Oleh:
ITP A
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
PENDAHULUAN
1
METODE PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lee, dkk., (2014), rotasi panen
tanaman sawit menggunakan metode kualitatif dengan melakukan survei dan
wawancara terhadap 379 petani kecil tanaman sawit di 15 desa pada tiga wilayah,
yaitu Pelalawan di Provinsi Riau, Pasaman Barat di Sumatera Barat, dan Musi
Banyu Asin di Sumatera Selatan.
Penelitian Meutia, dkk., (2020) menggunakan metode Analisis Varian Dua
Arah (Two Way Analysis of Variance/ANOVA) yang merupakan teknik analisis
statistik untuk membandingkan perbedaan rata-rata antar kelompok yang telah
dibagi pada dua variabel faktor dengan aplikasi SPSS, kemudian dilanjutkan
dengan uji Tukey atau uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk perbandingan simultan
dan mengambil keputusan tentang beda dari dua rataan atau lebih, sehingga
didapatkan hasil yang signifikan.
Metode penelitian oleh Mustafa, dkk., (2016) dilakukan pengambilan data
dengan cara mencatat buah di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dan ancak yang
telah dipanen oleh satu pemanen. Pendataan terdiri dari buah tinggal, buah matang
tidak di panen, dan brondolan tertinggal di piringan. Buah mentah yang dipanen
juga didata untuk mengetahui mutu berdasarkan fraksinya. Analisis data yang
digunakan berupa analisis korelasi yang mengukur kekuatan hubungan kualitas
buah yang dihasilkan oleh rotasi 6/7 dan 6/9.
Metode penelitian oleh Pramana, dkk., (2021) dilakukan analisis data di
Koperasi Petani Sawit Mandiri Desa Pangkalan Baru, Kecamatan Siak Hulu,
Kabupaten Kampar, yaitu analisis deskriptif kuantitatif untuk mengumpulkan
informasi selama penelitian dan mengidentifikasi sumber risiko dan faktor-faktor
yang mempengaruhi kehilangan TBS pasca panen seperti kematangan buah,
pengekangan TBS, kebersihan piring, luas lahan, dan kehilangan produksi di
Tempat Pengumpulan (TPH).
Metode penelitian oleh Miraza dan Surahman (2015) dilakukan
pengamatan terhadap rotasi panen tanaman kelapa sawit di tiga blok yang terdiri
2
atas 30 tanaman sawit dengan total pengamatan sebanyak 90 tanaman. Selain itu,
dilakukan juga wawancara dan diskusi terhadap petani tanaman sawit terkait.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Rotasi panen setiap tanaman sawit berbeda-beda, tergantung pada luas
lahan yang ada dan metode rotasi seperti apa yang digunakan.
Tabel 1. Deskripsi dari analisis hasil rotasi panen tanaman sawit
3
(Mustafa, dkk., 2016)
Tabel 3. Rendemen yang didapatkan dari rerata rotasi 6/7
Tabel 5. Hasil analisis uji two way ANOVA tahun produksi 2015-2019
4
Tabel 7. Rotasi panen pada semester I dan II
5
hasil panen memiliki hubungan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Rotasi
panen dengan interval waktu pemanenan yang lebih singkat akan meningkatkan
hasil produksi tandan buah segar, sedangkan rotasi panen dengan interval waktu
pemanenan yang lebih lama akan menurunkan hasil produksi tandan buah segar
tanaman sawit.
2. Hubungan antara Rotasi Panen dengan Rendemen, Tahun Tanam, dan
Masa Trek Terhadap Volume Produksi Tandan Buah Segar (TBS)
Hasil penelitian Mustafa, dkk., (2016) menunjukkan bahwa jumlah buah
yang dihasilkan pada pemanenan di setiap rotasi memiliki jumlah yang berbeda
dan memproduksi lebih banyak di rotasi panen 6/9 karena pada rotasi ini
pematangan buah lebih lama dibandingkan dengan rotasi 6/7, seperti terlihat pada
tabel 2. Hal ini juga mempengaruhi hasil rendemen yang didapatkan. Rendemen
yang didapatkan dari rerata rotasi 6/7 adalah sebesar 330,68 kg, sedangkan
rendemen yang didapatkan dari rerata rotasi 6/9 lebih banyak, yaitu sebesar
450,552 kg. Kualitas dan kuantitas hasil panen dari rotasi 6/7 dan rotasi 6/9 pada
setiap ulangan memiliki perbedaan yang disebabkan perbedaan panjang hari atau
lamanya ancak yang ditinggal untuk dipanen kembali.
Berdasarkan penelitian Meutia, dkk., (2020), rotasi
panen dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu kategori 1
untuk panjang rotasi <7 hari, kategori 2 rotasi 7-9 hari,
dan kategori 3 rotasi ≥10 hari. Hasil analisis menggunakan
uji Two Way ANOVA didapatkan nilai yang signifikan di
setiap tahun produksi kecuali pada tahun produksi 2015
didapatkan nilai yang tidak signifikan. Hal tersebut
menyatakan bahwa variabel tahun tanam memiliki pengaruh
signifikan terhadap volume produksi TBS. Perubahan
fisiologis pada setiap tanaman yang disebabkan oleh umur
tanaman juga dapat mempengaruhi produktivitas dan
kemampuannya untuk menyerap air maupun unsur hara dari
dalam tanah.
Masa trek berarti masa padat saat produksi buah kelapa sawit yang
dihasilkan lebih sedikit dari pada keadaan normal. Berdasarkan hasil wawancara
6
pada penelitian Meutia, dkk., (2020), masa trek tidak mempengaruhi panjangnya
rotasi panen, namun berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa masa trek dan
rotasi panen memiliki interaksi yang berpengaruh terhadap volume TBS melalui
nilai signifikan pada tahun produksi.
3. Hubungan Angka Kerapatan Panen dan Sistem Rotasi Panen Dengan
Produktivitas Kelapa Sawit
Pada penelitian Miraza dan Surahman (2015), terdapat pada semester I
dilakukan rotasi pemanenan 5/7 dan pada semester II dilakukan rotasi pemanenan
6/7. Perbedaan rotasi ini terjadi dikarenakan lebih rendahnya produksi pada
semester I dibanding dengan semester II sehingga kekurangan tersebut dapat
ditutupi oleh produksi pada semester II. Disini dapat dilihat bahwa waktu rotasi
panen harus diperhatikan dan disesuaikan dengan produktivitas tanaman sawit itu
sendiri. Dari data diatas dapat dilihat semakin tinggi kapasitas panen maka
semakin tinggi angka kerapatan panen dan begitu juga sebaliknya. Kapasitas
panen yang rendah dapat membuat produktivitas panen menurun yang diakibatkan
kapveld panen tidak dapat diselesaikan dalam sehari sehingga harus dilanjutkan
keesokan harinya.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehilangan Tandan Buah Segar
(TBS) Pasca Panen
Pada penelitian Pramana, dkk., (2021) disebutkan bahwa rotasi panen ini
akan membantu menentukan berapa banyak TBS/tandan buah segar yang akan
dipanen di setiap petak atau blok. Manfaat lain dari rotasi tanaman adalah
menargetkan TBS yang akan dipanen. Dalam melakukan pemanenan TBS ini pun
tidak dilakukan sembarangan, karena apabila pemanenan TBS dilakukan secara
asal-asalan tidak mengikuti waktu rotasi panen tanaman maka kelapa sawit tidak
menghasilkan buah yang baik untuk panen yang selanjutnya. Jika TBS tidak
dipanen, akan meningkatkan persentase kehilangan buah yang berdampak
terhadap kurangnya kuantitas minyak sawit yang dihasilkan.
7
KESIMPULAN
8
LAMPIRAN
Pembagian Tugas
● Rania Rahman: Pengerjaan PowerPoint serta makalah pada bagian
pendahuluan.
● Christian Yohannes Dauglas Hutapea: Pengerjaan PowerPoint serta makalah
pada bagian metode.
● Michael Paskah Joshua Ricardo: Pengerjaan PowerPoint serta makalah pada
hasil dan pembahasan dari subtopik hubungan angka kerapatan panen dan
sistem rotasi panen dengan produktivitas kelapa sawit serta faktor-faktor yang
mempengaruhi kehilangan Tandan Buah Segar (TBS) pasca panen.
● Hafizd Al Ghani Purba: Pengerjaan PowerPoint serta makalah pada
kesimpulan dan lampiran.
● Verysya Salsabila Adeliesta: Pengerjaan PowerPoint serta makalah pada hasil
dan pembahasan dengan subtopik hubungan antara rotasi panen dengan hasil
panen Tandan Buah Segar (TBS) tanaman sawit serta hubungan antara rotasi
panen dengan rendemen, tahun tanam, dan masa trek terhadap volume produksi
Tandan Buah Segar (TBS).
9
DAFTAR PUSTAKA
Lee JSH, Ghazoul J, Obidzinski K, Koh LP. 2014. Oil palm smallholder yields
and incomes constrained by harvesting practices and type of smallholder
management in Indonesia. Agronomy for Sustainable Development. 34:
501-511.
Meutia F, Kadir IA, Romano. 2020. Pengaruh pengaturan panen terhadap volume
produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di PT. Semadam. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pertanian. 5(4): 125-134.
Miraza MI, Surahman M. 2015. Hubungan angka kerapatan panen dan sistem
rotasi panen dengan produktivitas kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Sumatera Utara. Jurnal Buletin Agrohorti. 3(1): 59-64.
Pramana A, Hamzah A, Khoiri MA, Lada YG. 2021. Palm oil fresh fruit bunch
loss and post harvest risk analysis at koperasi petani sawit mandiri (Kopsa-
M) Pangkalan Baru, Siak Hulu, Kampar, Riau. Jurnal Agronomi Tanaman
Tropika. 3(2): 208-211.
10