena intergranular corrosion. Ini
terjadi dalam lingkungan dimana paduan harus memiliki ketahanan korosi yang
sangat baik. Ketika baja dipanaskan pada suhu kira-kira antara 9500 F sampai 14500
F, baja tersebut akan peka atau rentan terhadap intergranular corrosion. Sebagai
contoh untuk menghindari terjadinya intergranular corrosion, maka prosedur
kepekaan di panaskan pada suhu 12000 F selama satu jam. Kebanyakan teori tentang
terjadinya intergranular corrosion didasarkan pada kehilangan atau penipisan
kromium di daerah batas butir. Penambahan kromium pada baja akan meningkatkan
ketahanan korosi diberbagai kondisi lingkungan. Umumnya penambahan tersebut
berkisar 10% kromium untuk pembuatan baja karbon tahan karat. Jika kromium
secara efektif diturunkan ketahanan terhadap korosi akan berkurang.

Gambar 7. Korosi Batas Butir

 Dealloying
Dealloying adalah lepasnya unsur-unsur paduan yang lebih aktif (anodik) dari
logam paduan, sebagai contoh : lepasnya unsur seng atau Zn pada kuningan (Cu–Zn)
dan dikenal dengan istilah densification.

Gambar 8. Korosi Dealloying


 Korosi Erosi
Korosi erosi adalah proses korosi yang bersamaan dengan erosi/abrasi. Korosi
jenis ini biasanya menyerang peralatan yang lingkungannya adalah fluida yang
bergerak, seperti aliran dalam pipa ataupun hantaman dan gerusan ombak ke
kaki-kaki jetty. Keganasan fluida korosif yang bergerak diperhebat oleh adanya dua
fase atau lebih dalam fluida tersebut, misalnya adanya fase liquid dan gas secara
bersamaan, adanya fase liquid dan solid secara bersamaan ataupun adanya fase liquid,
gas dan solid secara bersamaan. Kavitasi adalah contoh erosion corrosion pada
peralatan yang berputar di lingkungan fluida yang bergerak, seperti impeller pompa
dan sudu-sudu turbin. Erosion / abrassion corrosion juga terjadi di saluran gas-gas
hasil pembakaran.

Gambar 9. Korosi Erosi

 Korosi Aliran (Flow induced Corrosion)


Korosi Aliran digambarkan sebagai efek dari aliran terhadap terjadinya korosi.
Meskipun mirip, antara korosi aliran dan korosi erosi adalah dua hal yang berbeda.
Korosi aliran adalah peningkatan laju korosi yang disebabkan oleh turbulensi fluida
dan perpindahan massa akibat dari aliran fluida diatas permukaan logam. Korosi erosi
adalah naiknya korosi dikarenakan benturan secara fisik pada permukaan oleh partikel
yang terbawa fluida.

Gambar 10. Korosi Aliran

 Korosi Celah
Adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua komponen. Mekanisme
tejadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi merata diluar dan didalam
celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat oksigen
(O2) didalam celah habis, sedangkan oksigen (O2) didalam celah masih banyak,
akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda
dan permukaan logam didalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk celah yang
terkorosi.

Gambar 11. Korosi Celah


 Korosi Kavitasi (Cavitation Corrosion)
Terjadi karena tingginya kecepatan cairan menciptakan daerah-daerah bertekanan
tinggi dan rendah secara berulang-ulang pada permukaan peralatan dimana cairan
tersebut mengalir. Maka terjadilah gelembung-gelembung uap air pada permukaan
tersebut, yang apabila pecah kembali menjadi cairan akan menimbulkan pukulan pada
permukaan yang cukup besar untuk memecahkan film oksida pelindung permukaan.
Akibatnya bagian permukaan yang tidak terlindungi terserang korosi. Karena bagian
tersebut menjadi anodik terhadap bagian yang terlindungi.
Karena terjadinya korosi pada bagian tersebut, maka akan kehilangan massa dan
menjadi takik. Takik-takik tersebut akan bertambah dalam karena permukaan di
dalam takik tidak sempat membentuk film pelindung karena kecepatan cairan yang
tinggi dan proses kavitasi akan berlangsung secara berulang-ulang.

Gambar 12. Korosi Kavitasi

 Korosi Lelah (Fatigue Corrosion)


Bila logam mendapat beban siklus yang berulang-ulang, tetapi masih dibawah
batas kekuatan luluhnya. Maka setelah sekian lama akan patah karena terjadinya
kelelahan logam. Kelelahan dapat dipercepat dengan adanya serangan korosi.
Kombinasi antara kelelahan dan korosi yang mengakibatkan kegagalan disebut korosi
lelah. Korosi lelah terjadi di daerah yang menderita beban, lasan dan lainnya.
Gambar 13. Korosi Lelah

Berdasarkan lingkungannya, korosi dapat dibedakan ke dalam dua kategori yaitu


sebagai berikut :
 Korosi Lingkungan Gas (Dry Corrosion)
 Korosi Lingkungan Cairan (Wet Corrosion)
Korosi lingkungan gas dapat terjadi pada lingkungan atmosfir maupun
lingkungan gas yang lain. Korosi lingkungan cairan dapat terjadi pada lingkungan air
maupun cairan yang lain. Korosi dapat dibedakan berdasarkan suhu korosif yang
melingkungi konstruksi logam.
Berdasarkan suhu korosif ini, korosi dibedakan menjadi dua kategori, yaitu :
 Korosi Suhu Tinggi (High Temperature Corrosion)
 Korosi Biasa/ Suhu Kamar (Normal Temperature Corrosion)
High Temperature Corrosion terjadi pada burner, boiler, reformer, reaktor, dsb.
Korosi jenis ini banyak terjadi dalam suasana lingkungan gas.

D. Reaksi Korosi
Secara umum mekanisme korosi yang terjadi di dalam suatu larutan berawal dari
logam yang teroksidasi di dalam larutan.dan melepaskan electron untuk membentuk
ion logam yang bermuatan positif. Larutan akan bertindak sebagai katoda dengan
reaksi yang umum terjadi adalah pelepasan H2 dan reduksi O2, akibat dan H2O yang
tereduksi. Reaksi ini terjadi dipermukaan logam yang akan menyebabkan
pengelupasan akibat pelarutan logam kedalam larutan secara berulang-ulang (Alfin,
2011).
Gambar 1. Mekanisme Korosi (Haryono; 2010)
Mekanisme korosi yang terjadi pada logam besi (Fe) dituliskan sebagai berikut:
Fe (s) + H2O (l) + ½ O2 (g) → Fe(OH)2 (s) …………..…………..(1)
Fero hidroksida [Fe(OH)2] yang terjadi merupakan hasil sementara yang dapat
teroksidasi secara alami oleh air dan udara menjadi feri hidroksida [Fe(OH)3],
sehingga mekanisme reaksi selanjutnya adalah:
4 Fe(OH)2 (s) + O2 (g) + 2 H2O (l) → 4 Fe(OH)3 (s) ……………..(2)
Ferri hidroksida yang terbentuk akan berubah menjadi Fe2O3 yang berwarna
merah kecoklatan yang biasa kita sebut karat. (Vogel, 1979).
Reaksinya adalah:
2 Fe(OH)3 → Fe2O3 + 3 H2O ………………………………...(3)
Besi membentuk dua deret garam yang penting yaitu :
1. Garam besi (II) oksida yang diturunkan dari besi (II) oksida (FeO)
Garam besi mengandung kation Fe2+ (ion besi II) dapat dengan mudah
dioksidasikan menjadi Fe3+ (ion besi III) dalam suasana netral, basa, atau
bahkan dalam kondisi atmosfer yang mengandung oksigen tinggi.
2. Garam besi (III) oksida yang diturunkan dari besi (III) oksida (Fe2O3 )
Garam ini bersifat lebih stabil dibandingkan garam besi (II) kation dari Fe3+
berwarna kuning muda, jika larutan mengandung klorida, maka warna kuning
yang dihasilkan di permukaannya semakin kuat.
Reaksi antara besi dengan asam klorida menghasilkan garam-garam besi (II)
dan gas hydrogen, reaksinya yaitu :
Fe + 2 H+ → Fe2+ + H2+ (gas)
Fe + 2 HCl → Fe2+ + 2Cl- + H2 (gas)
DAFTAR PUSTAKA
-http://eprints.polsri.ac.id/1947/3/BAB%20II.pdf
-http://www.e-jurnal.com/2013/12/jenis-jenis-korosi.html
-http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-korosi-menurut-para-ahli.html
-Jurnal Foundry Vol. 3 No. 1 April 2013 ISSN : 2087-225925
ANALISA KOROSI DAN PENGENDALIANNYA (M. Fajar Sidiq)
- ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN
MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H2SO4
Kevin J. Pattireuw, Fentje A. Rauf, Romels Lumintang.
Teknik Mesin, Universitas Sam Ratulangi Manado
2013
- Trethewey, K. R. &Chamberlain, J.,
1991, Korosi Untuk Mahasiswa
Sains dan Rekayasa , PT.
GramediaPustakaUtama, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai