Anda di halaman 1dari 173

ANALISIS SISTEM PENGUKURAN MANAJEMEN RISIKO

OPERASIONAL PELABUHAN
(STUDI KASUS : PT. PELINDO I (PERSERO)
CABANG BELAWAN)

TESIS

OLEH,
ANGGIAT HOSEA OTTO SIREGAR
147025011

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS SISTEM PENGUKURAN MANAJEMEN RISIKO
OPERASIONAL PELABUHAN
(STUDI KASUS : PT. PELINDO I (PERSERO)
CABANG BELAWAN)

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Magister Teknik
dalam Program Studi Teknik Industri
pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH,
ANGGIAT HOSEA OTTO SIREGAR
NIM : 147025011

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Tanggal Lulus : 18 Desember 2018

Telah diuji pada

Tanggal : 18 Desember 2018

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Ir. Nazaruddin, MT, PhD

ANGGOTA : Dr. Ir. Juliza Hidayati, MT

Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE

Prof. Dr. Ir. Humala Napitupulu, DEA

Aulis Ishak, ST, MT, PhD

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Risiko timbul oleh adanya ketidakpastian yang bersumber dari faktor internal maupun
eksternal. Risiko yang cukup kompleks terjadi di pelabuhan akan berdampak terhadap
keberlangsungan bisnis perusahaan khususnya terkait operasional pelabuhan. Risiko
operasional merupakan sebuah risiko yang timbul dari pelaksanaan fungsi bisnis perusahaan
yakni; sistem, proses, manusia, dan juga peristiwa eksternal.
Keberhasilan pengukuran risiko operasional akan sangat dipengaruhi oleh kehandalan
dan keefektifan metode pengukuran risiko. Metode Risk Breakdown Structure (RBS) yang
diadopsi dari Work Breakdown Structure (WBS) akan mampu mendefinisikan dan
mengelompokkan risiko-risiko berdasarkan sumbernya untuk masing-masing tingkatan
secara mendetail sehingga pengukuran risiko operasional memberikan gambaran secara
terstruktur terhadap seluruh risiko yang dihadapi perusahaan.
Ruang lingkup kegiatan pelabuhan yang dikaji dalam penelitian ini terkait dengan
arus barang yang dikategorikan menjadi 4 bagian yakni; pelayanan kapal, pelayanan barang,
pelayanan bongkar muat, dan pelayanan terminal petikemas. Dari hasil identifikasi yang
dilakukan diperoleh 8 risiko operasional dimana masing-masing kelompok terbagi atas
kategori risiko operasional.
Kategori risiko operasional yang mempunyai bobot kepentingan tertinggi adalah
risiko kecurangan dan penipuan internal, risiko kegagalan infrastruktur dan peralatan, serta
risiko kepegawaian dan keamanan lingkungan kerja.

Kata kunci: risiko operasional pelabuhan, manajemen risiko, Risk Breakdown Structure
(RBS)

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

The risk arises from the uncertainty that comes from internal and external factors.
Risk is quite complex in the port will affect the sustainability of the company's business,
especially related to port operations. Operational risk is a risk arising from the
implementation of the business functions of the company namely; systems, processes, people,
as well as external events.
Successful measurement of operational risk will be greatly influenced by the
reliability and effectiveness of risk measurement methods. The Risk Breakdown Structure
(RBS) method adopted from the Work Breakdown Structure (WBS) will be able to define
and group risk-based risks for each level in detail so that the measurement of operational risk
provides a structured overview of all risks facing the firm.
The scope of port activities studied in this study is related to the flow of goods
categorized into 4 parts namely; ship service, goods service, loading and unloading service,
and container terminal service. From the identification result, there are 9 operational risks in
which each group is divided into operational risk category.
The operational risk category which has the highest importance weights is the risk
of fraud and internal fraud, the risk of infrastructure failure and equipment, as well as staffing
risk and work environment security.

Keywords: port operational risk, risk management, Risk Breakdown Structure (RBS)

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Anggiat Hosea Otto Siregar lahir di Desa Hutabayu Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten
Simalungun Provinsi Sumatera Utara, pada Tanggal 28 Desember 1986, merupakan anak
Kelima dari Lima bersaudara pasangan Bapak Marudut Siregar dan Ibu Tinur Lumban
Tobing. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar tahun 1998 di SD N 091537
Hutabayu Raja, pendidikan sekolah menengah pertama di SLTP N 1 Hutabayu Raja pada
Tahun 2001, dan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 12 Medan pada Tahun
2004. Pada tahun 2004, melanjutkan kuliah di Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara dan menyelesaikan pendidikan pada Tahun 2009. Pada Tahun
2015 penulis melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Sumatera Utara Departemen Teknik
Industri. Saat ini penulis bekerja sebagai Konsultan Sistem Manajemen.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Segala Puji ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas RahmatNya sehingga dapat

diajukan tesis yang berjudul “Analisi Sistem Pengkuran Risiko Operasional Pelabuhan

(Studi Kasus : PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan)”. Tesis ini diajukan sebagai

bagian dari tugas akhir dalam rangka menyelesaikan studi di Program Magister Teknik

Industri di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian proposal tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih setulusnya kepada:

1. Ir Nazaruddin, MT, PhD selaku dosen pembimbing I, yang telah banyak membantu

penulis dalam menyelesaikan proposal tesis ini dalam bentuk ide, saran dan kritik.

2. Dr.Ir Juliza Hidayati, MT. selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak membantu

penulis dalam menyelesaikan proposal tesis ini dalam bentuk ide, saran dan kritik.

3. Istri dan anak-anak saya yang selalu mendukung saya dalam penulisan penelitian ini.

4. Bapak Beny, selaku Manajer Sistem Manajeme PT. Pelindo I (Persero) Cabang

Belawan yang banyak memberikan kemudahan dan bimbingan selama penulisan.

Akhirnya penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan. Untuk itu saran

dan kritik yang konstruktif akan sangat membantu agar tesis ini dapat menjadi lebih baik.

Medan, Desember 2018

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

Analisi Sistem Pengkuran Risiko Operasional Pelabuhan (Studi Kasus : PT Pelindo I

(Persero) Cabang Belawan)”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber - sumber data dan informasi yang digunakan dinyatakan secara benar

dan jelas.

Medan, Desember 2018

Yang membuat pernyataan,

147025011/TI

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................................... ii

Daftar Tabel ............................................................................................................... v

Daftar Gambar .......................................................................................................... vii

Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang.................................................................................................. I-1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ I-7

1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................................. I-7

1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................... I-8

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah Penelitian ............................................ I-8

1.6. Asumsi-asumsi ................................................................................................ I-8

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Risiko .................................................................................................. II-1

2.2. Risiko Pada Pelabuhan ...................................................................................... II-5

2.3.Manajemen Risiko .............................................................................................. II-13

2.3.1. Perencanaan Risiko ........................................................................................ II-14

2.3.2. Identifikasi Risiko .......................................................................................... II-14

2.3.2.1. Metode Risk Breakdown Structure (RBS) .................................................. II-16

2.3.3. Analisa risiko ................................................................................................. II-20

2.3.3.1. Analisa risiko kualitatif ................................................................................ II-20

Universitas Sumatera Utara


2.3.3.2. Analisa Risiko Secara Kuantitaif ................................................................. II-21

2.3.3.2.1. Analytic Network Process (ANP) ............................................................ II-22

2.3.3.2.2. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) ...................................................... II-30

2.3.4 Penanganan Risiko ........................................................................................ II-36

2.3.5 Alternatif-alternatif ideal yang digunakan dalam mitgasi risiko ..................... II-37

2.4. TOPSIS (Technique For Orders Reference by Similarity to Ideal Solution) .. II-42

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Konseptual ..................................................................................................... III-1

3.2. Definisi Operasional ..................................................................................................... III-2

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian ............................................................................................................ IV-1

4.2. Tipe Penelitian .................................................................................................... IV-1

4.3. Instrumen Penelitian ........................................................................................... IV-2

4.4. Prosedur Penelitian ............................................................................................. IV-2

4.5. Pengumpulan Data .............................................................................................. IV-4

4.6. Waktu Penelitian ................................................................................................. IV-4

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data .............................................................................................. V-1

5.1.1. Formulir Pengukuran Risiko Tahun 2017........................................................ V-1

5.1.2. Profil Perusahaan ............................................................................................ V-10

5.1.3. Struktur Organisasi .......................................................................................... V-11

5.1.4. Ruang Lingkup Usaha PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan ................... V-21

5.1.5. Standart Operational Procedure (SOP) ............................................................ V-25

5.2. Pengolahan data .................................................................................................. V-37

Universitas Sumatera Utara


BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Sistem pengukuran risiko yang telah digunakan perusahaan ........................... VI-1

6.2. Sistem pengukuran yang diusulkan ................................................................... VI-3

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ........................................................................................................ VII-1

7.2. Saran .................................................................................................................. VII-2

Daftar Pustaka

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Skala dalam ANP ..................................................................................... II-26

Tabel 5.1. Formulir penilaian risiko Rencana Kerja dan Anggran Tahun 2017 ........ V-2

Tabel 5.2. Terminal yang dikelola PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan. ........... V-21

Tabel 5.3. Kejadian risiko yang terdapat di pelayanan kapal .................................. V-37

Tabel 5.4. Kejadian risiko yang terdapat di Pelayanan Bongkar Muat.................... V-39

Tabel 5.5. Kejadian risiko yang terdapat di Pelayanan Barang ............................... V-40

Tabel 5.6. Risiko yang terdapat di pelayanan terminal petikemas ........................... V-42

Tabel 6.1. Analisis terhadap pengukuran risiko yang telah digunakan

perusahaan ............................................................................................... VI-2

Tabel 6.2. Pengelompokan risiko operasional pelabuhan ......................................... VI-12

Tabel 6.3. Skala perbandingan dengan medote ANP ................................................ VI-17

Tabel 6.4. Bobot prioritas (limitting ) risiko operasional pelabuhan ........................ VI-22

Tabel 6.5. Bobot risiko operasional berdasarkan Normalized by cluster ................. VI-23

Tabel 6.6. Skala Severity ........................................................................................... VI-28

Tabel 6.7. Skala Occurency ....................................................................................... VI-28

Tabel 6.8. Skala Detection ........................................................................................ VI-29

Tabel 6.9. Hasil RPN dari masing-masing risiko operasional ................................. VI-30

Tabel 6.10. Hasil perhitungan WPRN ....................................................................... VI-31

Tabel 6.11. Kategori risiko berdasarkan WPRN ....................................................... VI-31

Tabel 6.12. Kategori risiko operasional Pelabuhan .................................................. VI-32

Tabel 6.13. Tindakan penanganan yang dilakukan terhadap risiko High

Universitas Sumatera Utara


dan Medium ............................................................................................. VI-33
Tabel 6.14. Alternatif ideal yang digunakan dalam mitigasi risiko Pelabuan ........... VI-35
vi
Tabel 6.15. Skala penilaian yang digunakan dalam metode TOPSIS........................ VI-36

Tabel 6.16. Hasil penilaian alternatif terhadap mitigasi risiko operasional ............... VI-36

Tabel 6.17. Kuadrat dari masing-masing penilaian .................................................. VI-37

Tabel 6.18. Normalisasi matriks ................................................................................ VI-38

Tabel 6.19. Hasil perhitungan normalisasi terbobot .................................................. VI-38

Tabel 6.20. Hasil penentuan solusi ideal positif dan solusi ideal negatif .................. VI-39

Tabel 6.21. Hasil perhitungan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks
solusi ideal positif .................................................................................. VI-40
Tabel 6.22.Hasil perhitungan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks

solusi ideal negatif ................................................................................. VI-40

Tabel 6.23. Hasil perhitungannya nilai kedekatan setiap alternatif terhadap


solusi ideal (preferensi) dan ranking ....................................................... VI-41

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Risiko, Ketidakpastian dan Level Informasi .................................... II-1

Gambar 2.2. Risiko dalam dunia kemaritiman (Burns,2015) ............................... II-6

Gambar 2.3. Pembagian Zona Risiko ................................................................... II-21

Gambar 2.4. Jaringan Hirarki................................................................................ II-24

Gambar 2.5. Jaringan Feedback ........................................................................... II-25

Gambar 3.1. Model Konseptual ........................................................................... III-1

Gambar 4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian ............................................... IV-3

Gambar 5.1. Struktur Organisasi PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan ........... V-13

Gambar 5.2. Proses Bisnis PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan ...................... V-24

Gambar 5.3. Aliran informasi, fisik, dan uang di pelabuhan .................................. V-25

Gambar 5.4. Proses Pelayanan Kapal Masuk ....................................................... V-26

Gambar 5.5. Proses Pelayanan Kapal Pindah ....................................................... V-26

Gambar 5.6. Proses Pelayanan Kapal Masuk ....................................................... V-27

Gambar 5.7. Proses Pelayanan Kapal Perubahan/Perpanjangan Masa Tambat ... V-27

Gambar 5.8. Pelayanan pembongkaran/pemuatan barang .................................... V-28

Gambar 5.9. Pelayanan pembongkaran curah cair melalui pipa terpadu.............. V-29

Gambar 5.10. Prosedur Penerimaan Barang/Receiving.......................................... V-30

Gambar 5.11. Prosedur Pemuatan Barang melalui Gudang / Lapangan ................ V-31

Gambar 5.12. Penerimaan Barang Bongkaran dari Kapal ...................................... V-31

Gambar 5.13. Prosedur Penyerahan Barang ........................................................... V-32

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5.14. Pelayanan receiving petikemas ........................................................ V-33

Gambar 5.15. Pelayanan delivery petikemas .......................................................... V-34

Gambar 5.16. Pelayanan administrasi dan nota tagihan petikemas domestic ........ V-34

Gambar 5.17. Pelayanan Bongkar petikemas ....................................................... V-35

Gambar 5.18. Pelayanan Administrasi Bongkar Petikemas ................................... V-36

Gambar 6.1. Proses manajemen risiko yang telah diimplementasikan

Perusahaan ....................................................................................... VI-1

Gambar 6.2. Kerangka sistem pengkuran manajemen risiko ............................... VI-3

Gambar 6.3. Kegiatan Pelayanan kapal di pelabuhan yang dikelola

Oleh PT. Pelindo I ( Persero ) Cabang Belawan ............................... VI-6

Gambar 6.4. Alur barang di pelabuhan

Yang di kelola PT. Pelindo I ( Persero ) Cabang Belawan ................. VI-19

Gambar 6.5. Struktur risiko pelabuhan .................................................................... VI-15

Gambar 6.6. Model ANP risiko operasional pelabuhan......................................... VI-16

Gambar 6.7. Penilaian perbandingan berpasangan kuisioner 1............................ VI-19

Gambar 6.8. Bobot prioritas kategori risiko operasional pelabuhan..................... VI-20

Gambar 6.9. Penilaian perbandingan berpasangan kuisioner 2........................... VI-21

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

PT Pelindo I (Persero) mempunyai wilayah kerja usaha meliputi Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara (Sumut), Riau dan

Kepulauan Riau (Kepri). Saat ini PT Pelindo I (Persero) mempunyai 15 wilayah

kerja cabang pelabuhan dan 3 unit wilayah kerja usaha. Salah satu wilayah kerja

cabang pelabuhan yang terbesar adalah cabang Belawan dengan kategori kelas

pelabuhan adalah cabang utama. Saat ini, PT Pelindo I (Persero) cabang Belawan

melayani pelayanan kapal (labuh, tambat, pandu, dan tunda), pelayanan barang

(pelayanan dermaga, pengusahaan gudang dan lapangan), pelayanan bongkar

muat (pelayanan terminal curah kering, curah cair, dan pelayanan usaha bongkar

muat untuk petikemas dan general cargo), pelayanan operasi lapangan, pelayanan

petikemas, dan pelayanan terminal penumpang. PT Pelindo I (Persero) cabang

Belawan terletak di lokasi yang strategis di perairan pantai Timur Sumatera

dengan arus kapal yang cukup padat dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas

kepelabuhan seperti alur pelayaran, kolam pelabuhan, peralatan bongkar muat,

dermaga, lapangan penumpukan, gudang penyimpanan, dan terminal penumpang.

Berdasarkan hasil Survei Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan PT. Pelabuhan

Indonesia I (Persero) Tahun 2015 dan Tahun 2016 diketahui bahwa nilai kepuasan

pelanggan Pelabuhan Cabang Belawan mengalami penurunan dari 82,60 %

menjadi 77,25 %, sedangkan nilai ketidakpuasan pelanggan meningkat dari

21,05% menjadi 30,50 %. Hasil survei kepuasan pelanggan terhadap

I-1
Universitas Sumatera Utara
I-2

pembanding/PT Pelindo II (Persero) diperoleh sebesar 77,77 %. Persentase ini

menggambarkan bahwa pelanggan masih merasakan tingkat pelayanan pelabuhan

cabang Belawan masih berada di bawah PT Pelindo II (Persero). Hal ini sejalan

dengan nilai loyalitas pelanggan yang hanya sebesar 75,05 %. Jika dinilai dari

tingkat keterikatan pelanggan perusahaan pada Tahun 2015, pelabuhan cabang

Belawan memperoleh nilai sebesar 68,6 %. Keterikatan pelanggan terhadap PT

Pelindo I (Persero) cabang Belawan tidak cukup kuat dan apabila ada kompetitor

di lokasi sekitar maka besar potensi pelanggan akan beralih dari pelabuhan

Belawan.

Kompetensi SDM yang andal suatu perusahaan sangat berperan dalam

menentukan keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Keandalan

kompetensi ini dapat diukur dengan besarnya kontribusi pegawai dalam

menghasilkan laba perusahaan sesuai target, yang ditunjukkan dengan angka

produktivitas SDM. Berdasarkan laporan Rencana Jangka Panjang Perusahaan

Tahun 2014-2018, diketahui produktivitas SDM perusahaan sebesar Rp 266, 34

juta per pegawai, masih berada di bawah angka produktivitas pembanding (PT

Pelindo II (Persero)) sebesar Rp 766,81 juta per pegawai. Selain terkait dengan

kompetensi, diperlukan juga implementasi budaya kerja yang baik di lingkungan

perusahaan untuk tetap menjadi pengawai dapat bekerja dengan penuh integritas,

sehingga terhindar dari tindakan penipuan/fraud. Jika dibandingan dengan

pembanding budaya kerja, tingkat kepuasan pegawai terhadap budaya kerja

sebesar 3,20 berada di bawa pembanding sebesar 4,10.

Keselamatan, kesehatan dan lingkungan (K3L) kerja yang baik akan dapat

meningkatkan produktivitas kerja perusahaan. Pada Tahun 2016 terjadi beberapa

Universitas Sumatera Utara


I-3

kecelakaan kerja diantararanya pekerja tewas tertimpa pintu tongkang di Dermaga

Belawan (Yan, 25 juni 2016). Selain itu kegiatan pelabuhan juga, menimbulkan

pencemaran terhadap lingkungan. Hal berdampak terhadap menurunnya kinerja

lingkungan sehingga mengakibatkan terjadi komplain dari masyarakat yang

terganggu akibat hal tersebut.

Salah satu indikator penilaian kinerja pelabuhan yang ditetapkan dalam

Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor: UM.002/38/18/DJPL-

2011 adalah kinerja pelayanan pelabuhan. Variabel kinerja pelayanan pelabuhan

adalah waktu tunggu (waiting time) yang terkait dengan jasa pelayanan

pandu/tunda, jasa pelayanan tambat dan jasa pelayanan dermaga di pelabuhan.

Waiting Time adalah waktu sejak kapal tiba di lokasi lego jangkar sampai kapal

digerakkan menuju ke tempat tambat dengan satuan jam. Waiting time di

pelabuhan Belawan rata-rata sebesar 2,27 jam, lebih tinggi jika dibandingkan

dengan pelabuhan utama lainya seperti Pelabuhan Dumai sebesar 1,39 jam. Selain

itu, dweling time pelabuhan Belawan pada Tahun 2016 masih sekitar 7 hari, lebih

tinggi jika dibandingkan dengan Pelabuhan Pontianak yang hanya sebesar 3 hari.

Basuki dkk (2005), menyatakan waiting time dipengaruhi oleh pelayanan

pamanduan, produktivitas bongkar muat, tingkat kesiapan peralatan bongkat muat

dan waktu terbuang karena cuaca buruk. Sedangkan dweling time sangat

dipengaruhi oleh kehandalan infrastruktur pelabuhan dan regulasi yang mengatur.

Berdasarkan data yang ada diperoleh dari laporan Rencana Jangka Panjang

Perusahaan Tahun 2014-2018 diketahui bahwa implementasi sistem informasi

yang berbasis Teknologi Informasi (TI) masih belum menyeluruh dilakukan. Hal

ini menunjukkan bahwa penerapan teknologi informasi di perusahaan masih

Universitas Sumatera Utara


I-4

lemah sehingga belum mampu memberikan layanan informasi yang terintegrasi

dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan operasional dan kebijakan

manajemen serta pengendalian aktivitas perusahaan menuju tata kelola korporat

yang sehat (taat azas).

Berbagai faktor eksternal yang dapat mempengaruhi keberlangsungan

pelabuhan diantaranya perubahan peraturan dan perundang-undangan daerah dan

nasional yang terkait dengan pelabuhan. Selain itu, gangguan keamanan dari

eksternal yang cukup tinggi di lokasi pelabuhan masih menimbulkan kerisauan

bagi mitra bisnis sampai saat ini.

Kejadian-kejadian yang disebutkan di atas, baik internal maupun eksternal

ditimbulkan oleh adanya adanya kondisi ketidakpastian (uncertainly).

Ketidakpastian-ketidakpastian ini menyebabkan timbulnya risiko. Risiko yang

dihadapi oleh PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan cukup kompleks dan

berdampak pada keberlangsungan bisnis perusahaan. Hal ini telah mendorong PT

Pelindo I (Persero) Cabang Belawan untuk melakukan pembenahan secara

terintegrasi sehingga perusahaan melakukan pengelolaan yang didasarkan pada

praktek pengelolaan perusahaan terbaik atau dikenal dengan istilah Good

Governance Coorporate (GGC) dengan mengoptimalkan sumber daya manusia

yang unggul, penggunaan teknologi yang kompetitif dan pengembangan sinergi

kemitraan yang baik. Salah satu kebijakan yang dilakukan dengan menerapkan

manajemen risiko di seluruh lingkungan perusahaan.

Pada penelitian sebelumnya, penerapan manajemen risiko di kontainer kapal

dilakukan terhadap beberapa jenis risiko yaitu; Risiko Teknik, Risiko Pasar,

Risiko Bisnis, dan Risiko Operasional (Ewert, 2008). Menurut Burn (2015), Jenis

Universitas Sumatera Utara


I-5

risiko paling buruk yang terdapat di pelabuhan yaitu; Strategy, Health Safety

Environment (HSE), Operational, dan Financial. Kambiz Mokhtari (2011),

mengkategorikan risiko di pelabuhan menjadi 4 (empat) kategori yakni; Country

Risk, Organitation Risk, Bussiness Risk dan Operational Risk. Dari beberapa

kategori tersebut, risiko operasional/operational risk menjadi risiko yang paling

penting untuk dikelola karena dapat mengakibatkan kerugian finansial dan

kehilangan reputasi dihadapan konsumen dan seluruh stakeholder.

Risiko operasional merupakan sebuah risiko yang timbul dari pelaksanaan

fungsi bisnis perusahaan yakni; sistem, proses, manusia, dan juga peristiwa

eksternal. Keberhasilan pengukuran risiko operasional akan sangat dipengaruhi

oleh kehandalan dan keefektifan metode pengukuran risiko. PT Pelindo I

(Persero) Cabang Belawan telah mempunyai metode pengukuran yang telah

ditetapkan melalui Keputusan Direksi PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)

Nomor: KP.39/I/3/PI-14.TU tentang Pelaksanaan Manajemen Risiko di

Lingkungan PT Pelindo I (Persero). Dengan mengunakan metode tersebut,

diketahui bahwa risiko yang memiliki bobot yang terbesar adalah risiko teknik,

risiko operasional dan risiko teknologi. Namun metode tersebut belum mampu

memberikan gambaran secara terstruktur dan sistematis terhadap risiko yang

dihadapai oleh perusahaan sehingga dalam mitigasinya belum jelas siapa yang

menjadi penanggungjawabnya dan tujuan untuk menghadirkan budaya risiko di

semua tingkatan operasional tidak tercapai. Selain itu, manajemen risiko yang

diimplementasikan masih bertumpu pada satu divisi saja, tanpa melibatkan divisi

yang lain sehingga hasil yang diperoleh kurang mewakili seluruh operasional

pelabuhan. Oleh sebab itu diperlukan sistem pengukuran manajemen risiko

Universitas Sumatera Utara


I-6

operasional yang mampu memberikan gambaran secara terstruktur terhadap

seluruh risiko yang dihadapi perusahaan.

Menurut Yang (2011), manajemen risiko merupakan proses pengambilan

keputusan yang dilakukan dengan mengidentifikasi, menganalisa dan mitigasi

hasil pengukuran risiko. Dengan pemikiran ini, pengukuran risiko adalah sebuah

proses yang sistematik dalam menilai pengaruh dari kejadian dan aktivitas

manusia yang melibatkan produk dan sistem dengan karakteristik risiko.

Pendekatan terbaik pada tahap identifikasi dalam manajemen risiko adalah Risk

Breakdown Structure (RBS) yang diadopsi dari Work Breakdown Structure

(WBS) yang digunakan dalam manajemen proyek. RBS mampu mendefinisikan

dan mengelompokkan risiko-risiko berdasarkan sumbernya untuk masing-masing

tingkatan secara mendetail (Hillson, 2002). Dalam melakukan analisa risiko

digunakan metode Analytic Network Process (ANP). ANP merupakan

pengembangan dari Analytical Hierarchical Process (AHP) yang mengizinkan

pembuat keputusan untuk menghilangkan masalah kompleks dalam bentuk

jaringan nonlinear yang di dalamnya juga terkandung sebuah linear hierarchical

(Saaty,2008). Sedangkan dalam melakukan mitigasi risiko digunakan metode

Multi Criteria Decision Making (MCDM) lain yakni Technique for Order

Performance by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) yang dikembangkan oleh

Hwang dan Yoon (1981). Metode ini akan memberikan gambaran dalam memilih

alternatif solusi yang paling ideal dalam menyelesaikan masalah (Benitez, Martin,

and Roman, 2007). Solusi positif ideal adalah sebuah pemecahan masalah untuk

meningkatkan pendapatan dan mengurangi biaya (Wang, 2007).

Universitas Sumatera Utara


I-7

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diketahui bahwa

permasalahan yang terjadi di PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan adalah

adanya kondisi ketidakpastian (uncertainly) dari internal maupun eksternal

perusahaan yang menyebabkan timbulnya risiko. Oleh sebab itu, rumusan masalah

dari penelitian ini adalah :

1. Risiko-risiko apa sajakah yang ada dalam operasional pelabuhan PT Pelindo I

(Persero) Cabang Belawan ?

2. Risiko mana yang menjadi prioritas pada operasional pelabuhan PT Pelindo I

(Persero) Cabang Belawan ?

3. Strategi mitigasi apa yang menjadi solusi paling ideal dalam mengurangi

dampak risiko-risiko operasional di Pelabuhan PT Pelindo I (Persero) Cabang

Belawan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasikan risiko yang berpengaruh terhadap kinerja PT Pelindo I

(Persero ) Cabang Belawan.

2. Menentukan prioritas risiko operasional yang dihadapi PT Pelindo (Persero)

Cabang Belawan.

3. Menetapkan tindakan mitigasi yang paling ideal dalam mengurangi dampak

risiko-risiko operasional di Pelabuhan PT Pelindo I (Persero) Cabang

Belawan.

Universitas Sumatera Utara


I-8

1.4. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak

yang terkait, diantaranya:

1. Perusahaan

Menolong perusahaan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka melakukan

pembenahan secara terintegrasi berdasarkan risiko (based on risk).

2. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk pengembangan khasanah ilmu

pengetahuan.

3. Bagi peneliti

Pengembangan ilmu pengetahuan dan referensi bagi peniliti lainnya,

khususnya dalam kajian mengenai manajemen risiko

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah Penelitian

Disebabkan karena adanya keterbatasan pengetahuan dan waktu yang dimiliki

oleh peneliti, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan di PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan untuk ruang

lingkup kegiatan pelayanan kapal, pelayanan bongkar muat, pelayanan barang

dan pelayanan peti kemas.

2. Analisis risiko dilakukan untuk periode Tahun 2016-2018.

1.6. Asumsi-asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan agar tahapan penelitian ini dapat dilaksanakan

adalah:

Universitas Sumatera Utara


I-9

1. Pengelolaan bisnis di lingkungan Pelindo I (Persero) sesuai dengan undang-

undang No 13 Tahun 2013 tanggal 13 Juni Tahun 2013 tentang Badan Usaha

Milik Negara.

2. Pengelolaah kepelabuhan didasarkan pada Undang-Undang Pelayaran No 17

Tahun 2008 pada tanggal 07 Mei Tahun 2008 tentang pelayaran.

3. Tidak ada perubahan struktur organisasi di PT Pelindo I (Persero) Cabang

Belawan selama penelitian.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Risiko

Menurut ISO 31000:2009, risiko adalah dampak dari ketidakpastian terhadap

pencapaian objektif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, risiko didefinisikan

sebagai akibat yang kurang menyenangkan (merugiakan, membahayakan) dari

suatu perbuatan atau tindakan. Sedang Australian Standart/ New Zealand Standart

4360 2004 mendefiniskan risiko sebagai peluang terjadinya sesuatu dampak pada

tujuan yang diukur dalam hal konsekuensi dan probabilitas.

Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian)

yang tak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain kemungkinan itu sudah

menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang

menyebabkan tumbuhnya risiko. Susilo (2011), menjelaskan bahwa

ketidakpastian adalah keadaan, walaupun hanya sebagian, dari ketidakcukupan

informasi tentang pemahaman atau pengetahuan terkait dengan suatu peristiwa,

dampaknya, dan kemungkinan terjadinya. Jika dikaji lebih lanjut kondisi yang

tidak pasti itu timbul karena berbagai sebab, antara lain; jarak waktu dimulai

perencanaan, keterbatasan informasi yang diperlukan, keterbatasan pengetahuan

pengambil keputusan dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar

2.1.

Total Unperfect
Ignorance Uncertainly Risk Information

Gambar 2.1. Risiko, Ketidakpastian dan Level Informasi

(Sumber : Davidson, 2003, Hal.9)

II-1
Universitas Sumatera Utara
II-2

Susilo (2011) menerangkan bahwa risiko sering disebut sebagai kombinasi dari

dampak suatu peristiwa (termasuk dalam hal ini perubahan suatu keadaan) dan

digabungkan dengan kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut. Jika kemungkinan

suatu risiko lebih besar terjadi, maka semakin tinggi risikonya. Demikian pula,

semakin besar dampak dari risiko yang ditimbulkan, semakin tinggi risikonya.

Risk = f (Hazard, safeguard)

Kejadian sesungguhnya terkadang menyimpang dari perkiraan. Artinya ada

kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan maupun merugikan. Jika

kedua kemungkinan itu ada, maka dikatakan risiko itu bersifat spekulatif.

Sebaliknya, lawan dari risiko spekulatif adalah risiko murni, yaitu hanya ada

kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai kemungkinan keuntungan. Manajer

risiko utamanya menangani risiko murni dan tidak menangani risiko spekulatif

kecuali jika adanya risiko spekulatif memaksanya untuk menghadapi risiko murni

tersebut.

Sejalan dengan hal tersebut, munurut buku Managing Risk In Organization

(Davidson, 2003, Hal 9), risiko dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian,

yakni :

1. Risiko murni

Risiko ini hanya mengenal kemungkinan terjadinya bahaya dan kerugian

dengan kata lain hanya berfokus pada terjadinya hal-hal negatif, misalnya : orang

yang mengikuti asuransi dengan tujuan untuk melindungi dirinya dari kejadian

yang tidak diinginkan, bukan kejadian sebaliknya.

2. Risiko bisnis

Pada risiko bisnis, peluang untuk mendapatan keuntungan sama dengan

dengan peluang untuk mengalami kerugian. Prospek keuntungan dan kerugian

Universitas Sumatera Utara


II-3

yang timbul pada saat bersamaan adalah hal yang menarik bagi seorang

enterprenuer, bahkan semakin tinggi risikonya maka peluangnya itu semakin

diminati. Maka dikatakan bahwa pebisnis merupakan pengambil risiko yang

tinggi.

3. Risiko proyek

Risiko ini sering didasarkan pada hukum Murphy (Murphy’s Law), yakni “jika

sesuatu berpeluang untuk salah, maka kesalahan itu akan benar-benar terjadi” (If

something can go wrong, It will go wrong). Proyek diliputi oleh banyak risiko

karena merupakan kegiatan unik, karena masa lalu adalah panduan yang tidak

sempurna bagi masa depan. Terdapat banyak variasi pada level risiko yang

dihadapi proyek. Proyek yang sifatnya up to date memiliki risiko yang sangat

tinggi, jika dibandingkan dengan proyek rutin dan berkali-kali. Substansi penting

dari manajemen risiko pada proyek adalah risiko yang dikaitkan dengan estimasi.

Jika durasi kegiatan tidak diperkirakan dengan akurat, perkiraan biaya melebihi

target, atau sumber daya yang diperlukan tidak diidentifikasikan dengan benar,

target dari proyek akan mengalami masalah.

4. Risiko operasional

Risiko operasional merupakan risiko yang berhubungan dengan kegiatan

operasional dalam perusahaan, termasuk di dalamnya risiko dalam menjalankan

lini perakitan, pengelolaan kantor, dan pengoperasian fasilitas komputer. Risiko

timbul ketika terjadinya kejadian yang mengancam kegiatan operasional.

5. Risiko teknis

Kegiatan suatu tugas dilakukan untuk pertama kalinya, risiko tidak memenuhi

anggaran, jadwal, atau spesiiikasi target merupakan aspek yang kursial. Ini adalah

Universitas Sumatera Utara


II-4

situasi yang sering dialami oleh orang yang bekerja dengan teknologi tinggi,

karena karakter dari teknologi ini adalah pegembangannya menghadapi level dari

level ketikdapastian yang biasa. Misalnya tim teknis menyakini bahwa pekerjaan

yang diberikan akan menghabiskan waktu 3 hari untuk diselesasikan, tetapi saat

pelaksanaannya masalah yang tak terduga muncul dan menyebabkan pekerjaan

tersebut selesai 10 hari melebihi waktu perencanaannya.

6. Risiko politis

Risiko politis timbul berdasarkan situasi yang muncul ketika pengambilan

keputusan yang sangat dipengaruhi oleh faktor politik. Misalnya ketika investasi

pada konstruksi pabrik manufaktur di negara maju, investor harus

mempertimbangkan kemungkinan kebijakan pemerintah yang tidak memihak

kepada mereka.

Sumber risiko dibagi menjadi dua kategori, yaitu :

1. Eksternal

Risiko eksternal sering berada di luar kendali. Karena lebih banyak

dipengaruhi oleh keadaan di luar organisasi. Namun sedapat mungkin masih dapat

ditangani dengan mempertimbangkan untuk mendapatkan asuransi pada kejadian-

kejadian yang tak diinginkan yang berasal dari lingkungan eksternal seperti banjir,

angin ribut, gempa bumi, kebakaran, dan lain-lain. Contoh lain dari sumber

eksternal termasuk tindakan pesaing (misalnya memperkenalkan produk baru

yang membuat salah satu lini produk hilang nilai jual), trend demografi (misanya

umur penduduk mengurangi permintaan produk berorientasi untuk remaja), atau

bencana alam (misalnya, kekeringan berkelanjutan menyebabkan penurunan

drastis dalam output produk pertanian). Suharto (2008) menjelaskan risiko

Universitas Sumatera Utara


II-5

eksternal berkaitan dengan inovasi teknologi, negara, bencana, kebijakan

pemerintah, ketersediaan modal, kompetisi, peraturan perundang-undangan.

2. Internal

Sumber risiko internal yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Sumber

risiko internal terletak lebih langsung dalam bidang kontrol sendiri karena terjadi

dalam lingkungan tertentu dalam organisasi. Misalnya risiko kerusakan peralatan

kerja pada proyek karena kesalahan operasi, risiko kecelakaan kerja, risiko mis

management, dan sebagainya. Suharto (2008) menjelaskan risiko internal

berkaitan dengan pengembangan produk, perencanaan kapasitas bisnis, struktur

IT, Sumber Daya Manusia dan kepemimpinan, pembelian, kepuasan pelanggan ,

dan penipuan (fraud).

2.2. Risiko Pada Pelabuhan

Dalam dunia kemaritiman penelitian terkait risiko telah mulai dikembangkan.

Risiko menjadi isu penting karena sering berkaitan dengan keselamatan, efisiensi

dan kehandalan transportasi (Kristiansen, 2005). Risiko dan ketidakpastian dalam

pelabuhan selalu berhubungan dengan perdangangan nasional dan internasional,

instabilitas politik di level kawasan dan global, kerusakan lingkungan, dan

ancaman keamanan. Risiko-risiko dalam investasi pelabuhan dikategorikan

sebagai risiko negara, risiko sosial, risiko operasional, risiko lingkungan, risiko

keuangan, risiko komersial, dan risiko moneter (Desai, 2015).

Burns (2015), menjelaskan risiko yang dihadapi dalam dunia kemaritiman

seperti dijelasakan pada Gambar 2.2.

Universitas Sumatera Utara


II-6

strategic
planning
Financial and
risk:invesment, forecasting
assest sale and risk Logistic
purchase, integration
budget risk
allocation ,
cash flow

Traffict
infrastructur
control,
accessbility and
bottlenecks
conectivity risk
risk

Maritime
task Negotiation,
new business
Time and old
Management bussiness
Risk retention;
contract
cancellation risk

Emergency
reponse and Competition
regulatory operational management
complience efficiecy, risk
risk ; HSQE technical, and
manintanance
reliability
risk

Gambar 2.2. Risiko dalam dunia kemaritiman (Burns,2015)

Dari beberapa risiko tersebut, Burn (2015) menjelaskan, risiko yang paling tinggi

adalah terkait dengan Strategy, Health Safety Environment (HSE), Operational,

dan Financial.

Mokhtari (2011) mengkategorikan risiko di pelabuhan menjadi 4 (empat)

kategori yakni; Country Risk, Organitation Risk, Bussiness Risk dan Operational

Risk. Kajian literatur terkait jenis risiko-risiko tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Country Risk

Country risk sering disebut dengan political risk. Dalam hal ini, country risk

merupakan kejadian yang tidak diinginkan dari hasil kebijakan dan tindakan

pemerintah, atau bisa dikatakan pengaruh dari kebijakan dan tindakan

pemerintah terhadap perusahaan dan industri. World Bank (2007) menjelaskan

bahwa operator pelabuhan adalah subjek yang berkaitan dengan hukum nasional,

Universitas Sumatera Utara


II-7

ekonomi, sosial dan pengaruh politik menentukan stabilitas nasional. Secara

garis besar country risk berkaitan dengan ekonomi makro, sistem politik dan

sosial, kebijakan luar negeri, kebijakan pembangunan pelabuhan, dan kebijakan

manajemen pelabuhan.

2. Organitation Risk

OGC (2002) menguraikan beberapa kategori yang dapat dijadikan aspek dalam

mengidentifkasi area-area utama yang berkaitan dengan risiko adalah :

a. Kurangnya kejelasan dalam peraturan dan tanjung jawab.

b. Manajemen yang tidak kompeten.

c. Tidak adanya kepemimpinan.

d. Orang kunci yang mempunyai otoritas untuk melaksanakan peraturan tidak

memadai

e. Kebijakan perusahaan yang tidak memadai

f. Kekurangan dukungan pada proses bisnis

g. Prosedur operasional yang tidak memadai

h. Informasi yang tidak cukup dan tidak akurat

i. Prosedur untuk menyeleksi staf kurang memadai

j. Pembuatan keputusan yang tidak memadai

k. Kurangnya profesionalisme.

l. Kegagalan performa (manusai maupun peralatan).

Risiko organisasi berkaitan dengan factor-faktor seperti; struktur organisasi,

manajemen, kualitas proses, sumber daya manusia, Key Performance Indicators

(KPI).

Universitas Sumatera Utara


II-8

3. Bussiness Risk

Pricewaterhouse Coopers (2004) telah mengklasifikasikan faktor risiko bisnis

dikendalikan oleh ketidakpastian eksternal yang berdampak pada suatu

organisasi/perusahaan. Secara garis besar risiko bisnis terkait dengan; faktor

kompetitor, faktor perubahan industri, dan faktor perubahan konsumen.

4. Operational Risk

Basel II Capital Accord secara khusus mendefinisikan risiko operasional

sebagai risiko kerugian yang timbul dari kegagalan atau tidak memadainya proses

internal, manusia, sistem, atau kejadian-kejadian eksternal. Secara umum, risiko

operasional terkait dengan sejumlah masalah yang berasal dari kegagalan suatu

proses atau prosedur. Risiko operasional merupakan risiko yang mempengaruhi

semua kegiatan usaha karena merupakan suatu hal yang inherent dalam

pelaksanaan suatu proses atau aktivitas operasional.

Frost (2001) menjelaskan bahwa integritas operasional secara umum meliputi

manajemen risiko-risiko operational untuk budaya lingkungan yang tidak tepat,

kurangnya pengawasan manajemen, error, kedengkian, penipuan, keselamatan

dan kesehatan kerja yang lemah, kegagalan memenuhi persyaratan lingkungan,

bencana fisik, dan pengawasan internal yang lemah. Selanjutnya, konsekuensi dari

lemahnya manajemen terhadap risiko operasional akan berdampak terhadap

kerugian finansial dan jika dibiarkan maka akan menyebabkan organisasi

kehilangan reputasi dihadapan konsumen dan stakeholder yang terkait. Davidson

(2003) menjelaskan bahwa risiko operasional berkaitan dengan operasional

termasuk yang berhubungan dengan perakitan, manajemen kantor, operasional

Universitas Sumatera Utara


II-9

fasilitas perkantoran. Sebagai contoh pada pabrik, jika power padam, maka

operasional perusahaan akan berhenti.

OGC (2002) mengkategorikan beberapa aspek yang dapat dijadikan sebagai

acuan dalam mengidentikasi area-area utama yang berkaitan dengan risiko, yaitu :

a. Keselamatan yang diabaikan

b. Penanggulangan kecelakaan yang tidak memadai

c. Pelanggaran keamanan fisik dan informasi.

d. Kecelakaan polusi

e. Kegagalan dalam kesepakatan hukum atau kontrak obligasi

f. Human error/incompetence

g. Masalah perawatan

h. Kegagalan pengawasan IT

Faktor risiko yang terkait dengan risiko operasional adalah; faktor risiko yang

berkaitan dengan keselamatan pelabuhan, faktor risiko yang berkaitan dengan

keamanan pelabuhan, faktor risiko yang berkaitan dengan polusi, faktor risiko

yang berkaitan dengan kontrak, faktor risiko yang berkaitan dengan manusia, dan

faktor risiko yang berkaitan dengan teknikal.

Cara yang paling mudah untuk memahami risiko operasional di perusahaan

adalah dengan mengkategorikan risiko operasional berdasarkan kejadian-kejadian

risiko operasional. Kejadian-kejadian risiko operasional dapat dikelompokkan ke

dalam kategori-kategori sebagai berikut:

1. Risiko Proses Internal

Risiko proses internal didefinisikan sebagai risiko yang terkait dengan

kegagalan proses atau prosedur. Dalam pelaksanaan kegiatan operasional sehari-

Universitas Sumatera Utara


II-10

hari, staf akan melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Prosedur

dan kebijakan ini akan mencakup semua proses pengecekan dan pengendalian

yang diperlukan untuk memastikan bahwa konsumen telah terlayani dengan baik

dan perusahaan tidak melanggar ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Pelaksanaan evaluasi dan peningkatan proses internal merupakan bagian dari

manajemen risiko operasional. Kejadian risiko proses internal meliputi:

a. Dokumentasi yang tidak lengkap

b. Pengendalian yang lemah

c. Kelalaian pemasaran

d. Kesalahan penjualan produk

e. Pencucian uang

f. Laporan yang tidak lengkap atau tidak benar

g. Kesalahan transaksi

2. Risiko Manusia

Risiko manusia didefinisikan sebagai risiko yang terkait dengan karyawan.

Karyawan yang merupakan aset yang paling berharga dapat menjadi penyebab

kejadian risiko operasional. Kejadian risiko manusia juga dapat terjadi pada fungsi

manajemen risiko, dimana kualifikasi dan keahlian karyawan pada fungsi tersebut

merupakan hal yang diutamakan. Area-area yang umumnya terkait dengan risiko

manusia adalah:

a. Permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja (health and safety issues)

b. Perputaran karyawan yang tinggi

c. Penipuan internal

Universitas Sumatera Utara


II-11

d. Sengketa pekerja

e. Praktik managemen yang buruk

f. Pelatihan karyawan yang tidak memadai

g. Terlalu bergantung pada karyawan tertentu

3. Risiko Sistem

Risiko sistem adalah risiko yang terkait dengan penggunaan teknologi dan

sistem. Penggunaan teknologi tersebut menimbulkan risiko operasional. Kejadian

risiko sistem disebabkan oleh:

a. Data yang tidak lengkap (data corruption).

b. Kesalahan input data (data entry errors).

c. Pengendalian perubahan data yang tidak memadai (inadequate change control).

d. Kesalahan pemrograman (programming errors).

e. Ketergantungan pada teknologi black box keyakinan bahwa model matematis

yang terdapat pada sistem internal pasti benar.

f. Gangguan pelayanan (service interruption). Baik gangguan sebagian atau

seluruhnya.

g. Masalah yang terkait dengan keamanan sistem misalnya virus dan hacking.

h. Kecocokan sistem (system suitability).

i. Penggunaan teknologi yang belum diuji coba (use of new untried tecnology).

4. Risiko Eksternal

Risiko eksternal adalah risiko yang terkait dengan kejadian yang berada di luar

kendali secara langsung. Kejadian risiko eksternal umumnya adalah kejadian low

Universitas Sumatera Utara


II-12

Frequency/high impact dan sebagai konsekuensinya dapat menyebabkan kerugian

yang tidak diperkirakan, misalnya perampokan dan serangan teroris dalam skala

besar. Kejadian risiko eksternal dapat disebabkan oleh:

a. Pencurian dan penipuan dari luar

b. Kebakaran

c. Bencana alam

d. Kegagalan perjanjian outsourcing

e. Penerapan ketentuan baru

f. Kerusuhan dan unjuk rasa

g. Tidak beroperasinya sistem transportasi yang menyebabkan karyawan tidak

dapat hadir di tempat kerja

h. Kegagalan utility service, seperti listrik padam

2.3. Manajemen Risiko

Beberapa definisi mengenai manajemen risiko dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Manajemen risiko merupakan suatu proses yang berfokus pada perencanaan

(Risk management Planning), identifikasi (Risk Identification) analisis

(Qualitative Risk Analysis dan Quantitative Risk Analysis), penanganan (Risk

Response Planning) dan pemonitoran dan pengendalian (Risk Monitoring and

Control) pada risiko proyek (Project Management Institute, 2004).

b. Manajemen risiko merupakan tindakan atau praktek dalam menghadapi risiko

yang meliputi perencanaan (planning), penilaian (assessing) (identifikasi

(identifying) dan analisis (analyzing)) isu risiko, mengembangkan strategi

Universitas Sumatera Utara


II-13

penanganan resiko (risk handling) dan memonitor (monitoring) risiko untuk

melihat bagaimana risiko tersebut telah berubah (Kerzner, 2003).

c. Risk management is the culture, processes, structures that are directed towards

realizing potential opportunities while managing adverse effects (AS/NZS

4360: 2004).

d. Risk management is A process , effected by an entity’s board of directors,

management and other personnel, applied in strategy-setting and across

enterprise, designed to identify potential events that may affect the entity, and

manage risk to be within its risk appetite, to provide reasonable assurance

regarding the achievement of entity objectives (Enterprise Risk Management

– COSO).

Dari beberapa definisi di atas diperoleh tahapan-tahapan dalam manajemen

risiko, dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.3.1. Perencanaan Risiko

Perencanaan meliputi langkah memutuskan bagaimana mendekati dan

merencanakan kegiatan manajemen risiko untuk sebuah perusahaan. Dengan

mempertimbangkan lingkup perusahaan, rencana manajemen perusahaan, faktor

lingkungan perusahaan, maka tim proyek dapat mendiskusikan dan menganalisis

aktivitas manajemen risiko untuk proyek-proyek tertentu.

Untuk membuat perencanan manajemen risiko, ada beberapa hal yang

diperlukan yakni; kebijakan manajemen risiko, susunan peran dan tanggung

jawab, toleransi stakeholder terhadap risiko, tamplate untuk rencana manajemen

risiko organisasi.

Universitas Sumatera Utara


II-14

Output dari perencanaan manajemen risiko adalah Risk Management Plan yang

berisi:

 Metodologi yang menguraikan definisi alat, pendekatan, sumber data yang

mungkin digunakan dalam manajemen risiko proyek tertentu

 Peran dan tanggung Jawab yang menguraikan tanggung jawab dan peran

utama serta pendukung berikut keanggotaan tim manajemen risiko untuk

setiap tindakan

 Budget yang berisi rencana anggaran untuk manajemen risiko proyek

 Waktu yang berisi rencana waktu pelaksanaan proses manajemen risiko di

sepanjang siklus proyek.

 Scoring dan intepretasi yang menguraikan metode skoring dan intepretasi

yang sesuai tipe dan waktu analisis risiko kualitatif maupun kuantitatif.

2.3.2 Identifikasi Risiko

Metode dan pendekatan yang digunakan untuk mengidentifikasikan risiko

tergantung pada proses penentuan konteks manajemen risiko. Proses identifikasi

risiko dapat menggunakan berbagai metode yang berbasis brainstorming, check

list, flowsharing, dan lain-lain. Metode yang digunakan untuk

mengidentifikasikan risiko merupakan lanjutan dari metode yang digunakan pada

tahapan menentukan konteks manajemen risiko dan bila diperlukan diperlengkapi

dan diperdalam dengan metode lain. Kesinambungan ini perlu dipertahankan

sehingga tidak terjadi kerancuan dalam keseluruhan proses manajemen risiko.

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengidentiflkasi risiko, antara

lain :

Universitas Sumatera Utara


II-15

1. Pengujian dokumen (document review) : dokumen yag diuji terutama

dokumen pada saat penyusunan rencana bisnis organisasi dan dengan fokus

terhadap potensi risiko yang dapat menghalangi pencapaian sasaran jangka

pendek maupun jangka panjang.

2. Analisis pemangku kepentingan (stakeholder analysis) : bertujuan untuk

mengidentifikasi dan memahammi potensi risiko atau potensi dukungan dari

pemangku kepentingan. Potensi ini teljadi akibat interaksi para pemangku

kepentingan dengan organisasi, dimana masing-masing pihak mempunyai

kepentingan dan sasaran yang berbeda-beda. Proses ini juga menghasilkan

risiko dan peluang.

3. Risk Breakdown Structure (RBS) : menyusun risiko-risiko yang teridentiflkasi

dalam kelompok kategori yang sesuai dengan susuna hierarki organisasi,

proyek ataupun proses. Melalui kategorisasi dan pengelompokan ini, kejelasan

atas siapa pemangku risiko terkait terlihat lebih jelas, yaitu sesuai dengan

posisinya dalam hierarki organisasi ataupun proyek. Metode ini dapat juga

dieksplorisasi dengan lebih lanjut dengan menggunakan teknik CSRA

(Controlled Risks Self Assessmnt).

4. Metode pemetaan proses bisnis (business process mapping) yang dapat digali

lebih lanjut dengan menggunakan teknik FMEA (Failure Mode and Effect

Analysis).

RBS dikembangkan pada proyek yaitu sesuai dengan pekerjaan proyek yang

disebut dengan Work Breakdown Structure (WBS). FMEA lebih banyak dikenal

dalam industri manufaktur serta digunakan untuk mengidentiiikasi kemungkinan

kesalahan/Iisiko dalam perencanaan (design) dan produksi. CSRA dimulai secara

Universitas Sumatera Utara


II-16

formal oleh kelompok internal auditor, khususnya untuk memastikan bahwa

sistem pengendalian internal suatu perusahaan beljalan dengan baik. RBS dan

FMEA dikembangkan oleh insyinur dan CSRA oleh akuntan, khusunya para

auditor internal. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam melakukan

identifikasi risiko adalah metode RBS.

2.3.2.1. Metode Risk Breakdown Structure (RBS)

RBS digunakan terutama dala upaya melakukan kategorisasi masing-masing

risiko. RBS adalah pengelompokan risiko dalam suatu organisasi dalam suatu

komposisi hirarkis risiko organisasi yang logis, sistematis dan terstruktur secara

alami sesuai dengan struktur organisasi atau proyek. Sasaran penerapan RBS

adalah kejelasan pemangku risiko dan peningkatan pemahaman risiko organisasi

atau proyek dalam konteks kerangka kerja yang logis serta sistematis.

RBS terdiri dari dua tahapan, yaitu tahap pengembangan RBS dan tahap

penerapannya. Tahap pengembangan meliputi penyusunan hirarki yang

didasarkan pada struktur organasasi atau struktur proyek yang ada, atau

berdasarkan pengalaman masa lalu. Bila terjadi perubahan struktur organisasi

atau struktur pekerjaan proyek Work Breakdown System maka RBS perlu disusun

ulang untuk disesuaikan dengan struktur yang baru.

Hasil pengembangan RBS pada tahap pertama akan berfungsi sebagai sumber

informasi pada tahap berikutnya untuk proses identifikasi risiko, analisis risiko,

pelaporan risiko. Secara keseluruhan, RBS ini mirip dengan aplikasi dari

pengembangan risk taxonomy , hanya lebih mengacu pada struktur organisasi

yang ada atau WBS yang telah dikembangkan.

Universitas Sumatera Utara


II-17

Bila RBS akan diterapkan pada proyek maka proses pengembangan RBS

menggunakan dasar WBS. Pada penerapan untuk organisasi, selain proses bisnis

juga didasarkan pada struktur organisasi yang ada. Sebagai input untuk proses

penyusunan RBS adalah risiko-risiko yang pernah dialami dan hampir selalu

berulang. Begitu pula dengan sumber-sumber risiko yang telah diketahui. Hasil

pengembangan RBS ini berbentuk urutan hirarki potensi sumber risiko bagi

organisasi dan seringkali mempunyai tampilan seperti bagan organisasi.

Proses pengembangan RBS merupakan suatu kegiatan yang berguna untuk

melakukan tinjauan terhadap area-area yang menjadi perhatian. Pendekatan

pelaksanan RBS dapat dilakukan melalui dua pendekatan yakni top-down dan

botton-up.

Tahapan utama penyusunan RBS dengan menggunakan pendekatan top-down

adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi kelompok-kelompok besar sumber risiko. Cara termudah adalah

dengan memperhatikan struktur organisasi yang ada misalnya perusahaan

manufaktur mempunyai struktur organiasi yang terdiri dari bagian produksi,

pemasaran, keuangan dan SDM. Dengan demikian kelompok besar sumber

risiko adalah risiko manufaktur, risiko pemasaran, risiko keuangan dan risiko

orang.

2. Jabarkan kelompok besar sumber risiko tadi menjadi tindakan risiko yang lebih

kecil lagi. Misalnya untuk risiko manufaktur dipecah menjadi risiko mutu,

risiko proses produksi, risiko kerusakan, risiko supply utilitas, dan lain-lain.

3. Hasil penjabaran tersebut masih harus dijabarkan menjadi sub-kelompok yang

lebih kecil dan dilakukan secara berulang hingga proses dekomposisi ini

Universitas Sumatera Utara


II-18

mencapai tahapan yang memungkinkan penanganan risiko dalam tatanan yang

memuaskan. Artinya dapat diketahui dengan jelas pemangku risiko (risk

owner) dan dapat dirumuskan perlakuan terhadap potensi risiko yang ada pada

level yang cukup rendah.

Proses ini juga dapat dilakukan secara terbalik (bottom up). Artinya, dimulai

dengan mengidentifikasi secara acak terlebih dahulu, baru dikelompokkan

menjadi kelompok kecil, kemudian lagi menjadi kelompok besar. Demikian

dilakukan secara berulang hingga dapat disesuaikan dengan struktur organiasi

yang ada. Dengan demikian akuntabilitas penanganan risiko menjadi lebih jelas

dan secara berjenjang dapat diketahui dengan jelas para pelaku risiko.

Secara ringkas, tahapan pelaksanaan secara bottom up ini dilakukan sebagai

berikut:

1. Kumpulan potensi risiko sebanyak mungkin secara acak. Gunakan metode

brainstorming atau metode lainnya menggali kemungkinan potensi risiko

yang ada. Apabila dampak dan kemungkinan potensi risiko sudah diketahui

maka ada baiknya informasi ini disertakan.

2. Lakukan penyortiran risiko. Potenis risiko yang ditemukan disortir dan

dikelompokkan menjadi kelompok potensi risiko yang sejenis dan terkait

kelompok-kelompok kecil potensi risiko yang terkait ini digabungkan

menjadi kelompok yang lebih besar dan dalam kaitan yang lebih luas sesuai

dengan struktur organisasi. Proses ini harus dilakukan secara berulang-ulang

sehingga diperoleh suatu hirarki kelompok risiko yang logis, sistematis, dan

terstruktur sesuai dengan struktur organisasi.

Universitas Sumatera Utara


II-19

3. Tinjau ulang hasil pengelompokan, apakah pengelompokan, apakah

pengelompokkan yang terjadi memang sudah sesuai dengan area potensi

risiko dalam struktur organisasi, apakah semua potensi risiko sudah tercakup.

Bila belum, proses tadi harus diulang hingga semua potensi risiko tercakup.

4. Dalam hal ini, nilai dampak dan kemungkinan juga ditampilkan sehingga

informasi ini dapat membantu mengidentiflkasi kelompok mana yang

mempunyai potensi risiko dengan nilai yang lebih besar dan memerlukan

perhatian serta sumber daya lebih. Untuk tingkat seluruh organisasi, dapat

diketahui total risiko yang dihadapi organisasi dan ada kemungkinan untuk

menyusun prioritas penanganan risiko berdasarkan tingkat kegawatan yang

diperoleh.

Dalam menyusun RBS diperlukan partisipasi yang cukup dari anggota

organisasi terkait, terutama dari mereka yang memahami proses organisasi dan

dapat membedakan dengan rinci potensi dari masing-masing risiko yang

ditemukan. Selain itu, ketersediaan struktur organisasi dengan kejelasan sasaran

dan fungsi akan sangat membantu. Apabila dipergunakan pada proyek maka

ketersediaan work breakdown strukture proyek akan sangat membantu dalam

menyusun RBS.

Penyusuan RBS pada dasarya tidak memerlukan peralatan khusus karena lebih

bersifat administratif. Yang diperlukan adalah kreativitas dan partisipasi anggota

organisasi yang memahami proses organisasi serta dapat membedakan secara rinci

potensi risiko yang ada.

Universitas Sumatera Utara


II-20

2.3.3. Analisa risiko

Terdapat 3 prinsip penting dalam melakukan pengukuran risiko, yakni :

1. Memastikan bahwa terdapat proses struktur yang jelas dimana unsur

probabilitas dan dampak dipertimbangkan dalam setiap risiko.

2. Merekam pengukuran risiko yang memfasilitasi pengontrolan dan identifikasi

dari prioritas risiko.

3. Membuat jelas perbedaan antara inherent risk (risiko awal yang

diidentifikasi) dan residual risk (risiko yang masih tersisa dilakukan

manajemen risiko yang harus dterima oleh perusahaan.

2.3.3.1. Analisa risiko kualitatif

Analisa risiko kualitatif didasarkan pada suatu pengalaman dan pengetahuan

dari para subjek dan pemangku risiko terkait (tacit knowledge) sehingga data yang

digunakan lebih bersifat tidak dalam bentuk terukur, melainkan suatu pernyataaan

atau suatu gambaran. Analisa risiko kualitatif diidentifikasikan untuk pengambilan

tindakan selanjutnya, seperti analisa risiko kuantitatif dan perencanaan

penanganan risiko.

Dalam menganalisa dampak risiko secara kualitatif dibutuhkan data risiko

yang diambil dari tacit knowledge, data historis perusahaan, rencana manajemen

risiko, dan daftar risiko. Data-data tersebut selanjutnya diproses untuk

menghasilkan matriks probalitas dan dampak risiko.

Teknik yang sering digunakan skema pemeringkatan risiko. Teknik ini

merupakan teknik sederhana yang paling sering digunakan. Skema pemeringkatan

risiko haruslah distandarisasi dan digunakan secara konsisten untuk keseluruhan

Universitas Sumatera Utara


II-21

organisasi. Melalui skema ini akan ditentukan gambaran dan kuantifikasi atau

besaran yang digunakan seperti; besar, sedang, dan rendah.

Input untuk mengembangkan sekema peringkat berasal dari tim yang

berpengalaman dalam organisasi dan mempunyai keahlian di bidang tersebut.

Metode pengumpulan informasi ini dapat dilaukan juga dengan teknik Expert

Judgement, baik melalui metode terstruktur Delphi Technique, Analytic Network

Process (ANP) atau melalui wawancara atau bentuk Focus Group Discussion

lainnya. Hal ini penting untuk mengurangi subjetifitas dan kelemahan tidak

tersedianya data yang memadai.

Besar Risiko Risiko


Menengah Tinggi
Kemungkinan
Risiko Risiko
Kecil Rendah Menengah
Kecil Besar
Dampak

Gambar 2.3. Pembagian Zona Risiko

2.3.3.2. Analisa Risiko Secara Kuantitaif

Analisa risiko kuantitatif merupakan proses untuk mengukur dampak secara

keseluruhan yang ada dalam proyek menggunakan simulasi komputer menjadi

skenario yang bervariasi.

Metode yang digunakan dalam analisa risiko kuantitatif yaitu :

a. Metode pengumpulan data dan metode representasi

b. Metode analisa risiko kuantitatif dan permodelan

 Analisa sensitivitas

 Analisa nilai moneter yang diharapkan

Universitas Sumatera Utara


II-22

 Analisa pohon keputusan (Decision Tree Analysis)

 Modeling dan Simulasi

 Value at Risk (VAR)

 Fault Tree Analysisi (FTA)

 Hazard and Operability Study (HazOp)

 Analytic Hierarchy Process (AHP)

 Analytic Network Process (ANP)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dalam melakukan analisa risiko

adalah metode Analytic Network Process (ANP) dan Failure Mode Effect Anaylis

(FMEA).

2.3.3.2.1. Analytic Network Process (ANP)

Analytic Network Process (ANP) atau ANP adalah teori matematis yang

memugkinkan seorang pengambil keputusan menghadapi faktor-faktor yang

saling berhubungan (dependence) serta umpan balik (feedback) secara sistematis.

ANP merupakan metode pengambilan keputusan berdasarkan banyaknya kriteria

atau Multiple Criteria Decision Making (MCDM) yang dikembangkan oleh

Thomas L Saaty. Metode ini merupakan pendekatan baru metode kualitatif yang

merupakan perkembangan lanjutan dari metode terdahulu yakni Analitytic

Hierarchy Process (AHP) yang digunakan untuk mencari nilai dan hubungan

antara variabel baik secara horizontal, vertikal maupun loop. ANP pada dasarnya

memiliki bentuk yang mirip dengan AHP dimana AHP menunjukkan hubungan

antara variabel yang membentuk suatu hierarki, akan tetapi, tidak semua

permasalahan pengambilan keputusan hanya berdasarkan hierarki akan tetapi juga

memiliki ketergantungan antara komponen di dalam klaster. Pada masalah yang

Universitas Sumatera Utara


II-23

demikian, digunakan Analytic Network Process dimana jaringannya tersebar di

segala arah dan mengikutsertakan perputaran diantara klaster dan loops di dalam

klaster yang sama.

Kelebihan ANP dari metode yang lain adalah kemampuan untuk membantu

para pengambil keputusan dalam melakukan pengukuran dan sistesis sejumlah

faktor-faktor dalam hirarki atau jaringan. Banyak kelebihan dari metode baru yang

diperkenalkan pleh Saaty ini, diantaranya adalah kesederhanaan konsep yang

ditawarkan. Kesederhanaan metode, membuat ANP menjadi metode yang lebih

umum dan lebih mudah diaplikasikan untuk studi kualitatif yang beragam seperti

pengambilan keputusan, peramalan (forecasting), evaluasi, pemetaan (mapping),

strategizing, alokasi sumber daya dan lain sebagainya. Jika dibandingkan dengan

metode AHP, ANP memiliki banyak kelebihan, seperti perbandingan yang

dihasilkan lebih objektif, kemampuan prediktif yang lebih akurat, dan hasil yang

lebih stabil. ANP bersifat general dari AHP yang digununakan pada multi-criteria

decision analysis. Struktur AHP merupakan suatu decision problem dalam bentuk

tingkatan jaringan tanpa harus menetapkan level seperti hirarki yang digunkan

dalam APH (Tanjung dan Devi,2014;2014).

Menurut Saaty ANP digunakan untuk memecahkan masalah yang bergantung

pada alternatif-alternatif yang ada. Dalam teknik analisisnya, ANP menggunkan

perbandingan berpasangan pada alternatif-alternatif dan kriteria proyek. Pada

jaringan AHP terdapat level tujuan, kriterian, subkriteria dan alternatif, dimana

masing-masing level memiliki elemen. Sementara itu, level dalam AHP disebut

cluster pada jaringan ANP yang dapat memiliki kriteria dan alternatif di

dalamnya, yang sekarang disebut simpul.

Universitas Sumatera Utara


II-24

Tujuan

Kriteria Kompoen, Cluster


(level)

Subkriteria
elemen

Garis putaran mengindikasikan


Alternatif bahwa setiap elemen hanya
bergantung pada dirinya sendiri

Gambar 2.4. Jaringan Hirarki

Gambar 2.4. menunjukkan analisa dengan pendekatan jaringan hierarki.

Munurut Ma’arif dan Hendri (2003) (Tanjung dan Devi, 2013 : 216) hierarki

merupakan alat yang sangat dasar dari pikiran manusia dengan melakukan

pengidentifikasian elemen-elemen suatu masalah, lalu elemen-elemen tersebut

dikelompokkan dalam bentuk kumpulan-kumpulan (komponen) yang homogeny

dan dirumuskan dalam bentuk tingkatan yang berbeda. Tidak terdapat aturan baku

dalam penyusunan jaringan hierarki, akan tetapi penyusunan jaringan hierarki

tetaplah harus disesuaikan dengan situasi keputusan yang diambil.

Selain penggunaan jaringan hierarki, pengambilan keputusan juga dapat

dilakukan dengan membuat jaringan feedback (jaringan timbal balik). Jaringan ini

lebih tepat menggambarkan kondisi masalah penelitian yang sangat kompleks

sebagaimana telah diungkapkan di awal. Secara ringkas jaringan feedback

digambarkan pada Gambar 2.5.

Universitas Sumatera Utara


II-25

Garis lurus dari komponen C4 ke


C2 menunjukkan adanya
C4 hubungan antara eleen-elemen
yang ada di dalam C4 terhadap
elemen-elemen yang ada pada
komponen C2 atau dapat disebut
C1 juga outer depence

Feedback
C2
Garis putaran dalam komponen
C3 menunjukkan adanya hubungan
elemen dalam suatu komponen
atau disebut juga inner
dependence

Gambar 2.5. Jaringan Feedback

Dengan menggunkan jaringan feedback, elemen-elemen dapat bergantung atau

terikat pada komponen seperti pada jaringan hierarki akan tetapi juga dapat

bergantung pada sesama elemen. Lebih jauh lagi, suatu elemen dapat tergantung

pada elemen-elemen lain yang ada dalam suatu komponen. Komponen lainnya

sebagaimana ditunjukkan pada garis lurus yang menghubungkanantara C4 ke

cluster lain (yaitu C2 dan C3) disebut outer dependence. Sedangkan elemen-

elemen yang akan dibandingkan berada pada komponen yang sama, sehingga

pada elemen tersebut membentuk hubungan “garis putaran” maka disebut inner

dependence (Saaty dan Vargas, 2006).

ANP merupakan metode dengan pendekatan kuantitatif di mana data yang

akan disajikan sebagai bahan analisis tidak tersedia, sehingga penelitian harus

mencari data secara primer. Oleh karena itu, ANP memiliki tiga aksioma yang

mejadi landasan teorinya. Aksioma atau postulat berfungsi untuk memperkuat

suatu pernyataan agar dapat dilihat kebenarannya tanpa perlu adanya bukti.

Menurut Ascarya (Tanjung dan Devi, 2013:219) aksioma-aksioma tersebut

diantaranya :

Universitas Sumatera Utara


II-26

1. Resiprokal

Jika aktifitas X memiliki tingkat kepentingan 6 kali lebih besar dari aktifitas

Y maka aktifitas Y besarnya 1/6 dari aktifitas X

2. Homogenitas

Aksioma ini menyatakan bahwa elemen-elemn yang akan dibandingkan

memiliki perbedaan terlalu besar. Jika perbandingan terlalu besar maka akan

berdampak pada kesalahan penilaian yang lebih besar. Skala yang digunakan

dalam AHP dan ANP berbeda dengan skala yang digunakan pada skala likert

umumnya (1 sampai 5). Skala yang digunakan dalam ANP memiliki rentang

lebih besar, yaitu 1 sampai 9 bahkan lebih. Berikut skala yang digunakan

dalam ANP seperti dicantuman pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Skala dalam ANP

Tingkat
Deskripsi Penjelasan
Kepentingan
Amat sangat lebih besar 9 Bukti-bukti yang memihak satu elemen dibandingkan
pengaruh/tingkat kepentingan elemen lainnya kemungkinan afirmasinya tertinggi.
Diantara 7-9 8 Nilai kompromi diantara dua nilai yang berdekatan
Sangat lebih besar 7 Satu elemen sangat lebih dibandingkan elemen lainnya,
pengaruh/tingkat dan dominan ditunjukkan dalam praktik
kepentingannya
Diantara nilai 5-7 6 Nilai kompromi diantara dua nilai yang berdekatan
Lebih besar pengaruh/tingkat 5 Pengalaman dan penilaian kuat mendukung satu elemen
kepentingannya didandingkan elemen yang lainnya.
Diantara 3-5 4 Nilai kompromi di antara dua nilai yang berdekatan
Sedikit leih besar 3 Pengalaman dan penilain sedikit mendukung satu elemen
pengaruh/tingkat dibandingkan elemen yang lain.
kepentinganya
Diantara 1-3 2 Nilai kompromi di antara dua nilai yang berdekatan
Sama besar pengaruh/tingkat 1 Dua elemen yang dibandingkan memiliki kontribusi
kepentinganya kepentingan yang sama terhdap tujuan

3. Aksioma ketiga adalah elemen dan komponen yang digambarkan dalam

jaringan kerangka kerja baik hierarki maupun feedback, betul-betul dapat

mewakili agar sesuai pula dengan yang diharapkan.

Universitas Sumatera Utara


II-27

Saaty (1994), Tanjung dan Devi (2013) membagi prinsip dasar dalam AHP

dan ANP menjadi tiga, yakni dekomposisi, penilaian komparasi, dan komposisi

hierarki (sistesis). Penjelasan lebih lengkap ketiga prinsip tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Dekomposisi

Masalah-masalah yang dikumpulkan dengan menggunakan studi lapangan

ketika penelitian sedang berlangsung merupakan masalah yang sangat kompleks.

Untuk menstruktur masalah-masalah yang kompleks tersebut perlu

dikomposisiakn ke dalam suatu jaringan dalam bentuk komponen-komponen,

cluster-cluster, sub clustter dan alternatif. Mendekomposisikan masalah menjadi

dalam bentuk kerangka kerja hierarki atau feedback dapat juga dikatakan dengan

membuat model dengan pendekatan ANP.

2. Penilaian komparasi

Prinsip ini diterapkan untuk melihat perbandingan pairwise (pasangan) dari

semua jaringan/hubungan/pengaruh yang dibentuk dalam suatu kerangka kerja.

Hubungan tersebut dapat berupa hubungan antara elemen-elemen dalam suatu

komponen yang berbeda atau hubungan antara satu elemen dengan elemen

lainnya dalam bentuk komponen yang sama. Semua pasangan perbandingan itu

digunakan untuk memperoleh hasil prioritas ‘lokal’ elemen-elemen dalam setiap

komponen. Untuk melakukan penilaia komparasi inilah berlaku aksioman

resiprokal. Tanjung dan Devi (2013:221) menyebutkan bahwa jika terdapat

elemen, maka matriks perbandingan komparasi adalah n x n. Oleh karena itu,

banyaknya penilaian yang diperlukan untuk menyusun matriks tersebut adalah

𝑛(𝑛−1)
. Pertanyaan yang digunakan untuk menilai perbandingan pasangan ini
2

Universitas Sumatera Utara


II-28

antara AHP dan ANP. Dalam AHP seseorang bertanya “elemen mana yang lebih

disukai atau lebih penting?”, sementara dalam ANP seseorang bertanya “elemen

mana yang mempunyai pengaruh lebih besar ?’ untuk memperoleh hasil prioritas

‘lokal’, dari setiap matriks penilaian perbandingan pasangan kemudian dicari

nilai eigen vector.

3. Komposisi hierarki atau sistesis

Prinsip ini diterapkan untuk mengalikan prioritas lokal dari elemen-elemen

dalam cluster dengan prioritas global dari elemen induk yang akan menghasilkan

prioritas global seluruh hierarki dan menjumlahkannya untuk menghasilkan

prioritas global untuk elemen level terendah (biasanya merupakan alternatif).

Menurut Tanjung dan Devi (2013 :221) ada tiga fungsi utama ANP, yaitu :

1. Menstruktur kompleksitas

Permasalah yang kompleks jika distruktur dengan baik maka akan sulit dalam

menguaraikan masalah tersebut. Serumit apapun dan sekompleks apapun masalah

yang dihadapi. ANP membantu dalam menstruktur masalah tersebut.

2. Pengukuran dalam Skala Rasio

Pengukuran dalam skalan rasio ini diperlukan untuk mencerminakan proporsi.

Setiap memetode dengan struktur hierarki harus menggunakan prioritas skala

rasio untuk elemen di atas level terendah dari hierarki. Hal ini penting karena

prioritas (bobot) dari elemen di level manapun dari hierarki ditentukan dengan

mengalikan prioritas dari elemen induknya. Karena hasil perkalian dari dua

pengkuran level interval secara matematis tidak memiliki arti, skala rasio

diperlukan untuk penilaian ini. ANP menggunakan skala rasio pada semua level

terendah dan hierarki/jaringan, termasuk level terndah (alternatif dalam model

Universitas Sumatera Utara


II-29

pilihan). Skala rasio ini menjadi semakin penting jika prioritas tidak hanya

digunakan untuk aplikasi pilihan, namun untuk aplikasi-aplikasi lain, seperti

untuk aplikasi alokasi sumber daya.

3. Sintesis

Sistesis berarti menyatukan semua bagian menjadi satu kesatuan. Karena

kompleksitas situasi keputusan penting atau prakiraan atau alokasi sumber daya,

sering melibatkan terlalu banyak dimensi bagi manusia untuk dapat melakukan

sisntesis secara intuitif, kita memerlukan suatu cara untuk melakukan sisntesis

dari banyak dimensi. Fungsi yang lebih penting lagi dalam ANP adalah

kemampuannya untuk membantu pengambil keputusan dalam melakukan

pengukuran dan sisntesi sejumlah faktor-faktor dalam hierarki atau jaringan.

Ma’arif dan Hendri (Tanjung dan Devi, 2013 :221) membagi jenis penilaian

konsistensi baik dalam AHP maupun ANP menjadi dua jenis. Pertama,

konsistensi diukur berdasarkan objek-objek (elemen) yang akan diperbandingkan.

Contoh sederhana adalah buah lengkeng dan kelereng dapat dikelompokkan

menjadi satu himpunan yang seragam jika kriteria yang digunakan adalah “bulat”.

Akan tetapi buah lengkeng dan kelereng tidak dapat dijadikan satu kelompok

himpunan seragam jika kriteria yang digunakan adalah “rasa”. Karena jelas antara

kedua elemen yakni buah lengkeng dan kelereng adalah berbeda dari segi rasa tapi

sama dari segi bentuk. Oleh karena itu, seorang peneliti harus mampu

mengelompokan elemen-elemen dalam satu kriteria (komponen) tertentu dan

meminimalisir terjadinya ambiguitas agar tidak terdapat kesalahan tafsir oleh

pembaca (responden). Kedua, konsistensi juga terdapat ketika akan melakukan

perbandingan pasangan. Penilaian perbandingan pasangan akan selallu konsisten

Universitas Sumatera Utara


II-30

jika elemen yang dibandingkan hanya dua. Akan tetapi, akan lebih sulit untuk

konsisten jika komponen yang dibandingkan lebih dari dua. Misalnya, jika X

enam kali lebih besar daripada Y, Y tiga kali lebih besar daripada Z, maka

seharusnya X 18 kali lebih besar daripada Z. Jika X 10 kali lebih besar daripada Z

maka penilaian perlu diulangi sampai penilaian yang dihasillkan konsisten.

2.3.3.2.2. Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)

Metode ini dikembangkan sekitar tahun 1960-an, ketika gerakan mutu mulai

timbul. Pemakaian secara formal dimulai di industri dirgantara sekitar tahun itu,

dimana kepedulian terhadap keselamatan penerbangan sangat tinggi. Sasaran awal

FMEA adalah mencegah terjadinya kecelakaan yang dapat membahayakan nyawa

orang. Sasaran ini juga masih berlaku hingga saat ini., hanya sasaran penggunaan

FMEA saat ini sudah sangat luas. Namun pada intinya adalah mencegah

terjadinya kegagalan dan dampaknya sebelum terjadi.

Istilah-istilah yang digunakan dalam FMEA berbeda dengan yang digunakan

dalam standar manajemen risiko, tetapi pengertiannya sama. Istilah-istilah

tersebut adalah :

 Kesalahan (failure) adalah kegagalah proses atau produk

 Kegawatan (severity) adalah dampak yang timbul apabila suatu kesalahan

(failure) terjadi

 Kejadian (occurance) adalah kemungkinan atau probabilitas atau frekuensi

terjadinya kesalahan

 Deteksi (detection) adalah kemungkinan untuk mendeteksi suatu kesalahan

akan terjadi atau sebelum dampak kesalahan tersebut terjadi

Universitas Sumatera Utara


II-31

 Tingkat prioritas risiko (Risk Priority Number-RPN) adalah hasil perkalian

dari masing-masing tingkat kegawatan kejadian dan deteksi.

Dari uraian pengertian di atas maka dapat diidentikkan hal-hal sebagai berikut :

 Kesalahan identik dengan risiko

 Kegawatan identik dengan dampak risiko

 Kejadian identik dengan kemungkinan terjadinya risiko

 Deteksi identik dengan pemahaman sumber risiko dan atau pemahaman

terhadap pengendalian yang ada pada proses yang diamati

 RPN identik dengan tingkat kegawatan (risk severity) yaitu hasil perkalian

dari masing-masing nilai dampak dan kemungkinan.

Secara umum dikenal 2 (dua) macam FMEA, yaitu proses FMEA dan desain

FMEA. Penerapan FMEA dilakukan melalui suatu tim yang dibentuk khusus

untuk itu. Untuk proses manufacturing, biasanya FMEA dilakukan untuk

keseluruhan proses. Oleh karena itu perlu diadakan pembatasan tugas bagi

masing-masing tim agar tidak terjadi kegiatan yang saling tumpang tindih.

Terdapat sepuluh langkah dalam penerapan FMEA, yaitu ;

1. Peninjauan Proses

Tim FMEA harus meninjau ulang peta proses bisnis atau bagan alir yang

ada untuk di analisis. Ini perlu dilakukan untuk mendapatkan kesalahan paham

terhadap proses tersebut. Dengan menggunakan peta atau bagan alir tersebut,

seluruh anggota tim haruslah melakukan peninjauan lapangan (process walk-

through) untuk meningkatkan pemahaman terhadap proses yang dianalisa. Bila

peta proses atau bagan alir belum ada maka tim harus menyusun peta proses atau

bagan alir tersebut sebelum memulai proses FMEA itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara


II-32

2. Brainstorming berbagai bentuk kemungkinan kesalahan atau kegagalan proses

Setelah melakukan peninjauan lapangan terhadap proses yang akan di

analisis maka setiap anggota tim akan melakukan brainstorming terhadap

kemungkinan kesalahan atau kegagalan yang dapat terjadi dalam proses tersebut.

Proses brainstorming ini dapat berlangsung lebih dari satu kali untuk memperoleh

satu daftar yang komperehensif terhadap segala kemungkinan kesalahan yang

dapat terjadi. Hasil brainstorming ini kemudian dikelompokkan menjadi beberapa

penyebab kesalahan seperti manusia, mesin/peralatan, material, metode kerja dan

lingkungan kerja. Cara lain untuk mengelompokkan adalah menurut jenis

kesalahan itu sendiri, misalnya kesalahan pada proses welding, kesalahan elektrik,

kesalahan mekanis dan lain-lain. Pengelompokkan ini akan mempermudah proses

analisis nantinya dan untuk mengetahui dampak satu kesalahan yang mungkin

menimbulkan kesalahan yang lain.

3. Membuat daftar dampak tiap-tiap kesalahan

Setelah diketahui semua daftar kesalahan yang mungkin terjadi maka

dimulai menyusun dampak dari masing-masing kesalahan tersebut. Untuk setiap

kesalahan, dampak yang terjadi bisa hanya satu, tetapi mungkin juga bisa lebih

dari satu. Bila lebih dari satu maka semuanya harus ditampilkan. Proses ini harus

dilaksanakan dengan cermat dan teliti, karena apa yang terlewat dari proses ini

tidak akan mendapatkan perhatian untuk ditangani.

Kriteria dampak, kemungkinan dan deteksi ini harus ditetapkan terlebih

dahulu. Kriteria mula-mula secara kualitatif dan kemudian dibuat secara

kuantitatif. Apabila bias langsung dibuat secara kuantitatif akan lebih baik. Skala

Universitas Sumatera Utara


II-33

kriteria untuk ketiga jenis penilaian ini juga harus sama, misalnya terbagi dalam

skala 5 atau skala 10. Nilai 1 terendah dam nilai 5 atau 10 tertinggi. Penilaian

peringkat dari ketiga variabel yang dinilai dilakukan secara konsensus dan

disepakati oleh seluruh anggota tim.

4.Menilai tingkat dampak (severity) kesalahan

Penilaian terhadap tingkat dampak adalah perkiraan besarnya dampak

negatif yang diakibatkan apabila kesalahan terjadi. Bila pernah terjadi maka

penilaian akan lebih mudah, tetapi bila belum pernah maka penilaian dilakukan

berdasarkan perkiraan.

5. Menilai tingkat kemungkinan terjadinya (occurance) kesalahan

Sama dengan langkah keempat, bila tersedia cukup data maka dapat

dihitung probabilitas atau frekuensi kemungkinan terjadinya kesalahan tersebut.

Bila tidak tersedia maka harus digunakan estimasi yang didasarkan pada pendapat

ahli (expert judgement) atau metode lainnya.

6. Langkah ke-6 : menilai tingkat kemungkinan deteksi dari tiap kesalahan atau

dampaknya

Penilaian yang diberikan menunjukkan seberapa jauh kita dapat mendeteksi

kemungkinan terjadinya kesalahan atau timbulnya dampak dari suatu kesalahan.

Hal ini dapat diukur dengan seberapa jauh pengendalian atau indikator terhadap

hal tersebut tersedia. Bila tidak ada makan nilainya rendah, tetapi bila indicator

sehingga kecil kemungkinan tidak terdeteksi maka nilainya tinggi.

Universitas Sumatera Utara


II-34

7. Hitung tingkat prioritas risiko (RPN) dari masing-masing kesalahan dan

dampaknya

Nilai prioritas risiko (RPN) merupakan perkalian dari :

RPN = (Nilai Dampak) X (Nilai Kemungkinan) X (Nilai Deteksi)

Total nilai RPN ini dihitung untuk tiap-tiap kesalahan yang mungkin

terjadi. Bila proses tersebut terdiri dari kelompok-kelompok tertentu maka jumlah

keseluruhan RPN pada kelompok tersebut dapat menunjukkan bahwa betapa

gawatnya kelompok proses tersebut bila suatu kesalahan terjadi. Jadi terdapat

tingkat prioritas tertinggi untuk jenis kesalahan dan jenis kelompok proses.

8. Urutkan prioritas kesalahan yang memerlukan penanganan lanjut

Setelah dilakukan perhitungan RPN untuk masing-masing potensi

kesalahan maka dapat disusun prioritas berdasarkan nilai RPN tersebut. Apabila

digunakan skala 10 untuk masing-masing variable maka nilai tertinggi RPN

adalah = 10 x 10 x 10 = 1000. Bila digunakan skala 5, maka nilai tertinggi adalah

= 5 x 5 x 5 =125. Terhadap nilai RPN tersebut dapatdibuat klasifikasi tinggi,

sedang dan rendah atau ditentukan secara umum bahwa untuk nilai RPN di atas

250 (cut-off points) harus dilakukan penanganan untuk memperkecil kemungkinan

terjadinya kesalahan dan dampaknya serta pengendalian deteksinya. Penentuan

klasifikasi atau nilai batas penanganan ditentukan oleh kepala tim atau oleh

manajemen sesuai dengan jenis proses yang dianalisis.

Universitas Sumatera Utara


II-35

9. Lakukan tindak mitigasi terhadap kesalahan tersebut

Idealnya semua kesalahan yang menimbulkan dampak tinggi harus

dihilangkan sepenuhnya. Penanganan dilakukan secara serentak untuk ketiga

aspek, yaitu meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi kesalahan, mengurangi

dampak kesalahan bila terjadi. Salah satu contoh untuk mendeteksi adanya

kesalahan adalah adanya indikator panas pada mesin mobil bila terjadi

overheating. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal ; misalnya kipas

radiator tidak bekerja, kebocoran pipa air pendingin, pompa air radiator tidak

bekerja dan lain-lain. Sedangkan cara untuk mencegah dampak kesalahan bila

sudah terjadi adalah dengan memasang kontak pemutus aliran listrik ke mesin

sehingga mesin mati bila terjadi overheating. Dengan demikian, mesin tidak akan

rusak karena overheating berlanjut. Untuk mengurangi terjadinya kesalahan,

caranya adalah dengan menyusun suatu prosedur pemeriksaan berkala terhadap

semua peralatan tersebut : kipas radiator, pompa air radiator, pengisian air radiator

dengan cairan yang khusus untuk itu dan lain-lain.

10. Hitung ulang RPN yang tersisa untuk mengetahui hasil dari tindak lindung

yang dilakukan.

Segera setelah tindak lindung risiko dilaksanakan, harus dilakukan

pengukuran ulang atau perkiraan nilai deteksi, nilai dampak dan nilai

kemungkinan timbulnya kesalahan. Setelah itu dilakukan perhitungan nilai tingkat

prioritas risiko kesalahan tadi. Hasil tindak lindung tadi harus menghasilkan

penurunan nilai RPN yang cukup signifikan ke tingkat yang cukup aman. Bila

belum tercapai maka tetap perlu dilakukan tindak lindung lebih lanjut. Contohnya

Universitas Sumatera Utara


II-36

dengan menggunakan ilustrasi pada langkah ke-9 terkait dengan overheating.

Berapa kira-kira penurunan RPN bila dibandingkan dengan kondisi awal, yaitu

tanpa indicator panas dan tanpa pemutus otomatis untuk overheating dengan

sesudah dilakukan tindak lindung melalui pemasangan indicator panas mesin dan

pemutus otomatis untuk overheating

2.3.4. Penanganan Risiko

Setelah semua risiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dan dianalisa,

manajer akan mulai memformulasikan strategi penanganan risiko yang tepat.

Strategi tersebut akan mengacu pada sifat dan dampak potensial atau konsekuensi

dari risiko itu sendiri. Strategi ini dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan

kendali terhadap risiko dan memindahkan sebanyak mungkin dampak potensial

risiko yang akan terjadi.

Susilo dan Kaho (2010), menyatakan terdapat 4 strategi dalam melakukan

penangan risiko. Strategi penanganan risiko yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

1. Menerima risiko (risk acceptance), yaitu tidak melakukan perlakukan apapun

terhadap risiko tersebut. Strategi tersebut dilakukan karena risiko tersebut

masih dikategorikan dalam batas toleransi yang dapat diterima. Hal disebabkan

karena tingkat kemungkinan terjadinya risiko sangat kecil terjadi, atau akibat

yang ditimbulkan risiko sangat kecil sehingga tingkat kepentingan/pengaruh

risiko terhadap kinerja operasional pelabuhan tersebut kecil.

2. Menghindari risiko (risk avoidance), berarti tidak melaksanakan tindakan atau

meneruskan kegiatan yang menimbulkan risiko. Tindakan tersebut diambil

Universitas Sumatera Utara


II-37

karena kegiatan tersebut memiliki risiko yang cukup besar, dan belum ada

metode atau teknologi yang dapat dilakukan untuk mengendalikan risiko

tersebut. Strategi ini mensyaratkan pemiliki risiko agar menemukan terlebih

dahulu metode atau teknologi yang dapat menurunkan tingkat risiko yang

ditimbulkan oleh suatu kegiatan. Tanpa ada pengendalian kegiatan tidak dapat

dilaksanakan.

3. Berbagi risiko (risk sharing/transfer), yaitu suatu tindakan untuk

membagi/mentransfer kemungkinan timbulnya risiko atau dampak risiko

kepada pihak lain. Berbagi risiko dapat dilakukan dengan cara negosiasi,

kapanpun saat manajer menjalani perencanaan baik kontraktual maupun

permanen dengan berbagai pihak Hal ini dilaksanakan antara lain melalui

asuransi dan outsourcing.

4. Mitigasi (mitigation), yaitu suatu tindakan terencana dan berkelanjutan yang

dilakukan oleh pemilik risiko agar bisa mengurangi dampak dari suatu kejadian

yang berpotensi merugikan atau membahayakan pemilik risiko. Tindakan

mitigasi memerlukan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan perbaikan serta

pemantauan.

2.3.5. Alternatif-alternatif ideal yang digunakan dalam mitigasi risiko

Menurut Kambiz Mokhtari (2011), terdapat 8 alternatif ideal yang digunakan

dalam mitigasi risiko pelabuhan. Alternatif-alternatif merupakan standarisasi yang

diimplematisikan dengan pendekatan sistem yang berkelanjutan yang sering

disebut dengan PDCA (Planing, Do, Chek, Action). Dengan pendekatan ini,

Universitas Sumatera Utara


II-38

diharapkan mitigasi akan menurunkan tingkat risiko ke tingkat yang dapat

diterima. Alternatif-alternatif ideal tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Deregulasi (deregulation) dan privatisasi (privatisation).

Pelabuhan harus mampu meningkatkan kapasitas dan efisiensi yang dapat

mengurangi biaya-biaya yang ada untuk dapat menjawab tantangan global. secara

umum, operasional pelabuhan sangat banyak dikendalikan oleh adanya peraturan

pemerintah. Peraturan pemerintah yang membuat pasar monopoli terhadap

pengelolaan pelabuhan sering membuat pelabuhan kurang efisien dan tidak

kompetitif.

Deregulasi merupakan suatu tindakan untuk mereduksi peraturan yang

dianggap dapat menghambat kinerja pelabuhan. Privatisasi merupakan tindakan

mengurangi pengaruh pemerintah dalam pengelolaan pelabuhan. Privatisasi telah

terbukti memberikan prospek besar dalam mengurangi biaya dan memberikan

pelayanan terbaik.

2. Quality standart (ISO 9001, ISO 14000, ISO 18000 dan ISO 20000)

Perusahaan pelabuhan harus efisien untuk dapat meningkatkan profitabilitas

dan integritas perusahaan. Berbagai standart formal yang sering digunakan untuk

meningkatkan kinerja perusahaan antara lain adalah implementasi ISO, seperti

ISO 9001 terkait sistem manajemen mutu, ISO 1400 terkait sistem manajemen

lingkungan, ISO 18000 terkait sistem manajemen integrasi dan juga ISO 20000

yang menolong berbagai perusahaan untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi

operasionalnya.

Universitas Sumatera Utara


II-39

3. Safety cases dan safety report

Menurut wilson et al, (1995), “(the purpose of a safety case is to present a

clear, comprehensive and defensible argument supported by calculation and

procedure that a system or installation will be acceptably safe throughout its life

(and decommissioning)". Untuk pelabuhan, khsusunya petrochemical yang

banyak bongkar muat kapal yang mengangkut LNG, laporan keselamatan dan

kesehatan menjadi standart yang penting.

4. Health, safety and environment Management Systems (HSE-MS)

Untuk menangai masalah HSE, Pemertintah Indonesia telah menetapakan

Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 tentang Sistem Keselamatan dan

Kesehatan Kerja. Menurut WG dan BP (2011), di sebagian besar negara terdapat

struktur hukum inklusif yang ada mengharuskan perusahaan untuk menangani

masalah HSE sedemikian rupa untuk mengantisipasi, menghindari dan membatasi

kecelakaan kerja, kesehatan yang buruk dan bahaya terhadap lingkungan.

5. Internal audit and inspections

APB (1995) dan OCIMF (2004) menyatakan bahwa sistem pengawasan

internal termasuk dalam pengawasan lingkungan dan prosedur. Ini berisi semua

kebijakan dan prosedur (internal kontrol) yang diadopsi oleh direksi dan

manajemen untuk membantu dalam mencapai tujuan dan memastikan sejauh

mungkin cara bisnis yang rapi dan kompeten, termasuk ketaatan pada kebijakan

internal, perlindungan aset, identifikasi kecurangan dan kesalahan, ketepatan dan

kesatuan catatan akuntansi dan mempersiapkan informasi keuangan yang tepat

dan konsisten.

Universitas Sumatera Utara


II-40

6. Vessel Traffic Management Systems (VTMS)

VTMS adalah sistem yang mengintegrasikan dan menghubungkan semua

aset relevan untuk pengelolaan operasioanal laut yang aman dan terjamin terhadap

lingkungan laut,pengelolaan lalu lintas laut, penegakan hukum dan keamanan di

laut. Kemampuan sistem utama meliputi; pemantauan dan kontrol sensor jarak

jauh, pengarsipan data real-time dan off-line , pembuatan dan pengelolaan

gambar global, dukungan untuk operator terkait pengambilan keputusan dalam

situasi kritis, serta penyajian navigasi lalu lintas dan informasi kapal.

7. ISPS Code

ISPS code merupakan aturan yang menyeluruh mengenai langkah-langkah

untuk meningkatkan keamanan terhadap kapal dan fasilitas pelabuhan, aturan ini

dikembangkan sebagai tanggapan terhadap ancaman yang dirasakan dapat terjadi

terhadap kapal dan fasilitas pelabuhan pasca serangan 11 september di Amerika

Serikat.

Pada dasarnya, ISPS Code tersebut menggunakan pendekatan manajemen

resiko untuk menjamin keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan dan, untuk

menentukan langkah-langkah keamanan apa yang tepat, penilaian risiko harus

dilakukan dalam setiap kasus tertentu. ISPS Code bertujuan untuk menyediakan

standar, kerangka kerja yang konsisten untuk mengevaluasi risiko, memungkinkan

pemerintah untuk mengimbangi apabila terjadi perubahan ancaman dengan

merubah nilai kerentanan pada kapal dan fasilitas pelabuhan melalui penentuan

tingkat keamanan yang sesuai dan langkah-langkah keamanan yang sesuai.

Universitas Sumatera Utara


II-41

8. Port Risk Manager (PRM)

Manajemen risiko pelabuhan mempunyai peranan penting dalam proses

pengambilan keputusan dalam perencanaan strategis. Berbagai standar acuan yang

dapat digunakan dalam melakukan manajemen risiko pelabuhan antara lain ISO

3100 Risk Management Standart dan COSO Entrepise Risk Management.

Pada pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelindo I Cabang Belawan terdapat

beberapa sistem dan standart yang telah diimplemtasikan dalam operasional

pelabuhan. Beberapa sistem masih pada tahap pengembangan dan yang lainnya

telah pada tahap implementasi sepenuhnya. Berbagai sistem dan standart yang

telah diiimplementasikan di PT Pelindo I Cabang Belawan antara lain :

1. Quality Standart (Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2015, Sistem

Manajemen Lingkungan ISO 1401 : 2018)

2. ISPS Code

3. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berdasarkan

Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem

Manjemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

4. Manajemen Surat Elektronik

5. Enterprise Resource Planning (ERP)

6. Port Risk Manager (PRM)

7. Aplikasi Front End

Universitas Sumatera Utara


II-42

2.4. TOPSIS (Technique For Orders Reference by Similarity to Ideal

Solution)

Menurut (Cheng, 2000) TOPSIS (Technique For Orders Reference by

Similarity to Ideal Solution) didasarkan pada konsep dimana alternatif terpilih

yang terbaik tidak hanya memilki jarak terpendek dari solusi ideal positif,

melainkan juga harus memilki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif.

Secara umum prosedur TOPSIS mengikuti langkah-langkah berikut ini:

1. Menghitung matriks ternormalisasi Topsis membutuhkan rating pada setiap

kriteria atau subkriteria yang ternormalisasi.

Matriks ternormalisasi terbentuk dari persamaan di bawah ini :


𝑥𝑖𝑗
𝑟𝑖𝑗 = (2.1)
√∑𝑚 2
𝑖=1 𝑥𝑦

Keterangan :

 rij adalah nilai normalisasi dari tiap alternatif(i) terhadap kriteria(j) dengan

i=1,2,...,m; dan j=1,2,...,n.

 Xij adalah nilai dari suatu alternatif (i) terhadap kriteria(j) dengan

i=1,2,..,m; dan j=1,2,...n.

2. Menghitung matriks ternormalisasi terbobot.

Setelah menghitung nilai ternormalisasi, tahap selanjutnya adalah menghitung

nilai normalisasi terbobot dengan mengalikan nilai pada setiap alternatif dari

matrik ternormalisasi dengan bobot yang diberikan pengambil keputusan.

Persamaan yang di gunakan adalah :

Yij =Wi rij (2.2)

Keterangan :

Yij adalah nilai ternormalisasi terbobot

Universitas Sumatera Utara


II-43

Wi adalah bobot masing-masing kriteria

rij adalah nilai ternormalisasi masing-masing alternatif dimana rij adalah nilai

normalisasi dari tiap alternative (i) terhadap kriteria (j) dengan i=1,2,...,m;

dan j=1,2,...,n.

3. Mengidentifikasi solusi ideal positif dan solusi ideal negatif

Solusi ideal positif dan solusi ideal negatif dapat dihitung berdasakan nilai

normalisasi terbobot sebagai berikut :

𝐴 + = (𝑦1 +, 𝑦2 +, … 𝑦𝑛+); (2.3)

𝐴 − = (𝑦1 −, 𝑦2 −, … 𝑦𝑛−); (2.4)

dimana :

yj- = {min yij; jika ij adalah atribut keuntungan (benefit) max yij; jika ij

adalah atribut biaya (cost)

yj+ = {max yij; jika ij adalah atribut keuntungan (benefit) min yij; jika ij

adalah atribut biaya (cost)

j = 1,2,....,n

Keterangan simbol :

 Solusi Ideal positif (A+ ) diperoleh dengan mencari nilai maksimal dari

nilai normalisasi terbobot (yij) jika atributnya adalah atribut keuntungan

dan mencari nilai minimal dari nilai normalisasi terbobot (yij) jika

atributnya adalah atribut biaya.

 Solusi Ideal negatif (A- ) diperoleh dengan mencari nilai minimal dari

nilai normalisasi terbobot (yij) jika atributnya adalah atribut keuntungan

dan menjadi nilai maksimal dari nilai normalisasi terbobot (yij) jika

atributnya adalah atribut biaya.

Universitas Sumatera Utara


II-44

4. Menghitung jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi ideal

positif dan matriks solusi ideal negatif.

Jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal positif dirumuskan sebagai

berikut :

𝐷𝑖 + = √∑ (𝑦𝑖 +𝑛 𝑗=1 − 𝑦𝑖𝑗)2 (2.7)

i= 1,2,...,m.

Jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal negatif di rumuskan sebagai :

𝐷𝑖 − = √∑ (𝑦𝑖𝑗 𝑛 𝑗=1 − 𝑦𝑖 − )2 (2.8)

i= 1,2,...,m.

Keterangan simbol :

 Jarak antar alternatif Ai dengan solusi ideal positif (yj+) yang

dinyatakan dalam simbol Di+ diperoleh dari nilai akar dari jumlah nilai

tiap alternatif yang diperoleh dengan solusi ideal positif (yi+) dikurangi

nilai normalisasi terbobot untuk setiap laterntif (yij) kemudian di

pangkat dua.

 Jarak antar alternatif Ai dengan solusi ideal positif (yj-) yang dinyatakan

dalam simbol Di- diperoleh dari nilai akar dari jumlah nilai tiap

alternatif yang diperoleh dengan nilai normalisasi terbobot untuk setiap

laterntif (yij) dikurangi solusi ideal positif (yi-) kemudian dipangkat

dua.

5. Menentukan nilai kedekatan setiap alternatif terhadap solusi ideal

(preferensi). Nilai Prefensi untuk setiap alternatif (Vi) sebagai berikut:

𝑣 𝑖 = 𝐷𝑖 / 𝐷𝑖- + 𝐷𝑖+ (2.9)

Keterangan simbol :

Universitas Sumatera Utara


II-45

Vi ( nilai preferensi untuk setiap alternatif) di peroleh dari nilai jarak solusi

ideal negatif (Di-) dibagi dengan jumlah nilai jarak solusi ideal negatif

(Di) di tambah jumlah nilai jarak solusi ideal negatif (Di+).

Universitas Sumatera Utara


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Konseptual

Risiko adalah dampak dari ketidakpastian terhadap pencapaian objektif

(ISO 31000:2009). Oleh sebab itu risiko sangat erat hubunganya dengan adanya

ketidakpastian baik yang bersumber dari internal perusahaan maupun dari

eksternal perusahaan. Ketidakpastian adalah keadaan, walaupun hanya sebagian, dari

ketidakcukupan informasi tentang pemahaman atau pengetahuan terkait dengan suatu

peristiwa, dampaknya, dan kemungkinan terjadinya (Susilo, 2011). Basel II Capital

Accord secara khusus mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko kerugian

yang timbul dari kegagalan atau tidak memadainya proses internal, manusia,

sistem, atau kejadian-kejadian eksternal. Berdasarkan penjelasan tersebut maka

dibuat sebuah kerangka konseptual yang menunjukkan hubungan logis antara

faktor/variabel yang telah diidentifikasikan penting dalam menganalisis masalah

penelitian. Kerangka konseptual tersebut, dijelaskan pada Gambar 3.1.

Ketidakpastian faktor internal :


1. Tenaga kerja
2. Prosedur kerja
3. Teknologi

Risiko Operasional Mitigasi Risiko


Pelabuhan Pelabuhan
Ketidakpastian faktor eksternal :
1. Alam
2. Peraturan dan Perundang-
undangan

Gambar 3.1. Model Konseptual

III-1
Universitas Sumatera Utara
III-2

3.2. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan sistematis dari konsep dan

variabel yang membentuk kerangka konspetual. Tujuan dari definisi operasional

adalah untuk menjelaskan tentang pengukuran indikator-indikator dari variabel

yang terkait. Dalam penelitian ini, definisi operasional dari masing-masing

variabel dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Dalam

penelitian ini variabel bebas yang diteliti adalah ketidakpastian internal (tenaga

kerja, prosedur kerja, dan teknologi) dan ketidakpastian eksternal (alam dan

peraturan perundang-undangan). Variabel –variabel independen dalam penelitian

dijelaskan sebagai berikut :

a. Tenaga Kerja

Ketidakpastian tenaga kerja berkaitan dengan kemampuan dan kualifikasi

karyawan dalam operasional pelabuhan. Ketidakpastian yang timbul dari tenaga

kerja terhadap risiko operasional dapat ditunjukkan pada kejadian-kejadian

seperti; permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja (health and safety issues),

perputaran karyawan yang tinggi, penipuan internal, sengketa pekerja, praktik

manajemen yang buruk, pelatihan karyawan yang tidak memadai, terlalu

bergantung pada karyawan tertentu.

b. Prosedur Kerja

Ketidakpastian pada prosedur kerja berkaitan dengan ketidaksesuaian

operasional pelabuhan dengan prosedur kerja. Dalam pelaksanaan kegiatan

Universitas Sumatera Utara


III-3

operasional sehari-hari, staf akan melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Prosedur dan kebijakan ini akan mencakup semua proses pengecekan

dan pengendalian yang diperlukan untuk memastikan bahwa konsumen telah

terlayani dengan baik dan perusahaan tidak melanggar ketentuan dan peraturan

yang berlaku. Pelaksanaan evaluasi dan peningkatan proses internal merupakan

bagian dari manajemen risiko operasional. Kejadian risiko karena ketidakpastian

prosedur kerja seperti; dokumentasi yang tidak lengkap, pengendalian yang

lemah, kelalaian pemasaran, kesalahan penjualan produk, pencucian uang, laporan

yang tidak lengkap atau tidak benar, dan kesalahan transaksi.

c. Teknologi

Ketidakpastian teknologi terkait dengan penggunaan teknologi dan sistem.

Penggunaan teknologi tersebut menimbulkan risiko operasional. Kejadian risiko

teknologi disebabkan oleh; data yang tidak lengkap (data corruption), kesalahan

input data (data entry errors), pengendalian perubahan data yang tidak memadai

(inadequate change control), kesalahan pemrograman (programming errors),

ketergantungan pada teknologi black box keyakinan bahwa model matematis yang

terdapat pada sistem internal pasti benar, gangguan pelayanan (service

interruption), masalah yang terkait dengan keamanan sistem misalnya virus dan

hacking, kecocokan sistem (system suitability), dan penggunaan teknologi yang

belum diuji coba (use of new untried tecnology).

Universitas Sumatera Utara


III-4

d. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah risiko yang terkait dengan kejadian yang berada di luar

kendali secara langsung. Kejadian risiko eksternal umumnya adalah kejadian low

Frequency/high impact dan sebagai konsekuensinya dapat menyebabkan kerugian

yang tidak diperkirakan, misalnya perampokan dan serangan teroris dalam skala

besar. Kejadian risiko eksternal dapat disebabkan oleh ; pencurian dan penipuan

dari luar, kebakaran, bencana alam, kegagalan perjanjian outsourcing, penerapan

ketentuan baru, kerusuhan dan unjuk rasa, tidak beroperasinya sistem transportasi

yang menyebabkan karyawan tidak dapat hadir di tempat kerja, kegagalan utility

service, seperti listrik padam.

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang besarnya tergantung dari variabel

bebas, variabel terikat dalam penelitian ini adalah risiko operasional pelabuhan.

Variabel-variabel independen mempengaruhi variabel dependen baik positif

maupun negatif tergantung tingkat kecukupan informasi dan pemahaman terhadap

dampak dan kemungkinan terjadi. Ketergantungan variabel independen dan

dependen berdasarkan bobot tingkat kepentingan terhadap kinerja perusahaan,

besar akibat/dampak, tingkat kemungkinan terjadi dan kemampuan mendeteksi

sebelum kejadian terjadi.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) Cabang

Belawan yang bergerak di bidang jasa kepelabuhanan yang menyediakan jasa

terkait pelabuhan seperti pelayanan kapal (labuh, tambat, pandu, dan tunda),

pelayanan barang (pelayanan dermaga, pengusahaan gudang dan lapangan),

pelayanan bongkar muat (pelayanan terminal curah kering, curah cair, dan

pelayanan usaha bongkar muat untuk petikemas dan general cargo), pelayanan

operasi lapangan, pelayanan petikemas, dan pelayanan terminal penumpang.

Perusahaan ini berlokasi di Jl. Kapten R. Sulian No. 1 Belawan 20411.

4.2. Tipe Penelitian


Menurut Sinulingga (2015), penelitian deskriptif adalah suatu jenis penelitian

yang bertujuan untuk mencandra atau mendeskripsikan secara sistematik, faktual,

dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu.

Selain itu, penelitian juga dibedakan menjadi penelitian kuantitatif dan penelitian

kualitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan pendekatan empiris sistematis

yang kuantitatif dari fenomena dan hubungannya (Cook, 1979). Metode penelitian

kuantitatif juga dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk

meneliti pada populasi tertentu atau sampel tertentu pada umumnya dilakukan

secara random, pengumpulan data menggunakan istrumen penelitian, analisis data

bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan

(Sugiyono,2008).

IV-1
Universitas Sumatera Utara
IV-2

Berdasarakan pengertian di atas, maka tipe penelitian yang dilakukan pada

penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif yakni suatu bentuk penelitian

yang mendiskripsikan secara sistematik risiko-risiko yang terdapat di pelabuhan

dan menekankan analisisnya pada data numerikal atau angka yang diperoleh

dengan metode statistik.

4.3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner

perbandingan berpasangan yang digunakan dalam metode Analytic Network

Process (ANP) dan menggunakan skala likert yang digunakan dalam metode

Failure Mode Effect Analysis (FMEA).

4.4. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah, atau tahapan-tahapan

pelaksanaan penelitian untuk memenuhi tujuan penelitian dalam menyelesaikan

masalah yang akan diteliti dalam perusahaan. Prosedur penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan observasi terhadap operasional pelabuhan yang ada di PT Pelindo

I (Persero) Cabang Belawan.

2. Mengidentifikasi masalah yang ada PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan.

3. Melakukan studi pustaka dengan mencari teori-teori yang mendukung

penelitian dilakukan.

4. Mengumpulkan data sekunder berupa SOP perusahaan, struktur organisasi

perusahaan, job description, dan laporan audit.

Universitas Sumatera Utara


IV-3

5. Pengolahan data dan analisa data dilakukan dengan mengidentifikasi risiko

operasional pelabuhan dengan menggunakan metode Risk Breakdown

Structure (RBS), menganalisa risiko operasional pelabuhan dengan

menggunakan metode Analytic Network Process (ANP) dan Failure Mode

Effect Analysis (FMEA), serta melakukan pemilihan alternatif mitigasi ideal

dengan metode Tecnique for Order Performance and Similarity to Ideal

Solution (TOPSIS).

6. Penarikan kesimpulan dan saran

Block diagram prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Studi Pendahuluan Studi Literatur


a. Pengamatan langsung a. Teori pendukung
b. Wawancara langsung b. Laporan penelitian
c. Laporan RJPP 2014-2018 c. Jurnal penelitian
d. Laporan Survei Kepuasan
Pelanggan Tahun 2015 dan
2016

Identifikasi masalah dan penetapan tujuan


penelitian
Pengumpulan data

Data Sekunder
a. SOP perusahaan
b. Struktur organisasi
perusahaan
c. Job description
perusahaan

Pengolahan dan Analisa Data

Mitigasi risiko :
Identifikasi risiko : Analisa risiko : Technique for Order
Risk Breakdown ANP dan FMEA Performance by Similarity to
Structure
Ideal Solution (TOPSIS)
(RBS)

Penarikan Kesimpulan

Gambar 4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian

Universitas Sumatera Utara


IV-4

4.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, Focus Group

Discussion (FGD) dan Dokumen.

4.6. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara efektif pada bulan Desember Tahun 2017

sejak penelitian ini disetujui sampai Bulan Desember 2018.

Universitas Sumatera Utara


V-2

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan untuk melaksanakan penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder adalah data yang telah tersedia dari perusahaan, berupa dokumen-dokumen

penting yang disimpan perusahaan. Data sekunder yang dikumpulkan berupa formulir

pengukuran risiko Cabang Belawan Tahun 2017, Profil Perusahaan, Struktur Organisasi, dan

SOP perusahaan.

5.1.1. Formulir pengukuran risiko Tahun 2017

Formulir penilaian risiko Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Tahun

2017 dapat dilihat pada Tabel 5.1.

V-1
Universitas Sumatera Utara
V-2

Tabel 5.1. Formulir penilaian risiko Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Tahun 2016

KEMUNGKINAN TERJADINYA RISIKO DAMPAK


JENIS TINGKAT
NO RISIKO PENYEBAB MITIGASI
RISIKO BESARNYA RATING EKSPOSUR
PEMICU PEREDAM RATING DAMPAK
KEMUNGK DAMPAK
INAN
1 Operasional 1 Target 1 Pendangkalan - Tingkat - Memindahkan > 50% Sangat Rp.15,5M / Malapetaka EKSTREM 1 Memantau
Kunjunga akibat kedalaman tidak sandar kapal ke Besar tahun penyelesaian
n Kapal sedimentasi yang memenuhi Belawan Lama pengerukan
tidak tinggi standar draft yang memiliki sesuai jadwal
terealisasi kapal yang draft yang lebih yang ditentukan).
(Call/GT) diinginkan. dalam.

- Dana yang 2 Mengikat MOU


tersedia belum dalam rangka
sesuai dengan menjaga
volume yang kedalaman kolam
akan dikeruk Citra dan IKD).
dan kedalaman
yang
diinginkan.
- Pelaksanaan 3 Mengoptimalkan
dan penyandaran
penyelesaian kapal sesuai draft
pengerukan kapal dan
tidak sesuai kedalaman
dengan jadwal kolam.
yang
ditentukan.
2 Waiting 1 Jumlah Kapal - Pelayanan kapal - Pengajuan 5% Sangat RP.5.87M / Berat MODERAT 1 Monitoring
Time Tunda kurang masuk/keluar permohonan ke Kecil tahun proses KSO
Pandu pada waktu Direksi perihal Kapal Tunda
Tinggi bersamaan. persetujuan dapat diselesaikan
KSO 3 unit secara tepat
kapal tunda. waktu sesuai
dengan risalah
rapat Direksi.
2 Adanya kapal - Pola - Penerapan tarif 2 Menempatkan
Tunda yang operasional paket Pelayanan Kapal Tunda
akan melakukan kapal tunda Kapal. yang melayani
perawatan dan Belawan hanya BICT di posisi
pemeliharaan berkisar 8 jam yang lebih dekat
kerja untuk dapat
memaksimalkan
waktu
pelayanan).

V-1
Universitas Sumatera Utara
V-3

KEMUNGKINAN TERJADINYA RISIKO DAMPAK


JENIS TINGKAT
NO RISIKO PENYEBAB MITIGASI
RISIKO BESARNYA RATING EKSPOSUR
PEMICU PEREDAM RATING DAMPAK
KEMUNGK DAMPAK
INAN
3 Kekurangan - Adanya petugas - Penambahan 3 Melakukan
jumlah petugas pandu yang petugas pandu perpanjangan
pandu. pensiun dan PKWT. kontrak PKWT
resign. Pandu.
- Penetapan - Penetapan
pelayanan kapal penyandaran
di Cab. kapal dihadiri
Belawan dan disetujui
disesuaikan oleh OP.
dengan jadwal
penetapan kapal
di BICT dan
TPKDB.
- Manila - Telah
Convention dilaksanakan
tentang updating COC
updating COC dan COP
dan COP tenaga terhadap Pandu
pelaut. dan ABK pada
tahun 2015
- Terdapat kapal
tunda KSO
bukan milik.

3 Penyesu 1 Belum ada Tarif kapal saat - Belum banyak > 60% Sangat 7,5 M / Sangat Berat EKSTREM 1 Penyiapan data-
aian tarif kesepakatan ini sudah tinggi. kompetitor. Besar 6 bulan data pendukung
pelayana dengan asosiasi. usulan yang
n jasa akurat.
kapal
ditolak
2 Kualitas - Adanya regulasi (rencana 2 Negosiasi dengan
oleh
pelayanan yang target asosiasi untuk
asosiasi
belum sesuai mengizinkan pertengaha kenaikan tarif.
dan
tarif yang untuk n tahun
penggun
dikenakan saat mengevaluasi 2016 tarif
a jasa
ini. tarif setiap 2 mulai
3 Belum (dua) tahun. berlaku) 3 Menyiapkan
terealisasinya Jaminan
penambahan peningkatan
jumlah kapal kinerja pelayanan
tunda. (SLA/SLG)
sebelum
sosialisasi.

Universitas Sumatera Utara


V-4

KEMUNGKINAN TERJADINYA RISIKO DAMPAK


JENIS TINGKAT
NO RISIKO PENYEBAB MITIGASI
RISIKO BESARNYA RATING EKSPOSUR
PEMICU PEREDAM RATING DAMPAK
KEMUNGK DAMPAK
INAN
4 Sosialisasi kepada
Cabang terkait
setelah SK
Direksi
diterbitkan.
4 Cold 1 Penambahan - Belum ada - 4 (empat) unit 25% < Besar Rp.144 jt / Tidak Berat MODERAT 1 Perhitungan
Storage desain prosedur cold storage kemungkinan tahun besaran tarif dan
terlamba bangunan Cold pengoperasian sudah selesai < 50% (1%) pemasaran Cold
t Storage belum Cold Storage. dibangun di Storage.
beropera selesai. Pelabuhan
si. Belawan Lama.
2 Belum - Belum - Merupakan 2 Sosialisasi dan
dioperasikan dilakukan Program Kerja perikatan
dan digunakan pemasaran/perte Manajemen kerjasama dengan
Pengguna jasa muan dengan tahun 2016. perusahaan yang
(perusahaan pengguna jasa melakukan ekspor
ekspor/impor (perusahaan / impor sayur dan
sayur/ikan). ekspor/impor ikan.
sayur dan ikan).
3 Belum 3 Evaluasi
dilaksanakan pengoperasian
sosialisasi. Cold Storage.

5 Tertunda 1 Pekerjaan - Proses - Melakukan > 50% Sangat Rp.1.625 M Berat EKSTREM 1 Melakukan
nya pembangunan pengadaan pengawasan Besar /triwulan pembahasan lebih
pengoper terlambat / tidak bahan/material pekerjaan lebih dijadwalka awal terkait
asian Car sesuai jadwal tidak tepat insentif. n pengoperasian
Terminal action plan waktu. beroperasi Car Terminal.
PKM 2015. pd trw IV
atau Rp.6.5
2 Belum - Belum ada M/thn 2 Melakukan
ditetapkan tarif kesepakatan pembahasan
untuk pelayanan besaran tarif secara periodik
Car Terminal yang akan dengan pelaksana
diberlakukan. pekerja terkait
progres
pembangunan Car
Terminal.

Universitas Sumatera Utara


V-5

KEMUNGKINAN TERJADINYA RISIKO DAMPAK


JENIS TINGKAT
NO RISIKO PENYEBAB MITIGASI
RISIKO BESARNYA RATING EKSPOSUR
PEMICU PEREDAM RATING DAMPAK
KEMUNGK DAMPAK
INAN
3 Membuat SOP
Pengoperasian
Car Terminal.

6 Kinerja 1 Rendahnya - SK Standar - Melakukan 30% Besar Rp.11,3M / Sangat Berat EKSTREM 1 Melakukan revisi
operasio target Kinerja supervisi secara tahun terhadap standar
nal tidak produktivitas Operasional periodik pada kinerja
mencapa yang ditetapkan yang kegiatan B/M operasional yang
i target oleh OP. dikeluarkan OP Kapal untuk ditetapkan oleh
belum direvisi. menghindari OP.
terjadinya idle
time dan NOT
yang tinggi.
2 Keterbatasan - Pelaksanaan - Mengalokasikan 2 Menetapkan
kedalaman alur dan kapal-kapal dedicated berth
dan kolam yang penyelesaian yang akan dermaga 111-113
dapat dilalui pengerukan sandar ke untuk kapal draft
kapal-kapal tidak sesuai Dermaga yang 9 m ke atas.
tertentu (kapal dengan jadwal sesuai dengan
dengan draft 9m yang draf kapal.
ke atas), untuk ditentukan.
keluar/masuk
selalu
menunggu saat
air pasang.

3 Kurangnya - Adanya jadwal - Merencanakan 3 Mengusulkan


jumlah kapal perawatan dan pelayanan penambahan
tunda yang pemeliharaan dengan fasilitas kapal
beroperasi kapal tunda dan memperhatikan tunda dengan
untuk melayani kapal pandu. ketersediaan melakukan KSO.
kegiatan. sarana.
keluar/masuk
kapal.
4 Kurangnya - Adanya petugas - Penambahan 4 Melakukan
jumlah tenaga pandu yang petugas pandu perpanjangan
pandu. pensiun dan PKWT. kontrak PKWT
resign. pandu yang ada.

Universitas Sumatera Utara


V-6

KEMUNGKINAN TERJADINYA RISIKO DAMPAK


JENIS TINGKAT
NO RISIKO PENYEBAB MITIGASI
RISIKO BESARNYA RATING EKSPOSUR
PEMICU PEREDAM RATING DAMPAK
KEMUNGK DAMPAK
INAN
7 Terlamb Terlambatnya - Terdapat - Pekerjaan > 50 % Sangat Rp. 30 M/ Sangat Berat EKSTREM 1 Melakukan
atnya proses bangunan pembangunan Besar tahun pertemuan
izin dari pengajuan kantor dan terminal dengan
Kemente penghapusan gudang eks PT bongkaran CPO manajemen PT
rian aset eks PT Rukindo. antar pulau Rukindo untuk
terkait Rukindo telah dilelang. pembongkaran
Penghap bangunan gudang
usan aset dan kantor.
dermaga - Terdapat - Proses 2 Segera
eks PT bangunan milik pembangunan menyelesaikan
Rukindo Cabang terminal pembangunan
untuk Belawan yang bongkaran CPO terminal
bongkar belum antar pulau bongkaran CPO
muat mendapat ijin sudah mulai antar pulau.
CPO untuk dihapus. dilaksanakan.
antar
pulau
8 Utilitas 1 Belum seluruh - Kalah bersaing - Mewajibkan 50% Besar Rp 2M / Berat TINGGI 1 Meningkatkan
alat B/M pengguna jasa dalam hal tarif pengguna jasa tahun pangsa pasar
rendah menggunakan dan keandalan menggunakan UBM di dalam
alat UBM. alat B/M alat B/M UBM. maupun di luar
pelabuhan.

2 Alat B/M pihak - Pengguna jasa - Membuat 2 Mengutamakan


ketiga masih menggunakan kesepakatan alat B/M UBM
beroperasi di alat B/M milik standard kinerja yang beroperasi
Pelabuhan. pihak ketiga dengan Asosiasi di pelabuhan
INSA. dengan
berkoordinasi
dengan Divisi
Bisnis Terminal.
3 Alat B/M tidak - Ada fee dari - Mengupayakan
dapat digunakan pihak ketiga alat B/M UBM
/ mengalami (pemilik alat beroperasi di
kerusakan. luar) kepada luar Pelabuhan.
penyewa.

Universitas Sumatera Utara


V-7

KEMUNGKINAN TERJADINYA RISIKO DAMPAK


JENIS TINGKAT
NO RISIKO PENYEBAB MITIGASI
RISIKO BESARNYA RATING EKSPOSUR
PEMICU PEREDAM RATING DAMPAK
KEMUNGK DAMPAK
INAN
9 Market 1 Tarif UBM - PBM luar - Fleksibelitas 25% Besar Rp.25.5M / Sangat Berat EKSTREM 1 Mengoptimalkan
share tidak tarifnya tarif UBM tahun market share
UBM kompetitif. kompetitif. namun tetap UBM dengan
tidak memperhatikan berkoordinasi
optimal SHU minimal dengan Divisi
atau tetap Bisnis Terminal.
memperoleh
keuntungan.
2 Penetapan SHU - PBM selain - Kerjasama 2 Bekerjasama
minimal 15%. UBM dengan EMKL dengan pemilik
menggunakan luar / agen barang/yang
tarif paket pelayaran dalam mewakili pemilik
(keagenan, Alat penanganan barang dengan
B/M, EMKL, pelayanan B/M. tarif kompetitif.
dan PBM). Terutama pemilik
barang/yang
mewakili pemilik
barang yang
merupakan
BUMN (sinergi
BUMN).
2 Financial # Pelayana 1 Kerusakan - Kelebihan daya - Penambahan 30% Besar Rp. 9.6 M / Malapetaka EKSTREM 1 Mengupayakan
n jasa panel SGB. listrik belum daya SGB telah tahun menjual
listrik dapat dijual ke selesai di kelebihan daya
BICT perusahaan laksanakan. listrik.
dan penyewa lahan.
SUPS
tidak 2 Terjadinya - Perusahaan - Perusahaan 2 Memasarkan
optimal kontak pada tidak penyewa lahan listrik untuk
kabel induk. memperpanjang belum kapal.
persewaan mengajukan
lahan . permohonan
penambahan
daya listrik.

3 Informasi # Penerapa 1 SIM Terpadu - Perubahan - Melakukan > 30% Besar Rp.670 M / Malapetaka EKSTREM 1 Menyelesaikan
Teknologi n SIM belum dapat sistem kerjasama tahun modul SIM
Terpadu mengcover pembayaran dengan Bank Terpadu dari
tidak seluruh dari CMS ke BNI dan CMS ke Host to
optimal traksaksi Host to Host. Mandiri Host.
pembayaran.

Universitas Sumatera Utara


V-8

KEMUNGKINAN TERJADINYA RISIKO DAMPAK


JENIS TINGKAT
NO RISIKO PENYEBAB MITIGASI
RISIKO BESARNYA RATING EKSPOSUR
PEMICU PEREDAM RATING DAMPAK
KEMUNGK DAMPAK
INAN
2 Entry data - Penolakan - Seluruh 2 Mewajibkan
pelayanan kapal pengguna jasa transaksi seluruh pengguna
dan barang terhadap sistem pembayaran jasa melakukan
tidak real time. pembayaran akan dilakukan pembayaran
Host to Host. melalui Host to melalui Host to
Host Host.
3 Pengoperasian - Tagihan biaya - Memberikan 3 Memberi teguran
Sim Terpadu administrasi peringatan kepada pengguna
belum nota belum kepada jasa agar
sepenuhnya dilunasi pengguna jasa. melunasi tagihan
dilakukan oleh pengguna jasa. adminstrasi nota.
Cabang
Belawan sangat
tergantung
kepada Vendor.
# Tergang Belum ada back - Masih Melakukan >30% Besar Rp.167.5M Berat TINGGI 1 Mengusulkan
gunya up perangkat tergantung perawatan / tahun pengadaan back
kesiapan server dan jaringan yang jaringan yang up jaringan.
SIM jaringan. ada dari Kantor ada pada
Terpadu Pusat. Cabang
dalam Belawan.
menduku
ng - Masih Melakukan 2 Mengusulkan
pendapat menggunakan perawatan pengadaan back
an hanya server perangkat up server.
Pelabuha utama untuk server utama
n SIM Terpadu. SIM Terpadu
Cabang pada Cabang
Belawan Belawan.
(670M)
4 Keamanan # Ancama 1 Masih terdapat 1 Masih terdapat - Menempatkan < 10% Kecil Rp. 390 jt / Berat MODERAT 1 Melakukan
n orang yang pintu keluar personil kejadian pemeriksaan rutin
keamana tidak masuk yang Angkatan Laut pas pelabuhan di
n berkepentingan belum dijaga. sebagai Gate I dan Gate
lingkung di area supervisi II.
an kerja pelabuhan. (bertugas shift
24 jam) di
wilayah
pelabuhan.

Universitas Sumatera Utara


V-9

KEMUNGKINAN TERJADINYA RISIKO DAMPAK


JENIS TINGKAT
NO RISIKO PENYEBAB MITIGASI
RISIKO BESARNYA RATING EKSPOSUR
PEMICU PEREDAM RATING DAMPAK
KEMUNGK DAMPAK
INAN
2 Lokasi rumah 2 Kantor - Adanya surat 2 Menempatkan
penduduk yang perusahaan/inst OP tentang personil khusus di
berdekatan ansi lain di Larangan Bagi Terminal
dengan area dalam Orang Yang Penumpang
pelabuhan. pelabuhan. Tidak Belawan Lama.
Berkepentingan
Memasuki Area
Pelabuhan.
- Penempatan 3 Perpanjangan
petugas dari kerjasama dengan
Otoritas Lantamal I
Pelabuhan dan Belawan.
Polres di Gate I
dan II.

Sumber : PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan

Universitas Sumatera Utara


V-10
V-2

5.1.2. Profil Perusahaan

Pelabuhan Belawan merupakan cabang utama yang termasuk dalam PT. (Persero) Pelabuhan

Indonesia I Medan bersama pelabuhan lainya yang berada di Sumatera Utara, Riau dan Aceh.

Pelabuhan Belawan sebagai Pelabuhan Utama di PT Pelindo I (Persero) merupakan pintu

gerbang perekonomian di Pulau Sumatera bagian Utara dan juga pelabuhan eksport komoditi

agro industri terbesar di Indonesia seperti : kelapa sawit, karet, kopi, tembakau dan lain-lain.

Kegiatan usaha Pelabuhan Belawan adalah :

a. Menyediakan kolam-kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu lintas dan tempat-tempat

berlabuhnya kapal.

b. Menyediakan jasa-jasa yang berhubungan dengan pemanduan (pilotage dan penundaan

kapal).

c. Menyediakan dermaga dan fasilitas lain untuk bertambat, bongkar muat barang termasuk

hewan dan fasilitas naik turunnya penumpang.

d. Menyediakan gudang-gudang dan tempat penimbunan barang - barang, angkutan bandar,

alat bongkar muat serta peralatan pelabuhan.

e. Tanah untuk berbagai bangunaan dan lapangan, industri dan gudang-gudang/bangunan yang

berhubungan dengan kepentingan kelancaran angkutan laut.

f. Penyediaan listrik bahan bakar minyak, air minum dan instalasi limbah pembuangan.

g. Jasa terminal, kegiatan konsolidasi dan distribusi barang termasuk hewan

Visi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan, dapat dikenal secara luas sebagai

perusahaan penyedia jasa kepelabuhanan berkelas dunia dan yang paling utama adalah “Menjadi

Nomor Satu di Bisnis Kepelabuhanan di Indonesia dan Dunia”. Sedangkan, Misi PT. (Persero)

V-1
Universitas Sumatera Utara
V-11

Pelabuhan Indonesia I Medan menyediakan jasa kepelabuhanan yang berkualitas yang

terintegritas, berkualitas dan benilai tambah untuk memacu pertumbuhan ekonomi wilayah serta

berperan sebagai logistik untuk memuaskan kebutuhan pelanggan serta mendorong pertumbuhan

ekonomi melalui pemberdayaan sumber daya manusia.

Nilai-nilai yang dibangun dalam perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Customer

Proaktif dalam melayani dan membangun hubungan dengan pelanggan, melalui prilaku

kunci: proaktif dan cepat dan tanggap.

2. Integrity

Mengutamakan prilaku terpuji sesuai dengan nilai, prinsif dan etika perusahaan, melalui

prilaku kunci : jujur dan taat, serta berani dan bertanggungjawab.

3. Professionalism

Pengusahaan terhadap pekerjaan yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap

melalui prilaku kunci : kompeten dan disiplin serta berkualitas.

4. Team work

Keinginan yang tulus untuk bekerja sama dengan orang lain, melalui prilaku kunci :

berkolaborasi dan bersinergi, serta tulus dan saling menghargai.

5.1.3. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas

Struktur Organisasi PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Uraian tugas dari masing-masing divisi dijelaskan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


V-12

1. Deputi General Manager

Deputi General Manager mempunyai tugas pokok membantu General Manager dalam

mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan perencanaan dan pengendalian pada Divisi

Teknik, Teknologi Informasi, Umum, dan Sistem Manajemen serta melaksanakan tugas lain

yang diberikan General Manager.

2. Divisi Pelayanan Kapal

Divisi Pelayanan Kapal mempunyai tugas pokok merencanakan, mengkoordinasikan,

mengendalikan, merekomendasikan serta melaporkan penyusunan program kerja, pelayanan

labuh, tambat, pemandu, penundaan dan penyiapan armada.

Universitas Sumatera Utara


V-13

Gambar 5.1. Struktur Organisasi PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan

Universitas Sumatera Utara


V-14

Divisi Pelayanan Kapal mempunyai fungsi:

a. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pelayanan labuh, tambat, pemanduan dan

penundaan;

b. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian penyiapan armada.

Divisi Pelayanan Kapal terdiri dari :

a. Dinas pelayanan pemanduan mempunyai tugas pokok melaksanakan, mengawasi dan

mengevaluasi kegiatan pelayanan labuh, tambat, pemanduan dan penundaan,

telekomunikasi kapal, serta melaksanakan administrasi kepanduan;

b. Dinas penyiapan armada mempunyai tugas pokok melaksanakan, mengawasi dan

mengevaluasi kegiatan perawatan dan perbaikan, penilikan serta penyiapan pengawakan

dan perbekalan armada.

3. Divisi Pelayanan Terminal

Divisi Pelayanan Terminal mempunyai tugas pokok merencanakan, mengkoordinasikan,

mengendalikan, merekomendasikan, serta melaporkan penyusunan program kerja

perencanaan dan pengendalian operasi, pelayanan operasi, serta melaporkan penyusunan

program kerja perencanaan dan pengendalian operasi, pelayanan operasi, serta pelayanan

pemadaman kebakaran dan rupa-rupa.

Divisi Pelayanan Terminal mempunyai fungsi :

a. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pelayanan kapal dan barang dengan pihak

internal dan eksternal perusahaan;

b. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan perencanaan dan pengendalian

operasi, pelayanan operasi, pelayanan pemadaman kebakaran dan rupa-rupa.

Universitas Sumatera Utara


V-15

Divisi pelayanan terminal terdiri dari :

a. Dinas perencanaan dan pengendalian operasi mempunyai tugas pokok melaksanakan,

mengawasi dan mengevaluasi kegiatan perencanaan dan pengendalian pelayanan kapal

dan barang serta mengkoordinasikan kegiatan perencanaan dengan pihak internal maupun

eksternal perusahaan;

b. Dinas pelayanan operasi mempunyai tugas pokok melaksanakan, mengawasi dan

mengevaluasi kegiatan pelayanan barang di dermaga, gudang dan lapangan penumpukan,

pemadam kebakaran, pas pelabuhan dan parkir, terminal penumpang, peralatan bongkar

muat pelabuhan serta pendataan kinerja masing-masing pelayanan.

4. Divisi usaha bongkar muat

Divisi usaha bongkar muat mempunyai tugas pokok merencanakan, mengkoordinasikan,

mengendalikan, merekomendasiakn serta melaporkan penyusunan program kerja bongkar

muat dan penumpukan, menyiapkan peralatan dan perawatan serta administrasi dan

keuangan.

Divisi usaha bongkar muat mempunyai fungsi :

a. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan bongkar muat dan penumpukan;

b. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan administrasi dan keuangan usaha

bongkar muat.

Divisi bongkar muat terdiri dari :

a. Dinas pelayanan bongkar muat mempunyai tugas pokok melaksanakan, mengawasi dan

mengevaluasi kegiatan bongkar muat dan penumpukan, administrasi operasi dan

pendapatan kinerja bongkar muat, perawatan dan pemeliharaan fasilitas dan peralatan serta

mengadministrasikan pengoperasian fasilitas dan peralatan bongkar muat;

Universitas Sumatera Utara


V-16

b. Dinas administrasi dan keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan, mengawasi dan

mengevaluasi kegiatan tata usaha, pengumpulan data dan informasi, pendistribusian

produksi dan pendapatan, pembuatan pranota serta administrasi keuangan.

5. Divisi Komersil

Divisi komersil mempunyai tugas pokok merencanakan, mengkoordinasikan,

mengendalikan, merekomendasiakan serta melaporkan penyusunan program kerja

pemasaran, penotaan dan verifikasi, administrasi trafik, produksi dan pendapatan,

pengembangan dan kerja sama usaha, promosi, penanganan keluhan pelanggan, penerapan

service level guarantee (SLG), serta penanganan costumer relationship management (CRM).

Divisi komersil mempunyai fungsi :

a. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian verifikasi dan penotaan, pelaksanaan

administrasi trafik, produksi dan pendapatan serta penerapan SLG dan penanganan

CRM;

b. Perencanaan pelaksanaan pengembangan usaha, promosi, penanganan keluhan

pelanggan dan kerjasama usaha.

Divisi Komersil terdiri dari:

a. Dinas pelayanan pelanggan mempunyai tugas pokok melaksanakan, mengawasi dan

mengevaluasi kegiatan penotaan dan verifikasi, administrasi trafik, produksi dan

pendapatan serta penerapan SLG dan RCM;

b. Dinas pemasaran mempunyai tugas pokok melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi

kegiatan pengembangan usaha, promosi dan kerja sama usaha serta penanganan keluhan

pelanggan.

Universitas Sumatera Utara


V-17

6. Divisi Teknik

Divisi teknik mempunyai tugas pokok merencanakan, mengkoordinasikan,

mengendalikan, merekomendasikan serta melaporkan penyusunan program kerja kegiatan

investasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana pelabuhan, rekomendasi teknis yang

berkaitan dengan Izin Mendirikan Bangunan, pemantauan rencana induk pelabuhan dan

lingkungan hidup, serta implementasi sistem informasi manajeman teknik dan administrasi

teknik, pelayanan air umum, air kapal dan pelayanan listrik.

Divisi teknik mempunyai fungsi:

a. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian penyiapan fasilitas, rencana induk

pelabuhan pengelolaan lingkungan;

b. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian penyiapan peralatan dan instalasi.

Divisi teknik terdiri dari:

a. Dinas fasilitas mempunyai tugas pokok melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi

kegiatan pekerjaan investasi, pemeliharaan prasarana pelabuhan, pemantauan rencana

induk pelabuhan dan pengelolaan lingkungan serta implementasi sistem informasi

manajeman teknik dan administrasi teknik serta penyiapan rekomendasi teknis untuk

penerbitan IMB;

b. Dinas peralatan dan instalasi mempunyai tugas pokok melaksanakan, mengawasi dan

mengevaluasi kegiatan pekerjaan investasi, pemeliharaan sarana dan instalasi pelabuhan

serta pelayanan listrik, pelayanan air kapal dan umum.

7. Divisi Keuangan

Divisi Keuangan mempunyai fungsi :

Universitas Sumatera Utara


V-18

a. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian anggaran dan akuntansi.

b. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian perbendaharaan.

c. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kemitraan dan bina lingkungan.

Divisi keuangan terdiri dari :

a. Dinas Anggaran dan Akuntansi; mempunyai tugas pokok melaksanakan, mengawasi dan

mengevaluasi kegiatan penyusunan dan pengendalian rencana kerja dan anggaran

perusahaan, siklus akuntansi, meneliti bukti pendukung transaksi, administrasi dan

usulan penghapusan aktiva tetap, administrasi dan pelaporan perpajakan serta

pengarsipan bukti pembukuan dan penyusunan laporan keuangan.

b. Dinas Perbendaharaan mempunyai tugas pokok melaksanakan, mengawasi dan

mengevaluasi kegiatan lalu lintas keuangan dan rekening koran, administrasi hutang

piutang, uang muka, uang titipan, upper, penerimaan, penyimpanan surat berharga dan

pengeluaran kas bank;

c. Dinas kemitraan dan bina lingkungan mempunyai tugas pokok melaksanakan,

mengawasi dan mengevaluasi kegiatan administrasi keuangan dana pembinaan, Pembina

usaha kecil, dan koperasi, menilai dan mengevaluasi kelayakan calon mitra binaan serta

menyiapkan laporan keuangan kemitraan dan bina lingkungan.

8. Divisi umum

Divisi umum mempunyai tugas pokok merencanakan, mengkoordinasikan,

mengendalikan, merekomendasikan, serta melaporkan penyusunan program kerja kegiatan

perencanaan dan pengembangan SDM, administrasi personalia, hubungan ketenagakerjaan,

tata usaha dan rumah tangga, serta hukum dan hubungan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


V-19

Divisi umum mempunyai fungsi :

a. Perencanaan, pelaksannan dan pengendalian kegiatan pengelolaan administrasi dan

sumber daya manusia, ketatausahaan dan kerumahtanggaan.

b. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata usaha, rumah tangga, dan keprotokolan.

c. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan hukum dan humas.

Divisi umum terdiri dari:

a. Dinas SDM memiliki tugas pokok melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan

perencanaan dan pengembangan SDM, administrasi kepegawaian, hubungan

ketenagakerjaan;

b. Dinas tata usaha dan rumah tangga memiliki tugas pokok melaksanakan, mengawasi dan

mengevaluasi kegiatan administrasi perkantoran dan kerumahtanggaan, keprotokolan,

pengadaan, penyaluran, inventarisasi dan pemeliharaan peralatan kantor, serta pool

kendaraan;

c. Dinas hukum dan humas memiliki tugas pokok melaksanakan, mengawasi dan

mengevaluasi kegiatan penanganan dan penelaahan masalah hukum, hubungan dengan

instansi dan masyarakat, penyimpanan dokumen, perlindungan, kepentingan perusahaan,

penyelenggaran peningkatan citra perusahaan.

9. Divisi teknologi informasi

Divisi teknologi informasi mempunyai tugas pokok merencanakan, mengkoordinasikan,

mengendalikan, merekomendasikan serta melaporkan penyusunan program kerja kegiatan

pengoperasian dan pemeliharaan system dan teknolgi informasi, penyajian data dan

informasi, serta pengoperasian dan pemeliharaan Closed Circuit Television (CCTV).

Divisi teknologi informasi mempunyai fungsi:

Universitas Sumatera Utara


V-20

a. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, dan pemeliharaan sistem dan teknologi

informasi, serta CCTV;

b. Perencanaan pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pengumpulan, pengelolaan,

penyajian data dan informasi.

Divisi teknologi informasi terdiri dari :

a. Dinas pengoperasian sistem dan aplikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan,

mengawasi dan mengevaluasi kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan system dan

teknologi informasi, pengoperasian dan pemeliharaan system dan jaringan CCTV.

b. Dinas data dan informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan, mengawasi dan

mengevaluasi kegiatan pengumpulan, pengolahan serta penyajian data dan informasi.

10. Divisi Sistem Manajemen

Divisi Sistem Manajemen mempunyai tugas pokok merencanakan, mengkoordinasikan,

mengendalikan, merekomendasikan, serta melaporkan penyusunan program kerja system

manajeman mutu, ISPS Code, manajamen resiko, system manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja (SMK3), Sistem Manajemen Lingkungan (SML), keamanan pelabuhan, key

performance indicator (KPI), secara keseluruhan serta memastikan kesesuaian dan

keefektifan dalam implementasi.

11. Divisi Logistik

Divisi Logistik mempunyai tugas pokok merencanakan, mengkoordinasikan,

mengendalikan, merekomendasikan serta melakukan penyusunan program kerja kegiatan

logistik, perusahaan yang meliputi pengadaan, perbekalan, pendistribusian dan pengendalian

pengadaan barang dan jasa serta pengelolaan administrasi pengadaan barang, jasa dan

persediaan.

Universitas Sumatera Utara


V-21

5.1.4. Ruang Lingkup Usaha PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan

Pelabuhan Belawan milik PT Pelindo I (Persero) dikelola oleh 4 unit usaha yaitu; PT

Pelindo I (Persero) Cabang Belawan, Belawan International Container Terminal (BICT),

Terminal Petikemas Domestik Belawan (TPKDB), dan Unit Galangan Kapal (UGK).

PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan mengelola beberapa terminal,antara lain ;

Terminal Belawan Lama, Terminal Ujung Bru, Terminal Citra dan Terminal IKD. Secara

lebih rinci, aktivitas-aktivitas di terminal-terminal tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Terminal yang dikelola PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan.

No. Nama Terminal Aktivitas yang ada di Terminal

1. Terminal Belawan Lama Terminal yang terdiri dari beberapa dermaga yang diperuntukkan untuk kapal-

kapal kecil antara Belawan dan Penang, Malaysia.

2. Terminal Ujung Baru General cargo

General cargo yang diimpor terutama karung-karung yangb berisi serbuk,

makanan ternak, barang-barang kimia, kertas, pelumas yang dibersihkan.

General cargo yang dieksport adalah kayu gergajian, plywood, buah-buahan

dan karet.

Curah kering

Komoditi-komiditi sepertiserbuk makanan ternak yang diimpor dengan bentuk

curah kering, dikarungkan di dalam kapal. Karung-karung tersebut di bongkar

dari dalam kapal dengan menggunakan kapal da dimuat ke atas truck yang

berada di atas dermaga. Untuk pembongkaran semen curah dari kapal ke

tempat pengantongan dilakukan melalui conveyor.

CPO dan Produk Gabungan

Dermaga dipergunakan untuk penyaluran CPO dengan 4 unit loading point.

Jalur-jalur pipa 6” dan 8 “ dibuat melalui rak-rak pipa di atas kepala tangki-

tangki penimbunan. Kemudian CPO dipompakan dari tangki penimbunan

Universitas Sumatera Utara


V-22

No. Nama Terminal Aktivitas yang ada di Terminal

dengan kapasitas 50 sampai dengan 250 ton/jam.

Terminal Penumpang

Merupakan tempat turun naiknya penumpag kapal dari dan ke Tanjung Priok

Jakarta. Rute Belawan Tanjung Priok dilaksanakan oleh kapal penumpang

milik PT.PELNI.

Terminal Peti Kemas

Merupakan tempat turun naikknya peti kemas untuk yang terdiri dari peralatan

perkantoran.banyak melayani kapal yang mengangkut petikemas domestik

(antar pulau)

4. Terminal Kolam Citra Terdapat kegiatan bongkar muat general cargo termasuk bahan-bahan

bangunan, bahan kimia, makanan ternak, kertas,dan tepung. Sedangkan eksport

terutama kayu gergajian, plywood dan pulp.

5. Terminal Idustri Kimia Kegiatan eksport import untuk barang-barang seperti alcohol, methanol, dan

Dasar (IKD) perekat bersam dengan beberapa produksi dari CPO.

Sumber : PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan, 2018

Menurut Davenport (1993), proses bisnis merupakan aktivitas yang terukur dan

terstruktur untuk memproduksi output tertentu untuk kalangan pelanggan tertentu. Dalam hal

ini proses bisnis harus mampu menjelaskan urutan spesifik dari aktivitas kerja lintas waktu

dan ruang, dengan suatu awalan dan akhiran, dan secara jelas mendefinisikan input dan

output. Karakteristik proses bisnis, antara lain :

1. Definitif: harus memiliki batasan, masukan, serta keluaran yang jelas.

2. Urutan: harus terdiri dari sebuah aktivitas yang memiliki tahapan yang sesuai dengan

waktu dan ruang.

3. Pelanggan: harus memiliki suatu penerimaan hasil proses

4. Nilai tambah: transformasi yang terjadi dalam proses bisnis memberikan nilai lebih pada

menerima.

Universitas Sumatera Utara


V-23

5. Keterkaitan: suatu kegitan atau proses tidak dapat berdiri sendiri, namun harus terkait

dalam struktur suatu organisasi.

6. Fungsi silang: suatu proses pada umumnya, walaupun tidak harus, memiliki atau

mencakup beberapa fungsi.

Tipe proses bisnis terdiri dari :

1. Proses manajemen merupakan sebuah proses yang mengendalikan operasional sebuah

sistem.

2. Proses utama merupakan sebuah proses yang mempunyai bisnis inti dan meliputi aliran

nilai utama, misalnya proses pembelian, manufaktur, pengiklanan dan pemasaran, dan

penjualan.

3. Proses pendukung, yang mendukung proses inti, misalnya rekrutmen, akunting, pusat

bantuan dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan tersebut, proses bisnis PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan

dapat dilihat pada Gambar 5.2.

Universitas Sumatera Utara


V-24

Perencanaan Strategis
 Penetapan KPI  Pemantauan dan Tinjauan Manajemen
 Visi  Rencana Kerja Anggaran
 Kepuasan Pelanggan Pengukuran KPI
Perusahaan
 Misi dan Kepuasan
 Rencana Kerja Manajemen
 Tujuan Pelanggan
 Strategi  Audit Internal

Proses Manajemen

Perencanaan Pelayanan
P
Kapal
P
 Jasa Pandu E
 Jasa Tunda
E  Jasa Tambat
 Jasa Labuh L
Kontrak Realisasi Pelayanan Penerbitan Pranota - Pengiriman Nota
L Nota
A
Perencanaan Pelayanan
A Terminal
N
Pembayaran
 Bongkar Muat Kapal G
N  Jasa Penyewaaan Gudang
G  Jasa Penyewaan Lapangan Proses Utama
 Jasa Penumpukan G
 Jasa Receiving

A

Pengadaan Barang Evaluasi Suplier Pengurusan Izin-Izin Perawatan Alat, Kapal, Fasilitas, Pelatihan dan Penerimaan Keamanan dan
dan Jasa dan Sertifikasi Transportasi, Komunikasi, dan Pengembangan Karyawan keselamatan
Komputer Karyawan Pelabuhan

Proses Pendukung

Gambar 5.2. Proses Bisnis PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan

Universitas Sumatera Utara


V-25

Secara umum aliran informasi, fisik , dan uang di pelabuhan dapat dijelaskan pada

Gambar 5.3.

Gambar 5.3. Aliran informasi, fisik , dan uang di pelabuhan


(Sumber: Chang dan Chu, Tahun 2015)

5.1.5. Standart Operational Procedure (SOP)

5.1.5.1. Pelayanan Kapal

SOP pelayanan masuk kapal, pindah dan keluar pelabuhan dapat dilihat pada Gambar 5.4,

Gambar 5.5., dan Gambar 5.6.

Universitas Sumatera Utara


V-26

BISNIS
PENGGUNA JASA BISNIS KAPAL KETERANGAN
TERMINAL
Dokumen Pendukung
PPKA
PPKB, antara lain :

a. 2A-1
PENETAPAN PPKB KAPAL
b. 2A-2
PPKB PERENCANAAN MASUK
c. DTJK
PELAYANAN

PELAKSANAN
PELAYANAN

PENCETAKAN
2A-1

BUKTI
PELAYANAN 2A-2

Gambar 5.4. Proses Pelayanan Kapal Masuk

PELAYANAN KAPAL PINDAH/GESER


PELAYANAN
PENGGUNA JASA BISNIS TERMINAL BISNIS KAPAL KETERANGAN
PELANGGAN
Dokumen Pendukung
PPKB, antara lain:

PPKA a. 2A-1

b. 2A-2

d. DTJK
PENETAPAN PPKB KAPAL
PPKB
PERENCANAAN PINDAH/GESER
PELAYANAN

PENCETAKAN 2A-1

PELAKSANAAN
PELAYANAN

BUKTI PELAYANAN
2A-2

Gambar 5.5. Proses Pelayanan Kapal Pindah

Universitas Sumatera Utara


V-27

PELAYANAN KAPAL KELUAR


PELAYANAN
PENGGUNA JASA BISNIS TERMINAL BISNIS KAPAL KETERANGAN
PELANGGAN
Dokumen Pendukung
PPKB, antara lain:

PPKA a. 2A-1

b. 2A-2

d. DTJK
PENETAPAN
PPKB PPKB KAPAL KELUAR
PERENCANAAN
PELAYANAN

PENCETAKAN 2 A1

PELAKSANAAN
PELAYANAN

BUKTI PELAYANAN BUKTI PELAYANAN


2 A2 2 A2

NOTA TAGIHAN BUKTI PELAYANAN


2 A2

Gambar 5.6. Proses Pelayanan Kapal Masuk

SOP pelayanan pada saat kapal berlabuh dapat dilihat pada Gambar 5.7.,

PELAYANAN KAPAL PERUBAHAN/PERPANJANGAN MASA TAMBAT


PELAYANAN
PENGGUNA JASA BISNIS TERMINAL BISNIS KAPAL KETERANGAN
PELANGGAN
Dokumen Pendukung
PPKB, antara lain:

PPKA a. 2A-1

b. 2A-2

d. DTJK
PPKB PERUBAHAN/
PENETAPAN
PPKB PERPANJANGAN
PERENCANAAN
MASA TAMBAT
PELAYANAN

PENCETAKAN 2A-1

PELAKSANAAN
PELAYANAN

BUKTI PELAYANAN
2A-2

Gambar 5.7. Proses Pelayanan Kapal Perubahan/Perpanjangan Masa Tambat

Universitas Sumatera Utara


V-28

5.1.6.2. Pelayanan Bongkar Muat

SOP pelayanan bongkar muat dapat dijelaskan pada Gambar 5.8. dan Gambar 5.9.

STANDARD OPERATING PROCEDURE PEMUATAN/PEMBONGKARAN BARANG


DIVISI PELAYANAN
PENGGUNA JASA DIVISI UBM BANK/KASIR INSTANSI TERKAIT
PELANGGAN

SURAT PERINTAH
KERJA

DOKUMEN
Tidak LENGKAP

YA

RPKOP &
PERHITUNGAN JASA
BARANG

ESTIMASI BIAYA
PERSIAPAN
BARANG
PEMBAYRAN

SALDO
TDK
CUKUP

YA

PENETAPAN
PPKB

PERSIAPAN PENGAJUAN
BONGKAR/ TKBM
MUAT

MONITORING PELAKSAN AAN PENGAJUAN


BONGKAR BONGKAR/MUA
TKBM

LAPORAN LAPORAN LAPORAN


DOKUMEN
REALISASI REALISASI REALISASI
EKSPOR/IMPOR
BONGKAR/MUAT BONGKAR/MUAT BONGKAR/MUAT

HOST TO HOST

NOTA NOTA
TAGIHAN TAGIHAN

Gambar 5.8. Pelayanan pembongkaran/pemuatan barang

Universitas Sumatera Utara


V-29

STANDARD OPERATING PROCEDURE BONGKAR/MUAT TERMINAL CURAH CAIR MELALUI PIPA


TERPADU

PENGGUNA JASA DIVISI UBM BISNIS TERMINAL INSTANSI

PERMOHONAN
PEMBONGKARAN

TDK DOKUMEN COPY


YA
LENGKAP DOKUMEN

Tidak

RPKOP PERSIAPAN KEGIATAN ESTIMASI


PERHITUNGAN TCC BONGKAR BIAYA TCC

PELAKSANAAN DOKUMEN EKSPORT


KEGIATAN MONITORING
BONGKAR

LAPORAN
LAPORAN SOUNDING
REALISASI
DARAT (SURVEYOR)
BONGKAR

PENGECEKAN LAPORAN
LAPORAN REALISASI
REALISASI BONGKAR
BONGKAR

PENYERAHAN
LAPORAN
REALISASI
BONGKAR

NOTA TAGIHAN NOTA TAGIHAN

Gambar 5.9. Pelayanan pembongkaran curah cair melalui pipa terpadu

Universitas Sumatera Utara


V-30

5.1.6.3. Pelayanan Barang

SOP dalam pelayaran barang dijelaskan pada Gambar 5.10, Gambar 5.11, Gambar 5.12.,

dan Gambar 5.13.

Supervisi Pelayanan Operasi Pemilik Barang Pelaksana Gudang Gudang Lain

Mempersiapkan lokasi dan ruang


lapangan/gudang untuk penumpukan barang

Ruang penumpukan yang dibutuhkan tidak


cukup untuk menampung rencana penimbunan
barang, maka segera menginformasikan dan
berkoordinasikan mencari/menggunakan lokasi
dan ruang penumpukan lainnya.

Menerima SBO asli untuk kegiatan penerimaan


barang yang akan dimuat ke kapal

Berdasarkan SBO untuk menghitung kebenaran


jumlah barang

Melaksanakan dan mengkoordinir serta


mengatur pelaksanaan penerimaan barang
digudang / lapangan.

Menempatkan dan menyusun barang sesuai Menerima perintah untuk mencatat barang yang masuk
dengan tempat yang telah direncanakan gudang / lapangan ke dalam laporan harian.

Memerintahkan kepada pelaksana Gudang Tonage barang yang dipindahkan / diangkat harus
untuk mencatat barang yang masuk gudang / sesuai dengan kapasitas alat angkutnya.
lapangan ke dalam laporan harian.

Barang ditempatkan dengan jarak 1 (satu) meter dari


dinding gudang dengan memperhatikan jalur utama
Mengatur keamanan barang dari
kemungkinan kerusakan, kehilangan
serta bahaya lainnya yang mungkin
Tinggi penumpukan tidak boleh melebihi batas
timbul dan merugikan, apabila terjadi maksimum penumpukan yang telah ditentukan (sesuai
kerusakan/kehilangan dibuat Berita dengan kondisi gudang dan barang).
Acara.

Penempatan pada saat penyusunan harus


memperhatikan jenis barang (bentuk curah, kemasan)
yang dipisahkan sesuai sifat barang (berbahaya,
mengganggu, makanan biasa)

Penyusunan
Penyusunan barang dengan sifat menggangu, barang dengan
makanan biasa, dipisahkan satu dengan yang lainnya jenis contoh,
kemasan dan
dengan jarak antara 5 (lima) meter
berbahaya,
dipisahkan

Untuk barang-barang dalam karung (bag Cargo) harus


disusun diatas pallet

Gambar 5.10. Prosedur Penerimaan Barang/Receiving

Universitas Sumatera Utara


V-31

Supervisi Pelayanan Operasi Pelaksana Stevedore

Menyerahkan barang digudang/lapangan


penumpukan lini I diangkut ke dermaga guna
pelaksanaan pemuatan
Menerima barang digudang/lapangan
penumpukan lini I untuk diangkut ke dermaga
guna pelaksanaan pemuatan

Melakukan pengarsipan seluruh dokumen yang


berkaitan dengan kegiatan dan pencatatan pada
buku pengeluaran barang yang dimuat ke kapal

Gambar 5.11. Prosedur Pemuatan Barang melalui Gudang / Lapangan

Pelaksana
Supervisi Pelayanan Operasi Pemilik Barang
Pelaksana Gudang Stevedore

Lokasi dan ruang lapangan/gudang sesuai


dengan manifest
Menerima perintah untuk mencatat
barang bongkaran yang masuk
kegudang/lapangan penumpukan lini I

Lokasi dan ruang penumpukan


tidak cukup menampung
penimbunan barang bongkaran
segera menginformasikan dan Menerima informasi dan Tonage barang yang dipindahkan /
koordinasi dengan pemilik barang berkoordinasi dengan diangkat harus sesuai dengan kapasitas
untuk mencari / menggunakan Supervisi Pelayanan Operasi alat angkutnya.
lokasi dan ruang penumpukan Jika lokasi dan ruang
lainnya untuk kelancaran penumpukan yang dibutuhkan
tidak cukup menampung
pembongkaran penimbunan barang Barang ditempatkan dengan jarak 1
bongkaran untuk mencari / (satu) meter dari dinding gudang
menggunakan lokasi dan dengan memperhatikan jalur utama
ruang penumpukan
menunjang kelancaran
Melaksanakan dan mengkoordinir serta pembongkaran
mengatur pelaksanaan penerimaan barang
bongkaran Tinggi penumpukan tidak boleh
melebihi batas maksimum penumpukan
yang telah ditentukan (sesuai dengan
kondisi gudang dan barang).
Memerintahkan kepada pelaksana
Gudang mencatat barang bongkaran yang
masuk kegudang/lapangan penumpukan
lini I
Penempatan pada saat penyusunan Penyusunan barang
harus memperhatikan jenis barang dengan jenis
(bentuk curah, kemasan) yang contoh, kemasan
dipisahkan sesuai sifat barang dan berbahaya,
Mengatur keamanan barang dari (berbahaya, mengganggu, makanan
kemungkinan kerusakan, kehilangan dipisahkan.
biasa)
serta bahaya lainnya yang mungkin
timbul dan merugikan, apabila terjadi
kerusakan / kehilangan dibuat Berita
Acara Penyusunan barang dengan sifat
menggangu, makanan biasa,
dipisahkan satu dengan yang lainnya
dengan jarak antara 5 (lima) meter
Menempatkan dan menyusun barang
sesuai dengan tempat yang telah
direncanakan Penyusunan barang dengan sifat
menggangu, makanan biasa,
dipisahkan satu dengan yang lainnya
dengan jarak antara 5 (lima) meter

Gambar 5.12. Penerimaan Barang Bongkaran dari Kapal

Universitas Sumatera Utara


V-32

Supervisi Pelayanan Operasi Pengguna Jasa

Menerima D/O Asli Menyerahkan D/O Asli

Menerima copy SPBB Menyerahkan SPBB


Asli

Pengeluaran barang dari


gudang.

Menandatangani Tally Sheet


dari PBM

Pencatatan dalam buku


pengeluaran barang/uitslag

Pengarsipan D/O asli, Nota Jasa


Dermaga dan Penumpukan

Gambar 5.13. Prosedur Penyerahan Barang

5.1.6.4. Pelayanan Terminal Petikemas

SOP pelayanan di terminal peti kemas dijelaskan Gambar 5.14.

Universitas Sumatera Utara


V-33

Tally Administrasi
Pengguna Jasa
Tally Gate Tally Lapangan Tally Sheet Pelayanan Operasi
III

Memeriksa kesesuaian antara Waktu dan


Menyerahkan Surat nomor petikemas dengan oto tanggal dicatat
Penagantar petikemas bon, mencatat prefix, nomor oleh tally sheet
(oto bon)dipintu Gate In petikemas, ukuran, serta Receiving
jenis peti kemas, nomor
polisi head truck pengankut
bobot peti kemas waktu dan

Menginformasikan apabila Menerima


terdapat ketidaksesuaian informasi dari Tally
data petikemas yang akan Gate In
melewati Pintu Gate In

Membawa peti kemas Penempatan


ke CY untuk petikemas sesuai
ditempatkan dengan instruksi

Menginstruksikan
kepada operator alat
(RTG, RS atau SL)
untuk menurunkan (lift
off) peti kemas dari
atas chasis headtruck

Akhir shift Penyesuaian data Menyerahkan Tally


Melakukan
melakukan tally sheet dan Sheet yang telah
koordinasi
menandatangani ditandatangani

Menginput data
Tally Sheet untuk
ditabulasi
Gambar 5.14. Pelayanan receiving petikemas

Universitas Sumatera Utara


V-34

Tally
Pengguna Jasa Administrasi
Tally Gate Tally Lapangan Tally Sheet
Pelayanan
Operasi

Menyerahkan oto bon Menerima oto bon Mencari posisi peti


kemas di CY sesuai
nomor peti kemas
Mencari posisi peti dengan oto bon
kemas di CY sesuai
nomor peti kemas Memeriksa kesesuaian Penyesuaian data Menginput data Tally
dengan oto bon antara nomor peti kemas Sheet untuk ditabulasi
dengan oto bon, mencatat Menginstruksikan
prefix dan nomor peti kepada operator alat
kemas, ukuran, serta jenis (RS atau SL) untuk Kesesuaian dengan
peti kemas, nomor polisi menaikkan (lift on) peti pada proses
head truck pengangkut, kemas ke atas chasis Delivery
bobot peti kemas, waktu
dan tanggal

Pada akhir shift


melakukan koordinasi

Gambar 5.15. Pelayanan delivery petikemas

Supervisi
Tally Administrasi
Stevedore Pelayanan Bongkar Pengguna Jasa
Pelayanan Operasi II
Muat

Menyerahkan master Menerima master Melakukan rekapitulasi


statement port log, tally statement port log, data penumpukan dan
sheet dan realisasi tally sheet dan realisasi kegiatan lo/lo di CY
bongkar muat bongkar muat dari selanjutnya diserahkan
stevedore untuk kepada pengguna jasa
selanjutnya Asisten lamanya 2 (dua) hari hari
Menejer Keuangan kerja setelah diterima dari
Usaha Bongkar muat tally administarsi
melakukan verifikasi pelayanan operasi II Mengembalikan
terhadap nota tagihan rekapitulasi yang
bongkar muat yang telah disetujui
terbit. paling lama 1 (satu)
Menginput data hari kerja
penumpukan dan
kegiatan lo/lo di CY ke
Job Order peti kemas /
Sistem informasi terpadu
Cabang Pelabuhan
Belawan untuk Membayar Nota
menerbitkan Nota Tagihan paling lama
Tagihan untuk diserahkan 7 (tujuh) hari
pengguna jasa. kalender setelah
mendapatkan Nota

Gambar 5.16. Pelayanan administrasi dan nota tagihan petikemas domestik

Universitas Sumatera Utara


V-35

Tally
Supervisi
Tally Operator Head Administrasi
Pelayanan Stevedore Tally Gate Tally Lapangan
Dermaga Truck Pelayanan
Operasi UBM
Operasi II

Mendistribusikan Menerima Menerima


Discharging List Discharging List Discharging
pelaksanaan List
pelaksanaan
bongkar bongkar

Menginstruksikan
Mobile Harbour Memeriksa
Crane pembongkaran seal
petikemas dari kapal petikemas
ke atas chasis dibongkar
sebelum
petikemas
diangkut ke
CY,
Mencatat bongkaran kemudian
port log & mencatat
mencocokkan nomor
petikemas dengan prefix, alat,
Discharging List Nomor
petikemas
head truck
mengangkut
Rekapitulasi HMC Memeriksa
& mencatat
ke CY. nomor
pelayanan petikemas,
bongkaran kapal surat jalan,
pada form Port Log mencatat prefix Menginstruksikan
Operation / form nomor kepada operator
Master/Mates Menerima petikemas,
Surat jalan alat untuk
Statement surat jalan ukuran, serta
untuk menurunkan
selanjutnya untuk jenis petikemas
operator Head petikemas chasis
ditandatangani oleh membawa nomor polisi
truck untuk headtruck ke
Chief Officer Kapal petikemas dari head truck
membawa lapangan
apabila kapal hanya dermaga ke pengangkut,
petikemas CY. penumpukan.
melakukan kegiatan bobot
dari Dermaga petikemas seal
bongkar kemudian
ke CY. waktu dan
diserahkan kepada
Supervisi
Membawa tanggal
Pelayanan Operasi petikemas
bongkaran ke Menandatangani
CY Tally Sheet
penumpukan Menginstruksikan
bongkaran operator alat
Mencatat bongkaran
dalam port log dan sesuai telah menurunkan
mencocokkan ditetapkan. petikemas dari Menginput
Menerima
petikemas yang atas chasis data tally
rekapitulasi HMC
dibongkar dengan headtruck sheet untuk
& Hasil kegiatan
Discharging List kelapangan ditabulasi
Port Log
penumpukan.
Operation

Menyerahkan
tally sheet yang
telah
ditandatangani

Gambar 5.17. Pelayanan Bongkar Petikemas

Universitas Sumatera Utara


V-36

Tally
Supervisi
Operator Head Tally Administrasi
Pelayanan Stevedore Tally Dermaga Tally Gate
Truck Lapangan Pelayanan
Operasi UBM
Operasi II

Mendistribusikan Menerima Menerima Menerima


Loading List Loading List Loading List Loading List

Pengecekan seal
prefix dan nomor
petikemas sesuai
dengan Loading
List

Menginformasikan
operator Lift On ke
Memeriksa nomor
head truck & surat
petikemas dengan
jalan untuk
surat jalan, catat
operator head truck
prefis & nomor
dari CY ke Dermaga
petikemas,
ukuran, serta jenis Proses haulage
petikemas, head dari CY ke
truck pengangkut, Dermaga
bobot petikemas,
waktu & tanggal
tally sheet muatan
surat jalan untuk
operator head
Menginstruksi Pemeriksaan dan truck dari CY ke
kan operator Loading confirm Dermaga
HMC
menginput prefix
pemuatan ke
atas kapal dan nomor
petikemas, kode
operator, kode
alat serta posisi
Mencatat
penyusunan
muatan dalam
port log & kapal yang terdiri
mencocokkan dari bay, row,
dibongkar dan tier pada
dengan tally sheet.
Discharging
List

Rekapitulasi HMC
& mencatat
pelayanan muat
kapal pada form Menginput
port log operation data tally
pada form master/
mates statement sheet untuk
selanjutnya ditabulasi
ditandatangani
Chief Office Kapal
kemudian
diserahkan kepada
Supervisi
Pelayanan Operasi

Gambar 5.18. Pelayanan Administrasi Bongkar Petikemas

Universitas Sumatera Utara


V-37

5.2. Pengolahan data

Data data-data sekunder yang ada dilakukan pengolahan untuk menemukan setiap kejadian

risiko yang terjadi. Hasil dari identifikasi kejadian risiko dicantumkan pada Tabel 5.3., Tabel

5.4., Tabel 5.5., dan Tabel 5.6.

Tabel 5.3. Kejadian risiko yang terdapat di pelayanan kapal


No Kejadian risiko yang terdapat di pelayanan kapal Divisi
Pelayanan kapal masuk
1 Petugas PPSA tidak cepat merespon permohonan penyadaran kapal DPT
2 Menara kontrol kepanduan tidak mencatat kapal masuk dalam buku harian gerakan kapal DPK
3 Sistem Inaportnet error DPT
4 Petugas tidak melakukan verifikasi RPKOP pengguna jasa DPT
5 Sistem perbankan error DK
6 Pelayanan penyandaran kapal tidak sesuai dengan prinsip first come first serve DPT
7 PPKB pelayanan kapal masuk terlambat diterima DPK
8 Petugas pandu terjatuh saat masuk ke kapal DPK
9 Kapal tidak siap dipandu DPK
10 Petugas pandu tidak bisa berkoordinasi dengan kapten kapal DPK
11 Sarana bantu pemanduan tidak siap DPK
12 Jumlah kapal tunda tidak cukup DPK
13 Petugas pandu tidak tersedia DPK
14 Petugas radio tidak mampu berkomukasi dengan baik DPK
15 Pandu datang tidak tepat waktu DPK
16 Sertifikat pandu telah habis DPK
17 Kapal tunda mengalami kecelakaan kapal saat menuju kapal DPK
18 Petugas kepil kepil/mooring lambat DPK
19 Rambu-rambu keselamatan pelayaran kapal tidak tersedia dengan baik DPK
20 Adanya jangkar, rantai dan tali kapal di alur pelayaran DPK
21 Cuaca buruk DPK
22 Perubahan kedalaman alur DPK
23 Pandu tidak meneliti dan mengkoreksi dokumen 2A-1 DPK
24 Menara kontrol tidak menyampaikan perintah pelayanan pemanduan kepada kapal tunda DPK
25 Space penyandaran kapal sempit DPK
27 Pembuangan sampah atau minyak dari kapal di daerah kolam pelabuhan DPK
Pelayanan kapal keluar
28 Menara kontrol kepanduan tidak mencatat kapal masuk dalam buku harian gerakan kapal DPT
29 PPKB tidak dicatat di papan jurnal gerakan kapal dan tidak diteruskan ke operator menara DPT
30 Perencanan pembagian tugas kepanduan tidak baik DPK
31 Operator menara kontrol tidak menerima rencana pelayanan pemanduan kapal keluar DPK

Universitas Sumatera Utara


V-38

No Kejadian risiko yang terdapat di pelayanan kapal Divisi


Operator menara kontrol tidak meneruskan rencana pelayanan pemanduan kapal keluar kepada
32 kapal pandu DPK
33 Operator menara kontrol tidak mencatat kapal keluar dalam buku harian gerakan kapal DPK
34 Petugas pandu terjatuh saat masuk ke kapal DPK
35 Pandu datang tidak tepat waktu DPK
36 Pandu tidak meneliti dan mengkoreksi dokumen 2A-1 DPK
37 Kapal tunda tidak siap berangkat karena ada kerusakan DPK
38 Kapal tunda mengalami kecelakaan kapal saat menuju kapal DPK
39 Jumlah kapal tunda tidak cukup DPK
40 Cuaca buruk DPK
41 Adanya jangkar, rantai dan tali kapal di alur pelayaran DPK
Pelayanan kapal pindah
42 PPKB pelayanan kapal masuk terlambat diterima karena aplikasi error DPT
43 Menara kontrol kepanduan tidak mencatat kapal masuk dalam buku harian gerakan kapal DPK
44 Perencanan pembagian tugas kepanduan tidak baik DPK
45 Operator menara kontrol tidak menerima rencana pelayanan pemanduan kapal keluar DPK
Operator menara kontrol tidak meneruskan rencana pelayanan pemanduan kapal keluar kepada
46 kapal pandu DPK
47 Operator menara kontrol tidak mencatat kapal keluar dalam buku harian gerakan kapal DPK
48 Pandu datang tidak tepat waktu DPK
49 Dokumen 2A-1 tidak diisi dan ditandatangi oleh nakhoda/kapten kapal dengan lengkap DPK
50 Kapal tunda tidak siap berangkat karena ada kerusakan DPK
51 Kapal tunda mengalami kecelakaan kapal saat menuju kapal DPK
52 Jumlah kapal tunda tidak cukup DPK
53 Kegiatan pelayanan pemanduan terhambat karena cuaca DPK
54 Lokasi tempat kapal pindah belum tersedia DPK
Pengisian air kapal
55 Pengisian air kapal lambat DPK
56 Alat pengisian air kapal tidak mencukupi DPK
57 Sumber air kapal yang disediakan tidak mencukupi DPK
58 Volume air kapal yang diisi tidak akurat DPK
59 Kualitas air kapal tidak baik DPK
Pemeliharaan armada pemanduan
60 Jadwal pemeliharaan tidak baik DPK
61 Suku cadang tidak tersedia DPK
62 Kerusakan tidak dilaporkan dengan baik DPK
63 Mark up pembelian suku cadang DPK
Pengadaan BBM armada pemanduan
64 Penyalahgunaan BBM armada pemanduan DPK
65 BBM tidak tersedia DPK
66 Mark up dalam pembelian BBM DPK

Universitas Sumatera Utara


V-39

No Kejadian risiko yang terdapat di pelayanan kapal Divisi


67 Pembelian BBM kapal tidak melalui persetujuan Manejer DPK
68 Laporan pemakaian BBM tidak lengkap DPK
69 Kesepakatan yang tidak baik dengan perusahaan penyedia BBM kapal DPK
70 Perencanaan kebutuhan BBM kapal yang tidak baik DPK
BBM kapal tercecer ke laut pada saat pengisian DPK
71 Pembayaran
72 Nota terlambat diserahakan DK
73 Ketidaksesuaian nota yang diterbitkan dengan volume jasa DK
Keterangan :
DPK : Divisi Pelayanan Kapal
DPT : Divisi Pelayanan Terminal
DK : Divisi Komersil

Tabel 5.4. Kejadian risiko yang terdapat di Pelayanan Bongkar Muat


No Kejadian risiko yang terdapat di Pelayanan Bongkar Muat Penanggungjawab
Bongkar muat kapal
1. Aplikasi error DBM
2. Pencurian saat kapal melakukan kegiatan di dermaga DBM
3. Kemampuan petugas call center memberikan pelayanan DBM
4. Kecepatan petugas PPSA merespon permohonan untuk penerbitan RPKOP DBM
5. Respon terhadap pelayanan DBM
6. Keamanan barang di gudang, lapangan & lapangan penumpukan DBM
7. Operator kurang hati-hati saat melakukan bongkar muat DBM
8. TKBM datang tidak tepat waktu DBM
9. Jumlah TKBM tidak sesuai dengan yang direncanakan DBM
10. Keluhan TKBM terkait jadwal kerja DBM
11. Keluhan TKBM terkait upah kerja DBM
12. TKBM mengalami kecelakaan saat kegiatan bongkat muat DBM
13. Barang yang dibongkar atau dimuat tidak sesuai dengan dengan manifest DBM
Tallyman tidak mengisi tally sheet dan checkeer serta Time Sheet, Daily Report,
14. DBM
Statement of Fack
15. Catatan/laporan pembongkaran/pemuatan kepada pelanggan tidak sesuai DBM
16. Barang rusak pada saat kegiatan bongkat muat DBM
17. Jumlah peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan yang dipesan DBM
Pembayaran
18. Keakuratan data pembayaran DBM
19. Kesesuaian nota yang ditetapkan Pelindo I dengan volume jasa DBM
20. Kemudahan pembayaran nota DBM
Pelayanan Bongkar Muat Curah Cair Melalui Pipa Terpadu
Dokumen permohonan ( form 1B1) dan Manifest dari pelanggan tidak lengkap tetapi
21. DBM
pelayanan tetap dilakukan
22. Timbangan tidak dikalibrasi DBM

Universitas Sumatera Utara


V-40

No Kejadian risiko yang terdapat di Pelayanan Bongkar Muat Penanggungjawab


23. Data form 1B1 tidak sesuai dengan manifest DBM
Pelayanan Persewaan Alat
24. Jumlah peralatan kurang DBM
25. Perawatan HMC rusak DBM
26. Kualitas peralatan bongkar muat kurang baik DBM
27. Pemakaian alat melebihi jadwal yang disepakati DBM
Pengadaan Bahan Bakar Minyak Peralatan
Kebutuhan pengisian Bahan Bakar Minyak tidak dilaksanakan berdasarkan indikator
28. DBM
level tangki alat HMC Libheer
29. Supervisi alat tidak membuat Daftar Pengisian dan Pemakaian BBM HMC Liebheer DBM
30. Pengadaan BBM tidak sesuai mekanisme harga pembanding DBM
Pemeliharaan Dan Perawatan Peralatan Bongkar Muat
31. Pelaksana Perawatan dan Pengoperasian Peralatan tidak terencana sesuai jadwal DBM
Jadwal rencana pemeliharaan peralatan tidak didistribusikan kepada Asmen Pelayanan
32. DBM
Bongkar Muat untuk persiapan pemeliharaan

Operator mekanik tidak melaporkan kerusakaan peralatan dengan menyampaikan


33. laporan kerusakan alat kepada Supervisor/Pelaksana Perawatan dan Pengoperasian DBM
Peralatan
34. Mekanik tidak melaksanakan perbaikan sesuai jadwal DBM
Keterangan : DBM : Divisi Bongkar Muat

Tabel 5.5. Kejadian risiko yang terdapat di Pelayanan Barang

NO Kejadian risiko pada pelayanan barang Penanggungjawab


Penerimaan /receive barang dari pelanggan
1. Lapangan penumpukan tidak mencukupi DPT
2. Jumlah barang tidak sesuai dengan SBO pengguna jasa DPT
3. Tidak melakukan pengecekan terhadap kondisi barang DPT
4. Supervisor tidak melakukan koordinasi terkait penerimaan barang DPT
5. Barang rusak di gudang DPT
6. Pencurian barang oleh pihak internal DPT
7. Pencurian barang oleh pihak ekternal DPT
8. Tonase bran yang dipindahkan/diangkat tidak sesuai dengan kapasitas alat angkutnya DPT
9. Tata letak barang di gudang tidak baik DPT
10. Barang yang masuk gudang tidak tercatat dengan baik DPT
11. Barang yang disusun di gudang melebihi batas maksimum DPT
Penyusunan barang di gudang tidak memperhatikan jenis barang (bentuk curah atau
12. kemasan) yang dipisahkan sesuai sifa barang (berbahaya, mengganggu, dan DPT
makanan).
13. Barang-barang dalam karung (bag cargo) tidak disusun di atas pallet. DPT
14. Kondisi penerangan di gudang penumpukan kurang baik DPT

Universitas Sumatera Utara


V-41

NO Kejadian risiko pada pelayanan barang Penanggungjawab


15. Kondisi penerangan di lapangan penumpukan kurang baik DPT
16. Tindakan korupsi/ tidak melaporkan barang yang masuk ke gudang DPT
17. Kebarakan gudang karena faktor internal DPT
18. Kebarakan gudang karena pihak eksternal DPT
Kesepakatan terkait harga satuan jasa penerimaan barang di gudang/lapangan tidak
19. DPT
tercapai
20. Kecukupan jumlah loading point untuk penyaluran curah cair DPT
21. Kondisi conveyor untuk penyaluran curah kering DPT
22. Kecukupan conveyor untuk penyaluran curah kering DPT
Pemuatan barang melalui gudang/lapangan
23. Petugas stevedore tidak cekatan DPT
24. Petugas stevedore tidak cukup DPT
25. Barang yang dimuat tidak tercatat dengan baik DPT
Penerimaan barang bongkaran dari kapal
26. Lapagan/gudang untuk menerima barang dari kapal tidak mencukupi DPT
Lapanan/gudang untuk menerima barang dari kapal berada di lokasi yang jauh dari
27. DPT
lokasi kapal
Supervisor pelayanan operasi tidak mengkoordinir pelaksanaan penerimaan barang
28. DPT
bongkaran
29. Petugas gudang tidak mencatat barang yang masuk ke gudang dengan baik DPT
30. Barang rusak di gudang DPT
31. Barang hilang di gudang DPT
32. Tonase bran yang dipindahkan/diangkat tidak sesuai dengan kapasitas alat angkutnya DPT
33. Tata letak barang di gudang tidak baik DPT
34. Barang yang masuk gudang tidak tercatat dengan baik DPT
35. Barang yang disusun di gudang melebihi batas maksimum DPT
Penyusunan barang di gudang tidak memperhatikan jenis barang (bentuk curah atau
36. kemasan) yang dipisahkan sesuai sifa barang (berbahaya, mengganggu, dan DPT
makanan).
37. Barang-barang dalam karung (bag cargo) tidak disusun di atas pallet. DPT
38. Kondisi penerangan di gudang penumpukan kurang baik DPT
39. Kondisi penerangan di lapangan penumpukan kurang baik DPT
40. Fasilitas tabung pemadam kebakaran di gudang umum kurang tersedia DPT
41. Kebersihan gudang, lapangan, lapangan penumpukan dan dermaga DPT
42. Atap gudang umum banyak yang bocor DPT
43. Fasilitas lapangan penumpukan banyak abu DPT
44. Dermaga sangat licin DPT
45. Kurangnya sarana trasportasi darat dari pos menuju kapal DPT
Drainase di lapangan lebih diperhatikan, khususnya ketika hujan turun atau saat air
46. DPT
laut pasang
47. Pagar kurang memadai DPT
48. Kebersihan kamar mandi DPT
49. Pihak yang tidak berkepentingan banyak masuk ke pelabuhan DPT

Universitas Sumatera Utara


V-42

NO Kejadian risiko pada pelayanan barang Penanggungjawab


Penyerahan barang
50. Menyerahkan barang tanpa meneriman D/O asli dari pengguna jasa DPT
51. Menyerahkan barang bukan kepada pemilik barang DPT
52. Petugas meminta uang tambahan untuk mengeluarkan barang DPT
53. D/O asli tidak didokumentasikan dengan baik DPT
Tangki timbun
Tidak ada tempat bagi tenaga Unit Usaha Bongkar Muat untuk melaksanakan
54. DPT
pemasangan selang ke kapal, apalagi bila hari hujan
55. Alat pemadam kebakaran tidak lengkap, seperti hydran DPT
56. Kurang sigap dalam menjaga setiap fasilitas lapangan DPT
Kebersihan di area lapangan belum terjaga, karena masih belum ada tim yang
57. DPT
menangani cargo pupuk dan CPO apabila tumpah di dermaga
58. Proses checking tidak tertata (pembayaran) DPT
59. Fleksibel hose biasanya diberikan 10 pipa, sekarang hanya 5 pipa DPT
60. Sewaktu mau 'ngepig' susah cari petugas sehingga harus mencari dan menjemput DPT
Pembayaran
61. Keakuratan data pembayaran DPT
62. Kesesuaian nota yang ditetapkan Pelindo I dengan volume jasa DPT
63. Kemudahan pembayaran nota DPT
Keterangan : DPT = Divisi Pelayanan Terminal

Tabel 5.6. Risiko yang terdapat di pelayanan terminal petikemas


NO Kejadian risiko pada pelayanan terminal petikemas Penanggungjawab
Penerimaan/receiving petikemas
Petugas pintu Gate-in memperbolehkan head truck bermuatan petikemas masuk tanap
1. DPT
menyerahakan surat pengantar petikemas (Oto Bon)
Petugas Tally Gate tidak memeriksa kesesuaian nomor petikemas dengan oto bon
2. DPT
denga baik
Petugas Tally Gate tidak mencatat prefix, nomor petikemas, ukuran , jenis petikemas,
3. DPT
nomor polisi head truck dengan baik
Petugas head truck berhenti di sembarang tempat karena tidak ada arahan dari
4. DPT
petugas
5. Peralatan alat RTG tidak tersedia ketika thead truck dating DPT
6. Operator alat RTG tidak cekatan dalam menurunkan petikemas DPT
7. Petugas tally sheet tidak melakukan koordinasi dengan Petugas tally lapangan DPT
8. Tally sheet tidak sesuai dengan yang di lapangan DPT
9. Data tally sheet tidak ditabulasi dengan baik DPT
Delivery petikemas
Petugas tally menempatkan petikemas di CY tidak sesuai nomor petikemas dengan
10. DPT
oto bon
11. Pengemudi head truck berhenti sembarang karena tidak mengetahui posisi petikemas DPT
12. Pengemudi head truck menambrak tumpukan petikemas DPT
13. Peralatan alat RTG tidak tersedia ketika thead truck dating DPT
14. Operator alat RTG tidak cekatan dalam menurunkan petikemas DPT
15. Petugas tally sheet tidak melakukan koordinasi dengan Petugas tally lapangan DPT

Universitas Sumatera Utara


V-43

16. Tally sheet tidak sesuai dengan yang di lapangan DPT


17. Data tally sheet tidak ditabulasi dengan baik DPT
18. Ketersediaan operator bongkar muat peti kemas DPT
19. Ketersediaan fasilitas tabung pemadam kebakaran DPT
20. Kehandalan alat bongkar muat peti kemas DPT
21. Ketersediaan & kualitas penerangan di CY DPT
22. Kecepatan siklus bongkar muat peti kemas dari kapal sampai ke CY DPT
23. Kecepatan siklus receiving & delivery DPT
24. Kehandalan operator bongkar muat peti kemas DPT
Pembayaran
25. Kecepatan penerbitan & penyampaian nota DPT
26. Kemudahan pengguna jasa dalam penggunaan aplikasi sistem DPT
27. Keakuratan data pembayaran DPT
28. Kesesuaian nota yang ditetapkan Pelindo I dengan volume jasa DPT
29. Kemudahan pembayaran nota DPT
Keterangan : DPT = Divisi Pelayanan Terminal

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Sistem pengukuran risiko yang telah digunakan perusahaan

PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) Cabang Belawan melakukan pengukuran risiko

berdasarkan surat Keputusan Direksi PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Nomor: KP.39/I/3/PI-

14.TU tentang Pedoman Pelaksanaan Manajemen Risiko di Lingkungan PT Pelindo I (Persero).

Sistem manajemen risiko yang diimplementasikan terdiri dari 3 proses yakni ; proses awal,

proses inti dan proses penunjang. Proses awal bertujuan untuk menetapkan konteks risiko baik

dari internal maupun eksternal. Proses inti bertujuan melakukan identifikasi, analisis, evaluasi

dan penetapan tindakan mitigasi. Sedangkan proses penunjang bertujuan melakukan pemantauan

secara terus-menerus pelaksanaan manajemen risiko. Proses manajemen risiko yang telah

dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat pada Gambar 6.1.


Proses Awal Pembangunan lingkungan
internal perusahaan

Faktor Eksternal Penetapan Konteks Faktor Internal


Organisasi

Proses Inti Identifikasi risiko

Analisa risiko

Evaluasi risiko

Mitigasi risiko

Proses Penunjang Pemantauan risiko

Gambar 6.1. Proses manajemen risiko yang telah diimplementasikan perusahaan

V-1
Universitas Sumatera Utara
VI-2

Dalam implementasinya, proses inti manajemen risiko dari identifikasi, analisa, evaluasi dan

mitigasi risiko dilakukan dengan menggunakan formulir manajemen risiko. Proses identifikasi

yang dilakukan hanya pada tingkat kelompok risiko, belum sampai mengidentifikasi lebih rinci

variabel risiko sehingga dapat dihasilkan risiko yang terstruktur dan sistematis. Analisa risiko

dilakukan untuk mengukur tingkat eksplosur risiko dengan menggunakan variabel severity dan

Occurance. Evaluasi risko adalah membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung pada

tahapan analisa risiko dengan kriteria standar yang digunakan. Penggolangan tingkat risiko

eksplosur risiko dibagi atas 4 kategori yakni; ekstrim, tinggi, moderat dan rendah. Penentuan

kategori tersebut diperkirakan pada tingkat berdampaknya risiko terhadap pencapaian sasaran

perusahaan yakni pendapatan dan kinerja operasional pelabuhan. Secara garis besar analisis

terhadap pengukuran yang digunanakan perusahaan dapat dijelaskan pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Analisis terhadap pengukuran risiko yang telah digunakan perusahaan

No. Komponen pengukuran yang Analisis Rekomendasi perbaikan yang


dianalisis diusulkan
1. Proses identifikasi risiko Proses identifikasi dilakukan dengan Melakukan identifikasi dengan
menggunakan konteks organisasi yang menganalisi sistem proses
ditentukan dengan fenomena umum kegiatan dalam pelabuhan dan
yang terjadi dalam perusahaan. menentukan kemungkinan
risiko yang mencul dari setiap
proses tersebut.
2. Output identifikasi risiko Identifikasi risiko dikategorikan Melakukan identifikasi risiko
menjadi risiko bisnis (usaha), risiko yang terstruktur dengan metode
operasional, risiko keuangan, risiko Risk Breakdown Structure
Sumber Daya Manusia (SDM), risiko (RBS)
2roperty, risiko asset, risiko teknis dan
teknologi, risiko legal, risiko strategis,
risiko keselamatan, keamanan dan
lingkungan (K2L), dan risiko
reputasiIdentifikasi risiko yang
dilakukan hanya pada kelompok risiko
sehingga implementasinya belum
menggampbarkan risiko yang dihadapi
perusahaan untuk semua tingkatan.
2. Pelibatan karyawan Tanggungjawab manajemen risiko Seluruh divisi dalam
dilakukan oleh satu divisi yakni Divisi perusahaan mempunyai
Sistem Manajemen. tanggungjawab dalam dalam
implementasi manajemen risiko
3. Analisa risiko Variabel yang digunakan dalam analisa Variabel yang digunakan dalam

Universitas Sumatera Utara


VI-3

No. Komponen pengukuran yang Analisis Rekomendasi perbaikan yang


dianalisis diusulkan
risiko adalah severity dan Occurance. analisa risiko adalah :
 Bobot tingkat kepentingan
terhadap kinerja
perusahaan dengan
menggunkan metode
Analytic Network Process
(ANP),
 Tingkat Kemungkinan/
Severity
 Besarnya dampak
/Occurance,
 Detection
4. Skala besarnya dampak Skala besarnya dampak ditentukan Skala besarnya dampak
/Occurance berdasarkan pengaruhnya terhadap disesuaikan sesuai jenis risiko
pencapian pendapatan yakni terhadap pencapaian
pendapatan, kinerja operasional
pelabuhan, keparahan
kecelakaan kerja, dan
keperahan kerusakan
lingkungan.
5. Tindakan mitigasi Belum mengukur tingkat implementasi Mengukur tindakan mitigasi
mitigasi terhadap jenis risiko yang terhadap kesesuaian risiko yang
dihadai perusahaan dihadapi perusahaan.

6.2. Sistem pengukuran yang diusulkan

Kerangka sistem pengukuran manajemen risiko yang diusulkan pada operasional pelabuhan

dilakukan dengan menggunakan tahapan seperti yang dijelaskan pada Gambar 6.2.

Metode
RBS

Identifikasi Identifikasi Analisa Evaluasi Mitigasi


Kegiatan Risiko Risiko Risiko Risiko

Struktur Risiko Bobot tingkat Risk Priority


Operasional kepentingan (W) Number
Pelabuhan menggukan (RPN) dengan
Metode ANP metode WFMEA

WRPN masing-
masing risiko - Sangat rendah
- Rendah
Prioritas risiko - Medium
- Tinggi
- Sangat Tinggi

Gambar 6.2. Kerangka sistem pengukuran manajemen risiko


Universitas Sumatera Utara
VI-4

6.2.1. Identifikasi Kegiatan

Pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) Cabang Belawan

merupakan jenis pelabuhan umum yang melayani jenis kapal penumpang dan kapal barang dari

jalur pelayaran nasional maupun internasional. Dari pelayanan tersebut PT Pelabuhan Indonesia I

(Persero) Cabang Belawan memperoleh pendapatan atas jasa labuh, jasa tambat, jasa

pemanduan, jasa penundaan, jasa pelayaran air bersih, jasa dermaga, jasa bongkar muat, jasa

penyewaan gudang, dan jasa penyewaan alat. Dalam penelitian ini ruang lingkup kegiatan yang

dikaji terkait dengan arus barang. Kegiatan tersebut dikategorikan menjadi 4 bagian yakni;

pelayanan kapal, pelayanan barang, pelayanan bongkar muat, dan pelayanan terminal petikemas.

Penjelasan terkait pelayanan tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Pelayanan Kapal

Pelayanan kapal ditujukan untuk memastikan keberadaan kapal dapat masuk dan keluar

dalam kondisi aman. Kegiatan utama pelayanan kapal dilakukan pada saat kapal masuk, pindah

dan keluar, serta pada saat kapal berlabuh.

a. Pelayanan kapal saat kapal masuk, pindah tempat, dan keluar pelabuhan.

Kegiatan pelayanan kapal pada saat kapal masuk, pindah tempat dan keluar pelabuhan

adalah pelayann pemanduan dan penundaan kapal. Dengan pertimbangan keselamatan bagi kapal

dan muatannya, pada waktu kapal masuk atau ke luar alur pelayaran, nahkoda kapal

memerlukan petunjuk dari seorang pandu. Pandu adalah seorang ahli yang sudah berpengalaman

layar dan mempunyai sertifikat pamanduan. Pandu hanya bertugas sebgai penasehat/pengarah,

sedang tanggung jawab keselamatan kapal tetap pada nahkhoda. Perairan pelabuhan yang

dikelola PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan merupakan perairan pelabuhan yang wajib

Universitas Sumatera Utara


VI-5

pandu. Hal ini mengharuskan kapal-kapal dengan ukuran di atas 150 GRT yang akan masuk dan

keluar pelabuhan harus menggunakan bantuan jasa pandu.

Penundaan kapal adalah pekerjaan mendorong, menarik atau menggandeng kapal yang

beroleh gerak untuk masuk ke kolam pelabuhan, bertambat dan bersandar atau sebaliknya untuk

melepas dari tambatan dan bergerak ke luar kolam pelabuhan.

b. Pelayanan kapal saat kapal berlabuh.

Setelah masuk ke kolam pelabuhan, masih dengan bantuan pandu dan kapal tunda, kapal

bertambat dan bersandar di dermaga. Pandu akan meninggalkan kapal tertambat dengan

sempurna di dermaga, setelah itu surveyor akan datang untuk memeriksa tangki dan/atau palka

untuk menyatakan apakah palka/tangki siap menerima muat. Petugas imigrasi akan memeriksa

dokumen awak kapal untuk memastikan bahwa awak kapal memegang dokumen yang berlaku

dan sah untuk masuk ke negara, bila tidak maka awak kapal tidak akan diizinkan meninggalkan

kapal.

Perairan pelabuhan harus dapat digunakan untuk berlabuh kapal dengan aman sambil

menunggu pelayanan berikutnya yaitu bertambat di dermaga pelabuhan untuk melakukan

kegiatan bongkar muat barang. Kapal-kapal yang menggunakan perairan pelabuhan dipungut

biaya labuh yang besarnya tergantung pada bobot kapal dan lama waktu kapal berada di perairan,

yaitu dari masuk sampai meninggalkan perairan pelabuhan. Tambatan adalah fasilitas pelabuhan

untuk merapatkan kapal, berupa dermaga, pelampung, atau dolphin. Di tambatan ini kapal

melakukan bongkar muat kapal. Kapal yang bertambat dikenakan biaya tambat yang besarnya

tergantung pada bobot kapal, kapal pelayaran negeri atau dalam negeri, dan lama waktu

bertambat.Untuk melihat lebih jelas kegiatan yang dilakukan pada pelayanan kapal dapat dilihat

pada Gambar 6.3.

Universitas Sumatera Utara


VI-6

Pandu turun Pandu naik Pandu turun


Pandu naik dari kapal ke kapal dari kapal
ke kapal
Kapal Kapal Kapal Tunda
Kapal Tunda
Tunda Siap Tunda Siap Selesai
Selesai

Kapal Kegiatan Bongkar Kapal


Tiba Muar Berangkat

Waktu
Approach time Waktu tambat Approach time
tunggu

Turn a round time

Gambar 6.3. Kegiatan pelayanan kapal di pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelindo I

(Persero) Cabang Belawan

(Sumber: Triatmojo,2009)

Universitas Sumatera Utara


VI-7

2. Pelayanan Bongkar Muat

Pelayanan bongkar muat merupakan kegiatan yang rutin dilakukan di pelabuhan yang

dikelola PT Pelabuhan I (Persero) Cabang Belawan. Jenis muatan barang yang dilayani di

pelabuhan yang dikelola PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan adalah barang umum (general

cargo) dan barang curah (kering dan cair). Curah padat seperti batubara, semen, tepung, beras

dll. Sedangkan curah cair adalah minyak kelapa sawit/CPO. Pelaksanaan bongkar muat curah

cair dilakukan cengan alat pompa di kapal yang mampu mendorong atau menghisap curah cair

dan disalurkan melalui selang atau pipa ke dan dari kapal langsung ke tangki penyimpanan-

penyimpanan di darat; atau sebaliknya dari tangki penyimpanan di darat dimuat ke kapal.

Secara umum kegiatan bongkar muat barang umum dilaksanakan di pelabuhan melalui

kegiatan stevedoring. Pekerjaan stevedoring adalah pekerjaan membongkar dari dek atau palka

ke dermaga atau truk (truck losing) atau sebaliknya memuat barang dari dermaga, tongkang dan

truk ke dek atau palka kapal dengan menggunakan crane kapal dan/atau crane darat.

Pelaksanaan bongkar muat dibagi menjadi 2 bagian seperti dijelaskan berikut:

a. Bongkar muat secara langsung ke truk (truck losing)

Bongkar muat dengan cara truck losing dilakukan terhadap barang-barang tertentu seperti

barang berbahaya yang tidak boleh ditimbun di gudang.lapangan penumpukan terbuka dan

barang-barang stratedis seperi beras, gula, semen, dll. Bagi pemilik barang, biaya bongkar muat

barang dengan cara truck losing adalah lebih murah. Tetapi cara ini menyebabkan kapal

tertambat lebih lama sehingga biaya kapal di pelabuhan lebih tinggi dan kinerja pelabuhan

menjadi lebih rendah yang ditunjukkan oleh berth time (waktu tambat) lebih lama, throughput

(daya lalu tambatan) lebih kecil, volume bongkar muat barang lebih kecil.

Universitas Sumatera Utara


VI-8

Dalam proses bongkar muat, khususnya barang yang langsung dimuat ke truck membutuhkan

tenaga manusia yakni Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM). TKBM dikelola secara langsung

dalam koperasi yang bekerjasama dengan PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan. Dalam

operasionalnya, PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan akan berkoordinasi dengan koperasi

untuk menentukan tarif dan jadwal TKBM.

b. Bongkar muat dengan penimbunan

Barang – barang sebelum dimuat ke kapal, ditumpuk terlebuh dahulu di gudang atau

lapangan terbuka dan disusun sedemikian dengan urutan pemuatan. Urutan pemuatan diperlukan

untuk memudahkan pembongkaran di pelabuhan tujuan. Untuk kepentingan stabilitas kapal,

penyusunan berat muatan dalam palka seimbang. Bongkar muat barang dengan cara penimbunan

lebih cepat dibandingkan dengan truck losing.

3. Pelayanan Barang

Pelayanan barang mencakup pengusahaan terhadap dermaga, gudang dan lapangan sebagai

tempat meletakkan/penumpukan barang sebelum diangkut ke luar pelabuhan. Barang yang

dibawa oleh kapal yang tambat akan dibongkar dan dipindahkan langsung ke moda transportasi

lain seperti truk (truck losing), kereta dan jenis kapal yang lebih kecil (kapal tongkang) atau

barang dapat juga ditumpuk terlebih dahulu di lapangan penumpuk atau di gudang yang telah

disediakan sebelum diangkut oleh pemilik barang. Secara lebih rinci, alur pemindahan barang

yang terjadi di pelabuhan dijelaskan Gambar 6.4.

Universitas Sumatera Utara


VI-9

Terminal

Truck

Lapangan
Kapal Dermaga Kereta Api
Penumpukan

Kapal
Gudang Tongkang

Gambar 6.4. Alur barang di Pelabuhan yang dikelola

PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan

Secara umum kegiatan yang dilakukan pada pelayanan barang adalah pekerjaan

cargodoring, delivery dan receiving. Pekerjaan cargodoring adalah pekerjaan mengeluarkan

barang dari sling (alat pengangkut barang) di atas dermaga, mengangkat dari lantai dermaga,

mengangkut dan menyusun barang di dalam gudang atau di lapangan penumpukan terbuka atau

pekerjaan sebaliknya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia/TKBM

(dipanggul) atau dibantu dengan gerobak dorong atau menggunakan froklift, yang tergantung

pada berat barang dan jarak angkut. Pekerjaan delivery adalah pekerjaan mengambil

barang/muatan dari gudang atau tempat penumpukan terbuka hingga menyusunnya di atas

kendaraan pengangkut ke luar pelabuhan atau sebaliknya. Sedang receiving adalah pekerjaan

menerima barang dari atas truk untuk ditimbun di gudang atau lapangan penumpukan. Alat-alat

sama dengan kegiatan cargodoring.

4. Pelayanan Terminal Petikemas

Pelayanan petikemas yang dikelola PT Pelindo I (Persero) cabang Belawan merupakan

petikemas domestik antar pulau yang muatanya dominan merupakan peralatan-peralatan kantor.

Pengiriman barang dengan menggunaka petikemas (container) di pelabuhan yang dikelola PT

Universitas Sumatera Utara


VI-10

Pelindo I (Persero) cabang Belawan telah banyak dilakukan dan volumenya terus meningkat dari

tahun ke tahun. Pengangkutan dengan menggunakan peti kemas memungkinkan barang-barang

digabung menjadi satu dalam peti kemas sehingga aktivitas bongkar muat dapat

dimekanisasikan. Hal ini dapat meningkatkan jumlah muatan yang bisa ditangani sehingga waktu

bongkar muat menjadi lebih cepat.

Penanganan peti kemas dilakukan menggunakan alat crane yang ada di dermaga (quai gantry

crane). Peralatan ini berupa crane raksasa yang dipasang di atas rel di sepanjang dermaga untuk

bongkar muat petikemas dari kapal. Alat ini menjangkau jarak cukup jauh di daratan maupun di

atas kapal. Penanganan peti kemas di lapangan penumpukan (container yard) dapat dilakukan

dengan menggunakan sistem forklift truck, staddle carier, dan Rubber Tyre Gantry (RTG).

6.2.2. Identifikasi risiko

Identifikasi risiko dilakukan dengan menggunakan metode Risk Breakdown Structure

(RBS). Metode ini dilakukan melalui 2 tahap yakni tahap pengembangan dan tahap

penerapannya. Pada penelitian ini tahapan yang digunakan hanya sampai pada tahap

pengembangan. Tahap pengembangan dilakukan dengan menyusun hirarki risiko dengan

menggunakan pendekatan bottom-up. Pendekatan ini dilakukan dengan menggumpulkan

sebanyak mungkin potensi kejadian risiko (risk event) berdasarkan jenis pelayanan melalui

kajian terhadap Standard Operational Procedure (SOP) dan brainstorming dengan Asisten-

Asisten Manajer di Divisi Pelayanan Kapal, Pelayanan Terminal, Pelayanan Bongkar Muat,

Komersil, Keuangan, dan Sistem Manajemen. Kejadian risiko adala suatu kejadian yang dapat

menimbulkan risiko.

Universitas Sumatera Utara


VI-11

Kejadian-kejadian risiko (risk events) yang terjadi di pelabuhan cabang Belawan seperti

yang dicantumkan pada Tabel 5.3, Tabel 5.4., Tabel 5.5, dan Tabel 5.6., selanjutnya

dikelompokkan berdasarkan jenis risiko operasional pelabuhan. Pengelompokan juga

mempertimbangkan pada hasil review dari berbagai literatur. Hasil pengelompokan tersebut

masih harus dijabarkan menjadi sub-kelompok yang lebih kecil dan dilakukan secara berulang

hingga proses dekomposisi ini mencapai tahapan yang memungkinkan penanganan risiko dalam

tatanan yang memuaskan. Artinya dapat diketahui dengan jelas pemangku risiko (risk owner)

dan dapat dirumuskan perlakuan terhadap potensi risiko yang ada pada level yang cukup rendah.

Kelompok risiko operasional pelabuhan yang terdapat di PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan

sebagai berikut :

1. Risiko infrastruktur dan peralatan pelabuhan (infrastructure and equipment port risk)

2. Risiko penipuan internal (internal fraud risk)

3. Risiko keamanan (safety risk)

4. Risiko kepegawaian dan keamanan lingkungan kerja (employment and workplace safety riks)

5. Risiko IT/sistem ( IT/system failure)

6. Risiko aset (asset risk)

7. Risiko kerjasama eksternal (Eksternal partnership risk)

8. Risiko hukum (legal risk)

Pengelompokan risiko operasional pelabuhan dicantumkan pada Tabel 6.2.

Universitas Sumatera Utara


VI-12

Tabel 6.2. Pengelompokan risiko operasional pelabuhan

No. Kelompok Risiko Definisi Jenis Risiko operasional Kejadian risiko (risk
Operasional event)
1. Risiko infrastruktur dan Risiko yang ditimbulkan 1a. Perencanaan dan desain  Ketidaksesuaian
peralatan pelabuhan ketidakmampuan atau infrastruktur kapasitas dan jenis
(infrastructure and kekurangan daya peralatan dengan
equipment port risk) infrastruktur dan peralatan kebutuhan pelabuhan
pelabuhan untuk
memberikan pelayanan
terhadap pengguna jasa
pelabuhan
1b. Perawatan dan  Pemeliharaan
Pemeliharan infrastruktur infrastruktur
dan peralatan pelabuhan seperti
alur/kolam
pelabuhan, dermaga,
dolphin, fasilitas
keselamatan
pelayaran, dan
fasilitas darat
pelabuhan tidak
berkelanjutan
 Pemeliharaan kapal
tunda dan peralatan
bongkar muat tidak
terencana
2. Risiko Risiko yang timbul akibat 2a. Penyalahgunaan  Penyalahgunaan aset
kecurangan/penipuan adanya tindakan merugikan wewenang  Korupsi
internal (internal fraud pihak/instansi tertentu yang  Pernyataan
risk) dilakukan secara sengaja keterangan palsu
untuk tujuan pribadi atau  Menerima suap
kelompok 2b. Tindakan pencurian dan  Mark up harga
penipuan pembelian
 Mencuri barang
(cheating)
 Mencuri uang
3. Risiko keamanan Risiko yang timbul karena 3a. Pencurian dan pemerasan  Pencurian oleh
pelabuhan (safety adanya gangguan keamanan /premanisme “lawa-lawa” atau
interruption risk) seperti tindakan pencurian, bajing lompat
penyelundupan , dan  Pungutan liar oleh
tindakan terorisme, oknum pegawai
kerusakan atau perusakan 3b. Penyelundupan barang  Penyelundupan
barang terlarang
3c. Tindakan terorisme,  Serangan teroris
kerusuhan dan perusakan  Kerusuhan
(vandalism) demonstrasi
 Perkelahian antar
kelompok

Universitas Sumatera Utara


VI-13

No. Kelompok Risiko Definisi Jenis Risiko operasional Kejadian risiko (risk
Operasional event)
4. Risiko kepegawaian dan Risiko yang timbul karena 4a. Diskriminasi  Persaingan tidak
keamanan tempat kerja tidak terpenuhinya sehat didasarkan
(employment and kesepakatan dengan unsur SARA
workplace safety risk) karyawan terkait kesamaan
hak, upah, keselamatan dan
kesehatan kerja dan
lingkungan kerja.

4b. Demonstrasi dan mogok  Demonstrasi TKBM


kerja terkait kenaikan
upah
 Pengawai mogok
kerja
4c. Keselamatan dan  Kecelakaan kerja
Kesehatan Kerja dan  Penyakit akibat kerja
lingkungan kerja Polusi udara
 Peningkatan
kebisingan

5. Risiko IT/Sistem Risiko yang timbul karena 5a. Kerusakan software  Aplikasi error
(IT/system risk) kegagalan IT/sistem dalam /hardware  Hardware komputer
memenuhi pelayanan di rusak
pelabuhan
5b. Kerusakan jaringan  Hacker /Cyber
Security attact
6. Risiko aset (Asset risk) Risiko yang timbul akibat 6a. Penyerobotan lahan  Penyerobotan lahan
adanya penyerobotan aset pelabuhan pelabuhan oleh
pelabuhan dari sekelompok sekelompok orang
orang atau instansi tertentu atau instansi tertentu
dan akibat dari bencana 6b.Kerusakaan/kehilangan  Gempa bumi
alam sehingga aset karena bencana  Tsunami
menyebabkan pelabuhan  Kebakaran
mengalami kehilangan asset

7. Risiko kerjasama pihak Risiko yang timbul akibat 7a.Pemenuhan persyaratan  Izin pandu yang
eksternal kegagalan melakukan pelanggan tidak berlaku
negosiasi kontrak dan  Izin operator
kerjasama dengan pihak ke peralatan tidak aktif
tiga  Izin operasi
peralatan tidak aktif
7b. Pengawasan pekerjaan  Vendor tidak
vendor dan supplier sanggup
melaksanakan
pekerjaan sesuai
kontrak
 Kualitas pekerjaan
tidak sesuai kontrak

Universitas Sumatera Utara


VI-14

No. Kelompok Risiko Definisi Jenis Risiko operasional Kejadian risiko (risk
Operasional event)
8. Risiko hukum (legal risk) Risiko yang timbul akibat 8a. Pemenuhan peraturan  Otoritas
adanya kegagalan dalam perundangan pelabuhan penyelenggaraan
pemenuhan peraturan kegiatan pelabuhan
perundang-undangan umum
terkait regulasi pelabuhan 8b. Pemenuhan peraturan  Pembangian zona
dan pelayaran. perundangan pelabuhan ekspor impor untuk
jenis komoditi
tertentu

Pengelompokan risiko operasional yang dicantumkan pada Tabel 6.2. digambarkan menjadi

sebuah struktur risiko operasional pelabuhan seperti dijelaskan pada Gambar 6.5

Universitas Sumatera Utara


Penyalahgunaan wewenang

Risiko

internal
penipuan
Tindakan pencurian dan penipuan

kecurangan/
Tenaga
Diskriminasi berdasarkan SARA

Manusia
Kerja
Demonstrasi dan mogok kerja

Risiko

tempat kerja
kepegawaian
dan keamanan
Gangguan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dan lingkungan kerja

Perencanaa & desain kurang optimal

Risiko
kegagalan

pelabuhan
Perawatan dan pemeliharan tidak konsisten dan

infrastruktur
infrastruktur
dan peralatan
berkelanjutan
Proses Bisnis

Kegagalan memperoleh bisnis baru/lama karena


Faktor Internal

kekurangan persyaratan

kontrak
Risiko
negosiasi
negosiasi

kerjasama
Kegagalan pengawasan pekerjaan vendor dan
kegagalan&

dan
kontrakkerja

supplier

Kerusakan software /hardware


Risiko

Sistem
Sistem/IT

kegagalan IT/

Cyber Security attact

Penyerobotan aset pelabuhan


pelabuhan

Kerusakaan/kehilangan aset karena bencana


aset
fisik
Risiko operasional

Risiko
kerusakan/
kehilangan aset

Pencurian dan pemerasan /premanisme

Penyelundupan barang
dan pengerusakan

Gambar 6.5. Struktur risiko operasional pelabuhan


alam, terorisme, kerusahan
Kejadian luar biasa (bencana

Risiko
keamanan
gangguan
keamanan
pelabuhan

Tindakan terorisme, kerusuhan dan perusakan


(vandalism )

Keterlambatan memenuhi waktu standart


pelayanan pelabuhan
Cuaca
lokal

Risiko

barang
Peraturan

Kemacetan/penumpukan barang
penumpukan
perundangan

keterlambatan

dan kemacetan/
dan iklim
Faktor Eksternal

waktu pelayanan

Perubahan peraturan perundang-undangan


tentang pelabuhan
Risiko

undangan
undangan

perubahan

perundang-
Perundang-

Perubahan peraturan perundang-undangan


peraturan dan
Peraturan dan

tentang pelayaran kapal


Universitas Sumatera Utara
VI-15
VI-16

6.2.3. Analisa risiko

5.2.2.1. Metode ANP

Analisa risiko pelabuhan dengan menggunakan metode Analitical Network Process (ANP).

Penilaian risiko dengan menggunakan metode ANP dilakukan dengan perbandingan pairwise

(pasangan) dari semua jaringan/hubungan/pengaruh yang dibentuk dalam suatu kerangka kerja.

Hubungan tersebut dapat berupa hubungan antara elemen-elemen dalam suatu komponen yang

berbeda atau hubungan antara satu elemen dengan elemen lainnya dalam bentuk komponen yang

sama.

Struktur risiko operasional pelabuhan yang diperoleh dengan menggunakan metode RBS

sebelumya kemudian didekomposisikan ke dalam suatu jaringan dalam bentuk komponen-

komponen, cluster-cluster, sub clustter dan alternatif. Mendekomposisikan risiko operasional

tersebut menjadi dalam bentuk kerangka kerja hirarki atau feedback dapat juga dikatakan dengan

membuat model dengan pendekatan ANP. Pendekatan ini dilakukan dengan memperhatikan

matriks hubungan antar risiko operasioal pelabuhan. Penyusunan model ini dilakukan dengan

menggunakan Software Superdecision Version 2.6., dapat dilihat pada Gambar 6.6.

Gambar 6.6. Model ANP risiko operasional pelabuhan

Universitas Sumatera Utara


VI-17

Risiko-risiko operasional pelabuhan yang telah dijelaskan pada Gambar 6.6., selanjutnya

akan diperbandingkan dalam bentuk perbandingan berpasangan (pairwase) dengan

menggunakan skala ANP seperti yang dicantumkan pada Tabel 6.3..

Tabel 6.3. Skala perbandingan dengan medote ANP

Tingkat
Deskripsi Penjelasan
Kepentingan
Amat sangat lebih besar 9 Bukti-bukti yang memihak satu elemen dibandingkan
pengaruh/tingkat kepentingan elemen lainnya kemungkinan afirmasinya tertinggi.
Diantara 7-9 8 Nilai kompromi diantara dua nilai yang berdekatan
Sangat lebih besar 7 Satu elemen sangat lebih dibandingkan elemen lainnya,
pengaruh/tingkat kepentingannya dan dominan ditunjukkan dalam praktik
Diantara nilai 5-7 6 Nilai kompromi diantara dua nilai yang berdekatan
Lebih besar pengaruh/tingkat 5 Pengalaman dan penilaian kuat mendukung satu elemen
kepentingannya dibandingkan elemen yang lainnya.
Diantara 3-5 4 Nilai kompromi di antara dua nilai yang berdekatan
Sedikit leih besar pengaruh/tingkat 3 Pengalaman dan penilain sedikit mendukung satu elemen
kepentinganya dibandingkan elemen yang lain.
Diantara 1-3 2 Nilai kompromi di antara dua nilai yang berdekatan
Sama besar pengaruh/tingkat 1 Dua elemen yang dibandingkan memiliki kontribusi
kepentinganya kepentingan yang sama terhadap tujuan

Perbandingan berpasangan antar risiko operasional berpasangan dibuat dalam kuisioner 1

dan 2. Perbandingan berpasangan akan dinilai berdasarkan elemen mana yang mempunyai

pengaruh lebih besar.

Penilaian menggunakan ANP dapat dilakukan dengan 2 cara. Pertama melaui konsensus dari

sekelompok responden yang dikumpulkan bersamaan. Kedua, pengumpulan data dilakukan

secara terpisah untuk masing-masing responden, hasil yang digunakan merupakan modus atau

rata-rata (mean) dari seluruh responden.

Pada dasarnya responden yang valid dalam ANP adalah orang-orang yang ahli di bidangnya

(Saaty, 2008, Hal.192). Responden yang dipilih merupakan orang-orang yang mengetahui dan

berkecimpung dengan operasional pelabuhan minimal selama 5 Tahun. Oleh sebab itu,

responden yang dipilih dalam penelitian ini ada pada level Asisten Manajer yang berada di

Universitas Sumatera Utara


VI-18

Divisi Pelayanan Kapal, Pelayanan Terminal, Pelayanan Bongkar Muat, Komersil, Keuangan,

dan Sistem Manajemen PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan serta Senior Manajer Divisi

Manajemen Risiko Kantor Pusat PT Pelindo I (Persero) dan 2 orang Konsultan Eksternal Sistem

Manajemen yang berpengalaman dalam operasional pelabuhan. Jumlah responden seluruh

sebanyak 9 orang responden. Responden merupakan orang yang mengetahui secara detail

operasional pelabuhhan. Penilaian ANP ini dilakukan secara terpisah untuk masing-masing

responden dan selanjutnya diambil modus dari masing-masing penilaian.

Kusioner 1 merupakan perbandingan berpasangan antara kategori risiko operasional

(cluster). Hasil dari penilaian perbandingan berpasangan kuisioner 1 dicantumkan pada

Gambar 6.7.

Universitas Sumatera Utara


VI-19

R_Infrastruktur dan peralatan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_Kecurangan/Penipuan Internal


R_Infrastruktur dan peralatan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_Keamanan Pelabuhan
R_Infrastruktur dan peralatan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_Kepegawaian &K3L
R_Infrastruktur dan peralatan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_IT/sistem
R_Infrastruktur dan peralatan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_Aset fisik
R_Infrastruktur dan peralatan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_negosiasi kontrak&kerjasam
R_Infrastruktur dan peralatan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_peraturan & undang2
R_Kecurangan/Penipuan Internal 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_Keamanan Pelabuhan
R_Kecurangan/Penipuan Internal 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_Kepegawaian &K3L
R_Kecurangan/Penipuan Internal 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_IT/sistem
R_Kecurangan/Penipuan Internal 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_Aset fisik
R_Kecurangan/Penipuan Internal 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_negosiasi kontrak&kerjasam
R_Kecurangan/Penipuan Internal 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_peraturan & undang2
R_Keamanan Pelabuhan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_Kepegawaian &K3L
R_Keamanan Pelabuhan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_IT/sistem
R_Keamanan Pelabuhan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_Aset fisik
R_Keamanan Pelabuhan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_negosiasi kontrak&kerjasam
R_Keamanan Pelabuhan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_peraturan & undang2
R_Kepegawaian &K3L 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_IT/sistem
R_Kepegawaian &K3L 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_Aset fisik
R_Kepegawaian &K3L 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_negosiasi kontrak&kerjasam
R_Kepegawaian &K3L 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_peraturan & undang2
R_IT/sistem 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_Aset fisik
R_IT/sistem 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_negosiasi kontrak&kerjasam
R_IT/sistem 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_peraturan & undang2
R_Aset fisik 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_negosiasi kontrak&kerjasam
R_Aset fisik 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_peraturan & undang2
R_negosiasi kontrak&kerjasama 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R_peraturan & undang2
Gambar 6.7. Penilaian perbandingan berpasangan kuisioner 1

Universitas Sumatera Utara


VI-20

Hasil penilaian perbandingan berpasangan pada kuisioner 1 dihitung dengan menggunakan

Software Superdecision Version 2.6., untuk memperoleh bobot prioritas risiko operasional

pelabuhan. Hasilnya pembobotannya dapat dilihat pada Gambar 6.8.

0,25705

Gambar 6.8. Bobot prioritas kategori risiko operasional pelabuhan

Hasil penilaian perbandingan berpasangan pada kuisioner 1 menghasilkan bobot kategori

risiko operasional pelabuhan dengan tingkat inconsistency sebesar 0,05508. Hal ini menunjukkan

bahwa penilaian bisa diterima karena tingkat inconsistency ≤ 0,1. Dari Gambar 6.8., diketahui

bahwa kategori risiko operasional yang tertinggi adalah kategori risiko kecurangan/penipuan

internal (internal fraud risk) dengan bobot 0,23854. Selanjutnya kategori risiko infrastruktur dan

peralatan pelabuhan (infrastructure and equipment port failure risk) dan kategori risiko kepegawaian dan

keamanan tempat kerja (employment and workplace safety risk) dengan masing-masing bobot 0,18147

dan 0,13324. Tingkat bobot ini menggambarkan besarnya pengaruh atau tingkat kepentingan dari satu

kategori risiko operasional pelabuhan dibandingkan dengan masing-masing kategori risiko operasional

pelabuhan lainnya.

Kuisioner 2 merupakan perbandingan berpasangan antar kategori risiko (sub cluster)

terhadap risiko operasional (cluster). Hasil penilaian kuisioner 2 dapat dilihat pada Gambar 6.9.

Universitas Sumatera Utara


VI-21

R_Infrastruktur dan peralatan


Kegagalan perawatan dan pemeliharan infrastruktur dan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kegalalan perencanaan & design peralatan pelabuhan
R_Kecurangan/Penipuan Internal
Penyalahgunaan wewenang 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penipuan/pencurian internal
R_Keamanan Pelabuhan
Pencurian/pemerasan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyeludupan barang
Pencurian/pemerasan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tindakan Terorisme
Penyeludupan barang 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tindakan Terorisme
R_Kepegawaian &K3L
Diskriminasi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Demonstrasi&mogok kerja
Diskriminasi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 K3_lingkungan
Demonstrasi&mogok kerja 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 K3_lingkungan
R_IT/sistem
Software/hardware 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cyber attack
R_Aset fisik
Penyerobotan lahan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bencana
R_negosiasi kontrak&kerjasama
Kekurangan persyaratan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pengawasan vendor
R_peraturan & undang2
Peraturan perundangan pelabuhan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peraturan perundangan pelayaran
Gambar 6.9. Penilaian perbandingan berpasangan kuisioner 2

Universitas Sumatera Utara


VI-22

Hasil penilaian kuisioner 2 yang dihitung dengan menggunakan Software Superdecision

Version 2.6., kemudian diperoleh bobot prioritas risiko operasional pelabuhan. Bobot prioritas

(limitting ) risiko operasional pelabuhan dapat dilihat pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4. Bobot prioritas (limitting ) risiko operasional pelabuhan

NO Risiko Operasional Limiting Persentase Kumulatif


1. R21 Penyalahgunaan wewenang 0,15764 15,76% 15,76%

2. R11 Kegagalan perawatan dan


pemeliharan infrastruktur dan 0,14578
14,58% 30,34%
peralatan pelabuhan
3. R22 Tindakan pencurian dan penipuan 0,12145 12,15% 42,49%
(internal)
4. R44 Gangguan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan lingkungan 0,11769
11,77% 54,26%
kerja
5. R32 Pencurian dan pemerasan 0,09847 9,85% 64,10%
/premanisme
6. R51 Kerusakan Komputer 0,07902 7,90% 72,01%

7. R71 Kegagalan pengawasan pekerjaan 0,06967


vendor dan supplier 6,97% 78,97%

8. R61 Penyerobotan lahan pelabuhan 0,06837 6,84% 85,81%

9. R52 Cyber Security attact 0,02933 2,93% 88,74%

10. R62 Kerusakaan/kehilangan aset karena 0,02458 2,46% 91,20%


bencana
11. R31 Penyelundupan barang 0,02325 2,33% 93,53%

12. R33 Tindakan terorisme, kerusuhan dan 0,02285


perusakan (vandalism) 2,29% 95,81%

13. R81 Perubahan peraturan perundang- 0,01746


undangan tentang pelayaran kapal 1,75% 97,56%

14. R42 Demonstrasi dan mogok kerja 0,01282 1,28% 98,84%

15. Kegagalan perencanaan/desain 0,00357 0,36% 99,20%


infrastruktur pelabuhan
16. R82 Perubahan peraturan perundang- 0,00218
undangan tentang pelabuhan 0,22% 99,41%

17. R72 Kegagalan memperoleh bisnis


baru/lama karena kekurangan 0,0031
0,31% 99,72%
persyaratan
18. R41 Diskriminasi 0,00277 0,28% 100,00%

Universitas Sumatera Utara


VI-23

Limiting merupakan hasil akhir perbandingan keseluruhan risiko. Berdasarkan limiting, risiko

operasional pelabuhan yang paling tinggi adalah risiko kegagalan perawatan dan pemeliharan

infrastruktur dan peralatan pelabuhan dengan limiting sebesar 0,15764. Hal ini menjelaskan bahwa risiko

kerusakan infrastruktur dan peralatan pelabuhan ini memiliki pengaruh atau tingkat kepentingan 15,76 %

terhadap pelabuhan dibandingkan keseluruhan risiko operasional lainnya. Sedangkan tingkat risiko yang

terendah adalah risiko terjadinya diskriminasi dengan limiting sebesar 0,01277. Hal ini menjelaskan

bahwa risiko terjadinya diskriminasi memiliki pengaruh atau tingkat kepentingan 1,27 % terhadap

pelabuhan dibandingkan keseluruhan risiko operasional lainnya.

Normalized by cluster merupakan perbandingan risiko berdasarkan jumlah subkriteria dalam

clusternya. Bobot risiko operasional pelabuhan berdasarkan Normalized by cluster dicantumkan

pada Tabel 6.5.

Tabel 6.5. Bobot risiko operasional berdasarkan Normalized by cluster

Kategori risiko Risiko Operasional/Subcluster Normalized Persentase


operasional/Cluster by cluster (%)
R1 Risiko infrastruktur dan R11 Kegagalan perawatan dan 0,81121 81,121
peralatan pelabuhan pemeliharan infrastruktur
(infrastructure and dan peralatan pelabuhan
equipment port risk) R12 Kegagalan 0,18879 18,879
perencanaan/desain
infrastruktur pelabuhan
R2 Risiko R21 Penyalahgunaan wewenang 0,57143 57,143
kecurangan/penipuan R22 Tindakan pencurian dan 0,42857 42,857
internal (internal fraud penipuan (internal)
risk)
R3 Risiko keamanan R31 Penyelundupan barang 0,34687 34,687
pelabuhan (safety risk) R32 Pencurian dan pemerasan 0,35368 35,368
/premanisme (eksternal)
R33 Tindakan terorisme, 0,29945 29,945
kerusuhan dan perusakan
(vandalism)
R4 Risiko kepegawaian dan R41 Diskriminasi 0,13574 13,574
keamanan tempat kerja R42 Demonstrasi dan mogok 0,24262 24,262
(employment and kerja
workplace safety risk) R44 Gangguan Keselamatan 0,62164 62,164
dan Kesehatan Kerja dan
lingkungan kerja

Universitas Sumatera Utara


VI-24

Kategori risiko Risiko Operasional/Subcluster Normalized Persentase


operasional/Cluster by cluster (%)
R5 Risiko IT/Sistem R51 Kerusakan Komputer 0,56556 56,556
(IT/system failure risk) R52 Cyber Security attact 0,44444 44,444

R6 Risiko aset R61 Penyerobotan lahan 0,57142 57,142


pelabuhan
R62 Kerusakaan/kehilangan 0,42858 42,858
aset karena bencana
R7 Risiko kegagalan R71 Kegagalan pengawasan 0,75000 75,000
negosiasi kontrak dan pekerjaan vendor dan
kerjasama supplier
R72 Kegagalan memperoleh 0,25000 25,000
bisnis baru/lama karena
kekurangan persyaratan
R8 Risiko perubahan R81 Perubahan peraturan 0,50000 50,000
peraturan dan perundang-undangan
perundang-undangan tentang pelayaran kapal
R82 Perubahan peraturan 0,50000 50,000
perundang-undangan
tentang pelabuhan

Dari Tabel 6.5., diketahui bahwa kegagalan perawatan dan pemeliharan infrastruktur dan peralatan

pelabuhan memiliki tingkat kepentingan/pengaruh sebesar 81,121 % terhadap risiko kegagalan

infrastruktur dan peralatan pelabuhan terhadap risiko kegagalan infrastruktur dan peralatan pelabuhan,

sedangkan kegagalan perencanaan/desain infrastruktur pelabuhan memiliki tingkat kepentingan/

pengaruh hanya sebesar 18,879 % terhadap risiko kegagalan infrastruktur dan peralatan pelabuhan. Hal

ini menjelaskan bahwa risiko kegagalan perawatan dan pemeliharan infrastruktur dan peralatan pelabuhan

lebih berpengaruh jika dibandingkan risiko kegagalan perencanaan/desain infrastruktur pelabuhan.

Responden menganggap bahwa risiko kegagalan infrastruktur dan peralatan pelabuhan dalam operasional

pelabuhan lebih banyak disebabkan oleh karena kegagalan perawatan dan pemeliharan infrastruktur dan

peralatan pelabuhan. Perencanaan dalam melakukan perawatan/pemeliharan masih dirasakan kurang oleh

responden khususnya yang terkait dengan pengadaan suku cadang/spare part. Responden juga

menggangap bahwa perencanaan/desain infrastruktur pelabuhan lebih kecil berpengaruh karena pekerjaan

tersebut bersifat project yang telah memiliki tahapan yang sistematis. Selain itu pekerjaan tersebut juga

Universitas Sumatera Utara


VI-25

banya melibatkan tenaga ahli yang berasal dari eksternal, sehingga tingkat kegagalannya relatif lebih

kecil.

Risiko penyalahgunaan wewenang memiliki tingkat kepentingan/pengaruh sebesar 57,143 % terhadap

risiko kecurangan/penipuan internal (internal fraud risk), sedangkan risiko tindakan pencurian dan

penipuan (internal) memiliki tingkat kepentingan/pengaruh sebesar 42,857 % terhadap risiko

kecurangan/penipuan internal (internal fraud risk). Hal ini menjelaskan bahwa risiko penyalahgunaan

wewenang lebih penting/berpengaruh dibandingkan risiko tindakan pencurian dan penipuan (internal).

Responden menganggap bahwa dampak kerugian yang disebabkan oleh adanya risiko penyalahgunaan

wewenang lebih masif jikan dibandingkan dengan tindakan pencurian dan penipuan (internal).

Berasarkan tingkat keseringannya kejadian penyalahgunaan wewenang menurut responden lebih banyak

terjadi dibandingkan dengan tindakan pencurian dan penipuan (internal).

Risiko pencurian dan pemerasan/premanisme (eksternal) memiliki tingkat kepentingan/pengaruh

sebesar 35,368 % terhadap risiko gangguan keamanan pelabuhan. Risiko penyelundupan barang terlarang

memiliki tingkat kepentingan/pengaruh sebesar 34,687 % terhadap risiko gangguan keamanan pelabuhan.

Risiko tindakan terorisme, kerusuhan dan perusakan (vandalism) memiliki tingkat kepentingan/pengaruh

sebesar 34,687 % terhadap risiko gangguan keamanan pelabuhan. Hal ini menjelaskan bahwa risiko

pencurian dan pemerasan/premanisme (eksternal) lebih penting/berpengaruh dibandingkan risiko

penyelundupan barang terlarang dan risiko tindakan terorisme, kerusuhan dan perusakan (vandalism).

Responden menganggap bahwa kejadian pencurian dari eksternal atau yang disebut orang lokal sebagai

“lawa-lawa” sering terjadi yang mengakibatkan banyak fasilitas dan peralatan pelabuhan hilang.

Gangguan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan lingkungan kerja memiliki tingkat

kepentingan/pengaruh sebesar 62,164 % terhadap risiko kepegawaian dan keamanan tempat kerja. Risiko

demonstrasi dan mogok kerja memiliki tingkat kepentingan/pengaruh sebesar 24,262 %. Risiko

diskriminasi memiliki tingkat kepentingan sebesar/pengaruh sebesar 13,574 %. Hal ini menjelaskan

bahwa Gangguan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan lingkungan kerja lebih

Universitas Sumatera Utara


VI-26

penting/berpengaruh daripada risiko demonstrasi dan mogok kerja serta risiko diskriminasi dalam

cluster risiko kepegawaian dan keamanan tempat kerja. Responden mengangap bahwa kejadian

kecelakaan kerja lebih sering terjadi dibandingkan risiko demonstrasi dan mogok kerja serta risiko

diskriminasi. Kecelakaan kerja dapat mengakibatkan cidera yang ringan bahwa sampai mengakibatkan

kematian, selain itu juga dapat mengakibatkan kerusakan peralatan dan infrastruktur pelabuhan serta aset

milik pihak eksternal yang menimbulkan kerugian yang cukup besar. Risiko demonstrasi dan mogok

kerja juga cukup sering terjadi karena adanya ketidakpuasan dari Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)

pelabuhan terhadap manajemen pelabuhan.

Risiko kerusakan komputer memiliki tingkat kepentingan/pengaruh sebesar 56,556 % terhadap risiko

kegagalan IT/Sistem, sedangkan risiko cyber security attact memiliki tingkat kepentingan/pengaruh

sebesar 44,444 % terhadap risiko kegagalan IT/Sistem. Hal ini menjelaskan bahwa risiko kerusakan

Komputerkerja lebih penting/berpengaruh dari risiko cyber security attact. Responden menganggap

bahwa kegiatan operasional pelabuhan bahwa risiko kerusakan Komputer yakni aplikasi error lebih sering

menjadi alasan untuk mengakibatkan kegagalan IT/sistem. Dampak yang diakibatkan memiliki jangkauan

yang cukup luas terhadap operasional pelabuhan.

Risiko penyerobotan lahan pelabuhan memiliki tingkat kepentingan/pengaruh sebesar 57,142 %

terhadap risiko kerusakan/kehilangan aset fisik, sedangkan risiko kerusakaan/kehilangan aset karena

bencana memiliki tingkat kepentingan/pengaruh sebesar 42,58 % terhadap risiko kerusakan/kehilangan

aset. Hal ini menjelaskan bahwa risiko penyerobotan lahan pelabuhan memiliki tingkat

kepentingan/pengaruh yang lebih tinggi dibandingakn dengan kerusakan aset karena benca alam.

Responden menggangap bahwa banyak aset pelabuhan berupa lahan yang diklaim masyarakat sebagai

lahan pribadi.

Risiko kegagalan pengawasan pekerjaan vendor dan supplier memiliki tingkat kepentingan/pengaruh

sebesar 75 % terhadap risiko kegagalan negosiasi kontrak dan kerjasama, sedangkan risiko kegagalan

memperoleh bisnis baru/lama karena kekurangan persyaratan memiliki tingkat kepentingan/pengaruh

Universitas Sumatera Utara


VI-27

sebesar 25 % terhadap risiko kegagalan negosiasi kontrak dan kerjasama. Hal ini menjelaskaan bahwa

risiko kegagalan pengawasan pekerjaan vendor dan supplier lebih penting/berpengaruh dibandingkan

risiko kegagalan memperoleh bisnis baru/lama. Responden menganggap bahwa kegagalan pengawasan

pekerjaan vendor dan supplier lebih sering terjadi jika dibandingkan dengan risiko kegagalan memperoleh

bisnis baru/lama karena kekurangan persyaratan.

Risiko perubahan peraturan perundang-undangan tentang pelayaran kapal memiliki tingkat

kepentingan/pengaruh sebesar 50 % terhadap perubahan peraturan perundang-undangan, sedangkan

perubahan peraturan perundang-undangan tentang pelabuhan memiliki tingkat kepentingan/pengaruh

sebesar 50 % terhadap perubahan peraturan perundang-undangan. Hal ini menjelaskan bahwa risiko

perubahan peraturan perundang-undangan tentang pelayaran kapal sama pentingnya/pengaruhnya jika

dibandingkan dengan perubahan peraturan perundang-undangan tentang pelabuhan. Responden

menganggap bahwa keduanya memilki tingkat keseringan dan dampak yang ditimbulkan sama besar.

5.2.3.2. Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

Pada penelitian ini, FMEA yang digunakan adalah FMEA proses. Analisis risiko FMEA

pada operasional pelabuhan dilakukan dengan menggunakan tiga indikator yaitu severity (S),

occurrence (O) serta detection (D) . Untuk menentukan nilai prioritas mode kegagalan,

ketiga indikator tersebut dikalikan dan menghasilkan RPN (Risk Priority Number). RPN ini

menunjukkan tingkat prioritas risiko operasional. Semakin tinggi nilai RPN maka urutan

prioritas perbaikannya semakin tinggi. Nilai RPN dihitung dengan rumus di bawah ini:

RPN = S x O x D ……….1)

Nilai S atau severity merupakan sebuah penilaian pada besarnya dampak/akibat dari

kejadian risiko. Skala 1 sampai 10 digunakan untuk menentukan nilai severity. Skala severity

dibedakan berdasarkan pencapaian kinerja operasional. Secara umum pencapaian kinerja

Universitas Sumatera Utara


VI-28

operasional dibedakan menjadi 3 yakni ; kerugian/hilangnya pendapatan, standart waktu

pelayanan pelabuhan dan keparahan cidera/penyakit diderita manusia. Penjelasan skala Severity

dapat dilihat pada Tabel 6.6. dan Tabel 6.7.

Tabel 6.6. Skala Severity

Severity terhadap Severity terhadap Severity terhadap keparahan


Ranking kerugian/hilangnya standart waktu pelayanan cidera/penyakit diderita manusia
pendapatan/tahun pelabuhan
10 Kerugian > 100 Juta Deviasi > 10 % Meninggal Dunia
9 90 Juta < Kerugian ≤ 100 Juta 9 % < Deviasi ≤ 10 % Amputasi
8 80 Juta < Kerugian ≤ 90 Juta 8 % < Deviasi ≤ 9 % Memerlukan tindakan operasi besar
7 70 Juta < Kerugian ≤ 80 Juta 7 % < Deviasi ≤ 8 % Memerlukan tindakan operasi
ringan
6 60 Juta < Kerugian ≤ 70 Juta 6 % < Deviasi ≤ 7 % Perawatan di Rumah Sakit
5 50 Juta < Kerugian ≤ 60 Juta 5 % < Deviasi ≤ 6 % Cidera Sedang, perlu istirahat
4 40 Juta < Kerugian ≤ 50 Juta 4 % < Deviasi ≤ 5% Cidera Sedang, rawat jalan
3 30 Juta < Kerugian ≤ 40 Juta 3 % < Deviasi ≤ 4 % Cidera Ringan, Pengobatan dengan
P3K dan Klinik
2 20 Juta < Kerugian ≤ 30 Juta 2% < Deviasi ≤ 3 % Cidera Ringan, Pengobatan dengan
P3K
1 Kerugian ≤ 20 Juta 1 % < Deviasi ≤ 2 % Tidak Cidera

Nilai O atau Occurency pada analisis mencerminkan probabilitas atau peluang terjadinya

risiko yang terjadi. Skala 1 sampai 10 digunakan untuk menentukan nilai Occurency.

Penjelasan skala Occurency dapat dilihat pada Tabel 6.7.

Tabel 6.7. Skala Occurency

Ranking Tingkat Kemungkian terjadi/ Occurency


10 >1 kejadian /tahun
9 1 Kejadian/tahun
8 1 Kejadian/ 2tahun
7 1 Kejadian/ 3 tahun
6 1 Kejadian/ 4 tahun
5 1 Kejadian/ 5 tahun
4 1 Kejadian/ 10 tahun
3 1 Kejadian/ 25 tahun
2 1 Kejadian/ 50 tahun
1 1 Kejadian/ 100 tahun

Universitas Sumatera Utara


VI-29

Nilai D atau Detection adalah peluang terjadinya risiko yang dapat terdeteksi sebelum

terjadi. Skala 1 sampai 10 digunakan untuk menentukan nilai Occurency. Penjelasan skala

Occurency dapat dilihat pada Tabel 6.8.

Tabel 6.8. Skala Detection

Ranking Kemanpuan mendeteksi/ Detection


10 Pengecekan selalu tidak mampu pemdeteksi penyebab terjadinya risiko
9 Pengecekan kemungkinan very remote untuk mendeteksi penyebab
terjadinya risiko
8 Pengecekan kemungkinan remote untuk mendeteksi penyebab terjadinya
risiko
7 Pengecekan mempunyai kemampuan sangat rendah untuk mendeteksi
penyebab terjadinya risiko
6 Pengecekan mempunyai kemampuan kemungkinan rendah untuk
mendeteksi penyebab terjadinya risiko
5 Pengecekan mempunyai kemampuan yang “moderate” untuk mendeteksi
penyebab terjadinya risiko
4 Pengecekan mempunyai kemampuan yang “moderate high” untuk
mendeteksi penyebab terjadinya risiko
3 Pengecekan mempunyai kemampuan yang tinggi mendeteksi penyebab
terjadinya risiko
2 Pengecekan mempunyai kemampuan yang sangat tinggi mendeteksi
penyebab terjadinya risiko
1 Pengecekan akan selalu mampu mendeteksi penyebab terjadinya risiko

Analisa risiko menggunakaan metode dilakukan masing-masing Asisten Manajer yang berada

di Divisi Pelayanan Kapal, Pelayanan Terminal, Pelayanan Bongkar Muat, Komersil, Keuangan,

dan Sistem Manajemen PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan serta Senior Manajer Divisi

Manajemen Risiko Kantor Pusat PT Pelindo I (Persero) dan 2 orang Konsultan Eksternal Sistem

Manajemen yang berpengalaman dalam operasional pelabuhan. Jumlah responden seluruh

sebanyak 9 orang responden. Responden merupakan orang yang mengetahui secara detail

operasional pelabuhan. Hasil penilaian merupakan kesepakatan bersama yang didasarkan pada

data-data kejadian pada Tahun 2016 –Tahun 2018. Tujuan penilaian untuk menentukan besar

Risk Priority Number (RPN) dari masing-masing risiko operasional. Hasil penilaian dapat dilihat

pada Tabel 6.9.

Universitas Sumatera Utara


VI-30

Tabel 6.9. Hasil Risk Priority Number (RPN) dari masing-masing risiko operasional

NO. Risiko Operasional S O D RPN Keterangan Severity


Severity terhadap kerugian/hilangnya
1. Penyalahgunaan wewenang 10 9 8 720 pendapatan
Kegagalan perawatan dan
Severity terhadap standart waktu
2. pemeliharan infrastruktur 9 10 8 720 pelayanan pelabuhan
dan peralatan pelabuhan
Tindakan pencurian dan Severity terhadap kerugian/hilangnya
3.
penipuan (internal)
10 10 8 800 pendapatan
Gangguan Keselamatan dan
Severity terhadap keparahan
4. Kesehatan Kerja dan 10 10 8 800 cidera/penyakit diderita manusia
lingkungan kerja
Pencurian dan pemerasan Severity terhadap kerugian/hilangnya
5.
/premanisme
9 10 8 720 pendapatan
Severity terhadap standart waktu
6. Kerusakan Komputer 10 9 10 900 pelayanan pelabuhan
Kegagalan pengawasan
Severity terhadap kerugian/hilangnya
7. pekerjaan vendor dan 10 10 9 900 pendapatan
supplier
Penyerobotan lahan Severity terhadap kerugian/hilangnya
8.
pelabuhan
10 9 10 900 pendapatan
Severity terhadap standart waktu
9. Cyber Security attact 10 6 7 420 pelayanan pelabuhan
Kerusakaan/kehilangan aset Severity terhadap kerugian/hilangnya
10.
karena bencana
10 4 10 400 pendapatan
Severity terhadap kerugian/hilangnya
11. Penyelundupan barang 9 7 6 378 pendapatan
Tindakan terorisme,
Severity terhadap kerugian/hilangnya
12. kerusuhan dan perusakan 8 5 7 280 pendapatan
(vandalism)
Perubahan peraturan
Severity terhadap kerugian/hilangnya
13 perundang-undangan 8 7 6 336 pendapatan
tentang pelayaran kapal
Demonstrasi dan mogok Severity terhadap standart waktu
14.
kerja
8 8 7 448 pelayanan pelabuhan
Kegagalan
Severity terhadap kerugian/hilangnya
15. perencanaan/desain 8 6 7 336 pendapatan
infrastruktur pelabuhan
Perubahan peraturan
Severity terhadap kerugian/hilangnya
17. perundang-undangan 8 8 6 384 pendapatan
tentang pelabuhan
Kegagalan memperoleh
Severity terhadap kerugian/hilangnya
18. bisnis baru/lama karena 9 8 8 576 pendapatan
kekurangan persyaratan

Hasil perhitungan RPN dikalikan dengan bobot (w) tingkat kepentingan yang menghasilkan

WPRN. Hasil perhitungannya dicantumkan pada Tabel 6.10.

Universitas Sumatera Utara


VI-31

Tabel 6.10. Hasil perhitungan WPRN

NO.
Risiko Operasional W RPN WPRN
1. Penyalahgunaan wewenang 0,15764 720 113,5008
Kegagalan perawatan dan pemeliharan
2.
infrastruktur dan peralatan pelabuhan
0,14578 720 104,9616
3. Tindakan pencurian dan penipuan (internal) 0,12145 800 97,16
Gangguan Keselamatan dan Kesehatan
4.
Kerja dan lingkungan kerja
0,11769 800 94,152
5. Pencurian dan pemerasan /premanisme 0,09847 720 70,8984
6. Kerusakan Komputer 0,07902 900 71,118
Kegagalan pengawasan pekerjaan vendor
7.
dan supplier
0,06967 900 62,703
8. Penyerobotan lahan pelabuhan 0,06837 900 61,533
9. Cyber Security attact 0,02933 420 12,3186
10. Kerusakaan/kehilangan aset karena bencana 0,02458 400 9,832
11. Penyelundupan barang 0,02325 378 8,7885
Tindakan terorisme, kerusuhan dan
12.
perusakan (vandalism)
0,02285 280 6,398
Perubahan peraturan perundang-undangan
13
tentang pelayaran kapal
0,01746 336 5,86656
14. Demonstrasi dan mogok kerja 0,01282 448 5,74336
Kegagalan perencanaan/desain infrastruktur
15.
pelabuhan
0,00357 336 1,19952
Perubahan peraturan perundang-undangan
17.
tentang pelabuhan
0,00218 384 0,83712
Kegagalan memperoleh bisnis baru/lama
18.
karena kekurangan persyaratan
0,0031 576 1,7856

6.2.4. Evaluasi risiko

Nilai WPRN digunakan untuk mewakili prioritas pada tindakan koreksi dengan skala 1-

250 yang dikategorikan dalam lima kelas interval yang dijelaskan pada Tabel 6.11.

Tabel 6.11. Kategori risiko berdasarkan WPRN

Nilai WPRN Kategori Risiko Pengendalian Risiko


0-30 Sangat Rendah Menerima
30-60 Rendah Menerima
60-90 Menengah Mitigasi
90-120 Tinggi Mitigasi
120-150 Sangat Tinggi Mitigas

Berdasarkan kategori yang ditetapkan pada Tabel 6.11., maka kategori dari masing-masing

risiko dicantumkan pada Tabel 6.12.

Universitas Sumatera Utara


VI-32

Tabel 6.12. Kategori risiko operasional pelabuhan

NO. Risiko Operasional WPRN Pengendalian Risiko


1. Penyalahgunaan wewenang 113,5008 Mitigasi
Kegagalan perawatan dan pemeliharan
2.
infrastruktur dan peralatan pelabuhan
104,9616 Mitigasi
Tindakan pencurian dan penipuan
3.
(internal)
97,16 Mitigasi
Gangguan Keselamatan dan Kesehatan
4.
Kerja dan lingkungan kerja
94,152 Mitigasi
5. Pencurian dan pemerasan /premanisme 70,8984 Mitigasi
6. Kerusakan Komputer 71,118 Mitigasi
Kegagalan pengawasan pekerjaan
7.
vendor dan supplier
62,703 Mitigasi
8. Penyerobotan lahan pelabuhan 61,533 Mitigasi
9. Cyber Security attact 12,3186 Menerima
Kerusakaan/kehilangan aset karena
10.
bencana
9,832 Menerima
11. Penyelundupan barang 8,7885 Menerima
Tindakan terorisme, kerusuhan dan
12.
perusakan (vandalism)
6,398 Menerima
Perubahan peraturan perundang-
13
undangan tentang pelayaran kapal
5,86656 Menerima
14. Demonstrasi dan mogok kerja 5,74336 Menerima
Kegagalan perencanaan/desain
15.
infrastruktur pelabuhan
1,19952 Menerima
Perubahan peraturan perundang-
17.
undangan tentang pelabuhan
0,83712 Menerima
Kegagalan memperoleh bisnis baru/lama
18.
karena kekurangan persyaratan
1,7856 Menerima

6.2.5. Mitigasi risiko

Susilo dan Kaho (2010), menyatakan terdapat 4 strategi dalam melakukan penangan risiko.

Strategi penanganan risiko yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Menerima risiko (risk acceptance), yaitu tidak melakukan perlakukan apapun terhadap

risiko tersebut. Strategi tersebut dilakukan karena risiko tersebut masih dikategorikan dalam

batas toleransi yang dapat diterima. Hal disebabkan karena tingkat kemungkinan terjadinya

risiko sangat kecil terjadi, atau akibat yang ditimbulkan risiko sangat kecil sehingga tingkat

kepentingan/pengaruh risiko terhadap kinerja operasional pelabuhan tersebut kecil.

Universitas Sumatera Utara


VI-33

2. Menghindari risiko (risk avoidance), berarti tidak melaksanakan tindakan atau meneruskan

kegiatan yang menimbulkan risiko. Tindakan tersebut diambil karena kegiatan tersebut

memiliki risiko yang cukup besar, dan belum ada metode atau teknologi yang dapat

dilakukan untuk mengendalikan risiko tersebut. Strategi ini mensyaratkan pemiliki risiko

agar menemukan terlebih dahulu medote atau teknologi yang dapat menurunkan tingkat

risiko yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan. Tanpa ada pengendalian kegiatan tidak dapat

dilaksanakan.

3. Berbagi risiko (risk sharing/transfer), yaitu suatu tindakan untuk membagi/mentransfer

kemungkinan timbulnya risiko atau dampak risiko kepada pihak lain. Hal ini dilaksanakan

antara lain melalui asuransi dan outsourcing.

4. Mitigasi (mitigation), yaitu suatu tindakan terencana dan berkelanjutan yang dilakukan oleh

pemilik risiko agar bisa mengurangi dampak dari suatu kejadian yang berpotensi merugikan

atau membahayakan pemilik risiko. Tindakan mitigasi memerlukan perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi dan perbaikan yang terencana dan berkelanjutan.

Tindakan yang dapat dilakukan terhadap risiko yang ditangani didantumkan pada Tabel

6.13.

Tabel 6.13. Tindakan penanganan yang dilakukan terhadap risiko High dan Medium

No. Risiko Operasional Kategori Penanganan Tindakan


1. R21 Penyalahgunaan wewenang Tinggi Mitigasi - Peningkatan pengawasan/supervisi
dari level manajemen tingkat tinggi
sampai terendah.
- Pembagian job description yang
terukur dan jelas.
- Penetapan fungsi dan jabatan berbasis
kinerja.
- Menetapkan sistem dan prosedur yang
jelas untuk setiap pekerjaan.
- Menyediakan sistem berbasis
elektronik yang dapat menyajikan

Universitas Sumatera Utara


VI-34

No. Risiko Operasional Kategori Penanganan Tindakan


transparansi dan akuntabilitas dalam
setiap pertanggungjawaban pekerjaan
- Melakukan audit internal secara
profesional dan independen.
2. R11 Kegagalan perawatan dan Tinggi Mitigasi - Menerapkan sistem perawatan yang
pemeliharan infrastruktur dan terukur dan berkelanjutan.
peralatan pelabuhan - Pengelolaan biaya perawatan secara
efektif dan efisien.
- Pengembangan SDM dengan
pelatihan yang berkesinambungan.
3. R22 Tindakan pencurian, Tinggi Mitigasi - Meningkatkan pengawasan internal
pemalsuan, dan penipuan dari level manajemen tingkat tinggi
(internal) sampai yang paling rendah.
- Mengembangkan sistem komunikasi
internal berbasis elektronik.
- Melakukan audi internal secara
prefosional dan independen.
- Menyediakan data-data yang detail
dan dapat dipertanggungjawabkan
- Menyediakna arsip data yang rapi dan
mampu telusur.
4. R44 Gangguan Keselamatan dan Tinggi Mitigasi - Penerapan Sistem Manajemen
Kesehatan Kerja dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
lingkungan kerja Lingkungan secara efektif
- Menyediakan personil untuk
melakukan pengawasan implementasi
SMK3 dan Lingkungan di seluruh
lingkungan kerja pelabuhan.
- Melakukan pembatasan areal kerja
untuk seluruh pekerjaan yang
memiliki risiko tingkat kecelakaan
yang tinggi.
- Menyediakan fasilitas sampah dan
limbah B3 sesuai dengan yang
dipersyaratkan peraturan terkait.
- Menyediakan fasilitas K3 di seluruh
lingkungan kerja pelabuhan yang
didasarkan pada analisa risiko.
- Menyediakn fasilitas dan personil
kesehatan yang dapat memberikan
pertolongan pertama ketiak ada
kecelakaan kerja.
5. R32 Pencurian dan pemerasan Menengah Mitigasi - Tidak mengizinkan orang yang tidak
/premanisme berkepentingan masuk ke wilayah
pelabuhan.
- Menerapkan sistem ISPS Code
- Menerapakan sistem pengamanan 24
jam dengan personil yang kompeten
- Melakukan penjagaan dan
pemeriksaan ketat terhadap ruang
masuk dan keluar pelabuhan.
- Melakukan pengembangan terhadap
personil keamanan melalui pelatihan
- Menyediakan fasilitas keamanan yang

Universitas Sumatera Utara


VI-35

No. Risiko Operasional Kategori Penanganan Tindakan


terupdate.
6. R51 Kerusakan Komputer Menengah Mitigasi - Melakukan perawatan secara teratur
terhadap seluruh perangkat komputer
yang ada dipelabuhan.
- Menyediakan perangkat komputer
yang availabel dan terupdate.
- Menetapkan prosedur yang jelas
dalam pengajuan perawatan dan
perbaikan perangkat komputer.
- Melakukan evaluasi terhadap vendor
agar kualitas pelayanan tetap terjaga.
7. R81 Kegagalan pengawasan Menengah Mitigasi - Melakukan evaluasi terukur terhadap
pekerjaan vendor dan pekerjaan vendor dan supplier.
supplier - Pengadaan vendor dan suplier
didasarkan pada evaluasi yang terukur
dan profesional.
- Menetapakan prosedur pengawasan
terhadap pekerjaan vendor dan
suplier.
8. R61 Penyerobotan lahan Menengah Mitigasi - Melakukan inventarisasi terhadap
pelabuhan seluruh aset dan lahan pelabuhan
- Mengurus persyaratan hukum
terhadap seluruh aset dan lahan milik
pelabuhan
- Berkoordinasi dengan pihak berwajib
untuk menertibkan penyerobotan
lahan yang dilakuakn oleh pihak-pihak
tertentu.
- Memberikan pembatasan area
terhadap seluruh aset/lahan yang
dimiliki pelabuhan

Menurut Kambiz Mokhtari (2011), terdapat 8 alternatif ideal yang digunakan dalam mitigasi

risiko pelabuhan. Namun ada beberapa alternatif ideal tersebut belum diterapkan di pelabuhan

PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan, sehingga dari alternatif ideal tersebut dipilih alternatif

ideal yang telah/sedang diterapkan di pelabuhan cabang Belawan. Alternatif ideal tersebut

dicantumkan pada Tabel 6.14.

Tabel 6.14. Alternatif ideal yang digunakan dalam mitigasi risiko pelabuhan

No. Alternatif Ideal


1. A1 Quality Standart (Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2015, Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 1401 : 2018)
2. A2 ISPS Code
3. A3 Aplikasi Front End
4. A4 Manajemen Surat Elektronik

Universitas Sumatera Utara


VI-36

No. Alternatif Ideal


5. A5 Enterprise Resource Planning (ERP)
6. A6 Port Risk Manager (PRM)
7. A7 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berdasarkan
Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manjemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Mitigasi risiko merupakan suatu tindakan terencana dan berkelanjutan, oleh sebab itu

pendekatan sistem dengan menerapakan alternatif ideal yang dicantumkan pada Tabel 6.14.,

adalah strategi yang akan membawa pelabuhan Belawan lebih kompetitif dan mampu bersaing

baik secara nasional maupun internasional. Untuk menetapkan alternatif yang paling ideal

digunakan metode TOPSIS (Technique For Orders Reference by Similarity to Ideal Solution)

yang dikembangkan oleh Cheng (2000). TOPSIS mempunyai konsep dimana alternatif terpilih

yang terbaik tidak hanya memilki jarak terpendek dari solusi ideal positif, melainkan juga harus

memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif.

Skala penilaian untuk menunjukkan seberapa penting alternatif ideal untuk mitigasi risiko

operasional pelabuhan. Skala tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 6.15.

Tabel 6.15. Skala penilaian yang digunakan dalam metode TOPSIS

Skala Kategori Keterangan


1 Very Low < 30 % dari alternatif ideal berpengaruh terhadap mitigasi risiko
operasional
2 Low 30 % - 40 % dari alternatif ideal berpengaruh terhadap mitigasi risiko
operasional
3 Medium 50 % dari alternatif ideal berpengaruh terhadap mitigasi risiko
operasional
4 High 50 % - 80 % dari alternatif ideal berpengaruh terhadap mitigasi risiko
operasional
5 Very High >80 % dari alternatif ideal berpengaruh terhadap mitigasi risiko
operasional

Hasil analisa alternatif terhadap mitigasi risiko operasional dicantumkan pada Tabel

6.16.

Universitas Sumatera Utara


VI-37

Tabel 6.16.Hasil penilaian alternatif terhadap mitigasi risiko operasional

R21 R11 R22 R44 R32 R51 R71 R81 R61


A1 4 3 4 2 2 3 3 4 2
A2 2 2 4 4 5 3 3 3 3
A3 3 4 3 5 4 3 2 3 2
A4 2 2 4 2 3 1 4 3 2
A5 5 3 3 3 3 3 4 3 3
A6 3 3 4 3 2 2 3 3 4
A7 3 1 2 3 3 3 4 4 2
Selanjutnya kuadratkan masing-masing penilaian untuk menghitung total kuadrat dari

masing-masing alternatif. Hasilnya dicantumkan pada Tabel 6.17.

Tabel 6.17. Kuadrat dari masing-masing penilaian

R21 R11 R22 R44 R32 R51 R71 R81 R61


A1 16 9 16 4 4 9 9 16 4
A2 4 4 16 16 25 9 9 9 9
A3 9 16 9 25 16 9 4 9 4
A4 4 4 16 4 9 1 16 9 4
A5 25 9 9 9 9 9 16 9 9
A6 9 9 16 9 4 4 9 9 16
A7 9 1 4 9 9 9 16 16 4
Total 76 52 86 76 76 50 79 77 50

Selanjutnya dilakukan normaliasi dengan menggunakan rumus :


𝑥𝑖𝑗
𝑟𝑖𝑗 =
√∑𝑚 2
𝑖=1 𝑥𝑦

Dimana ,

 rij adalah nilai normalisasi dari tiap alternatif(i) terhadap kriteria(j) dengan i=1,2,...,m;

dan j=1,2,...,n.

 Xij adalah nilai dari suatu alternatif (i) terhadap kriteria(j) dengan i=1,2,..,m; dan

j=1,2,...n.

Hasil perhitungan normalisasi matrisk dicantumkan pada Tabel 6.18.

Universitas Sumatera Utara


VI-38

Tabel 6.18. Normalisasi matriks

R21 R11 R22 R44 R32 R51 R71 R81 R61


A1 0,4588 0,4160 0,4313 0,2294 0,2294 0,4243 0,3375 0,4558 0,2828
A2 0,2294 0,2774 0,4313 0,4588 0,5735 0,4243 0,3375 0,3419 0,4243
A3 0,3441 0,5547 0,3235 0,5735 0,4588 0,4243 0,2250 0,3419 0,2828
A4 0,2294 0,2774 0,4313 0,2294 0,3441 0,1414 0,4500 0,3419 0,2828
A5 0,5735 0,4160 0,3235 0,3441 0,3441 0,4243 0,4500 0,3419 0,4243
A6 0,3441 0,4160 0,4313 0,3441 0,2294 0,2828 0,3375 0,3419 0,5657
A7 0,3441 0,1387 0,2157 0,3441 0,3441 0,4243 0,4500 0,4558 0,2828
Setelah menghitung nilai ternormalisasi, tahap selanjutnya adalah menghitung nilai

normalisasi terbobot dengan mengalikan nilai pada setiap alternatif dari matrik ternormalisasi

dengan bobot yang diberikan pengambil keputusan. Persamaan yang di gunakan adalah :

Yij =Wi rij

Dimana,

 Yij adalah nilai ternormalisasi terbobot

 Wi adalah bobot masing-masing kriteria

 rij adalah nilai ternormalisasi masing-masing alternatif dimana rij adalah nilai normalisasi

dari tiap alternative (i) terhadap kriteria (j) dengan i=1,2,...,m; dan j=1,2,...,n.

Hasil perhitungan normalisasi terbobot dicantumkan pada Tabel 6.19.

Tabel 6.19. Hasil perhitungan normalisasi terbobot

R21 R11 R22 R44 R32 R51 R71 R81 R61


Bobot 5 5 5 5 4 4 4 4 4
A1 2,2942 2,0801 2,1567 1,1471 0,9177 1,6971 1,3501 1,8234 1,1314
A2 1,1471 1,3868 2,1567 2,2942 2,2942 1,6971 1,3501 1,3675 1,6971
A3 1,7206 2,7735 1,6175 2,8677 1,8353 1,6971 0,9001 1,3675 1,1314
A4 1,1471 1,3868 2,1567 1,1471 1,3765 0,5657 1,8001 1,3675 1,1314
A5 2,8677 2,0801 1,6175 1,7206 1,3765 1,6971 1,8001 1,3675 1,6971
A6 1,7206 2,0801 2,1567 1,7206 0,9177 1,1314 1,3501 1,3675 2,2627
A7 1,7206 0,6934 1,0783 1,7206 1,3765 1,6971 1,8001 1,8234 1,1314
Max 2,8677 2,7735 2,1567 2,8677 2,2942 1,6971 1,8001 1,8234 2,2627
Min 1,1471 0,6934 1,0783 1,1471 0,9177 0,5657 0,9001 1,3675 1,1314

Universitas Sumatera Utara


VI-39

Solusi ideal positif dan solusi ideal negatif dapat dihitung berdasakan nilai normalisasi

terbobot sebagai berikut :

𝐴 + = (𝑦1 +, 𝑦2 +, … 𝑦𝑛+); (2.3)

𝐴 − = (𝑦1 −, 𝑦2 −, … 𝑦𝑛−); (2.4)

Dimana,

𝑦𝑗 − = { min 𝑦ij ; jika ij adalah atribut keuntungan (benetif) max yij ; jika ij adalah atribut biaya

(cost) }

𝑦𝑗 + = {max ; jika ij adalah atribut keuntungan (benetif) max yij ; jika ij adalah atribut biaya

(cost)}

Hasil penentuan solusi ideal positif dan solusi ideal negatif dicantumkan pada Tabel 6.20.

Tabel 6.20. Hasil penentuan solusi ideal positif dan solusi ideal negatif

R21 R11 R22 R44 R32 R51 R71 R81 R61


Positif 2,8677 2,7735 2,1567 2,8677 2,2942 1,6971 1,8001 1,8234 2,2627
Negatif 1,1471 0,6934 1,0783 1,1471 0,9177 0,5657 0,9001 1,3675 1,1314
Selanjutnya dilakukan perhitungan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks

solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif.

Jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal positif dirumuskan sebagai berikut :

𝐷𝑖 + = √∑ (𝑦𝑖 +𝑛 𝑗=1 − 𝑦𝑖𝑗)2 (2.7)

i= 1,2,...,m.

Jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal negatif di rumuskan sebagai : 𝐷𝑖 − = √∑

(𝑦𝑖𝑗 𝑛 𝑗=1 − 𝑦𝑖 − )2

Hasil perhitungan jarak antara nilai setiap alternative dengan matriks solusi ideal positif

dicantumkan pada Tabel.6.21.

Universitas Sumatera Utara


VI-40

Tabel 6.21. Hasil perhitungan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi
ideal positif
R21 R11 R22 R44 R32 R51 R71 R81 R61 Di+
A1 0,329 0,481 0,000 2,961 1,895 0,000 0,203 0,000 1,280 2,673
A2 2,961 1,923 0,000 0,329 0,000 0,000 0,203 0,208 0,320 2,438
A3 1,316 0,000 0,291 0,000 0,211 0,000 0,810 0,208 1,280 2,074
A4 2,961 1,923 0,000 2,961 0,842 1,280 0,000 0,208 1,280 3,493
A5 0,000 0,481 0,291 1,316 0,842 0,000 0,000 0,208 0,320 1,859
A6 1,316 0,481 0,000 1,316 1,895 0,320 0,203 0,208 0,000 2,434
A7 1,316 4,327 1,163 1,316 0,842 0,000 0,000 0,000 1,280 3,201
Hasil perhitungan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi ideal negatif

dicantumkan pada Tabel 6.22.

Tabel 6.22. Hasil perhitungan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi
ideal negatif
R21 R11 R22 R44 R32 R51 R71 R81 R61 Di-
A1 1,316 1,923 1,163 0,000 0,000 1,280 0,203 0,208 0,000 2,615
A2 0,000 0,481 1,163 1,316 1,895 1,280 0,203 0,000 0,320 2,720
A3 0,329 4,327 0,291 2,961 0,842 1,280 0,000 0,000 0,000 3,196
A4 0,000 0,481 1,163 0,000 0,211 0,000 0,810 0,000 0,000 1,632
A5 2,961 1,923 0,291 0,329 0,211 1,280 0,810 0,000 0,320 2,978
A6 0,329 1,923 1,163 0,329 0,000 0,320 0,203 0,000 1,280 2,394
A7 0,329 0,000 0,000 0,329 0,211 1,280 0,810 0,208 0,000 1,978
Selanjutnya dilakukan ditentukan nilai kedekatan setiap alternatif terhadap solusi ideal

(preferensi). Nilai Prefensi untuk setiap alternatif (Vi) sebagai berikut:

𝑣 𝑖 = 𝐷𝑖 / 𝐷𝑖- + 𝐷𝑖+

Keterangan simbol :

Vi ( nilai preferensi untuk setiap alternatif) di peroleh dari nilai jarak solusi ideal negatif (Di-)

dibagi dengan jumlah nilai jarak solusi ideal negatif (Di- ) di tambah jumlah nilai jarak solusi

ideal negatif (Di+)

Hasil perhitungannya nilai kedekatan setiap alternatif terhadap solusi ideal (preferensi)

dan ranking dicantumkan pada Tabel 6.23.

Universitas Sumatera Utara


VI-41

Tabel 6.23. Hasil perhitungannya nilai kedekatan setiap alternatif terhadap solusi ideal
(preferensi) dan ranking
Alternatif 𝐷𝑖+ 𝐷𝑖- Vi Rangking
A1 2,673483 2,614606 0,494433 5
A2 2,437801 2,720442 0,527397 3
A3 2,07388 3,19613 0,606475 2
A4 3,492594 1,632242 0,318496 7
A5 1,859342 2,977933 0,615622 1
A6 2,433815 2,394231 0,495901 4
A7 3,200531 1,977505 0,381903 6
Dari Tabel 6.23. diketahui bahwa urutan peringkat pemilihan alternatif ideal untuk

diterapkan dalam mitigasi risiko operasional pelabuhan adalah sebagai berikut :

1. Aplikasi ERP

2. Aplikasi Front End

3. ISPS Code

4. Port Risk Manager (PRM)

5. Quality Standart (Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2015, Sistem Manajemen

Lingkungan ISO 14001 : 2018)

6. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berdasarkan Peraturan

Pemerintah No 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3

7. Manajemen Surat Elektronik.

Universitas Sumatera Utara


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini menjelaskan kesimpulan yang diambil dari penelitian ini serta saran yang
disampaikan penulis terkait hasil penelitian ini. Kesimpulan merupakan gagasan yang dicapai
dari hasil peneltiain ini. Sedangkan saran merupakan usulan untuk melakukan sesuatu yang
terkait hasil penelitian ini.

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisa pada bagian sebelumnya, kesimpulan yang
dapat diambil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat 8 kategori risiko operasional yang diklasifikasikan menjadi 18 jenis risiko


operasional. Risiko-risiko operasional tersebut merupakan risiko yang timbul oleh
adanya faktor internal yakni faktor kegagalan manusia, faktor kegagalan proses bisnis,
dan faktor kegagalan IT/sistem ,sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh adanya
faktor kejadian luar biasa (bencana alam, terorisme, kerusuhan, dan pengerusakan), dan
faktor peraturan dan perundang-undangan.
2. Kategori risiko operasional yang mempunyai bobot kepentingan tertinggi adalah risiko
kecurangan dan penipuan internal, risiko kegagalan infrastruktur dan peralatan, serta
risiko kepegawaian dan keamanan lingkungan kerja. Dari kategori tersebut, diperoleh
prioritas risiko operasional yakni risiko penyalahgunaan wewenang, kegagalan
pemeliharaan/perawatan infrastruktur dan peralatan, serta risiko tindakan pencurian
/penipuan internal.
3. Tedapat 4 jenis risiko operasional yang termasuk kategori tinggi dengan nilai WPRN
sebesar 120-150 dan kategori menengah dengan nilai WPRN 90-120. Strategi
penanganan yang dilakukan berupa tindakan mitigasi.
4. Terdapat 7 alternatif ideal yang telah diimplementasikan dalam operasional pelabuhan.
Peringkat alternatif ideal dipilih berdasarkan kedekatan alternatif dalam mitigasi risiko
operasional pelabuhan adalah Aplikasi ERP, Aplikasi Front End, ISPS Code, Port Risk
Management (PRM), Quality Standart (Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2015,
Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 : 2018), Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3), dan Manajemen Surat Elektronik.

VII-1
Universitas Sumatera Utara
VII-2

7.2. Saran

Saran yang disampaikan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk penelitian selanjutnya, dibutuhkan sebuah model perhitungan besaran dampak


(consequensy) dengan pendekatan moneter sehingga diketahui alokasi dana yang
dipersiapkan oleh perusahaan.
2. Untuk perusahaan pelabuhan, diperlukan tindakan konsisten dalam
mengimplementasikan alternatif ideal yang sudah ada khususnya pendekatan sistem
berbasis elektronik. Hal ini diperlukan agar pelabuhan lebih efektif dan dapat
mengurangi dampak yang timbul dari risiko operasional yang ada.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Basuki. (2015). Analisis Risiko Kegiatan Bongkar Muat Sebagai Komponen Dwelling Time Di

Pelabuhan. Surabaya. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan III.

Benitez JM, Martin JC, Roman C (2007). Using fuzzy number for measuring quality of service

in the hotel industry. Tour Manage 28:544–555.

Burns, M.G. (2015). Port Management and Operations. New York: CRC Press.

Chen,C.T.,”extensions of the TOPSIS for group decision-making under fuzzy environment”,

Fuzzy Sets and System 114, (200),1-9.

Davidson. (2003). Managing Risk in Organisations- A Guide for Managers. San Frasisco. Jossey

Bass – A Wiley Imprint.

Ewert, K. (2008), “Risk management”,Handbook of Container Shipping Management, Vol. 2

No. 33, pp. 71-85.

Frost, C.; Allen, D.; Porter, J. and Bloodworth, J. (2001) Operational risk and resilience.

Butterworth-Heinnemann.

Hillson, David. Grimaldi, Sabrina & Refele, Carlo. (2006). Managing Projest Risk using Risk

Breakdown Matrix. Risk Management Article. Palgrave Macmillan Journals.

Hwang, C.L., and Yoon, K., (1981). Multiple attribute decision making: Methods and

applications. Berlin: Springer.

Kristiansen, S., (2005) Maritime Transportation: Safety Management and Risk Analysis.

Elsevier, Oxford.

Universitas Sumatera Utara


Kerzner and Carl Belack. (2010). Risk Management.

Mokhtari Kambiz, (2011). Advanced Risk Management In Offshore Terminals And Marine

Ports.

OGC, Office of Government Commerce, UK. (2002) Management of risk: guidance for

practitioners. London, The stationery office. mSN: 0113309090.

Pricewaterhouse Coopers, (2004) Enterprise risk management framework. London: The

Committee of Sponsoring Organisations of the Treadway Commission. www.coso.org.

Saaty, Thomas L. (2005). Analytic Network Process. USA. Springer Science.

Saaty, Thomas L., Vargas, Luis G. (2006). Decision Making with the Analytic Network Process.

USA. Springer Science.

Suharto, Kaderi, Wiryanto, Suaharto (2008). Analisis Risiko Operasional di PT TELKOM

dengan pendekatan Metode ERM. Jurnal Manajemen teknologi Volume 7 Number 1

2008.

Susilo, Leo J. & Victor Riwu, (2010). Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000 untuk Industri non

Perbankan. Jakarta Pusat. PPM Manajemen.

Tanjung, H. dan Devi,A. (2013). Metodologi Penelitian ekonomi Islam. Bekasi : Gramatika

Publishing.

Vaughan, emmet.J. (1978). Funfamentals of Risk and Insurance, 2 nd. USA. John Wiley & Sons.

Universitas Sumatera Utara


V. Desai, Risk analysis in port finance, M.Sc. Thesis, Maritime Economics and Logistics,

Erasmus University Rotterdam, (2005).

Wang YM, Elhag TMS (2006) Fuzzy TOPSIS method based on alpha level sets with an

application to bridge risk assessment. Expert Syst Appl 31:309–319

Yang T, Hung CC (2007) Multiple-attribute decision making methods for plant layout design

problem. Robot Comput-Integr Manuf 23:126–137.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai