DISUSUN OLEH :
NURMILA – 2009026050
SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas segala nikmat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan Tugas Besar Pelabuhan”
sebagai pemenuhan Tugas Besar Mata Kuliah Pelabuhan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :
1. Orang tua yang selalu menjadi support system terbaik selama pengerjaan tugas besar
ini
2. Prof. Dr. Ir. H. Tamrin Rahman, S.T., M.T. selaku dosen mata kuliah Pelabuhan
yang telah mengamanahkan untuk menyusun tugas besar ini, sehingga penulis dapat
menambah ilmu dan wawasan terkait bidang studi yang ditekuni.
3. Teman- teman Teknik Sipil Angkatan 2020 yang sudah membantu
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas besar ini masih banyak terdapat
kekurangan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya tugas
besar ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca guna meningkatkan kualitas
tugas ini dan tugas- tugas lainnya pada waktu yang akan datang.
Penulis sangat berharap agar tugas ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan
pembelajaran di masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................................... 4
DAFTAR TABEL............................................................................................................................... 6
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................... 7
1.1. Perkembangan dan Arti Penting Pelabuhan ................................................................. 7
1.2. Definisi Pelabuhan......................................................................................................... 8
1.3. Macam Pelabuhan ...................................................................................................... 10
1.3.1. Ditinjau dari Segi Penyelenggaraannya ............................................................... 11
1.3.2. Ditinjau dari Segi Pengusahaannya ..................................................................... 13
1.3.3. Ditinjau dari Fungsi Perdagangan Nasional dan Internasional ........................... 14
1.3.4. Ditinjau dari Segi Penggunannya ........................................................................ 15
1.3.5. Ditinjau menurut Letak Geografis ....................................................................... 27
1.4. Kapal ............................................................................................................................ 31
1.4.1. Definisi Kapal ....................................................................................................... 31
1.4.2. Jenis Kapal ........................................................................................................... 32
1.4.3. Karakteristik Kapal............................................................................................... 40
BAB II TINJAUAN DALAM PERENCANAAN PELABUHAN .............................................................. 47
2.1. Pendahuluan ............................................................................................................... 47
2.2. Persyaratan dan Perlengkapan Pelabuhan ................................................................. 49
2.3. Pemilihan Lokasi Pelabuhan........................................................................................ 52
2.4. Tinjauan Hidro- oseanografi terhadap Bentuk Pelabuhan.......................................... 54
2.4.1 Tinjauan Pelayaran .............................................................................................. 55
2.4.2 Tinjauan Gelombang ........................................................................................... 56
2.4.3 Tinjauan Sedimentasi .......................................................................................... 57
2.4.4 Penentuan Tata Letak Pemecah Gelombang ...................................................... 61
2.5. Tata Letak Fasilitas Pelabuhan .................................................................................... 62
2.6. Mulut Pelabuhan ......................................................................................................... 65
DAFTAR GAMBAR
Pada awalnya, pelabuhan hanya merupakan suatu tepian di mana kapal- kapal dan perahu-
perahu dapat merapat dan bertambat untuk bisa melakukan bongkar muat barang,
menarik- turunkan penumpang dan kegiatan lain. Untuk bisa melakukan kegiatan tersebut
maka pelabuhan harus tenang terhadap gangguan gelombang, sehingga pada masa itu
pelabuhan berada di tepi sungai, teluk atau pantai yang secara alami terlindung terhadap
gangguan gelombang. Dengan berkembangnya kehidupan sosial dan ekonomi maka
perpindahan antar penduduk maupun barang dari satu daerah ke daerah lain juga
berkembang. Dengan demikian diperlukan sarana dan prasarana pengangkutan yang lebih
memadai. Pelabuhan tidak lagi harus berada di daerah terlingdung secara alami, tetapi
bisa berada di laut terbuka, untuk mendapatkan perairan yang luas dan dalam, dengan
membuat pemecah gelombang untuk melindungi daerah perairan.
Pelabuhan menjadi salah satu unsur penentu terhadap aktivitas perdagangan. Pelabuhan
yang dikelola secara baik dan efisien akan mendorong kemajuan perdagangan, bahkan
industri di daerah akan maju dengan sendirinya. Pelabuhan menjadi jembatan
penghubung pembangunan jalan raya, jaringan rel kereta api, dan pergudangan tempat
distribusi. Tidak kalah pentingnya peran pelabuhan adalah focal point bagi perekonomian
maupun perdagangan dan menjadi kumpulan badan usaha seperti pelayaran dan
keagenan, pergudangan, freight forwading, dan lain sebagainya.
Peran pelabuhan (Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 2009 Tentang Kepelauhan), yaitu :
(a) Simpul Jaringan Transportasi
(b)Pintu Gerbang Kegiatan Ekonomi
(c) Tempat Kegiatan Alih Moda Transportasi
(d)Penunjang Kegiatan Industri dan Perdagangan
(e) Tempat Distribusi, Produksi dan Konsolidasi Muatan Atau Barang
(f) Mewujudkan Wawasan Nusantara dan Kedaulatan Negara
Penyelenggara pelabuhan yang lebih fleksibel dan otonom sebagai pemegang hak
pengelolaan lahan daratan dan perairan (landlord port authority) dapat dilaksanakan
secara bertahap melalui perencanaan pelabuhan yang mampu mengantisipasi dinamika
pertumbuhan kegiatan ekonomi. Sistem operasi pelabuhan yang aman dan terjamin pada
tingkat keselamatan kapal dan keamanan fasilitas pelabuhan yang baik serta mempunyai
aset dan sumber daya manusia yang andal. Keandalan teknis minimal diperlukan untuk
memenuhi standar keselamatan kapal dan keamanan fasilitas pelabuhan yang berlaku di
seluruh pelabuhan.
Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang
dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat
untuk bongkar muat barang, kran-kran (crane) untuk bongkar muat barang, gudang laut
(transito) dan tempat-tempat penyimpanan dimana kapal membongkar muatannya, dan
gudang-gudang dimana barang-barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama
selama menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan. Terminal ini dilengkapi
dengan jalan kereta api dan/atau jalan raya.
Pelabuhan adalah sebuah fasilutas di ujung samudera, sungai atau danau untuk menerima
kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan
memiliki fungsi sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan pengusahaan; fungsi
pemindahan muatan (transhipment) yaitu melayani perpindahan muatan, (barang dan
penumpang), baik angkutan laut dalam negeri maupun luar negeri dan fungsi industri
yaitu berfungsi sebagai pelabuhan laut yang merupakan indsutri jasa dan dapat memadu
dengan industri- industri pabrik sekitarnya. pelabuhan merupakan kegiatan ekonomi
dasar yang penting sehingga banyak kota di dunia dimana kegiatan ekonomi berpusat
sekitar pelabuhan.
Kepelabuhanan (harbor) adalah segaal sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi
pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas kapal,
penumpang dan/ atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan
intra dan/ atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan
tetap memperhatikan tata ruang wilayah.
Pelabuhan merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu wilayah atau negara dan
sebagai prasarana penghubung antara daerah, antar pulau atau bahkan antar negara, benua
dan bangsa. Dengan fungsinya tersebut maka pembangunan pelabuhan harus dapat
dipertanggungjawabkan baik secara sosial, ekonomis maupun teknis.
Penggolongan pelabuhan di Indonesia berdasarkan 4th Gate Way Ports System adalah
sebagai berikut :
1. Gate Way Port, yang terdiri dari pelabuhan berikut :
a. Tanjunf Priok c. Belawan
b. Tanjung Perak d. Ujung Pandan
2. Regional Collector Port, yang terdiri dari pelabuhan berikut :
a. Teluk Bayur, f. Pontianak, k. Lhok Seumawe
b. Palembang. g. Cirebon l. Sorong
c. Balikpapan, h. Panjang, m. Bitung
d. Dumai, i. Ambon n. Semarang
e. Lembar j. Kendari
3. Trunk Port, yang dibedakan menjadi 2 kategori :
Kategori 1:
a. Banjarmasin, f. Donggala, k. Jayapura
b. Samarinda, g. Tenau, l. Gorontalo
c. Meneng, h. Ternate, m. Bengkulu
d. Cilacap, i. Krueng Raya, n. Batam
e. Tarakan, j. Sibolga,
Kategori II :
a. Kuala Langsa, e. Jambi, i. Merauke
b. Sampit, f. Pare- Pare, j. Toli- Toli
c. Benoa, g. Sintete, k. Kalianget
d. Pakanbaru, h. Biak,
4. Feeder Port
Pelabuhan ini merupakan pelabuhan kecil dan perintis yang jumlahnya lebih dari 250
buah di seluruh indonesia. Pelabuhan perintis ini dimaksudkan untuk membuka
kegiatan ekonomi daerah terpencil, seperti di wilayah barat Sumatera, NTB dan NTT,
Maluku dan Irian Jaya.
Pelabuhan dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung pada sudut tinjauannya,
yaitu dari segi penyelenggaraannya, pengusahaannya, fungsi dalam perdagangan nasional
dan internasional, segi kegunaan dan letak geografisnya. Penjelasan terkait macam
pelabuhan adalah sebagai berikut :
Gambar 1. 1 Wilayah Pengelolaan Pelabuhan di Indonesia
1. Pelabuhan Umum
Pelabuhan ini hanya merupakan tempat singgahan kapal, tanpa fasilitas bongkar muat,
bea cukai dan sebagainya. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan kecil yang disubsidi oleh
Pemerintah, dan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jendral Perhubungan
Laut. Contoh Pelabuhan yang tidak diusahakan adala Pelabuhan Sendang Biru, Malang,
Jawa Timur.
Gambar 1. 6 Pelabuhan Sendang Biru, Malang, Jawa Timur
1. Pelabuhan Laut
Pelabuhan laut adalah pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal-kapal berbendera asing.
Pelabuhan ini biasanya merupakan pelabuhan utama di suatu daerah yang dilabuhi kapal-
kapal yang membawa barang untuk ekspor/ impor secara langsung ke dan dari luar negeri.
Di Indonesia terdapat lebih dari seratus pelabuhan seperti ini. Contohnya adalah
Pelabuhan Gorontalo, Pelabuhan Tarakan, Tanjung Mas Semarang, Tanjung Intan
Cilacap dan masih banyak lagi.
2. Pelabuhan Pantai
Pelabuhan pantai ialah pelabuhan yang disediakan untuk perdagangan dalam negeri dan
oleh karena itu tidak bebas disinggahi oleh kapal berbendera asing. Kapal asing dapat
masuk ke pelabuhan ini dengan meminta ijin terlebih dahulu. Contoh Pelabuhan Pantai
adalah Pelabuhan Pantai Ratu.
1. Pelabuhan Ikan
Pelabuhan ikan menyediakan tempat bagi kapal-kapal ikan untuk melakukan kegiatan
penangkapan ikan dan memberikan pelayanan yang diperlukan. Berbeda dengan
pelabuhan umum di mana semua kegiatan seperti bongkar muat barang, pengisian
perbekalan, perawatan dan perbaikan ringan yang dilakukan di dermaga yang sama, pada
pelabuhan ikan sarana dermaga disediakan secara terpisah untuk berbagai kegiatan. Hal
ini mengingat bahwa hasil tangkapan ikan adalah produk yang mudah busuk sehingga
perlu penanganan secara cepat. Di samping itu jumlah kapal yang berlabuh di pelabuhan
bisa cukup banyak sehingga penggunaan fasilitas pelabuhan, terutama dermaga harus
dilakukan seefisien mungkin. Pelabuhan ikan dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk
mendukung kegiatan penangkapan ikan dan kegiatan-kegiatan pendukungnya, seperti
pemecah gelombang, kantor pelabuhan, dermaga, tempat pelelangan ikan (TPI), tangki
air, tangki BBM, pabrik es, ruang pendingin, tempat pelayanan/perbaikan kapal dan
tempat penjemuran jala.
Untuk bisa memberikan pelayanan hasil penangkapan ikan dengan cepat, maka dermaga
pada pelabuhan ikan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu dermaga bongkar, dermaga
tambat dan dermaga perbekalan. Fungsi dari masing-masing dermaga dijelaskan berikut
ini.
1. Dermaga Bongkar, dermaga ini digunakan oleh kapal-kapal yang baru datang dari
melaut untuk membongkar hasil tangkapan ikan. Setelah merapat ke dermaga, ikan
harus segera di bongkar dan langsung dibawa ke TPI (tempat pelelangan ikan) yang
letaknya tidak jauh dari dermaga bongkar. Di TPI ikan hasil tangkapan dilelang. Agar
dermaga bongkar dapat digunakan lagi oleh kapal yang datang berikutnya, setelah
semua hasil tangkapan ikan diangkut ke TPI, kapal segera meninggalkan dermaga
bongkar menuju dermaga tambat.
2. Dermaga Tambat, di dermaga ini kapal ditambatkan dan ABK (anak buah kapal)
pulang ke rumah untuk beristirahat setelah selama satu minggu atau bahkan lebih
berada di laut untuk menangkap ikan. Selama berada di dermaga tambat dilakukan
perawatan kapal dan perawatan serta perbaikan alat penangkap ikan. Di dermaga ini
ABK melakukan persiapan untuk melaut berikutnya. Di dekat dermaga tambat
disediakan lahan untuk penjemuran jaring dan bangunan untuk menjurai dan
memperbaiki jaring, serta tempat untuk penyimpanan alat tangkap dan suku cadang.
3. Dermaga Perbekalan, ketika nelayan akan melaut lagi, kapal yang ditambatkan di
dermaga tambat di bawa ke dermaga perbekalan untuk mempersiapkan bekal yang
akan dibawa melaut. Bahan pokok yang disiapkan untuk melaut adalah bahan
makanan, air tawar, bahan bakar minyak dan es. Setelah semua perbekalan disiapkan,
selanjutnya kapal meninggalkan dermaga dan melaut lagi.
Gambar 1.9 adalah contoh Pelabuhan Ikan Cilacap. Pelabuhan Ikan Cilacap berada di
pantai Teluk Penyu dan menghadap ke Samudera Indonesia dengan gelombang cukup
besar. Pelabuhan tersebut merupakan pelabuhan dalam yang dibuat dengan mengeruk
daerah daratan untuk digunakan sebagai perairan pelabuhan. Dengan membuat kolam
pelabuhan di daerah darat, akan dapat mengurangi panjang pemecah gelombang. Tetapi,
dengan demikian dibutuhkan pengerukan yang lebih besar. Pemecah gelombang dibuat
dari tumpukan batu dengan lapis pelindung dari tetrapod. Biaya pembuatan pemecah
gelombang di laut dengan gelombang besar adalah sangat mahal. Pemecah gelombang ini
hanya berfungsi untuk melindungi mulut pelabuhan (bukan perairan pelabuhan) sehingga
bisa lebih pendek dan murah. Pelabuhan ini direncanakan dapat menampung 250 kapal
dengan ukuran kapal maksimal 100 GRT dan kedalaman pelabuhan adalah 3,0 m.
Produksi ikan yang di harapkan adalah 36 ton/hari.
Fasilitas-fasilitas yang ada pada pelabuhan ini adalah kantor pelabuhan, kantor
syahbandar, pemecah gelombang, dermaga (pier/jetty), tempat pelelangan ikan,
penyediaan air tawar, persediaan bahan bakar minyak, pabrik es, tempat pelayanan/
reparasi kapal (slipway), rambu suar, tempat penjemuran ikan dan perawatan jala. Dalam
gambar 1.9, fasilitas 4.a adalah dermaga bongkar, 4.b adalah dermaga tambat, 4.c adalah
dermaga perbekalan. Pelabuhan Ikan Cilacap ini dibangun pada tahun 1993. Gambar 1.10
adalah gambar Pelabuhan Ikan Cilacap.
Untuk keamanan, pelabuhan minyak harus diletakkan agak jauh dari keperluan umum.
Pelabuhan minyak biasanya tidak memerlukan dermaga atau pangkalan yang harus dapat
menahan muatan vertikal yang besar, melainkan cukup membuat jembatan perancah atau
tambatan yang di buat menjorok ke laut untuk mendapatkan kedalaman air yang cukup
besar. Bongkar muat di lakukan dengan pipa-pipa dan pompa-pompa. Gambar 1.11 dan
1.13 adalah contoh pelabuhan minyak dan Gambar 1.12 adalah gambar jetty/ dermaga
yang menjorok ke laut untuk bertambat kapal tanker.
Pipa-pipa penyalur diletakkan dibawah jembatan agar lalu lintas diatas jembatan tidak
terganggu. Tetapi pada tempat-tempat di dekat kapal yang merapat, pipa-pipa di naikkan
ke atas jembatan guna memudahkan penyambungan pipa-pipa. Biasanya di jembatan
tersebut juga ditempatkan pipa uap untuk membersihkan tangki kapal dan pipa air untuk
suplai air tawar. Untuk menghindari benturan antara dermaga dengan kapal, dibuat
breasting dolphin yang digunakan untuk menahan benturan kapal dan mooring dolphin
untuk menambatkan kapal.
Perkembangan ukuran kapal tanker yang cukup pesat mempunyai konsekuensi draft kapal
melampaui kedalaman air didepan jetty/dermaga sehingga kapal tidak bisa berlabuh.
Untuk itu kapal tangker dengan ukuran besar ditambatkan pada sarana tambat yang
spesifik yaitu SPM (Single Point Mooring) yaitu suatu tambatan berupa pelampung yang
berada di lepas pantai, yang berfungsi sekaligus sebagai sarana bongkar muat. Melalui
SPM ini minyak yang ada di tanker dibongkat serta dialirkan ke tangki minyak yang
berada di darat melalui pipa bawah laut. Gambar 1.14 adalah sket dan gambar bentuk
SPM.
Gambar 1. 11 Pelabuhan Minyak
3. Pelabuhan Barang
Di pelabuhan ini terjadi perpindahan moda transportasi, yaitu dari angkutan laut ke
angkutan darat dan sebaliknya. Barang di bongkar dari kapal dan di turunkan di dermaga.
Selanjutnya barang tersebut di angkut langsung dengan menggunakan truk atau kereta api
ke tempat tujuan, atau di simpan di gudang atau lapangan penumpukan terbuka sebelum
di kirim ke tempat tujuan. Demikian pula sebaliknya, barang-barang dari pengirim
ditempatkan di gudang atau lapangan penumpukan sebelum dimuat ke kapal dan diangkut
ke pelabuhan tujuan.
Untuk mendukung kegiatan tersebut, suatu pelabuhan harus dilengkapi dengan fasilitas
berikut ini.
a. Dermaga dimana kapal akan bertambat dan melakukan kegiatan bongkar muat barang.
Panjang dermaga harus cukup untuk menampung seluruh panjang kapal atau setidak-
tidaknya 80% dari panjang kapal. Hal ini disebabkan karena muatan di bongkar muat
melalui bagian muka, belakang dan tengah kapal.
b. Mempunyai halaman dermaga yang cukup lebar untuk keperluan bongkar muat
barang. Barang yang akan di muat di siapkan di atas dermaga dan kemudian di angkat
dengan kran masuk kapal. Demikian pula pembongkarannya di lakukan dengan kran
dan barang diletakkan di atas dermaga yang kemudian diangkut ke gudang.
c. Mempunyai gudang transito (gudang lini I) dan lapangan penumpukan terbuka serta
gudang penyimpanan.
d. Tersedia jalan raya dan/atau jalan kereta api untuk pengangkutan barang dari
pelabuhan ke tempat tujuan dan sebaliknya.
e. Peralatan bongkar muat untuk membongkar muatan dari kapal ke dermaga dan
sebaliknya serta untuk mengangkut barang ke gudang dan lapangan penumpukan.
Gambar 1.16 dan Gambar 1.17 adalah contoh pelabuhan barang umum. Di belakang
dermaga terdapat gudang lini I yang digunakan untuk menyimpan barang setelah
dibongkar dari kapal atau sebelum diangkut dengan kapal. Gambar 1.18 adalah skema
terminal peti kemas, sedangkan Gambar 1.19 adalah contoh terminal peti kemas yang
bongkar muat peti kemas di lakukan dengan menggunakan kran dari darat. Kran darat
(quai gantry crane) berada diatas rel yang dapat bergerak disepanjang dermaga. Beberapa
pelabuhan di Indonesia telah di lengkapi dengan quai gantry crane seperti Pelabuhan
Tanjung Priok, Tanjung Mas, Tanjung Perak, Belawan, Makasar dan Panjang di
Lampung. Pada pelabuhan yang belum di lengkapi dengan quai gantry crane, bongkar
muat peti kemas di lakukan dengan menggunakan kran kapal. Gambar 1.20 dan 1.21
adalah contoh terminal barang curah padat. Penanganan muatan curah kering dengan
menggunakan belt conveyor, sedangkan pembongkaran barang curah kering dapat
ditangani dengan crane yang dilengkapi dengan grab/ clamshell dan di angkut melalui
belt conveyor.
4. Pelabuhan Penumpang
Pelabuhan penumpang digunakan oleh orang-orang yang bepergian dengan
menggunakan kapal penumpang. Terminal penumpang dilengkapi dengan stasiun
penumpang yang melayani segala kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan orang
yang bepergian, seperti ruang tunggu, kantor maskapai pelayaran, tempat penjualan tiket,
mushala, toilet, kantor imigrasi, kantor bea cukai, keamanan, direksi pelabuhan dan
sebagainya. Barang-barang yang perlu dibongkar muat tidak begitu banyak, sehingga
gudang barang tidak perlu terlalu besar. Untuk kelancaran masuk keluarnya penumpang
dan barang, sebaiknya jalan masuk/keluar dipisahkan. Penumpang melalui lantai atas
dengan menggunakan jembatan langsung ke kapal, sedangkan barang-barang melalui
dermaga. Pada pelabuhan dengan tinggi pasang surut besar, dibuat jembatan apung yang
digunakan oleh penumpang untuk masuk ke kapal dan sebaliknya. Gambar 1.22 dan 1.23
adalah contoh pelabuhan penumpang.
5. Pelabuhan Campuran
Pada umumnya pencampuran pemakaian ini terbatas untuk penumpang dan barang,
sedangkan untuk keperluan minyak dan ikan biasanya tetap terpisah. Tetapi bagi
pelabuhan kecil atau masih dalam taraf perkembangan, keperluan untuk bongkar muat
minyak juga menggunakan dermaga atau jembatan yang sama guna keperluan barang dan
penumpang. Pada dermaga dan jembatan juga di letakkan pipa-pipa untuk mengalirkan
minyak.
Gambar 1. 24 Pelabuhan Sorong
6. Pelabuhan Militer
Pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas untuk memungkinkan gerakan
cepat kapal-kapal perang dan agar letak bangunan cukup terpisah. Konstruksi tambatan
maupun dermaga hampir sama dengan pelabuhan barang, hanya saja situasi dan
perlengkapannya agak lain. Pada pelabuhan barang letak/ kegunaan bangunan harus
seefisien mungkin, sedangkan pada pelabuhan militer bangunan-bangunan pelabuhan
harus dipisah-pisah yang letaknya agak berjauhan.
1. Pelabuhan Alam
Pelabuhan alam merupakan daerah perairan yang terlindungi dari badai dan gelombang
secara alami, misalnya oleh suatu pulau, jazirah atau terletak di teluk, estuary atau muara
sungai. Di daerah ini pengaruh gelombang sangat kecil. Pelabuhan Cilacap merupakan
contoh pelabuhan alam yang daerah perairannya terlindung dari pengaruh gelombang,
yaitu oleh Pulau Nusakambangan. Contoh dari pelabuhan alam lainnya adalah pelabuhan
Palembang, Belawan, Pontianak, New York, San Fransisco, London, dan sebagainya,
yang terletak di estuari dan muara sungai. Estuari adalah bagian dari sungai yang
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Gambar 1.26 adalah contoh pelabuhan yang berada
di muara sungai. Gambar 1.27 adalah contoh pelabuhan alam.
2. Pelabuhan Buatan
Pelabuhan buatan adalah suatu daerah perairan yang dilindungi dari pengaruh gelombang
dengan membuat bangunan pemecah gelombang (breakwater). Pemecah gelombang ini
membuat daerah perairan tertutup dari laut dan hanya dihubungkan oleh suatu celah
(mulut pelabuhan) untuk keluar masuknya kapal. Di dalam daerah tersebut di lengkapi
dengan alat penambat. Bangunan ini dibuat mulai dari pantai dan menjorok ke laut
sehingga gelombang yang menjalar ke pantai terhalang oleh bangunan tersebut. Contoh
dari pelabuhan ini adalah pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Mas dan sebagainya.
Gambar 1.28 dan 1.29 adalah gambar pelabuhan buatan.
Pelabuhan ini merupakan campuran dari kedua tipe diatas. Misalnya suatu pelabuhan
yang terlindungi oleh lidah pasir dan perlindungan buatan hanya pada alur masuk.
Pelabuhan Bengkulu adalah contoh dari pelabuhan ini. Pelabuhan Bengkulu
memanfaatkan teluk yang terlindung oleh lidah pasir untuk kolam pelabuhan. Pengerukan
dilakukan pada lidah pasir untuk membentuk saluran sebagai jalan masuk/keluar kapal.
Contoh lainnya adalah muara sungai yang kedua sisinya dilindungi oleh jetty. Jetty
tersebut berfungsi untuk menahan masuknya transpor pasir sepanjang pantai ke muara
sungai, yang dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan. Gambar 1.30 dan 1.31 adalah
contoh pelabuhan semi alam tersebut. Gambar 1.32 adalah pelabuhan ikan Pekalongan
yang berada di muara sungai dengan jetty di kedua sisi mulut sungai untuk mencegah
sedimentasi.
Gambar 1. 30 Pelabuhan Semi Alam
Panjang, lebar dan sarat (draft) kapal yang akan menggunakan pelabuhan berhubungan
langsung pada perencanaan pelabuhan dan fasilitas- fasilitas yang harus tersedia di
pelabuhan. Gambar 1.33 menunjukkan dimensi utama kapal yang akan digunakan untuk
menjelaskan beberapa definisi kapal.
Menurut Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2018 tentang Pelayaran, kapal adalah
kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan tenaga angin, tenaga
mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung
dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung
yang tidak berpindah- pindah.
Beberapa istilah yang banyak digunakan di lapangan adalah sebagai berikut :
1. Displacement Tonnage, DPL (Ukuran Isi Tolak) adalah volume air yang dipindahkan
oleh kapal, dan sama dengan berat kapal.
Ukuran Isi Tolak Kapal bermuatan penuh disebut dengan Displacement Tonnage
Loaded, yaitu berat kapal maksimum. Apabila kapal sudah mencapai Displacement
Tonnage Loaded masih dimuati lagi, kapal akan terganggu stabilitasnya sehingga
kemungkinan kapal tenggelam menjadi besar. Ukuran isi tolak dalam keadaan kosong
disebut dengan Displacement Tonnage Light, yaitu berat kapal tanpa muatan. Dalam
hal ini berat kapal adalah termasuk perlengkapan berlayar, bahan bakar, anak buah
kapal dan sebagainya.
2. Deadweight Tonnage, DWT (Bobot Mati) yaitu berat total muatan di mana kapal dapat
mengangkut dalam keadaan pelayaran optimal (draft maksimum). Jadi DWT adalah
selisih antara Displacement Tonnage Loaded dan Displacement Tonnage Light.
3. Gross Register Tons, GRT (Ukuran Isi Kotor) adalah volume keseluruhan ruangan
kapal (1 GRT = 2,83 m3 = 100 ft3).
4. Netto Register Tons, NRT (Ukuran Isi Bersih) adalah ruangan yang disediakan untuk
muatan dan penumpang, besarnya sama dengan GRT dikurangi dengan ruangan-
ruangan yang disediakan untuk nahkoda dan anak buah kapal, ruang mesin, gang
kamar mandi, dapur dan ruang peta.
5. Sarat (draft) adalah bagian kapal yang terendam air pada keadaan muatan atau jarak
antara garis air pada beban yang direncanakan design load water line dengan titik
terendah kapal.
6. Panjang total (length overall, Loa) adalah panjang kapal dihitung dari ujung depan
(haluan) sampai ujung belakang (buritan).
7. Panjang garis air (length between perpendiculars, Lpp) adalah panjang antara kedua
ujung design load water line.
8. Lebar kapal (beam) adalah jarak maksimum antara dua sisi kapal.
Selain dimensi kapal, karakteristik kapal seperti tipe dan fungsinya juga berpengaruh
terhadap perencanaan pelabuhan. Tipe kapal berpengaruh pada tipe pelabuhan yang akan
direncanakan. Sesuai dengan fungsinya, kapal dapat dibedakan menjadi beberapa tipe
sebagai berikut :
1. Kapal Penumpang
Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan taraf hidup sebagian penduduknya
relatif masih rendah, kapal penumpang masih mempunyai peran yang cukup besar. Jarak
antara pulau yang relatif dekat masih bisa di layani oleh kapal-kapal penumpang. Selain
itu dengan semakin mudahnya hubungan antar pulau (Sumatera- Jawa- Bali), semakin
banyak beroperasi ferri- ferri yang memungkinkan mengangkut mobil, bis dan truk
bersama- sama dengan penumpangnya. Pada umumnya kapal penumpang mempunyai
ukuran relatif lebih kecil. Salah satu contoh kapal penumpang ditunjukkan Gambar 1.34.
Gambar 1. 34 Kapal Penumpang
2. Kapal Barang
Kapal barang khusus dibuat untuk mengangkut barang. Pada umumnya kapal barang
mempunyai ukuran yang lebih besar daripada kapal penumpang. Bongkar muat barang
bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu secara vertikal dan secara horizontal. Bongkar muat
barang secara vertikal yang biasa disebut lift on/ lift off (Lo/ Lo) dilakukan dengan keran
kapal, keran mobil dan/ atau keran tetap yang ada di dermaga. Pada bongkar muat secara
horizontal yang juga disebut Roll on/ Roll off (Ro/ Ro) barang- barang diangkut dengan
menggunakan truk.
Kapal ini juga dapat dibedakan menjadi beberapa macam sesuai dengan barang yang
diangkut, seperti biji- bijian, barang- barang yang dimasukkan dalam peti kemas
(container), benda cair (minyak, bahan kimia, gas alam, cair, dsb).
Kapal ini digunakan untuk mengangkut muatan umum (general cargo). Muatan tersebut
bisa terdiri dari bermacam- macam barang yang dibungkus dalam peti, karung dan
sebagainya yang dikapalkan oleh banyak pengirim untuk banyak penerima di beberapa
pelabuhan tujuan. Gambar 1.35 adalah bentuk kapal barang umum. Kapal tersebut
dilengkapi dengan kran kapal untuk membongkar muat barang.
Gambar 1. 35 Kapal Barang Umum
Kapal peti kemas dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berikut ini (Subandi, 1996).
Gambar 1.36. adalah kapal peti kemas.
1) Full container ship, yaitu kapal yang dibuat secara khusus untuk mengangkut peti
kemas. Ruangan muatan kapal dilengkapi dengan sel- sel yng keempat sudutnya diberi
pemandu untuk memudahkan masuk dan keluarnya peti kemas. Kapal seperti ini biasa
disebut third generation container ship.
2) Partial container ship, yaitu kapal yang sebagian ruangannya diperuntukkan bagi
muatan peti kemas dan sebagian lainnya untuk muatan konvensional. Kapal ini biasa
disebut dengan semi container.
3) Convertible container ship, yaitu kapal yang sebagian atau seluruh ruangannya dapat
dipergunakan untuk memuat peti kemas atau muatan lainnya. Pada saat yang lain kapal
ini dapat diubah sesuai dengan kebutuhan untuk mengangkut muatan konvensional
atau peti kemas.
4) Ship with limited container carrying ability, yaitu kapal yang mempunyai kemampuan
mengangkut peti kemas dalam jumlah terbatas. Kapal ini dilengkapi dengan
perlengkapan khusus untuk memungkinkan mengangkut peti kemas dalam jumlah
terbatas. Dilihat dari segi konstruksinya, kapal ini adalah kapal konvensional.
5) Ship without special container stowing or handling device, yaitu kapal yang tidak
mempunyai alat- alat bongkar muat dan alat pemadatan (stowing) secara khusus, tetapi
juga mengangkut peti kemas. Muatan peti kemas diperlakukan sebagai muatan
konvensional yang berukuran besar dan diikat dengan cara- cara konvensional.
Kapal ini digunakan untuk mengangkut muatan curah yang dikapalkan dalam jumlah
banyak sekaligus. Muatan curah ini bisa berupa beras, gandum, batu bara, bijih besi dan
sebagainya. Kapal jenis ini ada yang mempunyai kapasitas 175.000 DWT dengan panjang
330 m, lebar 48,5 m dan sarat 18,5 m. Kapal pengangkut barang curah bisa berupa
tongkang yang ditarik oleh kapal tunda. Gambar 1.37 adalah tongkang sedang memuat
batubara dan kapal tunda yang membantunya.
Sejak beberapa tahun ini telah muncul kapal campuran OBO (Ore- Bulk- Oil) yang dapat
memuat barang curah dan barang cair secara bersama- sama. Kapal jenis ini berkembang
dengan pesat, dan ada yang mempunyai kapasitas 260.000 DWT.
Gambar 1. 37 Kapal Tongkang
d. Kapal Tanker
Kapal ini digunakan untuk mengangkut minyak, yang umumnya mempunyai ukuran
sangat besar. Berat yang bisa diangkut bervariasi antara beberapa ribu ton sampai ratusan
ribu ton. Kapal tanker ada yang mempunyai kapasitas sampai 555.000 DWT yang
mempunyai panjang 414 m, lebar 63 m dan sarat 28,5 m. Gambar 1.38 adalah kapal
tanker.
Karena baran cair yang berada di dalam ruangan kapal dapat bergerak secara horizontal
(memanjang dan melintang), sehingga dapat membahayakan stabilitas kapal, maka
ruangan kapal dibagi menjadi beberapa kompartemen (bagian ruangan) yang berupa
tangki- tangki. Dengan pembagian ini maka tekana zat cair dapat dipecah sehingga tidak
membahayakan stabilitas kapal. Tetapi dengan demikian diperlukan lebih banyak pompa
dan pipa- pipa untuk menyalurkan minyak masuk dan keluar kapal.
Gambar 1. 38 Kapal Tanker
Kapal ini dibuat khusus untuk mengangkut barang tertentu seperti daging yang harus
diangkut dalam keadaan beku, kapal pengangkut gas alam cair (liquified natural gas,
LNG), dan sebagainya. Gambar 1.39 adalah kapal LNG yang sedang memuat muatan di
pelabuhan LNG Badak Kalimantan Timur. Pemuatan LNG dilakukan dengan
menggunakan pipa- pipa dan pompa. Sedangkan Gambar 1.40 adalah kapal tunda.
f. Kapal Ikan
Kapal ikan digunakan untuk menangkap ikan di laut. Ukuran kapal ikan yang digunakan
tergantung pada jenis ikan yang tersedia, potensi ikan di daerah tangkapan, karakteristik
alat tangkap, jarak daerah tangkapan, dsb. Ukuran kapal yang singgah di pelabuhan
bervariasi, mulai dari perahu motor tempel sampai dengan kapal motor berbobot puluhan
sampai ratusan GT. Jarak jangkau dan waktu atau durasi penangkapan ikan tergantung
pada ukuran kapal. Perahu motor tempel dapat menangkap ikan di perairan sampai sejauh
3 – 4 mil, yang berangkat melaut pagi hari dan pulang siang/ sore hari. Kapal- kapal
dengan bobot lebih besar bisa beroperasi di perairan lepas pantai (perairan Nusantara),
perairan ZEEI (zona ekonomi eksklusif Indonesia), dan laut bebas (internasional). Tabel
1.1. menunjukkan ukuran kapal ikan sesuai dengan bobot kapal.
Selain ukuran kapal tersebut, banyak nelayan yang menggunakan perahu motor tempel,
yang mempunyai ukuran berikut ini.
Panjang : L = 8 m
Lebar :B=1m
Draft : D = 0,5 m
Kapal tersebut dilengkapi dengan cadik di kanan kirinya yang berfungsi untuk menjaga
kestabilan perahu ketika terjadi gelombang besar. Lebar antara kedua cadik adalah Lc =
3,5 m. Gambar 1.41 dan Gambar 1.42 adalah bentuk kapal ikan dan perahu motor tempel.
Tipe dan bentuk pelabuhan tergantung pada jenis dan karakteristik kapal yang akan
berlabuh. Perencanaan pembangunan pelabuhan harus meninjau pengembangan
pelabuhan di masa mendatang, dengan memperhatikan daerah perairan untuk alur
pelayaran, kolam putar, penambatan, dermaga, tempat pembuangan bahan pengerukan,
daerah daratan yang diperlukan untuk penempatan, penyimpanan dan pengangkutan
barang- barang. Kedalaman dan lebar alur pelayaran tergantung kapal terbesar yang
menggunakan pelabuhan. Kuantitas angkutan (trafik) yang diharapkan menggunakan
pelabuhan juga menentukan apakah alur untuk satu jalur atau dua jalur. Luas kolam
pelabuhan dan panjang dermaga sangat dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran kapal yang
akan berlabuh.
Untuk keperluan perencanaan pelabuhan tersebut maka berikut ini diberikan dimensi dan
ukuran kapal secara umum, seperti terlihat dalam Tabel 1.2. Sesuai dengan penggolongan
pelabuhan dalam empat sistem pelabuhan, maka kapal- kapal yang menggunakan
pelabuhan tersebut juga disesuaikan, seperti terlihat dalam Tabel 1.3. Arcelor Group
(2005) memberikan dimensi kapal sesuai dengan jenis kapal dan bobotnya, seperti
ditunjukkan dalam Tabel 1.4. Dalam tabel tersebut diberikan pula bobot kapal dan
muatannya (displacement).
Panjang Panjang
Kapasitas Displacement Lebar
Tonage Total garis Draft
Angkut G B
Loa Lpp
GRT (DWT) (ton) (m) (m) (m) (m)
Kapal Penumpang
70.000 - 37.600 260 220 33,1 7,6
50.000 - 27.900 231 197 30,5 7,6
30.000 - 17.700 194 166 26,8 7,6
20.000 - 12.300 169 146 24,2 7,6
15.000 - 9.500 153 132 22,5 5,6
10.000 - 6.600 133 116 20,4 4,8
7.000 - 4.830 117 103 18,6 4,1
5.000 - 3.580 104 92 17,1 3,6
3.000 - 2.270 87 78 15,1 3,0
2.000 - 1.580 76 68 13,6 2,5
1.000 - 850 60 54 11,4 1,9
Kapal curah padat
- 250.000 273.000 332 314 50,4 19,4
- 200.000 221.000 303 294 47,1 18,2
- 150.000 168.000 279 270 43,0 16,7
- 100.000 115.000 248 239 37,9 14,8
- 70.000 81.900 224 215 32,3 13,3
- 50.000 59.600 204 194 32,3 12,0
- 30.000 36.700 176 167 26,1 10,3
- 20.000 25.000 157 148 23,0 9,2
- 15.000 19,100 145 135 21,0 8,4
- 10.000 13.000 129 120 18,5 7,5
Panjang Panjang
Kapasitas Displacement Lebar
Tonage Total garis Draft
Angkut G B
Loa Lpp
GRT (DWT) (ton) (m) (m) (m) (m)
Kapal Barang Umum
- 40.000 51.100 197 186 28,6 12,0
- 30.000 39.000 181 170 26,4 10,9
- 20.000 26.600 159 149 23,6 9,6
- 15.000 20.300 146 136 21,8 8,7
- 10.000 13.900 128 120 19,5 7,6
- 7.000 9.900 115 107 17,6 6,8
- 5.000 7.210 104 96 16,0 6,1
- 3.000 4.460 88 82 13,9 5,1
- 2.000 3.040 78 72 12,4 4,5
- 1.000 1.580 63 58 10,3 3,6
Tabel 1. 6 Karakteristik Kapal Peti Kemas
Panjang Jumlah
Kapasitas Displacement Panjang garis Lebar Peti
Angkut G Total Loa Lpp B Draft kemas
(DWT) (ton) (m) (m) (m) (m) (m)
Kapal Peti Kemas
100.000 133.000 326 310 42,8 14,5 7.100
90.000 120.000 313 298 42,8 14,5 6.400
80.000 107.000 300 284 40,3 14,5 5.700
70.000 93.600 285 270 40,3 14,0 4.900
60.000 80.400 268 254 32,3 13,4 4.200
50.000 67.200 250 237 32,3 12,6 3.500
40.000 53.900 230 217 32,3 11,8 2.800
30.000 40.700 206 194 30,2 10,8 2.100
25.000 34.100 192 181 28,8 10,2 1.700
20.000 27.500 177 165 25,4 9,5 1.300
15.000 20.900 158 148 23,3 8,7 1.000
10.000 14.200 135 126 20,8 7,6 600
7.000 1.300 118 109 20,1 6,8 400
Panjang
Kapasitas Displacement Panjang Lebar
garis Draft
Angkut G Total Loa B
Lpp
(DWT) (ton) (m) (m) (m) (m)
Kapal Ferry
40.000 30.300 223 209 31,9 8,0
30.000 22.800 201 188 29,7 7,4
20.000 15.300 174 162 26,8 6,5
15.000 11.600 157 145 25,0 6,0
10.000 7.800 135 125 22,6 5,3
7.000 5.500 119 110 20,6 4,8
5.000 3.900 106 97 19,0 4,3
3.000 2.390 88 80 16,7 3,7
2.000 1.600 76 69 15,1 3,3
1.000 810 59 54 12,7 2,7
Kapal Ro- Ro
30.000 45.600 229 211 30,3 11,3
20.000 31.300 198 182 27,4 9,7
15.000 24.000 178 163 25,6 8,7
10.000 16.500 153 141 23,1 7,5
7.000 11.900 135 123 21,2 6,6
5.000 8.710 119 109 19,5 5,8
3.000 5.430 99 90 17,2 4,8
2.000 3.730 85 78 15,6 4,1
1.000 1.970 66 60 13,2 3,2
Panjang
Kapasitas Displacement Panjang Lebar
garis Draft
Angkut G Total Loa B
Lpp
(DWT) (ton) (m) (m) (m) (m)
Kapal tanker minyak
300.000 337.000 354 342 57,0 20,1
200.000 229.000 311 300 50,3 17,9
150.000 174.000 284 273 46,0 16,4
100.000 118.000 250 240 40,6 14,6
50.000 60.800 201 192 32,3 11,9
20.000 25.300 151 143 24,6 9,1
10.000 13.100 121 114 19,9 7,5
5.000 6.740 97 91 16,0 6,1
2.000 2.810 73 68 12,1 4,7
Panjang
Kapasitas Displacement Panjang Lebar
garis Draft
Angkut G Total Loa B
Lpp
(DWT) (ton) (m) (m) (m) (m)
Kapal LNG
100.000 155.000 305 294 50,0 12,5
70.000 110.000 280 269 45,0 11,5
50.000 77.000 255 245 38,0 10,5
20.000 30.500 195 185 30,0 8,5
10.000 15.000 148 135 26,0 7,0
Kapal LPG
70.000 105.000 260 250 38,0 14,0
50.000 65.000 230 220 35,0 13,0
20.000 20.000 170 160 25,0 10,5
10.000 10.000 130 120 21,0 9,0
5.000 5.000 110 100 18,0 6,8
2.000 2.000 90 75 13,0 5,5