Anda di halaman 1dari 5

Nama

: Mutia Pratiwi Berampu

NIM

: 03031181320072

Shift

: Selasa,10.00 12.00 WIB

Kelompok : 1

PROSES TERJADINYA SCALE, SLIME, DAN FOULING PADA


PACKING

Scale, slime dan fouling merupakan masalah-masalah yang terjadi pada


cooling tower yang dapat mengakibatkan turunnya masa lifetime pada cooling
tower. Scale, slime dan fouling yang terakumulasi dapat menyebabkan turunnya
efisiensi perpindahan panas pada cooling tower sehingga dibutuhkan supply
tenaga listrik yang lebih untuk memompakan cooling water ke cooling tower
karena adanya penyumbatan pipa dan packing akibat scale, slime dan fouling pada
cooling tower. Turunnya efisiensi perpindahan panas menyebabkan menurunnnya
kualitas dari cooling tower.
1.

Scale
Scale atau sering disebut kerak pada packing adalah penumpukan

pengotor-pengotor yang terikut bersama air pendingin pada cooling tower yang
mengendap. Pembentukan kerak diakibatkan oleh kandungan padatan terlarut dan
material anorganik yang konsentrasinya melanpaui limit control. Pengotor yang
mengendap atau precipitation akan mengakibatkan terbentuknya suspensi pada air
pendingin. Suspensi akan melekat pada dinding packing cooling tower dan dalam
jangka waktu yang cukup akan mengeras. Scaling atau proses pembentukan kerak
dapat mengakibatkan terjadinya pemanasan lanjut setempat (local overheating)
yang mengakibatkan efisiensi perpindahan panas menurun. Selain itu scaling pada
packing cooling tower dapat menyebabkan kegagalan fungsi alat (failure). Scale
juga mengakibatkan naiknya pressure drop yang mengakibatkan naiknya
hambatan pada pipa sehingga akan terjadi penyumbatan pada pipa-pipa berukuran
kecil. Ada beberapa faktor yang mengakibatkan terbentuknya kerak ini yaitu
sebagai berikut ini:
1) pH, makin tinggi pH maka makin mudah terjadinya pengendapan.
2) Temperatur, makin tinggi temperatur maka kelarutan garam calsium carb
semakin turun sehingga bertendensi terjadi pengendapan.
3) Flow rate, semakin rendah flow rate memperbesar kesempatan pengendapan.

Metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya pembentukan kerak antara


lain :
1) Menghambat kerak dengan mengontrol pH
Dalam keadaan asam lemah ( kira kira pH 6,5 ). Asam sulfat yang paling
sering digunakan untuk ini, memiliki dua efek dengan memelihara pH dalam
daerah yang benar dan mengubah kalsium karbonat, ini memperkecil resiko
terbentuknya kerak kalsium sulfat. Ini memperkecil resiko terbentuknya scale
kalsium karbonat.
2) Mengontrol kerak dengan bleed off
Bleed off pada sirkulasi cooling water terbuka sangat penting untuk
memastikan bahwa air tidak pekat sebagai perbandingan untuk mengurangi
kelarutan dari garam mineral yang kritis. Jika kelarutan ini berkurang kerak
akan terbentuk pada cooling tower.
3) Mengontrol scale dengan bahan kimia penghambat scale berupa organic
polimer polyacrilik dan polyacrilik buatan.
4) Masalah mikrobiologi
Microorganism juga mampu membentuk deposit pada sembarangan
permukaan. Hampir semua jasad renik ini menjadi kolektor bagi debu dan
kotoran lainnya. Hal ini dapat menyebabkan efektivitas kerja cooling tower
menjadi terganggu.
5) Masalah kontaminasi
Keadaan cooling tower yang terbuka dengan udara bebas memungkinkan
organisme renik untuk tumbuh dan berkembang pada sistem, belum lagi
kualitas air make up yang digunakan.
2.
Slime
Sistem air pendingin khususnya jenis open recirculation merupakan
lingkungan yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme
menimbulkan lendir atau slime yang berwarna coklat kehitaman yang menempel
di permukaan pipa dan packing. Slime akan mengurangi effect pencegahan korosi
dan menurunkan efisiensi cooling water. Slime disebabkan oleh adanya bakteri
mikroorganisme yang terbentuk dalam cooling water. Untuk mencegah bakteri
atau mikroorganisme tersebut, diinjeksikan gas chlorine yang akan mampu
membunuh hampir semua mikroorganisme yang ada. Disamping bakteri, gas

chlorine juga mampu menghilangkan fungi atau jamur, alga atau ganggang dan
lumut.
3.

Fouling
Fouling adalah pembentukan lapisan deposit pada permukaan bahan yang

mengalami perpindahan panas akibat akibat aktivitas senyawa yang tidak


diinginkan. Bahan atau senyawa itu berupa kristal, sedimen, senyawa biologi,
produk reaksi kimia, ataupun korosi. Pembentukan lapisan deposit ini akan terus
berkembang selama cooling tower dioperasikan. Akumulasi

deposit pada

permukaan alat cooling tower menimbulkan kenaikan pressure drop

dan

menurunkan efisiensi dari perpindahan panas. Untuk menghindari penurunan


performance alat cooling tower yang terus berlanjut dan terjadinya unpredictable
cleaning, maka dari itu diperlukan suatu informasi yang jelas tentang tingkat
pengotoran untuk menentukan jadwal pembersihan (cleaning schedule).
Lapisan fouling dapat berasal dari partikel-partikel atau senyawa lainnya
yang terangkut oleh aliran fluida. Pertumbuhan lapisan tersebut dapat meningkat
apabila permukaan deposit yang terbentuk mempunyai sifat adhesif yang cukup
kuat. Gradien temperatur yang cukup besar antara aliran dengan permukaan dapat
juga meningkatkan kecepatan pertumbuhan deposit. Pada umumnya proses
pembentukan lapisan fouling merupakan phenomena yang sangat kompleks
sehingga sukar sekali dianalisa. Pada umumnya mekanisme terjadinya fouling,
pembentukan dan pertumbuhan deposit, terdiri dari :
1) Initiation, pada periode kritis dimana temperatur, konsentrasi dan gradien
kecepatan, zona deplesi oksigen dan kristal terbentuk dalam waktu yang
singkat.
2) Transport partikel ke permukaan, ada tiga yaitu secara mekanik atau
imfaction,

secara

turbulen

atau

difusion

dan

Thermophoresis

dan

Electrophoresis.
3) Adhesi dan Kohesi pada permukaan.
4) Attchment, awal dari terbentuknya lapisan deposit.
5) Migration, berupa perpindahan foulant (bahan atau senyawa penyebab
fouling) menuju ke permukaan, dan berbagai mekanisme perpindahan difusi.

6) Transformation atau aging, periode kritis dimana perubahan fisik ataupun


struktur kimia atau kristal dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan lapisan
deposit.
7) Removal atau Re-entrainment, perpindahan lapisan fouling dengan cara
pemutusan, erosi atau spalling.
Kecepatan aliran dan temperatur fluida (atau beda temperatur) dapat menjadi
variabel signifikan terjadinya fouling. Peningkatan kecepatan menyebabkan
transfer massa dimana fouling dapat meningkat, seiring dengan terbentuknya
deposit pada permukaan perpindahan panas. Secara terus menerus, shear force
pada fluida atau permukaan perpindahan panas meningkat, melalui mekanisme
removal deposit. Temperatur yang digunakan pada alat cooling tower dapat
mempengaruhi besarnya luasan fouling pada packing.

DAFTAR PUSTAKA
Morvey, Z. K.,Gvozdenac, D. D. 2015. Applied Industrial Energy And
Environmental Management. Amerika Serikat: John Wiley & Sons, Ltd.
Nugraha, Indra.2009. Pengaruh Ph, Silika (Sio2) Dan Ortofosfat (O-PO4)
Terhadap Cooling Water Treatment Urea-1 (63-EF-2101) PT. Pupuk
Iskandar Muda. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Ashrae. 2011. System and Equipment of Cooling Tower. (Online). http://


www.thermairsystems.com/wp-content/uploads/2011/10/ASHRAESystemsand-Equipment-Cooling-Towers.pdf. (diakses pada 3 oktober 2015)

Anda mungkin juga menyukai