Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teknik Perawatan Mesin Konversi Energi II
dan Instalasi
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Sunday Nikodemos. (1941230118)
1. Faktor Pengotoran
Fouling dapat didefenisikan sebagai pembentukan deposit pada permukaan alat penukar kalor
yang dapat menghambat perpindahan panas dan meningkatkan hambatan aliran fluida pada alat
penukar kalor tersebut.
Gejala ini sudah ada sejak ditemukannya api, tidaklah sulit untuk membayangkan betapa
terganggunya nenek moyang kita karena semakin lamanya waktu yang dibutuhkan untuk merebus
air sebagai akibat dari furring atau penutupan bagian dalam ketel.
Lapisan fouling dapat berasal dari partikel-partikel atau senyawa lainnya yang tersangkut oleh
aliran fluida. Pertumbuhan lapisan tersebut dapat meningkat apabila permukaan deposit yang
terbentuk mempunyai sifat adhesif yang cukup kuat.
a. FOULING (PENGOTORAN) PADA HEAT EXCHANGER
Fouling (pengotoran) didefinisikan sebagai pembentukan endapan yang tidak
diinginkan pada permukaan perpindahan kalor yang menghambat perpindahan kalor dan
meningkatkan hambatan terhadap aliran fluida, menghasilkan penurunan tekanan yang lebih
tinggi. Pertumbuhan endapan menyebabkan kinerja termodinamuka heat exchanger menurun
seiring waktu.
Fouling mempengaruhi konsumsi energi industri proses, dan dapat memaksa menambah
bahan tambahan yang dibutuhkan untuk memberikan perpindahan kalor ekstra pada heat
exchanger untuk mengkompensasi efek pengotoran. Selain itu, dapat menimbulkan fluks
kalor tinggi, seperti pada pembangkit uap, fouling dapat menyebabkan titik panas lokal dan
pada akhirnya dapat mengakibatkan kegagalan mekanis dari permukaan perpindahan kalor.
a. Kerugian Yang Ditimbulkan Oleh Fouling Dari Heat Exchanger
1. Peningkatan biaya modal karena oversizing
2. Kehilangan energi yang terkait dengan kinerja peralatan yang buruk
3. Biaya perawatan membengkak akibat korosi dan pengotoran
4. Produksi berkurang karena jadwal pemeliharaan
5. Pengurangan waktu proses pada industri
b. Pengaruh Fouling Terhadap Kinerja Termodinamika Heat Exchanger
1. Lapisan fouling di bagian dalam dan permukaan luar heat exchanger umumnya
meningkat seiring waktu. Fouling biasanya memiliki konduktivitas termal lebih
rendah daripada fluida atau dinding konduksi. Fouling dapat meningkatkan hambatan
termal keseluruhan.
2. Ada peningkatan kekasaran permukaan, sehingga meningkatkan ketahanan gesekan
terhadap aliran, dan fouling menghalangi aliran; karena efek ini, penurunan tekanan
melintasi heat exchanger meningkat.
3. Fouling dapat menciptakan sumber korosi.
4. Fouling akan mengurangi efektivitas termal yang akan menambah beban termal pada
sistem.
c. Jenis-Jenis Fouling
1. Particulate Fouling
Fouling yang dibentuk oleh reaksi kimia dari permukaan perpindahan kalor
material permukaan itu sendiri dikenal sebagai fouling reaksi kimia. Polimerisasi,
cracking, dan kokas hidrokarbon adalah contoh utama dari fouling reaksi kimia.
Kehadiran senyawa belerang, senyawa nitrogen, dan keberadaan elemen fouling
logam seperti Mo dan Va dalam aliran hidrokarbon secara signifikan meningkatkan
fouling reaksi kimia. Komposisi aliran proses, termasuk kontaminan dan masuknya
oksigen akan mempengaruhi fouling reaksi kimia.
3. Korosi
2. Korosi
Masalah korosi yang sering dijumpai pada unit heat exchanger dalam lingkungan air
pendingin diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain: disain, temperatur operasi, laju
alir, kualitas air pendingin, pemilihan material logam, jenis dan dosis inhibitor korosi
dan anti kerak yang kurang tepat. Sampai saat ini, masalah tersebut sering terjadi di
sektor industri seperti industru pupuk, petrokimia, pembangkit listrik, minyak dan gas
serta sarana transportasi kapal laut.Unit heat xchanger merupakan salah satu urat nadi
proses di lingkungan industri yang sangat diperlukan sebagai sarana perpindahan panas.
Oleh karena itu unit perlu dipelihara seoptimal mungkin untuk memperpanjang umur
pelayanannya.
Metode pembersihan secara mekanik dibagi menjadi dua cara sebagai berikut :
a. Drilling atau Turbining
Pembersihan dilakukan dengan mendrill deposit yang menempel pada dinding tube.
b. Hydrojecting
Pembersihan dilakukan dengan cara menginjeksikan air ke dalam tube pada tekanan
yang tinggi, untuk jenis deposit yang lunak.
3. Gabungan dari keduanya
Metode ini merupakan penggabungan dari kedua pembersihan di atas yaitu
secara chemical/physical dan mechanical.
1. Mengatasi Pengotoran
a. Memilih fluida yang akan dimasukkan kedalam alat penuka kalor.
b. Melakukan pembersihan secara berkala untuk membuang kotoran-kotoran yang ada di
dalam selubung atau tabung alat penukar kalor.
c. Mempergunakan bahan yang cocok agar kotoran yang terdapat pada alat penukar
kalor benar benar bersih dan ketika membersihkan alat penukar kalor tersebut tidak
mengalami kerusakan pad dindingmya. Gambar. Cara pembersihan pada shell alat
penukar kalor yang kotor. Gambar. Alat yang digunakan untuk membersihkan kotoran
pada HE
2. Mengatasi Korosi Korosi dapat dikendalikan atau diminimalisir dengan cara :
a. Lapis lindung : dengan melapisi logam dengan bahan lain yang lebih tahan karat,
sehingga proses korosi dapat diperlambat,
b. Reaksi katodik (perlindungan) : dengan cara arus tanding dan dengan anoda korban
c. Inhibitor adalah substansi kimia, bila ditambahkan dalam konsentrasi yang relative
sedikit ke lingkungan korotif, secara efektif dapat menurunkan laju korosi logam.
3. Mengatasi gasket yang bocor
a. Menggantinya dengan yang baru.
b. Untuk menghindari gasket rusak atau bocor yang perlu dulakukan adalah pada saat memasang
gasket, mengencangkan baut baut pengunci dilakukan secara berlahan-lahan dan dengan secara
acak