Anda di halaman 1dari 21

MAIN NURSERY

JURNAL

OLEH :
ALGHI FAHRY LESMANA
210301059
AGROTEKNOLOGI 1

LABORATORIUM TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
MAIN NURSERY

JURNAL

OLEH :
ALGHI FAHRY LESMANA
210301059
AGROTEKNOLOGI 1

Jurnal sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di


Laboratorium Tanaman Perkebunan Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Diperiksa Oleh Diperiksa Oleh


Asisten Korektor Asisten Korektor

(Dandy Yudha Putra) (Aulia Istiqomah)


NIM. 180301168 NIM. 180301063

LABORATORIUM TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan jurnal ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul dari laporan ini adalah “Main Nursery” yang merupakan
salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Tanaman
Perkebunan Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
Penulis berterimakasihkepada ibu Dr. Ir. Charloq M.P. selakudosenmatakuliah
Tanaman Perkebunan dan kakak abang asisten laboratorium yang telah membantu
dalam menyelesaikan jurnal ini.
Penulis menyadari bahwa jurnal ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat diharapkan demi
perbaikan penulis mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 06 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
Latar Belakang......................................................................................................1
Tujuan Praktikum .................................................................................................3
Kegunaan Penulisan .............................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................4

BAHAN DAN METODE .......................................................................................8


Tempat dan Waktu ...............................................................................................8
Alat dan Bahan .....................................................................................................8
Metode Praktikum ................................................................................................8
HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................9
Hasil......................................................................................................................9
Pembahasan ........................................................................................................11
KESIMPULAN.....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi
karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Bagi Indonesia,
kelapa sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja
bagi masyarakat dan sebagai sumber perolehan devisa negara. Sampai saat ini
indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit dunia selain
Malaysia dan Nigeria (Fauzi et al, 2012).

Perkebunan kelapa sawit berdasarkan status pengusahaan terdiri dari


perkebunan besar negara, perkebunan besar swasta, dan perkebunan rakyat. Pada
tahun 2017, Indonesia memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit sebesar 12
juta hektar yang terdiri dari perkebunan besar negara sebesar 752 ribu hektar,
perkebunan besar swasta sebesar 6.7 juta hektar, dan perkebunan rakyat sebesar
4.7 juta hektar. Perkebunan rakyat merupakan salah satu pengusahaan perkebunan
yang memiliki luas areal dan produksi kelapa sawit terbesar kedua di Indonesia,
sehingga perkebunan rakyat berpengaruh besar pada produksi kelapa sawit
Indonesia (Ditjenbun 2018).

Pentingnya pemeliharaan kelapa sawit untuk menghasilkan produksi yang


bagus dan pertama kali yang perlu diperhatikan adalah kualitas bibit kelapa sawit
yang digunakan. Keberhasilan pembibitan tidak ditentukan oleh banyaknya jumlah
bibit yang dapat ditanam di lapangan, tetapi dari kualitas yang dihasilkan.
Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun
sebelum penanaman di lapangan dan merupakan faktor utama yang paling
menentukan produksi per hektar tanaman. Pengelolaan bibit yang dapat
menciptakan kualitas bibit yang baik menghasilkan pertumbuhan tanaman dan buah
yang baik pula (Pamungkas, 2019).

Faktor utama yang mempengaruhi produktivitas tanaman di perkebunan


kelapa sawit yaitu penggunaan bibit yang berkualitas. Bibit merupakan produk
dari suatu proses penggandaan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap

1
pencapaian produksi dan kesinambungan usaha perkebunan. Untuk menunjang
pertumbuhan bibit selain medium tanam dilakukan juga pemupukan. Upaya upaya
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemupukan perlu terus dilakukan
agar produktivitas tanaman dapat ditingkatkan (Afrizon, 2017).

Dalam budidaya kelapa sawit, bibit memegang peranan penting dalam


menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bibit yang digunakan berasal dari
jenis yang jelas dan unggul, memiliki pertumbuhan yang baik dan bebas dari
serangan hama penyakit. Bibit kelapa sawit harus memiliki pertumbuhan normal:
bibit abnormal harus diafkir, serta tidak menunjukkan gejala terserang hama
penyakit. Untuk memperoleh bibit yang memenuhi kriteria tersebut perlu dilakukan
penanaman, pemeliharaan dan seleksi bibit secara benar (Asra et al, 2015)

Pada umumnya pembibitan kelapa sawit yang dilakukan oleh perkebunan


memakai sistem double stage (dua tahap) yaitu pre nursery (3 bulan di polybag
kecil) dan main nursery (8-9 bulan di polybag besar). Pembibitan dua tahap
(double stage) lebih banyak digunakan dan memiliki keuntungan yang lebih
besar dibandingkan dengan pembibitan satu tahap. Jika menggunakan
pembibitan dua tahap, luasan pembibitan menjadi lebih kecil dan
memungkinkan untuk dibuat naungan. Keuntungan lainnya, penyiraman
menjadi mudah, jadwal pemupukan menjadi mudah, dan bibit terhindar dari
penyinaran matahari secara langsung sehingga risiko kematian tanaman menjadi
kecil. Sedangkan pembibitan satu tahap (langsung menggunakan polibag besar),
luas areal yang dibutuhkan cukup besar dan penggunaan naungan tidak efektif.
Selain itu, proses penyiraman dan pengawasan menjadi lebih sulit karena tidak
semua tanaman dapat dipantau (Kartiko et al, 2021).

Tahap pre nursery diawali dengan persiapan media tanam, penanganan


kecambah, pelaksanaan persemaian, program pemupukan, penyiraman dan
pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, dan seleksi bibit.
Sedangkan tahap main nursery diawali dengan persiapan areal, persiapan media
tanam, teknis pengisian dan pengaturan polybag, program pemupukan,
penyiraman dan pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, dan

2
seleksi bibit. Tahapan ini harus dilakukan secara tepat dan benar agar tanaman
kelapa sawit siap ditanam di lapangan dan menghasilkan mutu serta produksi
yang diinginkan oleh perusahaan. Sebelum pemindahan pre nursery ke main
nursery dilakukan terlebih dahulu seleksi bibit dimana bibit yang telah
dikecambahkan pada pre nursery di seleksi sebanyak 2 kali (Rizki, 2019).

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemeliharaan terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)
dimain nursery.

Kegunaan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi
komponen penilaian dari praktikum Tanaman Perkebunan Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sumber
informasi bagi pihak yang membutuhkan.

3
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem pembibitan main nursery dilakukan pada media polybag. Polybag


yang berisi media tanam harus tetap terjaga kelembabannya agar perkecambahan
bibit sawit yang diperoleh berhasil dengan baik. Secara normal, biji kelapa sawit
tidak dapat berkecambah dengan cepat, karena adanya sifat dormansi. Jika benih
langsung ditanam pada tanah atau pasir maka presentase daya kecambahnya
setelah 3-6 bulan hanya 80% (Sianturi, 2014).

Main-Nursery atau pembibitan utama merupakan penempatan bibit yang


sudah lepas dari kecambah, dan siap untuk ditanam. Pemindahan dari pre menuju
main nursery dilakukan pada bibit yang berumur 3-4 bulan atau 4-5 helai daun,
bertujuan agar bibit tidak mengalami shock pada saat transplanting pembibitan
utama. Bibit ini harus sudah siap ditempatkan pada lokasi-lokasi yang strategis,
seperti halnya harus bebas genangan atau banjir dan dekat dengan sumber air untuk
penyiraman. Debit dan mutu air yang tersedia harus baik (Socfindo, 2013).

Pemindahan bibit dilakukan pada saat memiliki daun 3-4 helai dan berumur
3 bulan. Sehari sebelum dipindahkan ke tanah pada polybag main nursery, harus
disiram sampai jenuh. Tanah dalam perakaran harus lembab dan tidak terganggu
selama pemindahan. Pembibitan utama (main nursery) memerlukan lahan yang luas
karena bibit ditanam dengan jarak tanam yang lebih lebar. Lokasi pembibitan harus
tersedia sumber air untuk mencukupi kebutuhan pembibitan. Areal pembibitan
harus terbuka, bebas dari gulma, dan terhindar dari gangguan hewan liar. Jarak
tanam optimal pembibitan main nursery adalah 90x90x90 cm atau 1 Ha berisi
sebanyak 12.000 bibit (Adnan et al; 2015).

Persiapan lahan di pembibitan utama dilakukan dengan membersihkan


area pembibitan dari gulma (semak), lalu dilakukan pemancangan jarak tanam.
Jarak tanam berbentuk segitiga sama sisi dengan ukuran 90cm × 90cm x 90cm.
Pengisian polybag dilakukan setelah pemancangan selesai. Tanah yang akan diisi
ke dalam polybag 40cm × 50cm harus diayak terlebih dahulu. Polybag yang berisi
tanah disusun sesuai dengan pancang yang telah dibuat (Pahan 2012).
4
Media tanah yang digunakan yakni tanah lapisan atas (top soil), gembur,
subur dan bebas dari ganoderma. Tanah yang terbebas dari ganoderma diambil
lalu diayak dengan menggunakan ayakan yang berukuran 2 cm. Selain itu, media
tanam yang digunakan yakni solid. Solid adalah limbah dari proses olah pabrik
yang berbentuk lumpur berwarna kelabu yang biasanya berbau wangi saat belum
mengalami proses dekomposisi. Solid yang digunakan merupakan solid yang telah
mengalami dekomposisi kurang lebih selama 1 bulan dengan ciri-ciri tekstur solid
seperti tanah berwarna hitam (Setyohadi, 2016).

Kegiatan seleksi bibit dilakukan setiap 4 baris bibit kelapa sawit. Kemudian
setelah memasuki baris bibit akan dilakukan identifikasi bibit, apbila ditemukan
bibit abnormal maka bibit akan dirobohkan kemudian polibag bibit abnormal akan
diberikan tanda brupa kode lapang dari masing-masing kriteria bibit abnormal.
Seleksi bibit main nursery dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu saat bibit berumur
6bulan, 9 bulan dan saat akan ditanam di lapangan (Sukaryorini,2013).

Seleksi bibit adalah suatu kegiatan memilih bibit yang baik dan membuang
bibit yang abnormal. Seleksi bibit harus dilakukan dengan cermat untuk
memastikan bahwa bibit yang akan dipindahkan ke main nursery adalah bibit yang
baik, sehat dan tidak terkontaminasi dengan penyakit. Seleksi di main nursery
dilakukan pada umur 6, 9, dan 12 bulan. Pada seleksi ini dapat ditemui bibit
abnormal, seperti kerdil yang pertumbuhan vegetatifnya jauh lebih kecil
dibandingkan dengan bibit sehat umumnya. Selain itu ada juga bibit Irect, faktor
genetis dimana daunnya tumbuh dengan sudut yang sangat sempit/tajam terhadap
sumbu vertical sehingga tampak seperti tumbuh tegak (Sari, 2021).

Ciri bibit abnormal di main nursery adalah kerdil (Runt/Stunted) yaitu


bibit yang pertumbuhan vegetatifnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan bibit
sehat seumurnya; bibit erect akibat faktor genetik, daun tumbuh dengan sudut
yang sangat sempit/ tajam terhadap sumbu vertikal sehingga terlihat tumbuh
tegak, biasanya anak daun tumbuh dengan sudut yang sangat sempit terhadap
tulang daun (rachis) dan terlihat sangat kaku; bibit flat top akibat faktor genetik

5
daun yang baru tumbuh dengan ukuran yang makin pendek dari daun yang lebih
tua, sehingga tajuk bibit terlihat rata; wide internode yaitu jarak antara anak daun
pada rachis terlihat sangat lebar, bibit terlihat sangat terbuka dan lebih tinggi dari
normal; dan anak daun tidak pecah (Juvenile) yaitu helai anak daun tetap bersatu
seluruhnya atau tidak pecah (PPKS, 2016).

Penyakit bercak daun menyerang daun pupus yang belum membuka atau
daun dua muda yang sudah membuka. Gejala awal adalah timbul bintik bulat kecil
berwarna kuning pada tepi daun dan tembus cahaya yang dapat dilihat dikedua
permukaan daun, bercak membesar, bentuknya bulat, warnanya lambat laun
berubah menjadi coklat muda dan pusat bercak mengendap (melekuk). Setelah itu,
warna bercak berubah menjadi coklat tua dan dikelilingi oleh holo jingga
kekuningan. Penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur patogenik dari genera
Culvularia sp. dapat lebih dikenal sebagai hawar daun culvularia. Penyebaran
dapat melalui tanah, terbawa hembusan angin, percikan air hujan, dan
kemungkinan infeksi dari serangga (Lalang, 2016).

Tinggi tanaman merupakan karakter penting dalam pertumbuhan tanaman,


begitupun halnya pada bibit kelapa sawit. Karakter ini menjadi acuan dalam
penentuan waktu yang tepat untuk pindah tanam lapangan dan apabila tidak tercapai
tinggi tanaman berdasarkan umur tanaman tertentu, bibit kelapa sawit dapat
dikategorikan sebagai bibit abnormal. Pengukuran tinggi kelapa sawit dapat
dilakukan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi kelapa sawit dilakukan pada
tahap pembibitan dan tingginya diukur dari permukaan tanah sampai ke ujung daun
tertinggi. Sedangkan pada tahap TBM diukur dari permukaan tanah sampai ke duri
pada pelepah ke-9 (Ariyanti et al; 2018).

Dalam pengukuran diameter batang dilakukan sesuai dengan umur tanaman


yang akan di amati. Jika tanaman yang akan di ukur berumur dua dan empat
tahun maka pengukuran diameternya dilakukan di bekas pemangkasan pelepah
daun yang kelima. Sedangkan untuk tanaman yang berumur 6,8 dan 10
pengukurannya dilakukan dengan tiga tahap yakni batang bawah, batang tengah
dan batang atas (lima daun dari atas) kemudian hasilnya akan di rata-ratakan.
Diameter batang diukur menggunakan jangka sorong dengan satuan milimeter
6
(mm) dengan cara mengukur 1 cm dari atas permukaan tanah. Ukuran diameter
batang kelapa sawit dan umur tanaman mempengaruhi beberapa aspek
produktivitas tanaman kelapa sawit itu sendiri seperti berpengaruh pada banyak
janjang, jumlah panen perminggu, umur tanaman berbuah untuk pertama kali,
berat janjang, dan jumlah pelepah perpohon (Yudistina et al, 2017).

7
BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan di Jalan Kenanga Sari No.14, Kel. Tanjung
Sari, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara yang
dilaksanakan secara virtual menggunakan media Google Meet pada hari Selasa, 04
Oktober 2022 pada pukul 09.50 WIB sampai dengan selesai dengan ketinggian 30
M (dpl).

Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah polibag ukuran 10
kg untuk media tanamnya, jangka sorong untuk mengukur diameter batang,
penggaris plastik atau meteran kain untuk mengukur tinggi tanaman, buku untuk
mencatat data, stik es krim, HP untuk memfoto tanaman dan handsprayer untuk
penyemprotan insectisida & fungisida.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bibit kelapa
sawit sebagai bahan utama praktikum, air untuk menyiram tanaman, fungisida
antracol b.a. (a.i) atau dithane M-45 b.a. (a.i) untuk membunuh atau menghambat
cendawan penyebab penyakit tanaman, tanah topsoil yang sudah dibersihkan
sebagai media tanam dan pupuk NPKMg untuk membantu pertumbuhan tanaman.

Metode Praktikum
Adapun metode yang dilakukan pada praktikum ini adalah :
1. Dilakukan metode penelitian secara virtual yaitu dengan mengumpulkan data
dan gambar dari internet.
2. Dibuat penjelasan dalam bentuk jurnal

8
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Hasil Keterangan Gambar
Bibit Main Bibit ditanam dari mulai
Nursery Pre Nursery (3 bulan)
sampai 8-9 bulan di
polybag besar

Pindah Pemindahan bibit


Tanam Main dilakukan pada saat
nursery memiliki daun 3-4 helai
dan berumur 3 bulan

Kerdil Pertumbuhan
(runt/stunted) vegetatifnya jauh lebih
kecil dibandingkan
dengan bibit sehat
umumnya

Bibit Juvenile Bibit Juvenile, helai


anak daun tetap bersatu
seluruhnya atau tidak
pecah.

9
Bercak Penyakit ini menyerang
Daun daun pupus yang belum
membuka atau daun
duamuda yang sudah
membuka.

Wide Jarak antara anak daun


internode pada rakhis terlihat
sangat lebar, bibit terlihat
sangat terbuka.

Pengukuran Pengukuran tinggi kelapa


tinggi kelapa sawit dilakukan pada
sawit tahap pembibitan dan
tingginya diukur dari
permukaan tanah sampai
ke ujung daun tertinggi

Pengukuran Diameter batang diukur


diameter menggunakan jangka
batang kelapa sorong dengan satuan
sawit milimeter (mm) dengan
cara mengukur 1 cm dari
atas permukaan tanah.

10
Pembahasan

Sistem pembibitan main nursery dilakukan pada media polybag. Hal ini
sesuai dengan literatur Sianturi (2014) yang menyatakan bahwa polybag yang
berisi media tanam harus tetap terjaga kelembabannya agar perkecambahan bibit
sawit yang diperoleh berhasil dengan baik. Secara normal, biji kelapa sawit tidak
dapat berkecambah dengan cepat, karena adanya sifat dormansi. Jika benih
langsung ditanam pada tanah atau pasir maka presentase daya kecambahnya
setelah 3-6 bulan hanya 80%.

Sebagai langkah awal dalam pindah tanam, perlu disiapkan media tanam
yang sesuai mengingat proses transplanting menjadi suatu cekaman bagi
tanaman. Media tanam yang digunakan sebaiknya adalah tanah yang berkualitas
baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) yang umumnya diambil pada
ketebalan 10−20 cm. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik,
gembur, dan bebas kontaminasi. Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur,
dapat dicampur pasir dengan perbandingan pasir : tanah, 1 : 3 (kadar pasir tidak
melebihi 60%). Hal ini sesuai dengan literatur Lavienda dkk., (2017) yang
menyatakan bahwa media tanam pembibitan harus memiliki sifat fisika dan sifat
kimia yang baik. Namun, dalam literaturnya Nasution dkk., (2014) menyatakan
bahwa top soil semakin sulit didapatkan sehingga perlu alternatif media tanam
lain sebagai pengganti top soil. Penggunaan media tanam dari limbah tandan
kosong kelapa sawit (TKKS) dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa
sawit disebabkan pengaruh kandungan unsur hara dari TKKS.

Pada pembibitan utama menggunakan polybag besar dengan ukuran 40


cm x 50 cm dan tebal 0.02 cm. Sebelum dimasukkan ke dalam polybag,
campuran tanah dan pasir harus diayak terlebih dahulu. Proses pengayakan
bertujuan membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil, dan
material lainnya. Hal ini sesuai dengan literatur Pahan (2012) yang menyatakan
bahwa Pengisian polybag dilakukan setelah pemancangan selesai. Tanah yang
akan diisi ke dalam polybag 40cm × 50cm harus diayak terlebih dahulu. Polybag
yang berisi tanah disusun sesuai dengan pancang yang telah dibuat.

11
Seleksi bibit adalah suatu kegiatan memilih bibit yang baik dan membuang
bibit yang abnormal. Hal ini berdasarkan literatur Sari (2021) yang menyatakan
bahwa seleksi bibit harus dilakukan dengan cermat untuk memastikan bahwa
bibit yang akan dipindahkan ke main nursery adalah bibit yang baik, sehat dan
tidak terkontaminasi dengan penyakit. Seleksi di main nursery dilakukan pada
umur 6, 9, dan 12 bulan. Pada seleksi ini dapat ditemui bibit abnormal, seperti
kerdil yang pertumbuhan vegetatifnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan
bibit sehat umumnya. Selain itu ada juga bibit Irect, faktor genetis dimana
daunnya tumbuh dengan sudut yang sangat sempit/tajam terhadap sumbu vertical
sehingga tampak seperti tumbuh tegak.

Penyakit yang paling sering menyerang tanaman kelapa sawit adalah


penyakit bercak. Hal ini sesuai dengan literatur Lalang (2016) yang menyatakan
bahwa penyakit bercak daun menyerang daun pupus yang belum membuka atau
daun dua muda yang sudah membuka. Gejala awal adalah timbul bintik bulat kecil
berwarna kuning pada tepi daun dan tembus cahaya yang dapat dilihat dikedua
permukaan daun, bercak membesar, bentuknya bulat, warnanya lambat laun
berubah menjadi coklat muda dan pusat bercak mengendap (melekuk). Setelah itu,
warna bercak berubah menjadi coklat tua dan dikelilingi oleh holo jingga
kekuningan. Penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur patogenik dari genera
Culvularia sp. dapat lebih dikenal sebagai hawar daun culvularia. Penyebaran
dapat melalui tanah, terbawa hembusan angin, percikan air hujan, dan
kemungkinan infeksi dari serangga.

Salah satu penyebab bibit abnormal adalah kesalahan menanam pada saat
pindah tanam dari pembibitan awal ke pembibitan utama. Bila bibit ditanam
terlalu dangkal maka pertumbuhan tanaman akan menggantung dan mudah
rebah. Menurut PPKS (2016) yang menyatakan bahwa ciri-ciri bibit abnormal di
main nursery adalah kerdil (Runt/Stunted) yaitu bibit yang pertumbuhan
vegetatifnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan bibit sehat seumurnya; bibit
erect akibat faktor genetik, daun tumbuh dengan sudut yang sangat sempit/ tajam
terhadap sumbu vertikal sehingga terlihat tumbuh tegak, biasanya anak daun
tumbuh dengan sudut yang sangat sempit terhadap tulang daun (rachis) dan
terlihat sangat kaku; bibit flat top akibat faktor genetik daun yang baru tumbuh

12
dengan ukuran yang makin pendek dari daun yang lebih tua, sehingga tajuk bibit
terlihat rata; wide internode yaitu jarak antara anak daun pada rachis terlihat
sangat lebar, bibit terlihat sangat terbuka dan lebih tinggi dari normal; dan anak
daun tidak pecah (Juvenile) yaitu helai anak daun tetap bersatu seluruhnya atau
tidak pecah.

Tinggi tanaman merupakan karakter penting dalam pertumbuhan


tanaman, begitu pun halnya dengan tanaman kelapa sawit. Hal ini berdasarkan
literatur Ariyanti et al, (2018) yang menyatakan bahwa karakter ini menjadi
acuan dalam penentuan waktu yang tepat untuk pindah tanam lapangan dan
apabila tidak tercapai tinggi tanaman berdasarkan umur tanaman tertentu, bibit
kelapa sawit dapat dikategorikan sebagai bibit abnormal. Pengukuran tinggi
kelapa sawit dapat dilakukan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi kelapa
sawit dilakukan pada tahap pembibitan dan tingginya diukur dari permukaan
tanah sampai ke ujung daun tertinggi. Sedangkan pada tahap TBM diukur dari
permukaan tanah sampai ke duripada pelepah ke-9.

Dalam pengukuran diameter batang dilakukan sesuai dengan umur


tanaman yang akan di amati. Hal ini berdasarkan literatur Yudistina et al,
(2017) yang menyatakan bahwa jika tanaman yang akan di ukur berumur dua
dan empat tahun maka pengukuran diameternya dilakukan di bekas pemangkasan
pelepah daun yang kelima. Sedangkan untuk tanaman yang berumur 6,8 dan 10
pengukurannya dilakukan dengan tiga tahap yakni batang bawah, batang tengah
dan batang atas (lima daun dari atas) kemudian hasilnya akan di rata-ratakan.
Diameter batang diukur menggunakan jangka sorong dengan satuan milimeter
(mm) dengan cara mengukur 1 cm dari atas permukaan tanah. Ukuran diameter
batang kelapa sawit dan umur tanaman mempengaruhi beberapa aspek
produktivitas tanaman kelapa sawit itu sendiri seperti berpengaruh pada banyak
janjang, jumlah panen perminggu, umur tanaman berbuah untuk pertama kali,
berat janjang, dan jumlah pelepah perpohon. menyatakan bahwa jika tanaman
yang akan di ukur berumur dua dan empat tahun maka pengukuran diameternya
dilakukan di bekas pemangkasan pelepah daun yang kelima. Sedangkan untuk
tanaman yang berumur 6,8 dan 10 pengukurannya dilakukan dengan tiga tahap
yakni batang bawah, batang tengah dan batang atas (lima daun dari atas)

13
kemudian hasilnya akan di rata-ratakan. Diameter batang diukur menggunakan
jangka sorong dengan satuan milimeter (mm) dengan cara mengukur 1 cm dari
atas permukaan tanah. Ukuran diameter batang kelapa sawit dan umur tanaman
mempengaruhi beberapa aspek produktivitas tanaman kelapa sawit itu sendiri
seperti berpengaruh pada banyak janjang, jumlah panen perminggu, umur
tanaman berbuah untuk pertama kali, berat janjang, dan jumlah pelepah
perpohon.

14
KESIMPULAN
1. Pemindahan bibit dilakukan pada saat memiliki daun 2-3 helai dan berumur 3
bulan dengan jarak tanam pembibitan main nursery adalah 90x90x90 cm atau
1 Ha berisi sebanyak 12.000 bibit.

2. Pembibitan Utama (Main Nursery) merupakan penempatan bibit yang sudah


lepas dari kecambah, dan siap untuk ditanam.
3. Sistem pembibitan main nursery dilakukan pada media polybag.
4. Pada main nursery dibutuhkan lahan yang luas untuk penanaman kelapa
sawit.
5. Media tanam yang digunakan pada main nursery yaitu tanah yang dicampur
dengan solid.
6. Pada tahapan main nursery dilakukan dengan 4 tahapan yaitu pada umur 4
bulan, umur 6 bulan, umur 8 bulan dan saat mau ditanam.
7. Seleksi bibit adalah suatu kegiatan memilih bibit yang baik dan membuang
bibit yang abnormal dan seleksi di main nursery dilakukan pada umur 6, 9, dan
12 bulan.
8. Adapun ciri-ciri yang ditemukan dalam bibit abnormal yaitu stunded, flat top,
juvenile, erect leaf, crinkled leaf, limp,narrow leaf, wide internode, short
internode, chimaera, blast, barent, crown diseases dan bibit terserang hama
penyakit.
9. Pengukuran tinggi kelapa sawit dilakukan pada tahap pembibitan dan tingginya
diukur dari permukaan tanah sampai ke ujung daun tertinggi.
10. Diameter batang diukur menggunakan jangka sorong dengan satuan milimeter
(mm) dengan cara mengukur 1 cm dari atas permukaan tanah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, I., Utoyo, B., & Kusumastuti, A. (2015). Pengaruh Pupuk NPK dan Pupuk
Organik terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.)di Main Nursery. Jurnal Agro Industri Perkebunan, Volume 3 No. 2,
69-81.

Afrizon, A. 2017) Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)


Dengan Pemberian Pupuk Organik dan Anorganik. AGRITEPA: Jurnal
Ilmu dan Teknologi Pertanian. Vol. 4 No. 1 Hal. 95-105.

Ariyanti, M., Maxiselly, Y., Rosniawaty, S., & Nilmawati, B. (2018). Pertumbuhan
Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan Aplikasi Urin Ternak
Sebagai Pupuk Organik. Jurnal Agrosintesa, 61-70.

Asra, G., Simanungkalit, T., & Rahmawati, N. (2015). Respons Pemberian Kompos
Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Zeolit Terhadap Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit di Pre Nursery. Jurnal Online Agroteknologi, 416-426.

Ditjen Perkebunan. 2019. Statistik perkebunan Indonesia 2018-2020. Buku


Statistik Perkebunan Indonesia.

Fauzi,S., Fahmi,I,.Z. 2012. Media Tanam Sebagai Faktor Eksternal Yang


Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman. Perkebunan
Surabaya.Surabaya.

Kartiko, H., Susilastuti, D., & Husni, M. (2021). Pengaruh Dosis Pupuk Organik
Cair Kulit Nanas Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Pre Nursery. Agroscience.
Lalang, E. Syahfari, H. Dan Jannah, N. 2016. Inventarisasi Penyakit Bercak Daun
(Curvularia sp.)Di Pembibitan Kelapa Sawit PT Ketapang Hijau Lestari–2
Kampung Abit Kecamatan Mook Manaar Bulati Kabupaten Kutai Barat.
Jurnal Agrifor Vol XV (1).
Pahan I. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu ke
Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pamungkas, S. S., & Pamungkas, E. (2019). Pemanfaatan Limbah Kotoran


Kambing Sebagai Tambahan Pupuk Organik pada Pertumbuhan Bibit

16
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery. Mediagro, VOL. 15.
NO. 1, 66-76.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). 2016. Standar Operasional Prosedur
(SOP): Manajemen Pembibitan.

Rizki, M. (2019). Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guinensiss


Jacq.) pada Tanaman Pre Nursery dan Main Nursery di PT. Socfindo Kebun
Mata Pao. Universitas Andalas.

Sari, G. L. (2021). Identifikasi Buah Abnormal Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis


guineensis Jacq.) Klon Hasil Kultur Jaringan dan Varietas DxP Sungai
Pancur. Universitas Andalas.

Sepindjung, B., Hanan, R., & Andrian, F. (2016). Respon Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq ) Pada Berbagai Perbandingan Media
Tanam di Pre Nursery. Jurnal Tri Agro.
Setyohadi. 2016. Kelapa Sawit Teknik Budidaya, Panen, dan Pengolahan. Kanisius,
Yogyakarta.

Socfindo.2013. Kelapa Sawit Teknik Budidaya.Yogyakarta.

Sukaryorini.2013. Budidaya Kelapa Sawit.Pustaka Media.Jakarta.

Yudistina, V., Santoso, M., & Aini, N. (2017). Hubungan antara Diameter Batang
dengan Umur Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kelapa
Sawi. Buana Sains, 43-48.

17

Anda mungkin juga menyukai