(Penurunan Nilai Total Alkali Lime Mud Pada Proses Washing Dengan
Menggunakan Dilution)
DISUSUN OLEH :
(012.18.031)
KOTA DELTAMAS
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Catatan/Tanggapan
Dosen Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis diberi kesempatan yang luar biasa ini
yaitu kesempatan menyelesaikan tugas penulisan laporan magang kedua di Oki Pulp and
Paper Mills pada bagian unit Recaustisizing dan Lime Kiln. Shalawat serta salam tidak lupa
selalu kita panjatkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang menderang yang seperti
kita rasakan pada saat ini. Selama menyelesaikan penyusunan laporan ini telah banyak
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Ni Njoman Manik Susantini, S.T., M.T, selaku ketua program studi Pengolahan
Pulp dan Kertas.
2. Ibu Rachmawati, ST.,M.T selaku dosen penanggung jawab yang telah membantu
membimbing untuk penulis dalam penyusunan laporan.
3. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan dukungan moral dan material.
4. Bapak Indra Gunawan selaku HR Academy yang membantu dalam mengarahkan
mahasiswa untuk kegiatan magang.
5. Teman-teman mahasiswa Teknologi Pengolahan Pulp dan Kertas ITSB khususnya
angkatan 2018.
6. Dan seluruh pihak terkait yang telah membantu proses penyusunan laporan magang.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini nantinya dapat menjadi
laporan yang lebih baik lagi. Penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi pengembangan
ii
Palembang, September 2021
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
3.1.2 Fiber Line (FL) ......................................................................................10
v
4.1.17 Spill Tank ..............................................................................................22
vi
5.6 Chemical Making Plant (CMP) ....................................................................30
6.2.1 Recausticizing........................................................................................35
vii
7.2 Saran .............................................................................................................46
9 LAMPIRAN .........................................................................................................48
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta dan Lokasi PT OKI Pulp and Paper Mills ........................................6
Gambar 3.1 Ukuran Chips ...........................................................................................10
Gambar 3.2 Pulp ..........................................................................................................13
Gambar 3.3 Sheet Pulp ................................................................................................15
ix
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri pulp dan kertas merupakan industri yang mengolah kayu sebagai bahan dasar
untuk memproduksi pulp, kertas, papan, dan produk berbasis selulosa lainnya. Kertas
semakin banyak digunakan, akan tetapi masih banyak yang belum mengerti mengenai
proses pembuatan kertas.
Pada umumnya tumbuhan yang berserat semuanya bisa dijadikan pulp, akan tetapi
banyak hal yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum tumbuhan tersebut
dijadikan bahan baku pulp. Hal yang harus dipertimbangkan seperti tumbuhan tersebut
harus mudah tumbuh dan didapatkan, harganya juga harus ekonomis, serta hal terpenting
yang harus dipertimbangkan adalah kandungan yang terdapat di dalam kayu tersebut.
Pada saat ini proses kraft banyak digunakan dalam industri pembuatan pulp dan
kertas di Indonesia. Karena pulp yang dihasilkan memiliki tingkat keputihan (brightness)
lebih tinggi dan dapat meningkatkan kekuatan pulp serta sisa larutan pemasak bisa didaur
ulang kembali. Proses kraft ini menggunakan larutan pemasak NaOH dan Na2S untuk
proses delignifikasi.
Chemical recovery merupakan tempat proses untuk mendaur ulang larutan pemasak
(black liquor) dari proses cooking. Proses chemical recovery terdapat beberapa tahapan
yaitu vacuum evaporator, recovery boiler, recausticizing, dan lime kiln. Dalam industri
pulp proses chemical recovery sangat penting karena untuk mengurangi cost dari
penggunaan bahan kimia.
1
Kalsium Karbonat (CaCO3) dari proses recausticizing yang direaksikan dengan panas dan
akan menghasilkan Kalsium Oksida (CaO).
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan kegiatan kuliah praktik ini adalah sebagai berikut :
1.4 Manfaat
Dilaksanakannya kegiatan kuliah praktik ini terdapat beberapa manfaat diantaranya sebagai
berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui proses recaustisizing dan lime kiln serta sitem utilitas
di PT OKI Pulp and Paper Mills.
2. Mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai penelitian tugas akhir.
3. Mahasiswa mendapatkan ilmu yang sebelumnya belum pernah didapatkan pada saat
diperkuliahan.
2
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan kuliah praktik ini dilaksanakan secara online pada :
1. Wawancara
Menurut Sugiyono wawancara merupakan suati teknik pengumpulan data
yang dilkukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan bisa dilakukan
dengan cara tatap muka atau secara langsung maupun dengan menggunakan
jaringan telepon. Dalam magang ini dilakukan diskusi dengan mentor lapangan PT
OKI Pulp and Paper mill melalui zoom meeting.
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan suatu studi yang digunakan dalam
mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang
ada di perpustakaan seperti dikumen, buku, majalah, kisah-kisah sejarah, dsb
(Mardalis:1999).
3
1.8 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan magang ini terbagi menjadi tujuh bab, yaitu pendahuluan, profil
perusahaan, tinjauan pustaka, deskripsi proses, sistem utilitas, tugas khusus, serta penutup.
Pada bab satu akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat,
waktu dan tempat pelaksanaan, ruang lingkup, serta sistematika penulisan. Pada bab dua
akan dibahas mengenai deskripsi perusahaan, letak geografis perusahaan, sejarah singkat
perusahaan, dan main production. Bab tiga ini berisi tentang pulp making, recausricizing,
lime kiln, dan faktor proses slaking dan cuasticizing. Bab empat berisi tentang proses
recaustisizing dan lime kiln (proses recovery green liquor menjadi white liquor) serta
mengenai alat atau mesin yang terdapat di proses recaustisizing dan lime kiln, proses bark
dryer dan bark gasifier. Bab lima berisi tentang vacuum evaporator, recovery boiler,
recausticizin, lime kiln, bark gasifier, steam turbin generator, chemical making plant,
effluent treatment plant, dan water treatment plant. Bab enam berisi tentang pendahuluan,
landasan teori, dan metodologi penelitian. Bab tujuh berisi mengenai kesimpulan dan
saran.
4
2 BAB II. PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Deskripsi Perusahaan
PT OKI Pulp and Paper Mills adalah salah satu anak perusahaan dibawah Sinar Mas
Group. Sinar mas memiliki enam pilar utama, yaitu: Asia Pulp and Paper, Agribusiness
and Food, Sinar Mas Land, Financial Services, Energy and Infrastucture, dan
Comunication and Technology.
Berdasarkan surat keputusan Bupati Ogan Komering Ilir, Sumateras Selatan, No.
849/KEP/III/2012 tanggal 6 desember 2012, OKI memperoleh izin lokasi untuk mendirikan
pabrik pulp dan tissue, termasuk fasilitas penunjangnya, pada lahan 2.550 hektar di Desa
Sungai Batang dan Jadimulya, kecamatan Air sugihan.
PT OKI Pulp and Paper didirikan oleh Eka Tjipta Widjaya (Chairman dari Sinar Mas
Group). Asia Pulp and Paper (APP) pada tahun 2013 mengakuisi PT OKI Pulp and Paper
Mills sebagai bagian dari rencana expansi untuk meningkatkan kapasitas produksi secara
bertanggung jawab. Hal ini merupakan langkah penting bagi App agar dapat terus
memenuhi permintaan pasar yang kian meningkat serta memperkuat kontribusi Indonesia
terhadap perdagangan global.
Pabrik pulp atau bubur kertas terbesar di Asia yaitu PT OKI Pulp and Paper Mills
yang berada di Desa Bukit Batu, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir
(OKI), Sumatera Selatan. OKI Pulp and Paper beroprasi pada pertengahan tahun 2016 yang
menjadi salah satu pabrik pulp dan kertas terintegritasi terbesar di dunia. PT OKI Pulp and
Paper Mills memiliki luas 1.700 ha dengan kapasitas produksi sebesar 2 juta ton pulp dan
500 ribu ton kertas tissue per tahun.
Pada tahap awal OKI akan memproduksi pulp and tissue, sekitar 20 % produksi pulp
akan digunakan untukpenggunaan internal sebagai bahan produksi tissue kemudian sisanya
yaitu sebesar 80 % akan diekspor. Hasil produksi tissue 95 % direncanakan akan diekspor.
5
2.2 Letak Geografis Perusahaan
PT OKI Pulp and Paper Mills berada di desa Bukit Batu, Kecamatan Air Sugihan,
Kabupaten Ogan Komering Ilir, provinsi Sumatera Selatan.
Gambar 2.1 Peta dan Lokasi PT OKI Pulp and Paper Mills
6
2.3 Sejarah Singkat Perusahaan
Sumatera selatan memiliki hutan seluas 3,7 hektar dan luas hutan yang
kondisinya masih baik sekitar 800 ribu hektar. Kerusakan hutan tersebut disebabkan
karena pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Berdasarkan data Dinas
Kehutanan Sumsel tahun 2012, luas HTI di Sumatera Selatan adalah 1,375,312 hektar
yang dikuasai oleh 19 perusahaan. Dari luas tersebut hanya 944,205 hektar yang
efektif untuk tanaman efektif.
Pembangunan pabrik PT OKI Pulp and Paper Mills di prediksi akan selesai
sekitar 2,5 tahun. Dimana pembangunan ini dimulai pada awal tahun 2014 dan
ditargetkan akan selesai pada tahun 2016. Selain pembangunan infrastruktur yang ada
di dalam areal perusahaan, pihaknya juga membangun infrasturktur jalan darat yang
menuju kota Kayuagung, serta infrastruktur lainnya. Pada tahin 2017 PT OKI Pulp
and Paper Mills memulai project pembangunan dan pada tahun 2018 pabrik tissue
blok 11 & 12 selesai dibangun dan mulai beroperasi hingga sekarang serta akan
dibangun lagi 4 blok dengan kapasitas produksi tissue 500.000 ton per tahun.
7
itu akan memperbaiki kualitas air atau dapat menurunkan keasaman air, sehingga
ikan-ikan justru akan hidup di perairan Muara Sugihan.
Pulp Factories
PT OKI Pulp and Paper Mills memproduksi pulp dari bahan baku acacia
mangium dan acacia crasicarpa yang dihasilkan oleh pulp dryer line 1 dan 2
sebanyak 4200 t/d.
Tissue Factories
PT OKI Pulp and Paper Mills memproduksi tissue sebanyak 500.000 ton per
tahun yang dihasilkan dari pm 1 dan 2
8
3 BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pulp Making
Pulp making adalah pulpimg procces untuk memisahkan bahan serat dengan bahan
lain sepertii lignin yang tidak diinginkan dalam proses pembuatan pulp & kertas. Pulp
making terdiri dari beberapa tahap proses yaitu wood handling plant, fiber line , dan pulp
dryer mchine.
1) Oversize & overthick : chips yang panjang dan tebal, jika dimasak
kematangannya tidak merata.
2) Accept : ukuran chips yang sesuai dengan ketentuan dan ukuran yang dijaga
untuk pembuatan pulp.
3) Pin & Fines : hasil pemotongan seperti serpihan kayu atau debu.
9
Gambar 3.1 Ukuran Chips
Proses cooking adalah proses pemasakan chips dari chip pile menjadi bubur
kertas yang masih berwarna cokelat. Kappa number pada cooking masih 24.
Pada proses cooking memiliki dua tabung tangki impbin dan digester.
pertama Chips yang ada di chip pile diambil dengan menggunakan screw kemudian
dibawa oleh conveyor menuju ke tangki impbin bagian atas kemudian baru masuk
ke impbin. Proses pemasakan menggunakan sistem continous artinya ada yang
masuk berarti harus ada juga yang dikeluarkan. Chip yang masuk ke dalam impbin
dan kalau sudah berjalan normal harus ada chips yang levelnya cukup tinggi,
normal levelnya 80%. Ketika chips dari atas masuk ke dalam dan yang bawah
dikeluarkan harus dijaga tetap 80%.
10
masuk ke dalam chips untuk menggantikan udara dinamakan dengan proses
impregnasi, pada proses di impbin panasnya sampai 105°C. waktu reaksi dari pre-
steaming sampai impregnasi membutuhkan waktu 2 jam.
Proses pertama dari screening adalah knoter alat yang digunakan untuk
memisahkan antara serat yang matang dengan knot kemudian menghasilkan reject
yang akan ke knot wash untuk dicuci kembali kemudian kembali lagi ke impbin
untuk diproses sebagimana chip awal supaya bisa dimasak kembali dan bisa matang
menjadi serat sedangkan serat yg menjadi acceptnya ke primary screen. Dari
primary screen dengan screen lebih lembut lagi kemudian juga menghasilkan
accept yang akan diproses pada washpress 1 hingga washpress 3 sedangkan
rejectnya ke secondary screen. Secondary screen menghasilkan accept yang akan
kembali lagi ke primary screen dan reject ke tertiary screen. Tertiary screen
menghasilkan accept yang akan kembali lagi ke secondary screen sedangkan reject
diolah dan dikeringkan pada screw press kemudian dibuang. Pulp dari primary
11
screen akan ke proses washpress 1 dengan sistem pencunciannya diberi dilution
(pengenceran) kemudian dipress kemudian pulp nya diambil.
Pada proses bleaching pulp yang berada pada unbleach tower menuju ke
washpress 6 kemudian ke dhot up flow dan dhot down flow dengan menambahkan
ClO2 dengan takaran banyak dan konsentrasinya 100% kemudian dicucui kembali
pada washpress 7 selanjutnya ke EO reactor dengan ditambahkan dengan NaOH
agar pH naik setelah itu ditampung di EO blow pipe. Kemudian dicuci kembali pada
washpress 8 tahap selanjutnya ke D1 up flow dan D1 down flow dengan
menambahkan ClO2 dengan takaran lebih sedikit dari proses yang pertama dan
temperatur 72-75°C. pada D1 up flow konsentrasinya.
12
Gambar 3.2 Pulp
3.1.3 Pulp Dryer Machine (PDM)
Pulp Dryer Machine adalah pembuatan bubur menjadi pulp lembaran dan
untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam bubur. Pada proses PDM ada 4
tahapan yaitu stock preparation,wet end,dryer,cutter layboy,dan baling line.
Pada proses Stock preparation bubur kertas masuk ke Hight Density Tower
(HDT), HDT di OKI ada 4 dan HDT 1&2 dari fiber line 1 sedangkan HDT 3&4 dari
fiber line 2 dengan konsistensi pulp 12%. Kemudian ke blend chest untuk proses
dilusi dengan menambahkan air supaya bubur kertasnya lebih encer dan pada proses
selanjutnya bubur tersebut tidak tersangkut pada screening sehingga konsistensi
pulp menjadi 3,4%. Sreening pada stock preparation ada 4 yang pertama primary
screen menghasilkan accept yang akan masuk ke machine tower dan reject ke
secondary screen. Pada secondary screen terjadi penyaringan lagi accept nya
masuk ke primary screen dan reject ke tertiary screen. Pada tertiary screen accept
nya ke primary screen dan reject nya ke ke quaterner screen. Pada quaterner screen
accept nya ke tertiary screen dan reject nya masuk ke cleaner. Pada cleaner accept
nya akan kembali lagi ke primary screen dan reject nya masuk ke reject tank
selanjutnya ke screw press. Setelah accept dari primary screen masuk ke machine
tower kemudian ke machine chest untuk mixer homogen agar antara air dengan pulp
tercampur merata setelah itu ke wire pit konsistensinya menjadi 1,2-2% . setelah
13
dari wire pit pulp nya menuju ke protection screen untuk menyeleksi lagi material-
material agar tidak masuk sedangkan airnya menuju ke WWT (Waste Water
Treatment).
Pada proses wet end digunakan untuk mengurangi kadar air dan terdapat
head box yaitu jantung pulp. Setelah dari head box menuju ke forming section
dengan dryness 20-22% kemudian diproses lagi ke press section hingga mencapai
dryness 50%.
Proses dryer untuk mengeringkan pulp. Pada proses dryer memiliki 25 lantai
untuk pengering dan 2 lantainya dibawah untuk cooling water agar saat pemotongan
pulp cutter nya tidak cepat rusak.
Proses cutter layboy ada dua bagian ada yang melintang dengan ukuran 666
mm dan membujur dengan ukuran 900 mm. Sebanyak 16 bale.
Proses balling line pertama dari bale scale untuk menimbang berat bale
dengan sesuai ketentuan 242-250 kg kemudian ke robo press untuk mengepres bale
tanpa mengurangi berat dari ukuran 50 cm menjadi 43 cm. Selanjutnya ke robo
applayer untuk membungkus dengan wrapper ukuran 1450 x1332 mm dari sisi atas
dan bawah. Selanjutnya ke robo tryer 1 untuk mengikat bale dengan 1 ikatan.
Selanjutnya robo folder untuk merapikan pembungkus yang masih terbuka pada sisi
kanan dan kiri. Lalu ke robo tryer 2 untuk pengikatan lagi dengan 2 ikatan.
Selanjutnya ke marking untuk pemberian label identifikasi bale agar mudah untuk
penjualan ke customer. Selanjutnya ke robo stacker untuk menyusun bale menjadi 4
bale. Setelah disusun di robo stacker disusun kembali pada robo stacktyer menjadi 8
bale.
14
Gambar 3.3 Sheet Pulp
3.2 Recausticizing
Recausticizing merupakan unit chemical recovery yang bertujuan untuk mengubah
green liquor menjadi white liquor yang akan digunakan pada proses cooking. Yaitu dengan
cara mengubah kandungan natrium karbonat (Na2CO3) atau asam karbonat yang ada di
green liquor menjadi natrium hidroksida (NaOH) dengan penambahan kapur (CaO). Green
liquor ditambahkan Ca(OH)2 dan panas pada proses slaker. Kemudian dilanjutkan ke
proses caustisizer dan akan terjadi reaksi caustisizer yaitu Na2CO3 dan Ca(OH)2 yang
menghasilkan 2NaOH dan CaCO3 (lime mud), kemudian dipisahkan dengan menggunakan
clarifier disk filter (CDF) sehingga menghasilkan NaOH (white liquor) yang akan dikirim
ke fiberline sedangkan CaCO3 (lime mud) dikirim ke lime kiln.
15
berasal dari recaustisizing akan diumpankan ke dalam kiln dan akan dibakar dengan suhu
diatas 700˚C menghasilkan lime dan karbon dioksida.
Temperature
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk dijaga, suhu tersebut
tidak boleh melebihi standar yang digunakan karena jika suhu yang tinggi maka
akan mengakibatkan terjadinya over boiling. Sedangkan jika suhu terlalu rendah
maka akan mengakibatkan reaksi yang terjadi tidak sempurna, free lime meningkat
dan akan berpengaruh pada kualitas WL dan energi yang digunakan lebih banyak.
Temperatur pada slaker dijaga pada suhu 102-104 ˚C dan suhu green liquor yang
diharapkan keluar dari GL cooler adalah 85-88 ˚C. jika suhu GL tinggi
dikhawatirkan terjadi boiling karena GL bereaksi dengan kapur yang menghasilkan
panas.
Kualitas CaO
Kapur yang diinginkan untuk reaksi memiliki tingkat kemurnian 82 %. Apanila
tingkat kemurnian kapur dibawah 82 % maka harus dilakukan make up lime stone
dan fresh lime pada saat di kiln agar kualitasnya bisa naik kembali. Jika semakin
tinggi tingkat kemurnian kapur maka semakin dikit juga grits yang dihasilkan,
namun semakin tinggi tingkat kemurnian kapur reaktivitasnya belum tentu tinggi
karena dipengaruhi oleh kandungan alkali pada kapur.
Retention Time
Waktu reaksi pada proses slaking adalah ± 30 menit yang merupakan waktu efektif
untuk pengoptimalan reaksi slaking dan caustisizing. Jika waktu reaksi terlalu
16
sebentar maka mengakibatkan CaO banyak terbuang sehingga grits meningkat dan
juga free lime meningkat yang dapat mengakibatkan penyumbatan CD Filter.
Non Process Element (NPE)
Kandungan NPE yang tinggi akan mengakibatkan reaktivitas kapur menurun
sehingga volume grits meningkat, berdampak pada penyumbatan CD filter sehingga
WL akan ikut terbawa ke kiln sehingga dapat meningkatkan energi.
17
4 BAB IV DESKRIPSI PROSES
4.1 Recausticizing
4.1.1 Raw Green Liquor (RGL)
Raw Green Liquor sebagai tanki penampungan sementara green liquor dari
dissolving tank. RGL juga merupakan suatu tanki agitasi yang di dalamnya di desain
dengan waktu retansi yang cukup. Fungsi dari RGL Tank untuk meratakan fluktuasi aliran,
perbedaan temperatur, dan density dari green liquor. RGL mempunyai 4 agitator yang
berfungsi untuk mengaduk green liquor menjadi homogen agar tidak ada unsur lain yang
mengendap sehingga dapat memudahkan proses selanjutnya. Komposisi green liquor pada
RGL Tank mengandung beberapa unsur NaOH 18 gr/lt, Na2S 30 gr/lt dan Na2CO3 80
gr/lt.
4.1.2 Opticlear
Kemudian green liquor dari RGL kemudian masuk ke opticlear, di opticlear ini
memiliki tujuan untuk memisahkan antara liquor (green liquor) dengan solid (dregs)
dengan cara penambahan polymer dan menggunakan metode koagulasi dan flokulasi.
Tujuan dari penambahan polymer tersebut adalah sebagai pengikat partiketl-partikel
pengotor yang berukuran kecil sehingga dapat membentuk gumpalan atau dregs. Untuk
green liquor yang bersih dikirim ke tanki penampungan atau clean green liquor sedangkan
untuk dregs akan dikumpulkan di dasar tanki lalu diumpankan ke dregs washer tank.
18
Clean Green Liquor sebagai tanki penampungan liquid (green liquor) yang sudah
bersih dari proses opticlear sebelum dipompakan ke GL cooler. PT. OKI Pulp and Paper
Mill mempunyai 2 unit clean green liquor tank dengan kapasitas masing-masing sebesar
10.000 m3 Temperatur green liquor didalam CGL tank yaitu ±95˚C.
Temperatur di dalam slaker dijaga pada suhu 102-104˚ C. Jika suhu belum mencapai target,
maka ditambahkan steam atau juga CaO. Apabila penambahan CaO terlalu banyak maka
dapat menyebabkan suhu terlalu tinggi dan juga akan berdampak pada reaksi CaO terhadap
Na2CO3, karena apabila CaO terlalu banyak maka Na2CO3 akan habis sehingga CaO tidak
dapat bereaksi lagi. Hal tersebut dapat berakibat terjadinya free lime dan berdampak pada
19
kualitas white liquor yang dihasilkan (kurang baik). Produk samping yang dihasilkan yaitu
grits yang akan dibuang ke bunker karena tidak bisa digunakan kembali.
4.1.7 Causticizer
Cautisizer merupakan tempat proses penyempurnaan reaksi setelah proses slaking.
Reaksi yang terjadi di caustisizer adalah antara Ca(OH)2 dengan Na2CO3 yang akan
menghasilkan white liquor dan lime mud.
20
tabung yang terdapat filter nya, sehingga lime mud yang melewati tabung tersebut akan
menempel pada filter. Sedangkan white liquor akan melewati filter dan dikirim ke white
liquor storage. Untuk lime mud sendiri yang menempel di filter kemudian dibersihkan dan
akan masuk ke dalam lime mud mixing tank (untuk proses di lime kiln).
21
yang berdinding cloth. Cloth tersebut dilapisi terlebih dahulu dengan menggunakan lime
mud setebal 15 cm untuk menghindari terjadinya penyumbatan cloth pada saat proses
vacuum dregs. Setelah proses pelapisa kemudian dregs dimasukkan, sementara drum akan
terus berputar. Karena di dalam drum terdapat vacuum, maka dregs akan tersedot dan
menempel pada lime mud dan kemudian dilakukan proses pengikisan dengan menggunakan
blade.
22
4.1.18 Bunker
Bunker sebagai tempat penampungan dari produk samping pada proses recausticizing
yaitu berupa dregs dan grits yang akan ditampung pada bunker dan selanjutnya akan
dibuang.
23
4.2.4 Electrostatic Presipitator (ESP)
Electrostatic Precipitator (ESP) adalah sebuah teknologi untuk menangkap abu
hasil proses pembakaran dengan memberi muatan listrik pada abu tersebut. Prinsip kerja
ESP yaitu dengan memberi muatan negatif kepada abu-abu tersebut melalui batangan dan
akan ditangkap oleh plat yang bermuatan positif. Temperatur material yang berasal dari
flash dryer dijaga agar dibawah 310˚C dan gas CO dibawah 2%. Apabila temperaturnya
diatas 310˚C dan kadar CO diatas 2% maka akan timbul spark pada ESP sehingga dapat
menyebabkan ledakan.
Kecepatan putaran kiln yang digunakan antara 1,2 – 1,3 rpm dengan tujuan agar
produk yang dihasilkan bisa sesuai dengan target. Jika putaran kiln dipercepat dengan
kecepatan diatas 1,3 rpm maka waktu pemasakan menjadi lebih singkat akan tetapi produk
berupa CaO yang dihasilkan tidak memenuhi standar atau undercook. Begitupun sebaliknya
apabila kecepatan putaran kiln dibawah 1,2 rpm maka waktu pemasakannya akan semakin
lama, produk yang dihasilkan bisa overcook. Kiln terbagi menjadi beberapa zona yaitu :
a) Drying Zone
Drying Zone adalah zona untuk mengeringkan feed yang masuk ke flash
dryer. Feed yang masuk berlawanan arah dengan gas yang dihembuskan dari kiln
(counter current) dengan suhu 600 - 700˚C sehingga lime mud akan kering dan
naik ke cyclone.
24
b) Heating Zone
Heating zone merupakan zona pembakaran lime mud dimana lime mud
mulai bereaksi. Temperature lime mud pada heating zone mencapai 700- 800oC.
c) Calcining Zone
Calcining Zone adalah zona pembakaran lime mud yang bereaksi dengan
temperature yang sangat tinggi 900- 1200 sehingga menghasilkan Kalsium Oksida
sebagai produk utama dan Karbon Dioksida sebagai produk sampingan.
25
Untuk menghasilkan api yang sempurna dibutuhkan bahan bakar dan udara yang
cukup, sehingga kadar udara yang masuk pada burner harus diatur sesuai dengan kebutuhan
10% dari bahan baku.
26
4.3 Bark
27
5 BAB V SISTEM UTILITAS
5.1 Vacum Evaporator (VE)
Evaporator merupakan salah satu alat yang sering digunakan dalam proses
perindustrian. Evaporator adalah alat yang digunakan untuk mengevaporasi larutan.
Evaporasi sendiri artinya adalah menghilangkan air dari larutan dengan mendidihkan
larutan di alat tabung evaporator (Andrayani, 2015). Evaporasi bertujuan untuk
memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tidak mudah menguap dengan
pelarut yang mudah menguap.
Vacum evaporator berfungsi untuk mengubah Weak Black Liquor (WBL) menjadi
Heavy Black Liquor (HBL). Weak black liquor dari fiber line biasanya memiliki Total
Solid sekitar 15-17%. Kadar air yang terkandung didalamnya harus dievaporasikan untuk
menghasilkan produk dengan solid yang lebih tinggi sekitar 82-85%. Weak black liquor
berasal dari proses fiber line dan hasil dari proses vacum evaporator akan diproses kembali
pada proses recovery boiler. Pada vacum evaporator tidak hanya memproduksi HBL
sebagai produk utama, tetapi juga menghasilkan produk sampingan seperti clean condesate
untuk proses fiber line,intermediate untuk proses recausticizinng, foul condensate, dan live
steam condensate adalah air bersih.
28
5.3 Recausticizing dan Lime Kiln
Recausticizing merupakan unit untuk mengkonversi natrium karbonat (Na2CO3)
menjadi natrium hidroksida (NaOH) dan menghilangkan sebagian besar kotoran yang
berasal dari tungku dan lime kiln. Green liquor disaring untuk menghilangkan insolubles
(ampas) dan akan bereaksi dengan CaO untuk menghasilkan white liquor. Kemudian white
liquor akan dipisahkan dengan lumpur endapan kapur (CaCO3). Untuk white liquor sendiri
akan dikirim ke digester untuk proses cooking. Sedangkan untuk CaCO3 akan dibakar
kembali untuk menghasilkan CaO di dalam lime kiln. CaO yang dihasilkan dapat
digunakan kembali untuk reaksi di lime slaker dalam mengkonversi Na2CO3 menjadi NaOH
(Nur Wahidun Kurniasih, 2013).
29
5.6 Chemical Making Plant (CMP)
Chemical Making Plant merupakan unit untuk mempersiapkan atau memproses
bahan-bahan kimia yang akan digunakan pada saat proses pembuatan pulp. Departemen
Chemical Making Plant (CMP) memiliki 5 plant yaitu ClO₂ Plant, NaOH Plant, O₂ Plant,
SO₂ Plant, PAC Plant
Beberapa tahapan proses pengolahan Effluent Treatment Plant (ETP) yaitu sebagai
berikut :
1) Sistem pre treatment yang terdiri dari Bar Screen, EQ Tank, Emergency Pond,
Neutralization Pond, Primary Sedimentation Tank.
2) Sistem pendinginan yang terdiri dari Cooling Tower.
3) Sistem pengolahan secara biokimia yang terdiri dari Hydrolysis Acidification Tank,
Aeration Tank, Secondary Sedimentation Tank.
30
terlarut dan tersuspensi dalam air. Seperti halnya pH air, Total Suspended Solid (TSS),
colour, turbidity, Fe, Mg, Chemical Oxygen Demand (COD).
Sistem pada water treatment plant terdiri dari 5 proses yaitu, koagulasi, flokulasi,
sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi. Pengolahan di water treatment plant juga menghasilkan
produk sampingan yaitu limbah berupa sludge yang akan dibuang ke landfill.
31
6 BAB VI TUGAS KHUSUS
6.1 Pendahuluan
6.1.1 Latar Belakang
Industri pulp dan kertas adalah salah satu kelompok industri kimia yang menjadi
unggulan Indonesia. Sehingga kebutuhan pulp dan kertas semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Meningkatnya kebutuhan pulp dan kertas tersebut juga mengakibatkan peningkatan
penggunaan bahan kimia dalam proses. Untuk mengurangi penggunaan bahan kimia yang
murni, maka dapat mengupayakan pemanfaatan kembali bahan kimia pemasak yang
terkandung di dalam black liquor.
Lidi hitam (black liquor) adalah liquid yang dihasilkan atau keluar dari digester
setelah proses pemasakan kayu yang mengandung bahan-bahan organic kayu terlarut dan
sejumlah aktif alkali. Yang mana liquid ini akan dibakar di dalam recovery recovery
furnace (Purnama, Be. 2011). Black liquor termasuk limbah cair B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun) yang jika dibuang langsung ke sungai dapat menyebabkan ketidakseimbangan
ekosistem perairan (Gunawan,Denny.2013).
Proses chemical recovery merupakan proses yang sangat penting dalam suatu
pabrik pulp yang memiliki kapasitas produksi tinggi. Hal tersebut memiliki keuntungan
untuk memperoleh kembali bahan kimia pemasak. Selain itu juga dapat dilihat dari segi
lingkungan, dengan adanya proses chemical recovery dapat mengurangi pembuangan bahan
kimia di lingkungan sekitar sehingga dapat menjaga kelestarian lingkungan.
Proses chemical recovery terdapat beberapa unit yaitu evaporator, power boiler,
recaustisizng dan lime kiln. Dalam proses chemical recovery membutuhkan energi untuk
berjalannya suatu proses seperti proses penguapan lime mud. Oleh karena itu, untuk
menghemat pengeluaran energi maka dapat menurunkan nilai total alkali dari lime mud.
Apabila total alkali lime mud tinggi maka akan berpengaru nilai dryness yang tinggi
sehingga menyebabkan penggunaan energi tinggi untuk proses penguapan, selain itu juga
32
jika total alkali tinggi maka dapat menurunkan nilai kemurnian CaO serta menurunkan life
time batu kapur.
1) Bagaimana pengaruh penambahan dilution terhadap nilai total alkali lime mud ?
2) Bagaimana pengaruh dilakukan proses washing dengan tidak dilakukan proses
washing ?
6.1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui pengaruh penambahan dilution terhadap nilai total alkali lime mud.
2) Mengetahui pengaruh dilakukan proses washing dengan tidak dilakukan proses
washing.
33
6.1.4 Manfaat
Berdasarkan penelitian ini dapat diambil beberapa manfaat yaitu sebagai berikut :
Akademis
Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan mengenai proses washing terhadap nilai total alkali
lime mud.
Industri
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan energi
dan mendapatkan kemurnian CaO yang tinggi.
Peneliti
Peneliti dapat menambah pengalaman, wawasan, dan ilmu pengetahuan tentang
proses penurunan nilai total alkali di indistri pulp dan kertas.
1) Penelitian ini dilakukan di unit lime kiln dan Lab QAP PT OKI Pulp and Paper
Mills.
2) Bahan baku yang digunakan meliputi lime mud, condensate, weak wash liquor, dan
hot water.
3) Variasi yang digunakan adalah dengan penambahan jenis dilution dan jumlah proses
washing.
4) Pengecekan parameter lime mud yang dilakukan pada skala laboratorium.
34
6.2 Landasan Teori
6.2.1 Recausticizing
Recausticizing merupakan unit chemical recovery yang bertujuan untuk mengubah
green liquor menjadi white liquor yang akan digunakan pada proses cooking. Yaitu dengan
cara mengubah kandungan natrium karbonat (Na2CO3) atau asam karbonat yang ada di
green liquor menjadi natrium hidroksida (NaOH) dengan penambahan kapur (CaO). Green
liquor ditambahkan Ca(OH)2 dan panas pada proses slaker. Kemudian dilanjutkan ke
proses caustisizer dan akan terjadi reaksi caustisizer yaitu Na2CO3 dan Ca(OH)2 yang
menghasilkan 2NaOH dan CaCO3 (lime mud), kemudian dipisahkan dengan menggunakan
clarifier disk filter (CDF) sehingga menghasilkan NaOH (white liquor) yang akan dikirim
ke fiberline sedangkan CaCO3 (lime mud) dikirim ke lime kiln.
6.2.2 Lime Kiln
Kiln adalah sejenis furnace yang menghasilkan suhu yang cukup tinggi untuk
melakukan beberapa tahap proses seperti pengerasan, pengeringan, atau perubahan kimia.
Lime kiln tersebut berfungsi untuk mengolah Kalsium Karbonat (CaCO3) dengan
memanfaatkan panas dan akan menghasilkan Kalsium Oksida (CaO). Lime mud yang
berasal dari recaustisizing akan diumpankan ke dalam kiln dan akan dibakar dengan suhu
diatas 700˚C menghasilkan lime dan karbon dioksida.
Pengujian total alkali pada lime mud bertujuan untuk mengetahui kandungan alkali
yang terkandung dalam lime mud. Jika semakin tinggi kandungan total alkali maka akan
35
mengakibatkan nilai dryness yang dihasilkan akan semakin rendah, sehingga akan
menimbulkan dampak kebutuhan energi yang banyak pada saat proses kalsinasi (Gina
Maulia, 2020).
Lime mud adalah salah satu produk samping dari hasil daur ulang pada proses
industri pulp yang dihasilkan dari proses recausticizing yang memiliki kandungan CaCO3
(kalsium karbonat) yang cukup tinggi yaitu > 80 %. Sejauh ini lime mud dimanfaatkan
sebagai bahan baku untuk memproduksi CaO (kalsium oksida) dengan cara dikalsinasi
pada silinder berputar dengan bantuan panas (lime kiln) yang dapat menghasilkan
kemurnian CaO >75% (Gina Maulia, 2020).
6.2.5 Washing
Washing merupakan suatu proses penghilangan bahan pengotor maupun total alkali
yang masih tersisa dalam lime mud. Tujuan dari proses washing tersebut adalah untuk
menurunkan nilai total alkali, jika total alkali yang terkandung masuk tinggi makan akan
mengakibatkan dryness rendah dan penggunaan energi juga meninggkat, selain itu juga
dapat menurunkan kemurnian CaO
36
6.3 Metodologi Penelitian
6.3.1 Metode Pengumpulan Data
Untuk melaksanakan penelitian ini, penulis dapat mengumpulkan berbagai macam
data dan informasi agar dapat melakukan analisis dengan baik. Adapun metode yang
diguanakan untuk memperoleh data-data tersebut ;
1. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan informasi dan landasan teori
yang berkaitan dengan penelitian tugas akhir. Sumber informasi dan landasan teori
tersebut diperoleh dari buku, jurnal, dan internet.
Alat :
Peralatan yang digunakan pada saat percobaan secara langsung sebagai berikut :
Beaker glass
Neraca analitik
Mortar
Alu
Spatula
37
Erlenmeyer
Mesh
Thermometer
Oven
Cawan
Sedangkan peralatan yang digunakan untuk menguji lime mud antara laim :
Bahan :
Lime Mud
Hot Water
Condensate
Weak Wash Liquor
38
kontrolnya adalah jenis dilution, waktu pengadukan proses washing, dan
temperatur washing.
3. Variabel Terikat (dependen)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel output. Variabel dependen (terikat)
adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akbiat karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2016). Variable terikatnya adalah total alkali lime mud, Non Process
Element (NPE), dryness, kemurnian CaO, energi kalsinasi.
39
7) Catat volume HCl yang telah digunakan.
Perhitungan Total Alkali
( )
( )
Keterangan :
Vt = volume titrasi
N = normalitas titran
F = faktor koreksi titran
Ws = berat sample
b. Pengecekan dryness
1) Timbang berat cawan.
2) Timbang sample ± 25 gram.
3) Lalu masukkan ke dalam oven pada temperature 105 ˚C
selama ± 2 jam.
4) Setelah di oven berat sample tersebut ditimbang.
Perhitungan dryness :
( )
Keterangan :
W1 = berat cawan
W2 = berat cawan + berat sample setelah di oven
Ws = berat sampel
40
1) Disiapkan sampel CaO yang akan dicek kandungan
logamnya.
2) Sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram.
3) Sample yang sudah ditimbang kemudian dimasukkan
kedalam tabung digest.
4) Kemudian ditambahkan larutan HCl sebanyak 8 ml dan
ditambahkan juga larutan HBF4 sebanyak 2 ml.
5) Kemudian tabung digest ditutup dengan penutup.
6) Tabung dimasukkan kedalam alat digest untuk dilakukan
pemanasan selama ± 30 menit.
7) Setelah larut secara sempurna, kemudian tabung dikeluarkan
dari alat digest dan dilakukan dilusi dengan penambahan air
sebanyak volume yang sudah ditentukan.
8) Larutan yang sudah didilusi kemudian dimasukkan kedalam
alat ICP tester untuk pengujian kandungan logam dengan
menggunakan plasma.
9) Kemudian kandungan yang berupa unsur-unsur logam akan
diperoleh, untuk mengetahui senyawa-senyawa lain yang
ingin diketahui maka diperlukan perhitungan dibawah ini.
Perhitungan senyawa logam
( )
41
Tahap Pelaksanaan
1. Lime mud diperoleh dari hasil samping proses recausticizing.
2. Kemudian lime mud tersebut akan dilakukan proses washing dengan
menggunakan variasi dibawah ini :
a. Tanpa Pencucian.
b. 1 kali washing menggunakan hot water.
c. 1 kali washing menggunakan condensate.
d. 1 kali washing menggunakan weak wash liquor.
e. 2 kali washing menggunakan hot water dan condensate.
f. 2 kali washing menggunakan hot water dan weak wash liquor.
g. 2 kali washing menggunakan condensate dan weak wash liquor.
( )
( )
42
Tahap pengujian ini merupakan tahap akhir dalam penelitian. Pada tahap ini
dilakukan pengujian nilai total alkali, dryness, kemurnian CaO, kandungan logam,
dan energi.
a. Pengujian Total Alkali
1) Timbang sample ± 6 gram, kemudian masukkan ke dalam labu bulat.
2) Tambahkan 250 ml air free CO2.
3) Tambahkan 10 ml larutan (NH4)2CO3 10 %
4) Pasangkan labu bulat dengan kondensor yang teraliri air pendingin,
kemudian panaskan hingga mendidih ± 2 jam.
5) Saring dan tampung filtrate pada beaker glass.
6) Lalu tambahkan indicator MO pada filtrate secukupnya, kemudian
lakukan titrasi dengan larutan HCl 0,1 %.
7) Catat volume HCl yang telah digunakan.
Perhitungan Total Alkali
( )
( )
Keterangan :
Vt = volume titrasi
N = normalitas titran
Ws = berat sample
43
b. Pengujian Dryness
1) Timbang berat cawan.
2) Timbang sample ± 25 gram.
3) Lalu masukkan ke dalam oven pada temperature 105 ˚C selama ± 2
jam.
4) Setelah di oven berat sample tersebut ditimbang.
Perhitungan dryness :
( )
Keterangan :
W1 = berat cawan
Ws = berat sampel
44
8) Larutan yang sudah didilusi kemudian dimasukkan kedalam alat ICP
tester untuk pengujian kandungan logam dengan menggunakan
plasma.
9) Kemudian kandungan yang berupa unsur-unsur logam akan
diperoleh, untuk mengetahui senyawa-senyawa lain yang ingin
diketahui maka diperlukan perhitungan dibawah ini.
Perhitungan senyawa logam
( )
45
7 BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dari hasil kuliah praktik dapat diambil disimpulkan bahwa :
7.2 Saran
Saran untuk kegiatan kuliah praktik kedepannya adalah setiap mahasiswa mempunyai
dosen pembimbing (seperti dosen pembimbing tugas akhir) untuk dilakukan pembimbingan
dalam penyusunan bab tugas khusus yang sudah menjurus kedalam tugas akhir. Hal
tersebut bertujuan agar persiapan tugas akhir lebih matang dari dilakukan kuliah praktik 1.
46
8 DAFTAR PUSTAKA
Falah, Vivin Fitria. 2020. “Faktor Yang Berpengaruh Pada Reaksi Slaker &
Caustisizing”.Laporan Hasil Magang. Teknologi Pengolahan Pulp dan Kertas. Institut
Teknologi Sains Bandung.
Gunawan, Denny. 2013. Pengolahan Limbah Black Liquor dengan Recovery Boiler.
Jurusan Teknik Kimia. Universitas Surabaya. Scientific Article Vol.1 No.1
Kurniasih, N. 2013. Teknologi Pulp dan Kertas Sulfat (Kraft) Pulping. Teknik Kimia
Universitas Mulawarman.
Prastyo, Adi .2020. Pembuatan PCC (Precipitated Calcium Carbonate) menggunakan bahan
baku lime mud dengan metode kaustik soda. Tugas Akhir. Teknologi Pengolahan
Pulp dan Kertas. Institut Teknologi Sains Bandung.
Rikardo, Riki. Dkk. 2018. Recausticizing dan Lime Kiln. Laporan Hasil Magang.
Teknologi Pengolahan Pulp dan Kertas. Institut Teknologi Sains Bandung.
47
9 LAMPIRAN
48