Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUGAS

METODOLOGI PENELITIAN (MO184701)

RESUME DAN RENCAN TOPIK TUGAS AKHIR

Disusun oleh:
Abhista Danis Wara 043117 40000 057

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc.


Kelas B

Departemen Teknik Kelautan


Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2020
1. Topik/Rencana Tugas Air

Rencana Topik TA : Pipa

Rencana Judul TA : Analisis Kelelahan Pipeline

2. 10 Judul Tugas Akhir Senior Beserta Ringkasannya

1. “Analisis Fatigue Pada Konfigurasi Pipa Penyalur Dengan Berbagai Variasi Sudut
Kemiringan Akibat Pengaruh Vortex Induced Vibration”
Moh. Hafid
2010

Freespan pada pipa dengan kondisi sudut kemiringan menjadikannya rawan terhadap
terjadinya fatigue akibat Vortex Induced Vibration (VIV). Dalam analisis ini menyajikan
pengaruh VIV terhadap adanya variasi sudut kemiringan freespan pipa bawah laut.
Analisis dilakukan dengan menggunakan software FLOW 3D untuk mengetahuipola aliran
fluida yang terjadi pada struktur pipa tersebut. Dari Solver FLOW 3D maka didapatkan
frekuensi Vortex sebagai parameter terjadinya VIV.
Dengan nilai Reynold Number 4,66E+04 tiap sudut kemiringan nilainya sama yaitu 0,21
begitu juga untuk reduced velocity yaitu 0,476 sedangkan Frekuensi Vortex Shedding yang
maksimum yaitu 2,293 Hz. Untuk Frekuensi Vortex Shedding dari berbagai variasi sudut
serta kemiringan masih memenuhi syarat keamanan pipa. Dari nilai frekuensi natural pipa
2,568 Hz. Jadi tidak terjadi lock in (resonansi). Sedangkan analisis fatigue life yang dilakukan
dengan menghitung tegangan dengan menggunakan Software ANSYS 11.0 dengan
memasukkan force dari solver FLOW 3D. dari software ANSYS 11.0 maka didapatkan
tegangan lokal. Dari tegangan tersebut maka digunakan untuk menghitung fatigue. Analisis
dilakukan dengan menggunakan metode Deterministik. Umur fatigue life yang paling kecil
adalah pada sudut kemiringan 25o pada kedalaman -25 m dengan terjadinya fatigue setelah
struktur berusia 5353 tahun.

2. “Analisis Sisa Umur Kelelahan Bentangan Bebas Pada Subsea Pipeline : Studi Kasus Oil
Pipeline
Chevron Indonesia Company Kalimantan
Operations” Nurman Firdaus 2013
Bentangan bebas pipa yang terjadi pada subsea pipeline dapat mengakibatkan kegagalan
struktur pipa yag terdapat di dasar laut. Oleh karena itu, Tugas Akhir ini membahas kondisi
bentangan bebas atau free span yang disebabkan oleh segmen pipa yang tidak mendapat
tumpuan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah bentangan bebas yang tidak
melebihi panjang span maksimum, tegangan tiap bentangan dan memprediksi sisa umur
kelelahan bentangan bebas yang terdapat pada jalur pipeline. Analisis pada tugas akhir ini
dimulai dari mengumpulkan data lingkungan dan data material pipa, lalu dilakukan
perhitungan terhadap properti pipa dan analisa data gelombang, dilanjutkan dengan
perhtungan panjang span maksimum arah inline dan crossflow, dilanjutkna dengan screening
panjang span aktual, jika sesuai dengan kriteria (L/D > 30) maka dilanjutkan dengan
perbandingan span aktual

dengan span maksimum, jika ya maka dilanjut dengan pemodelan dengan software
ANSYS CFD dan Multiphysics, juga dilakukan analisis panjang span efektif, defleksi, dan
frekuensi natural bentangan, dilanjut dengan pemodelan tegangan, setelah didapat model
yang sesuai maka dilakukan perhitungan sis umur kelelahan bentangan bebas yang
merupakan tujuan utama tugas akhir.Didapat kesimpulan perkiraan sisa umur kelelahan pada
bentangan bebas yang kondisinya tidak melebihi panjang span maksimum, masih memiliki
umur lelah di atas service life 25. Sisa umur yang tejadi pada panjang bentangan 19,29 m
sebesar 82,83 tahun dan panjang bentangan 45,43 m sebesar 55,80 tahun.

3. “Analisis dan Simulasi Vortex Induced Vibration (VIV) Pada Freespan Pipa
Bawah Laut” Priyangga Kusuma Bawana
2015
Permasalahan yang biasa ditemui dalam sisten perpipaan bawah laut adalah freespan.
Freespan merupakan keadaan di mana pipa dalam kondisi membentang bebas tanpa adanya
struktur penopang pipa. Freespan tersebut rentan mengalami kegagalan struktur, seperti
kelelahan, yang disebabkan oleh vibrasi yang terjadi oleh vortex shedding atau biasa disebut
fenomena vortex induced vibration (VIV). Fenomena ini disebabkan oleh beban lingkungan
terutama gelombang dan arus laut.
Pada tugas akhir ini , analisis yang dilakukan terdiri dari analisis stabilitas, analisis tegangan
daripipelines, serta analisis kelelahan.Berdasar analisis stabilitas, gaya-gaya yang bekerja pada
pipa antara lain adalah gaya drag (0,157 N), gaya angkat (0,202 N), dan gaya inersia (11,855
N). Untuk berat terendam dari pipa sendiri memiliki nilaisebesar 278 kg/m dengan nilai SG
2,00. Menurut DNV RP-E305 nilai minimum SG untuk stabilitas pipa adalah 1,1 sehingga
dapat dikatakan pipa stabil.

4. “Analisis Kelelahan Pipa Pada Saat Instalasi di Berbagai Sudut Stinger dan
Ukuran Pipa” Galih Ramadhan
2017
Dalam beberapa kasus saat instalasi pipa di lepas pantai, terkadang beberapa kendala
teknis tidak dapat dihindari. Kendala teknis ini dapat meliputi kerusakan pada alat instalasi
seperti tensioner, mesin las, generator ataupun kerusakan pada system mooring, navigasi,
tenaga penggerak kapal dan lain-lain. Hal tersebut bisa berakibat terhentinya proses instalasi
pipa untuk waktu yang cukup lama. Dalam kondisi ini, pipa dapat diturunkan ke dasar laut
atau dipertahankan selama durasi tertentu hingga pipa mencapai batas kelelahan yang
diijinkan sesuai dengan hasil analisis, analisis tersebut akan menghasilkan berapa lama durasi
pipa dapat digantung.
Analisis ini dimulai denga pengumpulan data barge, pipa, dan data lingkungan.
Selanjutnya dilakukan pemodelan barge, pipa, dan data lingkungan menggunakan software.
Setelah itu dilakukan optimalisasi stinger dan barge roller. Kemudian dilakukan analisa statis
dan dinamis untuk selanjutnya didapat data yanga akan digunakan untuk analisis kelelahan
dan standby time.

Kesimpulan pada tugas akhir ini adalah umur standby time terkritis adalah pada pipa 24
inch dengan sudut stinger 80 sebesar 0,138 hari atau 3,3 jam karena perubahan sudut stinger
sangat berpengaruh pada stress yang terjadi pada pipa. Selain itu, mengubah sudut stinger
mampu membuat umur pipa saat standby time bertambah atau berkurang, tergantung pada
sudut stinger-nya

5. “Analisis Tegangan dan Vibrasi Pada Riser APNE-A dan APNF PT. Pertamina Hulu
Energi Offshore North West Java (ONWJ)”
Simon Juniasi
Lubis 2014
Sistem riser sangat vital sebagai media penghubung dan penyalur fluida antara fasilitas
diatas permukaan air dan pipa bawah laut. Sistem riser tersebut didesain untuk mampu
menerima berbagai beban, seperti beban fungsional dan beban lingkungan. Adanya
perubahan kondisi yang dialami oleh riser, baik itu diakibatkan oleh keadaan internal maupun
eksternal, dapat berdampak pada struktur material riser.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar tegangan yang dialami oleh riser dengan
variasi tekanan internal fluida, dan untuk mengetahui vibrasi yang dialami riser dengan
variasi diameter dan kecepatan fluida. Analisis statis dilakukan dengan menggunakan
software CAESAR untuk mengetahui besar tegangan yang diakibatkan oleh variasi tekanan
internal fluida.
Nilai tekanan internal yang masih dalam batas toleransi yakni 5Mpa dengan rasio 55%
terhadap SMYS material material. Analisis dinamis dilakukan dengan menggunakan software
ANSYS untuk mengetahui vibrasi yang dialami oleh riser dengan variasi kecepatan fluida.
Analisis frekuensi natural riser juga dilakukan dengan variasi diameter dan tekanan desain.
Analisis lokal dilakukan pada bentangan maksimal tiap riser, yakni 19.82 m (APNE-A) dan
19.86 m (APNF) untuk mengetahui karakteristik displacement yang terjadi.

6. “Analisis Panjang Bentangan Bebas Pipa Gas Bawah Laut (Studi Kasus KLA-KLB
Infield Flowline Milik Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java)”
Priyo Imam
Wicaksono 2018
Pipa bawah laut merupakan salah satu moda transportasi yang digunakan untuk
mengakomodasi penyaluran minyak dan gas di lepas pantai. Dalam proses penyaluran
minyak dan gas , pipa bawah laut dapat mengalami permasalahan salah satunya adalah
bentangan bebas. Bentangan bebas ini dapat mengakibatkan kegagalan kelelahan akibat
vortex induced vibration (VIV) dan kegagalan akibat bending berlebih, jika panjang
bentangan bebas yang terjadi melebihi panjang bentangan bebas yang diizinkan. Tujuan dari
tugas akhir ini adalah menghitung besar frekuensi natural bentangan bebas pipa dan
menentukan panjang allowale span pipa menggunakan kriteria screening fatigue DNV RP F-
105 dan kriteria allowable stress ASME B31.8.
Frekuensi natural dihitung menggunakan ketentuan DNV RP F-105 untuk panjang
bentangan bebas 1 m – 25 m. nilai frekuensi natural ini semakin mengecil seiring
bertambahnya panjang bentangan bebas pipa. Nilai frekuensi terbesar 944,391 Hz untuk arah
in-line dan cross-flow, sedangkan frekuensi terkecil adalah 1,423 Hz untuk arah cross-flow.
Panjang maksimum

hasil screenign criteria kelelahan pipa adalah sebesar 15 m yang diperoleh dari arah in-line.
Tegangan ekuivalen yang terjadi pada panjang bentangan bebas pipa sepanjang 15 m adalah
sebesar 640,26 MPa dengan rasio tegangan terhadap allowable stress ASME B31.8 sebesar
1,98. Bentangan bebas sepanjang 15 m mengalami kegagalan excessive yielding sehingga
panjang bentangan bebas maksimum yang diijinkan (allowable span) berkurang menjadi 9 m.
Tegangan ekuivalen yang terjadi pada panjang bentangan bebas 9 m adalah sebesar 282,36
MPa dengan rasio tegangan 0,88. Hasil pemodelan tegangan ekuivalen menggunakan
software AUTOPIPE yang terjadi pada bentangan bebas sepanjang 9 m adalah sebesar 268,13
MPa. Error terhadap oerhitungan tegangan ekuivalen manual adalah sebesar 5%.

7. “Analisis Stabilitas Pipa ‘Flowline’ Fleksibel Bawah Laut : Studi Kasus Platform Esra
Menuju Platform Esa PT. Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java”
Andree Yudi Wicaksono
2018
Pada transportasi hasil minyak dan gas, pipa bawah laut adalah salah satu moda yang
banyak digunakan. Pada penggunaan pipa bawah laut stabilitas menjadi hal yang harus
diperhatikan. Stabilitas pipa bawah laut sangat diperlukan baik saat kondisi instalasi maupun
kondisi operasi. Pipa bawah laut yang digunakan harus mampu menahan beban lingkungan
terutama gelombang dan arus laut. Pada tugas akhir dilakukan analisis stabilitas pipa fleksibel
bawah laut berdasarkan DNV RP F-105 tentang “On Bottom Stability Design of Submarine
Pipelines”. Analisis yang dilakukan meliputi analisis stabilitas lateral dan stabilitas vertikal.
Berdasarkan analisis stabilitas, pipa bawah laut dapat dikatakan stabil apabila memiliki nilai
faktor keamanan yang kurang dari atau sama dengan 1, baik stabilitas vertikal maupun lateral.
Selain itu pipa bawah laut dikatakan stabil apabila pergerakan lateralnya kurang dari 0,5 kali
diameter untuk zona 2, dan 10 kali diameter untuk zona 1 sesuai dengan DNV RP F-109.
Besar gaya hidrodinamis arah horizontal pada kondisi instalasi adalah 4,77 N/m dan pada
kondisi operasi adalah 23,31 N/m. Besar gaya hidrodinamis vertikal pada kondisi instalasi
adalah 4,39 N/m dan pada kondisi operasi adalah 35,06 N/m. Hasil analisi stabilitas pipa
menunjukkan bahwa dengan konfigurasi pemberat dengan jarak 10 meter dan massa concrete
weight 663 kg pada tiap titiknya, memiliki kriteria desain vertikal 0,328 dan kriteria desain
lateral 0,076. Dari hasil simulasi dinamis menggunakan OrcaFlex didapatkan nilai pergerakan
lateral maksimum 32 mm pada zona 1 dan 33,4 mm pada zona 2. Sesuai DNV RP F-209
konfigurasi ini memenuhi kriteria stabilitas dan pipa dapat dikatakan stabil.

8. “Analisis Fatigue - Fracture Mechenics pada Riser Porch Flexible Riser


FPSO Belanak” Martha Fiskisetya K
2009

Flexible Riser merupakan suatu komponen dari struktur yang berupa pipa vertical yang
mempunyai sifat lentur dan berfungsi sebagai saluran yang menghubungkan antara Wellhead
dengan struktur tersebut. Pada struktur flexible riser, adanya pengaruh eksitasi gelombang
yang berubah terhadap fungsi waktu (utamanya pada daerah interface) akan dapat
mengakibatkan retakan, ketika sebuah struktur melewati umur kelelahannya.
Pada proses perhitungan yang dilakukan akan meliputi analisa perhitungan global untuk
mendapatkan nilai tension pada riser porch. Setelah itu akan dilakukan analisa lokal dengan
input nilai tension yang dihasilkan pada analisa global menggunakan metode elemen hingga
untuk mengetahui perilaku perambatan retak yag akan menyebabkan terjadinya fracture
failure. pada prosesnya, akan dilakukan validasi dengan menggunakan code DNV OS-F201.

Kesimpulan pada tugas akhir ini adalah bahwa pada pengerjaannya, digunakan software
MOSES untuk menghasilkan RAO dan wave drift, lalu digunakan software ORCAFLEX
untuk mencari analisa tension global, serta digunakan software ANSYS untuk menemukan
teganagan Von Mises. Kesimpulan selanjutnya adalah bahwa kecepatan perambatan retak
adalah 3.08 x 10-6 mm/cycle. Kesimpulan yang ketiga adalah bahwa panjang retak kritis dari
struktur akan terjadi setelah 3.79x10 8 siklus. Lalu kesimpulan terakhir adalah bahwa kenyatan
dilapangan akan selalu diadakan inspeksi berkala untuk mendeteksi retak awal.

9. “Analisa Kelelahan Struktur Steel Catenary Riser Akibat Vortec Induced Vibration dan
Pergerakan Semi-Submersible”
Marsanura
Hibatullah 2018

Steel Catenary Riser adalah riser yang berkonfigurasi catenary yang terbuat dari pipa baja.
Fatigue yang terjadi pada SCR dapat disebabkan oleh motion dari Floating Unit yang
terhubung dengan Riser dan Vortec-Induced Vibration.

Pada proses pengerjaannya dilakukan pemodelan struktur Semi-Submersible, lalu


dilakukan validasi dengan membandingkan parameter hidrostatik yang dihasilkan oleh
software maxurf dan MOSES. Selanjutnya adalah memodelkan Steel Catenary dengan
menggunakan Orcaflex untuk mencari Bending Moment dan Effective Tension. Pada tahap
selanjutnya dilakukan perhitungan tegangan pada SCR mengacu pada DNV RP F204,
perhitungan ini menggunakan metode rainflow counting. Dan terakhir adalah untuk
mengetahui umur kelelahan dilakukan dengan menggunakan metode Miner yang mengacu
pada Codes yang ada

Kesimpulan dari tugas akhir ini adalah bahwa Fatigue pada SCR terjadi akibat beban siklis
yang terjadi akibat beban gelombang ordo 1 dan 2 serta Vortec Induced Vibration. Lalu
kesimpulan keduanya adalah bahwa effective tension terbesar terjadi pada bagian top riser
atau hang-off location (flex joint). lalu kesimpulan terakhir adalah bahwa SCR jenis Grade
X65, diameter 20 inch memiliki umur fatigue sebesar 74,49 tahun.

10. “Analisis Fatigue Akibat Vortex Induced Vibration Pada Riser Tension Leg Platform”
Lilis
Purwanti
2008
Analisis fatigue akibat vortex induced vibration (VIV) pada riser tension leg platform
dimaksudkan untuk mengetahui besarnya respon yang terjadi pada riser, menghitung
tegangan riser dan mengkaji umu kelelahan riser tersebut. VIV dalam kondisi di mana
frekuensi vortex
shedding beresonansi dengan frekuensi alami struktur dapat menyebabkan terjadinya fatigue
dalam waktu yang tertentu. Data yang digunakan merupakan data riser West Seno TLP-A di
Selat Makassar. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode full spectral dan closed
form fatigue equation serta software dalam 3 tahapan. Analisis pertama yaitu riser dibagi
menjadi 10 segmen dengan panjang tiap segmennya adalah 91,18 m. Analisis kedua riser
dibagi menjadi 25 segmen dengan panjang masing- masing segmen adalah 36,75 m.
Sedangkan analisis ketiga riser dibagi menjadi 50 segmen dengan panjang tiap segmennya
adalah 18,38 m. Dari hasil analisis full spectral diketahui bahwa VIV terjadi pada saat
frekuensi natural riser = 1,42 Hz. Aliran vortex yang terjadi pada sekitar riser kurang teratur
karena harga Reynold Number antara 5,11x104 ~ 9,17x104. Harga reduced velocity (Vr)
berdasarkan hasil analisis adalah 0,14 – 5,7, maka respon yang terjadi adalah in-line response
dan cross-flow response. In-line response terjadi pada harga 1,0 < Vr < 3,7 sedangkan cross-
flow response terjadi pada harga 3,7 < Vr < 5,7. Amplitudo riser akibat in-line response
adalah 0,03 m dan 0,07 m, sedangkan amplitudo riser akibat cross-flow response adalah 0,34
m dan 0,41. Jadi cross-flow response riser akibat VIV lebih besar dibandingkan in-line
response. Untuk perhitungan umur kelelahan riser telah digunakan kurva S-N kelas B1. Hasil
analisis fatigue damage VIV dengan software diketahui bahwa riser A1 mengalami gaya
vortex yang paling besar, sehingga analisis umur kelelahan difokuskan pada riser A1. Umur
kelelahan riser A1 berdasarkan hasil perhitungan dengan closed form fatigue equation adalah
2531 tahun pada segmen I, 3656 tahun pada segmen II, dan 3673 tahun pada segmen III.
Hasil ini menunjukkan bahwa riser akan aman dioperasikan sesuai dengan umur perencanaan
TLP-A.

3. Ide dan Gagasan Judul Tugas Akhir


Ketika kapal tanker yang mentransportasikan minyak dari suatu sumur minyak ataupun dari
kilang-kilang gas menuju wilayah yang padat penduduk sehingga tidak memungkinkan kapal
tanker tersebut berlabuh dan melakukan proses bongkar muat di pelabuhan terdekat. Untuk
mengatasi masalah tersebut terminal penerima lepas pantai dalam hal ini adalah SPM ( single
point mooring) digunakan untuk melakukan proses bongkar muat yang kemudian cairan
tersebut dikirimkan melalui pipa bawah laut menuju terminal penerima. Bertambahnya
kebutuhan akan energi dalam hal ini adalah migas tentunya akan menambah aktifitas dari
pipa tersebut sehingga meningkatkan potensi kegagalan akibat kelelahan. Dalam tugas akhir
kali ini penulis bermaksud untuk menganalisa kelelahan pipa akibat faktor eksternal pipa dan
internal pipa sehingga kita mampu memprediksi usia operasi dan solusi untuk
penanggulangan kegagalan akibat kelelahan.

4. Sumber Refrensi Lain Untuk P1

Yue Q J, Lu Q Z, Yan J, et al. Tension behavior prediction of flexible pipelines in shallow water.
Ocean Engineering, 2013

Gong S F, Xu P. The influence of sea state on dynamic behaviour of offshore pipelines for
deepwater S-lay, Ocean Engineering, 2013
Offshore Standard: ‘‘Submarine Pipeline Systems’’, DNV-OS-F101, Det Norske Veritas, 2013
11.

Anda mungkin juga menyukai