Oleh
Latar Belakang
Makanan merupakan kebutuhan pokok sehari–hari yang berperan
penting untuk kelangsungan hidup manusia. Aktivitas manusia akan
mengalami hambatan jika makanan yang dikonsumsi tidak cukup
dalam jumlah dan mutunya. Makanan dapat diperoleh dari tumbuhan
(nabati) dan hewan (hewani), dengan tujuan sebagai zat gizi bagi
tubuh yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup. Makanan juga
mempunyai peranan yang penting dalam kesehatan masyarakat, tetapi
adakalanya kesadaran masyarakat terhadap kualitas makanan terabaikan
karena beberapa faktor seperti daya beli yang masih rendah, atau
pemilihan dari produk makanan itu sendiri yang sering dikaitkan
dengan kandungan gizi dalam produk makanan.
Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus ada pada
makanan yang akan dikonsumsi oleh setiap orang. Pangan yang berkualitas
dan aman dikonsumsi dapat berasal dari pasar tradisional maupun pasar
modern yang ada dikalangan masyarakat. Seiring dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi, makanan yang beredar di pasaran
semakin beragam. Untuk meningkatkan kualitas produk makanan agar dapat
bersaing dipasaran, maka perlu bahan tambahan pangan seperti pewarna,
pengawet, penyedap rasa dan aroma, antioksidan, pengental, dan pemanis.
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan pengujian bahan tambahan
pangan berbahaya adalah untuk mengetahui bahan tambahan pangan apa saja
yang tidak boleh digunakan, cara menganalisis keberadaan bahan tambahan
pangan tersebut, reaksi yang terjadi, serta dampak dari penggunaan bahan
tambahan pangan tersebut terhadap kesehatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pembahasan
Berdasarkan video praktikum yang berjudul “Pengujian Borax,
Formalin, dan Rhodamin B pada Makanan (Praktikum HSM FKM UAD)”,
menunjukan hasil dimana pada uji boraks dengan sampel bakso, cilok,
kerupuk, dan kerupuk legendar didapati bahwa sampel kerupuk dan kerupuk
legendar positif boraks. Hal ini dapat diidentifikasi dari perubahan warna
yang terlihat pada kertas reaksi boraks II yang menunjukan warna kemerahan
atau merah pada sampel kerupuk dan kerupuk legendar. Boraks merupakan
zat pengawet yang banyak digunakan dalam industri pembuatan taksidermi,
insektarium dan herbarium, namun saat ini cenderung digunakan sebagai
bahan pengawet makanan. Menurut Falahudin, dkk (2016), penggunaan
boraks dalam makanan yang terkonsumsi dapat mengganggu daya kerja sel
dalam tubuh dan mengakibatkan penurunan aktivitas organ sehingga
penggunaan boraks sangat dilarang oleh pemerintah khususnya Departemen
Kesehatan sebab dampak negatif yang ditimbulkannya sangat besar.
Hasil pengujian formalin pada sampel tahu putih, ikan asin, ikan
segar, dan mie telur didapati bahwa ikan asin dan ikan segar positif formalin.
Hal ini dapat diindentifikasi dari perubahan warna yang menjadi merah tua
pada sampel ikan asin dan ikan segar yang dibandingkan dengan indikator
warna. Formalin merupakan zat berbahaya bagi tubuh dimana uap yang
terbentuk dari formalin dapat menimbulkan iritasi mata dan hidung, serta
gangguan saluran pernapasan. Menurut Kartini dan Mukti (2017), senyawa
formalin bereaksi cepat dengan asam amino sehingga menyebabkan protein
tubuh tidak dapat berfungsi. Formalin yang masuk ke tubuh manusia di
bawah ambang batas akan diurai dalam waktu 1,5 menit menjadi CO2.
Formalin yang masuk ke dalam tubuh tidak dapat dibuang melalui urine
sehingga mengakibatkan penumpukkan formalin (dengan konsentrasi tinggi)
pada ginjal dan dalam jangka panjang akan menimbulkan gangguan pada
ginjal. Jika kadar formalin dalam tubuh semakin tinggi, maka akan
menimbulkan kerusakan sel dan menyebabkan kanker.
Hasil pengujian rhodamin B pada sampel kue lapis singkong, kolang
kaling, arum manis, dan kerupuk suling didapati bahwa kolang kaling, arum
manis dan kerupuk suling positif rhodamin B. Hal ini dapat diidentifikasi dari
munculnya cincin ungu pada tabung reaksi yang berisi sampel kolang kaling,
arum manis dan kerupuk suling. Rhodamin B merupakan zat pewarna
berbentuk serbuk kristal berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau,
serta mudah larut dalam larutan warna merah terang berfluoresan dan
digunakan sebagai bahan pewarna tekstil, cat, ataupun kertas. Rhodamin B
dapat bersifat karsinogenik dan memacu pertumbuhan sel kanker jika
digunakan terus menerus. Menurut W, dkk (2018), sifat karsinogenik pada
rhodamin B disebabkan oleh unsur N+ dan Cl- yang bersifat sangat reaktif dan
berbahaya. Pengaruh negatif dari penggunaan rhodamin B bagi kesehatan
yaitu dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan, kulit, mata, serta
saluran pencernaan dan penumpukannya dalam hati dapat menyebabkan
gangguan fungsi hati berupa kanker hati dan tumor hati.
KESIMPULAN
2. Formalin merupakan zat berbahaya bagi tubuh dimana uap yang terbentuk
dari formalin dapat menimbulkan iritasi mata dan hidung, serta gangguan
saluran pernapasan.
atau ungu kemerahan, tidak berbau, serta mudah larut dalam larutan warna
merah terang berfluoresan dan digunakan sebagai bahan pewarna tekstil, cat,
ataupun kertas.
DAFTAR PUSTAKA
Falahudin I, Pane ER, Kurniati N. 2016. uji kandungan boraks pada pempek lenjer
yang dijual di Kelurahan Pahlawan. Jurnal Biota 2(2): 143-150.
Kartini W, Mukti BH. 2017. Uji kandungan rhodamin B dan formalin pada
jajanan anak di sekolah dasar Kota Banjarbaru. Dinamika Kesehatan:
Jurnal kebidanan dan Keperawatan. 8(1): 266-273.
Paratmanitya Y, Aprilia V. 2016. Kandungan bahan tambahan pangan berbahaya
pada makanan jajanan anak sekolah dasar di Kabupaten Bantul. Jurnal
Gizi dan Dietetik Indonesia. 4(1): 49-55.
Sajiman, Nurhamidi, Mahpolah. 2015. Kajian bahan berbahaya formalin, boraks,
rhodamin B dan methalyn yellow pada pangan jajanan anak sekolah di
Banjarbaru. Jurnal Skala Kesehatan. 6(1): 1-5.
Singgih H. 2013. Uji kandungan formalin pada ikan asin menggunakan sensor
warna dengan bantuan FMR (Formalin Main Reagent). Jurnal Eltek.
11(1): 55-70.
W ASL, Widayanti NP, Refi MAF. 2018. Identifikasi rhodamin B dalam saus
sambal yang beredar di pasar tradisional dan modern Kota Denpasar.
Jurnal Media Sains 2. 2(1): 8-13.
https://www.youtube.com/watch?v=yHvvRj5azI8&t=310s