Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

UJI FORMALIN DAN BORAKS PADA MAKANAN

Disusun oleh:

Meilindah Putri Pamilih 1304619038

Muhammad Fadhil 3415152151

Peralihan Pertiwi Idea Goesvita 1304619043

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2020
A. LATAR BELAKANG

Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat.
Oleh karena itu pangan yang tersedia di masyarakat harus layak dikonsumsi (fit to
consumption) dan aman untuk dikonsumsi (safe to consumption) (Hasrianti, 2016).
Menurut FAO (Food and Agriculture Organization) Bahan Tambahan Pangan (BTP)
adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dengan jumlah dan ukuran
tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan
(Tahir, 2019).

Akhir-akhir ini banyak sekali bahan kimia yang bersifat toksik yang dicampur ke
dalam makanan dan digunakan sebagai pengawet makanan, salah satunya adalah
formalin. (Sri, 2011). Penggunaan formalin sebagai bahan pengawet yang berbahaya
selain bertujuan untuk mengawetkan makanan juga bertujuan agar makanan menjadi
lebih kompak (kenyal) teksturnya dan memperbaiki penampakan. Dengan jumlah
sedikit saja telah dapat memberikan pengaruh kekenyalan pada makanan sehingga
menjadi lebih kenyal, dan tahan lama (Pandie, 2019).

Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di
dalam formalin mengandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, biasanya ditambah
methanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Berat Molekul Formalin adalah 30,03
dengan Rumus Molekul HCOH. Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan
distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif,dapat
bereaksi dengan gugus –NH2 dari protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa
yang mengendap (Harmita, 2010).

Rumus bangun formalin:

Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil pada suhu
ruangan. Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium tetraborat (NaB4O7
10H2O). Jika larut dalam air akan menjadi hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks
biasanya digunakan untuk bahan pembuat deterjen dan antiseptic. Mengkonsumsi
makanan yang mengandung boraks tidak berakibat buruk secara langsung, tetapi boraks
akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara
kumulatif. (Tubagus, 2013). Penggunaan boraks dalam waktu lama dan jumlah yang
banyak dapat menyebabkan kanker. Namun pelanggaran peraturan di atas masih sering
dilakukan oleh produsen makanan. (Pane, 2012)

B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk memahami apa itu formalin dan boraks
2. Untuk menganalisis kandungan formalin dan boraks pada bahan makanan yang diuji
3. Untuk menguasai cara menguji kandungan formalin dan boraks pada bahan
makanan
4. Untuk memahami indikator-indikator yang digunakan pada uji formalin dan boraks
5. Untuk menganalisis reaksi yang ditunjukan pada uji formalin dan boraks

C. METODE UJI

Pada praktikum kali ini yakni uji kandungan boraks dan formalin praktikum
dilakukan di rumah masing-masing mengingat pandemi yang masih berlangsung tidak
memungkinkan untuk melakukannya di laboratorium kampus Universitas Negeri Jakarta.
Praktikum dilaksanakan pada kurun waktu 17-22 Juni 2020. Bahan yang diuji diambil
dari tiga tempat yang berbeda. Bahan yang digunakan diantaranya tahu, bakso, mie, ikan,
kunyit, dan air panas. Alat yang digunakan diantaranya tusuk gigi, wadah, dan parutan.
Identifikasi adanya formalin dan boraks dilakukan secara kualitatif. Metode ini bertujuan
untuk mengetahui dan membuktikan adanya senyawa – senyawa tertentu yakni boraks
dan formalin pada sampel bahan.

Identifikasi boraks dan formalin dilakukan dengan cara merendam tusuk gigi ke
dalam kunyit selama 30 menit, kemudian dikeringkan lalu ditusukkan pada bahan yang
diuji. Bahan yang mengandung formalin akan menunjukan perubahan pada bagian tusuk
gigi yang terkena bahan warnanya menjadi semakin kuning. Sementara bahan yang
mengandung boraks akan menunjukan perubahan warna pada bagian tusuk gigi yang
terkena bahan menjadi warna merah oranye atau merah bata. Menurut ​Association of
Official Analytical Chemist atau disingkat AOAC (1990) kandungan kurkumin dalam
reagen Curcumax yang merupakan indikator untuk Na2 B4 O7 atau H3BO3 yang
memberikan warna merah oranye atau mendekati merah bata tergantung dari jumlah
konsentrasi asam boraks pada bahan. Sedangkan bahan yang tidak mengandung boraks
menunjukkan hasil negatif ditandai dengan tetap berwarna kuning kurkumin.

Cara Kerja :

1. Masing- masing anggota kelompok menyiapkan 4 jenis bahan makanan, tusuk gigi
dan kunyit
2. Masukkan tusuk gigi ke dalam parutan kunyit selama lebih kurang 30 menit
3. Setelah itu dikeluarkan dan dikering anginkan, simpan untuk pengujian
4. Siapkan 4 jenis bahan makanan dalam wadah terpisah
5. Untuk bahan makanan berupa mie : bandingkan warna, kekenyalan, mudah dilepas
dari gumpalan/ tidak dan bau. Catat hasil pengamatan
6. Untuk bahan makanan berupa tahu : perhatikan warna, tekan tahu, lalu potong
dengan tangan menjadi 2 bagian. Catat hasil pengamatan
7. Untuk bahan makanan berupa bakso : perhatikan warna, bau, warna, lalu cubit
sedikit. Catat hasil pengamatan
8. Untuk bahan makanan berupa ikan : perhatikan warna insang, bau dan adanya lalat
di sekitar ikan. Catat hasil pengamatan
9. Kemudian tusuk bahan makanan dengan tusuk gigi yang sudah direndam kunyit.
Perhatikan perubahan warna yang terjadi pada tusuk gigi. Cata hasil pengamatan
10. Diamkan 1 butir/buah/ekor bahan makanan uji selama 1 hari dan catat perubahan
yang terjadi dan bandingkan dengan kondisi pengamatan awal
11. 1 butir/buah.ekor bahan makanan uji yang tidak didiamkan selama 1 hari direndam
dalam air panas selama 30 menit. Lalu tusukkan tusuk gigi yang sudah direndam
dalam kunyit. Perhatikan perubahan yang warna yang terjadi
12. Catat semua hasil pengamatan dalam gambar dan tabel dan buat analisis anda
dalam laporan penelitian.

D. HASIL PENGAMATAN
● Hasil Pengamatan Ikan

Tabel 1. Hasil pengamatan sebelum diuji

NO JENIS IKAN WARNA INSANG BAU KEBERADAAN


LALAT

1 Ikan Bawal Merah bergradasi Amis Cukup Banyak


merah muda pucat

2 Ikan Mujair Merah Amis Banyak

3 Ikan Tongkol Coklat merah kelabu Amis Menyengat Sedikit


Tabel 2. Hasil pengamatan setelah diuji

NO JENIS IKAN HASIL PENGAMATAN HASIL PENGAMATAN


LANGSUNG SETELAH DIRENDAM AIR
PANAS

1 Ikan Bawal

2 Ikan Mujair

3 Ikan Tongkol
NO JENIS IKAN HASIL PENGAMATAN HASIL PENGAMATAN
LANGSUNG SETELAH DIDIAMKAN
SELAMA SEHARI

1 Ikan Bawal

2 Ikan Mujair

3 Ikan Tongkol
● Hasil Pengamatan Tahu

Tabel 3. hasil pengamatan sebelum diuji

NO JENIS TAHU SAAT DIBELAH TEKSTUR KEBERADAAN


LALAT

1 Tahu kuning Mudah Kenyal Tidak ada

2 Tahu kulit Agak susah Kenyal Tidak ada

3 Tahu putih Mudah Kenyal Tidak ada

Tabel 4. Hasil pengamatan setelah diuji

NO JENIS TAHU HASIL TANPA DIPANASKAN HASIL PENGUJIAN SETELAH


DIPANASKAN

1 Tahu kuning

2 Tahu kulit
3 Tahu putih

● Hasil Pengamatan Mie

Tabel 5. Hasil pengamatan sebelum diuji

NO JENIS MIE WARNA KEKENYALAN MUDAH ATAU


TIDAK MELEPAS

1 MIE A MENARIK KENYAL MUDAH LEPAS

2 MIE B MENARIK KENYAL MUDAH LEPAS

3 MIE C MENARIK KENYAL MUDAH LEPAS

Tabel 6. Hasil pengamatan setelah diuji

NO JENIS MIE HASIL

1 MIE A

2 MIE B
3 MIE C

● Hasil Pengamatan Bakso

Tabel 7. Hasil pengamatan sebelum diuji

NO MACAM BAKSO WARNA TEKSTUR BAU

1 Bakso penjual A Menarik Kenyal Bau daging

2 Bakso penjual B Menarik Kenyal, mudah Bau daging dengan


dicubit, sedikit aroma penyedap
kasar

3 Bakso penjual C Kurang Menarik Kurang kenyal, Bau daging


sedikit sulit di
cubit, lembut

Tabel 8. Hasil pengamatan setelah diuji

NO MACAM BAKSO HASIL TANPA HASIL PENGUJIAN


DIPANASKAN MAKANAN SETELAH
DIPANASKAN

1 Bakso penjual A
2 Bakso penjual B

3 Bakso penjual C

E. PEMBAHASAN
● Ikan

Pada pengujian kali ini, digunakan 3 jenis ikan yang berbeda yang berasal dari 3
tempat yang berbeda juga. Jenis-jenis ikan yang digunakan yakni Ikan Bawal dari Pasar
Cisalak, Depok; Ikan Mujair dari Pasar Deppen, Depok; dan Ikan Tongkol dari salah satu
pedagang sayur di Depok. Untuk setiap jenis ikan berjumlah satu yang dibagi menjadi 2
bagian yakni bagian yang terdapat insang (kepala) dan tidak terdapat insang (badan ikan).
Sehingga didapat 6 bagian ikan, bagian yang terdapat insang digunakan untuk menguji
kandungan formalin dan mengamati kondisi insang sebelum dan setelah didiamkan
selama satu hari. Kemudian bagian yang tidak terdapat insang digunakan untuk menguji
formalin sebelum dan sesudah direndam air panas selama 30 menit.
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, pada hari pertama pengamatan
ketiga ikan dihinggapi lalat dengan jumlah yang berbeda. Dimana pada Ikan Mujair lebih
banyak dihinggapi lalat dari Ikan Bawal. Dan Ikan bawal lebih banyak dihinggapi lalat
dari Ikan Tongkol. Untuk warna ikan terlihat bahwa Ikan Mujair dan Ikan Bawal tidak
pucat jika dibandingkan dengan Ikan Tongkol. Aroma Ikan Tongkol lebih menyengat jika
dibandingkan dengan Ikan Mujair dan Ikan Bawal. Insang pada Ikan Bawal memiliki
warna bergradasi merah hingga ke merah muda dilapisi cairan bening, pada Ikan Mujair
memiliki warna merah dilapisi cairan bening, dan pada Ikan Tongkol memiliki warna
coklat merah kelabu dilapisi cairan pekat. Ketika dilakukan uji formalin ketiga ikan tidak
menunjukkan perubahan warna pada tusuk gigi melainkan tusuk gigi tetap berwarna
kuning kunyit. Kemudian pada bagian yang tidak memiliki insang dilakukan perendaman
di dalam air panas selama 30 menit dan dilakukan uji formalin kembali. Hasil yang
ditunjukan juga sama, yakni tidak menunjukan perubahan warna pada tusuk gigi.

Pada keesokan harinya yakni satu hari didiamkan bagian ikan yang terdapat
insang di dalam kulkas, warna ketiga ikan berubah menjadi pucat sedikit kehitaman dan
berlendir. Aroma ketiga ikan juga semakin menyengat seperti sedikit busuk. Kondisi
insang pada Ikan Bawal berwarna merah muda pucat dilapisi cairan bening yang sedikit
pekat, pada Ikan Mujair insang masih berwarna merah sedikit pucat dilapisi cairan bening
yang sedikit pekat, dan pada Ikan Tongkol berwarna semakin coklat kelabu dilapisi
cairan yang pekat. Kemudian dilakukan kembali uji formalin ketika ikan sudah tidak
beku, dengan hasil yang menunjukan pemudaran warna kunyit pada tusuk gigi.

Berdasarkan hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa pembelian Ikan


Mujair dalam kondisi yang masih segar, pada Ikan Bawal cukup segar, dan Ikan Tongkol
sudah tidak segar hal tersebut berdasarkan aroma dan warna insang setelah diamati.
Kemudian pada ketiga ikan tidak mengandung formalin karena tidak menunjukan
perubahan warna pada tusuk gigi yang direndam kunyit. Pemudaran warna pada tusuk
gigi di hari berikutnya dapat dipengaruhi oleh cairan pada ikan.

● Tahu

Pada pengujian kali ini, digunakan 3 jenis tahu yang didapatkan dari sumber yang
berbeda. Jenis-jenis tahu yang digunakan untuk pengujian adalah tahu kuning, tahu kulit,
dan tahu putih. tahu kuning. Untuk setiap jenis tahu berjumlah dua jadi total yang
diujikan adalah 6 buah tahu. Pada praktikum kali ini, kami menggunakan tusuk gigi yang
telah direndam dalam parutan kunyit selama kurang lebih 30 menit. Setelah 30 menit,
keluarkan tusuk gigi kemudian keringkan untuk pengujian kandungan formalin dan
boraks pada bahan makanan.
Sebelum diujikan, bahan makanan tahu perlu diperiksa tekstur, susah atau
tidaknya saat dibelah, dan keberadaan lalat disekitar tahu. Tekstur tahu yang kenyal dan
keras bahkan setelah dijual berhari-hari cenderung menunjukkan adanya kandungan
formalin dan boraks, hal ini dikarenakan formalin dan boraks dapat mengawetkan dan
mengenyalkan makanan. Selain itu apabila tahu sukar maupun keras saat dibelah
kemungkinan besar tahu tersebut menggunakan formalin dan boraks. Keberadaan lalat
pun dapat mengindikasikan bahwa apabila lalat ada dan menghinggapi tahu,
kemungkinan besar tahu tidak memiliki kandungan formalin maupun boraks. Begitu pun
sebaliknya, makanan yang mengandung formalin biasanya tidak dihinggapi lalat.

Menurut Khasanah (2019), pada uji menggunakan kunyit, diambil lima gram
sampel yang telah dihaluskan dimasukkan dalam cawan porselin kemudian dimasukkan
tusuk gigi kurkumin/ kunyit. Diamati perubahan pada tusuk gigi, jika hasil positif warna
kuning kunyit pada tusuk gigi akan berubah warna menjadi coklat kemerahan. Hal ini
dikarenakan adanya kurkumin pada kunyit akan membentuk kompleks dengan asam
borat membentuk komponen rososianin berwarna merah.

Jadi pada ketiga jenis bahan yang diujikan, tahu kulit positif mengandung boraks
karena tusuk gigi menjadi merah cenderung ke coklat. Sedangkan tahu lainnya tidak
mengandung formalin maupun boraks. Hasil ini telah dibandingkan dengan sampel yang
langsung diujikan, ditunggu selama sehari dalam kulkas, dan yang telah direndam air
panas selama 30 menit.

● Bakso

Bakso adalah makanan khas Tionghoa Indonesia berupa bola daging yang terbuat
dari campuran tepung tapioka dengan daging segar yang digiling Fakta tersebut menarik
dihubungkan dengan bakso yang dijual di Indonesia yang juga sering diberitakan
mengandung borak. Pada pengujian kali ini, digunakan 3 jenis bakso berbeda. Sebelum
diberi perlakuan, bakso diamati warna, tekstur dan baunya. Penggunaan formalin dan
boraks dapat menjadikan bakso bertekstur lebih kenyal dan berwarna pucat. Pada
praktikum kali ini, kami menggunakan tusuk gigi yang telah direndam dalam parutan
kunyit selama kurang lebih 30 menit. Setelah 30 menit, keluarkan tusuk gigi kemudian
keringkan untuk pengujian kandungan formalin dan boraks pada bahan makanan.

Pada pengujian bakso, apabila bakso mengandung boraks, maka tusuk gigi akan
menjadi warna merah kecoklatan atau merah oranye, warna ini disebut dengan warna
rosocyanine yang dapat terbentuk ketika terjadi reaksi antara kurkumin dengan boraks
sehingga menyebabkan warna merah oranye hingga merah pada produk pangan yang
mengandung boraks (Grynkiewicz and Slifiski, 2012). Jadi pada ketiga jenis bahan yang
diujikan, seluruh bakso tidak mengandung formalin maupun boraks. Hasil ini telah
dibandingkan dengan sampel yang langsung diujikan, ditunggu selama sehari dalam
kulkas, dan yang telah direndam air panas selama 30 menit.

● Mie

Pada pengujian kali ini, digunakan 3 jenis mie yang didapatkan dari sumber yang
berbeda. Pada praktikum kali ini, kami menggunakan tusuk gigi yang telah direndam
dalam parutan kunyit selama kurang lebih 30 menit. Setelah 30 menit, keluarkan tusuk
gigi kemudian keringkan untuk pengujian kandungan formalin dan boraks pada bahan
makanan. Pengujian kandungan boraks pada makanan dapat dilakukan salah satunya
dengan ekstrak kunyit. Ekstrak kunyit dapat digunakan sebagai pendeteksi boraks karena
ekstrak kunyit tersebut mengandung senyawa kurkumin. Senyawa kurkumin dapat
mendeteksi adanya kandungan boraks pada makanan karena senyawa kurkumin mampu
menguraikan ikatan-ikatan boraks menjadi asam borat. Maka, makanan yang
mengandung boraks ketika ditetesi dengan ekstrak kunyit akan mengalami perubahan
warna menjadi merah kecoklatan.

Mie merupakan makanan yang digemari oleh masyarakat karena makanan ini
bentuknya simple dan mudah diolah. Selain itu, harganya terjangkau dan mudah ditemui
di setiap penjualan baik di pasar, di supermarket, maupun di warung. Kemudian mie
dibagi berdasarkan jenisnya seperti mie mentah, mie kering, dan mie basah.

Menurut Kumalasari et al. (2013) sebagaimana dikutip dari Nani dan Wibowo
(2019), mie kering mengandung air yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan mie
mentah dan mie basah sehingga menjadi lebih awet. Kemudian untuk komposisi dalam
mie basah merupakan bahan dasar dari terigu sehingga sangat rentan rusak. Mie basah
diproses dengan cara direbus dengan kadar airnya tinggi mencapai sekitar 52% sehingga
memiliki daya tahan yang singkat. Oleh karena itu, diperlukan bahan pengawet supaya
bertahan lama seperti boraks dan formalin untuk mencari lebih banyak. Disisi lain, mie
tersebut mempunyai protein +. Jika mengacu pada SNI bahwa mie harus menggunakan
minimal 9,5% protein.

Mengacu pada bahan pengawet yang digunakan pada mie terutama pada mie
basah. Menurut Saparianto (2006) sebagaimana dikutip dari Sikanna (2016) terdapat 2
macam ketika menggunakan Bahan Tambahan Pangan (BTP) seperti penggunaan bahan
tambahan asalkan sesuai takaran, penggunaan bahan pangan yang benar tapi terlalu
berlebihan takarannya, dan bahan yang tidak dianggap oleh syarat-syarat BTP. Salah satu
bahan makanan yang bukan syarat-syarat BTP yaitu jenis formalin.

Menurut Udin et al. (2011) sebagaimana dikutip dari Sikanna (2016), formalin
merupakan bahan yang berbau sangat menyengat, tidak berwarna, dan mengandung
formaldehid dalam air sekitar 37%. Formalin tidak diperkenan untuk menjadi bahan baik
itu makanan maupun minuman karena dalam jangka Panjang akan menyebabkan
berbagai seperti iritasi perkembangan pernafasan, perkembangan sel-sel kanker, reaksi
alergi, luka bakar. Salah satunya yang biasanya terdapat pada mie basah. Pendapat
tersebut berdasarkan dari Nelly (2011) sebagaimana dikutip dari Sikanna (2016).

Praktikum uji coba dengan bahan mie ayam untuk uji formalin menggunakan
suatu parut/halusan Curcuma longa dan menggunakan tusuk gigi untuk menguji pada mie
ayam apakah ada formalin atau tidak. Kemudian, mie ayam terdapat ada 3 buah
berdasarkan nama pedagangnya yaitu Ibu Sarinah, Ibu Lia, dan Pak Madi. Pada saat itu
memang mencari nama merek pada mie tersebut tidak ada, jadi akhirnya mengambil
sampel untuk menguji formalin berdasarkan nama pedagang yang sudah disebutkan
diatas.

Penelitian tersebut dilakukan dengan menghaluskan curcuma longa dan


menggunakan tusuk gigi dicelupkan ke dalam halusan curcuma longa dengan waktu 30
menit. Setelah 30 menit, dikeringkan terlebih dahulu dengan tidak memakan waktu yang
lama. Setelah dikeringkan, ketiga mie ayam tersebut ditusuk dengan tusuk gigi yang
sudah dicelupkan curcuma longa dan kemudian didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam
didiamkan, aroma mie ayam begitu terasa dengan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Selain itu, mencoba melihat tekstur warna nya tidak berubah sama sekali dan tak ada
jamuran sedikitpun. Kemudian ketika diraba, yang terjadi sangat lengket dan tak mudah
dilepas.

Berdasarkan literatur berbagai sumber bahwa jika mie ayam mengandung


formalin yaitu dengan mengeluarkan bau tidak sedap dan tidak ada jamuran sedikitpun.
Jika mie ayam yang tidak mengandung formalin, mie ayam tersebut terjadi jamuran
dengan waktu disimpan kurang lebih 24 jam. Dan dengan hasil praktikum bahwa ketiga
mie ayam tidak jauh berbeda hasilnya bahwa mie ayam mengandung formalin.

F. KESIMPULAN
1. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk dan
merupakan bahan kimia yang bersifat toksik yang dicampur ke dalam makanan dan
digunakan sebagai pengawet makanan. Boraks adalah senyawa berbentuk kristal
putih tidak berbau dan stabil pada suhu ruangan digunakan untuk pengenyal dan
pengawet makanan dan penggunaan boraks dalam waktu lama dan jumlah yang
banyak dapat menyebabkan kanker.
2. Indikator yang digunakan pada pengujian kali ini adalah tusuk gigi yang direndam
selama 30 menit di dalam parutan kunyit. Kemudian tusuk gigi dikeringkan untuk
digunakan dalam pengujian kandungan formalin dan boraks.
3. Perubahan warna pada tusuk gigi pada bahan makanan yang mengandung boraks
adalah merah oranye atau merah kecoklatan. Sedangkan apabila positif mengandung
formalin akan berwarna sangat kuning.

G. DAFTAR PUSTAKA

Harmita 2010. ​Deteksi Formalin Dan Potensi Enose Sebagai Instrumen Uji. Formalin,​
Diakses pada tanggal 17 Juni 2020 melalui digilib.unimus.ac.id/file/pdf

Hasrianti, et al 2016 PEMANFAATAN EKSTRAK BAWANG MERAH DAN ASAM


ASETAT SEBAGAI PENGAWET ALAMI BAKSO​. Jurnal Dinamika Vol. 07. No. 1
ISSN 2087 - 7889

Grynkliewicz, G., Slifiski, P. 2012. Curcumin and Curcuminoid in Quest for Medicinal
Status. ACTA ABP. 59 : 205.

Khasanah, Kharimatul, et al 2019. IDENTIFIKASI BAHAN PENGAWET FORMALIN


DAN BORAK PADA BEBERAPA JENIS MAKANAN YANG BEREDAR DI
PEKALONGAN. Jurnal PENA Vol.33 No.2

Pandie, T., Wuri, D., & Ndaong, N. (2019). Identifikasi Boraks, Formalin dan
Kandungan Gizi serta Nilai Tipe pada Bakso yang Dijual di Lingkungan
Perguruan Tinggi di Kota Kupang.​ JURNAL KAJIAN VETERINER, ​2​(2),
183-192.

Pane, Imee Syorayah, et al. 2012. ​ANALISIS KANDUNGAN BORAKS (Na2B4O7 10


H2O) PADA ROTI TAWAR YANG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK YANG
DIJUAL DI KELURAHAN PADANG BULAN KOTA MEDAN TAHUN 2012​.
Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
Departemen Kesehatan Lingkungan

SRI SURYA HERYANI, Luh Gde et al. ​Paparan Formalin Menghambat Proses
Spermatogenesis pada Mencit​. Jurnal Veteriner, [S.l.], p. 214-219, nov. 2012. ISSN
2477-5665

Tahir, Muliyati, et al 2019. ​IDENTIFIKASI PENGAWET DAN PEWARNA BERBAHAYA


PADA BUMBU GILING YANG DIPERJUALBELIKAN DI PASAR DAYA
MAKASSAR.​ Jurnal Media Laboran, Volume 9, Nomor 1

Tubagus, Indra, et al. 2013. ​IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR BORAKS


DALAM BAKSO JAJANAN DI KOTA MANADO.​ Jurnal Ilmiah Farmasi –
UNSRAT Vol. 2 No. 04 November 2013 ISSN 2302 - 2493

Anda mungkin juga menyukai