Anda di halaman 1dari 10

PERAWATAN HEAT EXCHANGER

Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teknik Perawatan Mesin Konversi Energi II
dan Instalasi

Dosen Pengampu :

Drs. Samsul Hadi, M.T.

Disusun Oleh :
Sunday Nikodemos. (1941230118)

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2021
PERMASALAHAN PADA HEAT EXCHANGER
Perawatan Heat Exchanger Secara umum, alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat
yang digunakan untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan
bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai
adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water).
Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung
secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact). Lebih lanjut, Heat Exchanger
dapat pula berfungsi sebagai alat pembuang panas, alat sterilisasi, pesteurisasi, pemisahan campuran,
distilisasi (pemurnian, ekstraksi), pembentukan konsentrat, kristalisasi, atau juga untuk mengontrol
sebuah proses fluida.
Alat penukar kalor mempunyai beberapa bagian yang perlu diperhatikan untukmembuat alat ini
tetap dalam keadaan atau kondisi operasi seperti yang diinginkan.

Beberapa diantaranya yang perlu diperhatikan:

1. Faktor Pengotoran

Fouling dapat didefenisikan sebagai pembentukan deposit pada permukaan alat penukar kalor
yang dapat menghambat perpindahan panas dan meningkatkan hambatan aliran fluida pada alat
penukar kalor tersebut.

Gejala ini sudah ada sejak ditemukannya api, tidaklah sulit untuk membayangkan betapa
terganggunya nenek moyang kita karena semakin lamanya waktu yang dibutuhkan untuk merebus
air sebagai akibat dari furring atau penutupan bagian dalam ketel.

Lapisan fouling dapat berasal dari partikel-partikel atau senyawa lainnya yang tersangkut oleh
aliran fluida. Pertumbuhan lapisan tersebut dapat meningkat apabila permukaan deposit yang
terbentuk mempunyai sifat adhesif yang cukup kuat.
a. FOULING (PENGOTORAN) PADA HEAT EXCHANGER
Fouling (pengotoran) didefinisikan sebagai pembentukan endapan yang tidak
diinginkan pada permukaan perpindahan kalor yang menghambat perpindahan kalor dan
meningkatkan hambatan terhadap aliran fluida, menghasilkan penurunan tekanan yang lebih
tinggi. Pertumbuhan endapan menyebabkan kinerja termodinamuka heat exchanger menurun
seiring waktu.
Fouling mempengaruhi konsumsi energi industri proses, dan dapat memaksa menambah
bahan tambahan yang dibutuhkan untuk memberikan perpindahan kalor ekstra pada heat
exchanger untuk mengkompensasi efek pengotoran. Selain itu, dapat menimbulkan fluks
kalor tinggi, seperti pada pembangkit uap, fouling dapat menyebabkan titik panas lokal dan
pada akhirnya dapat mengakibatkan kegagalan mekanis dari permukaan perpindahan kalor.
a. Kerugian Yang Ditimbulkan Oleh Fouling Dari Heat Exchanger
1. Peningkatan biaya modal karena oversizing
2. Kehilangan energi yang terkait dengan kinerja peralatan yang buruk
3. Biaya perawatan membengkak akibat korosi dan pengotoran
4. Produksi berkurang karena jadwal pemeliharaan
5. Pengurangan waktu proses pada industri
b. Pengaruh Fouling Terhadap Kinerja Termodinamika Heat Exchanger
1. Lapisan fouling di bagian dalam dan permukaan luar heat exchanger umumnya
meningkat seiring waktu. Fouling biasanya memiliki konduktivitas termal lebih
rendah daripada fluida atau dinding konduksi. Fouling dapat meningkatkan hambatan
termal keseluruhan.
2. Ada peningkatan kekasaran permukaan, sehingga meningkatkan ketahanan gesekan
terhadap aliran, dan fouling menghalangi aliran; karena efek ini, penurunan tekanan
melintasi heat exchanger meningkat.
3. Fouling dapat menciptakan sumber korosi.
4. Fouling akan mengurangi efektivitas termal yang akan menambah beban termal pada
sistem.
c. Jenis-Jenis Fouling
1. Particulate Fouling

Particulate fouling dapat didefinisikan sebagai akumulasi partikel yang tersuspensi


dalam aliran ke permukaan perpindahan kalor. Jenis fouling ini termasuk sedimentasi
pengendapan gravitasi serta pengendapan partikel koloid oleh mekanisme
pengendapan lain di ke permukaan perpindahan kalor.
2. Reaksi Kimia

Fouling yang dibentuk oleh reaksi kimia dari permukaan perpindahan kalor
material permukaan itu sendiri dikenal sebagai fouling reaksi kimia. Polimerisasi,
cracking, dan kokas hidrokarbon adalah contoh utama dari fouling reaksi kimia.
Kehadiran senyawa belerang, senyawa nitrogen, dan keberadaan elemen fouling
logam seperti Mo dan Va dalam aliran hidrokarbon secara signifikan meningkatkan
fouling reaksi kimia. Komposisi aliran proses, termasuk kontaminan dan masuknya
oksigen akan mempengaruhi fouling reaksi kimia.
3. Korosi

Fouling korosi disebabkan oleh pengendapan korosi pada permukaan perpindahan


kalor. Bahan permukaan perpindahan kalor bereaksi untuk menghasilkan korosi yang
mengotori permukaan perpindahan panas. Ciri paling umum dari jenis pengotoran ini
adalah: kehilangan material karena penipisan, oksida besi pada tabung baja karbon
dalam sistem pendingin air, dan pengotoran tabung radiator. Fouling korosi sangat
tergantung pada pilihan bahan konstruksi dan lingkungan. Tindakan seperti
penggunaan inhibitor, proteksi katodik, dan perawatan permukaan seperti pasivasi
stainless steel akan meminimalkan korosi.
4. Kristalisasi
Jenis pengotoran ini sebagian besar terjadi dalam sistem pendingin air, ketika garam
yang larut dalam air, terutama kalsium karbonat, menjadi jenuh dan mengkristal pada
dinding tabung untuk membentuk karang. Karang terjadi karena banyak garam terlarut
dalam air. Aditif kimia dapat membantu mengurangi masalah pengotoran karena
kristalisasi dan pembekuan dalam beberapa cara. Secara garis besar ada empat
kelompok bahan kimia untuk mengontrol kristalisasi: agen distorsi, dispersan, agen
sekuestrasi, dan bahan kimia ambang.
5. Biologis
Penempelan mikroorganisme (bakteri, alga, dan jamur) dan organisme makro
(teritip, spons, ikan, rumput laut, dll.) pada permukaan biasa disebut sebagai fouling
biologis. Pada kontak dengan permukaan perpindahan kalor, organisme ini dapat
menempel dan berkembang biak, terkadang menyumbat saluran fluida, serta
menimbulkan lumpur atau padatan tersuspensi lainnya dan menimbulkan korosi.
6. Solidifikasi (pemadatan)
Pembekuan cairan atau konstituen yang memiliki titik leleh lebih tinggi dari larutan
multikomponen pada subcooled heat exchanger dikenal sebagai pengotoran
pemadatan. Contohnya adalah pembekuan cairan pada kelembaban di udara,
pembekuan air pendingin dalam proses suhu rendah, dan deposisi lilin parafin
selamapendinginan aliran hidrokarbon.

2. Korosi
Masalah korosi yang sering dijumpai pada unit heat exchanger dalam lingkungan air
pendingin diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain: disain, temperatur operasi, laju
alir, kualitas air pendingin, pemilihan material logam, jenis dan dosis inhibitor korosi
dan anti kerak yang kurang tepat. Sampai saat ini, masalah tersebut sering terjadi di
sektor industri seperti industru pupuk, petrokimia, pembangkit listrik, minyak dan gas
serta sarana transportasi kapal laut.Unit heat xchanger merupakan salah satu urat nadi
proses di lingkungan industri yang sangat diperlukan sebagai sarana perpindahan panas.
Oleh karena itu unit perlu dipelihara seoptimal mungkin untuk memperpanjang umur
pelayanannya.

3. Gasket Mengalami Kebocoran/Rusak


Gasket mengalami kebocoran dan bahannya menjadi keras, halm ini dipengaruhi oleh
bahan yang digunakan untuk membuat gasket dan juga umur gasket dipengaruhi oleh
cara pemasangannya. Pada umumnya bahan pembuat gasket ini adalah Ethylene
Propylene.
Pembersihan Heat Exchanger

Tipe pembersihan Heat Exchanger yang sering dilakukan adalah

1. Chemical / Physical Cleaning

Metode pembersihan dengan mensirkulasikan agent melalui peralatan biasanya


menggunakan HCl 5-10%. Beberapa pembersihan secara kimia lainnya yaitu
contohnya dengan mengikis atau penyikatan dan dengan penyemprotan semprotan air
dengan kecepatan sangat tinggi. Pembersihan ini membutuhkan waktu yang tidak singkat
sehingga terkadang operasi produksi harus dihentikan.
2. Mechanical Cleaning

Metode pembersihan secara mekanik dibagi menjadi dua cara sebagai berikut :
a. Drilling atau Turbining
Pembersihan dilakukan dengan mendrill deposit yang menempel pada dinding tube.
b. Hydrojecting
Pembersihan dilakukan dengan cara menginjeksikan air ke dalam tube pada tekanan
yang tinggi, untuk jenis deposit yang lunak.
3. Gabungan dari keduanya
Metode ini merupakan penggabungan dari kedua pembersihan di atas yaitu
secara chemical/physical dan mechanical.

CARA MENGATASI PERMASALAHAN

1. Mengatasi Pengotoran
a. Memilih fluida yang akan dimasukkan kedalam alat penuka kalor.
b. Melakukan pembersihan secara berkala untuk membuang kotoran-kotoran yang ada di
dalam selubung atau tabung alat penukar kalor.
c. Mempergunakan bahan yang cocok agar kotoran yang terdapat pada alat penukar
kalor benar benar bersih dan ketika membersihkan alat penukar kalor tersebut tidak
mengalami kerusakan pad dindingmya. Gambar. Cara pembersihan pada shell alat
penukar kalor yang kotor. Gambar. Alat yang digunakan untuk membersihkan kotoran
pada HE
2. Mengatasi Korosi Korosi dapat dikendalikan atau diminimalisir dengan cara :
a. Lapis lindung : dengan melapisi logam dengan bahan lain yang lebih tahan karat,
sehingga proses korosi dapat diperlambat,
b. Reaksi katodik (perlindungan) : dengan cara arus tanding dan dengan anoda korban
c. Inhibitor adalah substansi kimia, bila ditambahkan dalam konsentrasi yang relative
sedikit ke lingkungan korotif, secara efektif dapat menurunkan laju korosi logam.
3. Mengatasi gasket yang bocor
a. Menggantinya dengan yang baru.
b. Untuk menghindari gasket rusak atau bocor yang perlu dulakukan adalah pada saat memasang
gasket, mengencangkan baut baut pengunci dilakukan secara berlahan-lahan dan dengan secara
acak

Perawatan Pemeliharaan Plat Tipe Heat Exchanger

Perawatan Pemeliharaan Plat Tipe Heat Exchanger


1. operasi normal dan pemeliharaan
a. Untuk peralatan yang perlu diperbaiki, penukar panas harus dibongkar secara terbalik
sesuai dengan urutan pemasangan.
b. Peralatan yang digunakan dalam industri minyak dan kimia harus diperbaiki secara teratur
sesuai dengan siklus pemeliharaan.
c. Medium dalam peralatan bersifat eksplosif atau korosif, dan harus diperiksa setidaknya
setahun sekali.
d. Penukar panas piring yang digunakan di industri lain, Yang terbaik untuk memperbaikinya
sekali setiap tiga tahun jika tidak ada kebocoran terjadi,
2. Pembersihan Pelat Pembasir Panas
• Metode pembersihan kimia: Larutan kimiawi disirkulasikan melalui alat penukar
panas untuk melarutkan dan mengeluarkan kotoran di permukaan lempeng phe.
• Metode pembersihan mekanis (fisik): Pelat dibongkar sesuai dengan petunjuk
pengoperasian dan dicuci secara manual menggunakan kuas.
• Metode pembersihan komprehensif: Untuk kasus di mana lapisan skala relatif keras
dan tebal. Lapisan skala dilunakkan dengan metode kimia pertama, dan lapisan skala
dihapus dengan metode mekanis (fisik) untuk menjaga permukaan pelat bersih.
Tindakan pencegahan saat membersihkan piring
I. Larutan harus mempertahankan laju aliran tertentu selama pembersihan kimia,
umumnya 0,8-1,2 m / detik. Tujuannya adalah untuk meningkatkan derajat turbulensi
dalam larutan.
II. Larutan pembersih kimia yang berbeda harus digunakan untuk fouling yang
berbeda. Selain larutan soda soda yang sering digunakan, 5% larutan asam nitrat dapat
digunakan untuk skala. Untuk skala yang dihasilkan dalam produksi soda abu, larutan
asam hidroklorat 5% dapat digunakan, tetapi zat pembersih kimia yang merusak pelat
tidak dapat digunakan.
III. Pembersihan mekanis (fisik) tidak diizinkan untuk menyikat pelat baja tahan karat
dengan sikat baja karbon untuk menghindari korosi pelat. Pada saat yang sama,
permukaan pelat tidak dapat tergores atau berubah bentuk.
IV. Lembaran yang sudah dibersihkan harus dibilas dengan air dan dikeringkan, dan
lembaran harus dicegah agar tidak berubah bentuk.
V. Kandungan ion klorida dari air pembersih adalah ≤25ppm.
3. Pemeriksaan Heat Exchanger Plate
a. Metode transmisi cahaya: satu sisi menempatkan sumber cahaya, dan orang tersebut
memeriksa di sisi lain.
b. metode pewarnaan: deteksi permeasi menurut JB4730.
c. Metode uji tekanan satu sisi: Setelah merakit pelat, uji tekanan pada satu sisi. Pelat
samping lainnya basah dan rusak.
4. Penggantian Penggantian Gas Pelapis Panas
a. Letakkan piring yang perlu diganti pada platform, gunakan obeng pipih untuk mengangkat
gasket dengan lembut untuk diganti, dan kemudian sobek seluruh paking. Berhati-hatilah
agar tidak menggores alur paking.
b. Gunakan aseton, metil etil keton dan pelarut organik keton lainnya untuk menghilangkan
sisa lem dalam alur paking.
c. Bersihkan alur dan paking paking dengan kain bersih atau benang katun.
d. Oleskan perekat (tidak mengandung chloroprene) secara merata di alur paking.
Tempatkan paking bersih di alur paking di piring. Periksa pelat gasket satu per satu untuk
menghilangkan perekat berlebih. Ini dapat dipasang dan digunakan setelah dikeringkan
selama 4 jam di tempat yang datar, sejuk dan berventilasi. Hal ini diperlukan untuk
menekan benda berat di piring ketika kondisi memungkinkan.

Anda mungkin juga menyukai