TUGAS TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL TANAMAN PERKEBUNAN
Pembuatan Coklat Batang
Nama: Michael Paskah Joshua Ricardo
NIM: 190305006 Kelas: ITPA Cokelat merupakan produk pangan hasil olahan derivat biji kakao yang berasal dari tanaman kakao atau Theobroma cacao, L. Biji kakao mengandung 35-50% minyak/ lemak, 15% pati, 15% protein, 1-4% theobromin dan 0,07-0,36% kafein. Kernel kakao mengandung 0,19-0,30% theobromin dan kulit arinya mengandung sekitar 0,19-2,98% senyawa alkaloid. Biji kakao juga mengandung 0,05-0,36% senyawa kafein dan lemak kakao yang berasal dari nib kakao sebanyak 45-53% (Sudibyo, 2012). Kualitas gizi cokelat telah diakui oleh beberapa penulis dan beberapa orang menyebutnya makanan lengkap. Penting bahan kimia yang ditemukan dalam cokelat adalah sebagai berikut. Lemak terutama ditemukan di cokelat adalah mentega kakao yang berisi sekitar 33% asam oleat (tak jenuh tunggal), asam palmitat 25% (jenuh), dan asam stearat 33% (jenuh). Antioksidan cocoa mengandung konsentrasi yang besar dari flavonoid, epicatechin, catechin dan procyanidins. Kakao memiliki tingkat maksimum flavonoid, lebih besar daripada bahkan teh dan anggur. Cokelat mengandung jumlah yang jauh lebih tinggi flavonoid daripada coklat susu. Senyawa nitrogen dari kakao termasuk protein dan methylxanthines theobromine dan kafein. Mereka adalah stimulan sistemsaraf pusat, diuretik, dan perelaksasi otot halus. Kakao massa juga mengandung mineral kalium, fosfor, tembaga, besi seng dan magnesium, yang memperkuat manfaat kesehatan dari cokelat. Cokelat juga mengandung valeric asam yang berfungsi sebagai peredam tekanan meskipun kehadiran kafein stimulan dan theobromine dalam cokelat (Latif, 2013). Cokelat batangan atau cokelat balok adalah manisan berbentuk batangan yang tersusun atas beberapa atau seluruh komponen berikut: kakao padat, kue kakao, gula, susu. Keberadaan/ketiadaan relatif bahan tersebut membentuk subkelas cokelat hitam, cokelat susu, cokelat putih, dan cokelat ruby. Pembuatan coklat batang dapat dilakukan dengan proses yang dilakukan dalam pembuatan coklat batang dibagi kedalam beberapa tahap. Biji coklat yang digunakan difermentasi dan dikeringkan terlebih dahulu untuk menghasilkan biji kakao kering dengan kualitas yang baik. Menurut Rahmadewi dan Darmadji (2018), fermentasi dilakukan untuk menghancurkan pulp, mengkondisikan terjadinya reaksi dalam keeping biji, mematikan biji, dan membentuk senyawa penentu cita rasa. Selama proses pengeringan biji kakao, terjadi pengembangan rasa, perubahan warna serta penurunan karakteristk sepat, pahit, dan keasaman. Pengeringan biji kakao dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara konvensional mengggunakan panas matahari atau menggunakan mesin pengering. Cara konvensional memiliki ketidakuntungan, yaitu memakan waktu yang lama, membutuhkan tenaga kerja yang banyak, dan pengeringan tergantung cuaca. Pengeringan biji kakao dapat dilakukan di bawah sinar matahari, cabinet dryer dan kombinasi di bawah sinar matahari langsung dan rak yang dimodifikasi. Hasil analisis kualitatif biji kakao kering dibandingkan dengan persyaratan mutu berdasarkan SNI 01-2323-2008 dengan berbagai metode. Ringkasnya, pada musim hujan, pengeringan dengan metode kombinasi sinar matahari dan cabinet dryer memberikan kualitas biji kakao yang lebih baik daripada pengeringan langsung di bawah sinar matahari atau hanya di cabinet dryer. Kualitas biji kakao yang dihasilkan juga memenuhi standar mutu SNI yang berlaku.
Gambar 1. Cabinet Dryer
Setelah dilakukan pengeringan, proses sortasi biji kakao dilakukan dengan menggunakan mesin sortasi kakao. Biji coklat yang sudah anda fermentasi sebelumnya harus dikeringkan dan disortir secara manual dengan tangan. Hal ini diperlukan untuk memilih biji coklat yang sesuai antara berat dan jenis nya satu sama lain. Cara yang paling mudah adalah dengan menghitung biji coklat sebanyak 100 gram dan jika biji coklat itu bagus. Maka coklat dalam 100 gram terdiri dari 80 hingga 90 biji. Jika tidak seperti takaran tersebut, itu artinya coklat itu berkualitas jelek.
Gambar 2. Mesin sortasi biji kakao
Setelah sortasi dan pengeringan, selanjutnya adalah proses pemanggangan. Proses ini dilakukan agar aroma khas coklat keluar. Proses pemanggangan setiap biji memiliki suhu dan waktu yang berbeda. Biji kakao dipanggang untuk mengembangkan karakter dari rasa cokelat khas. Biji-biji itu dipanggang dalam oven yang besar sambil diputar. Dengan berdasarkan kepada varietas kakao dan hasil akhir yang ingin dicapai, maka proses pemanggangan ini berlangsung antara tiga puluh menit sampai dua jam pada suhu yang sangat tinggi. Dalam proses pemanggangan warna biji kakao akan berubah cokelat dan tercium aroma cokelat. Setelah pemanggangan, biji kakao akan pecah dan terpisah, cangkang luarnya pecah menyisakan serpihan biji kakao. Pada titik ini, kita memiliki sesuatu yang bisa dimakan, yang benar-benar cokelat, dan rasanya benar-benar pahit. Untuk dagingnya, larutan alkali (dutched proses) ditambahkan untuk mengurangi rasa asam dan membuat nib lebih gelap.
Gambar 3. Mesin pemanggang biji kakao
Setelah biji sudah di panggang, selanjutnya dilakukan pemisahan cangkang dari biji coklat dengan proses winnowing. Proses winnowing harus dilakukan dengan hati-hati karena buah kakao sangat rawan rusak. Untuk pemecahan kakao agar mendapatkan buah yang berkualitasdapat digunakan mesin pemecah buah kakao agar bisa mendapatkan biji yang berkualitas namun cangkang yang setengah hancur tersebut akan hilang dengan sendirinya pada proses pengayakan.
Gambar 4. Mesin winnowing
Setelah proses winnowing, dilakukan grinding pada biji coklat. Dalam bentuk yang sudah setengah hancur, inti dari biji coklat harus digiling halus. Hasil nya akan lebih bagus jika alat penggiling yang digunakan adalah batu. Nib kakao yang sudah dipanggang lalu digiling dan ditumbuk membentuk kakao massa. Kakao massa tidak mengandung alkohol dan dapat juga diartikan sebagai cairan cokelat. Kakao massa bisa diperas untuk menjelma jadi lemak kakao atau kakao bubuk, atau dicetak dan dipadatkan menjadi cokelat pahit. Namun mesin penggiling coklat akan lebih mudah untuk digunakan dalam mengolahnya. Nanti nya dalam penghancuran massal ini akan berupa cairan coklat yang kental.
Gambar 5. Mesin penggiling
Cairan coklat yang kental dari hasil grinding ditambahkan bahan lain dan dilakukan pengadukan agar memiliki rasa yang manis. bahan lain yang dimaksud adalah seperti gula, lemak kakao, vanilla, dan susu dalam jumlah tertentu. Bahan- bahan tadi akan dicampur menjadi pasta dengan adonan yang konsisten. Untuk memperhalus tekstur, dan untuk benar-benar mengeluarkan citarasa cokelatnya, campuran tadi kemudian memasuki proses conching. Conching adalah proses pengembangan rasa di mana cokelat ditempatkan pada proses pengadukan yang konstan. Mesin conching yang dinamai chonces, punya dayung yang kuat dan besar untuk menyapukan cokelat ke depan dan belakang menuju proses penghalusan massa cokelat yang bisa berlangsung beberapa jam sampai berhari- hari. Proses conching ini mengurangi kelembaban, menghilangkan semua rasa asam, dan melapisi setiap artikel cokelat dengan lapisan dari lemak kakao. Nantinya, cokelat yang dihasilkan akan lebih lembut dalam tekstur dan juga dalam rasa. Tempering merupakan proses yang terakhir dalam pengolahan coklat, memisahkan coklat berdasarkan jenis susu. Dalam tahap terakhir ini biasa nya di dapatkan cocoa butter dan cocoa powder. Cocoa butter tersebut nantinya akan disebut dengan coklat putih karena warna nya memang seperti mentega putih, dan dalam tahap ini coklat dark atau coklat yang berwarna gelap akan dicetak dalam bentuk bar atau batangan. Menurut Indarti, dkk., (2013), tempering dapat meningkatkan titik leleh dan jika dibandingkan dengan coklat tanpa tempering. Cokat yang telah dicetak memasuki terowongan pendingin untuk memadatkan bagian-bagian cokelat. Siklus pendinginan berlangsung sekitar dua puluh menit, tergantung pada ukuran dari cokelatnya. Dari terowongan pendingin cokelat kemudian dikemas untuk diantarkan ke pengecer sampai akhirnya ke tangan konsumen.
Gambar 6. Mesin tempering
Daftar Pustaka Sudibyo A. 2012. Peran cokelat sebagai produk pangan derivat kakao yang menyehatkan. jurnal riset industri. 6(1) : 23-40. Latif R. 2013. Chocolate/cocoa and human health: a review. The Netherland Journal of Medicine. 71(2) : 63-68. Rahmadewi YM dan Darmanji P. 2018. Evaluasi sensoris coklat batang dari biji kakao rakyat dengan kondisi fermentasi dan pengeringan yang berbeda. Jurnal Dunia Gizi. 2(1): 56-62. Indarti E, Arpi N, Budijanto S. 2013. Kajuan pembuatan cokelat batang dengan metode tempering dan tanpa tempering. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. 5(1):1-6.
Daniel Juliansen Sitorus (190305001), Michael Paskah Joshua Ricardo (190305006), Ghea Iga Adami (190305036) - Laporan Bahan Tambahan Pangan Berbahaya - ITPA