Anda di halaman 1dari 13

Kurva dan Kecepatan Pertumbuhan

Assa’bana, M. P., R. F. Imanullah, P. S. Parma, N. W. Nopitasari, dan Y.


Sahadhuta
Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang, Central
Java, Indonesia.
Department of Agriculture, Faculty of Animal and Agricultural Science Diponegoro
University, Semarang, Central Java, Indonesia.
E-mail: muhammadpunggah@student.undip.ac.id

Abstrak

Pertumbuhan tanaman adalah penambahan volume biomassa tanaman dengan bertambahnya


waktu. Pertumbuhan tanaman dapat diukur melalui beberapa parameter seperti tinggi tanaman,
jumlah daun, berat basah tanaman dan berat kering tanaman, pembuatan kurva dari parameter
pertumbuhan berdasarkan pertambahan waktu pertumbuhan akan menghasilkan kurva
pertumbuhan. Tujuan dari praktikum acara kurva dan kecepatan pertumbuhan adalah untuk
menggambar kurva pertumbuhan dan menghitung kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai.
Praktikum acara Kurva dan Kecepatan Pertumbuhan dilaksanakan pada hari Rabu, 28 September
2022 pukul 14.30 – 16.00 WIB di Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas
Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Materi yang digunakan meliputi
polybag, penggaris, pensil, gunting, timbangan analitik, media tanam, dan benih tanaman kedelai.
Metode yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Tanaman acara Kurva dan Kecepatan
Pertumbuhan adalah disiapkan sebanyak 5 buah polibag dan disediakan media tanam, kemudian
media tanam dimasukkan ke polibag. Benih kacang kedelai disediakan dan ditanam masing - masing
3 benih, pertumbuhan tanaman diamati selama 21 hari, tinggi tanaman diukur dan dihitung tingginya
hingga umur 21 HST, pada hari ke 21 tanaman dipotong dan ditimbang setiap tajuk untuk
menghitung kecepatan pertumbuhan dalam berat basah. kurva digambar selama 21 hari dan dihitung
kecepatan pertumbuhannya. Hasil yang diperoleh adalah Kurva dan Kecepatan Pertumbuhan pada
tanaman kedelai menunjukan kecepatan pertumbuhan tertinggi terdapat pada tanaman tunas kedua
yaitu sebesar 0,456 g/hari dan pertumbuhan terendah pada tanaman tunas kesatu dengan kecepatan
pertumbuhan sebesar 0,221 g/hari. Sedangkan kurva pertumbuhan selama 21 hari memiliki pola
pertumbuhan sigmoid yang menunjukkan pertumbuhan tertinggi pada tanaman ke 2 dan
pertumbuhan paling lambat pada tanaman ke 1.

Kata kunci : kurva sigmoid, fase vegetatif kedelai

1. Pendahuluan

Kedelai (Glycine max L Merrill) merupakan salah satu tanaman yang


dibutuhkan oleh masyarakat karena kandungan protein nabati yang dikandungnya.
Tanaman kedelai penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dalam rangka
perbaikan gizi masyarakat, karena sumber protein nabati yang relatif murah
dibandingkan sumber protein lainnya (Erwin dan Mindalisma, 2022). Klasifikasi
tanaman kedelai adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max L. (Suknia dan Rahmani, 2020)
Tanaman kedelai dapat tumbuh diberbagai jenis tanah. Tanaman kedelai tidak
menuntut struktur tanah khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh, bahkan pada
kondisi lahan kurang subur dan agak masam asalkan kondisi tanah tidak tergenang
(Pradoto, 2017). Tanaman kedelai mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap
berbagai jenis tanah. Tanaman kedelai tumbuh baik pada ketinggian 50 sampai 150
m di atas permukaan laut, pH 5,5 sampai 6, suhu 25 sampai 27oC, penyinaran penuh
minimal 10 jam per hari, dan kelembaban rata-rata 65 persen (Birnadi, 2014).
Pertumbuhan suatu tanaman dapat dibedakan menjadi dua fase, yaitu fase vegetatif
dan generatif. Suatu tanaman diketahui sedang dalam fase vegetatif atau generatif
dengan memperhatikan dominasi pada salah satu fase. Apabila pertumbuhan
tanaman didominasi oleh fase vegetatif daripada fase generatif maka tanaman
tersebut berada dalam fase vegetatif. Begitu juga sebaliknya, fase vegetatif
merupakan fase pertumbuhan yang sebagian besar menggunakan karbohidrat dari
proses fotosintesis, sedangkan fase generatif atau produktif adalah fase
pertumbuhan yang menimbun sebagian besar karbohidrat dari proses fotosintesis
(Ratini et al., 2019).
Pertumbuhan tanaman merupakan suatu hal yang mendasar dalam biologi
dan merupakan hasil dari berbagai proses fisiologi yang saling berinteraksi dalam
tubuh tanaman bersama faktor-faktor eksternal lainnya. Parameter dalam
pertumbuhan tanaman diantaranya pertambahan ukuran, bentuk, dan jumlah.
Pertumbuhan menunjukan adanya pertambahan ukuran yang tidak dapat kembali
dalam bentuk semula dimana menunjukan pertambahan protoplasma. Pemanjangan
tunas lateral merupakan salah satu parameter yang dipakai dalam melihat pola
pertumbuhan tanaman (Harliana et al., 2012). Pertumbuhan tanaman dapat
diketahui dengan beberapa parameter seperti meningkatnya ukuran bagian tanaman
(panjang, lebar, atau luas), pertambahan massa atau berat, serta bahan kering
masing-masing organ, jumlah sel dan konsentrasi kimia tertentu, perkembangan
organ tanaman, pembentukan dan perkembangan organ generatif, dan pendewasaan
struktur penyimpanan makanan serta penimbunan karbohidrat. Beberapa parameter
50 pertumbuhan meliputi pertumbuhan volume tanaman dan massa tanaman
budidaya (Hartiati et al., 2014)
Pola pertumbuhan sepanjang daur hidup pertumbuhan dicirikan melalui
fungsi yang disebut kurva sigmoid yaitu kurva yang berbentuk S dan berbentuk
kurang lebih tetap untuk semua tanaman (Nugraheni et al., 2019). Kurva sigmoid
terdiri dari fase adaptasi, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian
(Nailulmuna et al., 2017). Fase adaptasi merupakan fase awal yang kritis, dimana
tanaman memerlukan air yang cukup untuk dapat tumbuh baik, fase log atau fase
eksponensial merupakan fase pertumbuhan optimum dan terjadinya peningkatan
jumlah sel secara cepat (Mukhlis et al., 2018).
Tujuan dari praktikum acara Kurva dan Kecepatan Pertumbuhan adalah agar
setiap mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai bagaimana cara untuk
menggambar grafik kurva pertumbuhan dan menghitung kecepatan pertumbuhan
tanaman. Manfaat praktikum acara Kurva dan Kecepatan Pertumbuhan adalah
mahasiswa dapat mengetahui cara menggambar dan menghitung kecepatan
pertumbuhan tanaman.

2. Materi dan Metode

Praktikum acara Kurva dan Kecepatan Pertumbuhan dilaksanakan pada hari


Rabu, 28 September 2022 pukul 14.30 – 16.00 WIB di Laboratorium Ekologi dan
Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Materi yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Tanaman acara Kurva dan
Kecepatan Pertumbuhan terdiri dari bahan dan alat. Bahan yang digunakan adalah
media tanam (Tanah : Sekam : Pupuk kandang 1:1:1) sebagai tempat menanam
benih kedelai, benih tanaman kacang kedelai untuk bahan pengujian. Alat yang
digunakan adalah polybag ukuran 20 x 15 sebagai tempat media tanam, penggaris
untuk mengukur tinggi tanaman tiap hari, pensil untuk mencatat hasil pengukuran,
gunting untuk memotong tajuk sebelum ditimbang, pisau/silet untuk memotong
akar pada tajuk, dan timbangan analitik untuk mengukur berat tajuk.
Metode yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Tanaman acara Kurva dan
Kecepatan Pertumbuhan adalah disiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan.
Polibag disiapkan sebanyak 5 buah dan disediakan media tanam berupa tanah,
sekam, dan pupuk dengan perbandingan 1:1:1, kemudian media tanam dimasukkan
ke polibag. Benih kacang kedelai disediakan dan ditanam masing - masing 2 benih
pada tiap polibag. Pertumbuhan tanaman diamati selama 21 hari, tinggi tanaman
diukur dengan penggaris dan dihitung jumlah daunnya setiap hari hingga umur 21
HST. pada hari ke 21 tanaman dipotong dan ditimbang setiap tajuk tanaman untuk
menghitung kecepatan pertumbuhan dalam berat basah. kurva pertumbuhan
digambar selama 21 hari dan dihitung kecepatan pertumbuhan per hari. kecepatan
pertumbuhan tanaman dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Berat basah tanaman (g)


Kecepatan pertumbuhan (g/hari) =
Umur Tanaman (hari)

3. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan praktikum Fisiologi Tanaman acara Kurva dan Pertumbuhan
Tanaman yang telah dilakukan, diperoleh data dan kurva pertumbuhan tanaman
kacang kedelai sebagai berikut :

Tabel 6. Hasil Pengamatan Kecepatan Pertumbuhan Tanaman


Tanaman Kecepatan pertumbuhan (g/hari)
1 0,221
2 0,456
3 0,352
4 0,318
5 0,306
Rata-rata 0,330
Sumber: Data Primer Praktikum Fisiologi Tanaman, 2022.
Berdasarkan Tabel 6. diketahui bahwa kecepatan pertumbuhan tertinggi
terdapat pada tanaman kedelai tunas kedua yaitu sebesar 0,456 g/hari dan
pertumbuhan terendah terdapat pada tanaman kedelai tunas kesatu dengan
kecepatan pertumbuhan sebesar 0,221 g/hari. Nilai kecepatan pada pertumbuhan
suatu tanaman dipengaruhi oleh dua indikator yaitu umur tanaman dan berat basah
tanaman yang dimana dua faktor yang mempengaruhi proses pembelahan sel. Hal
ini sesuai dengan pendapat Suhartono et al. (2020) yang menyatakan bahwa berat
basah tanaman merupakan hasil aktivitas pertumbuhan dan nilainya dipengaruhi
oleh kadar air jaringan dan hasil metabolismenya. Jumlah berat basah pada tanaman
dipengaruhi oleh jumlah ketersediaan air yang berpengaruh pada fisiologis dan
metabolisme tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Astutik et al. (2019) yang
menyatakan bahwa ketersediaan air pada tumbuhan kacang hijau berpengaruh besar
terhadap proses fisiologis dan metabolisme dalam tanaman.
Nilai kecepatan pada pertumbuhan suatu tanaman dipengaruhi oleh dua
indikator yaitu umur tanaman dan berat basah tanaman. Hal ini sesuai dengan
pendapat Haryanti dan Budihastuti (2015) yang menyatakan bahwa berat basah
tanaman merupakan hasil aktivitas pertumbuhan dan nilainya dipengaruhi kadar air
jaringan dan hasil metabolismenya. Kecepatan pertumbuhan tanaman juga dapat
dipengaruhi oleh pemberian pupuk dan jumlah interval penyiraman tanaman
kedelai setiap harinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mutia et al. (2014) yang
menyatakan bahwa percepatan pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu dosis pupuk dan interval penyiraman tanaman, perlakuan yang tepat akan
mampu menyediakan kebutuhan air yang optimal bagi pertumbuhan tanaman
kedelai dan berpengaruh nyata terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai.
Kondisi air yang optimal dapat membantu hormon tertentu bekerja dalam proses
pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Pujiasmanto (2020) yang
menyatakan bahwa kondisi air tanah yang optimal memacu hormon tertentu bekerja
secara aktif dalam proses pemanjangan dan pembelahan sel-sel tumbuhan yang
akan mempercepat pertumbuhan batang, daun dan sistem perakaran.
40
35
Tinggi Tanaman (cm)

30
25 Tanaman 1
20 Tanaman 2
15 Tanaman 3
10 Tanaman 4
5 Tanaman 5

0
3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021
Hari ke-

Ilustrasi 1. Kurva Pertumbuhan Tunas Kedelai selama 21 Hari


Berdasarkan Ilustrasi 1. diketahui bahwa kurva pertumbuhan tanaman
kedelai selama 21 hari memiliki pola pertumbuhan sigmoid yang menunjukkan
pertumbuhan tertinggi pada tanaman ke 2 dan pertumbuhan paling lambat pada
tanaman ke 1 . Fase pertumbuhan dimulai dari fase adaptasi yakni fase awal yang
kritis, dimana tanaman memerlukan air yang cukup untuk dapat tumbuh optimum
dan terjadi peningkatan jumlah sel secara cepat. Fase pertumbuhan berlanjut pada
fase logaritmik terjadi saat tanaman kedelai berumur 0 - 14, sedangkan fase linier
terjadi pada saat tanaman berumur 14 - 21 yang menunjukkan kurva pertumbuhan
tanaman kedelai selama 21 hari memiliki pola pertumbuhan sigmoid. Kurva
sigmoid menunjukkan pola pertumbuhan seperti bentuk huruf S yang digambarkan
dalam bentuk kurva sigmoid kurang lebih sama untuk setiap tanaman, hanya saja
adanya beberapa variasi dalam lingkungan membuat kurva tersebut bisa dari setiap
individu. Hal ini sesuai dengan pendapat Tia et al. (2021) bahwa laju pertumbuhan
tanaman secara umum adalah berbentuk kurva sigmoid yaitu pertumbuhan pada
tanaman diawali fase eksponensial yang menunjukkan laju pertumbuhan yang
tinggi, kemudian berganti menjadi fase stationer dan diakhiri fase kematian.
Umumnya fase dalam pertumbuhan tanaman dibagi dalam beberapa fase. Hal ini
sesuai dengan pendapat Nafi'ah dan Kurniawan (2016) yang menyatakan bahwa
kurva pertumbuhan yang berbentuk S (Sigmoid) terdapat 3 fase utama yaitu, fase
logaritmik, linier, fase penuaan dan berakhir dengan fase kematian tanaman.
Pertumbuhan tanaman ditandai dengan bertambahnya ukuran dan tinggi tanaman.
Hal ini sesuai dengan pendapat Apriliani (2022) yang menyatakan bahwa
pertumbuhan suatu tanaman melibatkan proses pertambahan ukuran maupun
volume dari tanaman sebagai akibat terjadinya proses pembelahan, perluasan,
maupun perpanjangan sel.
Kurva sigmoid berbentuk S karena pertumbuhan akan melewati masa awal
yang lambat, lalu memasuki fase log dimana jumlah sel akan meningkat dengan
cepat, lalu di fase akhir akan kembali melambat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mastuti (2017) yang menyatakan bahwa pertumbuhan sel akan semakin cepat
hingga mencapai fase stasioner kemudian pertumbuhannya akan melambat dan
berakhir dengan kematian tanaman. Pertumbuhan tanaman merupakan parameter
perhitungan yang dinyatakan secara kuantitatif. Hal ini sesuai dengan pendapat
Dewanto et al. (2019) yang menyatakan bahwa pertumbuhan terjadi karena adanya
pembelahan sel yang menyebabkan terjadinya penambahan panjang dan volume
pada tanaman. Perbedaan kecepatan tumbuh tanaman disebabkan oleh faktor
lingkungan dan kemampuan menyerap hara yang berbeda serta faktor genetik dari
tanaman. Hal ini sesuai pendapat Wibawa dan Lugrayasa (2020) bahwa faktor –
faktor genetik beserta hormon penunjang pada tanaman dan lingkungan seperti
media tanam, suhu, kelembaban, cahaya matahari, maupun kadar air dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Laju pertumbuhan dari kelima tanaman kedelai terdapat sedikit perbedaan,
perbedaan pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Hal ini sesuai dengan pendapat Safe'i et al. (2020) yang menyatakan
bahwa faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu faktor genetik pada
tumbuhan beserta hormon penunjang yang terdapat pada benih, bibit atau tanaman
itu sendiri sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan seperti media tanam, suhu,
kelembaban, cahaya matahari dan kadar air merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Media tanam yang mengandung komposisi
lengkap seperti tanah, sekam, dan pupuk kandang maupun kompos dapat
memperbaiki serta meningkatkan kadar unsur hara dalam tanah. Hal ini sesuai
dengan pendapat Fahmi (2019) yang menyatakan bahwa media tanam yang baik
adalah media yang mampu menyediakan air dan unsur hara dalam jumlah cukup
bagi pertumbuhan tanaman yang dapat ditentukan pada tanah dengan tata udara dan
air yang baik, mempunyai agregat yang mantap, kemampuan menahan air yang baik
dan ruang untuk perakaran yang cukup.
4. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan praktikum Fisiologi Tanaman acara Kurva dan Kecepatan


Pertumbuhan dapat disimpulkan bahwa kecepatan pertumbuhan tertinggi terdapat
pada tanaman kedelai tunas kedua yaitu sebesar 0,456 g/hari dan pertumbuhan
terendah terdapat pada tanaman kedelai tunas kesatu dengan kecepatan
pertumbuhan sebesar 0,221 g/hari. Nilai kecepatan pada pertumbuhan suatu
tanaman dipengaruhi oleh dua indikator yaitu umur tanaman dan berat basah
tanaman yang dimana dua faktor yang mempengaruhi proses pembelahan sel.
Sedangkan kurva pertumbuhan tanaman kedelai selama 21 hari memiliki pola
pertumbuhan sigmoid yang menunjukkan pertumbuhan tertinggi pada tanaman ke
2 dan pertumbuhan paling lambat pada tanaman ke 1. Pertumbuhan fase
pertumbuhan atau fase logaritmik terjadi pada saat tanaman kedelai berumur 0 - 14,
sedangkan fase linier terjadi pada saat tanaman berumur 14 - 21 yang menunjukkan
kurva pertumbuhan tanaman kedelai selama 21 hari memiliki pola pertumbuhan
sigmoid.
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum Fisiologi Tanaman acara Kurva
dan Kecepatan Pertumbuhan selanjutnya adalah agar lebih teliti dalam memilih
tanaman yang akan diberikan perlakuan sehingga pengamatan praktikum dapat
berjalan dengan lancar dan lebih cermat dalam menghitung dan mengukur jumlah
tunas lateral yang muncul pada tanaman setelah perlakuan.
Daftar Pustaka

Apriliani, I. N. 2022. Pengaruh kalium pada pertumbuhan dan hasil dua varietas
tanaman ubi jalar (Ipomea batatas (L.) Lamb). J. Ilmiah Mahasiswa
Pertanian. 2 (5) : 148 – 157.

Astutik, D., D. Suryaningndari, dan U. Raranda. 2019. Hubungan pupuk kalium


dan kebutuhan air terhadap sifat fisiologis, sistem perakaran dan biomassa
tanaman jagung (Zea mays). J. Citra Widya Edukasi. 11 (1) : 67 – 76.

Birnadi, S. B. 2014. Pengaruh pengolahan tanah dan pupuk organik bokashi


terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.) kultivar
Wilis. J. Istek. 8 (1) : 29 – 46.
Dewanto, H. A., D. Saraswati, dan O .D. Hadjoeningtijas. 2019. Pertumbuhan
kultur tunas aksilar kentang (Solanum tuberosum l.) dengan penambahan
super fosfat dan KNO3 pada media ab mix secara in vitro. J. Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 20 (2) : 71 – 81.

Erwin, E. dan M. Mindalisma. 2022. Respon pertumbuhan dan produksi kedelai


(Glycine max L.. Merril) terhadap pemberian pupuk posfat dan inokulasi
rhizobium. J. Ilmu Pertanian. 10 (1) : 44 – 51.

Fahmi, R. 2019. Pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan stek mawar pagar
(Rosa multiflora). J. Penelitian Agrosamudra. 6 (1) : 74 – 81.

Harliana, H., W. Weaniati, M. Muslimin, dan I. N. Suwastika. 2012. Organogenesis


tanaman jeruk keprok (Citrus nobilis Lour.) secara in vitro pada media MS
dengan penambahan berbagai konsentrasi IAA (Indole Acetid Acid) dan BAP
(Benzyl Amino Purin). J. Natural Science. 1 (1) : 34 – 42.

Hartiati, S., E. Triana, A. Yunus, dan A. Susilowati. 2014. Kajian sitokinin


Benzilaminopurin (BAP) terhadap organogenesis hasil persilangan
Dendrobium merbelanium dengan Dendrobium liniale. J. El-Vivo. 2 (2) : 22
– 23.

Haryanti, S. dan R. Budihastuti. 2015. Morfoanatomi, berat basah kotiledon dan


ketebalan daun kecambah kacang hijau (Phaseolus vulgaris l.) pada naungan
yang berbeda. J. Anatomi Fisiologi. 23 (1) : 47 – 56.

Mastuti, R. 2017. Dasar-Dasar Kultur Jaringan Tumbuhan. Universitas Brawijaya


Press. Malang.

Mukhlis, D. K., R. Rozirwan, dan M. Hendri. 2018. Isolasi dan aktivitas antibakteri
jamur endofit pada mangrove Rhizophora apiculata dari kawasan mangrove
Tanjung Api-Api Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. J. Marine Science
Research. 10 (2) : 151 – 160.

Mutia, D., R. Agustrina, dan R. R. T. Marpaung. 2014. Pengaruh pemberian pupuk


kompos dan penyiraman terhadap kecepatan kacang hijau. J. Bioterdidik:
Wahana Ekspresi Ilmiah. 2 (9) : 1 – 9.

Nafi'ah, H. H. dan A. Kurniawan. 2016. Laju pertumbuhan lima genotipe ubi jalar
(Ipomoea batatas L.) yang diberi kombinasi bokashi jerami dan pupuk kalium
di lahan kering. J. Agroteknologi dan Sains. 1 (1) : 31 – 47.

Nailulmuna, Z., P. Pinandoyo, dan V. E. Herawati. 2017. Pengaruh pemberian


fermentasi kotoran ayam roti afkir dan ampas tahu dalam media kultur massal
terhadap pertumbuhan dan kandungan nutrisi Daphnia sp. J. Ilmiah Perikanan
dan Kelautan. 16 (1) : 67 – 75.
Nugraheni, F. T., S. Haryanti, dan E. Prihastanti. 2019. Pengaruh Perbedaan
Kedalaman Tanam dan Volume Air terhadap Perkecambahan dan
Pertumbuhan Benih Sorgum (Sorghum Bicolor (L.) Moench). J. Anatomi dan
Fisiologi. 3 (2) : 223 – 232.

Pradoto, R. W., H. T. Sebayang, dan T. Sumarni. 2017. Pengaruh sistem olah tanah
dan mulsa organik pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine
Max (L.) Merril) J. Produksi Tanaman. 5 (1) : 116 – 124.

Pujiasmanto, B. 2020. Peran dan manfaat hormon tumbuhan: contoh kasus


paclobutrazol untuk penyimpanan benih. Yayasan Kita Menulis. Jakarta.

Ratini N. N., I. W. Supardi, dan Y. N. Fadhilah. Pengaruh photosynthetic activity


radiation (PAR) pada pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica rapa var.
parachinensis L.) J. Fisika. 20 (1) : 19 – 24.

Safe'i, R., H. Kaskoyo, A. Darmawan, dan Y. Indriani. 2020. Kajian kesehatan


hutan dalam pengelolaan hutan konservasi. J. Hutan Tropis. 4 (2) : 70 – 76.

Santoso, S. P., R. Agustrina, dan R. R. T. Marpaung. 2014. Pengaruh pemberian


pupuk kompos dan penyiraman terhadap kecepatan pertumbuhan kedelai. J.
Bioterdidik: Wahana Ekspresi Ilmiah. 2 (9) : 1 – 10.

Suhartono, S., D. N. Sholehah, dan R. S. Murdianto. 2020. Respon pertumbuhan


dan produksi andrographolida tanaman sambiloto (Andrographis paniculata
Nees) akibat perbedaan dosis pupuk guano. J. Rekayasa. 13 (2) : 164 – 171.

Suknia, S. L. dan T.P.D. Rahmani. 2020. Proses pembuatan tempe home industry
berbahan dasar kedelai (Glycine max (L.) Merr) dan kacang merah
(Phaseolus vulgaris L.) di Candiwesi, Salatiga. Journal of Southeast Asian
Islamic Education. 3 (1) : 59 – 76.

Tia, A. S. N., I. R. Moeljani, dan G. Guniarti. 2021 . Induksi mutasi radiasi sinar
gamma 60co terhadap pertumbuhan fisiologis tanaman cabai rawit (Capsicum
frutescens L) varietas prentul kediri. J. Ilmu Pertanian. 15 (2) : 52 – 58.

Wibawa, I. P. A. H. dan I. N. Lugrayasa. 2020. Pengaruh jenis pupuk cair dan cara
perlakuan terhadap pertumbuhan stek daun Begonia glabra. J. Agricultural. 3
(2) : 194 – 201.
Lampiran
Lampiran 1. Tabulasi Data Tinggi Tanaman Kedelai

Tinggi Tanaman (cm)


Hari Ke- Rata-rata
1 2 3 4 5
1 0 0 0 0 0 0
2 1 2 1 1 1 1,2
3 3 4 5 3 4 3,8
4 7 6 9 7 8 7,4
5 10 9 11 10 10,5 10,1
6 11 13 13,5 12,5 12 12,4
7 14 14 14 14 13 13,8
8 17 18 18 19 16 17,6
9 18,5 19 18 19,5 17 18,4
10 22 23,5 21 25 20,5 22,4
11 25 24 24 27 24,5 24,9
12 27 27 26 28 25 26,6
13 27 29 28,5 29 27 28,1
14 27,5 30 29,5 30 27,5 28,9
15 28 30,2 29,5 30,5 28 29,24
16 28,5 30,5 29,7 31 29 29,74
17 29 31 29,9 32 29,2 30,22
18 29,3 33,1 30,2 32,5 29,5 30,92
19 29,5 33,3 30,7 33 30 31,3
20 29,5 33,5 32 33 30 31,6
21 30 34 33 34 31 32,4
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Kecepatan Pertumbuhan

Umur tanaman Berat basah Kecepatan pertumbuhan


Tanaman
(hari) (g) (g/hari)
1 21 4,648 0,221
2 21 9,577 0,456
3 21 7,390 0,352
4 21 6,675 0,318
5 21 6,419 0,306
Rata – rata 6,419 0,3306

Perhitungan :

Berat basah tanaman (g)


Kecepatan pertumbuhan (g/hari) =
Umur Tanaman (hari)
4,648 g
Tanaman 1 = 21 = 0,221 (g/hari)

9,577 g
Tanaman 2 = = 0,456 (g/hari)
21
7,390 g
Tanaman 3 = = 0,352 (g/hari)
21
6,673 g
Tanaman 4 = = 0,318 (g/hari)
21
6,419 g
Tanaman 5 = = 0,306 (g/hari)
21
Lampiran 3. Dokumentasi Praktikum

Media tanam Polibag ukuran 15 x 20 Gunting

Pensil Penggaris Timbangan analitik

Benih kedelai Proses pemasukan media


Proses penanaman
tanam

Pengukuran tinggi Pengukuran tinggi Penjarangan tanamaan


tanaman kedelai tanaman kedelai pada umur 14 HST
Pengambilan tanaman Pemisahan tajuk dengan Penimbangan berat tajuk
pada umur 21 HST akar tanaman basah tanaman

Pengamatan hari ke-1 Pengamatan hari ke-2 Pengamatan hari ke-3

Pengamatan hari ke-4 Pengamatan hari ke-5 Pengamatan hari ke-6

Pengamatan hari ke-7 Pengamatan hari ke-8 Pengamatan hari ke-9


Pengamatan hari ke-10 Pengamatan hari ke-11 Pengamatan hari ke-12

Pengamatan hari ke-13 Pengamatan hari ke-14 Pengamatan hari ke-15

Pengamatan hari ke-16 Pengamatan hari ke-17 Pengamatan hari ke-18

Pengamatan hari ke-19 Pengamatan hari ke-20 Pengamatan hari ke-21

Anda mungkin juga menyukai