Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN TUGAS METODOLOGI

PENELITIAN

DRAFT PROPOSAL TUGAS AKHIR

Raymond Danielle Mulya


NRP. 04311740000066

Dosen Pengampu:

Dr. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc


Suntoyo, S.T., M.Eng, Ph.D

DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2020
Analisis Ultimate Strength dan Fatigue Berbasis Keandalan Pada Struktur
Jacket dengan Variasi Aging Corrosion

Nama Mahasiswa : Raymond Danielle Mulya

NRP : 04311740000066

Departemen : Teknik Kelautan

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak bumi dan gas alam yang mempunyai ratusan
anjungan lepas pantai yang tersebar diseluruh wilayah perairan Indonesia. Kebanyakan dari anjungan
tersebut berjenis fixed structure dan rata-rata telah berusia lebih dari 20 tahun dan telah melewati batas
service life. Untuk menekan pengeluaran maka penggunaan kembali (reuse) dari anjungan lepas pantai
menjadi salah satu pilihan yang sering dipilih. Struktur yang sudah berumur tua tentu saja mengalami
berbagai macam penurunan kualitas, salah satu permasalahan yang paling sering terjadi adalah korosi
yang disebabkan umur dari struktur (aging corrosion). Korosi terjadi karena reaksi antara lingkungan
dengan material struktur, hal ini berdampak pada menipisnya wall thickness dari material struktur
tersebut. Dalam pengambilan keputusan penggunaan kembali struktur yang sudah berumur tentu saja
dibutuhkan peninjauan ulang (reassessment) terhadap keamanan struktur tersebut apakah masih layak
beroperasi atau membutuhkan perbaikan maupun modifikasi lebih lanjut. Untuk itu perlu dilakukan
analisa terhadap kekuatan ultimate dan umur kelelahan untuk mengetahui integritas dari struktur
tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penilaian dari struktur yang sudah berumur
termasuk nilai keandalan dari struktur tersebut. Sehingga dapat ditentukan apakah struktur yang sudah
berumur tersebut dapat digunakan kembali atau tidak, dan perbaikan atau modifikasi di bagian mana
yang diperlukan untuk menjamin keamanan dan integritas kekuatan struktur tersebut untuk digunakan
kembali.

Kata kunci : Ultimate Strength, Kelelahan, Keandalan, Jacket, Aging Corrosion.


Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan industri semakin pesat dari waktu ke waktu, ditambah
dengan revolusi industri 4.0 yang membuat perkembangan teknologi menjadi tuntutan dalam
segala aspek. Perkembangan ini juga membuat kebutuhan energi termasuk minyak dan gas
semakin meningkat. Eksplorasi dan eskploitasi minyak dan gas di lepas pantai membutuhkan
struktur yang dapat mendukung aspek kegiatan yang dapat menahan beban lingkungan (angin,
gelombang, pasang surut, dan arus) dan menyediakan area kering untuk melakukan operasi.

Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak bumi dan gas alam yang mempunyai
ratusan anjungan lepas pantai yang tersebar diseluruh wilayah perairan Indonesia. Sebagian
besar dari anjungan lepas pantai yang ada, umumnya berjenis tetap (fixed offshore platform)
(Riskiya,2017). Untuk Indonesia yang paling sesuai adalah jacket fixed offshore platform,
karena kondisi laut Indonesia yang secara umum termasuk dalam kategori perairan dangkal
dan beban dinamis (angin, gelombang, pasang surut dan arus) yang relatif tidak besar
(Soegiono,2004). Jacket platform adalah jenis struktur yang sering dijumpai pada kondisi
dangkal (shallow water depth) di Indonesia dengan jumlah kaki 3 sampai 8 dengan normal
kedalaman perairan yang menggunakan struktur ini ≤ 500 m. Struktur ini memiliki bagian
diantaranya kaki (leg), penguat (braces), dan pile. Jacket digunakan untuk menopang fasilitas
yang berada diatasnya agar bersifat tegar dan mampu menahan beban statis maupun dinamis.
Struktur ini biasa digunakan sebagai fasilitas wellhead, produksi, maupun supporting structure.
(Chakrabarti, S. 2005).

Masalah yang dihadapi kebanyakan existing platform adalah usia dari bangunan lepas
pantai yang telah melewati usia operasi. Dari total 223 struktur lepas pantai yang dimiliki hanya
5% dari jumlahnya yang merupakan platform baru dengan usia kurang dari 10 tahun, dan
sebanyak 15% untuk usia 11-20 tahun. Platform-platform ini masih termasuk kategori platform
yang design life-nya belum habis. Sedangkan sisanya, sekitar 80% platform merupakan
platform dengan usia lebih dari 20 tahun, yang telah dilakukan service life extension guna
memperpanjang umur operasinya dikutip dari penelitian (Anis,2017). Struktur yang telah
melewati service life nya memiliki pilihan untuk dapat digunakan kembali (reuse) atau
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

dilakukan proses decommissioning sesuai peraturan yang diberlakukan oleh pemerintah. Untuk
menghemat biaya maka biasanya platform yang sudah berumur akan digunakan kembali
dengan beberapa modifikasi untuk memperpanjang umur operasi dari struktur (life extension)
.Untuk mengelola struktur yang sudah berumur dibutuhkan assessment ulang untuk meninjau
kekuatan cadangan struktur tersebut agar struktur dapat beroperasi secara aman pada sisa umur
operasinya. Berdasarkan API RP 2A-WSD 21st edition, struktur bangunan lepas pantai
mengalami berbagai macam kondisi pembebanan. Kondisi pembebanan tersebut meliputi
beban mati (dead load), beban hidup (live load), beban lingkungan (environmental), beban
konstruksi, beban pengangkatan dan reinstalasi, serta beban dinamis (Krisytha,2017). Akibat
beban tersebut maka struktur akan mengalami berbagai masalah yang mengancam integritas
dari struktur tersebut seperti bencana alam, crack, marine growth, collision, dan corrosion.
Korosi merupakan suatu hal yang sering menjadi masalah bagi struktur bangunan lepas pantai
karena adanya reaksi antara struktur dengan lingkungan di sekitarnya, korosi yang biasanya
timbul seiring dengan bertambahnya usia disebut dengan aging corrosion.

Analisis pushover atau analisis ultimate strength merupakan analisis yang digunakan
untuk mengetahui kapasitas suatu struktur dalam menerima beban maksimal (Raden,2017).
Metode pushover digunakan dengan memberikan beban secara bertahap (incremental loads)
hingga struktur tersebut mengalami keruntuhan. Dari hasil analisis ini dapat diketahui member
mana yang memiliki RSR (Reserve Strength Ratio) terkecil. Kemudian dilakukan analisis
kelelahan (fatigue) yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui usia kelelahannya, analisis
ini digunakan pada member-member dengan RSR terendah. Setelah itu perlu dilakukan analisis
resiko dan keandalan, karena usia struktur yang sudah tua dan melebihi batas operasi serta
beban lingkungan yang diterimanya, analisis resiko diperlukan untuk menentukan peluang
kegagalan dari struktur serta konsekuensi. Sehingga dapat dipastikan struktur tersebut aman
saat beroperasi, selain itu analisis resiko juga bertujuan untuk mengetahui level resiko yang
dihasilkan akibat beban yang diterima oleh struktur (DNV RP G101, 2010). Analisis keandalan
dilakukan dengan menentukan probability of failure atau peluang kegagalan dari struktur
kemudian dilanjutkan dengan simulasi Monte Carlo untuk mendapat indeks keandalan dari
struktur.

Pada tugas akhir ini, akan dilakukan analisis terhadap ultimate strength dan kelelahan
dari struktur dengan variasi tingkat aging corrosion yang didefinisikan dengan berkurangnya
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

ketebalan pada material. Kemudian akan dicari PoF untuk mendapat nilai keandalan dari
struktur tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah dari tugas
akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Berapa nilai RSR (reserve strength ratio) struktur jacket platform akibat dari variasi
aging corrosion ?
2. Berapa umur kelelahan (fatigue) dari struktur jacket platform akibat dari variasi aging
corrosion ?
3. Berapa nilai keandalan dan indeks keandalan struktur jacket platform terhadap
keruntuhan pada variasi laju aging corrosion ?
4. Bagaimana hubungan antara aging corrosion terhadap keandalan dari struktur jacket ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui besar RSR (Reserve Strength Ratio) dari stuktur jacket platform terhadap
masing-masing variasi aging corrosion dengan metode non-linear pushover analisis
menggunakan perangkat lunak SACS.
2. Mengetahui pengaruh masing-masing variasi aging corrosion terhadap umur kelelahan
dari struktur jacket.
3. Mendapatkan keandalan dari struktur jacket untuk setiap variasi aging corrosion
4. Mengetahui pengaruh aging corrosion terhadap keandalan dari struktur jacket.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penulisan tugas akhir ini adalah mengetahui nilai RSR dan umur
kelelahan dari struktur jacket akibat dari aging corrosion yang diberikan. Dengan demikian dapat
diketahui bagaimana pengaruh aging corrosion terhadap keandalan dan kelayakan dari sebuah struktur
yang telah mengalami korosi karena umur struktur yang tua. Diharapkan tugas akhir ini dapat
bermanfaat untuk menganalisis sebuah struktur yang mengalami aging corrosion karena umurnya yang
sudah tua dapat ditentukan apakah struktur tersebut masih layak digunakan kembali dan perbaikan atau
modifikasi apa yang dibutuhkan untuk struktur tersebut.
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

1.5 Batasan Masalah

Untuk memfokuskan pembahasan dan mempermudah perhitungan maka perlu adanya ruang
lingkup dari penelitian yang dilakukan sebagai berikut :

1. Analisis dilakukan pada struktur bagian jacket.


2. Analisis dari struktur ditinjau berdasarkan standar codes API RP-2A WSD (alternatif : API RP-
2A LRFD).
3. Beban yang bekerja merupakan beban aksial dan lateral.
4. Pemodelan dan analisis struktur jacket menggunakan perangkat lunak SACS.
5. Subsidence, Settlement, dan Scouring diabaikan.
6. Laju korosi yang terjadi adalah laju korosi per tahun terhadap struktur tanpa memperhitungkan
proses terjadinya korosi.
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Jacket Fixed Offshore Platform didesain mampu bertahan pada saat kondisi operasi dan
kondisi badai. Pada saat beroperasi struktur menerima beberapa macam pembebanan. Berdasarkan API
RP 2A-WSD 21st Edition, struktur bangunan lepas pantai mengalami berbagai macam kondisi
pembebanan yaitu meliputi beban mati (dead load), beban hidup (live load), beban lingkungan
(environmental), beban konstruksi, beban pengangkatan dan reinstalasi, beban dinamis. Sehingga untuk
menjaga platform beroperasi secara aman selama operasinya membutuhkan inspeksi dan penilaian
(assessment) untuk mengetahui integritas struktur.

Menurut Setiarini (2017), Terdapat banyak platform di Indonesia yang telah beroperasi
melebihi service life. Selama umur operasinya platform tersebut telah mengalami kemunduran antara
lain adanya anomaly atau kerusakan pada struktur baik primary member maupun secondary member
yang ditemukan pada saat inspeksi, adanya perubahan terhadap desain awal struktur yang dapat
menambah beban yang diterima oleh struktur tersebut yaitu penambahan fasilitas, perubahan keadaan
lingkungan, penambahan komponen dari pondasi, riser, conductor, dan perubahan fisik dari seabed
misalnya adanya scouring atau subsidence. Dengan adanya struktur yang telah beroperasi melebihi
service life maka perlu dilakukan analisa untuk mengetahui kekuatan cadangan struktur tersebut agar
struktur dapat beroperasi secara aman pada sisa umur operasinya. Menurut ISSC (2006), kekuatan
ultimate dari member dan sistem struktur adalah ukuran sebenarnya dalam penilaian kekuatan yang
berarti, bahwa kekuatan ultimate adalah kapasitas maksimal yang dapat dimiliki struktur. Tidak ada
penambahan beban yang dapat dibawa melebihi kekuatan ultimate. Dibawah kombinasi beban umum,
buckling dan yielding mendominasi kekuatan ultimate pada saat tegangan tekan dominan, di mana
hanya yielding yang mendominasi kekuatan ultimate ketika tegangan tarik dominan.

Analisa ultimate strength atau pushover analysis merupakan analisis statis non linier untuk
mengetahui besarnya kapasitas struktur dalam menerima beban maksimal hingga struktur mengalami
keruntuhan (Robayasa, 2012). Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan simulasi penambahan
beban secara bertahap sampai struktur tersebut runtuh. Dari hasil tersebut akan diketahui Reserve
Strength Ratio (RSR) atau rasio kekuatan cadangan struktur untuk mengetahui jacket memiliki cukup
kekuatan dan stabilitas dalam menahan beban akibat overstress lokal yang melebihi tegangan ijin
namun tidak sampai mengalami keruntuhan. Struktur dianalisis berdasarkan variasi kedalaman
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

subsidence guna mengetahui keandalan apabila struktur mengalami perubahan dari desain
perancangannya.

Analisis keruntuhan dengan penambahan beban pada struktur fixed offshore platform telah
banyak dilakukan oleh mahasiswa Teknik Kelautan antara lain Arief Santoso Wijaya (2006) yang
membahas “Analisa Kekuatan Ultimate Struktur Jacket Dengan Pendekatan LRFD dan Berbasis
Keandalan”, Nasta Ina Robayasa (2012) yang membahas “Analisa Kekuatan Ultimate Struktur Jacket
Well Tripod Platform Berbasis Resiko” dan Bunga Septya Winata Sari (2015) yang membahas “Analisa
Kekuatan Ultimate Berbasis Resiko Pada Struktur Jacket Wellhead Tripod Platform Akibat Terjadinya
Scouring” dan Ainillah (2017) yang membahas “Analisa Ultimate Strength Struktur Jacket Platform
Berbasis Keandalan Pasca Subsidence”. Para peneliti tersebut melakukan analisis keruntuhan bangunan
laut dengan metode penambahan beban secara bertahap sampai struktur mengalami keruntuhan
sehingga didapatkan reserve strength ratio dari struktur. Namun sampai saat ini belum ada penelitian
mengenai analisis kekuatan ultimate yang dilakukan akibat variasi aging corrosion pada platform.
Aging corrosion merupakan korosi yang terjadi karena umur dari struktur yang dapat mempengaruhi
integritas dari struktur tersebut. Aging corrosion telah terjadi hamper pada setiap platform yang berumur
dan dari sini penulis merasa perlu untuk diadakannya suatu penelitian mengenai bagaimana sebenarnya
kekuatan dari platform yang mengalami aging corrosion dengan berbagai variasi laju korosi. Sehingga
untuk kedepannya apabila analisis ini dilakukan pada setiap platform, hasilnya dapat dijadikan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan yang tepat pada struktur yang sudah berumur dan akan
digunakan kembali.

Analisa tentang aged platform saat ini belum banyak dilakukan. Ada beberapa penelitian
tentang aged struktur yang telah dilakukan, diantaranya Ossai (2017) melakukan analisa tentang aged
struktur pada struktur renewable energy. Dalam penelitiannya Ossai melakukan optimasi terhadap
model struktur yang mengalami aging degradation yang berbeda. Selanjutnya penelitian dilakukan oleh
Shen et. al. (2015) tentang metode untuk assessment aged platform. Dalam hasil analisanya analisa
integritas platform dapat dilakukan dengan mengimplementasikan tes dinamis tanpa tambahan data
lainnya. Sedangkan Ppan (2008) melakukan penelitian tentang safety assessment terhadap mechanical
structure dan hubungannya dengan umur struktur. Dari hasil analisanya akan diperoleh data –data yang
bias digunakan untuk pertimbangan langkah selanjutnya yang harus diambil terhadap struktur.

Bangunan laut seperti jacket structure berpeluang mengalami kerusakan akibat adanya
kelelahan pada struktur. Kelelahan atau fatigue yang terjadi pada struktur jacket terjadi akibat adanya
beban dinamis yang terjadi secara berulang. Konsep dasar dari penyebab kelelahan struktur adalah
adanya pengaruh beban dinamis yang bekerja pada struktur tersebut. Akibatnya, selama masa operasi
bagian-bagian pada struktur akan mengalami stress pada lokasi tertentu (ISO: 19902, 2007). Pada
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

umumnya daerah yang paling rentan mengalami kegagalan akibat beban fatigue adalah daerah
sambungan (Joint). Kondisi akan semakin parah apabila ternyata terdapat cacat atau diskontinuitas
geometri struktur yang terjadi saat fabrikasi. Diskontinuitas geometri struktur dapat memicu timbulnya
retak (crack) kecil pada struktur yang apabila terkena beban secara terus menerus bisa mengalami
penjalaran retak (crack propagation), sehingga dapat menimbulkan kegagalan struktur. Untuk
mengantipasi terjadinya kegagalan pada struktur, perlu dilakukan analisa umur kelelahan struktur pada
saat perancangan struktur, agar jangan sampai kegagalan struktur terjadi sebelum umur operasi
terlampaui. API RP 2A 21st edition merekomendasikan untuk menggunakan metode spectral analysis.
Dalam analisa kelelahan struktur jacket platform, analisa umur kelelahan dilakukan berdasarkan pada
fluktuasi beban dinamis yang diterima struktur selama masa umur perencanaannya. Sedangkan untuk
mengetahui sisa umur kelelahan struktur, dapat diketahui setelah memperoleh informasi kondisi
struktur dan beban selama operasi. Umur kelelahan struktur dapat dicari dengan menggunakan
persamaan Palmgren-Miner. (Warastomo,2006).

Baik analisa fatigue maupun keandalan telah beberapa kali dilakukan oleh mahasiswa terknik
kelautan, diantaranya Kusuma (2006) membahas tentang analisa kekuatan ultimate jacket platform
dengan pendekatan plastic hinged berbasis keandalan, Irfan (2011) yang membahas tentang analisa
kelelahan berbasis resiko pada ETB jacket platform untuk perpanjangan umur operasi serta Wicaksono
(2010) melakukan analisa keandalan scantling support structure system gas processing module FPSO
Belanak terhadap beban kelelahan. Mengembangkan dari penelitian-penelitian sebelumnya, pada
penelitian ini membahas analisa keandalan terhadap kelelahan dengan mempertimbangkan variasi
korosi perpanjangan umur operasi.

2.2 Dasar Teori

2.2.1 Gambaran Umum Struktur Jacket Fixed Platform

Jacket Fixed Platform merupakan salah satu jenis bangunan lepas pantai yang berfungsi sebagai
fasilitas produksi dan operasi suatu ladang pengeboran minyak. Tipe anjungan ini memanfaatkan
kekuatan dari kakinya yang didukung oleh konfigurasi member (brace) dan pile yang tertancap dalam
tanah mampu menahan beban vertikal akibat beban fungsional, berat struktur dan fasilitas pendukung
serta menahan beban horizontal dan momen lentur akibat beban lingkungan (angin, gelombang, arus,
dan lain-lain). Jacket Platform yang merupakan anjungan lepas pantai terpancang yang mulai digunakan
sejak awal industri lepas pantai, struktur ini dipancang dengan pile yang mempunyai lateral stiffness
untuk menahan beban gelombang, arus, angin pada kedalaman air sekitar 0-400 meter (Prihantika,
2013). Jacket fixed platform merupakan bangunan terpancang yang komponen-komponennya terdiri
sebagai berikut :
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

1. Deck / Topside berfungsi sebagai penyokong peralatan, pengeboran dan kegiatan yang dikerjakan di
atas air. Deck berada pada ketinggian tertentu di atas MSL. Deck dibagi-bagi menjadi beberapa tingkat
sesuai dengan kebutuhan dan fungsi yang dibutuhkan.

2. Jacket berupa konstruksi pipa turbular yang sebagian besar terendam air hingga dasar laut. Berfungsi
untuk melindungi pile agar tetap berada pada posisinya, menyokong deck dan melindungi conductor
serta menyokong sub-struktur lainnya seperti boat landing, barge bumper dan lain-lain. Elemen utama
struktur jacket antara lain braces, joint, jacket leg, riser, deck leg.

3. Pile diletakkan didalam kaki jacket akan dipancangkan pada dasar laut. Antara pile dengan jacket
terkadang dilakukan grounting untuk menambah kekakuan dan agar pile dan jacket menyatu. Fungsi
utama tiang pancang adalah sebagai pondasi struktur jacket untuk meneruskan beban axial dan lateral
yang ditransformasikan ke tanah. Untuk itu selain karakteristik pondasi jacket platform selain
ditentukan oleh perancangan tiang pancang itu sendiri juga ditentukan oleh kondisi tanah yang ada (soil
mechanics).

Gambar Jacket Fixed Platform

2.2.2 Teori Pembebanan Struktur Bangunan Lepas Pantai Terpancang


Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

Berdasarkan kriteria dari API RP 2A WSD, berikut penjelasan tentang beban-beban pada
anjungan lepas pantai :

a. Beban Mati / Dead Load

Yang termasuk dalam kategori beban mati atau dead load pada anjungan lepas pantai terpancang
menurut API RP 2A WSD adalah berat dari seluruh anjungan itu sendiri serta berat equipment yang
terpasang secara permanen. Beban mati meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Berat struktur itu sendiri seperti tiang pancang, bangunan atas, deck dan grout.

2. Berat equipment dan appurtenance yang berada di anjungan secara permanen.

3. Gaya-gaya hidrostatis yang bekerja pada bagian struktur di bawah permukaan air, yang
meliputi tekanan hidrostatis dan gaya apung.

b. Beban Hidup / Live Load

Beban hidup merupakan beban yang diterima platform dalam kondisi operasi, yang dapat berubah-ubah
sesuai kondisi operasinya. Yang termasuk dalam beban hidup adalah sebagai berikut :

1. Berat dari equipment untuk pengeboran atau produksi yang tidak permanen

2. Berat dari heliport, peralatan penunjang kehidupan (life-support), peralatan selam dan
peralatan lain yang dapat ditambahkan atau dilepaskan sesuai kondisi operasi.

3. Berat dari suplai dan cairan yang berubah mengikuti fungsi waktu yang ada pada tangka
penyimpanan.

4. Gaya-gaya yang diterima struktur selama operasi seperti drilling, vessel mooring dan beban
helicopter di heliport.

5. Beban crane pada saat kondisi operasi, dalam artian sedang melakukan kegiatan
pengangkutan dan peletakkan.

c. Beban Lingkungan

Beban lingkungan yang bekerja pada struktur biasanya disebabkan oleh fenomena-fenomena alam.
Struktur harus mampu menghadapi beban lingkungan dari segala arah. Beban lingkungan adalah beban
yang terjadi pada platform yang disebabkan oleh kejadian alam, antara lain beban gelombang, arus,
gempa, es, juga perubahan yang terjadi pada tekanan hidrostatic dan buoyancy akibat perubahan dari
ketinggian air yang disebabkan oleh pasang surut dan gelombang.
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

2.2.3 Kondisi Pembebanan

Pada analisis statis sebuah struktur harus mempertimbangkan nilai unity check (UC) dari setiap
komponen kurang dari 1 sebagai batas maksimum dengan kondisi pembebanan sebagai berikut.

1. Kondisi normal operasional dengan dead load dan maksimum live load.

2. Kondisi normal operasional dengan dead load dan minimum live load.

3. Kondisi ekstrim dengan dead load dan maksimum live load.

4. Kondisi ekstrim dengan dead load dan minimum live load.

2.2.4 Korosi

Korosi merupakan peristiwa alam yang terjadi akibat reaksi alami material dengan lingkungan.
Korosi juga didefinisikan sebagai degradasi material yang disebabkan oleh reaksi antara material dan
lingkungannya. Komponen utama korosi ada dua, yaitu material dan lingkungan (Wijayanti, 2017).

Mekanisme terjadinya korosi (Andhi G., 2011)

Skema diatas dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Anoda : terjadi reaksi anodik dimana logam Fe larut menjadi ion Fe2+

2. Katoda : terjadi reaksi katodik

3. Elektrolit sebagai media perantara electron

Faktor yang mempengaruhi korosi dibedakan menjadi dua jenis yaitu internal dan eksternal.
Faktor internal dapat didefinisikan sebagai faktor yang berasal dari bahan itu sendiri seperti kemurnian
bahan, bentuk Kristal, struktur penyusun bahan, unsur-unsur yang ada dalam bahan, dan sebagainya.
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan seperti suhu, kelembaban,
keberadaan zat-zat kimia korosif, derajat keasaman, temperatur, pergerakan fluida, potensial
elektrokimia, dan lain-lain.

Struktur jacket yang beroperasi di lepas pantai akan mengalami korosi. Salah satu penyebab
terjadinya korosi adalah timbulnya reaksi reduksioksidasi antara unsur dengan kondisi media yang
mendukung. Struktur jacket merupakan struktur baja yang tercelup di air laut. Pada kondisi ini akan
terjadi reaksi yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Fe Fe2+ + 2e-

Jika logam dianggap terletak pada udara terbuka ataupun air laut (media) maka akan mengalami
reaksi katodik seperti berikut:

O2 + 4e-- + 2H2O 4OH-

Kombinasi dari kedua reaksi di atas merupakan reaksi reduksi dan oksidasi dimana hasil dari
reaksi tersebut adalah garam besi yaitu:

2Fe + O2 + 2H2O 2Fe(OH)2

Reaksi di atas akan berlangsung secara terus menerus karena ketidakstabilan yang terjadi jika berada di
udara sehingga pada akhirnya besi akan habis terkorosi. Jika ini terjadi pada jacket dan tidak ada upaya
untuk menghambat ataupun mengendalikan maka akan berbahaya terhadap struktur itu sendiri.

2.2.4.1 Laju Korosi

Laju korosi adalah kecepatan rambatan atau kecepatan penurunan kualitas suatu material
terhadap waktu. Laju korosi berkaitan erat dengan komponen kimia material dan kondisi fisik material
pada tempat. Suatu material cenderung akan memiliki laju korosi yang rendah apabila komposisi karbon
lebih rendah dari 0,2 % . Apabila dilihat dari kondisi fisik suatu material, maka yang paling berpengaruh
adalah temperature, tingkat keasaman suatu lingkungan, kelembaban udara, dan lain sebagainya. Dalam
kondisi real di lapangan kondisi lingkungan memegang peranan penting dalam menentukan cepat
lambatnya laju korosi pada suatu material.

Metode kehilangan berat merupakan metode untuk perhitungan laju korosi dengan mengukur
kekurangan berat akibat korosi yang terjadi. Metode ini menggunakan jangka waktu penelitian hingga
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

didapatkan jumlah kehilangan berat akibat korosi. Berdasarkan ASTM G31-72, persamaan untuk
menghitung laju korosi adalah sebagai berikut :

Dengan :

W = Kehilangan berat (mg)

K = konstanta (mpy = 3,45 x 106)

D = Kerapatan benda uji (g/cm3)

A = Luas permukaan yang terkorosi (m2)

T = Waktu eksposure (jam)

Metode yang digunakan pada persamaan diatas adalah dengan mengukur kembali berat awal
suatu material, berkurangnya berat dari berat awal material merupakan nilai kehilangan berat.
Kekurangan berat ini dimasukkan ke dalam persamaan untuk mendapatkan laju kehilangan berat atau
disebut juga dengan laju korosi (corrosion rate). Metode ini merupakan metode yang paling sering
dipakai dalam mencari laju korosi suatu material karena merupakan metode paling baik dan paling
mudah dilakukan.

2.2.4.2 Jenis Korosi

Secara umum, jenis dari korosi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Korosi Seragam ( Uniform Corrosion )

Korosi seragam merupakan korosi dengan serangan merata pada seluruh permukaan logam.
Korosi terjadi pada permukaan logam yang terekspos pada lingkungan korosif. Proses terjadinya korosi
ini adalah secara kimia atau elektrokimia secara teratur dengan laju konstan dan terjadi secara merata
pada permukaan, hal ini mengakibatkan logam makin lama makin menipis. Dalam medium cairan,
korosi merata menyebabkan pelarutan logam dan mengakibatkan logam mengalami kehilangan berat.
Jenis korosi ini dapat diketahui dengan baik karena tampilanya serangannya yang menyeluruh dan
seragam di semua permukaan logam. Korosi ini terjadi jika lingkungan korosif mempunyai akses yang
sama ke seluruh bagian dari permukaan logam dan secara thermodinamika logamnya harus mempunyai
komposisi kimia yang sama.

2. Korosi Galvanik
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

Korosi galvanik terjadi jika dua logam yang berbeda tersambung melalui elektrolit sehingga
salah satu dari logam tersebut akan terserang korosi sedang lainnya terlindungi dari korosi. Untuk
memprediksi logam yang terkorosi pada korosi galvanic dapat dilihat pada deret galvanic.

3. Korosi Celah

Mirip dengan korosi galvanik, dengan pengecualian pada perbedaan konsentrasi media
korosifnya. Celah atau ketidak teraturan permukaan lainnya seperti celah paku keling ( rivet ), baut dan
sebagainya, yang bersentuhan dengan media korosif dapat menyebabkan korosi terlokalisasi.

4. Korosi Sumuran

Korosi sumuran terjadi karena adanya serangan korosi lokal pada permukaan logam sehingga
membentuk cekungan atau lubang pada permukaan logam. Korosi logam pada baja tahan karat terjadi
karena rusaknya lapisan pelindung ( passive film ). Korosi sumuran merupakan salah satu bentuk korosi
yang sangat dekstruktif dan sangat sulit diperkirakan.

2.2.4.3 Pengendalian Korosi

Korosi telah didefinisikan sebagai penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia dengan
lingkungannya. Pada kebanyakan situasi, serangan ini tidak dapat dicegah sehingga hanya dapat
dihambat dan dikendalikan. Dengan dasar tentang elektrokimia dan mekanisme korosi, maka dapat
dilakukan usaha-usaha untuk mengendalikan korosi. Berikut ini adalah cara-cara yang paling penting
dalam mengendalikan korosi:

1) Modifikasi rancangan

2) Modifikasi lingkungan

3) Pemberian lapisan perlindungan

4) Pemilihan material

5) Proteksi anoda katoda

Sementara itu, cara untuk meminimalisir dampak korosi dapat dilakukan dengan inspeksi
melalui NDT dari dalam menggunakan magnetic flux leakage. Alat ini dapat digunakan untuk
mendeteksi daerah yang terkorosi. Berdasarkan beberapa cara yang telah direkomendasikan, terdapat
tiga cara yang sering digunakan dalam pengendalian korosi, di antaranya :

a. Coating
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

Perlindungan ini dilakukan dengan cara memberikan pelapis terhadap logam sehingga
pertukaran antarion pada permukaan logam dengan sekelilingnya mampu dikendalikan. Pemberian
lapisan ini biasanya dilakukan pada saaat struktur jacket kan diangkut menuju lokasi operasi. Namun
pada saat pengikatan struktur jacket,biasanya akan terjadi pengelupasan pada lapisan sehingga dapat
menimbulkan korosi di kemudian hari. Untuk mengatasinya, biasanya diterapkan underwater coating
yaitu pelapisan pada struktur yang telah terendam.

b. Sacrificial anode cathodic protection

Metode proteksi katoda dengan cara memberikan logam yang lebih mudah terkorosi.
Pemberian logam ini dilakukan sesuai prinsip galvanic corrotion. Logam yang diberikan harus bersifat
lebih anodik daripada logam yang diproteksi. Hal ini dimaksudkan agar logam yang bersifat anodik
akan lebih dahulu terkorosi sehingga logam yang bersifat katodik akan terlindungi. Dengan kata lain
mengorbankan anoda untuk melindungi katode.

c. Impressed current cathodic protection

Perlindungan diberikan dengan cara mengalirkan arus dengan sumber tegangan DC pada sistem
dari luar. Arus yang diberikan dari rectifier positif dialirkan melalui anoda dan elektrolit. Pada
prinsipnya, pemberian arus ini menghambat laju korosi dengan cara menjadikan potensial lebih negatif
sehingga kondisi logam seolah-olah kebal terhadap korosi.

2.2.5 Analisis Ultimate Strength

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan maksimum struktur dalam menahan beban
yang terjadi. Salah satu cara mengidentifikasi ultimate strength yaitu dengan melakukan analisis
pushover dengan cara penambahan beban lateral sampai struktur mengalami keruntuhan (Yudhistira,
2008).

2.2.5.1 Ultimate Limit State

Ultimate Limit State (ULS) secara formal didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana struktur
(member tertentu atau seluruhnya) dianalisa sampai batas kekuatan ultimat (Ultimate Strength).
Ultimate Strength atau kekuatan batas adalah runtuhnya struktur akibat hilangnya kekakuan dan
kekuatan struktur. Pada dasarnya Ultimate Strength merupakan daerah plastis bagi sebuah material yang
memiliki deformasi yang tidak bisa dikendalikan dan kemudian akan mengalami fracture. Kriteria
perancangan struktur untuk mencegah terjadinya ULS didasarkan pada analisa plastic collapse atau
ultimate strength. Konsep limit state digunakan untuk mendefinisikan kegagalan dalam analisa
keandalan struktur. Ultimate Limit State (ULS) :
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

1. Berhubungan dengan kejadian ultimate serta mempertimbangkan daya tahan struktur (structural
resistance) dengan daya cadangan yang cukup.

2. Digunakan metode non-linier collapse analysis (pushover analysis)

Selama ini struktur dianalisa hanya sampai pada tegangan yang diijinkan (allowable stress).
Namun untuk mengetahui kekuatan sisa cadangan maka harus dianalisa sampai Ultimate Strength.
Tujuan dari kriteria perancangan ini untuk mendesain struktur yang dapat menahan beban seperti
permintaan sepanjang umur dari struktur. Struktur wajib memiliki batas yang mampu atau cukup untuk
melindunginya terhadap beban.

2.2.5.2 Metode Pushover Non-Linier

Definisi pushover dalam SACS adalah analisis tiga dimensi, non-linear, large-displacement,
dan static finite element. Konsep dasar dari analisis plastic collapse dalam software SACS adalah
sebagai berikut :

“Beban pada struktur ditingkatkan secara bertahap. Untuk setiap peningkatan beban, nodal
displacement dan gaya pada elemen dihitung dan selanjutnya dibentuk matrik kekakuan yang baru.
Pada saat tegangan suatu elemen mencapai tegangan leleh, sifat plastis dari elemen diperkenalkan.
Adanya sifat plastis pada elemen akan mengurangi kekakuan struktur dan beban akibat peningkatan
selanjutnya akan didistribusikan kembali pada elemen didekatnya ke elemen yang telah mencapai sifat
plastis. Fenomena ini terus berlanjut sampai struktur runtuh secara keseluruhan.”

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan maksimum struktur dalam menahan beban
yang terjadi. Pada analisis ini, elemen-elemen struktur dibiarkan untuk menerima beban yang melebihi
kapasitasnya, elemen-elemen dapat meneruskan beban untuk mencapai kapasitasnya, tergantung pada
kekakuan elemen dalam rentang post elastic-plastis. Ketika beban mencapai batas yield strength
material, struktur tidak serta merta mengalami kegagalan seketika, sehingga peristiwa tersebut tidak
menggambarkan kapasitas dari struktur. Hal ini mengindikasikan bahwa struktur mempunyai cadangan
kekuatan (reserve strength) diatas kekuatan yang ditentukan dalam desain konvensional.
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

Salah satu cara mengidentifikasi ultimate strength yaitu dengan melakukan analisa pushover
yang merupakan analisa statis non linier untuk mengetahui besarnya kapasitas struktur dalam menerima
beban. Dimana beban yang bekerja pada struktur akan ditambah secara bertahap sampai struktur
mengalami keruntuhan. Ada dua jenis load case dalam pemodelan beban analisa pushover. Load case
pertama yaitu beban vertikal yang bekerja pada struktur. Kemudian load case kedua adalah beban
horizontal yang merupakan beban lingkungan dalam kondisi ekstrim (Hartanto, 2012).

Diagram Tegangan Regangan Struktur Baja

2.2.5.3 Reserve Strength Ratio (RSR)

Keselamatan dari paltform modern dijamin dengan faktor keamanan baik secara eksplisit
maupun implisit. Kode desain telah memberikan faktor keamanan terhadap kegagalan elemen individu.
Struktur jacket platform mempunyai Reserve Strength Ratio (RSR) yang berbeda untuk setiap arah
pembebanan dan RSR yang diambil adalah yang paling kecil/minimum. Secara dasar analisa ini
dilakukan dengan cara menetapkan beban-beban yang akan digunakan biasanya beban vertikal adalah
beban yang dianggap tetap sedangkan beban lingkungan adalah beban yang dinaikkan (incremental
load), beban lingkungan dalam kondisi ekstrim ini dinaikkan secara perlahan sampai batas kekuatan
dari struktur tercapai. RSR dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Dengan :

P awal = P pada saat desain level, lb (ton)

P increment = P pada saat analisis pushover, lb (ton)

Struktur jacket mempuyai Reserve Strength Ratio (RSR) yang berbeda untuk setiap arah
pembebanan. RSR didefinisikan sebagai rasio dari beban ultimate lateral anjungan menerima pada
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

strukturnya kondisi beban lateral lingkungan 100 tahun, dihitung menggunakan prosedur rekomendasi
(API RP 2A, 2002).

Kriteria penilaian berdasarkan API RP 2A

2.2.6 Analisis Fatigue

Analisa kelelahan suatu struktur atau yang sering disebut dengan analisa fatigue merupakan
analisa ketahanan struktur terhadap beban dinamis yang dipengaruhi oleh faktor dinamis struktur dan
karakteristik beban dinamis. Hasil analisis fatigue berupa lama siklus waktu (tahun) struktur mampu
menerima atau tahan terhadap beban dinamis yang bekerja di lingkungan dimana struktur berada.
Analisa fatigue termasuk analisa dinamis karena sifat beban lingkungan laut yaitu beban gelombang
yang setiap saat menerpa struktur. Analisa dinamis memperhitungkan faktor dinamis yang terdiri dari
distribusi massa dan kekakuan struktur yang ditunjukkan oleh eigenvalue (periode alami struktur), dan
beban dinamis itu sendiri (besarnya beban dan periodenya). Pengaruh faktor dinamis ini ditunjukkan
oleh dynamic amplification factor (DAF) yang didefinisikan sebagai perbandingan deformasi analisa
dinamis terhadap deformasi analisa statis (Wijayanti, 2017).

Struktur dapat gagal apabila struktur itu mendapat beban yang melebihi batas kemampuannya.
Namun struktur juga dapat gagal apabila mendapat beban yang berulang secara periodik maupun acak
dengan nominal dibawah batas kemampuannya. Beban yang bekerja secara berulang tersebut dapat
menyebabkan kelelahan pada struktur sehingga dapat berpengaruh pada umur operasi struktur tersebut.
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

Beberapa pendekatan yang digunakan dalam analisis umur kelelahan pada struktur antara lain
metode analisis deterministik dan metode analisis sprectral. Metode deterministik termasuk dalam hal
ini metode analisis kelelahan penyederhanaan (Simplified Method). Metode yang lain adalah metode
analisis spektral penuh (Spectral Fatigue Analysis). Analisis kelelahan penting dilakukan untuk
memprediksi besar relatif dari fatigue life pada sambungan kritis.

2.2.6.1 Metode Spectral

Analisis fatigue spektral menggunakan kurva spektrum permukaan air dan fungsi transfer.
Fungsi transfer atau sering disebut Response Amplitudo Operator (RAO) merupakan perbandingan
antara amplitudo gerakan dengan amplitude gelombang . Fungsi transfer dapat dikembangkan dengan
beberapa cara yaitu frequency domain, time domain dengan teori linier gelombang acak. Bentuk akhir
dari fungsi transer iniadalah respon spektra tegangan. Umumnya digunakan metoda frequency domain.

Prosedur perhitungan beban kelelahan akibat gelombang acak dengan menggunakan spectral
fatigue analysis adalah sebagai berikut:

1. Melakukan analisis beban gelombang reguler untuk menghasilkan RAO respons struktur (Bending
Moment, Shear Force); dilakukan untuk berbagai arah gelombang yang sesuai.

2. Mentransformasikan RAO respon struktur menjadi RAO tegangan.

3. Menentukan mode operasi bangunan laut dengan mempertimbangkan data sebaran gelombang (wave
scatter diagram), peluang kejadian arah gelombang dan kombinasi H & T gelombang.

4. Menghitung spektra respon tegangan sesuai dengan mode operasi.

5. Menentukan jumlah siklus tegangan dan sebaran siklus tegangan dalam kurun waktu pendek

6. Menghitung sebaran siklus tegangan dalam kurun waktu panjang (merupakan penjumlahan siklus
tegangan dalam kurun waktu pendek)

7. Mengkorelasikan hasil analisis dan perhitungan sebaran siklus tegangan dalam kurun waktu panjang
dalam butir 6 dengan data kelelahan kurva S-N memakai hukum Palmgren-Miner untuk menentukan
umur kelelahan sambungan struktur yang ditinjau.

2.2.7 Keandalan Pada Sistem Rekayasa

Sistem dari keandalan pada dasarnya dapat ditunjukan sebagai problematika antara demand
(tuntutan/beban) dan capacity (kapasitas/kekuatan). Secara tradisonal didasarkan atas safety factor
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

(angka keamanan) yang sesuai. Ukuran konvensional untuk angka keamanan adalah perbandingan antar
asumsi harga nominal kapasitas X’ dan beban Y’ yang dirumuskan sebagai berikut:

Mengingat harga nominal dari kapasitas X’ dan beban Y’ tidak dapat ditentukan dengan
pasti, fungsi-fungsi kapasitas dan beban perlu dinyatakan sebagai peluang. Dengan demikian, angka
keamanan dinyatakan dengan perbandingan Z = X / Y dari 2 variabel acak X dan Y.

Fungsi Kerapatan Peluang Kapasitas X dan tuntutan Y (Rosyid, 2007)

Ketidakmampuan suatu sistem untuk memenuhi tututan dan tugasnya, yang diukur dengan
peluang kegagalan dapat dihubungkan dengan bagian dari distribusi angka keamanan yang nilainya
kurang dari satu, yaitu porsi dalam dimana Z = X / Y kurang dari 1. Peluang Kegagalan sistem, Pf
diberikan dengan persamaan :

Dengan Fz adalah fungsi distribusi kumulatif dari Z dengan pernyataan lain, peluang sistem untuk tidak
gagal (keandalan) adalah :

Ketika distribusi peluang bersama (joint probability distribution) dari X dan Y diketahui,
keandalan sebuah sistem dapat dihitung berdasarkan fungsi distribusi kumulatif dari X/Y. Peluang
kegagalan nol (Pf = 0) dan keandalan 100 (K = 1) hanya terjadi ketika tuntutan maksimum Ymax tidak
melewati kapasitas minimum Xmin, sehingga kedua distribusi tidak saling overlap.
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Umum

Berikut merupakan diagram alir dari pengerjaan tugas akhir ini.

Mulai

-Studi literatur
-Pengumpulan data :
a. Data struktur
b. Data lingkungan (angin,
arus, gelombang)

Pemodelan struktur dengan software SACS

Validasi Model TIDAK

YA

Analisis Statis Inplace Struktur

Analisis Ultimate Strength (Pushover) Struktur


menggunakan software SACS

A B
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

A B

Menghitung nilai RSR (Reserve Strength Ratio)

Analisis Fatigue

Penentuan Umur Kelelahan

Variasi Aging BELUM


Corrosion

SUDAH

Penentuan Moda Kegagalan

Menghitung PoF (Probability of Failure)

Analisis Keandalan Struktur

Kesimpulan

Selesai
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

3.2 Prosedur Penelitian Umum

Berdasarkan diagram alir penelitian di atas, berikut prosedur penelitian dan langkah-langkah
penelitian dalam mencapai tujuan Tugas Akhir ini :

1. Studi Literatur
Mengumpulkan dan mempelajari literature seperti buku, jurnal, dan tugas akhir terdahulu yang
terkait dengan topik Tugas Akhir ini. Literatur tersebut akan dijadikan referensi dan sumber
teori dalam pengerjaan dan penyelesaian Tugas Akhir ini.
2. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini. Data tersebut berupa
data struktur, data lingkungan, dan data pembebanan dari struktur yang dijadikan obyek
penelitian.
3. Pemodelan Struktur dengan software SACS
Pemodelan struktur beserta komponennya berdasarkan desain struktur yang telah ada serta
melakukan input pembebanan yang bekerja pada struktur meliputi beban equipment, beban
hidup, beban mati, beban perpipaan, dan beban lingkungan.
4. Validasi Model
Pengecekan terhadap model yang dibuat dengan membandingkan berat struktur dan periode
natural pada model dan struktur sebenarnya. Proses ini bertujuan untuk memastikan model yang
dibuat dapat mewakili struktur sesungguhnya.
5. Analisis Statis Inplace Struktur
Melakukan analisis statis inplace pada struktur sebelum dan sesudah terjadinya aging
corrosion. Analisis statis ini dilakukan untuk mendapatkan nilai unity check (UC) setiap
member dalam menerima beban.
6. Analisis Ultimate Strength (Pushover)
Analisis pushover dilakukan untuk mengetahui seberapa besar beban yang dapat ditahan
struktur hingga mengalami keruntuhan atau collapse sehingga didapatkan nilai RSR. Analisis
ini dilakukan dengan menggunakan model yang telah dibuat sebelumnya kemudian
memberikan input untuk analisis pushover berupa beban vertikal, beban lateral, load case, dan
load sequence.
7. Menentukan nilai RSR
Membandingkan nilai RSR yang didapat sebelum dan setelah mengalami degradasi wall
thickness akibat dari aging corrosion.
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

8. Analisis Fatigue
Analisis fatigue dilakukan dengan software SACS menggunakan metode analisis spectral.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui fatigue damage dari masing-masing joint pada
struktur.
9. Penentuan Umur Kelelahan
Penentuan umur kelelahan dilakukan dengan menggunakan hipotesis Pilgrem-Miner. Setelah
itu dilakukan pembandingan umur kelelahan yang didapat sebelum dan sesudah degradasi wall
thickness akibat variasi dari aging corrosion.
10. Penentuan Moda Kegagalan
Moda kegagalan ditentukan dari hasil analisis ultimate strength dan analisis fatigue yang
digunakan untuk menghitung nilai keandalan dari struktur.
11. Perhitungan PoF dan Analisis Keandalan
Probability of failure ditentukan dengan menggunakan metode simulasi Monte Carlo.
Kemudian setelah didapatkan peluang gagal maka nilai keandalan struktur dapat ditentukan.

3.3 Metodologi Penelitian dan Prosedur Analisis Statis Inplace


Mulai

Pemodelan

Input data :
-SACINP
-PSIINP
-JCNINP

Menentukan Load Combination

Running Analisis

Menentukan Unity Check

Selesai
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

Prosedur dalam analisis statis inplace dapat dijabarkan sebagai berikut :


1. Pemodelan Struktur
Struktur dimodelkan dengan menggunakan software SACS dengan data struktur dan data
lingkungan sesuai dengan data struktur asli.
2. Input Data
Data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis statis inplace meliputi :
a. SACINP, memuat data modelling struktur, properties, beban, seastate.
b. PSIINP, merupakan file yang berisi data tanah, dimana didalamnya memuat nilai antara T-
Z, P-Y, dan atau Q-Z.
c. JCNINP, merupakan file yang berisi tentang penjelasan sambungan (joint can).
3. Menentukan Load Combination
Untuk analisis inplace, setiap set beban dipilih dan dikombinasikan untuk memberikan kondisi
pembebanan yang sesuai dengan kondisi sebenarnya.
4. Running analisis
Proses running dilakukan dengan software SACS.
5. Menentukan Unity Check
Dari analisis statis inplace akan didapatkan hasil berupa unity check (UC) dari masing-masing
member sehingga dapat diketahui member mana yang dalam kondisi kritis.

3.4 Metodologi Penelitian dan Prosedur Analisis Ultimate Strength

Mulai

Pemodelan

Menentukan data input pushover analysis

Input data :
-SACINP
-CLPINP
-PSIINP

Running Analysis

Menentukan RSR

Selesai
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

Prosedur dalam analisis ultimate strength dapat dijabarkan sebagai berikut :


1. Pemodelan
Struktur dimodelkan dengan menggunakan software SACS dengan data struktur dan data
lingkungan sesuai dengan data struktur asli.
2. Menentukan data input pushover analysis
Penentuan data untuk pushover analysis meliputi beban vertikal dan lateral untuk setiap arah
pembebanan pada model yang telah dibuat dengan memberikan load case pada load sequence
(tahap penambahan beban) yang akan dibuat.
3. Input Data
Data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis statis inplace meliputi :
a. Sacinp, memuat data modelling struktur, properties, beban, seastate.
b. Clpinp, merupakan input collapse yang terdiri dari definisi beban yang di increment.
c. Psiinp, merupakan definisi pile dan tanah.
4. Running Analysis
Tipe analisis yang digunakan adalah tipe non-linier plastic analysis (full plastic
collapse/pushover). Hasil running dapat dilihat pada program launcher view collapse yang
menjelaskan proses visualisasi terjadinya keruntuhan pada struktur.
5. Menentukan RSR
Hasil dari running software SACS adalah base shear yang merupakan gaya reaksi maksimum
yang bekerja pada permukaan tanah akibat beban lateral kemudian RSR bisa didapatkan.
Setelah didapat RSR maka dapat diketahui member kritis pada masing-masing arah
pembebanan yang kemudian dibandingkan sebelum dan sesudah terjadinya degradasi wall
thickness akibat aging corrosion.

3.5 Metodologi Penelitian dan Prosedur Analisis Fatigue

Mulai

Pemodelan

Menghitung Periode Natural Struktur

Menentukan SCF

Menentukan DAF
Input data :
Menentukan Umur Kelelahan -SACINP.
-FTGINP.
-PSISCF.
Selesai
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

Prosedur dalam analisis fatigue dapat dijabarkan sebagai berikut :


1. Pemodelan
Struktur dimodelkan dengan menggunakan software SACS dengan data struktur dan data
lingkungan sesuai dengan data struktur asli.
2. Menghitung Periode Natural Struktur
Periode natural struktur merupakan komponen alami struktur tanpa ada pengaruh gaya dari luar.
Periode natural struktur dipengaruhi oleh masa struktur sendiri dan kekakuan dari struktur.
Degradasi wall thickness yang terjadi pada masing-masing kondisi menyebabkan berkurangnya
massa struktur yang menyebabkan perbedaan periode natural. Maka perlu dihitung periode
natural sebelum dan sesudah struktur mengalami aging corrosion.
3. Menentukan SCF
Stress concentration factor merupakan faktor konsentrasi tegangan pada titik pemusatan
tegangan (Hot spot stress). Biasanya lokasi hot spot stress adalah pada sambungan chord-brace
intersection dimana terjadi perubahan geometri yang mendadak. Perubahan geometri yang
mendadak mengakibatkan terjadinya konsentrasi tegangan (stress consentration). SCF
diperoleh dengan melakukan perhitungan menggunakan persamaan Efthymiou untuk semua
sambungan tubular joint yang digenerate oleh software SACS.
4. Menentukan DAF
Perhitungan DAF berguna untuk memprediksi respon gerak struktur maksimum yang akan
terjadi, beban dinamis jauh lebih berdampak signifikan, sehingga DAF bisa mewakili untuk
memprediksi respon maksimum yang akan terjadi.
5. Menentukan Umur Kelelahan
Penentuan umur kelelahan dilakukan menggunakan analisis pada software SACS. Analisa yang
dilakukan merupakan tipe analisa Post Processing dan sub-tipe Deterministic Fatigue dengan
memasukkan input file :
-ftginp, yang merupakan fatigue input file
-psiscf, yang merupakan salah satu output dari analisa respon gelombang (wave respone
solution file)
-sacinp, yang memuat data modelling struktur, properties, beban, dan seastate.

3.6 Metodologi Penelitian dan Prosedur Analisis Keandalan

Mulai

Menentukan Moda Kegagalan

Menentukan Random Variable

Menentukan Distribusi Data dan CDF nya

Generate Random Number

A
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

Mentransformasi angka acak


menjadi variabel acak

Running Simulasi

Menghitung Probability of Failure

Selesai

Prosedur dalam analisis keandalan menggunakan simulasi monte carlo dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1. Penentuan Moda Kegagalan
Moda kegagalan merupakan parameter penentu suatu kejadian dikatakan gagal atau berhasil.
Moda kegagalan mengandung ketidakpastian yang nantinya dijadikan sebagai parameter
random variable.
2. Penentuan Random Variable
Random variable merupakan variabel pada suatu system yang mengandung ketidakpastian
karena itu dibutuhkan simulasi untuk mengetahui bagaimana peluang sistem tersebut gagal.
3. Menentukan Distribusi Data dan CDF
Proses penentuan ini dilakukan dengan metode Goodness of Fit menggunakan software
minitab16.
4. Generate Random Number
Simulasi monte carlo menggunakan angka acak untuk melakukan simulasi pada sebuah
kejadian. Angka acak tersebut harus disediakan oleh RNG (Random Number Generator).
5. Mentransformasikan Angka Acak Menjadi Variabel Acak
Random number yang tersedia belum tentu terdistribusi seperti variabel acak yang akan
disimulasikan, maka angka acak tersebut perlu ditransformasi agar terdistribusi sama seperti
distribusi dari variabel acak yang akan digunakan.
6. Running Simulasi
Simulasi dilakukan sesuai moda kegagalan yang ditentukan, semakin banyak iterasi maka
tingkat ketelitian dari simulasi akan semakin tinggi.
7. Menghitung PoF
Peluang kegagalan dihitung dengan menjumlahkan seluruh kejadian gagal dan dibagi dengan
jumlah total kejadian pada simulasi sehingga didapatkan peluang gagal dari sistem tersebut.
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

3.7 Rencana Pengerjaan Penelitian


Untuk dapat menyelesaikan penelitian dengan maksimal maka perlu adanya rencana
pengerjaan. Berikut rencana agenda pengerjaan Tugas Akhir ini.
Bulan
No Jenis Kegiatan I II III IV V VI
Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Literatur
dan Tinjauan
Pustaka
2 Pengumpulan
Data
3 Pemodelan
Struktur
4 Analisis Statis
Inplace
5 Analisis Ultimate
Strength
6 Analisis Fatigue
7 Analisis
Keandalan
8 Penyusunan
Laporan
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

DAFTAR PUSTAKA

Ainillah, Shailla. 2017. “Analisa Ultimate Strength Struktur Jacket Platform Berbasis Keandalan Pasca
Subsidence”. Tugas Akhir Departemen Teknik Kelautan-FTK. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya.

American Petroleum Institute. 1997. Recommended Practice For Planning, Designing and
Construction Fixed Offshore Platform – Load and Resistance Factor Design, API
Recommended Practice 2A (RP 2A) LRFD. Official Publication Washington DC.
Washington DC.

American Petroleum Institute. 2005. Recommended Practice For Planning, Designing and
Construction Fixed Offshore Platform – Working Stress Design, API Recommended
Practice 2A (RP 2A) WSD. Official Publication Washington DC. Washington DC, USA.

Chakrabarti et al. 2005. “Fatigue Analysis and Risk Based Inspection Planning for Life Extension of
Fixed Offshore Platforms”. Proceedings of OMAE 2005: 24th International Conference on
Offshore Mechanics and Arctic Engineering. June 12-17, 2005, Halkidiki, Greece.

Chakrabharti, et al. 2005. “Handbook of Offshore Engineering”. Elsevier Science Journal. Houston.
USA.

Djatmiko, E. B . 2003. Analisis Kelelahan Struktur Bangunan Laut. Kursus Singkat Offshore
Structure Design and Modelling. Surabaya.

Hartanto, Kusnu Budi, 2012 “Aplikasi Manajemen Resiko Pada Re-Engineering Analysis, Studi Kasus
Perpanjangan Service Life Platform Lepas Pantai”. Tesis Program Studi Manajemen Gas
Teknik Kimia Universitas Indonesia, Universitas Indonesia. Depok.

International Standardization Organization 19902. 2007. International Standard Petroleum and


Natural Gas Industries Fixed Steel Offshore Structures. ISO. Switzerland.

Irfan, Muhammad. 2011. “Analisa Kelelahan Berbasis Resiko Pada ETB Jacket Platform Untuk
Perpanjangan Umur Operasi”. Tugas Akhir Departemen Teknik Kelautan-FTK. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

ISSC. 2006. Ultimate Strength. Volume. 1. Southampton, UK.


Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

Kusuma, Andri. 2006. “Analisa Kekuatan Ultimate Jacket Platform Dengan Pendekatan Plastic Hinged
Berbasis Keandalan”. Tugas Akhir Departemen Teknik Kelautan-FTK. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. Surabaya.

Ossai, Chinedu I. 2017. “Optimal renewable energy generation – Approaches for managing ageing
assets mechanisms”. Elsevier Journal. California.

Ppan, Shomasiaudaran. 2008. “AGING DEGRADATION OF MECHANICAL STRUCTURES”.


Journal Mechanics of Material Structure.

Pratama, Widi Chalbi. 2013. “Analisis Ultimate Strength Struktur Jacket Platform Berbasis Keandalan
dengan Variasi Jenis Tanah”. Tugas Akhir Departemen Teknik Kelautan-FTK. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Prihantika, Edit Hasta., Murdjito, dan Daniel M. Rosyid. 2013. “Analisis Dampak Scouring Pada
Integritas Jacket Structure dengan Pendekatan Statis Berbasis Keandalan”. Jurnal Teknik
POMITS, Vol 2, No.2.

Riyanto, R. Danu. 2015. Modul Perancangan Bangunan Lepas Pantai Statis (TRB II). Departemen
Teknik Kelautan FTK-ITS. Surabaya.

Robayasa, N. I. 2012. “Analisis Kekuatan Ultimate Struktur Jacket Well Tripod Platform Berbasis
Resiko”. Tugas Akhir Departemen Teknik Kelautan-FTK. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya.

Rosyid, Daniel M. 2007. Pengantar Rekayasa Keandalan. Airlangga University Press. Surabaya.

Sari, Bunga S. W. 2015. “Analisis Kekuatan Ultimate Berbasis Resiko Pada Struktur Jacket Wellhead
Tripod Platform Akibat Terjadinya Scouring”. Tugas Akhir Departemen Teknik Kelautan-
FTK. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Setiarini, Krisytha P. 2017. “Analisa Tegangan Utimate Pada Struktur Platform Terpancang Akibat
Beban Runtuh (Studi Kasus L-COM Well Platform)”. Tugas Akhir Departemen Teknik
Kelautan-FTK. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Shen, Jing et al. 2015. “Assessment of The Damages Occurring Between Two Adjacent Measurements
for An Aging Offshore Platform”. Elsevier Journal. China.

Soedjono, J. J. 1999. Perancangan Sistem Bangunan Laut. Fakultas Teknologi Kelautan ITS.
Surabaya.
Metodologi Penelitian
Departemen Teknik Kelautan
Draft Proposal P1

Soegiono. 2004. Teknologi Produksi dan Perawatan Bangunan Laut. Airlangga University Press.
Surabaya.

Warastomo, Reza. 2006. “Analisa Pengaruh Plastic Hinge Terhadap Umur Kelelahan Struktur Jacket
Platform Berbasis Keandalan”. Tugas Akhir Departemen Teknik Kelautan-FTK. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Wicaksono,Andri Kurniawan. 2010. “Analisa Keandalan Scantling Support Structure System Gas
Processing Module FPSO Belanak Terhadap Beban Kelelahan”. Tugas Akhir Departemen
Teknik Kelautan-FTK. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Wijaya, Arief S. 2006. ”Analisa Kekuatan Ultimate Struktur Jacket Dengan Pendekatan LFRD dan
Berbasis Keandalan”. Tugas Akhir Departemen Teknik Kelautan-FTK. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. Surabaya.

Wijayanti, Anis. 2017. “Analisis Umur Kelelahan Struktur Bangunan Lepas Pantai Terpancang Akibat
Pengaruh Aging Corrosion”. Tugas Akhir Departemen Teknik Kelautan-FTK. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai