Anda di halaman 1dari 6

Nama : Aning Prastiti Ningsih

NIM : 190305019
Kelas : ITP-A
Matakuliah : Pangan Fungsional

TUGAS INDIVIDU PANGAN FUNGSIONAL

- Produk : “Beras Shirataki”


1. Konsep Produk
Beras shirataki terbuat dari zat bernama glukomanan. Glukomanan merupakan
salah satu jenis serat makanan alami yang larut dalam air, yang diambil dari ekstrak
akar ubi gajah (konjak). Beras shirataki mulai digemari karena memiliki efektivitas
kenyang 2x lipat dari beras biasa walaupun hanya mengonsumsi dalam jumlah
sedikit. Maka, beras shirataki sering menjadi pilihan bagi masyarakat yang sedang
menjalani program diet. Tidak hanya untuk diet, beras shirataki ini juga sangat baik
untuk dikonsumsi bagi penderita diabetes dan konstipasi. Tidak ada pengecualian
dalam mengonsumsi beras jenis ini. Hanya saja, tekstur dan flavor yang berbeda
dari beras biasa akan mempengaruhi tingkat kesukaan terhadap produk.
Beras shirataki dapat dikonsumsi sebagai alternative nasi pada makan siang
atau makan malam. Meskipun disebut dengan beras, karakteristik beras shirataki
tidak persis sama dengan nasi biasa. Cara mengkonsumsi beras ini dengan step by
step, yaitu :
a. Dicuci beras biasa sekitar 4-5 kali kemudian tambahkan 40 gram beras shirataki
kering. Biarkan terendam dalam air selama 30 menit. Pindahkan beras ke dalam
saringan dan tiriskan seluruhnya agar tidak terlalu lembek.
b. Ditambahkan 300-350 mL air dan dimasak dengan rice cooker.

Salah satu model kemasan beras shirataki


2. Latar Belakang Ilmiah
Tren pola hidup sehat mulai naik daun dalam beberapa waktu belakangan ini.
Akibatnya, masyarakat sangat selektif dan peduli dalam memilih komposisi bahan
pangan yang akan dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan kalori per hari. Asupan
yang baik harus terdiri dari sumber protein, karbohidrat, lemak nabati dan hewani,
serat, vitamin, dan lainnya. Karbohidrat sebagai sumber utama penghasil energi
dalam tubuh mendapatkan perhatian lebih oleh masyarakat. Hal ini disebabkan
karena kandungan karbohidrat yang dihasilkan dari berbagai sumber memiliki
perbedaan karakteristik, seperti memiliki IK (indeks glikemik) tinggi, rendah kalori,
dapat menjaga kadar glukosa dalam darah dan lainnya.
Bagi penderita diabetes, orang yang bermasalah pada pencernaan hingga yang
sedang menjalankan program diet harus memilih sumber karbohidrat yang tetap
memberikan efek kenyang namun tidak mengandung indeks glikemik tinggi, dapat
menjaga kadar gula darah, tinggi serat serta low kalori. Semua persyaratan itu dapat
dipenuhi, salah satunya dengan mengkonsumsi beras shirataki. Shirataki terbuat
dari umbi porang atau iles-iles (konnyaku), yang merupakan jenis tanaman Aracae,
yaitu jenis tanaman polisakarida yang larut dalam air. Produk makanan jenis
Konnyaku ini dianggap sebagai salah satu dari “10 makanan terbaik bagi
Kesehatan” oleh World Health Organization.
Pada Journal of Food and Nutrition Research, beras shirataki merupakan
makanan pokok yang dapat diberikan pada orang dewasa yang menderita diabetes
tipe 2. Menurut Supriati Y (2016) Pertumbuhan penderita diabetes di Indonesia
mencapai 152% atau 8,4 juta orang atau 4,1% dari jumlah penduduk. Oleh karena
itu, untuk mengurangi konsumsi beras dan mencegah meningkatnya penderita
diabetes diperlukan bahan pangan fungsional, seperti tepung iles-iles yang
berenergi rendah. Tepung umbi iles-iles yang banyak mengandung glukomanan ini
dapat menjadi salah satu sumber pangan fungsional karena bermanfaat bagi
kesehatan, seperti :
- Menurukan Lipida Darah : pada sebuah penelitian suplemen konjak
glukomanan (3,6 g/hari) selama 28 hari terhadap tingkat lipida dan glukosa
darah pada 22 pasien diabetes 2 hiperlipidemia menunjukkan bahwa konjak
glukomanan efektif mengurangi kolesterol plasma 11,1%, low-density
lipoprotein (LDL)-kolesterol 20,7%, dan rasio kolesterol total atau high-density
lipoprotein (HDL) 15,6%, serta penyakit kardiovaskular 12,9%.
- Menurunkan Glukosa Darah : glukomanan yang sangat kental berguna dalam
mengurangi diabetes dan faktor risiko yang terkait, seperti hiperlipidemia dan
hipertensi, serta ameliorasi resistensi insulin. Glukomanan memodulsi tingkat
penyerapan nutrisi dalam usus kecil. Akibatnya, glukomanan meningkatkan
sensitivitas insulin.

- Menurunkan Obesitas : Penelitian pada 30 pasien menunjukkan bahwa diet


rendah kalori 1.200 kkal selama 60 hari ditambah glukomanan lebih efektif
daripada diet rendah kalori saja.

- Mengatasi Sembelit : Hasil penelitian menunjukkan peningkatan yang


signifikan periode transit mulut ke sekum pada kelompok penderita sembelit
dibandingkan dengan kontrol, dan kembali ke dalam rentang normal setelah
penggunaan glukomanan selama 10 hari.
Komponen penting dalam umbi iles-iles ialah glukomanan. Kandungan
glukomanan bervariasi antarspesies dan yang tertinggi pada A. konjac, yakni 64%.
Dalam industri pangan, glukomanan digunakan sebagai bahan pengental, pembentuk
gel, pengemulsi, dan penstabil. Sebagai sumber pangan fungsional, glukomanan dapat
mengontrol kadar lipida dan gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2,
mencegah dan menghambat kanker, mengurangi obesitas, menurunkan glukosa darah
serta mengatasi sembelit.

3. Klaim Kemasan

Pada kemasan beras shirataki seperti diatas, terdapat klaim yang bertuliskan
“Tinggi Serat, Rendah Kalori, Nol Kolesterol dan Bebas Gluten” pada bagian depan dan
belakang kemasan. Statement ini dapat dibenarkan dan dipercaya karena beras shirataki
terbuat dari tanaman iles-iles (porang) atau konyaku. Dalam tanaman iles-iles terdapat
senyawa glukomanan yang dapat menekan peningkatan kadar glukosa darah sekaligus
mengurangi kadar kolesterol serum darah. Tidak hanya itu, manfaat dari tanaman yang
menjadi bahan baku beras shirataki juga dapat mencegah konstipasi. Hal ini
dikarenakan tingginya kandungan serat pada tanaman iles-iles.
Pendapat diatas dapat dibenarkan dengan pernayataan yang disampaikan oleh
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (2015) bahwa porang mengandung karbohidrat, mengandung
lemak, protein, mineral, vitamin dan serat pangan. Karbohidrat pada porang terdiri atas
pati, glukomannan, serat kasar dan gula reduksi.

4. Perbandingan Harga dengan Produk Non-fungsional


Jika dilihat dari segi harga yang beredar di pasaran, harga jual Beras Shirataki
relatif lebih mahal dibandingkan dengan beras biasa. Untuk kemasan 1 kg beras
shirataki dibandrol dengan harga mulai dari Rp 99.000,00 – Rp 190.000,00/ kemasan.
Harga 1 kg beras shirataki dengan brand terkenal berkisar 190.000 jika dikonversi untuk
membeli beras biasa sudah mendapat 15 kg beras biasa dengan brand terbaik.
Dilihat dari banyaknya manfaat serta keunggulan beras shirataki, harga ini
pantas ditetapkan. Hanya saja, tidak semua kalangan masyarakat dapat
mengkonsumsinya karena harga yang relatif mahal yang tidak bisa diterima oleh semua
kantong atau penghasilan setiap orang.

5. Kualitas Produk
Kualitas produk beras shirataki sangat baik dan terjaga. Walaupun memiliki
harga yang relatif mahal, kualitas yang dimiliki beras ini juga tak sedikit serta sangat
baik untuk menjaga kesehatan dalam tubuh. Jika dibandingkan dengan beras biasa dari
segi manfaat untuk kesehatannya, beras shirataki jauh lebih unggul. Namun,
kelemahannya terletak pada harga yang dibandrol jauh dari kata standart.

6. Penerimaan Pasar terhadap Produk


Meningkatnya tren pola hidup sehat sangat mempengaruhi penerimaan serta
minat masyarakat terhadap beras shirataki ini. Walaupun dengan hargayang cukup
mahal, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang sudah mengkonsumsi beras shirataki
guna mendapatkan tubuh yang sehat. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan
penjualanan beras shirataki secara online di beberapa e-commerce resmi, seperti
shoppee, tokopedia, lazada, blibli dan lainnya. Berikut adalah beberapa media
penjualanan secara online yang menawarkan beras shirataki.
7. Saran untuk Meningkatkan Produk
Dari paparan yang sudah dijelaskan pada poin-poin diatas, dapat kita simpulkan
bahwa kekurangan beras shirataki adalah harga yang dimiliki realtif mahal. Oleh
karena nya untuk mengatasi ini pihak produsen dapat bekerja sama dengan pemerintah
agar harga yang beredar dipasaran dapat diterima oleh semua kalangan masyarakat.
Sehingga tidak ada batasan bagi siapa saja yang ingin mengkonsumsi beras ini guna
menwujudkan pola hidup sehat tanpa harus gelisah dengan harga yang mahal.

Refrensi :
Saleh N, A Rahayuningsih, B S Radjit, E Ginting, D Harnowo, I made J Mejaya. 2015.
Tanaman Porang: Pengenalan, Budidaya, dan Pemanfaatannya. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan: Bogor.

Sutriningsih A, N L Ariani. 2017. Efektivitas umbi porang (Amorphophallus


Oncophillus) terhadap penurunan kadar glukosa darah penderita diabetes
mellitus. Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan. 5(1): 45-58.

Supriati Y. 2016. Keanekaragaman iles-iles (Amorphophallus spp.) dan potensinya


untuk industri pangan fungsional, kosmetik, dan bioetanol. Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. 35(2): 69-80.

Anda mungkin juga menyukai