Disusun Oleh :
Kelompok : LTK - II – 05
Hari /Tanggal Praktikum : Rabu, 17 Juni 2021
Nama Praktikan : M Arya Abiyasa (NIM : 2311181038)
Nama Partner : Ilham Ibadurrohman (NIM : 2311181043)
2.1 Pengeringan
Pengeringan merupakan sebuah proses pemisahan air yang jumlahnya
relatif kecil dalam suatu bahan padat menggunakan udara tidak jenuh. Udara tidak
jenuh merupakan udara yang memiliki persen kelembaban rendah dan dapat
menyerap uap air dari suatu bahan padat. Pengeringan dapat berlangsung jika
tekanan parsial uap air di dalam udara lebih kecil dibandingkan tekanan uap air di
permukaan padatan (Geankoplis, 2003).
Sedangkan menurut Treybal (1981) Pengeringan adalah proses
mengeluarkan air atau pemisahan air dalam jumlah yang relatif kecil dari suatu
bahan dengan menggunakan energi panas. Hasil dari proses pengeringan adalah
bahan kering yang mempunyai kadar air setara dengan kadar air kesetimbangan
udara (atmosfir) normal atau setara dengan nilai aktivitas air (activity water) yang
aman dari kerusakan mikrobiologis enzimatis dan kimiawi. Proses pengeringan
menggunakan udara tidak jenuh merupakan proses pengeringan secara difusional.
Proses pengeringan difusional dilakukan dengan menurunkan persen
kelembaban udara agar udara tidak jenuh, kemudian udara tidak jenuh dialirkan di
sekeliling bahan. Udara tidak jenuh memiliki tekanan parsial udara yang lebih
kecil dari tekanan uap air pada permukaan bahan ketika dialirkan. Perbedaan
tekanan ini menyebabkan uap air pada permukaan bahan menguap.
Secara umum, perbedaan pengeringan (drying) dan peguapan (evaporation)
adalah jumlah air yang diuapkan dari suatu bahan. Pada proses drying hanya
mengurangi sejumlah kecil kadar air dari material sementara evaporation
mengurangi kadar air dari material dalam jumlah yang besar. Pada beberapa
kasus, kadar air dalam padatan dikurangi secara mekanik dengan proses
pemerasan, sentrifugasi, dan berbagai cara lain (Geankoplis, 1993).
2.2 Manfaat Pengeringan
Terdapat beberapa manfaat dari proses pengeringan ini sendiri, antara lain :
(Taib G. dkk, 1987)
1. Pengawetan bahan
Mikroba memerlukan air untuk pertumbuhannya. Bila kadar air bahan
berkurang, maka aktivitas mikroba yang dapat mengakibatkan pembusukan
dihambat atau tidak dapat tumbuh. Mikroorganisme tidak aktif jika
kandungan air dalam bahan kurang dari 10%, sehingga kandungan air
biasanya diturunkan sampai dibawah 5%. Sehingga bahan yang telah
dikeringkan dapat disimpan dalam rentang waktu yang lebih lama.
Selain itu pada kadar air yang rendah, suatu bahan juga tidak mudah
mengalami pelapukan. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat
mempunyai waktu simpan yang lama.
2. Pengurangan biaya transportasi dan pengemasan
Umumnya bahan pangan mengandung air dalam jumlah yang tinggi, maka
hilangnya air akan sangat mengurangi berat dan volume bahan tersebut
sehingga akan mengurangi biaya transportasi dan pengemasan. Pengeringan
ini dapat meningkatkan nilai guna dari suatu bahan.
3. Penurunan bahaya korosi pada alat operasi
Proses korosi termasuk proses elektrokimia, terjadi ketika logam Fe yang
teroksidasi bertindak sebagai anode dan oksigen yang terlarut dalam air yang
ada pada permukaan besi bertindak sebagai katode Dilihat dari reaksi yang
terjadi pada korosi, air merupakan salah satu faktor penting untuk
berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air
(lembab) akan mempercepat berlangsungnya proses korosi. Sehingga bahaya
korosi seperti pengkaratan dapat terjadi dengan cepat dan bisa membahayakan
kesehatan manusia ketika menempel dan termakan oleh manusia.
4. Memudahkan penanganan selanjutnya
Pada kadar air yang cukup tinggi proses penanganan selanjutnya dapat
merusak bahan atau menghambat proses tersebut. Seperti pada proses
pembuatan padi menjadi beras.
2.3 Metoda Umum Pengeringan
Metoda dan proses pengeringan dapat dikelompokkan dengan beberapa
cara, yaitu : (Geankoplis, 2003)
1. Proses partaian (batch)
Jika bahan dimasukkan ke alat pengering dan diproses dalam rentang
waktu tertentu.
2. Proses sinambung (continuous)
Jika bahan dialirkan ke alat pengering dan bahan kering dikeluarkan
secara terus menerus.
5. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan
berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak
tetampung dan disingkirkan dari bahan. Sebaliknya, jika tekanan udara
semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga
kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju
pengeringan.
6. Kelembaban udara
Kelembaban udara menunjukan banyaknya uap air yang terkandung
dalam 1 kg udara. Besar atau kecilnya kelembaban udara akan menentukan
seberapa besar kemampuan udara untuk menyimpan uap air dari hasil
penguapan pada permukaan bahan. Semakin kecil kelembaban udara, semakin
besar kemampuan udara untuk menyimpan uap air.
7. Karakteristik bahan
a. Kadar air
Kadar air dalam bahan terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Kadar air tak terikat
Kadar air tak terikat adalah kadar air yang berada diatas
permukaan bahan. Sehingga kadar air tidak terikat ini mudah sekali
terbawa oleh udara selama proses pengeringan. Merupakan selisih
antara kadar air suatu bahan pada suhu dan kelembaban tertentu
dengan kadar air kesetimbangan pada suhu dan kelembaban yang
sama.
2. Kadar air terikat
Kadar air terikat adalah kadar air yang berada dibawah permukaan
dan terikat oleh pori – pori suatu bahan. Kadar air ini susah terbawa
udara karena terikat oleh porinya sehingga membutuhkan waktu lebih
lama untuk proses pengeringan. Kadar air suatu bahan yang akan
dikeringkan mempengaruhi proses pengeringan, semakin sedikit kadar
air bahan akan semakin mempercepat proses pengeringan.
b. Pori – pori
Semakin banyak pori – pori pada suatu bahan maka semakin cepat
proses pengeringan. Semakin besar pori – pori pada suatu bahan maka
semakin cepat juga proses pengeringan.
W −Ws kg air
Xt ¿ ..................................................................(2.10)
Ws kg padatan kering
Dimana :
Xt = kandungan air setiap saat
W = berat bahan setiap saat (kg)
Ws = berat bahan bebas air (kg)
Kandungan air kesetimbangan pada kondisi tertentu dapat ditentukan,
misalnya X* selanjutnya dihitung kandungan air bebas :
X =Xt −X ¿ ...................................................................................................(2.11)
X diplot terhadap waktu seperti pada gambar 2.4 (a) kemudian dihitung laju
pengeringan dan di plot terhadap X seperti pada gambar 2.4 (b)
−Ws dX
R= ...................................................................................................(2.12)
A dt
Dimana :
R = laju pengeringan (kg air/jam.m2)
A = luas permukaan yang kontak padatan dengan udara pemanas
Gambar 2.4 Contoh kurva laju pengeringan konstan, (a) kandungan air bebas vs
waktu, (b) laju pengeringan vs air bebas
Keterangan :
1. Keranjang
2. Blower
3. Silika gel
4. Termometer 2
5. Neraca analitik
6. Termometer 1
7. Termostat
8. Ventilasi udara
9. Sumber arus listrik
3.4 Prosedur Percobaan
3.4.1 Persiapan alat dan bahan
1. Meminjam alat ke ruang alat, alat yang dipinjam yaitu
keranjang,cawan,stopwatch,dan botol semprot(Aquadest)
2. Menyiapkan bahan yang akan digunakan sesuai dengan variasi yang telah
ditentukan
3. Timbang keranjang dan cawan kosong
4. Merangkai alat pengering
5. Menghubungkan steker dengan stop kontak
6. Menyalakan tombol power hingga lampu indicator berwarna merah
7. Menyalakan kedua tombol on hingga indikator berwarna hijau
menandakan bahwa temperatur yang berada di panel bekerja.
8. Mengatur bukaan daur ulang yang berada diujung alat pengering sesuai
dengan variasi yang telah ditentukan
9. Mengatur temperatur variasi pertama dan dibiarkan beberapa menit
Pada proses pengeringan dengan variasi tebal 0.05 m2 pada temperatur 100°C.
Pada proses ini dilakukan pada temperatur bola kering 33°C dan temperatur bola
basah 28°C, didapatkan nilai kelembaban mutlak sebesar 0,023 kg uap air/kg
udara kering dan nilai persen kelembaban sebesar 67.6%.
Pengurangan kadar air pada bahan selama proses pengeringan ditunjukkan
pada kurva seperti dibawah ini.
f(x) =12
0
R² = 0
10
X (kg air bebas/kg air padatan)
0
f(x) = 0
0 20= 0 40
R² 60 80
t (jam)100 120 140 160 180
Gambar 4.1 Kurva hubungan antara kadar air (X) terhadap waktu (t) pada
Pada Gambar 4.1 menunjukkan penurunan kandungan air dalam bahan seiring
dengan bertambahnya waktu. Hal ini dipengaruhi oleh adanya perpindahan panas
dan perpindahan massa. Pada percobaan ini didapat 2 perioda laju pengeringan,
yaitu laju pengeringan tetap dan laju pengeringan menurun secara linier. Di dalam
periode laju pengeringan menurun terdapat dua proses yaitu pergerakan air dari
dalam bahan ke permukaan bahan dan penguapan dari permukaan bahan. Ini
menunjukkan bahwa kadar air yang terkandung dalam bahan <10% sehingga
mikroorganisme yang terdapat dibahan tidak dapat tumbuh. Berkurang nya
kandungan air pada bahan dipengaruhi juga lama nya waktu pengeringan.
5
4
R (kg air bebas/jam.m^2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
-1
-2
Gambar 4.2 Kurva Hubungan antara Laju Pengeringan terhadap Kadar air bahan
dengan ketebalan bahan 0,5 cm pada Temperatur operasi 100oC
Pada Gambar 4.2 menunjukkan pengaruh laju pengeringan terhadap kadar air,
bahwa semakin berkurang kandungan air didalam bahan maka laju pengeringan
akan semakin kecil karena kandungan air didalam bahan telah teruapkan ke udara.
Semakin banyak kadar air suatu bahan yang dikeringkan maka membutuhkan laju
pengeringan yang semakin besar pula. Sebelum kadar air mencapai titik kritis
(Xk) maka laju pengeringan berada pada perioda laju pengeringan tetap. Namun
setelah kadar air kritis, maka semakin sedikit kadar air semakin kecil pula laju
pengeringannya. Hal ini terjadi karena semakin sedikit kadar air maka semakin
sulit airnya untuk teruapkan karena semakin mendekati kadar air kesetimbangan
(X*), X* sulit dipisahkan karena kadar air di bahan dengan udara sama besar
sehingga tidak ada lagi driving force yang mendorong terjadinya perpindahan
massa.
BAB V
KESIMPULAN
King, C. J. 1971. Freeze Drying of Foods. Chemical Rubber Co., Inc. Boca
Raton. Fla
Muarif. 2013. Politeknik Negeri. Sriwijaya: Palembang.
Terjemahan oleh Nadiem Anwar. 2019. Diktat Operasi Teknik Kimia II,
perpindahan kalor – penguapan – pengeringan – humidifikasi. Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik. Universitas Jenderal Achmad Yani,
Cimahi.
LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN
Tabel A.1 Data Percobaan Analisa Kadar Air dengan tebal bahan 0,5 cm pada
Temperatur Operasi 100°C
Tabel A.2 Data percobaan analisa kadar air pada suhu operasi 100°C
Berat Bahan +Keranjang
Waktu Pengeringan (jam)
(gram)
0 56.752
5 52.857
10 50.301
15 49.054
20 47.255
25 45.567
30 43.922
35 42.634
40 41.149
45 39.665
50 38.533
55 37.523
60 36.345
65 35.483
70 34.531
75 32.581
80 32.015
85 31.669
90 31.331
95 31.059
100 30.545
105 30.450
110 30.430
115 30.333
120 30.249
125 30.149
130 29.93
135 29.928
140 29.920
145 29.921
150 29.920
155 29.921
160 29.921
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN ANTARA
B. 1 Penentuan Nilai Kandungan Air Setiap Saat (Xt) dan Kandungan Air
Mutlak (X*)
Tabel B.1 Penentuan Nilai Kandungan Air Setiap Saat (Xt), Kandungan Air
Mutlak (X*) dan Kandungan Air Bebas (X) dengan variasi
ketebalan bahan 0,1 cm pada Temperatur Operasi 60°C
N Ws
t (jam) W (kg) Xt X
o (kg)
0.0140
4 0.2500
0.02233 5 0.58989 1.362264
0.0140 0.13278
8 0.5833
0.01591 5 7 0.905162
0.01294 0.0140
10 0.7500
1 5 -0.0786 0.69377
0.01180 0.0140
11 0.8333
9 5 -0.1592 0.613172
0.01079 0.0140
12 0.9167
9 5 -0.23111 0.54126
0.00962 0.0140
13 1.0000
1 5 -0.31499 0.457387
0.00875 0.0140
14 1.0833
9 5 -0.37636 0.396013
0.00780 0.0140
15 1.1667
7 5 -0.44414 0.328231
0.00585 0.0140
16 1.2500
7 5 -0.58298 0.189391
0.00529 0.0140
17 1.3333
1 5 -0.62328 0.149092
0.00494 0.0140
18 1.4167
5 5 -0.64792 0.124457
0.00460 0.0140
19 1.5000
7 5 -0.67198 0.100392
0.00433 0.0140
20 1.5833
5 5 -0.69135 0.081025
0.00382 0.0140
21 1.6667
1 5 -0.72795 0.044429
0.00372 0.0140
22 1.7500
6 5 -0.73471 0.037665
0.00370 0.0140
23 1.8333
6 5 -0.73613 0.036241
0.00360 0.0140
24 1.9167
9 5 -0.74304 0.029334
0.00352 0.0140
25 2.0000
5 5 -0.74902 0.023354
0.00342 0.0140
26 2.0833
5 5 -0.75614 0.016234
0.00320 0.0140
27 2.1667
6 5 -0.77173 0.000641
0.00320 0.0140
28 2.2500
4 5 -0.77188 0.000498
0.00319 0.0140
30 2.4167
7 5 -0.77237 0
0.00319 0.0140
31 2.5000
6 5 -0.77245 -7.1E-05
0.00319 0.0140
32 2.5833 0
7 5 -0.77237
0.00319 0.0140
33 2.6667 0
7 5 -0.77237
B.2 Penentuan Nilai Laju Pengeringan (R)
Tabel B.2 Penentuan Nilai Laju Pengeringan (R) dengan variasi ketebalan
bahan 0,5 cm pada Temperatur Operasi 100°C
R (kg
t (jam) X Ws (kg) A (m2) dx/dt
air/jam.m2)
LAMPIRAN C
CONTOH PERHITUNGAN
Berat padatan pada temperatur operasi 100°C dengan ketebalan bahan 0,5 cm:
= 30,028 gram
= 0,03028 kg
C.2 Menghitung Kadar Air Basis Kering (Xt)
Kadar air basis kering pada temperatur operasi 100°C dengan ketebalan bahan 0,5
cm pada waktu ke- 0,8033 jam:
Xt = (W - Wp) / Wp
Luas permukaan padatan pada temperatur operasi 60°C dengan ketebalan bahan
0,5 cm :
Apadatan = 6 x s2
= 6 x 0,52
= 1,5 cm2
= 0,00015m2
Laju pengeringan pada temperatur operasi 100°C dengan ketebalan bahan 0,5 cm
pada waktu ke- 0,0833 jam:
R = -(Wp/A)×(dx/dt)
= -(0,014045/0,00015)×(-0,0459)
= 4,29777 kg air/jam.m2
Tbb = 28oC
1. Dari temperature 28°C (temperatur bola basah) ditarik garis tegak lurus
sampai memotong kelembaban 100% seperti garis berwarna kuning yang
ditunjukkan Gambar C.1.
2. Menarik garis penjenuhan adiabatic dari titik perpotongan temperatur bola
basah dan kelembaban 100%, ditunjukkan oleh garis berwarna biru pada
Gambar C.1.
3. Dari suhu 33°C (suhu bola kering) ditarik garis tegak lurus sampai
memotong garis penjenuhan adiabatik, ditunjukkan oleh garis berwarna
merah pada Gambar C.1.
4. Menarik garis kesamping kiri dari hasil perpotongan antara garis tegak
lurus temperatur bola kering dengan garis penjenuhan adiabatic dan
membaca nilai kelembaban mutlak seperti garis yang ditunjukkan pada
gambar C.1 dan kelembaban mutlaknya adalah 0,023 kg uap air/kg udara
kering dan mencatatnya sebagai Hs.
5. Persen kelembaban yang ditunjukkan garis panah berwarna hitam pada
Gambar C.1 adalah 67.6%
0.05000
0.04500
kelembaban mutlak (kg air/kg udara)
0.04000
0.03500
0.03000
0.02500
0.02000
0.01500
0.01000
0.00500
0.00000
0 10 20 30 40(C)
Temperature 50 60 70 80
Gambar C.1 Peta Kelembaban berdasarkan pada Temperatur Bola Basah 28oC
dan Temperatutr Bola Kering 33oC.
LAMPIRAN D
DOKUMENTASI