SKRIPSI
Universitas Hasanuddin
OLEH :
ISLAMIAH
D321 16 009
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Batasan Masalah.................................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian................................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian..............................................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan.........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................5
2.1 Pengertian Pelabuhan.........................................................................................5
2.2 Kapal..................................................................................................................6
2.2.1 Karakteristik Kapal.....................................................................................6
2.2.2 Berat Kapal.................................................................................................7
2.3 Kondisi Bertambat..............................................................................................8
2.3.1 Kecepatan Bertambat (Berthing Speed)......................................................8
2.3.2 Metode Bertambat (Berthing Method)......................................................10
2.4 Kondisi Alam...................................................................................................12
2.5 Dermaga...........................................................................................................13
2.5.1 Bagian – Bagian Dermaga........................................................................14
2.6 Fender..............................................................................................................15
2.6.1 Tipe Fender..............................................................................................16
2.6.2 Perencanaan Fender..................................................................................21
2.6.3 Prosedur Perencanaan Fender...................................................................22
2.6.4 Hubungan Energi Dan Gaya.....................................................................22
2.6.5 Posisi Daerah Yang Dilindungi................................................................24
2.7 Fender type super cone.....................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................31
3.1 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data.....................................................................31
3.2 Metode Pengumpulan Data..............................................................................32
3.3 Teknik Pengambilan Data................................................................................33
3.4 Diagram Alur Penelitian...................................................................................34
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pertimbangan, di antaranya adalah jenis dan berat (dimensi) kapal yang bersandar,
jenis deramaga/jetty, keadaan lingkungan laut, dan faktor pembimbingan dan
pemandu yang baik saat kapal bersandar.
Sejak Tahun 1975 telah terdapat kegiatan pelayaran rakyat yang bermula
pada Pelabuhan Awerange dengan jumlah SDM hanya 4 (empat) Orang Pegawai
kemudian pada Tahun 1996 menjadi Kantor Pelabuhan Awerange. Selanjutnya
diubah menjadi Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kelas III Awerange
berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 2010.
Sedangkan untuk Pelabuhan Garongkong sendiri telah dibangun sejak tahun 2008
dan dioperasionalkan pada tahun 2012 dengan status uji coba operasional dan saat
ini telah diserah terimakan secara operasional sepenuhnya.Dengan adanya
Permenhub No. PM 130 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja, maka
Kantor UPP Kelas III Awerange berubah Nomenklatur menjadi Kantor UPP
Kelas II Garongkong yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan,dimana untuk
Pelabuhan Awerange telah menjadi salah satu Wilayah Kerja (Wilker) dari Kantor
UPP Kelas II Garongkong.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam pengerjaan tugas akhir ini
akan dilakukan penelitian tentang Analisis Kapasitas Fender Type Super Cone
1000 Pada Dermaga Pelabuhan Garongkong Kab. Barru.
2
1. Bagaimana kemampuan defleksi fender type super cone terhadap energi
benturan kapal .
2. Bagaimana tegangan yang bekerja pada fender ketika kapal merapat di
dermaga.
3. Bagaimana tegangan yang bekerja pada dermaga ketika kapal merapat di
dermaga.
3
1.6 Sistematika Penulisan
Penyusunan skripsi ini dibagi dalam beberapa bagian untuk mendapatkan
alur penulisan yang jelas, dan sistematis sekaligus memungkinkan pembaca agar
dapat menginterpretasikan hasil tulisan ini secara tepat, maka dibuat sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai kerangka acuan yang berisi
tentang teori singkat yang digunakan dalam menyelesaikan dan
membahas permasalahan penelitian.
Pada bab ini penulis menjelaskan hasil dari penelitian yang dilakukan,
dan pembahasan terkait penelitian tersebut.
BAB V PENUTUP
Pada bab yang terakhir ini penulis menyimpulkan hasil dari penelitian,
dan menambahkan saran, untuk penelitian berikutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.2 Kapal
2.2.1 Karakteristik Kapal
Dalam perencanaan sistem fender, peran kapal sangat penting baik secara
langsung maupun tidak langsung dimana gaya-gaya luar yang ada akan
mempengaruhi struktur dermaga serta mempengaruhi kondisi ketika kapal
bertambat.
6
Gambar 2.1 Dimensi utama kapal
Unit Kind
7
Untuk perhitungan energi bertambat (berthing energy) pada umumnya
menggunakan Full Loaded Displacement (FLD). Hubungan antara berat kapal
dengan displacement tonnage, light weight dan dead weight dinyatakan sebagai
berikut:
DT = 1 215 GT0,992
Passenger Ships
LW = 0 985 GT0.942
DT = 2 051 GT0.936
Car Ferries
DW = 0 875 GT0,981
Sumber: Shibata 1999
8
memperhatikan ukuran kapal, bentuk kapal, kondisi muatan, lokasi dan struktur
fasilitas bertambat (mooring conditions), kondisi laut dan cuaca pada saat proses
pertambatan berlangsung, dan ukuran kapal tunda (tug boat) yang digunakan.
Untuk menentukan kecepatan kapal tersebut, maka gambar 2.2 Diagram
Vasco Costa & A.L.L Daker (1985) dibawah ini dapat menggunakan sebagai
indeks untuk menafsirkan kecepatan pendekatan. Diagram tersebut menunjukkan
hubungan antara berthing speed dan kondisi navigasi dengan mempertimbangkan
kondisi sheltering fasilitas berthing, ukuran kapal dan sebagainya.
9
Gambar 2.3 Hubungan antara approaching velocity dan displacement
tonnage
10
membentuk sudut tertentu pada haluan kapal dengan dermaga, kemudian
melakukan gerakan rolling untuk merapat ke tepi dermaga pada arah longitudinal.
Pada kasus seperti ini energi bertambat akan lebih kecil dari energi kinetik yang
sebenarnya. Sehingga dalam perhitungan energi bertambat (berthing energi),
perlu dipertimbangkan faktor eksentrisitas pada saat bertambat.
Energi bertambat kapal itu sendiri dapat dihitung dengan formula energi
kinetik kapal sebagai berikut (Shibata, 1995) :
1
EK= ×W v 2 (2.2)
2g
dimana:
E K = energi kinetik kapal (ton.m)
W = berat virtual kapal (ton)
v = kecepatan bertambat kapal (m/sec)
g = percepatan gravitasi (m/sec2).
Energi yang dipakai oleh sebuah kapal pada saat kapal tersebut melakukan
gerakan turning dan rolling untuk merapat ke dermaga dapat dihitung dengan
formula sebagai berikut :
1 2
E I= ×W v ׿ ¿ (2.3)
2g
dimana;
E I = energi bertambat efektif (ton.m)
I = jarak paralel terhadap dermaga yang diukur dari titik kontak ke titik pusat
gravitasi kapal (m)
r = jari-jari girasi pada sumbu vertikal melalui pusat gravitasi pada bidang
horisontal (m).
11
1 2 1
E= Wv × (2.6)
2g 1+¿ ¿
12
kolam pelabuhan. Akan tetapi pada pelabuhan seperti floating dock, fitting
out piers, dan dermaga-dermaga dengan tipe terbuka (open piers) seperti
dolphin maka pengaruh kecepatan arus harus diperthitungkan.
2.5 Dermaga
Dermaga adalah bangunan di tepi laut (sungai, danau) yang berfungsi
untuk melayani kapal, dalam bongkar/muat barang dan atau
menaikkan/menurunkan penumpang (Asiyanto, 2008). Dermaga dapat dibedakan
menjadi dua tipe yaitu wharf atau quai dan jetty atau pier atau jembatan. Wharf
adalah dermaga paralel dengan pantai dan biasanya berimpit dengan garis pantai.
Jetty atau pier adalah dermaga yang menjorok ke laut (Bambang Triatmodjo,
2009)
Dalam perencanaan suatu sistem fender untuk pelabuhan atau dermaga
khususnya dermaga ferry, maka sangat diperlukan sekali data-data yang cukup
mengenai dermaga tersebut karena hal tersebut akan berpengaruh langsung
terhadap sistem fender yang akan digunakan. Shibata ( 1995) menentukan bahwa
data-data tersebut terdiri dari :
1. Bentuk dan tipe dermaga
2. Panjang dermaga
3. Ketinggian dermaga
4. Lebar dermaga
5. Kedalaman lokasi
6. Kekuatan dermaga
7. Kemampuan dermaga menyerap energi
8. Fasilitas pemuatan
Bentuk dan tipe dermaga (1) berhubungan dengan perhitungan perhitungan
energi bertambat dan kondisi bertambat. (2) sampai dengan (8) berpengaruh
langsung pada penentuan jarak antar fender, jumlah fender, arah dan metode
pemasangan darf sistem fender itu sendiri.
13
2.5.1 Bagian – Bagian Dermaga
Peranan Demaga sangat penting, karena harus dapat memenuhi semua
aktifitas-aktifitas distribusi fisik di Pelabuhan, antara lain :menaik turunkan
penumpang dengan lancar,mengangkut dan membongkar kargo yang terjamin
aman dan lancar,menghubungakan angkutan dari-ke darat atau dari-ke laut,
merapat, menambatkan dan melepaskan kapal,tempat penyimpanan yang efektif,
Gudang fasilitas yang berhubungan dengan lalu-lintas darat.
14
b. Pondasi dalam, dapat dibedakan menjadi
a) Pondasi tiang pancang, Pondasi tiang pancang digunakan bila tanah
pendukung berada pada kedalaman lebih dari 8 meter, bentuk dari
pondasi tiang pancang adalah lingkaran, segi empat, segi tiga, dll.
b) Pondasi sumuran, Pondasi sumuran digunakan apabila tanah
pendukung berada pada kedalaman 2-8 meter, pondasi ini
mempunyai bentuk penampang bulat, segiempat, dan oval.
2.6 Fender
Fender juga dapat melindungi rusaknya cat badan kapal karena gesekan
antara kapal dan dermaga yang disebabkan oleh gerak karena gelombang, arus
dan angin. Fender harus dipasang sepanjang dermaga dan letaknya harus
sedemikian rupa sehingga dapat mengenai kapal. Oleh karena itu kapal
mempunyai ukuran yang berlainan maka fender harus dibuat agak tinggi pada sisi
dermaga.
ketika kapal membentur fender, fender tersebut akan mengalami defleksi
(pemampatan). Karena defleksi tersebut maka fender dapat menyerap energi
benturan kapal, dan meneruskan gaya benturan ke struktur dermaga.
15
2.6.1 Tipe Fender
Fender dibuat dari bahan elastis, seperti kayu atau karet. Fender kayu bisa
berupa batang kayu yang dipasang di depan muka dermaga atau tiang kayu yang
dipancang. Saat ini fender kayu sudah tidak banyak digunakan, mengingat harga
kayu yang lagi tidak murah dan masalah lingkungan yang muncul dengan
penebangan pohon. Kecuali untuk pelabuhan kecil di daerah Sumatera,
Kalimantan dan papua dimana masih tersedia cukup banyak kayu. Fender karet
yang merupakan produk pabrik semakin banyak digunakan karena kualitasnya
lebih baik dan banyak tersedia dipasaran dengan berbagai tipe. Pelabuhan
Perikanan Cilacap yang semula menggunakan fender kayu, saat ini telah diganti
dengan fender karet.
1. Fender kayu
Fender kayu bisa berupa batang-batang kayu yang dipasang horisontal dan
vertikal di sisi depan dermaga. Gambar 2.7 adalah contoh fender kayu yang
dipasang pada sisi dermaga. Panjang fender sama dengan sisi atas dermaga
sampai muka air. Fender kayu ini mempunyai sifat untuk menyerap energi.
Gambar 2.7 adalah fender kayu yang berupa tiang pancang yang dilengkapi
dengang balok memanjang (horisontal). Fender tersebut ditempatkan di depan
dermaga dengan kemiringan 1 (horisontal) : 24 (vertikal) dan akan menyerap
energi karena defleksi yang terjadi pada waktu dibentur kapal. Penyerapan
energi tidak hanya diperoleh dari defleksi tiang kayu, tetapi juga dari balok
kayu memanjang. Tiang kayu dipasang pada setiap seperempat bentang.
16
Gambar 2.7 Fender kayu tiang pancang
2. Fender karet
Saat ini fender karet banyak digunakan pada pelabuhan. Fender karet
diproduksi oleh pabrik dengan bentuk dan ukuran yang berbeda yang
tergantung fungsinya. Pabrik pembuat fender memberikan karakteristik
fender yang diproduksinya. Fender dengan tipe yang sama tetapi diproduksi
oleh pabrik yang berbeda bisa mempunyai karakteristik yang berbeda.
Fender karet dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu:
a. Fender ban bekas mobil
Bentuk paling sederhana dari fender karet adalah ban-ban bekas mobil
yang dipasang pada sisi depan di sepanjang dermaga. Fender ban mobil
ini digunakan pada dermaga untuk merapat kapal-kapal kecil. Karena
tekanan kapal pada waktu merapat, ban mobil akan mengalami defleksi
dan menyerap energi benturan.
b. Fender tipe A
Gambar 2.8 adalah fender tipe A yang dipasang pada dermaga dengan
menggunakan baut. Karakteristik fender tersebut diberikan oleh pabrik
pembuatnya seperti ditunjukan gambar 3. Dan tabel 1. Gambar 4
menunjukan hubungan antara defleksi dan gaya reaksi serta defleksi
dan energi yang diserap fender A dengan tipe KAF 400H x 1000L.
17
dalam perencaaan system fender, tipe dan ukuran fender dipilih
berdasarkan energi yang ditimbulkan oleh benturan kapal. Nilai-nilai
tersebut berada diantara kedua nilai batas atas dan bawah tersebut.
Tabel 1 adalah gaya dan energi yang diserap untuk berbagai ukuran
fender tipe A pada defleksi 45%.
c. Fender tipe V
Fender tipe V adalah jenis fender yang telah dioptimalkan untuk
peningkatan penyerapan energi untuk gaya reaksi rasio. Fender tipe V
mempunyai bentuk serupa dengan fender A, seperti terlihat pada
gambar.
18
d. Fender tipe D
Fender tipe D memiliki gaya reaksi, dengan penyerapan yang lebih
tinggi biasa digunakan untuk frame dermaga dan kapal-kapal yang lebih
kecil karena lebar kebawah.
19
f. Fender tipe silinder
Fender tipe silinder adalah salah satu system fender sederhana yang
digunakan seabgai bantalan tempat kapal berlabuh. Fender dengan
desain ini dapat digunakan dengan fleksibel dan mudah dalam
pemasangannya. Fender tiper silinder ini sudah digunakan selama
bertahun-tahun sebagai pelindung kapal dan dermaga. System karet
fender dermaga tipe silinder ini merupakan system yang paling umum
digunakan diseluruh dunia. Tipe silinder ini memiliki fisik yang tebal,
kuat, dan dapat melindungi kapal dari abrasi/aus. Seperti jenis fender
karet lainnya, fender tipe silinder ini juga memiliki gaya reaksi yang
lebih rendah daripada tingkat energinya. Fender jenis ini diproduksi
oleh proses pencetakan kompresi di bawah dan suhu tinggi yang dapat
menghasilkan senyawa karet homogen yang tidak berpori, sehingga
meningkatkan kemampuan dari karet fender dermaga jenis ini. Berikut
adalah beberapa nilai tambah yang dimiliki oleh karet fender tipe
silinder:
a) Merupakan jenis atau tipe karet fender serbaguna dan paling umum
digunakan diseluruh dunia.
b) Memiliki nilai ekonomis yang tinggi dibandingkan dengan jenis
karet fender dermaga lainnya (Membutuhkan biaya relative
rendah).
c) Proses instalasi sederhana.
d) Memiliki variasi ukuran yang banyak.
e) Mudah perawatannya.
f) Memiliki kinerja yang tinggi dan sangat tahan lama.
g) Digunakan disemua jenis dermaga atau pelabuhan.
h) Memiliki gaya reaksi lebih besar dibandingkan jenis karet fender
modern yang lainnya.
i) Memiliki ketahanan abrasi yang tinggi.
20
Gambar 2.12 Fender Tipe Silinder
(sumber:http://2.bp.blogspot.com)
g. Fender Gravitasi
Fender gravitasi yang digantung sepanjang dermaga dan dibuat dari
tabung baja yang diisi dengan beton dan sisi depan diberi pelindung
kayu dengan berat 15 ton. Apabila terbentur kapal, fender akan
bergerak kebelakang dan keatas, sehingga kecepatan kapal dapat
dikurangi, karena untuk menggerakan kebelakang dibutuhkan tenaga
yang cukup besar.
21
2.6.3 Prosedur Perencanaan Fender
perencanaan sistem fender di dasarkan pada hukum kekekalan energi.
Energi benturan kapal dengan dermaga sebagian diserap oleh sistem fender
sedang sisanya diserap oleh struktur dermaga. Struktur dermaga yang sangat
kaku dianggap tidak menyerap energi benturan, sehingga energi ditahan oleh
sistem fender. Prosedur perancanaan fender diberikan berikut ini.
a. Menentukan energi benturan kapal, yang didasarkan pada kapal terbesar
yang merapat di dermaga.
b. Menentukan energi yang dapat diserap oleh dermaga. Energi tersebut sama
dengan setengah gaya reaksi fender (F) dikalikan dengan defleksinya (d)
Fd
E= (2.7)
2
c. Energi yang akan diserap oleh fender adalah energi yang ditimbulkan oleh
benturan kapal dikurangi energi yang diserap dermaga.
d. Pilih fender yang mampu menyerap energi yang sudah dihitung di atas
berdasar karakteristik fender yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.
22
1
K= Fd (2.8)
2
1
E= Fd (2.9)
2
1W 2 1
V = Fd (2.10)
2 g 2
W 2
F= V (2.11)
gd
dengan:
d : defleksi fender
pada umumnya nilai defleksi d yang dijinkan adalah sebesar 45%. Untuk
fender kayu d adalah tebal kayu dibagi 20. Sistem fender direncanakan untuk
menyerap energi tersebut dan gaya yang ditahan oleh dermaga tergantung pada
tipe fender.
23
energi yang diserap, reaksi dan defleksi fender. Setelah energi benturan kapal
dihitung, kemudian ditentukan tipe fender yang digunakan. Dari tabel, untuk tipe
fender yang dipilih dapat diketahui gaya reaksi fender yang selanjutnya digunakan
untuk merencanakan struktur dermaga.
Tipe fender yang digunakan dan penempatannya pada sisi depan dermaga
harus dapat melindungi dan menyerap energi benturan dari semua jenis dan
ukuran kapal untuk berbagi evaluasi muka air laut. Gambar 2.14 menunjukkan
posisi penempatan fender terhadap beberapa ukuran kapal.
dengan :
h : tinggi fender
24
Gambar 2.14 posisi kapal terhadap fender
25
Gambar 2.16 jarak antara fender
OOCDI (1991) memberikan jarak interval antara fender sebagai fungsi kedalaman
ait seperti diberikan pada tabel berikut ini.
(m) (m)
4–6 4–7
6–8 7 – 10
8 – 10 10 – 15
26
2.7 Fender type super cone
Fender type super cone memiliki bentuk yang sangat efisien dikarenakan
bentuk kerucut yang membuat badan fender stabil. Fender ini diinstal dengan
dilengkapi oleh frontal frame untuk memberikan kontak area yang lebih luas.
Oleh karena itu, perpaduan dari energy kapasitas yang besar, gaya reaksi yang
rendah and stabillitas tekanan yang tinggi dapat tercapai. Unit ini cocok untuk
kapal dengan sudut merapat yang besar, contohnya di pelabuhan monopoles,
dolphins, jetty terbuka, terminal untuk container dan barang berat. Fender tipe ini
dapat diinstal dengan mudah dan cepat
(sumber:https://image.made-in-china.com)
27
Karet fender type super cone memiliki struktur bentuk meruncing atau
seperti kerucut, terbuat dari kompon karet berkualitas tinggi dan terdapat rangka
baja pada bagian kepalanya. Desain struktur karet fender dermaga tipe super cone
ini meningkatkan kemampuan defleksi tekan yang cukup tinggi pada tingkat
beban benturan yang seimbang. Selain mempermudah desain pada struktur
dermaga, tentunya akan memperkecil pula anggaran yang dibutuhkan pada
keseluruhan biaya pembangunan struktur dermaga.Jadi dapat disimpulkan bahwa
jenis karet fender dermaga tipe super cone ini merupakan salah satu jenis karet
fender yang terbaik dan dapat dipakai sebagai pengganti bagi jenis karet fender
dermaga tipe super cell.
Karet fender dermaga tipe super cone cocok untuk dipakai pada beberapa
dermaga sebagai berikut:
1. dermaga yang membutuhkan gaya reaksi yang rendah tetapi membutuhkan
penyerapan energi yang tinggi
2. dermaga yang membutuhkan tekanan permukaan yang rendah pada panel
badan kapal
3. tempat berlabuh atau bersandar yang terbuka pada lepas pantai
4. dermaga-dermaga besar seperti dermaga minyak, terminal kontainer atau peti
kemas
5. semua tempat yang cocok untuk penggunaan karet fender dermaga tipe super
cell karena karet fender dermaga tipe super cone ini dapat menggantikannya.
(sumber:https://sekarwangirubber.com)
28
Tabel 2.5 Dimensi Fender type super cone
29
1200 0 0 5 80 0 M42 0
SCN 180 288 176 75- 60 262 10- 1540 10- 27 6618
1800 0 0 5 100 5 M56 M56 0
SCN 200 320 199 80- 90 292 10- 1710 10- 30 9560
2000 0 0 5 105 0 M56 M56 0
30
BAB III
METODE PENELITIAN
31
dermaga, dan adapun dialog perorang yang berkaitan dengan kebutuhan data yang
diperlukan.
1. Mulai
2. Mengidentifikasi permasalahan. Mengidentifikasi permasalah kemampuan
defleksi fender type super cone dalam menyerap energi benturan kapal pada
saat merapat di dermaga Pelabuhan Garongkong.
3. Tinjauan Pustaka untuk mengumpulkan berbagai rumus-rumus dan dasar-
dasar teori yang menunjang tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian.
4. Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah menghitung
energi yang dapat diserap oleh fender type super cone pada saat kapal
merapat di dermaga Pelabuhan Garongkong .
5. Data yang sudah diolah kemudian dianalisis menggunakan metode-metode
yang telah diplih dari berbagai pustaka yang diambil sebagai bahan acuan
penelitian.
6. Parameter data yang dibutuhkan pada yaitu:
a. Angin dan pasang surut
32
b. Data arus
c. Ukuran kapal
d. Kapasitas dan performance fender type super cone.
e. Layout dermaga Pelabuhan Garongkong.
7. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu menghitung energi
benturan antara kapal dan fender type super cone di dermaga Pelabuhan
Garongkong .
8. Hasil-hasil analisis disimpulkan dan diberikan rekomendasi seperlunya untuk
dua tujuan yaitu ditujukan untuk peneliti selanjutnya dan ditujukan untuk
praktisi .
9. Kesimpulan dan saran .
33
3.4 Diagram Alur Penelitian
Secara umum tahap-tahap pengerjaan penelitian ini menganalisis
permasalahan adalah seperti pada kerangka pikir berikut ini:
Mulai
Studi Literatur
1. Teori Buku
2. Jurnal
3. Studi Kasus
Pengumpulan Data
Data Primer
Data kapal yang bersandar di dermaga Data Sekunder
Pelabuhan Garongkong
Data arus di perairan Pelabuhan Data angin dan pasang surut di perairan
Garongkong Pelabuhan Garongkong
Ukuran fender type super cone 1000
Layout dermaga Pelabuhan Garongkong.
Pengolahan Data
Analisis data angin dan pasang surut di perairan Pelabuhan Garongkong.
Analisis energi benturan kapal terhadap fender type super cone pada saat merapat di dermaga.
Selesai
34
3.5 Studi Terdahulu
1. Masagus zainal abidin, P.W. (2015) “PERENCANAAN FENDER
DERMAGA (Studi kasus Dermaga Pengangkut Minyak, Luwuk Banggai
Provinsi Sulawesi Tengah)”. Dari studi yang dilakukan, didapat beberapa
hasil sebagai berikut:
a. Dari 2 percobaan : fender Seibu V1300H Dan fender seibu V600H, yang
digunakan pada dermaga pengangkut minyak di luwuk banggai adalah
fender seibu V600H. karena lebih efisien.
b. Hasil perhitungan jarak antar fender pada dermaga adalah 23 meter, di
pasang vertical pada sisi depan dermaga karena memperhitungkan
perubahan elevasi muka air laut yang berubah pada saat pasang surut
c. Kedalam pelabuhan adalah 7 meter, kondisi pasang surut berkisar antara
-0,30 cm pada kondisi Low Water Level (LWL) sampai 65,30 cm pada
kondisi Mean Sea Level ( MSL ) dan 135,50 cm pada kondisi High
Water Level ( HWL )
d. Dalam perencanaan fender karet seibu tipe V, harus memperhatikan
kapasitas fender. Seperti : tipe, reaksi, dan defleksi. Agar mendapat
fender karet seibu tipe V yang maksimal
2. Badrut tamam (1998) dengan judul “PERENCANAAN SISTEM FENDER
PADA DERMAGA PENYEBERANGAN FERRY: KASUS PELABUHAN
KET APANG-GILIMANUK”. Dari studi yang dilakukan, didapat beberapa
hasil sebagai berikut:
a. Pemilihan sistem fender yang tepat sangat ditentukan oleh besamya
energi bertambat efektif kapal, dimana energi ini merupakan energi yang
diserap oleh fender. Penyerapan energi oleh fender setidaknya harus sam
a dengan energi bertambat efektif kapal yang timbul.
b. Perhitungan besamya energi tambat efektif kapal sangat ditentukan oleh
penentuan secara tepat faktor-faktor yang berpengaruh dalam
perhitungan seperti penentuan berat kapal (W), kecepatan bertambat
kapal (V), serta penentuan besamya koefisien-koefisien yang dipengaruhi
oleh karakteristik dermaga dan kapal-kapal yang bertambat. Koefisien
35
tersebut terdiri dari koefisien eksentrisitas (Ce), koefisien massa virtual
(Cm), koefisien kelembutan (Cs), dan koefisien konfigurasi (Cc).
c. Dalam mendesain sistem fender, metode dari Bridgestone dan Shibata
dapat dipakai sebagai acuan untuk mendapatkan sistem fender yang lebih
efektif dan efisien serta untuk pengembangan dermaga lebih Ianjut.
3. Agung Putra, H. Y. (2017) dengan judul “Peranan Fender Dalam Studi Kasus
Tubrukan Landing Ship Tank Dengan Haluan Tugboat 2x800 HP
Menggunakan Metode Elemen Hingga”. Dari studi yang dilakukan, didapat
beberapa hasil sebagai berikut:
a. Kerusakan pada badan kapal akan meningkat dengan bertambahnya
kecepatan kapal. Dengan ditambahkannya fender pada tugboat,
kerusakan dapat berkurang.
b. Nilai gaya kontak maksimum menggunakan metode elemen hingga untuk
tugboat yang tidak dilengkapi fender kecepatan 1 knot, 2 knot dan 3 knot,
masing – masing 280,82 MN, 428,5 MN, dan 810,97 MN, sedangkan
untuk tugboat yang dilengkapi fender nilai maksimum gayanya masing
73,63 MN, 289,22 MN, dan 485,32 MN.
c. Nilai Energi Kinetik untuk tugboat yang tidak dilengkapi fender
kecepatan 1 knot, 2 knot dan 3 knot. masing – masing EK0 = 0,77 MJ
dan EK1= 0,08 MJ, EK0 = 7,37 MJ dan EK1= 0,32 MJ, EK0 = 28,32 MJ
dan EK1= 11,32 sedangkan untuk tugboat yang dilengkapi fender nilai
maksimum gayanya masing masing EK0 = 0,17 MJ dan EK1= 0,02 MJ,
EK0 = 0,48 MJ dan EK1= 0,03 MJ, EK0 = 11,27 MJ dan EK1= 0,17 MJ.
4. Sulardi (2011) dengan judul “Memperbaiki Mampu Layan Material
Pelindung Struktur Face Fender Jetty Dengan Spesifikasi Material Solid
Rubber Fender”. Dari studi yang dilakukan, didapat beberapa hasil sebagai
berikut:
a. Spesifikasi material solid rubber fender type v terbukti cocok dan sesuai
digunakan, handal dan dapat meningkatkan mampu layan struktur face
fender jetty No.1 serta telah direplikasi untuk mengatasi permasalahan
sejenis di Pertamina RU V Balikpapan.
36
b. Memberikan gambaran metode kerja penggantian pelindung face fender
yang semula menggunakan material balok kayu ulin menjadi solid rubber
fender.
5. FAUZAN (2018) dengan judul “PERENCANAAN FENDER DERMAGA
(JETTY) KAPAL DENGAN BOBOT 10000 DWT”. Dari studi yang
dilakukan, didapat beberapa hasil sebagai berikut:
a. Beban yang bekerja pada Fender dermaga Kapal Tanker 10000 DWT ini
adalah sebagai berikut :
a) Energi Benturan Kapal = 12.46 Tm
b) Beban yang diserap fender = ½ E Tm o Jarak antar fender = 30 m
c) Gaya Akibat Angin
Gaya longitudinal apabila angin datang dari arah haluan (α 0o )
= 17.673 ton
Gaya longitudinal apabila angin datang dari arah buritan (α 180o
) = 20.040 ton
Gaya longitudinal apabila angin datang dari arah haluan (α 90o )
= 48.288 ton
d) Gaya Akibat Arus = 178.14 kg
e) Gaya Tarikan Kapal pada Dermaga = 70 ton
Dimensi Struktuk Dermaga Kapal Tanker 10000 DWT :
Dermaga
o Elevasi dermaga : + 4,7 m dari ± 0,00
o Panjang dermaga : 7200 cm
o Lebar dermaga : 200 cm
Fender : Type KVF 600 H
Bollard : Bobot Kapal 10000 DWT diambil kapasitas Tarik 70 ton
b. Besarnya energi benturan yang disebabkan oleh kapal yang merapat ke
dermaga dapat diperoleh dengan menentukan koefisien blok pada kapal,
koefisien massa kapal, koefisien eksentrisitas kapal terhadap demaga,
kecepatan merapat kapal dalam arah tegak lurus. Perencanaan fender
ditentukan berdasarkan besarnya energi yang diserap akibat benturan
kapal. Berdasarkan Fender yang digunakan, besarnya energi yang tersisa
37
dalam fender diperoleh setelah energi benturan dari kapal dapat diserap
oleh fender. Berdasarkan energi yang tersisa dalam fender, ditentukan
tipe fender yang paling optimal sesuai dengan karakteristik kapal.
38
DAFTAR PUSTAKA
39
40