Anda di halaman 1dari 38

- - - - - - - - - - -- •• -,,-,._ irvvv • ._,~.,.

gvJ1m Vi119"'1'

Upaya pelayanan Prima Jasa Pemanduan Kapal Pada


Pelabuhan Laut Sorong Propinsi Papua

Membangun Jaringan Perangkutan Terpadu


(Memotong Jarak Poros Cilacap - Semarang)

Rangkuman Studi Kebijakan Penegakan Hukum


Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi Dalam Rangka Pengamanan
Penyelenggaraan dan Pembangunan Telekomunikasi

Konsepsi Rencana Strategis Penelitian dan


Pengembangan Transportasi Tahun 2000-2004

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _,N_Q. '16Lil:IN.Xlll/20M
-
Wart a
Penelitian Perhubungan
NO. 06fTHN .Xlll/2001

. .DEPARTEMEN PERHUBUNGAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN
..
War ta
PenelitianPerhubungan
Dewan Redaksi
PELINDUNG
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan
PENASEHAT
Sekretaris Badan Litbang Perhubungan
Kepala Pusat Litbang Perhubungan Oarat
Kepala Pusat Litbang Perhubungan Laut
Kepala Pusat Litbang Perhubungan Udara
Kepala Pusat Litbang Pos dan Telekomunikasi
PEMIMPIN UMUM
Ir. L. Denny Siahaan, Ms. Tr.
PEMIMPIN REDAl<SI
Asril Pasaribu, S.H.
REDAKTUR PELAl<SANA
Ir. Anwar Taufiek Hidajat
WAl<IL REDAKTUR PELAl<SANA
Ratna Herawati, BSc.
DEWAN REDAl<SI
Or. Ojoko Suhadi; Ir. Nugroho Indrio; Ors. Juren Capah;
Ors. Soetrisno; Ors. Amin Suwarto; Ir. Zulfikri, M.Sc., 0.E.A,
Ir. Fatimah, Ms. Tr.; Ir. Mutharuddin
TATAUSAHA
Sri Atun
ALAMAT REOAKSI
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN
Jalan Medan Merdeka Timur 5 Jakarta 10110
Telepon : (021) 34832945,
Faks : (021) 34833065.
Pengantar Redaksi
Pelayanan pemanduan kapal di Pelabuhan Laut Sorong-Papua masih lambat/belum optimal.
Hal ini dapat dilihat dengan waktu tunggu kapal yang cukup lama khususnya bagi pelayaran
dalam negeri. Untuk meningkatkan pelayanan pemanduan kapal perlu dilakukan pembenahan
manajemen dan melengkapi fasilitas dan peralatan pemanduan yang memadai serta SDM pandu
yang dapat dihandalkan. Masalah tersebut diulas oleh W. Nikson S. dalam tulisannya "Upaya
Pelayanan Prima Jasa Pemanduan Kapal Pada Pelabuhan Laut Sorong Propfnsf Papua".
Suwardjoko P. Warpanf dalam makalahnya "Membangun Jarlngan Perangkutan Terpadu
(Memotong Jarak Poros Cilacap-Semarang" menguraikan bahwa pembangunan Dam Lepas
Pantai sepanjang 18 km yang meliputi Kabupaten Kendal, Kota Semarang, dan Kabupaten
Demak dengan menerapkan fungsi ganda yaitu sebagai tanggul, pelabuhan, badan jalan raya
dan rel, diharapkan akan mampu meningkatkan citra Pelabuhan Tanjung Mas dan memperkuat
peranannya sebagai pelabuhan samudera yang pada akhirnya akan mengubah mobilitas orang
dan barang di Semarang dan sekitarnya. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dipersiapkan
rancangan keterpaduan antarmoda sebagai sarana angkutan antarkota dalam propinsi, antarkota
antarpropinsi maupun angkutan kota.
Selama ini kejahatan atas penyelenggaraan dibidang telekomunikasi yang di proses secara
hukum adalah para masyarakat atau pengguna, sedangkan pihak penyelenggara yang melanggar
undang - undang belum ada data yang menunjukkan adanya tindakan hukum kepada mereka .
"Studi Kebfjakan Penegakan Hukum Undang - Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunfkasf Dalam Rangka Pengamanan Penyelenggaraan Dan Pembangunan
Telekomunfkasf" yang dirangkum oleh Marhum Djauharl dimaksudkan untuk memberikan
masukan pada pimpinan dalam menetapkan kebijakan pengaturan dalam rangka penegakan
Undang - undang Nomor 36 tahun 1999 agar dapat digunakan sebagai pedoman bagi pejabat
yang berwenang.
L. Denny Sfahaan dalam tulisannya "Konsepsf Rencana Strategfs Penelftfan Dan Pengembangan
Transportasf Tahun 2000 - 2004" menguraikan bahwa permasalahan yang dihadapi bidang
transportasi di masa mendatang adalah hal - hal yang menyangkut daya saing, keselamatan
dan energi lingkungan, sumber daya manusia dan manajemen, usaha kecil dan menengah,
jaringan sarana dan prasarana. Kebijakan yang perlu dilaksanakan adalah mempertahankan
tingkat pelayanan transportasi saat ini, meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap jasa
transportasi, membangun sarana dan prasarana transportasi yang mendesak serta mengendalikan
kerusakan lingkungan akibat transportasi. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dirumuskan
berbagai sasaran dan kegiatan kelitbangan yang relevan yang didukung strategi dan kebijakan
kelitbangan.

::::::::::::::: ::::::::::::::::::::::::::: ;:;:::::::::::::;:;:;:::::::::;:::::::::::::: ;:·:;:;:::::::::::: ::::;:::::::::::::::::::::::::::::::;:;:;:;:;::::::::::::::


UPAYA PELAYANAN PRIMA L PENDAHUWAN
Berdasari<an pasal 3 ayat (1) dan (2) Undang-
JASA PEMANDUAN KAPAL Undang nomor 43 Tahun 1999 tentang
PADA PELABUHAN LAUT SORONG Perubahan at.as Undang-Undang nomor 8 Tahun
1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian,
PROPINSI PAPUA dinyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil sebagai
W. N;kson. S_ _ _ _ _ _ _ _ _ __ unsur Aparatur Negara yang bertugas untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesional, jujur, adil, dan merata dalam
ABSTRAK penyelenggaraan Tugas Negara, Pernerintah dan
Pembangunan.
Pelaksanaan manajemen pelabuhan laut secara
benar oleh pengelola pelabuhan, akan memberikan Dalam kedudukan dan tugas sebagaimana
gambaran kepuasan bagi para pelanggan yang dimaksud pada ayat (1) Undang-Undang nomor
menggunakan jasa kepelabuhanan. Dukungan 43 Tahun 1999 tentang Perubahan at.as Undang-
terlaksananya manajemen pelabuhan lout tersebut, Undang Nomor 8 Tahun 1974, tentang Pokok-
adalah terpenuhinya secara memadai sarana dan Pokok Kepegawaian, Pegawai Negeri Sipil harus
prasarana kepelabuhanan yang merupakan faktnr netral dari pengaruh semua golongan dan partai.
utama dalam mencapai sasaran peran pelabuhan politik serta tidak diskriminatif dalam memberikan
laut pelayanan kepada masyarakat. Konsep strategi
pelayanan prima menuangkan butir-butir
Secora umum gambaran sarana dan prasarana pelayanan yang perlu dilakukan dilapangan,
pelabuhan umum yang ada dapat dikatakan serba sebagaimana berikut :
terbatas, khususnya di kawasan timur Indonesia
(Katimin), dengan demikian tingkat pelayanan jasa 1. Pelayanan lebih sederhana maksudnya
kepelabuhanan yang dilakukan aparat pelayanan prosedumya mudah dan tidak berbelit.
kurang optimal yang menunjukkan kurang 2. Pelayanan lebih tepat waktu maksudnya
tercapainya pelayanan prima terhadap para pelayanannya sesuai dengan standar waktu
pelanggan (para pelanggan kurang puas) . Sebagai yang telah ditetapkan.
contoh pelayanan pemanduan terhadap kapalyang
akan masuk pelabuhan, bila dilaksanakan dengan 3. Pelayanan lebih transparan maksudnya
baik dan tepat waktu maka akan memberikan adanya kejelasan dan kepastian (tarip,
kepuasan bagi para pelanggan dan itu dapat tercapai prosedur) yang diinformasikan kepada
bila terlengkapinya fasilitas dan peralatan pengguna jasa.
pemanduan yang memadai dengan kompetensi 4. Pelayanan Lebih ekonomis maksudnya
SOM pandu yang dapat dihandalkan. pembiayaan sesuai dengan kewajaran,
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam berdasarkan peraturan yang berlaku.
rangka memberikan tingkat pelayanan prima di 5. Pelayanan Lebih aman maksudnya adanya
bidang kepelabuhanan, khususnya untuk kepastian hukum bagi pelanggan
pelayanan pemanduan adalah mengupayakannya
"Upaya Pelayanan Prima Jasa Pemanduan Kapal
melalui pembenahan/melengkapi beberapa aspek
Pada Pelabuhan Sorong" memberikan sebagian
yang dirasakan kurang berfungsi atas pelayanan
gambaran dari pelaksanaan manajemen
kepada para pelanggan.
pelabuhan laut, di mana Jasa Pemanduan Kapal

4 Warta Penelitian Perhubungan e No. 06/THN.Xlll/2001


merupakan salah satu sub sistem dari sistem memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih
Pelayanan Kepelabuhanan yang senantiasa pertu terinci dalam menemukan penyebab-penyebab
selalu ditingkatkan. Dengan demikian melalui suatu masalah/akibat, ketidak sesuaian,
pelayanan pemanduan yang prima akan kesenjangan yang ada. Untuk selanjutnya
menunjukkan tingkat keberhasilan kinerja waktu dicarikan alternatif-alternatif pemecahan
pelayanan kapal di pelabuhan, yang secara umum masalahnya. Faktor-faktor penyebab yang ada
menggambarkan keberhasilan manajemen dalam kategori di atas dapat diringkas melalui
pelabuhan tersebut, disisi lain bagi para pendekatan 4 M + 1 L (Man, Money, Material,
pengguna jasa pelabuhan akan memanfaatkan Metode dan Lingkungan).
sebaik-baiknya pelabuhan Sorong sebagai
transaksi perdagangan ekspor dan import yang Tug.s d.-. Fungsi

memberikan dampak positif bagi perkembangan


Pel11yaMn pem.,duan • UU No. 21 Th . 92
ekonomi di daerah te15ebut Kondisi di atas dapat KapaJ di P•ab'-"., lal.i • KM 89/0T .02185
Sofong •KM 3f> Th . 1993
tercapai bila tingkat kebutuhan pelayanan
pemanduan kapal di pelabuhan Sorong seimbang Paayanan Prima

dengan tingkat permintaan pelayanan pemanduan,


sehingga tidak akan menimbulkan masalah yang Perma9'ahan
L1nd.asan Teori ~
Analisis dJ:n Evaluasi

prinsip terhadap kinerja pelabuhan te15ebut

II. PERMASALAHAN Diagram 1 : Pola Pikir Pendekatan


Permasalahan pelayanan pemanduan kapal di
pelabuhan Laut Sarong-Papua, masih lambat/ IV. GAMBARAN PELAYANAN SEKARANG
belum optimal., hal ini dapat dilihat dengan waktu
1. Gambaran keadaan pelayanan di pelabuhan
tunggu kapal yang cukup lama, khususnya bagi
Laut Sorong adalah sebagai berikut :
pelayaran dalam negeri untuk mendapatkan
pelayanan pemanduan kapa~ walaupun standar a. Tugas pokok dan fungsi, adalah menyusun
pelayanan pemanduan sudah ada namun tidak/ rencana kerja operasional kegiatan pela-
kurang mendapat perhatian dalam pelaksanaannya. yanan kepelabuhanan dan melaksanakan
penilikan kebandaran dan keselamatan
llL POLA PIKIR PENll:KATAN MN LANMSAN lEORI kapal.

Berdasarkan latar belakang penulisan ini, maka b. Jenis pelayanan pemanduan yang diberikan
penulis mencoba menuangkan pola pikir adalah:
pendekatan sebagaimana pada diagram 1, dan 1) Pandu Laut yaitu memandu kapal di
penulis membatasi pembahasan masalah dengan perairan antara batas bandar dengan
fokus terhadap pelayanan pemanduan kapal di batas luar perairan wajib pandu yang
pelabuhan Laut Sorong. jaraknya 6 mil.
Sedangkan landasan teori yang digunakan untuk 2) Pandu bandar yaitJ.J bertugas memandu
menganalisa masalah, penulis mencoba dengan kapal di batas perairan bandar (kolam
menggunakan Analisa Diagram Sebab Aki bat atau pelabuhan) yang jaraknya 0.5 mil.
Fish Bone Diagram (Tulang Ikan) menurut Vincent c. Para pelanggan yang ada di pelabuhan
Gaspersz. Diagram sebab akibat - fish bone adalah para perusahaan pelayaran,
adalah suatu pendekatan terstruktur yang nakhoda kapal dan pemilik kapal.

Warta Penelitlan Perhubungan • No. 06/THN.Xlll/2001 s


d. Sta ndar pelayanan pemanduan adalah penumpang dan kapal yang membawa
kapal tiba langsung mendapatkan pela- sembilan bahan pokok.
yan an pemanduan untuk bertambat dan b. Tidak ada pelayanan tetap harus bayar
waktu pelayanan pandu Laut 1,5 jam dan (no serve must pay), artinya berdasarkan
untuk pandu bandar 1 jam. Kenyataan di keputusan Menteri Perhubungan, untuk
lapangan menunjukkan pelayanan yang pelabuhan wajib pandu, setiap kapal yang
diberikan tidak memenuhi ketentuan berolah gerak di daerah pelabuhan, wajib
diatas, hal ini dapat dilihat' dari waktu
di pandu . Selanjutnya berdasarkan
tun gg u kapal yang cukup tinggi di
keputusan direksi PT Pelindo, untuk setiap
pelabuhan Laut Sarong (khususnya untuk
pemanduan, dikenakan tarip jasa peman-
pelayaran dalam negeri) . Sebagai duan. Oleh karena itu, pungutan jasa
gambaran waktu pelayanan di pelabuhan pemanduan tetap diberlakukan walaupun
Sarong dapat dilihat pada tabel 1. secara fisik tidak dilakukan pemanduan.
2. Strategi pelayanan yang diberikan pelabuhan
c. Satu kapal dilayani oleh satu kapal tunda.
Laut Sarong, adalah sebagai berikut:
d. Satu kapal dilayani oleh satu orang Pandu
a. Kapal yang pertama datang, pertama
dilayani dengan memperhatikan skala 3. Potensi Pelayanan Pemanduan yang dimiliki,
prioritas yaitu mengutamakan kapal adalah sebagai berikut :

Tabel 1
Waktu Pelayanan di Pelabuhan Sorong

Waktu Pelayanan Kapal 1996 1997 1998 1999 2000 *)

1. Luar Negeri Uam)


a . WT 1.80 1.65 1.04 1.50 1.33
b. AT 1.00 1.00 0.50 1.00 0.50
C. PT 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00
d. BT 72.00 0.00 96.59 102.00 97.70
-
NOT 18.00 0.00 23.76 35.00 30.45
-
ET 44.00 0.00 43.29 31 .50 38.25
-
IT 10.00 0.00 29.54 35.50 29.00
e. TRT 91.00 0.00 98.13 104.50 99.53
2. Dalam Negeri Uam)
a. WT 6.00 9.00 6.17 10.91 6.20
b. AT 1.00 1.00 0.92 1.00 0.98
C. PT 0.00 0.00 3.33 6.22 3.25
d. BT 72.00 44.32 33.93 35.00 37.00
- NOT 34.00 18.33 13.38 19.18 13.38
- ET 33.00 23.66 16.88 16.45 20.00
- IT 5.00 2.33 3.67 4.45 4.50
e. TRT 79.00 54.32 44.35 53.13 47.43
Sumber : Adpel Pelabuhan Sorong, Tahun 2000

6 Warta Penelitian Perhubungan e No. 06/THN.Xlll/2001


a. SOM dan kualifikasi pandu yaitu jumlah pemanduan yang aman dan tepat waktu,
tenaga pandu sebanyak 3 orang dengan tanpa harus mengeluarkan biaya diluar
kualifikasi pandu MPB1 sebanyak 1 orang ketentuan yang lrerlaku.
dan MPB2 sebanyak 2 orang. 3. Konsisten terhadap hakikat pelayanan
b. Metode pelaksanaan tugas dengan pemanduan, berdasarkan aturan yang
berpedoman menggunakan sistim dan berlaku kapal tiba langsung mendapatkan
prosedur yang ditetapkan pusat. pelayanan pemanduan untuk bertambat/
berlabuh, kemudian maksimum waktu untuk
c. Sarana yang tersedia di pelabuhan Laut
pelayanan pandu Laut adalah 1,5 jam dan
Sorong yaitu :
maksimum waktu untuk pelayanan pandu
1) Kapal pandu/tunda bobot 750 HP bandar adalah 1 jam.
sebanyak 1 unit.
2) Kapal kepil bobot 300 HP sebanyak 1 unit
VI. ANAUSIS MASALAH
3) Handy talky sebanyak 6 unit
Dalam menganalisis masalah yang ada atas
d. Faktor Lingkungan di pelabuhan adalah : pelayanan pemanduan kapal di pelabuhan Laut
1) Panjang dermaga I = 200 meter. Sorong, penulis mencoba mengidentifikasi
2) Panjang dermaga II = 210 meter. permasalahan penyebab di Lapangan dengan
3) Musim Timur, kecepatan angin > 10 menggunakan metode analisis masalah sebab
knots, tinggi gelombang > 1.5 meter. akibat model Fish Bond sebagaimana diagram 2.
4) Panjang kapal maksimum yang Hasil yang didapat teridentifikasi sebanyak
dilayani saat ini < 150 meter. duabelas masalah utama yang ditinjau dari
beberapa aspek, yaitu: aspek sumber daya
V. GAMBARAN PELAYANANYANG DIINGINKAN manusia, aspek sarana, aspek metoda, dan aspek
Lingkungan.
Gambaran pelayanan yang diinginkan sesuai
harapan pelanggan, dapat tercapai dengan Keduabelas masalah utaina hasil identifikasi
menyesuaikan terhadap beberapa aspek seperti: permasalahan penyebab di Lapangan, adalah
sebagai terlihat pada Diagaram 2 Fish Bone.
1. Visi dan misi pelayanan pemanduan yaitu
Visi adalah terciptanya pemanduan yang 1. Aspek sumber daya manusia :
aman, tepat waktu, sederhana, transparan dan a. Bila dikaitkan dengan jam kerja dipelabuhan
ekonomis. Sedangkan misinya adalah (24 jam) ditambah jarak antara Luar daerah
meningkatnya mutu pelayanan pemanduan wajib pandu dengan daerah pandu bandar
di pelabuhan Laut Sorong melalui pening- (kolam pelabuhan) sampai ketambatan
katan sumber daya manusia, sarana dan dapat dikatakan cukup jauh ± 6,5 mil,
prasarana, koordinasi serta implementasi dengan perputaran pelayanan pemanduan,
peraturan perundang-undangan yang berlaku maka kebutuhan jumlah tenaga pandu
di bidang kepanduan. yang melayani kurang sesuai.
2. Identifikasi para pelanggan yang akan b. 2 kapal dilayani oleh 1 orang pandu,
dilayani seperti perusahaan pelayaran, dengan demikian jumlah tenaga pandu
nakhoda kapal dan pemilik kapal dengan yang tidak memadai menyebabkan
tujuan pendekatan atas jenis pelayanan yang te~itanya waktu istirahat tenaga pandu,
diinginkan para pelanggan yakni pelayanan dampak yang timbul adalah kurang

Warta Penelltlan Perhubungan e No. 06/THN.Xlll/2001 7


disiplinnya tenaga pandu melaksanakan Jenis Penerirnaan Negara Bukan Pajak pasal
tugasnya (dapat tedadi kompensasi waktu 5 ayat (2), menuangkan kapal dengan
pelayanan dengan para pelanggan). panjang lebih dari 70 meter yang berolah
c. Kualifi kasi pendidikan tenaga pandu gerak di daerah perairan pelabuhan, untuk
kurang, dimaksud tenaga berijazah MPB I pertimbangan keselamatan pelayaran, dalam
dan MPBII, dilihat dari senioritas menjadi menggunakan jasa penundaan dilaksanakan
sama, artinya mau tidak mau semua pandu dengan ketentuan:
harus turun ke Lapangan, sehingga fungsi a. Panjang kapal 71 meter sampai dengan
pe mbi naan dan pengkaderan tenaga 100 meter ditunda dengan 1 kapal tunda
pandu tidak jelas. yang mempunyai daya minimal 600 PK.
2. Sarana b. Panjang Kapal 101 meter sampai dengan
Terbatasnya fasilitas dan peralatan pelayanan 150 meter, ditunda dengan minimal 2
pemanduan seperti: kapal tunda dengan jumlah daya 1200 PK
sampai dengan 3400 PK.
a. kurangnya kapal tunda,
3. Metoda
b. kurangnya kapal kepil
a. Standar pelayanan pemanduan yang ada
c. kura ngnya sarana komunikasi.
dan harus dilaksanakan di setiap pelabuhan
Hal ini dapat dilihat terhadap pelayanan wajib pandu pada kenyataannya tidak
pemanduan kapal selama ini adalah untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya,
melayani 1 kapal menggunakan 2 kapal tunda, disisi lain pengawasan terhadap pelak-
berdasari<an Keputusan Menteri Perhubungan sanaan tersebut kurang berjalan, hal ini
Nomor KM. 37 Tahun 2000 tanggal 19 Mei dapat berdampak terhadap aspek
2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif atas keselamatan kapal.

Lingkungan Manusia
Jtunlah Pandu
kurang
Kualifikasi
~Pendidikan
Gangguan Cuaca
Pada musim Pandu terbat
timur isiplin Kurang
Pelayanan
--------r-_._--------r--~---t Pemanduan

Belumada elum dilaksanakan


~apal Kepil Kurang
Komunikasi____.,
Sisprotab
Sarana Kurang

Metoda Sarana

Diagram 2: Fishbone Analisis Pemecahan Masalah

8 Warta Penelltian Perhubungan e No. 06/THN.Xlll/2001


b. Belum adanya sistem dan prosedur tetap secara terfokus (dalam bentuk pointers),guna
pelaksanaan pelayanan pemanduan kapal menghindari meluasnya masalah yang sudah ada
yang berlaku secara umum, yang ada sebagai berikut:
berdasarkan ketentuan internal dari 1. Jumlah tenaga pandu masih kurang, disebab-
pengelola pelabuhan setempat dalam hal kan oleh:
ini PT (Persero) Pelabuhan Indonesia N,
dengan demikian pihak pemerintah dalam a. pengkaderan pandu kurang,
hal ini Adpel kurang dapat melaksanakan b. pembinaan karir pandu tidak jelas,
pengawasan dari aspek keselamatan c. tidak memenuhi persyaratan.
pelayaran.
2. Disiplin tenaga pandu kurang, disebabkan oleh:
c. Terdapatnya diferensiasi tarip pernanduan, a. kurangnya motivasi,
dimaksud ketentuan wajib pandu tetap
b. kurangnya tanggung jawab,
dipungut biaya pemanduan walaupun
secara fisik kapal masuk dan bertambat c. kurangnya keteladanan pimpinan.
tidak dipandu, hal ini merugikan pihak 3. Kualifikasi pendidikan tenaga pandu kurang,
pelanggan. disebabkan oleh:
a. tidak adanya standar penempatan yang
4. Lingkungan
jelas,
a. Instansi yang terkait di lingkungan pela- b. tidak adanya standar mutu pelayanan,
buhan, kurang menunjukkan kerja sama
yang baik atau koordinasi kurang berjalan/ c. tidak adanya standar penetapan.
lemah, sehingga masalah-masalah 4. Kurangnya kapal b.mda, disebabkan oleh :
mengenai pelayanan pemanduan kurang a. lemahnya rencana dan program,
dapat dicarikan jalan keluamya, sehingga b. keterbatasan anggaran,
tidak memuaskan para pelanggan.
c. lemahnya lokasi pelayanan pemanduan.
b. Gangguan cuaca khususnya pada musim
timur, cukup menghambat tenaga pandu 5. Kurangnya kapal kepil disebabkan oleh:
untuk melakukan tugasnya, hal ini a. lemahnya rencana dan program,
dikaitkan keterbatasan sarana pemanduan b. keterbatasan anggaran,
yang dimiliki. c. terbatasnya suku cadang.
c. Terbatasnya panjang dermaga yang dimi- 6. Kurangnya sarana komunikasi, disebabkan
liki juga memberikan waktu pelayanan oleh:
kapal terganggu, artinya pemanduan yang
a. keterbatasan anggaran,
akan diberikan harus menunggu tambatan
kosong dimana keterbatasan tenaga b. lemahnya rencana dan program,
pandu menjadikan pandu yang memandu c. terbatasnya suku cadang.
kapal ke luar langsung pindah melayani 7. Belum dilaksanakannya aturan yang ada
kapal lain yang akan masuk. sebagaimana mestinya, disebabkan oleh:
a. Kurangnya sosialisasi aturan,
VII. ANAUSIS PENYEBAB
b. tidak adanya reward and punishment
Dari dua belas masalah utama di atas, penulis c. kurangnya pemahaman atas aturan yang
mencoba melakukan analisis penyebab masalah ada.

Warta Penelltlan Perhubungan • No. 06/THN.Xlll/2001 9


8. Belum adanya sistem dan prosedur tetap Dalam penentuan langkah kegiatan yang akan
pelaksanaan pelayanan pemanduan, dilakukan, penulis menggunakan pendekatan
disebabkan oleh: ukuran penilaian sebagaimana pada tabel 2.
a. tipologi perairan wajib pandu, Atas dasar penilaian tersebut maka langkah-
b. perbedaan status pandu, langkah kegiatan yang terpilih untuk menunjang
peningkatan pelayanan di Pelabuhan Laut sarong
c. belum jelasnya pembagian kewenangan. adalah sebagai berikut:
9. Terdapatnya diferensiasi tarip pemanduan, 1. Pemberian contoh tindakan : "Satu kata dan
disebabkan oleh: perbuatan" dari atasan.
a. terdapatnya dua aturan tarip, 2. Memenuhi persyaratan jumlah tenaga pandu.
b. adanya perbedaan sifat jasa pemanduan, 3. Penyediaan suku cadang sarana pernanduan.
c. terdapat perbedaan dasar penetapan tarip. 4. Tersedianya rencana dan program pengadaan
10.Lemahnya koordinasi instansi terkait di sarana pemanduan.
lingkungan pelabuhan, disebabkan oleh: 5. Melaksanakan sosialisasi aturan.
a. belum ada pelayanan satu atap, 6. Tersedianya jadwal kerja dalam implementasi
b. adanya tarik menarik kepentingan antar tetap siaga.
instansi, 7. Menerapkan prinsip: pertama datang-
c. ada nya unit kerja yang merasa lebih pertama dilayani berdasarkan skala prioritas
penting. secara konsekwen.
11.Gangguan cuaca khususnya pada musim 8. Meningkatkan fungsi P2T sebagai wadah
Timur, disebabkan oleh: perencanaan dan pengendalian kegiatan
operasional di daerah pelabuhan.
a. tidak adanya break water,
b. belum adanya pos pengamatan cuaca Kriteria Penilaian
maritim,
Untuk memilih altematip pemecahan masalah
c. belum dimanfaatkannya informasi cuaca sebagaimana di atas, digunakan metoda kriteria
kemariti man. penilaian dengan tahapan sebagai berikut:
12.Terbatasnya panjang dermaga, disebabkan 1. Masing-masing altematif pemecahan masalah
oleh: dikaji dari aspek biaya, pencapaian sasaran,
a. kunjungan kapal tinggi, kemudahan dalam pelaksanaan serta
kecepatan waktu yang diperlukan.
b. waktu tunda kapal masih lama,
2. Masing- masing aspek diukur dengan skala
c. terbatasnya jumlah kapal yang dapat
sandar. sebagai berikut :
a. Kriteria Biaya :
VIII. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH Angka 5 : menyatakan sangat murah
Analisis pemecahan masalah yang diambil penulis Angka 4 : menyatakan murah
adalah kelanjutan dari hasil setelah dilakukannya Angka 3 : menyatakan cukup murah
identifikasi masalah dan analisis penyebabnya Angka 2 : menyatakan cukup mahal
sebagaimana uraian di atas. Angka 1: menyatakan mahal

10 Warta Penelltlan Perhubungan e No. 06/THN .Xlll/2001


b. Kriteria pencapaian sasaran : 1. SOM
Angka 5: menyatakan sangat efektif a. Dalam mengantisipasi tingginya frekuensi
Angka 4: menyatakan efektif kunjungan kapal di pelabuhan, perlu
Angka 3: menyatakan cukup efektif dipertimbangkan pelayanan 2 kapal oleh
1 orang pandu, dengan tetap memper-
Angka 2: menyatakan kurang efektif timbangkan keselamatan pelayaran.
Angka 1: menyatakan tidak efektif b. Menambah jumlah tenaga Pandu menjadi
c. Kriteria kemudahan pelaksanaan : enam orang.
Angka 5: menyatakan sangat mudah c. Kualifikasi pandu agar pembinaan dan
Angka 4: menyatakan mudah pengkaderan dapat berjalan, yaitu menga-
Angka 3: menyatakan cukup mudah tur kualifikikasi pandu dengan susunan
MPB1 sebanyak 1 orang, MPB2 sebanyak
Angka 2: menyatakan cukup sulit 2 orang, dan MPB3 sebanyak 3 orang.
Angka 1: menyatakan sulit d. Dalam pembinaan kedisiplinan tenaga
d. Kriteria waktu : pandu, pimpinan memberikan contoh
Angka 5: menyatakan sangat singkat tindakan satu kata dan perbuatan.
Angka 4: menyatakan singkat 2. Metode
Angka 3: menyatakan cukup singkat a Adanya sistim dan prosedur tet:ap pelayanan
Angka 2: menyatakan cukup lama pandu yang berlaku setempat dengan
Angka 1: menyatakan lama memperhitungkan kondisi setempat,
namun tetap mengacu dari sistim dan
3. Setiap indikator, dipilih dua altematif dari prosedur pusat.
jumlah yang tertinggi.
b. Adanya sistem tarip yang lebih adil
4. Apabila jumlah sama, dipilih yang kriteria dengan meninjau kembali ketentuan tarif
biayanya tertinggi. pemanduan yang berlaku selama ini.
5. Apabila kriteria biaya sama, dipilih yang 3. Sarana
kemudahan pelaksanaannya tertinggi.
Mengingat strategi pelayanan yang telah
6. Apabila tingkat kemudahan pelaksanaan ditetapkan, perlu dilakukan peningkatan
masih sama, dipilih yang kriteria waktunya sarana di pelabuhan taut sorong menjadi:
terbesar. a Kapal pandu/tunda bobot 750 PK
Gambaran secara jelas altematif pemecahan sebanyak 1 unit dan 1 unit kapal tunda
masalah dan analisis dengan melalui pendekatan dengan jumlah daya 1200PK sampai
metode kriteria penilaian, dapat dilihat pada dengan 3400 PK.
tabel 2. b. Kapal kepil bobot 300 PK sebanyak 1 unit
c. Handy Talky sebanyak 12 unit.
IX. PENGEMBANGAN STRAlEGI PELAYANAN PRIMA
4. Lingkungan
Strategi pelayanan pri ma yang perlu dikem-
bangkan, dalam rangka upaya pelayanan prima a. Penambahan panjang dermaga dari 410
jasa pemanduan kapal sesuai hasil analisis meter menjadi 485 meter.
masalah adalah sebagai berikut: b. Penyediaan pos pelayanan cuaca rnaritim.

W..i. Penelitlan Perhubungan e No. OOJTHN .Xlll/2001 11


Tabet 2
Altematif Pemecahan Masalah dan Analisis
Bo bot Urutan
No. lndikator Alternatif Pemecahan Masalah & Analisis Jumlah
Prioritas
A B c D
1. Terpenuhinya persyaratan tenaga pandu melalui
1 SOM 3 5 4 4 16 II
Diktat kepanduan
2. T erbentuknya sistim pengkaderan sesuai aturan 2 4 4 3 13
3. Terbentuknya sistim pembinaan karir 3 3 3 3 12
4. Pemberian motivasi 4 4 3 4 15
5. Pendelegasian wewenang secara merata 3 4 3 3 13
6. Pemberian contoh tindakan satu kata dan
5 5 5 4 19 I
perbuatan
7. T ersedianya standar penempatan 3 3 4 3 13
8. Tersedianya standar- mutu pelayanan 3 3 4 3 13
9. Tersedianya standar penetapan pandu 3 3 4 3 13
2 Sarana 1. Meningkatkan anggaran 1 4 2 1 8
2. T ersedianya rencana program yang akurat 3 4 4 3 14 I
3. Peningkatan akurasi asumsi lokasi 3 3 3 3 12
4. Meningkatkan anggaran 1 4 1 1 7
5. Tersedianya rencana program yang akurat 3 3 3 3 12
6. Penyediaan suku cadang 2 4 4 3 13 II
7. Meningkatkan anggaran 1 5 1 1 8
8. Tersedianya rencana program 3 3 3 3 12
9. Peningkatan pemelihar-aan sarana komunikasi 2 4 2 2 10
3 Metoda 1. Tersedianya jadwal kerja 3 3 5 4 15
2. Terlaksananya reward dan punishment 3 3 4 4 14
3. Terlaksananya sosia~sasi aturan 4 3 5 4 16 I
4. Penyesuaian SOM dengan sarana 1 3 2 2 8
5. Penyesuaian status pandu 2 3 2 2 9
6. Tersedianya kawasan pemanduan 4 3 3 3 13
7. Penyeragaman aturan penetapan tarip 2 4 2 3 11
8. Penyeragaman sifat jasa pemanduan 2 4 2 3 11
9. Penyeragaman dasar perhitungan tarip 2 4 3 3 12

4 Lingkungan 1. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait 4 3 3 3 13

2. Meningkatkan fungsi P2T 4 4 3 3 14 II


3. Mendudukkan fungsi Adpel sebagai koordinator
2 4 2 2 10
di pelabuhan .
4. Tersedianya pos pelayayan cuaca maritim 2 3 4 3 12
5. Memanfaatkan informasi cuaca 4 3 3 4 14
6. Tidak ada break water observasi cuaca 4 3 3 4 14
7. Menerapkan prinsip pertama datang pertama 4 4 3 15 I
4
dilayani secara konsekwen
' 8. Meningkatkan kinerja pelayanan kapal 2 4 4 3 13

9. Penambahan panjang dermaga 1 5 1 1 8

12 Warta Penelltlan Perhubungan e No. 06fTHN .Xlll/2001


X. PENUTUP DAfTAR KEPUSTAKAAN
Dari hasil pembahasan tentang Peningkatan Undang-Undang No. 21 tahun 1992, tentang
Pelayanan Pemanduan di Pelabuhan Laut Pelayaran.
Sorong, dapat disimpulkan hal-hal sebagai Undang-Undang No. 43 tahun 1999, tentang
berikut : Perubahan atas Undang-Undang nornor 8 Tahun
1. Pelayanan Pemanduan di Pelabuhan Laut 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaiaan.
Sorong perl.u senantiasa ditingkatkan sejalan
Peraturan Pemerintah No. 70 tahun 1996, tentang
dengan peningkatan kebutuhan masyarakat
Kepelabuhanan.
akan pelayanan yang aman, tepat waktu,
sederhana, transparan dan ekonomis. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 41
tahun 1997 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
2. Peraturan seperti penempatan tenaga pandu,
Direktorat Jenderal Perhubungan Lut.
penentuan tarip maupun standar dan strategi
pelayanan yang telah ditetapkan perlu Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM.37
dilaksanakan sebagaimana mestinya. tahun 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan
3. Koordinasi yang baik serta sosialisasi Tarif atas Jenis Penerimaan Negara bukan Pajak.
peraturan yang berlaku akan meningkatkan Keputusan Menteri Perhubungan Nornor : KM.89
pelayanan prima. tahun 1985 tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja Administrator Pelabuhan.
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mencoba
memberikan beberapa saran sebagai bahan Keputusan Menteri Perhubungan Nornor : KM. 35
rekomendasi dalam upaya meningkatkan mutu Tahun 1993, tentang Organisasi dan Tata Kerja
pelayanan pemanduan di Pelabuhan Laut Sorong UPT Kantor Pelabuhan Direktorat Jenderal
Propinsi Papua, yang ditujukan kepada PT. Perhubungan Laut.
(Persero) Pelabuhan Indonesia N dan Adminis- Keputusan MENPAN Nomor 81 tahun 1993,
trator Pelabuhan Sorong Propinsi Papua untuk tentang PeOOman Tata Laksana Pet.ayanan Urnum.
dapat melaksanakan:
Richard Y. Chang; Matthew E.Niedzwiecki, A/at
1. Pemberian contoh tindakan : "Satu kata dan Peningkatan Mutu, PPM Jakarta, 1998
perbuatan" dari atasan.
DR. Vicent Gaspersz, M.St., CIQA , CPIM,
2. Memenuhi persyaratan jumlah tenaga pandu.
Manajemen Produktivitas Total. GMJakarta
3. Penyediaan suku cadang sarana pemanduan. 1998.
4. Tersedianya rencana dan program pengadaan Bambang Tri Cahyono, Ph.D, Manajemen
saran a pemanduan. Strategis, Jakarta 1995
5. Melaksanakan sosialisasi aturan. Capt. Suriyar, Comdr. J.La. Dage, Thamrin Rais
6. Tersedianya jadwal kerja dalam implementasi Mar,Ch.Engr. Kamus Istilah Pelayaran &
tetap siaga. Perkapalan Jakarta; Pustaka Delta, 1987.
7. Menerapkan prinsip : pertama datang-
pertama dilayani berdasarkan skala prioritas BIODATA
secara konsekwen. W. Nikson S. Lahir di Jakarta, 16 Oktober
8. Meningkatkan fungsi P2T sebagai wadah 1953. Lulusan AIP Jakarta tahun 1979,
perencanaan dan pengendalian kegiatan dan Pascasarjana tahun 1997. Peneliti
operasional di daerah pelabuhan. muda Bidang Perhubungan Laut .

Warta Penelitian Perhubungan • No. 06/THN.Xlll/2001 13


L LATAR BELAKANG
MEMBANGUN JARINGAN
Gagasan pembangunan dam lepas pantai (DLP)
P&RANGKUTAN TERPADU sepanjang 18 km di Pantai Semarang (bila
(MEMOTONGJARAK POROS CILACAP- kemudian terwujud) akan mengubah citra dan
wajah Kota Semarang, termasuk menciptakan
SEMARANG) peluang-peluang baru bagi kegiatan di Semarang
Suwardjoko PWarpani_ _ _ _ _ _ __ dan sekitarnya. Dengan demikian, intensitas
hubungan antara Semarang dengan kota-kota
lain pun akan terpengaruh.
ABSTRAK OLP sepanjang 18 km di Pantai Semarang akan
menciptakan danau air tawar (waduk) seluas
Membangun jaringan perangkutan merupakan 3.000 ha, jadi garis pantai akan bergeser kira-
gagasan membangun dam lepas pantai (OLP) kira 4 km, suatu perubahan yang amat berarti
sepanjang 18 km yang meliputi Kabupaten Kendal bagi wajah Kota Semarang, karena perubahan
Kata Semarang, dan Kabupaten Demak dengan itu akan mengubah salah satu identitas Semarang,
menerapkan fungsi ganda yaitu sebagai tanggul yakni Pelabuhan Tanjung Mas. Perubahan mikro
pembendungan air, pelabuhan, badan jalan raya ini dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap
dan rel peranan makro Kota Semarang sebagai pusat
Menurut penggagasnya, pembangunan OLP akan pertumbuhan wilayah Jawa Tengah, termasuk
dibarengi dengan normalisasi sungai Kreo dan_ perubahan intensitas hubungan Cilacap-
sungai Kn'pik yang diperhitungkan akan mampu Semarang serta hubungan kota-kota lain
mengatasi banjirdan diharapkan dapat meningkatkan (terutama di Jawa Tengah) dengan Semarang.
mutu air bakuyang sekaligus membuka kesempatan Semarang adalah Ibukota Propinsi Jawa Tengah,
kelja antora Lain: jasa angkuton, rekreasijwisato, sekaligus adalah pusat pertumbuhan pemba-
perdagangan, dan Lain-Lain. Di samping itu bila OLP ngunan Jawa Tengah. Salah satu pusat pertum-
di pantai Semarang 'te!wujud, maka dtra Pe/obuhan buhan sekunder Jawa Tengah di selatan adalah
Tanjung Mas pastf. meningkat dan peranannya Cilacap. Kedua kota di Jawa Tengah ini mempu-
d1'perkuat sebagai pelabuhan samudera. Peran dan nyai kesamaan potensi khusus yakni keberadaan
dtra Pelabuhan Tanjung Mas akan mengubah pelabuhan. Pelabuhan Tanjung Mas di Semarang
mobilitas orang dan barang di Semarang dan berada di Laut Jawa pada posisi utara Pulau Jawa
sekitamya. (tergolong pelabuhan utama sekunder setara
Sedangkan poros Cilacap-Semarang menjadi lebih dengan Tanjung Priok dan Tanjung Perak) dan
efisien bila menempuh lewat angkuton laut atau Pelabuhan Tanjung Intan di Cilacap di Samudera
angkutan udara sebagai antisipasi atas Indonesia pada sisi selatan Pulau Jawa yang
kemungkinan apabila OLP diwujudkan sudah harus tergolong pelabuhan utama tersier.
dipikirkan don dirancang keterpaduan antarmoda Dalam pandangan geografis globaL Indonesia
sebagai sarana angkutan antarkota dalam provins1~ berada pada posisi persilangan jalur hubungan
antarkota an tarpovinsi, maupun angkutan antara negara-negara yang berada pada empat
perkotaan, agar dtra don peran Kata Semarang benua. Utara-selatan adalah antara Australia
semakin meningkat karena pelabuhan amat berarti dengan Asia, sedangkan barat-timur antara Afrika
pada berbagai kegiatan /okal maupun regional bagi dengan Amerika Latin. Maka posisi pelabuhan di
penduduk Wl·layah Semarang khususnya dan Jawa pantai utara dan selatan Pulau Jawa menjadi
Tengah umumnya. mengandung makna strategis pada lintas Aus-

14 Warta Penelitlan Perhubungan • No. 06/THN .Xlll/2001


tralia-Asia, apalagi jalur pelayaran antarbenua demikian volume terbesar mobilitas penduduk
lintas Afrika-Amerika Latin merupakan jalur pun tetap berada di Pulau Jawa. Menarik pula
konvensional yang tetap hidup. untuk dicermati bahwajalan raya utama melintasi
Jarak geografis (darat) Cilacap-Semarang lebih kapubaten-kabupaten tertentu (di Jawa Tengah)
kurang 300 km, sedangkan melalui Laut harus yang berpenduduk satu juta jiwa atau lebih.
memutar Selat Sunda atau selat Bali yang berlipat Sebelum abad XVIII proses evolusi perangkutan
ganda lebihjauh. Oleh karena itu hubungan poros berdampak sangat kecil atas pertumbuhan dan
Cilacap-Semarang akan jauh lebih efisien perluasan kota (pertumbuhan kota sangat
ditempuh lewat angkutan darat dibandingkan lamban), tetapi sejak abad XVIII sebagai akibat
dengan lewat Laut. Selain jarak yang lebih pendek, revolusi industri perkembangan kota menjadi
waktu perjalanan pun lebih singkat dan biaya sangat pesat karena teknologi perangkutan yang
lebih murah. Lebih dari itu, kegiatan angkutan JXlros bertambah maju. Daniel & Warner (1980)
Cilacap-Semarang akan menampilkan peran pusat menyebutnya sebagai "the golden era of urban
pertumbuhan Jawa Tengah dan memacu transport revolution". Kemajuan sistem
perkembangan ruang wilayah Jawa Tengah. perangkutan yang amat nyata adalah : daya
Dalam kaitan dengan akan berubahnya citra dan angkut yang makin besar, daya jelajah yang
peningkatan peran Kota Semarang, apabila DLP makin jauh, dan kecepatan yang makin tinggi.
diwujudkan, maka akan terjadi peubahan amat Akibatnya terhadap perkembangan kota adalah:
berarti pada berbagai kegiatan lokal maupun perluasan daerah terbangun kota, sebaran
regional. Sebagai antisipasi atas kemungkinan- permukiman bertambah jauh/luas, spesialisasi
kemungkinan itu sudah harus pula dipikirkan dan guna lahan lebih "tegas" dan konstruksi serta
dirancang keterpaduan antarmoda sebagai sarana sistem jaringan jalan makin rumit.
angkutan antarkota dalam provinsi, antarkota Konon, jalan Anyer-Banyuwangi (yang dulu
antarprovinsi, maupun angkutan perkotaan. dikenal dengan sebutan Jalan Daendels)
dibangun untuk menunjang dua kepentingan
IL JARINGAN PERANGKUTAN ll\N PENGEMIWGN utama yaitu mobilitas pasukan/tentara dan
WILAYAH pemasaran hasil produksi dari daerah-daerah yang
Ditinjau dari kacamata kependudukan, Popinsi dilaluinya. Dalam perjalanan waktu, kota-kota
Jawa Tengah tergolong provinsi padat penduduk. sepanjang koridor jalan tersebut telah tumbuh
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, dengan pesat dan manjadi kota-kota penting.
15, 17% penduduk Indonesia bermukim di Jawa Jaringan perangkutan temyata telah memacu
Tengah dengan sebaran sebagaimana dapat perkembangan kota-kota tersebut apalagi setelah
disimak pada Tabel 1. Penduduk Indonesia di dibangun jaringan jalan baja (rel) lintas utara dan
Pulau Jawa 16,97 % adalah pendtrluk Jawa Timur, selatan. Dari Tabel 1 tampak jelas bahwa kota-kota
21,41 % adalah Penduduk Jawa Barat, 4,12 dan daerah-daerah kabupaten pada jalur perang-
adalah penduduk DKI Jakarta, dan 1,53 % adalah kutan (lintas utara dan selatan) berkembang lebih
penduduk Di Yogyakarta (atau 59,2 % penduduk pesat daripada kabupaten dan kota pada jalur
Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa. perangkutan yang kurang hidup (lintas tengah).
Sensus penduduk 1980 menunjukkan bahwa Selain memacu perkembangan wilayah, jaringan
62, 11 % penduduk Indonesia terkonsentrasi Di prasarana angkutan (khususnya angkutan jalan)
Pulau Jawa. Temyata, proporsi penduduk di terbukti pula pemicu perkembangan wilayah di
Pulau Jawa memang menurun selama 20 tahun sepanjang koridor tersebut. Kebutuhan akan
terakhir, namun tetap bertambah. Dengan angkutan merupakan bagian integral dalam

Warta Penelitlan Perhubungan • No. 06rrHN.Xlll/2001 15


kehidupan sehari-hari. Hampir segala aspek seperti Medan, Makassar, Ambon di luar Jawa,
kehidupan manusia tidak terlepas dari kebutuhan berawal dari keberadaan pelabuhan.
akan angkutan. Oleh karena itu, keberadaan Yang agak berbeda adalah pada koridor jalur
jari ngan perangkutan dengan mud ah dapat jaringan rel. Perkembangan ruang wilayah pada
memicu munculnya kegiatan di sepanjang koridor jalur jaringan jalan rel pada umumnya terjadi
jaringan prasarana angkutan. Pembangunan pada titik-titik terminal saja, sedangkan ruang
sepanjang koridor jalan tol Jagorawi (Jakarta- wilayah pada koridor di hampir seluruh ruas jalan
Bogor-Ciawi) dan Taci (Jakarta-Cikampek) adalah rel yang bebas dari "intervensi" jalan (raya), relatif
bukti bahwa banyak kegiatan muncul karena tidak berkembang. Pembangunan atau kebe-
dipicu oleh kemudahan akses. radaan jalan rel tidak serta merta merangsang
Pemanfaatan sumber daya alam, mobilisasi pembangunan ruang wilayah disepanjang jalur
sumber daya manusia serta sumber daya tekno- jalan rel. Berbeda halnya pada setiap ruas jalan
logi dalam rangka pemerataan pembangunan (raya) baru yang dibangun, maka segera diikuti
daerah serta hasil-hasilnya, tidak mungkin pembangunan disepanjang ruas jalan yang
berjalan tanpa dukungan sistem perangkutan bersangkutan sebagai akibat dari peningkatan
yang memadai baik jumlah, jenis, maupun nilai lahan karena akses langsung kejaringan
mutunya. Perangkutan merupakan urat nadi perangkutan.
kehidupan ekonomi, sosial-budaya, politik, dan Gejala umum menunjukkan kota-kota besar
pertahanan keamanan, juga harus mampu menimbulkan arus besar migrasi desa kota yang
mendukung pengembangan wi~yah dan menyebabkan kota berkembang bagi penduduk
meningkatkan hubungan antamegara dalam era daerah lain, khususnya pedesaan- berimigrasi ke
globalisasi. kota horisontal maupun vertikal. Banyaknya
Karena watak yang disandang oleh jaringan jumlah penduduk suatu kota merupakan "mag-
prasarana angkutan jalan, maka ia dapat net'' atau daya tarik suatu kota. Kota'-kota besar
dimanfaatkan sebagai "pengarah" perkem- di Jawa selalu menjadi sasaran migrasi desa kota.
bangan ruang wilayah. Pola konsentrasi sebaran Pada gilirannya, banyaknya penduduk berdam-
penduduk di Pulau Jawa temyata juga mengikuti pak pada ting_kat mobilitas penduduk (label 3)
pola jaringan jalur angkutan jalan. Suatu bukti sebagai akibat volume kegiatan yangjuga banyak
bahwa prasarana angkutan jalan dapat berfungsi ragamnya. Mobilitas penduduk ditampung dalam
sebagai pengarah perkembangan ruang wilayah, berbagai layanan kendaraan angkutan umum
namun sekaligus menunjukkan bahwa potensi yang melayani kegiatan penduduk kota (Tabel
positif ini mengandung potensi negatif yakni: 4), namun layanan angkutan dengan kereta api
masih sangat kecil peranannya .
a. pertumbuhan linier sepanjang jalan sehingga
penyediaan layanan fasilitas masyarakat
menjadi tidak efisien. IIL DAM l£PAS PANTAI SEMARANG
Gagasasan membangun DLP Semarang yang
b. persoalan lalu-lintas di sepanjang jalur jalan
membentang sepanjang 18 km yang meliputi
tersebut sebagaimana dapat diamati pada
daerah administrasi Kabupaten Kendal, Kota
jalur pantai utara Jawa.
Semarang, dan Kabupaten Demak jelas membawa
Kot.a-kota yang diperkirakan (akan) berpenduduk dampak amat berarti bagi perkembangan Kota
satu juta atau lebih, semuanya berada pada jalur Semarang khususnya dan Jawa Tengah pada
jaringan jalan raya regional (Tabel 2). Bahkan umumnya. Apalagi bila badan dam tersebut
Jakarta, Semarang, Surabaya, juga kota-kota lain dibangun dengan menerapkan fungsi ganda,

16 Warta Penelltlan Perhubungan e No. 06/THN .Xlll/2001


Tabel 1.
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Daerah Tingkat II
di Propinsi Jawa Tengah , dan Penduduk DI Yogyakarta
Laju pertumbuhan
Kabupaten dan Jumlah Penduduk
No. Penduduk/tahun
Kota
1980 1990 2000 80-90 90-00
1. Cilacap 1.333.211 1.487.308 1.604.918 1, 10 0,79
2. Banvumas 1.225.315 1.348.825 1.451.420 0,96 0,76
3. Purbalinqqa 666.106 732.278 784.508 0,95 0,72
4. Baniarneqara 676.644 771 .774 833.469 1,32 0,80
5. Kebumen 1.032.092 1.120.982 1.162.276 0,83 0,37
6. Purworeio 697.216 700.788 703.737 0,05 0,04
7. Wonosobo 599.599 665.551 733.060 1,05 1,00
8. Maqelanq 934.748 1.015.872 1.095.538 0,84 0,78
9. Boyolali 781 .558 844.1 94 893.019 0,77 0,58
10. Klaten 1.066.177 1.086.135 1.108.141 0.19 0,21
11 . Sukoha~o 596.359 672.831 772.357 1,21 1,44
12. Wonogiri 935.359 958.892 966.460 0,25 0,08
13. Karanqanvar 604.582 697.948 756.845 1,45 0,84
14. Sragen 758.350 825.517 843.309 0,85 0,22
15. Groboqan 1.012.677 1.148.330 1.261 .966 1,27 0,98
16. Blora 696.456 767.292 809.891 0,97 0,56
17. Rembanq 442.413 512.631 556.214 1,48 0,85
18. Pati 975.382 1.064.11 5 1.147.175 0,87 0,78
19. Kudus 536.321 631 .332 704.137 1,64 1, 14
20. Jepara 700.036 827.657 968.044 1,69 1,63
21 . Demak 673.518 822.826 970.942 2,02 1,73
22. Semarang 700.257 785.810 829.650 1,07 0,56
23. Tamanaaunq 556.242 616.758 661 .420 1,04 0,73
24. Kendal 701 .938 799.117 847.324 1,31 0,61
25. Batanq 530.417 591 .647 660.785 1, 10 1,15
26. Pekalongan 651 .645 699.810 798.605 0,72 1,38
27. Pemalanq 945.418 1.114.228 1.258.885 1,66 1,27
28. Tegal 1.099.937 1.239.835 1.379.359 1,20 1, 11
29. Brebes 1.263.988 1.521 .835 1.695.163 1,87 1, 12
1* Magelang 123.358 123.213 116.000 -0,01 -D,62
2* Surakarta 489.532 504.176 488.835 0,71 -D,32
3* Salatiqa 85.740 98.072 150.579 1,35 4,54
4* Semarang 1.250.971 1.250.971 1.345.005 2,01 0,75
5* Pekalonqan 132.413 242.874 261 .469 6 25 0,77
6* Tegal 161.440 229.713 236.260 5,74 0,29
Jawa Tengah 25.367.344 28.520.643 30.856.825 1,18 0,82
DIYogyakarta 2.750.813 2.913.054 3.109.142 0,57 0,68
Sumber: BPS (angka sementara hasil pengolahan s.d. 20 Desember 2000)

Warta Penelltlan Perhubungan e No. 06/THN.Xlll/2001 17


artinya dam tersebut bukan hanya sebagai penyeberangan/ferry Semarang Karimunjawa.
tanggul pembendung air tetapi juga Layanan kapal ferry sekarang dilakukan melalui
dimanfaatkan untuk palabuhan dan badan jalan Pelabuhan Penyeberangan Jepara, dilayani
raya dan rel. dengan 2 kapal ferry (4 trip/minggu) dan 1 truk
Menurut penggagasnya, pembangunan OLP akan air (11 trip/ minggu). Keberadaan pelabuhan
ferry di Semarang akan memberi "keuntungan"
dibarengi dengan normalisasi Sungai Kreo dan
tersendiri bagi kepentingan pengembangan
Sungai Kripik. Sudah barang tentu normalisasi
Kepulauan Karimunjawa, apalagi bila diperhi-
sungai-sungai tersebut membawa dampak
tungkan jarak Semarang Jepara harus ditempuh
posisitf bagi tata air Kota Semarang pada
lebih kurang selama 3 jam dengan kendaraan
umumnya, antara lain diperhitungkan akan
mampu mengatasi persoalan "rob" (Laut pasang) bermotor. Layanan angkutan Semarang Karimun-
jawa dengan ferry cepat diperkirakan akan
yang selalu melanda Kota Semarang. Disamping
membuka 'pasar baru bagi kegiatan penyebe-
mengatasi banjir, normalisasi kedua sungai
rangan, karena Semarang Karimunjawa dapat
tersebut di harapkan pula dapat meningkatkan
dilakukan ulang alik dalam sehari. Selain itu
mutu air baku bagi berbagai keperluan
terbuka pula altematif layanan angkutan Kendal
masyarakat.
label 2.
Demak dengan menggunakan bus air yang dapat
Prakiraan Kota -kota Berpenduduk Lebih Dari Satujuta Jiwa di Jawa dipastikan akan mengurangi beban jalan Kendal
No. Ko ta
Penduduk Qulll ~WI) Demak.
199Cr 2000* 2005' 2010" 2015' 2020'
1. Jal<arta 8.259 9.143 8.82 9.50 0.32 11 .02 Tabet 3.
2. Suabaya 2.484 2.588 3.23 3.53 3.86 4.22 Pendudul:. Mobilitas, dan P1mbagian Moda Angkutan di Kota Raya
di Jawa Tahun 1995
3. Ban<lllg 2.259 2.143 3.40 4.02 475 5.61
.......... .... P•...
..."" ..
Semarq 1.37 1.47 .......h iao '11.m. .
4. 1.251 1.442 4.59 1.71
5. Malang 0.696 0.750 1.00 1.09
Keio raya
P•-• ,..1114..., llus iasl&
ml11illus
KA

6. Bogor 0.272 0.744 1.07 1.21 DKI JllkW 1.200.000 1 pJrlorp'h 39,0 21.0 M,O JS.O 3,10
.. Sinbop 2.700.000 0, 9pjWor~ 39,0 42,0 18,0 J0.0
Swnber. 01t)en Perhubungan Oarat-Dephub
e..-..
-
• data BPS Iha.it SP 2000 dibulatkan) 2.400.00. O. ~pjWor1"!1 11.0 91 ,0 215,5 411,4
Yogya-1W
1.000.000 0, 9pjW~ 15.0 57.0 18,0 12.0'

Danau/waduk yang terjadi seluas 3000 ha Stmnnt1 1.212.000 Tidll< od1 dlia
-
5'lol><r. I. JMTSS. lift, 1114.ll!S, SJITP
membuka kemungkinan berbagai kegiatan sosial 2. - ..... . !Jblldo< (1996)
• dolt.Ii t.lbt tslnlst* lflhtlbu
ekonomi bagi masyarakat yang sekaligus berarti
membuka kesempatan kerja diberbagai bidang
Selanjutnya harus dirancang dengan cermat
antara lain : jasa angkutan, rekreasi/ wisata,
pemanfaatan bekas Pelabuhan Tanjung Mas yang
perdagangan, dan lain-lain. Wajah Kota Semarang
mengalami penurunan tanah lebih dari 0,20 m
semakin lengkap karena selain perbukitan,
setiap tahun, mengingat kondisi zona ini sekarang
daratan, dan pantai akan ditambah lagi dengan
cukup memprihatinkan. Lantas, terbuka pula
danau kota yang multi fungsi sebagai sumber
peluang penataan baru bagian-bagian kota yang
air baku, prasarana angkutan air, wisata air,
dianggap tidak sesuai lagi dengan visi dan misi
perikanan darat (air tawar), pengendalian mutu
Kota Semarang di masa depan dalam upaya
air sungai dan berbagai kegiatan ekonomi sosial
mengembalikan kejayaan Tanjung Mas.
budaya masyarakat sekaligus memperluas
wilayah daratan kota.
Perubahan wajah Kota Semarang dengan
m. POROS OLACAP-SEMARANG
terciptanya garis pantai baru (buatan) sepanjang Di Semarang terdapat bandara yakni Bandara A.
18 km, selain mengubah tata ruang Pelabuhan Yani dan di Cilacap terdapat Bandara Tunggul-
Tanjung Mas, membuka peluang pula bagi jalur Wulung, di Surakarta ada Bandara Adi Sumanno,

18 Warta Penelltian Perhubungan e No. 06/THN .Xlll/2001


dan di Yogyakarta ada Bandara Adi Sucipto. Tabel 4.
Jumlah Kendaraan Angkutan Penumpang Umum
Meskipun pada saat ini belum ada layanan pener- di Kota-kota Rya di Jawa (data 1995)
bangan Cap-Sernar, dikemudian hari potensi in Jonis kendarun
No. Kota bus bua bua roda
bukan mustahil akan memberi makna hubungan bear secbng kecil ffga
tokal
ugo
ojek
motor
poros Cap-Semar, sedangkan angkutan udara 1. OKI Jakwla 4033 4.905 9.722 16.208 17.421 7.329
Semarang Solo/Surakarta (Semar-Solo) dan 2. Surabaya 369 10 4.646 2.459
3. S.ndmg 290 78 5.100 7fJJ 1.384
Semarang Yogjakart.a (Semar-Yogja) terlalu dekat 4. Semarang 130 76 1.577 592
sehinga layanan angkutan udara tidak efisien . Sumber: !. Ottjen Pemubung>n 0.rat-Dephub
2. Abuba kar, lskandar (1996)

Hubungan jalan raya Cap-Semar dapat dilakukan Kawasan rob yang selama ini menjadi beban
lewat beberapa altematif lintas: barat-utara, Pemda dan masyarakat akan berubah menjadi
melalui Wangon-Tegal-Pekalongan; tengah, potensi karena peningkatan nilai lahan di
melalui Kroya-Wonosobo-Temanggung; dan kawasan tersebut, dan membuka berbagai
selatan timur melalui Kroya-Purwekerto- peluang bagi pembangunan daerah. Masalahnya
Magelang. Di samping itu masih terbuka beralih dari persoalan penanggulangan rob ke
kemungkinan angkutan lewat jalan rel sebagai merancang pengembangan bagian wilayah kota.
sarana angkutan massal yang sangat efisien.
Sayang sekali jaringan jalan rel peninggalan A. Angkutan Jalan Raya
jaman penjajahan Belanda sudah banyak yang
tidak difungsikan atau bahkan beralih fungsi . Angkut.an darat Semarang-Solo dan Semarang-
Jalur yang masih beroperasi Cilacap-Kroya- Yogyakart.a dapat dipastikan akan rneningkat
Purwekerto-Prupuk-Tegal-Semarang, dan Cilacap- dengan pesat, yang pada gilirannya akan
Kroya-Yogjakarta-Solo. menimbulkan persoalan Lalu-lintas amat berat
pada koridor Semarang-Bawen. Maka, selain
Potensi Semarang sebagai ibukota propinsi harus pula ada antisipasi rekayasa Lalu-lintas
mengandung berbagai peluang untuk berkem- antara jalur Semarang-Solo dan Semarang-
bang, apalagi dengan lokasinya berada pada jalur Yogyakarta, keterpaduan antarmoda dalam
hubungan pantai utara Jawa (hubungan regional perencanaan perangkut.an harus pula dipikirkan
Jakarta Surabaya). Sementara itu, secara geografis sejak dini. Jalur rel yang selama ini tidak/
Kota Semarang memiliki keragaman yang amat kurang berfungsi dapat difungsikan kembali
panjang meninggalkan jejak peninggalan sejarah secara maksimal. Jalur Semarang-Solo
di Semarang dan sekitamya yang kini menjadi mungkin dihidupkan Lagi, dan beberapa jalur
objek wisata yang cukup memberi arti bagi Kot.a cabang mungkin dihidupkan lagi, misalnya
Semarang dan sekitamya. Dalam kaitan ini Kata jalur Solo-Wonogiri. Bukan tidak mungkin
Semarang, selain menjadi tujuan wisat.a, juga Wonogiri-Pacitan dilayani jaringan jalan rel.
berfungsi sebagai kota transit bagi DTW lain di
sekitamya. Pembangunan jalur ganda rel antara Jakart.a-
Su ra baya, bahkan di masa depan akan
Apabila OLP di pant.ai Semarang terwujud, maka dioperasikan kereta api cepat Jakarta-
citra Pelabuhan Tanjung Mas pasti berubah dan Surabaya, akan menempatkan Kota Semarang
peranannya diperkuat sebagai pelabuhan pada peran yang lebih penting sebagia kota
samudera karena tersedianya garis pantai dengan transit di Jawa Tengah. Hal ini menunjang
kedalaman yang memadai, sert.a menjadi gerbang pertunya pemi~ran dan ancang-ancang
laut Jawa Tengah. Perkembangan peran dan citra peningkatan peran transportasi darat
pelabuhan Tanjung Mas akan mengubah mobilitas Semarang-Solo dan Semarang-Yogyakarta.
orang dan barang di Semarang dan sekit.amya. Ada tiga kemungkinan antisipasi, yakni:

Warta Penelitlan Perhubungan e No. 06/THN .Xlll/2001 19


1. menata jalan raya Semarang-Solo dan Berdasari<an peta lama, jalur jalan rel sudah
Semarang-Yogyakarta yang ada kini, atau "melilit" Pulau Jawa. Pada segmen Jawa
2. membangun trase jalan raya baru Semarang- Tengah adalah jalur lintas selatan, serta jalur
Solo dan Semarang-Yogyakarta; utara-selatan yang menghubungkan kota-
kota penting di Jawa Tengah. Sayang sekali,
3. meng hidupkan kembali hubungan jalan justru kini pada masa penduduk bertambah
rel Semarang-Solo dan mempercepat banyak dan mobilitasnya makin tinggi,
terwujudnya rel ganda Yogyakarta-Solo. banyak pelayanan angkutan jalan rel yang
Poros Cilacap-Semarang melalui lintas tengah tidak berfungsi atau hilang. Jalur yang tidak
(Cilacap-Buntu-Wonosobo-Weleri-Semarang) berfungsi misalnya Purwokerto-Wonosobo.
patut diperhitungkan mengingat jalur Solo-Wonogiri, Solo-Semarang, sedangkan
tersebut melalui daerah produksi agrobisnis jalur yang hilang misalnya: Yogyakarta-
yang potensial serta beberapa obyek wisata. Magelang, Yogyakarta-Bantul.
Keberadaan jalan rel Purwokerto-Wonosobo Menurut catatan BPS, Propinsi Jawa Tengah
membuktikan pentingya daerah ini dimasa adalah salah satu prpinsi penyandang pangan
lampau. nasionaL Daerah pegunungan di Jawa Tengah
Keberadaan waduk OLP juga membuka (Dieng misalnya), adalah daerah produksi
altematif layanan angkutan Kendal-Demak, sayuran yang potensial dan persawahan
karena waduk dapat pula berarti prasarana terhampar di sepanjang dataran utara
angkutan air, apalagi OLP juga berfungsi maupun selatan. Jaringan jalan pada poros
ganda sebagai jalan pintas Kendal-Demak. Cilacap-Semarang adalah jaringan 'hidup'
Dengan demikian jalur Kendal-Semarang- sejak dahulu hingga kini. Maka dari itu, oleh
Demak (Kesemak) menjadi bervariasi. karena posisi global Pulau Jawa dan apabila
OLP terwujud, jaringan jalan poros Cilacap-
B. Angkutan Jalan Rel Semarang akan menanggung beban yang
Hubungan darat Cilacap-Semarang menjadi lebih berat lagi (di luar kapasitas jaringan)
penting mengingat peran kedua kota dalam dan perlu dikembangkan moda altematif.
konstelasi pengembangan ruang wilayah. Jalan rel adalah altematif terbaik, dan masih
Potensi Cilacap sebagai kawasan industri dan mungkin dikembangkan.
pusat pengembangan wilayah Jawa Tengah Sampai sekarang, peran angkutan jalan rel
bagian selatan perlu dikembangkan dengan masih sangat rendah tercermin dari pangsa
meningkatkan akses antara Cilacap dengan pasar angkutan penumpang yang hanya
kota-kota lain di Jawa Tengah dan Jawa Barat label 5.
bagaian selatan. Pangsa Pasa r Moda Angkutan Darat
(akhir Pelita V atau tahun 1997)
Pelabuhan Cilacap (Tanjung Intan) dan
Pangu pasar ('.4)
Semarang (Tanjung Mas) berada pada posisi Moda Angkutan penumpang Angkutan barang
penting dalam jaringan angkutan laut Ptnimpang Pnp-km Ton Ton-km
antarbangsa. Hal ini dapat disimak dari Jal an 90.10 85,69 48,98 9,49
sejarah peri<embangan jaringan jalan rel yang Jalan rel 4,84 6,35 0,01 3,34
menghubungkan Surabaya dengan Cilacap SDP 4,04 0,58 8,16 0,46
Laut 0,41 3,45 42,80 86,11
khususn ya dan Jawa pada umumnya .
Udara 0,61 3,93 0,05 0,60
Sema'rang-Solo-Yogyakarta dibuka tahun Jumlah 100 100 100 100
1873, Yogyakarta-Cilacap tahun 1887. Sumber: Oitjen Perhubungan Oarat-O eph ub

20 Warta Penelltlan Perhubungan e No. 06/THN.Xlll/2001


4,84% sementara angkutan jalan memainkan Gagasan ini apabila dipadukan dengan
peran 90, 10% dan pada angkutan barang kemungkinan perkembangan Jawa Tengah di
peranan angkutan jalan rel hanya 0.01% masa depan, sebagai akibat keberadaan OLP,
dibanding dengan angkutan jalan yang membuka peluang layanan angkutan penum-
48,98%, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel pang dan barang, khususnya pada poros Cilacap-
5. Sejalan dengan itu, kemacetan angkutan Semarang yang dampaknya mencakup seluruh
jalan sudah menjadi pemandangan sehari- wilayah Jawa Tengah. Apal.agi Kata Semarang
hari, sedangkan pelebaran atau penataran menjadi sat.ah satu stasiun antara pada jalur kereta
jalan tidak dapat setiap kali dilakukan. Untuk cepat Jakarta-Surabaya.
mengatasi kemacetan angkutan jalan maka
angkutan jalan rel menjadi pilihan utama, V. POROSWISATA
karena karakter jalan rel yang :
Perlu put.a diperhatikan bahwa Cilacap berada
1. 'tidal<' merangsang/memicu pembangunan pada jalur wisata Bandung-Yogyakarta, apalagi
ruang wilayah koridor jalan rel; bila Nusakambangan berkembang menjadi salah
2. akses langsung hanya terjadi melalui ter- satu daerah tujuan wisata (DTW) di pantai
minal (stasiun); sel.atan, dengan catatan jangan terlalu banyak
3. bebas hambatan, karena jalur jalan rekayasa/teknologi masuk ke Nusakambangan.
digunakan sendiri dan mendapat prioritas; Dengan kata lain, yang menjadi mata dagang
4. kecepatan tinggi (misalnya, Sinkansen, Nusakambangan adalah 'keaslianya: Nusakam-
Maglev); bangan harus tertutup bagi hotel/motel atau
penginapan dan semacamnya, kecuali menginap
5. daya angkut besar;
mbekas penjara atau berkemah di tempat yang
6. lintasan hemat lahan. ditentukan untuk itu. Bekas penjara direnovasi,
Gagasan membangun rel bagi kereta api cepat dikembangkan ke bentuk dan keadaan asalnya,
Jakarta-Surabaya akan memberi wama lain kecuali fasilitas MCK yang dimodemkan. Ada
pada jalur jal.an rel lintas utara. Untuk kereta beberapa obyek wisata di Pulau Nusakambangan
api cepat jalur rel yang akan digunakan adalah yang 'layak juar seperti Gua Masigit, Pantai Pasir
rel 1435 mm (sekarang rel 1067 mm). Dengan Putih, bekas penjara.
jalur 1435 mm, kecepatan kereta dapat Poros Cilacap-Semarang akan menghidupkan
ditingkatkan sampai 300 km, dan jarak j<iur selatan dan jalur diagonal,ttengah. Ada beberapa
Jakarta-Surabaya akan ditempuh 4 jam saja obyek wisata padajalurtengah seperti Baturaden,
(sekarang 14 jam). dataran tinggi Dieng, Borobudur, dan pada jalur
Penggunaan jalur 1435 mm tidak berarti jalur selatan antara lain Gua Jatijajar, Gunung Srandil
1067 mm dimatikan, tetapi diadakan pantai Karangbolong. Jalur tengah adalah pula
pembagian tugas sebagai berikut: pusat produksi sayur dan buah-buahan yang
dapat memasok kota-kota di Jawa Tengah dai:i
1. Jalur 1435 mm dikhususkan untuk daerah lain, dan apabila dikelola dengan baik
angkutan penumpang Jakarta-Surabaya akan menjadi sentra agrowisata di kawasan ini.
dan stasiun antara.
2. Jalur 1067 mm dikhususkan untuk ang- VI. PENGELOLAAN TERPADU
kutan barang dan angkutan penumpang Angkutan adalah pemindahan orang dan/atau
jarak pendek, sekiranya diperlukan (KA barang dari satu temapt ke tempat lain dengan .
cepat Jakarta-Surabaya 1997). menggunkan kendaraan. Dalam pengertian

Warta Penelltlan Perhubungan e No. 06/THN.Xlll/2001 21


barang meliputi barang yang bersifat gas, cair, Sistem angkutan (darat Laut, dan udara) pada
padat tennasuk tumbuh-tumbuhan dan hewan dasarnya 'tidak mengenal' batas wilayah
(UU No.14 Tahun 1992). Masalah yang dihadapi administrasi, artinya layanan angkutan bukan
adalah volume/banyaknya orang dan barang dibatasi oleh batasan wilayah administrasi
yang akan diangkut berkaitan dengan kapasitas melainkan lebih ditentukan oleh kebutuhan
angkut yakni kapasitas annada. Persoalan timbul menghubungkan asal dan tujuan orang dan
apabila kapasitas annada Gauh) lebih rendah barang dipindahkan. Layanan angkutan lebih
daripada volume atau banyaknya orang dan berorientasi kepada sistem, bukan wilayah
barang yang akan diangkut. administrasi. Hal ini patut dicennati dan digarap
Kapasitas annada ditentukan oleh daya angkut bersama antardaerah terkait agar dicapai
annada dan daya dukung jaringan prasarana. kemanfaatan bersama, bukan terpaku pada
Yang dirnaksud armada di sini adalah jenis alat kewenangan otonomi daerah. Efisiensi sistem
angkut yang digunakan. Untuk angkutan darat angkutan adalah kunci kerja sama antardaerah,
yaitu: kendaraan bermotor, kereta api, dan feny sedangkan PAD diraih dari dampak ikutan (trick-
(dalam sistem pengelolaan angkutan di Indone- ling down effect) kegiatan dan moblitas
sia, angkutan sungai, danau, don penyeberangan antardaerah.
atau ferry, berada di bawah Direktorat Jenderal
Perhubungan Dorat). Dalam kaitan dengan poros DAFTAR PUSTAKA
Cilcap-Semarang yang menjadi fokus adalah Abubakar, Iskandar dkk. 1996 . Manajemen
angkutan jalan (dengan kendaraan bennotor) Transportasi Perkotaan. Masyarakat Transpor-
dan angkutan jalan rel (dengan kereta api). tasi Indonesia (MTI).
Konon, jaringan rel yang dioperasikan kini masih UU No.14 Tahun 1992 tentang Lalu-Lintas
di bawah 50% dari masa sebelum perang. banyak Angkutan Jalan. DeparternenPerhubungan RI.
spoor simpang dan lintasan kereta api yang mati
Sistem Transportasi Nasional 1997. Departemen
dan tidak pemah direhabilitasi kembali. Sungguh
Perhubungan RI.
ironis, karena pada saat jumlah penduduk sudah
berlipatganda, kemampuan finansial bertambah Proposal Pembangunan KA Cepat Jakarta-
besar, mobilitas makin meningkat, hubungan Surabaya. 1997,. Himpuma, Drassindo Group,
ekonomi sosial-sosial-budaya makin kuat, Repindo Group.
jaringan angkutan jalan rel justru menurun. h.u. Nusantara. 2001
Saingan terberat adalah dari angkutan jalan raya, Tim telaga Bakti Nusantara . 1999, Sejarah
namun kapaitas jalan raya pada umumnya sudah Perekeretaapian Indonesia, Angkasa: Bandung.
jenuh, sedangkan penigkatan kapasitas jaringan
jalan menghadapi kendala pertanahan yang BIOOO'A
cukup berat. Sementara itu kapasitas jaringan
jalan rel masih memiliki peluang Lebih baik, Suwardjoko P. Warpani, Lahir di Cilacap 8 Juni
bahkan perannya dalam angkutan masih 1937, Lulus sarjana ITB tahun 1972 dan
terlampau kecil. Angkutan jalan rel di negara- Pascasarjana The University of Sydney/Aus-
negara maj u masih tetap memainkan peran tralia tahun 1981. Aktif menulis buku makalah/
penting dalam sistem perangkutan di negara mengenai transportasi. Komisaris utama PT ASDP
terse but. (persero) sejak tahun 1996 sampai sekarang.

22 Warta Penelltlan Perhubungan e No. 06/THN.Xlll/2001


RANGKUMAN STUDI KEBIJAKAN L PENDAHULUAN
Dengan dibukanya kesempatan berusaha dan
PENEGAKAN HUKUM UNDANG- kompetisi dalam penyelenggaraan telekomunika-
UNDANG NOMOR 36 TAHUN si, akan menimbulkan munculnya berbagai
penyelenggara baru atau multi operator jasa dan
1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI jaringan telekomunikasi di Indonesia. Hal ini
DALAM RANGKA PENGAMANAN sangat didukung oleh pesatnya perkembangan
teknologi telekomunikasi yang mampu menjawab
PENYELENGGARAAN DAN tantangan permintaan pengguna. Dengan
kemajuan teknologi ini telah memungkinkan
PEMBANGUNAN TELEKOMUNIKASI terjadi nya konvergensi antara telekomunikasi
Marhum Djauhari_ _ _ _ _ _ _ _ __ dan informasi seperti broadcasting multimedia.
Dalam penggunaan suatu perangkat telekomu-
nikasi yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis
ABSTRAK
yang ditentukan akan mengakibatkan gangguan
Dengan dibukanya kesempatan berusaha dan dalam interkoneksi serta penggunaan gelombang
kompetisi dal.am penyelenggaraan telekomunikasi, frekuensi radio yang tidak sesuai dengan
akan menimbulkan munculnya berbagai penye- peruntukannya dapat menyebabkan interferensi
lenggara baru atau multi operatorjasa don jaringan sehingga dapat mengganggu penyelenggaraan
telekomunikasi Indonesia. tel.ekomunikasi. Oleh karena itu Undang-Undang
Berkaitan dengan masal.ah penyelidikan, UU Teleko- Nomor 36 Tahun 1999 perlu diberikan suatu
munikasi memben'kan kewenangan melakukan pedoman yang jet.as dalam pelaksanaan proses
penyidikan kepada Penyidik Polri dan Penyidik PNS penegakan hukum.
(PPNS) di lingkungan Departemen Pelhubungan. Maksud studi ini adalah memberikan masukan
Sel.ama ini kejahatan atau penyelenggaraan di kepada pimpinan dalam menetapkan kebijakan
bidang telekomunikasi yang diproses secara hukum pengaturan dalam rangka penegakan Undang-
adal.ah para masyarakat atau pengguna, sedangkan Unda ng Nomor 36 Tahun 1999 tentang
pihak penyelenggara yang kemungkinan mel.anggar Telekomunikasi.
Undang-undang belJJm ado data yang menunjukkan Tujuan studi ini adalah untuk memberikan
adanya tindakan tegas dari aparatpenegak hukum. pedoman yang jelas terhadap segala tindakan
Secara umum diketahui bahwa baik untuk hukum dari pejabat yang berwenang dalam proses
pengguna radio siaran nonpemerintah (RSNP), penegakan hukum Undang-Undang Nomor 36
pengguna komunikasi antarpenduduk (KRAP), Tahun 1999.
pengguna wireless, don alat-alat lain yang Ruang lingkup dalam studi ini sebagai berikut :
berfrekuensi radio menunjukkan kecenderungan
yang signifikan. a. Melakukan pengumpulan data dan pengo-
lahan data hasil penegakan hukum di bidang
Penegakan hukum di bidang telekomunikasi harus telekomunikasi.
didukung oleh segala lapisan masyarakat don
pemerintah, mengkoordinasikan masyarakat yang b. Menginventarisasi permasalahan-permasa-
mempunyai budaya pafllh hukum merupakan upaya lahan penegakan hukum bidang telekomunikasi.
berkesinambungan yang harus dil.aksanakan secara c. Mengkaji prosedur penegakan hukum
nasional oleh seluruh unsur pemerintah. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999.

Warta Penelltian Perhubungan • No. 06/THN.Xlll/2001 23


Metodologi penelitian yang digunakan dalam dilanjutkan sarnpai ke sidang pengadilan. Hal ini
studi ini sebagai berikut: disebabkan adanya faktor internal dan faktor
a. Studi kepustakaari untuk mendapatkan eksternal yang diurai menjadi kendala teknis dan
informasi mengenai berbagai peraturan dan kendala yuridis.
ketentuan tentang penegakan hukum di Kendala internal berupa kemampuan PPNS yang
bidang telekomunikasi. belum dapat melakukan monitoring, penertiban
b. Survei Lapangan untuk pengumpulan data dengan frekuensi setinggi dengan frekuensi
tentang berbagai permasalahan yang terjadi pelanggaran itu sendiri. Hal ini akan berpengaruh
dilakukan menggunakan metode wawancara terhadap upaya pelanggar atau tindak pidana
dan kuesioner. bidang telekomunikasi melakukan penghapusan
dan pemusnahan barang bukti, sedangkan barang
II. HASILPENEUTIAN bukti tersebut mutlak sangat diperlukan dalarn
tahapan pembuktian di persidangan. Ketiadaan
Selama kurun waktu tahun 1994 sampai dengan alat bukti tersebut dengan sendirinya menyu-
1998 telah dihasilkan beberapa peraturan litkan proses pembuktian terjadinya pelanggaran
(operasional) yang penting di bidang pertele- at.au tindak pidana di bidang telekornunikasi. Pada
komunikasi an, antara Lain ketentuan yang akhirnya apabila hal ini dipaksakan untuk
melarang pengadaan dan upaya pengamanan diajukan ke proses persidangan, rnaka dapat
nomor sambungan telepon bergerak selular dipastikan Hakim akan mernutus bebas terhadap
(aspek sertifikasi dan Labelling) dan berbagai terdakwa yang diajukan.
ketentuan penyelenggaraan warung telekomuni-
kasi, telepon umum kartu, telepon umum coin, Masalah Lain yang rnenyebabkan banyaknya
dan telepon umum tunggu. pelanggaran yang tidak dilanjutkan ke pengadilan
adalah dalam rangka rnernenuhi fungsi pembi-
Berl<aitan dengan masalah penyidikan, undang- naan terhadap masyarakat yang rnelakukan
undang telekornunikasi memberikan kewenangan pelanggaran di bidang telekomunikasi. Berkaitan
rnelakukan penyidikan kepada Penyidik Polri dan dengan mahalnya biaya yang dibutuhkan untuk
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di ling- menyiapkan berkas perkara ke pengadilan, maka
kungan Departemen Perhubungan. Oleh karena terhadap perkara-perkara yang masuk dalam
itu perlu dilakukan penelusuran rnengenai dasar ketegori ringan, diambil suatu kebijakan untuk
hukurn yang menjadi pijakan bagi tindakan aparat tidak rneneruskan perkara tersebut ke Pengadilan.
penegak hukum dalam melaksanakan penyidikan. Pertimbangan dilakukannya tindakan tersebut
Rendahnya angka pelanggaran undang-undang adalah berdasarkan rnahalnya biaya pember-
telekornunikasi yang dilanjutkan sampai di kasan, kecilnya jumlah PPNS yang menangani
tingkat pengadilan perlu mendapatkan pemikiran perkara, PPNS masih rnempunyai tugas struktural
khusus. Mengingat bahwa tidak dilanjutkannya lain di samping sebagai PPNS. Kendala intenal
penyidika n dapat disebabkan oleh kendala yang menghambat dilanjutkannya penyidikan ke
yuridis, narnun tidak menutup kemungkinan pula pengadilan dapat berasal dari tekanan pi hak-
bahwa unsur moral PPNS perlu dipertanyakan pihak yang rnenggunakan kekuatan dan kekua-
rnanakala terdapat penghentian penyidikan, saan secara ilegal.
sedangkan dari segi alat bukti, tersangka dan
Berkaitan dengan masalah pengawasan
saksi terang benderang.
perizinan, dalarn bidang telekomunikasi hal itu
Dalam aktivitas operasi penertiban yang dilakukan dipisahkan antara bidang frekuensi dan bidang
tampak masih banyak penyidikan yang tidak standarisasi.

24 Warta Penelltlan Perhubungan • No. 06/THN.Xlll/2001


a. Jenis pelanggaran dalam bidang frekuensi Pemeriksaan dokumen oleh surveyor dilakukan
berupa : sebelum perangkat telekomunikasi masuk ke
1. penggunaan frekuensi tanpa izin; wilayah pabean Indonesia pihak Bea dan Cukai
wajib melakukan pemeriksaan phisik dan
2. penggunaan frekuensi yang tel.ah habis dokumen atas perangkat telekomunikasi yang
masa bertakunya izin; diimpor. Pemeriksaan dokumen tersebut metiputi
3. penyalahgunaan izin. commerdal invoice, bill of Lading, packing List, dan
certificate of analysis
b. Jenis Pelanggaran dalam bidang standarisasi
berupa : Pemen'ksaan dokumen oleh kedua lembaga
tersebut mengacu pada data persyaratan teknis
1. penggunaan perangkat telekomunikasi dan perizinan yang ditetapkan berdasarkan
tanpa sertifikasi; peraturan pemerintah yang akan disusun
2. penggunaan perangkat telekomunikasi kemudian.
tanpa label; Prasyarat yang diperlukan untuk pengamanan
3. penggunaan perangkat telekomunikasi penyelenggaraan dan pembangunan telekomu-
tanpa sertifikasi dan label nikasi adalah dipenuhinya delapan prinsip
legalitas, yaitu:
Khususnya yang berkaitan dengan standarisasi
perangkat telekomunikasi terrnasuk didalamnya a. Harus ada peraturan terlebih dahulu;
seluruh kegiatan yang tergolong memperda- b. Peraturan itu harus diumumkan secara layak;
gangkan, membuat, merakit, raengimpor, c. Peraturan itu tidak boleh bertaku surut;
menggunakan di wilayah Indonesia harus
didasarkan pada persyaratan teknis dan harus d. Perumusan peraturan-peraturan itu harus jet.as
dilengkapi dengan izin. Penggunaan perangkat dan terperinci, ia harus dapat dimengerti oleh
telekomunikasi oleh user di Indonesia dengan rakyat
jenis perangkat telekomunikasi yang tidak e. Hukum tidak boleh meminta dijalankannya
dilengkapi dengan izin dan tidak belum ada hal-hal yang tidak mungkin;
sertifikasinya tidak lepas dari peran importir f. Diantara sesama peraturan tidak boleh
barang yang bersangkutan. Bagi user tentunya terdapat pertentangan satu sama lain;
tidak bisa diharapkan secara mutlak agar user
mengetahui apakah perangkat yang dibeli, g. Peraturan-peraturan harus tetap, tidak boleh
sering diubah-ubah;
dirakit, dipergunakan telah disertifikasi.
Pelanggaran pada kategori ini lebih banyak h. Harus ada kesesuaian antara tindakan-
dilakukan oleh importir, pedagang perangkat tindakan para pejabat yang tel.ah dibuat
telekomunikasi. Lemahnya kesadaran hukum masyarakat
Lembaga yang dapat mendukung proses penga- untuk mematuhi undang-undang telekomu-
wasa n terhadap kegiatan impor perangkat nikasi tidak terlepas dari suatu pertanyaan
telekomunikasi adalah Ditjen bea dan cukai dan mengenai seberapa jauh pemerintah telah
surveyor (SGS) yang berada di luar negeri. mensosialisasikan undang-undang telekomu-
Kerjasama yang dimaksud berupa pemeriksaan nikasi, dan seberapa besar efek penggemar
fisik dan pemeriksaan dokumen atas perangkat dari pasal-pasal yang mengatur mengenai
komunikasi yang akan diedarkan ke dalam sanksi administrasi dan sanksi pidana atas
wilayah pabean Indonesia. pelanggaran yang teaadi.

Wal'ta Penelltlan Perhubungan e No. 06/THN .Xlll/2001 25


II. KESIMPULAN DAN SARAN optimal dalam proses menemukan
tersangka beserta barang buktinya.
Dari hasil analisis pemecahan masalah dapat
disimpulkan:
Ill REKOMENDASI
1. Kesimpulan
a. Peraturan pelaksana undang-undang
a. Penegakan hukum di bidang telekomu- telekomunikasi harus bersifat rigid, dan
nikasi harus didukung oleh segala secara mudah dapat dirubah untuk
lapisan masyarakat dan pemerintah, disesuaikan dengan perkembangan
mengkoordinasikan masyarakat yang teknologi telekomunikasi yang sangat
mempunyai budaya patuh hukum progresif. Guna mengetahui perkem-
merupakan upaya berkesinambungan bangan mutakhir dalam bidang jenis-
yang harus dilaksanakan secara nasio- jenis jasa telekomunikasi yang ditawarkan
nal oleh seluruh unsur pemerintah; oleh penyelenggara jasa telekomunikasi,
Departemen Perhubungan dalam hal ini
b. Upaya peningkatan kemampuan teknis
Direktorat Jenderal Pos dan Telekomu-
dan yuridis PPNS perlu ditingkatkan,
nikasi secara reguler perlu melakukan
frekuensi pendidikan di bidang PPNS
kajian-kajian terhadap situasi dan kondisi
harus diselenggarakan secara terpisah
yang berkembang di seputar bidang
antara PPNS bidang Pos dan PPNS
telekomunikasi.
bidang telekomunikasi. Peningkatan
kemampuan teknis dan yuridis dari b. Peraturan Pelaksana Undang-Undang
PPNS harus ditingkatkan agar PPNS Nomor 36 Tahun 1999 tentang Teleko-
mempunyai kemampuan yang lebih munikasi harus segera disusun dengan
tinggi dibandingkan dengan kemam- mengutamakan seluruh asas, tujuan, latar
puan masyarakat pada umumnya. belakang yang terkandung dalam undang-
undang telekomunikasi harus diakomoda-
c. Kerja sama antarlembaga pemerin- si ka n di dalam seluruh Peraturan
tahan dan asosiasi-asosiasi di bidang Pelaksana Undang-Undang Nomor 36
telekomunikasi harus dikembangkan Tahun 1999. Agar setelah masa berlaku
lebih jauh dan bersungguh-sungguh. efektifnya undang-undang telekomunikasi
2. Saran terlampaui, maka penegakan hukum
terhadap Undang-Undang Telekomurrikasi
Penyusunan Petunjuk Teknis Penyidikan dapat segera terealisasi.
sangat diperlukan untuk dijadikan
pedoman bagi PPNS dalam melaksanakan BIOMTA
tugasnya sebagai penyidik. Dengan Marhum Ojauhari, Lahir di Jakarta, 15 Juli
adanya Petunjuk Teknis Penyidikan dapat 1960. Pendidikan 51 Hukum Perdata. Ajun
dihi ndari kerancuan kewenangan yang Peneliti Muda di Badan Penelitian dan
dimiliki penyidik Polri, disamping itu PPNS Pengembangan Perhubungan .
memiliki kepastian hukum dalam bertindak

28 Warta Penelltlan Perhubungan e No. 06/THN .Xlll/2001


KONSEPSI RENCANA STRATEGIS pendidikan don pelatihan tenaga peneliti baik
secara formal maupun informal di dalam dan di
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN luar negeri; mendorong para peneliti agar menulis
lebih produktif serta melakukan kerja sama
TRANSPORTASI TAHUN 2000-2004 penelitian dengan berbagai perguruan tinggi dalam
L Denny Siahaan._ _ _ _ _ _ _ _ __ rangkaian alih ilmu pengetahuan don teknolo<j.

ABSTRAK L PENDAHUWAN

Badan Litbang Perhubungan mempunyai tugas Sadan Litbang Perhubungan sebagai bagian
menyelenggarakan penelitian dan pengembangan integral dari Departemen Perhubungan,
di bidang perhubungan termasuk transportasi di berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan
dalamnya. Beberapa permasalahan yang dihadapi Nomor: KM 24 Tahun 2001 tentang Organisasi
bidang transportasi di masa mendatong adalah hal- dan Tata Kerja Departemen Perhubungan,
hal yang menyangkut daya saing, keselamatan dan mempunyai tugas menyelenggarakan penelitian
kualitas pelayanan, kelembagaan, teknolo<j dan dan pengembangan di bidang perhubungan.
energi serta Lingkungan, sumber daya manusia dan Setanjutn~untuk mendulo.mg tugas tersebut Sadan
manajemen, usaha kecil dan menengah, jaringan Litbang Perhubungan rnenyelenggarakan fungsi:
sarana dan prasarana. Untuk mengatasi perma-
salahan transportasi dalam kurun waktu sampai 1. Perumusan kebijakan teknis penelitian dan
dengan tahun 2004, kebijakan yang perlu pengembangan di bidang manajemen
dilaksanakan adalah mempertahankan tingkat transportasi multimoda, perhubungan darat
pelayanan tansportasi saat ini, meningkatkan perhubungan Laut perhubungan udara, pos
aksesibilitas masyarakat terhadap jasa transportasi, dan telekomunikasi.
membangun sarana dan prasarana transpatasi yang 2. Perumusan rencana dan program serta
mendesak serta mengendalikan kerusakan koordinasi penelitian dan pengembangan di
Lingkungan akibat transportasi. bidang manajemen transportasi multimoda,
Adapun tujuan Litbang transportosi adalah untuk perhubungan darat, perhubungan Laut,
mencari formulasi strategis pemecahan masalah perhubungan udara, pos dan telekomunikasi.
transportasi yang dihadapi serta terwujudnya 3. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan
sumber daya manusia projesional kelitbangan. di bidang rnanajemen transportasi multimoda,
Untuk mencapai tujuan tersebut dirumuskan perhubungan darat, perhubungan Laut,
berbagai sasaran dan kegiatan kelitbangan yang perhubungan udara, pos dan telekomunikasi.
relevan yang didukung strategi dan kebijakan
~ Pemberian pe~yanan penelitian dan
kelitbangan. Strategi Litbang adalah memperluas
upaya pendanaan kegiatan penelitian dan pengembangan serta informasi ilmiah di
pengembangan transportasi serta meningkatkan bidang manajemen transportasi multimoda,
kuab"tas dan kuantitas para peneliti. Sedangkan perhubungan darat, perhubungan Laut,
kebijakan Litbang yang diperlukan adalah: perhubungan udara, pos dan telekomunikasi.
melaksanakan kegiatan penelitian dengan dana 5. Evaluasi pelaksanaan penelitian dan
dari BUMN, swasta nasionaVasing; mengupayakan pengembangan di bidang manajemen
penyelenggaraan kelitbangan dengan swadana; transportasi multimoda, perhubungan darat
mengupayakan hibah dari luar negeri untuk perhubungan Laut, perhubungan udara, pos
penelitian dan pengembangan; melaksanakan dan telekomunikasi.

Warta Penelltlan Perhubungan e No. 06/THN.Xlll/'2001 29


6. Pelaksanaan administrasi di lingkungan Badan Laut, udara, pos dan telekomunikasi serta
Litbang Perhubungan. muLtimoda.
Pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengem- 2. Gambaran Umum
bangan di Badan Litbang Perhubungan tahun Berdasarkan tugas dan fungsi Badan
2000-2004 mengacu pada Undang-uUdang Litbang Perhubungan, kegiatan penelitian
Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program yang dilaksanakan didukung oleh
Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000- anggaran pembangunan (DIP) dan
2004. anggaran rutin (DIK). PeneLitianjkajian
Maksud dan tujuan penyusunan konsepsi yang dibiayai dari anggaran pemba-
rencana strategis Litbang transportasi ini adalah ngunan adalah kajian besar (di atas 30
untuk memberikan panduan serta arah orang buLan) dan peneLitian dengan
pelaksanaan Litbang transportasi pada masa Lima anggaran rutin biasanya berupa kajian
tahun ke depan (2000-2004). kelompok atau kajian sedang (10-30 or-
ang bulan) dan kajian perorangan atau
Ruang Lingkup konsepsi rencana strategis
kajian kecil (kurang dari 10 orang bulan).
Litbang transportasi mencakup arah kebijakan
bidang transportasi, permasalahan pada bidang Anggaran pembangunan Badan Litbang
transportasi, uraian visi dan misi serta penjabaran Perhubungan pada Lima tahun terakhir
kegiatan/program ketia Litbang transportasi. mengalami penurunan yang cukup besar.
Perkembangan anggaran pembangunan
dari tahun 1997/1998 s.d 2001 dapat
IL l<DNDISI lJ4llt1, VISI DAN MISI BADAN lITBANG diLihat pada Tabel 1.
PERHUBUNGAN
label 1
Perkembangan Anggaran Pembangunan Badan Litbang
A. Kondisi Umum Perhubungan Tahun 1997/1998 s.~. 2001
1. Struktur Organisasi Dalam jutD ropiah
Unit Kerja 1997/1998 1998/1999 1999/2000 2000 2001
Sesuai dengan Keputusan Menteri Sekrebi<iat 2.440 1.087 1.247 982 5.756
Puslit Phb Dara! 580 273 222 176 269
Perhubungan Nomor: KM 24 Tahun 2001, Puslit Phb Laut "JJJ7 2n 218 196 294
struktur organisasi Badan Litbang Puslit Phb Udara
Puslit Postel
499 205 169 198
198
303
205
Perhubungan terdiri dari: Pusdatin•) 713 90 - -
AMDAL•)
Jumlah
458 - - -
a Sekretariat Badan Litbang ~ubungan 4.997 1.743 1.856 1.750 6.827
•i Pusdatin dan AMOA!. saat ini sudah tidalc terdapat di Badan Litbang
b. Pusat Litbang Manajemen Transportasi Pemubungan

Multimoda Sementara itu sumber daya peneliti Badan


c. Pusat Litbang Perhubungan Darat Litbang Perhubungan mengaLami
peningkatan dari tahun ke tahun. Tenaga
d. Pusat Litbang Perhubungan Laut peneliti pada tahun 2001 berkurang
e Pusat Litbang Perhubungan Udara jumlahnya dari tahun sebelumnya seiring
f. Pusat Litbang Pos dan Telekomunikasi
dengan berkurangnya jumlah seluruh
pegawai Badan Litbang Perhubungan
Pada masing-masing Pusat Litbang, karena pensiun dan pindah tugas ke unit
terdapat kelompok jabatan fungsionaL kerja lain. Komposisi sumber daya manusia
peneliti sesuai dengan bidang keahLian selama Lima tahun terakhir dapat dilihat
masing-masing yaitu peneliti bidang darat, pada Tabel 2.

30 W.ta Penelltlan P.tiubungan e No. 06/THN.Xlll/2001


Tabet 2 Mewujudkan Badan Litbang Perhubungan
Komposisi Sumber Daya Manusia sebagai pusat pengkajian dan informasi
Tahun 1997-2001 ilmiah bidang transportasi, pos dan
telekomunikasi.
Komposlsi Pegawai 1997 1998 1999 2000 2001
Fungsional 180 186 151 184 183 2. Misi Badan Litbang Perhubungan
Peneliti 83 90 83 98 96
Litkayasa, Arsiparis,
97 96 68 86 87
a. Memberikan saran dan masukan
Pranata Komputer
Non Fungsional 171 158 151 100 87
kepada para pengambil keputusan
Total 351 344 302 284 270 dalam bentuk pertimbangan ilmiah
yang tepat waktu dan aplikatif.
Hasil penelitian dan pengembangan
b. Melakukan penelitian dan pengem-
selama empat tahun terakhir dapat dilihat
bangan dalam rangka penetapan
pada Tabel 3.
kebijakan transportasi, pos dan
Tabet 3
Hasil penelitian dan pengembangan
telekomunikasi.
Tahun 1997/1998 s.d. 2000 c. Melakukan penelitian dan pengem-
bangan dalam rangka penetapan
~n 1997/ 1998/ 1999/
2000
s 1998 1999 2000 standar, norma, kriteria dan pedoman
Studl Besar ( > 30 OB) 15 8 7 9
di bidang transportasi, pos dan
Studi Sedang (10-30 OB) 23 27 36 25
Studi Kecil ( < 10 OB) 86 87 63 90 telekomunikasi.
Jumfilh 124 122 106 124
d. Menyajikan dan menyebarluaskan
Bentuk pemanfaatan hasil-hasil penelitian informasi ilmiah bidang transportasi,
yang dilaksanakan oleh Badan Litbang pos dan telekomunikasi.
Perhubungan dibagi ke dalam tiga
kelompok, yaitu: llL PERMASALAHAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI
a. Sebagai bahan masukan dalam Permasalahan umum bidang bansportasi dapat
perumusan kebijakan perhubungan, diuraikan sebagai berikut:
yaitu berupa masukan dalam
pengambilan keputusan tingkat A Meningkatkan dan mempertahankan kemam-
departemen dan unit kerja di puan kelangsungan usaha dan daya saing
lingkungan Departemen Perhubungan nasional dengan menciptakan iklim usaha
serta instansi lain terkait. yang kondusif.
b. Dimuat dalam publikasi ilmiah, baik itu Permasalahan yang perlu mendapat
publikasi interen Departemen Perhu- perhatian adalah kompatibilitas global
bungan, nasional dan intemasional. dalam jaringan transportasi yang menuntut
kecepatan dan ketepatan pelayanan yang
c. Dimanfaatkan sebagai pembinaan hanya dapat diciptakan oleh industri jasa
sumber daya manusia, yaitu untuk transportasi dan manajemen profesional.
ditemukaryakan serta sebagai penam- Dengan demikian diperlukan reorientasi dari
bah angka kredit. manajemen gaya birokrasi menjadi
manajemen modem dan profesional dimana
B. Visi dan Misi infrastruktur transportasi , sarana dan
1. Visi Badan Litbang Perhubungan pelayanannya dipandang sebagai entitas

Warta Pet1elitian Perhubungan • No. 06/THN.Xlll/2001 31


bisnis dan industri pelayanan publik yang pertumbuhan ekonomi dan makin
responsif terhadap tuntutan penggunanya. terdidiknya masyarakat.
8. Pening katan keselamatan dan kualitas 2. Otonomi Daerah
pelayanan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999
Saat ini dirasa sudah saatnya masalah menegaskan bahwa bidang pemerintahan
keselamatan terutama di bidang transportasi menjadi kewenangan daerah, sedangkan
diangkat secara nasional sebagai isu yang perencanaan strategis makro masih tetap
amat penting sejalan dengan upaya kita untuk menjadi tanggung jawab pemerintahan
meningkatkan kualitas dan efisiensi pusat termasuk bidang prasarana
transportasi serta untuk memberi rasa aman Perhubungan, misalnya masih akan
bagi pengguna jasa. Masalah keselamatan bertanggung jawab terhadap perencanaan
publik menjadi tanggung jawab pemerintah strategis sektor transportasi, pas dan
pusat dan sangat terkait erat dengan standar telekomunikasi untuk mencapai efisiensi
operasi, kelaikan serta sertifikasi sarana dan nasionaL menetapkan standar kesel.amatan,
prasarana transportasi. Keselamatan sertifikasi kelaikan operasi prasarana dan
transportasi juga terkait dengan program sarana, pengembangan sumber daya
sosialisasi dan pendidikan masyarakat serta manusia serta optimasi pembiayaan.
pengkajian mendalam terhadap karakteristik D. Pengembangan dan pemanfaatan teknologi,
perilaku para pengendara di Indonesia. energi dan Lingkungan
C. Penataan kel.embagaan, peraturan perundang- Kondisi geografis Indonesia membutuhkan
undangan dan peran daerah/ otonomi sistem transportasi yang dapat mengakomo-
dasi mobilitas ekonomi intra pulau dan antar
1. Penataan kelembagaan, peraturan dan
pulau. Selain sistem transportasi darat yang
perundang-undangan
terpadu antarajalan, kereta api serta angkutan
Desentralisasi berarti memberikan peran sungai, danau dan penyeberangan diper-
yang Lebih besar kepada Pemerintah Lukan pula sistem transportasi Laut dan udara
Daerah dalam pembangunan yang berarti yang efisien dan handal untuk menjembatani
maki n mengecilnya peran Pemerintah pulau-pulau yang banyak dan tersebar
Pusat . Privatisasi menyangkut proses membentang sejauh Lebih dari 6.000 km.
peralihan pemilikan BUMN oleh sektor Konsekuensi permasalahan tersebut adalah
swasta, dunia usaha dan koperasi. Sedang- bahwa sistem transportasi di Indonesia sangat
kan restrukturisasi merupakan proses memerlukan industri pendukung yang sangat
perubahan dalam tatanan kelembagaan, besar untuk dapat menyediakan armada
peratu ran perundang-undangan serta transportasi darat, Laut dan udara serta
kebijakan dasar pembangunan. industri navigasi dan telekomunikasi yang
Pemerintahan yang akan datang menjadi terkait dengan keamanan dan kenyamanan.
ramping, namun kuat dalam substansi Di sampi ng hal tersebut, perlu juga
pemba ngunan dan demokratis dengan diantisipasi adanya kompatibilitas sekto r
adanya pergeseran kewenangan daerah . transportasi dengan perkembangan yang
Sementara itu peran swasta dan masya- pesat dari teknologi informasi dan
rakat dalam pembangunan sektor akan telekomunikasi. Kompatibilitas ini akan
me nin gkat sejalan dengan pulihnya mewamai inovasi teknologi dalam manaje-

32 Warta Penelltlan Perhubungan e No. 06/THN.Xlll/2001


men dan pelayanan transportasi sehingga b. Bel.um meningkatnya peranan usaha kecil
kualitas pelayanan yang berupa kecepatan dan menengah dalam pembentukan
dan ketepatan akan merupakan parameter produk nasional, perluasan kesempatan
utama. keda dan berusaha, peningkatan ekspor
serta peningkatan dan pemerataan
E. Peningkatan kemampuan sumber daya pendapatan untuk memperkukuh struktur
manusia dan manajemen perekonomian nasional.
Permasalahan yang utama saat ini masih G. Pengembangan sistem jaringan, sarana dan
dirasakan belum tercukupinya kualitas sumber prasarana perhubungan
daya manusia yang tinggi karena hal ini
Transportasi bersama-sama dengan infra-
menjadi faktor yang sangat menentukan
struktur lainnya merupakan roda penggerak
dalam penyelenggaraan pembangunan yang
kegiatan ekonomi. Ada korelasi yang sangat
efisien dan efektif. Sekurang-kurangnya ada
dekat antara aksesibilitas wilayah yang
dua hal: pertama, kompatibilitas jaringan dan
diciptakan oleh jaringan transportasi dengan
pelayanan transportasi nasional dengan
perkembangan ekonominya. Daya dukung
jaringan dan pelayanan global menuntut
yang tinggi dari sistem transportasi terhadap
kompatibilitas kualitas sumber daya manusia
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
yang mengoperasikannya. Kedua, penyeleng-
wilayah merupakan kebijakan yang makin
garaan pembangunan transportasi itu sendiri
penting untuk diterapkan. Beberapa aspek
membutuhkan kualitas manajemen dan
mewarnai pendekatan regional dalam
koordinasi yang canggih dari berbagai
pembangunan transportasi yang masih
instansi pelaksana. Disamping itu perlu
menimbulkan permasalahan antara lain:
dikembangkan dan ditata struktur sumber
daya manusia dari birokrat enterpreneur 1. Belum optimalnya peran transportasi
menjadi tenaga fungsional. sebagai instrumen utama dalam pengem-
bangan wilayah, pertumbuhan ekonomi
E Peningkatan dukungan pemberdayaan daerah dan dalam pemerataan hasil-hasil
ekonomi kerakyatan pembangunan.
Pemberdayaan usaha kecil dan menengah 2. Belum meningkatnya upaya pemberda-
dilaksanakan berlandaskan Pancasila dan yaan daerah dalam perencanaan dan
Undang-undang Dasar 1945, serta diseleng- pelaksanaan pembangunan transportasi
garakan atas asas kekeluargaan. Pemberda- di daerah.
yaan usaha kecil dan menengah di sektor 3. Bel.um meningkatnya efektivitas desen-
Perhubungan dengan mengembangkan pusat tralisasi dan otonomi daerah dalam
pengembangan bisnis usaha kecil dan pembiayaan dan penerimaan sektor
menengah (SMBDC = small and medium busi- transportasi.
ness development centre).
Permasalahan pokok dalam rangka pember- IV. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
dayaan usaha kecil dan menengah meliputi TRANSPORTASI
antara lain: Arah kebijakan penelitian dan pengembangan
a. Belum meratanya kemampuan usaha kecil transportasi sejalan dengan arah kebijakan
dan menengah menjadi usaha yang pembangunan Sektor Perhubungan yang
tangguh dan mandiri. mengacu pada Program Pembangunan Nasional

Warta Penelitlan Perhubungan • No. 06/THN .Xlll/2001 33


2000-2004. Program pembangunan yang teri<ait 3. Penyediaan jasa sarana dan prasarana
dengan di bidang transportasi sebagaimana yang mendukung kegiatan produksi,
tertuang dalam Propenas 2000-2004, meliputi peningkatan ekspor dan memperluas
antara lain: kesempatan kerja.

A. Program mempertahankan tingkat jasa B. Program penfogkatan aksesibilitas


pelayanan sarana dan prasarana transportasi masyarakat terhadap jasa pelayanan sarana
dan prasarana transportasi
Tujuan program ini adalah untuk memper-
tahankan dan meningkatkan kondisi sarana Program ini bertujuan untuk memperluas
dan prasarana transportasi yang telah dan jangkauan jasa pelayanan sarana dan
sedang dibangun agar tingkat pelayanannya prasarana transportasi sampai ke daerah
dapat dipertahankan dan ditingkatkan terpencil, pedalaman dan perbatasan.
sesuai dengan kualitas yang memadai, serta Perluasan jaringan sarana dan prasarana
dapat dioperasikan dan dimanfaatkan tersebut diprioritaskan untuk menyediakan
semaksimal mungkin dalam rangka menun- sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
jang sektor-sektor produktif. Untuk itu memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
diprioritaskan sarana dan prasarana yang Kegiatan pokok yang akan dilakukan adalah:
sudah dibangun ataupun sedang dalam
proses pembangunan, diupayakan pemeli- 1. Melaksanakan usaha perintisan di daerah-
haraannya agar nilai ekonomis dari sarana dan daerah terisolasi, terpencil dan kawasan
prasarana tersebut tidak menurun. Sedangkan tertinggal.
untuk peningkatan dan pembangunan sarana 2. Memperluas jangkauan pelayanan
dan prasarana transportasi diarahkan hanya prasarana transportasi ke seluruh lapisan
untuk menunjang pertumbuhan permintaan masyarakat.
jasa pelayanan yang telah melebihi
kapasitasnya (bottleneck) dan untuk 3. Memperkuat dan menyempurnakan
peraturan perundang-undangan.
menunjang ekspor.
Sasaran program ini adalah tersedianya pela- C. Program pembangunan sarana dan
yanan jasa sarana dan prasarana transportasi prasarana transportasi
yang mampu memenuhi kebub.Jhan minimum Tltjuan pembangunan sarana dan prasarana
dan pemulihan ekonomi serta terjaganya transportasi adalah meningkatkan pelayanan
kondisi konstruksi, peralatan sarana dan jasa transportasi secara efisien dan handal
prasarana yang belum selesai pembangunan berkualitas, aman dan harga terjangkau serta
konstruksinya ataupun belum beroperasi mewujudkan sistem transportasi nasional
secara sempuma. secara intermoda dan terpadu dengan
Kegiatan pokok yang akan dilakukan adalah: pembangunan wilayahnya dan menjadi
bagian dari suatu sistem distribusi yang
1. Perencanaan, rehabilitasi, pemeliharaan mampu memberikan pelayanan dan manfaat
dan penyelesaian pembangunan dengan bagi masyarakat luas, termasuk meningkatkan
pertimbangan yang matang. jaringan desa-kota yang memadai.
2. Pe ~u lihan jasa pelayanan sarana dan Sasaran program pembangunan sarana dan
prasarana transportasi. prasarana transportasi adalah:

34 W.ta P9Mlltlan Perhubungsi e No. 06/THN.Xll l/2001


Pertama, teri<ait dengan sasaran memperta- 4. Peningkatan sistem pelayanan melalui
hankan dan meningkatkan jasa pelayanan perbaikan sistem data dan informasi.
sarana dan prasarana transportasi, meliputi:
Ketiga, terkait dengan sasaran untuk
1. Terpenuhinya kebutuhan minimum meningkatkan aksesibilitas masyarakat
pelayanan jasa transportasi sekaligus terhadap jasa pelayanan sarana dan prasarana
mendukung upaya pemulihan ekonomi. transportasi, mel.iputi:
2. Terpeliharanya kondisi fisik sarana dan 1. Terselenggaranya pelayanan saran~ dan
prasarana transportasi agar dapat prasarana transportasi untuk wilayah
memberikan pelayanan sampai dengan terpencil dan untuk masyarakat luas,
batas umur teknis yang direncanakan. terutama golongan masyarakat bawah
3. Meningkatnya sistem manajemen dengan tarif yang terjangkau.
transportasi. 2. Terpadunya sistem jaringan transportasi
4. Meningkatnya jasa pelayanan sarana dan nasional secara intermoda dengan sistem
prasarana transportasi melalui standar jaringan transportasi wilayah terutama
teknis yang sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung pengembangan
yang beri<embang secara efisien, ekono- wilayah menghindari terjadinya inefisiensi
mis, manusiawi dan makin aman. jasa sarana dan prasarana transportasi.
Kedua, terkait dengan sasaran untuk Kegiatan pokok yang akan dilakukan adalah:
melanjutkan restrukturisasi dan reformasi 1. Rehabilitasi dan pemel.iharaan prasarana
transportasi mel.iputi: dan sarana transportasi, terutama
1. Terciptanya berbagai alternatif jasa rehabilitasi prasarana jalan, prasarana
pelayanan sarana dan prasarana kereta api, prasarana penyeberangan,
transportasi sesuai dengan daya beli dermaga dan bandara.
masyarakat. 2. Peningkatan efisiensi melalui sistem
2. Terciptanya operasi sistem transportasi manajemen transportasi agar dapat
yang lebih kompetitif. mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan
prasarana transportasi yang ada, misalnya
3. Terbukanya kesempatan berusaha di
melalui sistem manajemen permintaan
bidang pelayanan jasa transportasi.
transportasi, sistem rekayasa dan penga-
4. Terwujudnya partisipasi aktif pernerintah turan lalu lintas/angkutan, penyempumaan
BUM N/Swasta dalam penyelenggaraan peraturan dan penegakan peraturan
pelayanan jasa transportasi. (termasuk peraturan tentang pencegahan
Kegiatan pokok yang akan dilakukan adalah: muatan lebih/overloading dan peraturan
tentang pajak pemakai jalan/road user tax),
1. Rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana peningkatan sistem keselamatan lalu lintas
dan sarana transportasi. dan peralatan navigasi.
2. Peni ngkatan efisiensi melalui sistem 3. Peningkatan kapasitas pelayanan
manajemen transportasi. transportasi pada jalur-jalur pelayanan
3. Peningkatan kapasitas pel.ayanan transpor- transportasi yang telah mel.ebihi kapasi-
tasi pada jalur-jalur pelayanan transportasi tas nya atau yang telah mengalami
yang telah mel.ebihi kapasitasnya. kemacetan (bottleneck) terutama untuk

Warta Penelitian Perhubungan • No. 06/THN.Xlll/2001 35


menunjang kegiatan ekspor baik melalui 1. Mencari formulasi strategis untuk peme-
pening katan kapasitas maupun pem- cahan masalah transportasi yang dihadapi
bang unan baru sarana dan prasarana Departernen Perhubungan dalam interrelasi
transportasi secara efisien dan ekonomis. penyelenggaraan perhubungan dan
regulasi, lptek, lingkungan, kelembagaan,
4. Peningkatan sistem pelayanan melalui
investasi, pendanaan dan tarif, produksi,
perbaikan sistem data dan informasi,
siste m standar teknis prasarana dan faktor-faktor produksi, manajemen dan
sarana transportasi yang didukung oleh informasi.
kemampuan dan profesionalisme baik 2. Terwltjudnya sumber daya manusia profe-
secara teknis maupun secara ekonomis sional yang bergerak dalam penelitian dan
dala m sistem pelayanan angkutan , pengembangan transportasi dan sekaligus
desain, konstruksi serta pemeliharaan dan tercapainya optimalisasi sumber daya
pengelolaan sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan yang
transportasi. terbatas.

D. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDAUAN B. Sasaran


KERUSAKAN DAN PENCEMARAN UNGKUNGAN Sasaran penelitian dan pengembangan
HIOOP transportasi dirumuskan dengan mengacu
pada tl.Jjuan pembangunan dan sasaran sektor
Tltjuan dari program ini adalah rneningkatkan
perhubungan. Berdasarkan sasaran tersebut
kualitas lingkungan hidup dalam upaya
program/kegiatan penelitian dan pengem-
mencegah perusakan dan atau pencemaran
bangan dapat diuraikan sebagaimana pada
Lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan
Tabel 4.
sumber daya alam yang berlebihan dan
kegiatan transportasi. c. strateg;
Sasaran program ini adalah tercapainya kualit.as Strategi yang diperlukan untuk mencapai
Lingkungan hidup yang bersih dan sehat sasaran penelitian dan pengembangan
sesuai dengan baku mub.J yang ditetapkan. transportasi adalah:
Kegiata n pokok yang dilakukan adalah 1. Memperluas upaya pendanaan kegiatan
penge mbangan teknologi pengelolaan penelitian baik dari sumber APBN maupun
pencemaran transportasi. non-APBN.
2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas
V. TIJJu.\N, SASARAN, STRATEGI DAN KEBDAKAN
sumber daya manusia peneliti.
UTBANG TRANSPORTA.SI
D. Kebijakan
A. Tujuan
Kebijakan penelitian dan pengembangan
Tujuan penelitian dan pengembangan
transportasi adalah:
transportasi dirumuskan dengan mengacu
pada tujuan pembangunan sektor perhu- 1. Melaksanakan kegiatan penelitian
bungan serta diarahkan untuk mengatasi dengan dana dari APBN serta menjalin
permasalahan pembangunan sektor perhu- kemitraan dengan BUMN, swasta nasionaV
bungan, yaitu: asing.

36 Warta PenellUan Perhubungan e No. 06/THN.Xlll/2001


Tabel 4
Usulan kegiatan penelitian dan pengernbangan transportasi

No. Sasaran Sektor Transportasi Kegiatan Litbang Transportasi


1. Terpeliharanya kapasitas pelayanan 1. Kajian standar pemeliharaan saran a dan prasarana
transportasi yang telah tersedia. transportasi.
2. Kajian prioritas rehabilitasi sarana dan prasarana (ways and
tenninals) transportasi.

2. Terciptanya iklim kompetisi dalam 1. Tinjau akademik UU, PP dan KM tentang transportasi.
penyediaan sarana dan prasarana 2. Kajian rasionalisasi komponen biaya produksi jasa
transportasi. transportasi menuju harga dan jasa yang bersaing.
3. Kajian struktur tarif jasa transportasi yang penetapannya
oleh pemerintah.
4. Kajian tarif transportasi multimoda nasional dan
internasional.

3. Terlaksananya restrukturisasi sistem 1. Kajian iklim kondusif bagi investasi swasta pada prasarana
pendanaan sarana dan prasarana transportasi.
transportasi. 2. Kajian pola partisipasi swasta pada pelayanan transportasi
nonkomersial.
3. Studi peluang pengenaan PNBP pada operasi sarana dan
prasarana transportasi (darat, laut, dan udara) .
4. Studi pangsa komponen lokal dalam pembangunan sarana
dan prasaran transportasi (darat, laut, dan udara)

4. Dukungan otonomi daerah disektor Kajian penentuan batas-batas kewenangan, tugas dan fungsi di
transportasi. bidang transpostel antara pusat dan daerah

5. Terbentuknya sumber daya manusia 1. Studi kebutuhan diklat teknis untuk setiap jabatan
transportasi yang berkualitas, profesional struktural.
dan bertanggung jawab serta memiliki 2. Studi kuantitas dan kualitas sumber daya manusia
daya saing global transportasi yang langsung dalam pelayanan jasa
transportasi.
3. Studi peningkatan mutu tenaga kerja sektor transportasi
agar berdaya saing global.

6. Terjangkaunya pelayanan keperi ntisan 1. Studi kriteria prioritas pemberian pelayanan keperintisan
sarana dan prasarana transportasi di sarana dan prasarana transportasi.
daerah-daerah terisoli r dan perbatasan 2. Evaluasi efektivitas dan efisiensi pelayanan perintis.
antar negara.
3. Studi pelayanan perintis yang layak dikomersialkan.
4. Studi pola manajemen keperintisan nasional dalam rangka
mengurangi subsidi dan meningkatkan efisiensi.
5. Studi tingkat kemampuan daerah dalam pembiayaan jasa
transportasi perintis.
7. Terjaganya kualitas dan perluasan 1. Studi tinjau ulang Sistranas.
jaringan pelayanan transportasi yang 2. Studi pedoman penyusunan Sistrawil.
terpadu, efektif, dan efisien.
3. Studi pedoman penyusunan Sistralokal.

8. Terwujudnya peningkatan keselamatan Studi tentang keselamatan tiap-tiap moda transportasi.


pada transportasi darat, laut, dan udara.

Warta Penelitian Perhubungan • No. 06/THN .Xlll/2001 37


No. Sasaran Sektor Transportas; Kegiatan Litbang Transportasi
9. Terwuj udnya peningkatan produktivitas 1. Studi kinerja peLayanan angkutan darat, Laut dan udara.
sarana dan prasarana transportasi 2. Studi hambatan ekspor pada pelabuhan yang terbuka ke
Luar negeri.
3. Studi hambatan ekspor pada bandara internasional.
4. Studi upaya peningkatan pangsa armada peLayaran
nasionaL daLam dan Luar negeri.
5. Studi upaya peningkatan pangsa armada penerbangan
nasionaL daLam clan Luar negeri.
10. Terjaganya peningkatan kinerja BUMN Studi kinerja operasionaL BUMN (darat, Laut, clan udara).
transportasi
11. Tersusunnya hasiL penelitian clan Studi peningkatan mutu clan pemanfaatan hasiL peneLitian
pengembangan yang Langsung dapat clan pengembangan sektor tran sportasi (darat, Laut, clan
diterapkan dengan meningkatkan udara).
penguasaan teknoLogi

2. Mengupayakan penyelenggaraan kelit- Peraturan Pemerintah Tahun 2000 tentang


bangan dengan swadana. Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi sebagai Daerah Otonomi.
3. Mengupayakan hibah dari luar negeri
untuk penelitian dan pengembangan Keputusan Menteri Perhubungan Nornor: KM 24
Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
4. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan Departemen Perhubungan.
tenaga peneliti, baik sec:ara formal maupun
informal di dalam dan luar negeri. Laporan Tahunan Badan Penelitian dan
Pengembangan Tahun 2000.
5. Mendorong para peneliti agar menulis
lebih produktif. BIODATA
6. Melakukan kerja sama penelitian L. Denny Siahaan, dilahirkan di Tapanuli
dengan berbagai perguruan tinggi Utara, 5umatera Utara pada tanggal 27
sebagai upaya alih ilmu pengetahuan dan Maret 1952, menyelesaikan pendidikan 51
teknologi. pada t.ahun 1978 di Fakultas Teknik Jurusan
Teknik Industri, Univesitas Sumatera Ut.ara
DAFTAR PUSTAKA Medan. Pendidikan 52 diselesaikan t.ahun
1984 di Program Pasca Sarjana Jurusan
Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2000
Transportasi Institut Teknologi Bandung.
tentang Program Pembangunan Nasional
Aktif mengikuti berbagai seminar dan
(Propenas) Tahun 2000- 2004.
pelatihan di dalam dan luar negeri. Pada
Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 saat ini menjabat sebagai Sekretaris Sadan
tentang Otonomi Daerah. Litbang Perhubungan.

38 Wmta PenellUan Perhubul"lgSI e No. 06/THN.Xlll/2001

Anda mungkin juga menyukai