Anda di halaman 1dari 69

MAKALAH

PELABUHAN LAUT

Disusun guna memenuhi tugas Pelabuhan Laut yang diampu oleh:


Taufiq Triwidodo,S.Pd.,S.T.,MT.

Disusun :
MOHAMMAD TOFA (161230000127)

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Diperiksa dan disetujui “Tugas Akhir Pelabuhan Laut” guna untuk


mendapatkan surat puas sebagai syarat untuk mengikuti Ujian pada Semester Ke-lima
Progam Studi Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Nadhlatul
Ulama Jepara Tahun Akademik 2018/2019.

Tugas ini dikerjakan oleh :

Mohammad Tofa (161230000127)

Jepara , Januari 2019

Diperiksa dan disetujui oleh :

Dosen Analisa Pelabuhan Laut

Taufiq Triwidodo,S.Pd.,S.T.,M.T.
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga Saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir
Pelabuhan Laut dengan baik.

Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Pelabuhan
Laut yang harus dilaksanakan oleh setiap mahasiswa agar dapat mengkuti ujian Mata
Kuliah Pelabuhan Laut.

Saya menyadari bahwa terselesainya laporan ini berkat bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu saya berterima kasih kepada :

1. Bapak Taufiq Triwidodo,S.Pd.,S.T.,M.T. selaku Dosen Pelabuhan Laut;


2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir
Pelabuhan Laut.

Saya menyadari bahwa tugas ini disusun masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
Saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar dalam
menyelesaikan Tugas Akhir berikutnya menjadi lebih baik.

Akhir kata, Saya berharap tugas yang kami susun dapat memberikan manfaat
bagi pembaca dan masyarakat pada umumnya.

Jepara , Januari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PEENGERTIAN PELABUHAN..................................................... 8


1.1 Definisi Pelabuhan ................................................................. 8
1.2 Perkembangan Pelabuhan .................................................... 8
1.3 Macam Macam Pelabuhan..................................................... 10
1.4 Pelabuhan Di Indonesia .......................................................... 11

BAB II PERENCANAAN PELABUHAN .................................................. 14


2.1 Karakteristik Kapal Rencana ............................................... 14
2.2 Karakteristik Hidrooseanografi ........................................... 15
2.3 Pasang Surut .......................................................................... 16

BAB III KAPAL ............................................................................................. 18


3.1 Kapal ....................................................................................... 18
3.2 Jenis Jenis Kapal Berdasarkan Tenaga Penggerak ............ 18
3.3 Jenis Jenis Kapal Berdasarkan Fungsinya ........................... 20
3.4 Bagian Bagian Utama Kapal ................................................. 22
3.5 Karakteristik Kapal ................................................................ 23
3.5 Istilah yang Digunakan Dalam Praktek Dilapangan ........... 24

BAB IV ALUR PELAYARAN ....................................................................... 26


4.1 Prinsip Umum Alur Pelayaran ............................................. 26
4.2 Bagian Bagian Alur Pelayaran ............................................. 26
4.3 Arah Alur Pelayaran .............................................................. 38
4.4 Lengkungan atau Tikungan Alur Pelayaran ....................... 28
4.5 Kedalaman Alur Pelayaran ................................................... 29
4.6 Gerakan Kapal Karena Pengaruh Gelombang .................... 31
4.7 Lebar Alur Pelayaran ............................................................. 32

5
4.8 Panjang Alur Pelayaran ......................................................... 34

BAB V KOLAM PELABUHAN ................................................................. 35


5.1 Prinsip Umum Kolam Pelabuhan ......................................... 35
5.2 Lokasi dan Area Untuk Kolam Pelabuhan ......................... 35
5.3 Lebar Kolam di Depan Fasilitas Penambatan .................... 38
5.4 Lebar Kolam Putar ............................................................... 40

BAB VI DERMAGA ...................................................................................... 42


6.1 Prinsip Umum Dermaga ........................................................ 42
6.2 Rancangan Dermaga ............................................................. 42
6.3 Tipe Dermaga .......................................................................... 43
6.4 Panjang Dermaga dan Kedalaman Air ................................ 44

BAB VII FENDER DAN ALAT PENAMBAH ............................................ 45


7.1 Fender dan Alat Penambah .................................................. 45
7.2 Fender ..................................................................................... 45
7.3 Perencanaan Fender .............................................................. 51
7.4 Posisi Daerah yang Dilindungi ............................................. 52
7.5 Alat Penambat ....................................................................... 53

BAB IX FASILITAS PELABUHAN KHUSUS .......................................... 58


9.1 Pola Kegiatan Operasional .................................................... 58
9.2 Pola Penanganan Ikan ........................................................... 58
9.3 Pola Pendaratan Ikan ............................................................. 59
9.4 Fasilitas Laut .......................................................................... 59
9.5 Fasilitas Darat ......................................................................... 59

6
BAB X PASANG SURUT ............................................................................. 60
10.1 Definisi Elevasi Muka Air ..................................................... 60
10.2 Tipe Pasang Surut .................................................................. 60
10.3 Pengamatan Pasang Surut ..................................................... 61

BAB XI GELOMBANG ................................................................................ 63


11.1 Kondisi Gelombang Di Laut Dalam ..................................... 63
11.2 Deformasi Gelombang ........................................................... 63

BAB XII PEMECAH GELOMBANG ........................................................... 65


12.1 Pengertian Pemecah Gelombang .......................................... 65
12.2 Tipe Pemecah Gelombang ..................................................... 66
12.3 Analisa Pemecah Gelombang ................................................. 67

BAB XIII ALAT PEMANDU PELAYARAN ............................................... 68


13.1 Alat Pemandu Pelayaran Konstruksi Tetap ........................ 68
13.2 Alat Pemandu Pelayaran Konstruksi Terapung ................. 69
13.3 Macam Macam Pelampung Tambat ..................................... 69

7
BAB I

PENGERTIAN PELABUHAN

1.1 DEFINISI PELABUHAN


Pelabuhan adalah suatu tempat di perairan (di muara sungai, teluk atau
pantai) yang secara alamiah terlindung dari gempuran gelombang, sehingga
kapal-kapal dan perahu-perahu dapat merapat dan membuang jangkar untuk
melakukan kegiatan bongkar muat barang maupun menaik turunkan penumpang
dengan aman. Defenisi Pelabuhan menurut Peraturan Pemerintah No. 69 tahun
2001 tentang Kepelabuhan, adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan
disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintah
dan kegiatan Ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar,
berlabuh, naik/turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta
sebagai tempat berpindahnya intra dan antar moda transportasi.

1.2 PERKEMBANGAN PELABUHAN


Sejalan dengan kemajuan zaman, Pelabuhan sebagai sarana dan prasarana
angkutan laut tidak lagi di perairan yang terlindungi secara alamiah, tetapi bisa
berada di laut terbuka sebagai Pelabuhan Samudra dengan perairan yang luas dan
dalam. Arti penting Pelabuhan bagi suatu daerah atau negara dapat ditinjau dari
beberapa aspek, yaitu :
a. Dari aspek transportasi
Pelabuhan sebagai :
 interface atau titik Temu antara moda transportasi laut dan moda
transportasi darat,

8
 Gateway atau pintu gerbang utama untuk arus keluar masuknya barang
perdagangan dari atau ke daerah belakang pelabuhan (hinterland) yang
bersangkutan,
 industry estate atau Industri estat untuk pengembangan industri di daerah
pelabuhan yang berorientasi ekspor.
b. Dari aspek pelayanan

Pelabuhan akan melayani, antara lain :

 kebutuhan perdagangan terutama perdagangan internasional dari daerah


belakang Pelabuhan tersebut,
 membantu berjalannya roda perdagangan dan pengembangan industri
Nasional,
 menampung pangsa pasar yang semakin meningkat guna melayani
perdagangan Internasional baik tran’shipment maupun transit traff,
 menyediakan fasilitas transit untuk tujuan daerah belakang atau daerah /
negara tetangga,
 menyediakan fasilitas pengembangan industri di sekitar Pelabuhan bagi
industri yang berorientasi eksport.
c. Dari aspek HINTERLAND CONNECTION
Antara Pelabuhan dan hinterland terjadi hubungan yang saling
mempengaruhi dan saling ketergantungan. Seperti, Pelabuhan tidak akan ada
artinya bila tidak didukung oleh hinterland yang berpotensi untuk
berkembang,
Perkembangan selanjutnya, Pelabuhan sekarang merupakan : salah satu
segmen mata-rantai Transportasi dari kegiatan bisnis yang terlibat dalam proses
Transportasi. prasarana yang dapat menunjang dan mendorong pertumbuhan
ekonomi dan perkembangan industri didaerah belakang pelabuhan ( hinterland ).
Sebaliknya, pada daerah yang merupakan hinterland dari suatu Pelabuhan akan

9
terhambat perkembangan industri, pertanian dan perdagangannya jika tidak
ditunjang oleh suatu Pelabuhan dengan fasilitas yang memadai dengan tingkat
keefesiensi yang tinggi.

1.3 MACAM PELABUHAN


Pelabuhan dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung dari sudut
tinjauannya, yaitu dari :
 segi penyelenggaraannya,
 segi kegunaannya
 segi geografisnya.

Ditinjau dari segi penyelenggaraannya

 Pelabuhan Umum
Diselenggarakan untuk kepentingan pelayaran masyarakat umum,
Penyelenggaraannya dapat dilakukan oleh Pemerintah, Badan Usaha Milik
Negara atau Swasta.

 Pelabuhan Khusus
Diselenggarakan untuk kepentingan sendiri dalam menunjang kegiatan
tertentu. Pelabuhan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan umum,
kecuali dalam keadaan tertentu dengan ijin Pemilik Pelabuhan.

Ditinjau dari segi kegunaannya

 Pelabuhan Ikan
 Pelabuhan Barang
 Pelabuhan Penumpang
 Dll

10
1.4 PELABUHAN DI INDONESIA
Pelabuhan-pelabuhan di Indonesia saat ini diatur dalam UU Pelayaran tahun
1992 dan peraturan-peraturan pendukung lainnya. Di Indonesia terdapat sekitar
1000 pelabuhan khusus atau pelabuhan swasta yang melayani berbagai
kebutuhan suatu perusahaan saja (baik swasta maupun milik negara dalam
sejumlah industri meliputi pertambangan, minyak dan gas, perikanan, kehutanan,
dan lain sebagainya. Beberapa dari pelabuhan tersebut hanya memiliki fasilitas
yang sesuai untuk satu atau sekelompok komoditas dan memiliki kapasitas
terbatas untuk mengakomodasi kargo pihak ketiga. Saat ini, Pelindo menikmati
monopoli pada pelabuhan komersial utama yang dilegislasikan serta otoritas
pengaturan terhadap pelabuhan-pelabuhan sektor swasta. Pada sebagian besar
pelabuhan utama, Pelindo bertindak sebagai operator sekaligus otoritas
pelabuhan tunggal, mendominasi penyediaan pelayanan pelabuhan utama
seperti perairan pelabuhan untuk pergerakan lalu lintas kapal, pelayaran dan
penarikan kapal (kapal tunda), fasilitas-fasilitas pelabuhan untuk kegiatan bongkar
muat, listrik, persediaan air bersih, pembuangan sampah, layanan telepon untuk
kapal, ruang lahan untuk kantor dan kawasan industri serta pusat pelatihan dan
medis pelabuhan. Legislasi saat ini menjauhkan sektor swasta dari persaingan
secara langsung dengan Perum Pelabuhan Indonesia yang berwenang. Di dalam
Perum Pelabuhan Indonesia, pelabuhan-pelabuhan yang menguntungkan
diwajibkan memberikan subsidi kepada pelabuhan-pelabuhan yang merugi
sehingga semakin mengurangi insentif kerja. Selain itu tarif-tarif yang berlaku di
pelabuhan dikenakan secara standar dengan pemberlakuan yang sama oleh
pemerintah pusat sehingga mengurangi persaingan. Hal ini sangat signifikan
apabila dua Perum Pelabuhan Indonesia berbagi daerah yang bersaing seperti
Tanjung Emas di Semarang dan Tanjung Perak di Surabaya, yang keduanya
dijalankan oleh Perum Pelabuhan Indonesia III.

11
 Kinerja Pengelolaan Pelabuhan
Pengelolaan pelabuhan di Indonesia bisa dikatakan masih belum terorganisir
dengan baik. Masih banyak pengelelolaan yang kurang professional dari para
pengelola pelabuhan, dalam hal ini adalah pemerintah. Masih banyak
kekurangan yang bisa diidentifikasi oleh para stakeholders di bidang
pelabuhan ini. Di samping itu ada masalah yang tak baru lagi dalam
pengelolaan pelabuhan dari tahun ke tahun, masalah itu antara lain :
a. Lamanya proses bongkar muat di pelabuhan – pelabuhan di Indonesia;
b. Lamanya pengurusan kepabeanan di Indonesia;
c. Fasilitas pelabuhan yang berkualitas buruk;
d. Lamanya waktu tunggu di pelabuhan – pelabuhan di Indonesia;
e. Kedalaman pelabuhan di Indonesia yang tidak memenuhi syarat.
Faktanya masih banyak masalah yang dapat diidentifikasi dari pengelolaan
pelabuhan. Tetapi 5 masalah – masalah yang ada di atas merupakan masalah
– masalah umum yang sering terjadi dalam hal pengelolaan pelabuhan di
Indonesia. Para pengusaha selaku pihak yang paling sering memanfaatkan jasa
pelabuhan ini pun kerap kali mengeluh mengenai buruknya sarana dan
prasarana dari pelabuhan – pelabuhan di Indonesia. Fasilitas – fasilitas
pelabuhan di Indonesia banyak yang sudah tua dan juga kurang berfungsi
dengan baik karena tidak di maintain dengan baik. Hal ini tentu saja sangat
mempengaruhi operasional dan citra pelabuhan di Indonesia. Salah satu
fasilitas pelabuhan Indonesia yang kurang memadai adalah kedalaman
pelabuhan atau deep see port yang ada di Indonesia. Sebagian besar
pelabuhan di Indonesia tidak bisa menjaga tingkat kedalaman lautnya sampai
14 meter atau lebih sehingga tidak dapat memenuhi kriteria deep sea port.
Akibatnya, pelabuhan-pelabuhan di Indonesia hanya menjadi pengumpan
bagi pelabuhan milik beberapa negara tetangga. Masalah lain yang kerap
muncul dalam hal pengelolaan pelabuhan di Indonesia adalah lamanya waktu

12
kepngerusan kepabeanan di Indonesia. Hal ini menyebabkan rendahnya minat
para investor yang sebagian besar aktivitasnya berhubungan dengan
pelabuhan untuk masuk ke Indonesia. Mereka enggan untuk berurusan
dengan birokrasi Indonesia yang sangat berbelit – belit. Alas an lainnya ialah
karena mereka sadar, dengan birokrasi yang semakin berbelit – belit, hal itu
akan mempengaruhi stabilitas dari produk mereka. Karena mereka mau tidak
mau mereka pasti akan memperhitungkan biaya – biaya birokrasi Indonesia
kedalam produk mereka, yang sudah pasti merupakan sebuah pemborosan
dan tidak menambah nilai apa – apa kepada produk yang mereka jual. Masalah
– masalah diatas menyebabkan pengelolaan pelabuhan menjadi tidak efektif.
Hal ini berujung pada lamanya waktu tunggu bagi kapal – kapal untuk
bersandar di pelabuhan – pelabuhan yang ada di Indonesia. Pemerintah saat
ini dituntut untuk segera memperbaiki masalah ini. Karena pelabuhan
mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam pergerakan dan
pertumbuhan perekonomian suatu negara.

13
BAB II

PERENCANAAN PELABUHAN

2.1 KARAKTERISTIK KAPAL RENCANA

Tipe dan bentuk pelabuhan tergantung pada jenis dan karakterisik kapal yang
akan berlabuh. Perencanaan pembangunan pelabuhan harus meninjau
perkembangan pelabuhan di masa mendatang, dengan memperhatikan daerah
perairan untuk alur pelayaran, kolam putar, penambatan, dermaga, tempat
pembuangan bahan pengerukan, daerah daratan yang diperlukan untuk
penempatan, penyimpanan dan pengangkutan arang barang. Kedalaman dan
lebar alur pelayaran tergantung pada kapal terbesar yang menggunakan
pelauhan. Kuantitas angkutan yang diharapkan menggunakan pelabuhan yang
menentukan apakah alur untuk satu jalur atau dua jalur. Luas kolam pelabuhan
dan Panjang dermaga sangat dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran kapal yang
akan berlabuh.

14
2.2 KARAKTERISTIK HIDROOSEANOGRAFI

Perairan pelabuhan harus tenang terhadap serangan gelombang dan


terhindar dari sedimentasi. Untuk itu sedapat mungkin pelabuhan berada di
perairan yang terlindung secara alami dari pengaruh gelombang seperti di
perairan yang terlindung oleh pulau, di teluk, dimuara sungai atau estuary. Namun
apabila hal ini tidak memungkinkan, pelabuhan ditempatkan di pantai terbuka
dengan membuat pemecah gelombang, dengan konsekuensi biaya pembangunan

15
menjadi lebih mahal. Pemecah gelombang merupakan fasilitas pelabuhan yang
sangat atau paling mahal.

Tinjauan Hidrooseanografi terhadap bentuk pelabuhan :

1. Tinjauan Palayaran
2. Tinjauan Gelombang
3. Tinjauan Sedimentasi
4. Penentuan tata letak pemecah gelombang

2.3 PASANG SURUT

Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena
adanya gaya Tarik benda benda dilangit, terutama matahari dan bulan terhadap
masa air laut dibumi. Meskipun masa bulan jauh lebih kecil dari masa matahari,
tetapi karena jaraknya terhadap bumi lebih dekat, maka pengaruh gaya Tarik
bulan terhadap bumi lebih besar dari pada pengaruh gaya Tarik matahari.

Pengetahuan tentang pasang surut adalah penting di dalam perencanaan


pelabuhan. Elevasi muka air tertinggi dan terendah sangat penting untuk
merencanakan bangunan bangunan pelabuhan.

1. Kurva pasang surut


2. Pembangkitan pasang surut
3. Beberapa tipe pasang surut
a. Pasang surut harian ganda
b. Pasang surut harian tunggal
c. Pasang surut campuran condong ke harian ganda
d. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal

16
4. Pasang surut purnama dan perbani
5. Beberapa definisi elevasi muka air
a. Muka air tinggi, muka air tertinggi yang dicapai pada saat air pasang dalam
satu siklus pasang surut
b. Muka air rendah, kedudukan air terendah yang dicapai pada saat air surut
dalam satu siklus pasang surut
c. Muka air tinggi rerata, adalah rerata dari muka air tinggi selama periode
19 tahun
d. Muka air rendah, adalah rerata dari muka air rendah selama periode 19
tahun
e. Muka air laut rerata, adalah muka air rerata antara muka air tinggi rerata
dan muka air rendah rerata.
f. Muka air tinggi tertinggi adalah air tertinggi pada saat pasang surut
purnama atau bulan mati
g. Air rendah terendah, adalah air terendah pada saat pasang surut purnama
atau bulan mati
h. Higher high water level adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu
hari seperti dalam pasang surut tipe campuaran
i. Lower low water level adalah air terendah dari dua air rendah dalam satu
hari

17
BAB III

KAPAL

3.1 KAPAL

Kapal, adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai


dsb) seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil. Kapal biasanya cukup
besar untuk membawa perahu kecil seperti sekoci. Sedangkan dalam
istilah inggris, dipisahkan antara ship yang lebih besar dan boat yang lebih kecil.
Secara kebiasaannya kapal dapat membawa perahu tetapi perahu tidak dapat
membawa kapal. Ukuran sebenarnya dimana sebuah perahu disebut kapal selalu
ditetapkan oleh undang-undang dan peraturan atau kebiasaan setempat.

3.2 JENIS JENIS KAPAL BERDASARKAN TENAGA PENGGERAK

a. Kapal Layar

kapal yang menggunakan tenaga utamanya adalah angin

b. Kapal Padle Wheel

prinsipnya adalah gaya tahanan air yang menimbulkan gaya dorong kapal
biasanya dipasang dikanan dan kiri kapal digunakan didaerah perairan tenang

c. Kapal Jet Propultion

prinsipnya air dihisap melalui saluran di muka lalu didorong ke belakang


dengan pompa hingga menimbulkan implus

18
d. Kapal Propeller

kapal bergerak karena berputarnya baling yang dipasang dibelakang badan


kapal sehingga menimbulkan gaya dorong

e. Kapal Mesin Uap Torak

biasanya menggunakan mesin penggerak utama dengan expansion engine

f. Kapal Turbin Uap

tenaga yang dihasilkan oleh mesin semacam ini sangat rata dan seragam dan
pemakaian uap sangat efisien baik pada tekanan tinggi ataupun rendah

g. Kapal Turbin Elektrik Drive

reversing turbine yang tersendiri dapat dihapuskan dengan memakai sistem


ini sangat mudah operasi mesin mesinnya

h. Kapal Mesin Pembakaran Internal

mesin ini menghasilkan tenaga yang sama dengan mesin uap namun dengan
ukuran mesin yang lebih kecil

i. Kapal Gas Turbin

suatu penggerak yang mempergunakan udara yang dimampatkandan


dinyalakan dengan menggunakan bahan bakar yang disemprotkan dan
kemudian setelah terjadi peledakan udara yang terakar akan berkembang

j. Kapal Mesin Nuklir

propulsi ini hanya dipakai dikapal kapal besar non komersil dan menggunakan
bahan utama yaitu inti nuklir atau uranium sebagai bahan utamanya

19
3.3 JENIS JENIS KAPAL BERDASARKAN FUNGSINYA

a. Kapal Perang

Kapal bersenjata yang digunakan sebagai satuan pertahanan di daerah


maritime.

b. Kapal Penumpang

Kapal yang berfungsi mengangkut penumpang untuk melewati perairan. Kapal


penumpang dibagi menjadi berbagai macam yaitu :

 Kapal Ro-Ro
Selain mengangkut penumpang, kapal Ro-Ro juga mampu mengangkut
kendaraan di dalamnya. Di Indonesia Kapal Ro-Ro digunakan sebagai
transportai lintas selat.
 Kapal feri
Kapal feri atau kapal penyebrangan adalah kapal yang digunakan untuk
transportasi jarak dekat, biasanya digunakan untuk melintasi selat.
 Kapal pesiar
Kapal persiar atau Cruise Ship merupakan kapal penumpang yang
digunakan untuk pelayaran jarak jauh dengan waktu yang relatif lama.
Biasanya kapal pesiar dilengkapi berbagai fasilitas didalamnya agar
penumpang bisa menikmati perjalanan

c. Kapal Barang

 Kapal tanker
Merupakan kapal yang dirancang untuk mengangkut produk minyak dan
sejenisnya. Jenis kapal tanker utama termasuk tanker minyak, tanker kimia
dan tanker LNG.

20
 Kapal container
Kapal kontainer atau kapal peti kemas berfungsi mengangkut peti kemas
dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya.
 Kapal Tongkang
Tongkang atau ponton merupakan kapal pengangkut barang dengan
lambung datar, dibuat sedemikian rupa agar mampu mengakomodasi
pasang-surut pada dermaga apung. Tongkang merupakan kapal yang tidak
memiliki sistem pendorong untuk keperluan akomodasinya, tongkang
digerakan dengan cara ditarik oleh kapal lain.

d. Kapal Dingin Beku

Kapal dingin beku merupakan kapal fungsional yang digunakan oleh nelayan
yang dipakai untuk membekukan ikan hasil tangkapan langsung di kapalnya
untuk menjaga kesegaran ikan.

e. Kapal Pemecah Es

Kapal pemecah es adalah kapal bertenaga nuklir yang dibangun dengan tujuan
untuk digunakan di perairan yang tertutup es.

f. Kapal Tunda

Kapal tunda adalah kapal yang dapat digunakan untuk melakukan manuver atau
pergerakan, utamanya menarik atau mendorong kapal lainnya di pelabuhan,
laut lepas atau melalui sungai atau terusan. Kapal tunda digunakan pula untuk
menarik tongkang, kapal rusak, dan peralatan lainnya.

g. Kapal Pandu

Kapal pandu adalah kapal yang memandu kapal besar masuk kedalam
pelabuhan melalui alur yang berbahaya dan ramai sampai sandar di dermaga.

21
Merupakan salah satu jabatan tertua yang sangat penting untuk meningkatkan
keselamatan pelayaran.

h. Kapal Keruk

Adalah kapal untuk kegiatan penggalian yang biasanya dilakukan di laut


dangkal atau daerah air tawar dengan tujuan mengumpulkan sedimen dasar.

i. Kapal Layar

Adalah kapal yang digerakkan dengan menggunakan layar yang memanfaatkan


tenaga angin sebagai pendorongnya.

j. Kapal Selam

Adalah kapal yang bergerak di bawah permukaan air.

3.4 BAGIAN BAGIAN UTAMA KAPAL

a. Anjungan Kapal

adalah ruang komando kapal dimana ditempatkan roda kemudi kapal,


peralatan navigasi untuk menentukan posisi kapal dan biasanya terdapat
kamar nahkoda dan kamar radio.

b. Buritan

Bagian belakang kapal

c. Gladak

Umumnya geladak yang berada dibawah sendiri dinamakan geladak dasar serta
geladak yang diatas dinamakan geladak atas atau geladak utama (maindeck )

22
Bila antara geladak dasar dan geladak atas terdapat geladak lagi , maka geladak
tersebut dinamakan geladak antara.

d. Haluan

Adalah bagian depan dari badan kapal.

e. Jangkar

Perangkat penambat kapal ke dasar perairan, di laut, sungai ataupun danau


sehingga tidak berpindah tempat karena hembusan angin, arus ataupun
gelombang.

f. Kemudi

perangkat untuk mengubah arah kapal dengan mengubah arah arus cairan
yang mengakibatkan perubahan arah kapal.

3.5 KARAKTERISTIK KAPAL

Tipe dan bentuk pelabuhan tergantung pada jenis dan karakterisik kapal yang
akan berlabuh. Perencanaan pembangunan pelabuhan harus meninjau
perkembangan pelabuhan di masa mendatang, dengan memperhatikan daerah
perairan untuk alur pelayaran, kolam putar, penambatan, dermaga, tempat
pembuangan bahan pengerukan, daerah daratan yang diperlukan untuk
penempatan, penyimpanan dan pengangkutan arang barang. Kedalaman dan
lebar alur pelayaran tergantung pada kapal terbesar yang menggunakan
pelauhan. Kuantitas angkutan yang diharapkan menggunakan pelabuhan yang
menentukan apakah alur untuk satu jalur atau dua jalur. Luas kolam pelabuhan
dan Panjang dermaga sangat dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran kapal yang
akan berlabuh.

23
3.6 ISTILAH ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PRAKTEK DILAPANGAN

a. Displacement Tonnnage, (Ukuran Isi Tolak)

adalah volume air yang dipindahkan oleh kapal, atau sama dengan berat kapal.

b. Deadweight Tonnage (DWT), Bobot mati

Yaitu berat total muatan yang dapat diangkut kapal dalam keadaan pelayaran
optimal ( draft kapal ).

24
c. Gross register tons (GRT), Ukuran isi kotor

adalah volume keseluruhan ruangan kapal (1 GRT = 100 ft3 = 2,83 m3)

d. Draft, Sarat

adalah bagian kapal yang terendam air pada keadaan muatan maksimum, atau
jarak antara garis air pada beban yang direncanakan (design load water line)
dengan titik terendah kapal

e. Length overall, Loa ( Panjang total )

adalah panjang kapal dihiting dari ujung depan ( haluan ) sampai ujung
belakang (buritan )

f. Length between perpendiculars, LPP ( panjang garis air )

adalah panjang antara kedua ujung design load water line.

25
BAB IV

ALUR PELAYARAN

4.1 PRINSIP UMUM ALUR PELAYARAN

Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas
hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari oleh kapal
di laut, sungai atau danau. Alur pelayaran dicantumkan dalam peta laut dan buku
petunjuk-pelayaran serta diumumkan oleh instansi yang berwenang. Alur
pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal masuk ke kolam pelabuhan, oleh
karena itu harus melalui suatu perairan yang tenang terhadap gelombang dan
arus yang tidak terlalu kuat.

Penguasa pelabuhan berkewajiban untuk melakukan perawatan terhadap alur


pelayaran, perambuan dan pengendalian penggunaan alur. Persyaratan
perawatan harus menjamin: keselamatan berlayar, kelestarian lingkungan, tata
ruang perairan dan tata pengairan untuk pekerjaan di sungai dan danau.

4.2 BAGIAN BAGIAN ALUR PELAYARAN

Kapal dalam perjalanan masuk ke kolam pelabuhan melalui alur Pelayaran , akan
mengurangi kecepatannya sampai kemudian berhenti di Dermaga.
Alur ini ditandai oleh alat bantu pelayaran yang berupa pelampung atau lampu-
lampu.
Secara umum ada beberapa daerah yang dilewati selama perjalanan tersebut
yaitu :

 Derah tempat kapal melempar sauh  di luas Pelabuhan

26
 Derah Pendekatan  di luar alur masuk

 Daerah Alur masuk  di luar pelabuhan yang berada didalam daerah


terlindung

 Daerah kolam putar

Lay out dan PenampangAlur Pelayayaran

27
4.3 ARAH ALUR PELAYARAN

Dalam perencanakan arah alur pelayaran yang harus memperhatikan, yaitu :

 Alur pelayaran harus dibuat selurus mungkin,

 Arah alur pelayaran dibuat sedemikian rupa sehingga searah dengan arah
angin dan gelombang dominan.

 Pada alur pelayaran dekat alur masuk dibuat bersudut tertentu ( 30 o – 60o)
terhadap arah angin dan gelombang dominan,

 Disamping itu ababila keadaan memungkinkan, alur masuk dibuat lurus

4.4 LENGKUNGAN ATAU TIKUNGAN ALUR PELAYARAN

 Meskipun lebih baik mempunyai alur yang lurus, pembuatan tikungan sering
kali diperlukan dalam perencanaan layout dermaga dan kebutuhan untuk
ketenangan kolam pelabuhan.

28
 Dalam pembuatan tikungan, sudut persinggungan dari garis tengah alur harus
tidak boleh lebih dari 30o atau radius lengkung sekitar 4 kali atau lebih dari
panjang keseluruhan kapal

4.5 KEDALAMAN ALUR PELAYARAN

Kedalaman air di alur pelayaran yang ideal harus :

 cukup besar untuk memungkinkan pelayaran pada muka air terendah (LWL)
dengan kapal bermuatan maksimum atau

 memperhatikan jarak toleransi dari gerakan kapal yang disebabkan oleh


gelombang, angin dan arus

Kedalaman alur pelayaran secara umum dapat ditentukan sbb :

29
H
H
h

Daerah alur Masuk


Daerah 0<h<H
Pendekatan h = 0 Perbandingan h/H = 0,4

Daerah saluran / kolam


H>H

Kedalaman alur pelayaran secara umum dapat ditentukan sbb :

H=d+G+R+P+S+K

LWL

Draf kapal

Gerak vertikal
kapal Ruang kebebasan
brotto

Ketelitian pengukuran
Elevasi dasar
Sedimen ant. Dua pengerukan Alur nominal

Tolenransi pengerukan

Elevasi pengerukan alur


30
Dengan :

 d = draft kapal

 G = gerak vertikal kapal karena gelombang

 R = ruang kebebasan unt. Kolam 7%-15% dari draft kapal unt. Alur 10%-
15% dari draft kapal

 P = Ketelitian pengukuran

 s = Pengendapan sedimen antara pengerukan

 K = toleransi pengerukan

4.6 GERAKAN KAPAL KARENA PENGARUH GELOMANG

 Gerakan kapal relatif terhadap posisinya pada saat tidak bergerak di air diam
adalah paling penting didalam perencanaan alur pelayaran dan mulut
pelabuhan.

 Gerakan vertikal kapal digunakan untuk menentukan kedalaman alur,

 Gerakan horizontal kapal terhadap sumbu alur untuk menentukan lebar alur

 Beberapa gerakan kapal karena pengaruh gelombang, yaitu heaving


(angkatan), pitching (anggukan), rolling ( oleng), swaying ( goyangan), surging
(sentakan) dan yawing (oleng kesamping).

 Kenaikan draf kapal yang disebabkan oleh gerakan tersebut kadang-kadang


sangat besar misalnya pada kapal-kapal yang besar, pengaruh rolling sangat
besar, terutama bila frekwensi rolling kapal sama dengan frekwensi
gelombang

31
4.7 LEBAR ALUR PELAYARAN

Lebar alur tergantung pada beberapa faktor, yaitu :

 Lebar, kecepatan dan gerakan kapal,

 Trafik kapal, apakah alur direncanakan untuk satu atau dua jalur

 Kedalaman alur

 Stabilitas tebing alur

 Angin, gelombang, arus dan arus melintang dalam alur

Lebar alur dapat ditetapkan dengan berdasarkan pada lebar kapal.

Untuk lebar alur pelayaran satu jalur (tidak ada persimpangan) adalah tiga sampai
empat kali lebar kapal, sedangkan untuk lebar alur dengan dua jalur (ada
persimpangan) adalah enam sampai tujuh kali lebar kapal.

32
1.5B
Lebar keamanan

Jalur gerak

1.5B
Lebar keamanan

2B
Jalur gerak
1.8B
Lebar keamanan

4.8 B
Lebar keamanan
1.5B

Jalur gerak

Lebar keamanan

1.8B 1.5B

Cara lain untuk menentukan lebar alur ( OCDI, 1991), yaitu :

33
Panjang Alur Kondisi Pelayaran Lebar
Kapal sering bersimpangan 2 Loa
Relatif panjang
Kapal tidak sering bersimpangan 1.5 Loa
Selain dari alur Kapal sering bersimpangan 1.5 Loa
diatas Kapal tidak sering bersimpangan Loa

4.8 PANJANG ALUR PELAYARAN

 Panjang alur pelayaran dari alur masuk sampai dengan Kolam Pelabuhan atau
tempat tambat untuk jangkar, berdasarkan potensial setiap kapal.

 Kapal yang masuk Pelabuhan tanpa bimbingan kapal penarik (kapal tandu)
dengan kecepatan relatif tinggi (6 knot), akan menempuh 4 kali panjangnya
sampai benar-benar berhenti.

 Dengan adanya penambahan panjang kapal dan jarak berhenti maka panjang
alur dari alur masuk sampai dengan kolam atau tempat tambat memerlukan
lebih

34
BAB V

KOLAM PELABUHAN

5.1 PRINSIP UMUM KOLAM PELABUHAN

Prinsip dasar untuk perencanaan Kolam Pelabuhan ( Basin ) adalah :

 Manufer Kapal

 Penjangkaran kapal dengan aman

 Memiliki area air yang cukup luas dan tenang.

 Kedalaman air harus dapat mencukupi untuk manuver kapal, penjangkaran


dan pengerjaan cargo dengan aman dan lancar,

5.2 LOKASI DAN AREA UNTUK KOLAM PELABUHAN

Kolam Pelabuhan harus ditempatkan pada area yang tenang dari pengauh
gelombang, angin dan arus, hal ini untuk memudahkan keluar-masuk kapal,
membuat manuver serta pengangkutan cargo dengan aman dan lancar.

a. Area Kolam untuk penjangkaran dan tambatan pelampung (buoy mooring)

dapat ditentukan dengan harga standart seperti dalam tabel dan


gambar sbb.

 Swinging mooring, tambatan dengan sangkutan jangkar dan berat rantai


dari sebuah jangkar yang dijatuhkan dari haluan kapal ke dasar laut,
sehingga kapal dapat menahan kekuatan angin, arus dan gelombang yang
dapat menghayutkan kapal.

35
 Tambatan dengan pelampung, kapal ditambatkan dengan menggunakan
pelampung (buoy).
Pelampung-pelampung untuk penambatan dengan double-buoy harus

36
diletakan sedemikian rupa sehingga arah dari haluan dari buritan kapal
tetap sejajar dengan arah angin, arus dan gelombang.

b. Area kolam di depan fasilitas tambatan

Kolam dibagian depan dermaga (wharf, piers) harus cukup luas untuk
kelancaran pengoperasian pengangkatan maupun penambatan kapal-kapal.

Lebar kolam didepan fasilitas penambatan :

 Mooring head in, yaitu methode pamanbatan dengan cara kapal


memasuki tempat penambatan dengan haluannya pada arah yang
berlawanan dengan jalan masuk ke palabuhan.

Haluan kapal bergerak maju ke arah sisi yang benar pada saat akan
berhenti.

37
5.3 LEBAR KOLAM DI DEPAN FASILITAS PENAMBATAN

 Mooring head in, yaitu methode pamanbatan dengan cara kapal memasuki
tempat penambatan dengan haluannya pada arah yang berlawanan dengan
jalan masuk ke palabuhan.

Haluan kapal bergerak maju ke arah sisi yang benar pada saat akan berhenti.

Sudut arah masuk pada pemanbatan model menyamping lebih besar


dari penambatan model Stanbourt mooring

Luas area perairan untuk manuver kapal diperlukan bebih besar apabila
terdapat angin, gelobang dari arah haluan kapal

 Mooring Head out, yaitu suatu metode penambatan dengan cara kapal
memasuki tempat penambatan dengan haluannya searah dengan jalan masuk
ke Pelabuhan.

38
Dengan metode ini, kapal akan ditambatkan dengan bagian
belakangnya terdorong oleh angin dan arus serta gelombang yang datang dari
arah laut.

 Unmooring (Pelepasan tambatan)

Area yang diperlukan untuk unmooring tanpa adanya angin,


gelombang sbb.

39
5.4 LEBAR KOLAM PUTAR (TURNING BASIN)

adalah area kolam yang dipergunakan untuk memutar haluan kapal. Area standart
untuk kolam putar sbb :

40
41
BAB VI

DERMAGA

6.1 PRINSIP UMUM DERMAGA

Peranan Demaga sangat penting, karena harus dapat memenuhi semua aktifitas-
aktifitas distribusi pisik di Pelabuhan, antara lain :

 menaik turunkan penumpang dengan lancar

 mengangkut dan membongkar cargo yang terjamin aman dan lancar

 menghubungakan angkutan dari-ke darat atau dari-ke laut,

 merapat, menambatkan dan melepaskan kapal

 tempat penyimpanan yang efektif

 gudang

 fasilitas yang berhubungan dengan lalu-lintas darat

6.2 RANCANGAN DERMAGA

 Dimensi dermaga ditentukan oleh jenis, ukuran dan jumlah kapal yang
menggunakannya

 Daerah perairan disekelilingnya harus tenang, dan tidak mudah mengalami


pendangkalan.

42
 Ditempatkan pada daerah yang tidak terhalang angin pada saat kapal
memasuki / meninggalkan Pelabuhan,

 Ditempatkan pada daerah yang memungkinkan kapal dapat beroperasi


dengan lancar dari alur masuk pelabuhan sampai ke dermaga yang
bersangkutan,

 Lokasi Dermaga harus berada dalam koordinasi dengan rencana pemanfaatan


lahan untuk area-area disekelilingnya

 Dermaga harus ditempatkan pada area dengan akses lalu lintas darat dan
fasilitas penyimpanan yang baik

 Dermaga harus dikonstruksikan dengan cara yang mudah, kuat dan murah

 Lokasi Dermaga harus memungkinkan untuk pertumbuhan dan


perkembangan lebih lanjut.

6.3 TIPE DERMAGA

 Tipe Paralel ( Wharf )

dermaga yang dibuat sejajar garis pantai, atau berimpit garis pantai

 Tipe Pier

Dermaga yang dibangun menjorok ke arah laut, tegak lurus atau


membentuk sudut terhadap garis pantai.

43
6.4 PANJANG DERMAGA DAN KEDALAMAN AIR

Panjang Dermaga ditentukan dengan panjang kapal ditambah dengan lebar kapal.

Panjang tambahan sekitar 30 meter harus ditambahkan di kedua sisi dermaga

Kedalaman air pada bagian muka Dermaga ditentukan sama dengan kedalaman
kolam pelabuhan.

44
BAB VII

FENDER DAN ALAT PENAMBAH

7.1 FENDER DAN ALAT PENAMBAH

Kapal yang akan merapat ke dermaga masih mempunyai kecepatan sehingga pada
saat merapat terjadi benturan antara kapal dan dermaga.

Walaupun kecepatan kapal kecil tetapi massanya sangat besar akan


mengakibatkan benturan yang besar, maka energi yang terjadi akibat benturan
tersebut juga besar.

Untuk menghindari kerusakan pada kapal maupun dermaga karena benturan,


maka didepan dermaga diberi bantalan yang berfungsi sebagai penyerap energi
benturan.

Bantalan yang ditempatkan didepan dermaga disebut dengan FENDER

7.2 FENDER

adalah perangkat yang digunakan untuk meredam benturan yang terjadi pada
saat kapal akan merapat ke dermaga atau pada saat kapal yang sedang
ditambatkan tergoyang oleh gelombang atau arus yang terjadi di pelabuhan.
Peredaman dilakukan dengan menggunakan bahan elastis, biasanya terbuat dari
karet

Beberapa tipe fender yaitu :


Fender Kayu

45
a. Fender Kayu gantung

Fender kayu berupa batang-batang kayu yang dipasang horizontal atau vertikal

Contoh :

Fender dari kayu yang digantung

pada sisi dermaga.

Panjang fender sama dengan

sisi atas dermaga sampai muka air.

Fender kayu ini mempunyai sifat

untuk menyerap energi.

b. Fender tiang pancang kayu

ditempatkan didepan dermaga dengan kemiringan 1 (horizontal): 24 (vertikal)

akan menyerap energi karena defleksi yang terjadi pada waktu dibentur kapal
dan balok kayu memanjang

Contoh :

Fender kayu yang berupa

tiang pancang yang dilengkapi

dengan balok memanjang.

Tiang kayu dipasang pada

setiap seperempat bentang.

46
Fender kayu yang dipasang pada tiang pancang dari besi profil. Dibelakang
tiang besi juga dipasang balok profil memanjang. Antara tiang dan sisi atas
dermaga diberi bantalan kayu. Penyerapan energi diperoleh dari fender kayu
dan defleksi tiang dan balok besi.

Di depan fender ditempatkan balok apung yang berfungsi untuk menahan


kapal tetap didepan dermaga dan membantu mendistribusikan beban
disepanjang sistem fender.
Balok apung diikatkan pada fender dengan menggunakan kabel baja

Fender Karet

Bentuk paling sederhana dari fender karet yang banyak digunakan berupa ban-
ban luar mobil yang dipasang pada sisi depan disepanjang dermaga.

Fender ban mobil digunakan untuk kapal-kapal kecil

Bentuk fender karet antara lain :

47
a. fender karet tabung silinder
Fender digantung secara melengkung pada dermaga dengan menggunakan
rantai (draped fender).
Fender ini cocok untuk dermaga tipe tertutup (solid).

b. fender karet raykin


terdiri dari plat-plat baja yang dibuat berlapis dengan karet

48
c. fender karet Seibu V
Sesuai dengan perkembangan kapal tanker dengan ukuran yang sangat besar,
telah dikembangkan pula fender karet Seibu tipe V yang dapat menahan
benturan kapal tanker besar.

Untuk menahan energi yang lebih besar dapat dilakukan dengan memasang
dua fender Seibu menjadi satu. Dengan cara seperti itu penyerapan energi
dapat menjadi dua kali lipat tanpa terjadi peningkatan gaya reaksi

Fender Grafitasi
Fender grafitasi yang digantung sepanjang dermaga dan dibuat dari tabung baja
yang diisi dengan beton dan sisi depan diberi pelindung kayu dengan berat 15 ton

49
Apabila terbentur kapal, fender akan bergerak kebelakang dan keatas,
sehingga kecepatan kapal dapat dikurangi, karena untuk menggerakan
kebelakang dibutuhkan tenaga yang cukup besar.

Tipe Fender lainnya


Selain beberapa tipe fender yang telah disebutkan diatas masih banyak tipe tipe
fender lainnya, seperti :

HYPER CELL FENDER DYNA ARCH FENDER CYLINDRICAL FENDER

50
SUPER CELL FENDER SUPER ARCH FENDER SMALL CRAFT FENDERING

7.3 PERENCANAAN FENDER

Dalam perencanaan fender dianggap bahwa kapal merapat ke dermaga


membentuk sudut 100 dan kapal bermuatan penuh

Pada saat merapat sisi depan kapal membentur fender, dan hanya ½ dari bobot
kapal yang secara efektif menimbulkan energi benturan yang diserap oleh fender
dan dermaga.

Karena benturan tersebut fender memberikan gaya reaksi F apabila d adalah


defleksi fender,

51
maka terdapat hubungan :

Dengan :

F : gaya bentur yang diserap sistem fender

d : defleksi fender

V : Komponen kec. Dalam arah tegak lurus sisi

dermaga

W : bobot kapal bermuatan penuh

g : grafitasi

7.4 POSISI DAERAH YANG DILINDUNGI

Tipe dan penempatan fender pada sisi depan dermaga harus dapat melindungi
dan menyerap energi benturan dari semua jenis dan ukuran kapal untuk berbagai
elevasi muka air

a. Fender dapat melindungi dermaga terhadap benturan kapal besar, untuk


kapal kecil fender tidak berfungsi dengan baik

b. Fender yang lebih panjang dapat melindungi dermaga terhadap benturan


kapal dari berbagai ukuran

52
Dalam arah horizontal jarak antara fender harus ditentukan sedemikian rupa
sehingga dapat menghindari kontak langsung antara kapal dan dermaga.

Untuk menentukan jarak maksimum antar fender, sebagai :

L : jarak maksimum antar fender (m)

r : jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal (m)

h : tinggi fender

7.5 ALAT PENAMBAT

Adalah suatu konstruksi yang digunakan untuk

 Mengikat kapal pada saat berlabuh, agar tidak terjadi pergerakan kapal oleh
gelombang, arus dan angin

53
 Menolong kapal untuk berputar

Alat penambat ini dapat diletakkan di darat / dermaga dan didalam air.

Menurut macam konstruksinya alat penambat dapat dibedakan menjadi tiga


macam, yaitu :

 Bolder / Alat pengikat

digunakan sebagai tambatan kapal yang berlabuh dengan


mengikatkan tali yang di pasang pada haluan, buritan dan badan kapal ke
dermaga.

Bolder diletakan pada sisi dermaga dengan jarak antara bolder 15 – 25 meter

 Dolphin

Suatu konstruksi untuk menambat kapal tangker berukuran besar,


biasanya digunakan bersama-sama dengan pier dan wharf untuk
nenperpendek panjang bangunan tersebut.

Dolphin ini banyak digunakan pada pelayanan bongkar muat barang curah

Dolphin dibedakan menjadi dua macam yaitu :

54
 Dolphin Penahan (breasting dolphin)

mempunyai ukuran yang lebih besar, dilengkapi dengan fender untuk


menahan benturan dan bolder untuk menempatkan tali

 Dolphin Penambat (mooring dolphin)

hanya digunakan sebagai tambatan, diletakan dibelakang dermaga,


dan dilengkapi dengan bolder

Menurut konstruksinya, dolpin dapat dibedakan menjadi :

 Dolphin lentur

terdiri dari sekelompok tiang dari kayu, besi, beton (3,7,19 atau lebih)
yang diikat menjadi satu dengan menggunakan kabel baja.

Biasanya digunakan oleh kapal-kapal kecil (5000 DWT)

 Dolphin kaku

terdiri dari tiang-tiang pancang kayu, baja, beton atau sel turap dan
dilengkapi denga fender.

55
Apabila kapal yang bertambat cukup besar, maka digunakan tambatan
kapal yang dibuat dari plat beton tebal yang didukung oleh tiang-tiang baja
yang dipancang secara vertikal dan miring

Dolphin kaku dari beton Dolphin kaku dari kayu Dolphin kaku dari sel turap baja

 Pelampung penambat ( mooring buoys )

Pelampung penambat berada di dalam kolam Pelabuhan atau di tengah laut.

Kapal-kapal yang akan melakukan bongkat muat barang tidak selalu dapat
langsung merapat di dermaga karena dermaga sedang dipergunakan / penuh,
diperbaiki.

Jika kapal berada di luar lindungan pemecah gelombang, kapal dapat berlabuh
dengan cara membuang jangkarnya sendiri tetapi tidak selalu tenang, oleh
karena itu kapal dianjurkan berlabuh didalam lindungan pemecah gelombang.

Mengingat luas daerah lindungan pemecah gelombang terbatas, maka kapal


yang berlabuh menggunakan jangkarnya sendiri dapat mengganggu kapal
lain, karena kapal akan berputar 360o .

56
Putaran kapal terhadap jangkarnya

Selain sebagai pengikat kapal, dapat juga berfungsi sebagai penolong untuk
berputar kapal dan membantu pengereman

Pelampung untuk membelok

Penambatan kapal dapat dilakukan dengan jangkarnya sendiri atau dengan


sebuah pelampung, atau sekelompok pelampung maupun kombinasi dari
keduanya.

Jumlah pelampung tergantung dari ukuran kapal angin, arus,


gelombang dan keadaan dasar laut serta pertimbangan ekomoni.

57
BAB IX

FASILITAS PELABUHAN KHUSUS

9.1 POLA KEGIATAN OPERASIONAL

9.2 POLA PENANGANAN IKAN

58
9.3 POLA PENDARATAN IKAN

9.4 FASILITAS LAUT

Fasilitas laut meliputi dermaga (dermaga bongkar dan muat), kolam


pelabuhan, alur pelayaran, dan bangunan pelindung pelabuhan/breakwater.

9.5 FASILITAS DARAT

Secara garis besar area darat dapat dibagi menjadi 5 zona, yaitu:

1) Zona Pelelangan Ikan

2) Zona Permukiman

3) Zona Perkantoran dan Sosial

4) Zona Perbekalan, Bengkel dan Docking

5) Zona Industri

59
BAB X

PASANG SURUT

10.1 DEFINISI ELEVASI MUKA AIR

Pasang laut adalah naik atau turunnya posisi


permukaan perairan atau samudera yang disebabkan oleh pengaruh gaya
gravitasi bulan dan matahari. Pasang laut menyebabkan perubahan kedalaman
perairan dan adanya arus pasang, sehingga perkiraan kejadian pasang sangat
diperlukan dalam navigasi pantai. Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya
tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Teori keseimbangan : pasang surut akan
terdiri dari beberapa komponen yang mempunyai kecepatan amplitudo dan
kecepatan sudut tertentu.

10.2 TIPE PASANG SURUT

Pasang Purnama

terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada
setiap sekitar tanggal 1 dan 15.

Pasang Perbani

terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. pada
sekitar tanggal 7 dan 21

60
A. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)

Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali air surut dengan tinggi
yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur.
Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.

B. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)

Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode
pasang surut adalah 24 jam 50 menit.

C. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing


semidiurnal)

Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi
dan periodenya berbeda. Pada pasang-surut campuran condong ke harian
ganda (mixed tide, prevailing semidiurnal)

D. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing


diurnal)

Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut,
tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Sedangkan jenis
campuran condong ke harian tunggal (mixed tide, prevailing diurnal)

10.3 PENGAMATAN PASANG SURUT

Tide Staff

• berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter.

• pengukuran pasang surut di lapangan

• alat pengukur pasut paling sederhana

61
Tide gauge

Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik


dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian
permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam komputer.

Satelit

Yaitu dengan Sistem satelit altimetri

Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri


yaitu pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak vertikal
dari satelit ke permukaan laut.

62
BAB XI

GELOMBANG

11.1 KONDISI GELOMBANG DILAUT DALAM

Gelombang laut adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak
lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang
laut disebabkan oleh angin, gaya tarik menarik bumi – bulan – matahari, gempa
di dasar laut, maupun pergerakan kapal. Angin di atas lautan memindahkan
tenaganya ke permukaan perairan, menyebabkan riak-riak, alunan/bukit, dan
berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang atau ombak.

Gelombang laut dalam Adalah suatu gelombang dimana panjangnya lebih besar
daripada kedalaman airnya.

11.2 DEFORMASI GELOMBANG

Deformasi Gelombang adalah perubahan bentuk atau sifat gelombang yang


disebabkan oleh beberapa faktor ketika akan mendekati pantai. Perubahan atau
deformasi gelombang tersebut meliputi refraksi, difraksi, dan refleksi, yang pada
akhirnya berpengaruh pada garis pantai dan bangunan yang ada disekitarnya.

Refraksi

Refraksi adalah perubahan pembelokan arah suatu gelombang yang


disebabkan oleh pendangkalan atau perubahan kedalaman laut serta faktor
angin pada daerah laut dangkal. Ketika gelombang yang akan memasuki wilayah
pantai, kecepatan menjalar puncak gelombang pada perairan yang lebih dangkal

63
akan lebih kecil dibandingkan dengan puncak pada kedalaman yang lebih dalam.
Sehingga puncak gelombang akan mengalami suatu pembelokkan.

Difraksi

Difrraksi adalah penyebaran atau pembelokan gelombang setelah


menghantam suatu halangan, biasanya berupa bangunan pemecah gelombang
(break water) maupun pulau-pulau kecil yang berada disekitarnya, maka
gelombang tersebut akan membelok disekitar ujung rintangan/halangan dan
masuk didaerah terlindung dibelakangnya.
Dalam difraksi gelombang ini terjadi transfer energi dalam arah tegak lurus
penjalaran gelombang menuju daerah terlindung. Transfer energi ke daerah
terlindung menyebabkan terbentuknya gelombang baru, meskipun tidak
sebesar gelombang diluar daerah terlindung.

Refleksi

Refleksi adalah pemantulan suatu gelombang yang terjadi saat gelombang


datang dan membentur suatu halangan, biasanya berupa bangunan pemecah
gelombang (break water) maupun pulau-pulau kecil yang berada disekitarnya.
Untuk menentukan antulan gelombang diperoleh dari koefisien refleksi yang
berbeda-beda untuk berbagai macam dan tipe bangunan atau halangan
tersebut.

Shoaling

Shoaling merupakan perubahan tinggi gelombang dan panjang gelombang


dikarenakan perubahan kedalaman dari yang dalam sampai ke dangkal.

64
BAB XII

PEMECAH GELOMBANG

12.1 PENGERTIAN PEMECAH GELOMBANG

Pemecah gelombang (breakwater) adalah bagunan yang digunakan untuk


melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan gelombang. Bangunan ini
memisahkan daerah perairan dari laut lepas, sehingga perairan pelabuhan tidak
banyak dipengaruhi oleh gelombang besar di laut. Daerah perairan dihubungkan
dengan laut oleh mulut pelabuhan dengan lebar tertentu dimana kapal keluar
masuk melalui celah tersebut.

Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi


dua macam yaitu pemecah gelombang “sambung pantai” dan “lepas pantai”.
Tipe pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan,
sedangkan tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum
kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu
ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah
gelombang, seperti halnya pada perencanaan jetty.

Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah
bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis
pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan
pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum
sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan. Endapan ini
dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.

65
12.2 TIPE PEMECAH GELOMBANG

BREAKWATER SISI MIRING


Pada umumnya pemecah gelombang sisi miring dibuat dari tumpukan batuan
alam yang dilindungi oleh lapis pelindung berupa batu besar ataupun beton
dengan bentuk tertentu. Pemecah gelombang ini lebih cocok digunakan pada
kondisi tanah yang lunak dan tidak terlalu dalam.

Breakwater sisi miring bersifat fleksibel karena jika serangan gelombang


kerusakan yang terjadi tidak secara tiba-tiba, meskipun beberapa butiran
longsor. Biasanya butir batu pemecah gelombang sisi miring disusun dalam
beberapa lapis, dengan lapis terluar terdiri dari batu dengan ukuran besar dan
semakin ke dalam ukurannya semakin kecil. Bentuk butiran akan berpengaru
terhadap kaitan antara butir batu yang ditumpuk. Butir batu dengan sisi tajam
akan mengait satu sama lain dengan lebih baik seingga stabil.
BREAKWATER SISI TEGAK
Breakwater tipe ini biasanya ditempatkan di laut dengan kedalaman lebih
dalam dangan tanah dasar keras. Karena dinding breakwater tegak, maka akan
terjadi gelombang diam atau klapotis yaitu superposisi antara gelombang
datang dan gelombang pantul.
BREAKWATER GABUNGAN
Pada pemecah gelombang gabungan konstruksi dikombinasikan antara
pemecah gelombang sisi Tegak yang dibuat di atas pemecah gelombang sisi
miring. Breakwater campuran dibuat apabila kedalaman air sangat besar dan
tanah dasar tidak mampu menahan beban dari pemecah gelombang sisi tegak.
Pada waktu air surut bangunan berfungsi sebagai pemecah gelombang sisi
miring, sedang pada waktu air pasang berfungsi sebagai pemecah gelombang
sisi tegak.

66
12.2 ANALISA PEMECAH GELOMBANG

FAKTOR-FAKTOR PERENCANAAN BREAKWATER


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan Breakwater:

1. Ukuran dan layout pelabuhan.


2. Bahan breakwater
3. Kedalaman perairan
4. Kondisi tanah dasar laut
5. Besar dan arah gelombang
6. Pasang surut.

67
BAB XIII

ALAT PEMANDU PELAYARAN

13.1 PEMANDU PELAYARAN KONSTRUKSI TETAP

1. Rambu pelayaran pada pier, wharf, dolphin, dan sebagainya. Untuk


mengetahui batas-batas dari Pier, Wharf, Dolpin Penambat dan Bangunan-
bangunan lainnya Rambu Suar biasa ditempatkan pada ujung-ujung bangunan
fasilitas tersebut. Untuk Dolpin atau bangunan yang kecil ditempatkan satu
buah rambu. Biasanya rambu yang mengeluarkan cahaya (lampu) tersebut
berwarna putih yang dipasang pada bangunan. Cahaya tersebut biasanya
menggunakan sumber cahaya listrik

2. Rambu Suar pada pemencah gelombang, pantai, dan sebagainya.Rambu ini


merupakan konstruksi tetap yang ditempatkan di ujung pemecah gelombang
pada mulut pelabuhan dan di tempat-tempat yang berbahaya bagi
kapal. Bangunan ini dibuat dari konstruksi rangka baja bebentuk menara
dengan sumber cahaya berada di puncak bangunan. Sumber cahaya bisa
berupa tenaga listrik dari pantai, baterai, atau gas acetyline.

3. Mercu Suar adalah konstruksi menara yang tinggi dengan lampu suar yang
berada dipuncaknya. Bangunan ini biasanya didirikan disuatu titik dipantai
untuk memandu kapal yang akan menuju pelabuhan. Mercu suar juga dapat
ditempatkan di karang, gosong atau ditempat yang berbahaya untuk
pelayaran. Mercu Suar bisa dibuat dari pasangan batu dan konstruksi baja,
dan harus cukup kuat untuk bisa menahan serangan gelombang. Menara
Mercu Suar juga harus cukup tinggi sehingga lampu suar dapat dilihat oleh

68
kapal yang sedang mendekat, paling tidak dari jarak 32 km, dengan
memperhatikan bentuk bumi yang bulat.

13.2 ALAT PEMANDU PELAYARAN KONSTRUKSI TERAPUNG

Alat pemandu tipe ini berupa pelampung (buoy) yang dilengkapi dengan alat pemberi
tanda peringatan yang bisa berupa lampu, pemantul gelombang radar (radar
reflektor), bel atau bunyi peringatan lainnya, yang tergantung pada penggunaannya
yang di letakkan di suatu tempat tertentu. Pada tipe ini alat pemandu pelayaran dapat
berupa kapal rambu suar atau pelampung dengan bentuk yang telah distandarisasi.

1. Kapal Rambu Suar Kapal Rambu Suar adalah suatu Kapal kecil dengan bobot 500
ton atau lebih yang bisa diawaki atau tidak diawaki yang dilengkapi dengan lampu
otomatis dan sinyal kabut yang dipasang ditempat-tempat yang sulit untuk
dibangun Mercu suar. Lampu sinyal biasa ditempatkan pada ketinggian 9-12 m
diatas muka air. Untuk membedakan dengan kapal-kapal lain, pada lambung kapal
rambu suar biasanya dicat merah dengan nama stasiun yang d1cat putih pada
kedua sisinya.
2. Pelampung (bouy) Pelampung (buoy) ini bisa dilengkapi dengan lampu, radar
pemantul, bel, atau bunyi peringatan yang disesuaikan dengan
penggunaannya. Jenis pelampung rambu suar yang ada antara antara lain adalah
pelampung bebrbentuk tiang (spar buoy), kaleng (can buoy), nun buiy, bola
(spherical buoy), pelampung bercahaya, dan sebagainya.

13.3 MACAM MACAM PELAMPUNG TAMBAT

1. Pelampung berbentuk tiang pelampung berbentuk tiang adalah pelampung yang


tidak bercahaya dan bebrbentuk tiang panjang dan tipis yang terbuat dari kayu atau
logam, yang panjangnya bisa berkisar antara 6 m dan 15 m, disertai dengan tampak
di permuaan air dan diikat dengan rantai yang dihubungkan dengan beban yang
diletakkan didasar laut.

69
2. Pelampung berbentuk kaleng (Can buoy) adalah pelampung yang tidak dilengkapi
dengan cahaya, terbuat dari logam dengan dicat hitam dan diberi nomor dengan
penomoran ganjil. Pelampung berbentuk kaleng (Can buoy) biasanya diletakkan
disebelah kiri pelabuhan atau disebelah kiri alur apabila kapal masuk dari arah
laut. Bentuk dari Can Buoy adalah rata pada bagian atasnya.

3. Nun Buoy adalah pelampung yang tidak dilengkapi dengan cahaya yang terbuat dari
logam dengan dicat merah dan diberi nomor dengan penomoran genap. Nun Buoy
biasanya diletakkan disebelah kanan kapal atau disebelah kanan alur apabila kapal
masuk dari arah laut. Bentuk dari Nan Buoy adalah kerucut pada bagian yang berada
diatas permukaan air.

4. Pelampung berbentuk bola (Spherical Buoy) mempunyai bentuk seperti bola dan
biasanya diletakkan pada tempat khusus di kanal pada tempat yang dangkaldan
terbuat dari logam yang dicat menurut posisinya. Pelampung jenis ini kadang-
kadang diberi lampu dan kadang juga tidak.

5. Pelampung bercahaya (Lighted buoy) adalah pelampung yang bercahaya dan


mempunyai kerangka (menara) yang tinggi atau konstruksi menara yang terletak
pada konstruksi dasar yang terapung yang dilengkapi dengan pelampung yang stabil
dan mampu menahan angin. Pelampung ini dicat dan diberi nomor menurut
posisinya sepanjang kanal atau tempat lainnya.

6. Pelampung dengan tanda suara (Sound Warning Buoy) adalah pelampung yang
dilengkapi dengan cahaya ataupun tidak, yang mempunyai kerangka logam yang
tinggi dan terletak pada dasar yang terapung dengan dilengkapi pelampung yang
bercahaya. Apabila pelampung tersebut dilengkapi dengan cahaya, lampu akan
diletakkan pada pada puncak konstruksi sedangkan sumber suaranya akan
diletakkan dibawahnya. Sumber suara bisa berupa bel, gong, peluit atau terompet,
yang dioperasikan sesuai gerakan pelampung atau secara otomatis. Pelampung ini
digunakan pada tempat yang khusus atau tersembunyi untuk memberikan
peringatan pada kapal yang terkena kabut baik siang maupun malam hari.

70

Anda mungkin juga menyukai