JURNAL
OLEH :
ALGHI FAHRY LESMANA
210301059
AGROTEKNOLOGI 1
JURNAL
OLEH :
ALGHI FAHRY LESMANA
210301059
AGROTEKNOLOGI 1
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi
karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Bagi Indonesia,
kelapa sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja
bagi masyarakat dan sebagai sumber perolehan devisa negara. Sampai saat ini
indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit dunia selain
Malaysia dan Nigeria (Fauzi et al, 2012).
1
pencapaian produksi dan kesinambungan usaha perkebunan. Untuk menunjang
pertumbuhan bibit selain medium tanam dilakukan juga pemupukan. Upaya upaya
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemupukan perlu terus dilakukan
agar produktivitas tanaman dapat ditingkatkan (Afrizon, 2017).
2
seleksi bibit. Tahapan ini harus dilakukan secara tepat dan benar agar tanaman
kelapa sawit siap ditanam di lapangan dan menghasilkan mutu serta produksi
yang diinginkan oleh perusahaan. Sebelum pemindahan pre nursery ke main
nursery dilakukan terlebih dahulu seleksi bibit dimana bibit yang telah
dikecambahkan pada pre nursery di seleksi sebanyak 2 kali (Rizki, 2019).
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemeliharaan terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)
dimain nursery.
Kegunaan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi
komponen penilaian dari praktikum Tanaman Perkebunan Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sumber
informasi bagi pihak yang membutuhkan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Pemindahan bibit dilakukan pada saat memiliki daun 3-4 helai dan berumur
3 bulan. Sehari sebelum dipindahkan ke tanah pada polybag main nursery, harus
disiram sampai jenuh. Tanah dalam perakaran harus lembab dan tidak terganggu
selama pemindahan. Pembibitan utama (main nursery) memerlukan lahan yang luas
karena bibit ditanam dengan jarak tanam yang lebih lebar. Lokasi pembibitan harus
tersedia sumber air untuk mencukupi kebutuhan pembibitan. Areal pembibitan
harus terbuka, bebas dari gulma, dan terhindar dari gangguan hewan liar. Jarak
tanam optimal pembibitan main nursery adalah 90x90x90 cm atau 1 Ha berisi
sebanyak 12.000 bibit (Adnan et al; 2015).
Kegiatan seleksi bibit dilakukan setiap 4 baris bibit kelapa sawit. Kemudian
setelah memasuki baris bibit akan dilakukan identifikasi bibit, apbila ditemukan
bibit abnormal maka bibit akan dirobohkan kemudian polibag bibit abnormal akan
diberikan tanda brupa kode lapang dari masing-masing kriteria bibit abnormal.
Seleksi bibit main nursery dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu saat bibit berumur
6bulan, 9 bulan dan saat akan ditanam di lapangan (Sukaryorini,2013).
Seleksi bibit adalah suatu kegiatan memilih bibit yang baik dan membuang
bibit yang abnormal. Seleksi bibit harus dilakukan dengan cermat untuk
memastikan bahwa bibit yang akan dipindahkan ke main nursery adalah bibit yang
baik, sehat dan tidak terkontaminasi dengan penyakit. Seleksi di main nursery
dilakukan pada umur 6, 9, dan 12 bulan. Pada seleksi ini dapat ditemui bibit
abnormal, seperti kerdil yang pertumbuhan vegetatifnya jauh lebih kecil
dibandingkan dengan bibit sehat umumnya. Selain itu ada juga bibit Irect, faktor
genetis dimana daunnya tumbuh dengan sudut yang sangat sempit/tajam terhadap
sumbu vertical sehingga tampak seperti tumbuh tegak (Sari, 2021).
5
daun yang baru tumbuh dengan ukuran yang makin pendek dari daun yang lebih
tua, sehingga tajuk bibit terlihat rata; wide internode yaitu jarak antara anak daun
pada rachis terlihat sangat lebar, bibit terlihat sangat terbuka dan lebih tinggi dari
normal; dan anak daun tidak pecah (Juvenile) yaitu helai anak daun tetap bersatu
seluruhnya atau tidak pecah (PPKS, 2016).
Penyakit bercak daun menyerang daun pupus yang belum membuka atau
daun dua muda yang sudah membuka. Gejala awal adalah timbul bintik bulat kecil
berwarna kuning pada tepi daun dan tembus cahaya yang dapat dilihat dikedua
permukaan daun, bercak membesar, bentuknya bulat, warnanya lambat laun
berubah menjadi coklat muda dan pusat bercak mengendap (melekuk). Setelah itu,
warna bercak berubah menjadi coklat tua dan dikelilingi oleh holo jingga
kekuningan. Penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur patogenik dari genera
Culvularia sp. dapat lebih dikenal sebagai hawar daun culvularia. Penyebaran
dapat melalui tanah, terbawa hembusan angin, percikan air hujan, dan
kemungkinan infeksi dari serangga (Lalang, 2016).
7
BAHAN DAN METODE
Metode Praktikum
Adapun metode yang dilakukan pada praktikum ini adalah :
1. Dilakukan metode penelitian secara virtual yaitu dengan mengumpulkan data
dan gambar dari internet.
2. Dibuat penjelasan dalam bentuk jurnal
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil Keterangan Gambar
Bibit Main Bibit ditanam dari mulai
Nursery Pre Nursery (3 bulan)
sampai 8-9 bulan di
polybag besar
Kerdil Pertumbuhan
(runt/stunted) vegetatifnya jauh lebih
kecil dibandingkan
dengan bibit sehat
umumnya
9
Bercak Penyakit ini menyerang
Daun daun pupus yang belum
membuka atau daun
duamuda yang sudah
membuka.
10
Pembahasan
Sistem pembibitan main nursery dilakukan pada media polybag. Hal ini
sesuai dengan literatur Sianturi (2014) yang menyatakan bahwa polybag yang
berisi media tanam harus tetap terjaga kelembabannya agar perkecambahan bibit
sawit yang diperoleh berhasil dengan baik. Secara normal, biji kelapa sawit tidak
dapat berkecambah dengan cepat, karena adanya sifat dormansi. Jika benih
langsung ditanam pada tanah atau pasir maka presentase daya kecambahnya
setelah 3-6 bulan hanya 80%.
Sebagai langkah awal dalam pindah tanam, perlu disiapkan media tanam
yang sesuai mengingat proses transplanting menjadi suatu cekaman bagi
tanaman. Media tanam yang digunakan sebaiknya adalah tanah yang berkualitas
baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) yang umumnya diambil pada
ketebalan 10−20 cm. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik,
gembur, dan bebas kontaminasi. Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur,
dapat dicampur pasir dengan perbandingan pasir : tanah, 1 : 3 (kadar pasir tidak
melebihi 60%). Hal ini sesuai dengan literatur Lavienda dkk., (2017) yang
menyatakan bahwa media tanam pembibitan harus memiliki sifat fisika dan sifat
kimia yang baik. Namun, dalam literaturnya Nasution dkk., (2014) menyatakan
bahwa top soil semakin sulit didapatkan sehingga perlu alternatif media tanam
lain sebagai pengganti top soil. Penggunaan media tanam dari limbah tandan
kosong kelapa sawit (TKKS) dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa
sawit disebabkan pengaruh kandungan unsur hara dari TKKS.
11
Seleksi bibit adalah suatu kegiatan memilih bibit yang baik dan membuang
bibit yang abnormal. Hal ini berdasarkan literatur Sari (2021) yang menyatakan
bahwa seleksi bibit harus dilakukan dengan cermat untuk memastikan bahwa
bibit yang akan dipindahkan ke main nursery adalah bibit yang baik, sehat dan
tidak terkontaminasi dengan penyakit. Seleksi di main nursery dilakukan pada
umur 6, 9, dan 12 bulan. Pada seleksi ini dapat ditemui bibit abnormal, seperti
kerdil yang pertumbuhan vegetatifnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan
bibit sehat umumnya. Selain itu ada juga bibit Irect, faktor genetis dimana
daunnya tumbuh dengan sudut yang sangat sempit/tajam terhadap sumbu vertical
sehingga tampak seperti tumbuh tegak.
Salah satu penyebab bibit abnormal adalah kesalahan menanam pada saat
pindah tanam dari pembibitan awal ke pembibitan utama. Bila bibit ditanam
terlalu dangkal maka pertumbuhan tanaman akan menggantung dan mudah
rebah. Menurut PPKS (2016) yang menyatakan bahwa ciri-ciri bibit abnormal di
main nursery adalah kerdil (Runt/Stunted) yaitu bibit yang pertumbuhan
vegetatifnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan bibit sehat seumurnya; bibit
erect akibat faktor genetik, daun tumbuh dengan sudut yang sangat sempit/ tajam
terhadap sumbu vertikal sehingga terlihat tumbuh tegak, biasanya anak daun
tumbuh dengan sudut yang sangat sempit terhadap tulang daun (rachis) dan
terlihat sangat kaku; bibit flat top akibat faktor genetik daun yang baru tumbuh
12
dengan ukuran yang makin pendek dari daun yang lebih tua, sehingga tajuk bibit
terlihat rata; wide internode yaitu jarak antara anak daun pada rachis terlihat
sangat lebar, bibit terlihat sangat terbuka dan lebih tinggi dari normal; dan anak
daun tidak pecah (Juvenile) yaitu helai anak daun tetap bersatu seluruhnya atau
tidak pecah.
13
kemudian hasilnya akan di rata-ratakan. Diameter batang diukur menggunakan
jangka sorong dengan satuan milimeter (mm) dengan cara mengukur 1 cm dari
atas permukaan tanah. Ukuran diameter batang kelapa sawit dan umur tanaman
mempengaruhi beberapa aspek produktivitas tanaman kelapa sawit itu sendiri
seperti berpengaruh pada banyak janjang, jumlah panen perminggu, umur
tanaman berbuah untuk pertama kali, berat janjang, dan jumlah pelepah
perpohon.
14
KESIMPULAN
1. Pemindahan bibit dilakukan pada saat memiliki daun 2-3 helai dan berumur 3
bulan dengan jarak tanam pembibitan main nursery adalah 90x90x90 cm atau
1 Ha berisi sebanyak 12.000 bibit.
15
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, I., Utoyo, B., & Kusumastuti, A. (2015). Pengaruh Pupuk NPK dan Pupuk
Organik terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.)di Main Nursery. Jurnal Agro Industri Perkebunan, Volume 3 No. 2,
69-81.
Ariyanti, M., Maxiselly, Y., Rosniawaty, S., & Nilmawati, B. (2018). Pertumbuhan
Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan Aplikasi Urin Ternak
Sebagai Pupuk Organik. Jurnal Agrosintesa, 61-70.
Asra, G., Simanungkalit, T., & Rahmawati, N. (2015). Respons Pemberian Kompos
Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Zeolit Terhadap Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit di Pre Nursery. Jurnal Online Agroteknologi, 416-426.
Kartiko, H., Susilastuti, D., & Husni, M. (2021). Pengaruh Dosis Pupuk Organik
Cair Kulit Nanas Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Pre Nursery. Agroscience.
Lalang, E. Syahfari, H. Dan Jannah, N. 2016. Inventarisasi Penyakit Bercak Daun
(Curvularia sp.)Di Pembibitan Kelapa Sawit PT Ketapang Hijau Lestari–2
Kampung Abit Kecamatan Mook Manaar Bulati Kabupaten Kutai Barat.
Jurnal Agrifor Vol XV (1).
Pahan I. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu ke
Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.
16
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery. Mediagro, VOL. 15.
NO. 1, 66-76.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). 2016. Standar Operasional Prosedur
(SOP): Manajemen Pembibitan.
Sepindjung, B., Hanan, R., & Andrian, F. (2016). Respon Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq ) Pada Berbagai Perbandingan Media
Tanam di Pre Nursery. Jurnal Tri Agro.
Setyohadi. 2016. Kelapa Sawit Teknik Budidaya, Panen, dan Pengolahan. Kanisius,
Yogyakarta.
Yudistina, V., Santoso, M., & Aini, N. (2017). Hubungan antara Diameter Batang
dengan Umur Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kelapa
Sawi. Buana Sains, 43-48.
17