Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PLANT SURVEY BLOK AGROMEDICINE

PEKERJA LAPANGAN PABRIK SINGKONG

PT. TEDCO AGRI MAKMUR

Oleh

Cindy Aisyah Putri

1718011058

Pembimbing

Dr. dr. Khairun Nisa Berawi, S.Ked., M.Kes, AIFO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Kegiatan : LAPORAN PLANT SURVEY BLOK AGROMEDICINE

PEKERJA LAPANGAN PABRIK SINGKONG

PT. TEDCO AGRI MAKMUR

Penyusun : Cindy Aisyah Putri

NPM : 1718011058

Program Studi : Pendidikan Dokter

Bandar Lampung, 8 Mei 2020

Menyetujui Dosen Pembimbing

NIP. 197402262001121002 Dr. dr. Khairun Nisa Berawi, S.Ked., M.Kes, AIFO

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Plant Survey yang berjudul “LAPORAN PLANT
SURVEY BLOK AGROMEDICINE PEKERJA LAPANGAN PABRIK SINGKONG PT.
TEDCO AGRI MAKMUR” ini tepat pada waktunya.

Tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada blok agromedicine.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang identifikasi bahaya
pada pekerja di bidang pertanian bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, Dr. dr. Khairun Nisa Berawi, S.Ked.,
M.Kes, AIFO selaku dosen pembimbing, dan juga seluruh pihak yang turut mendukung
terselesaikannya makalah ini dengan baik.

Tentunya makalah ini tidak lepas dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat saya harapkan demi perbaikan makalah ini.

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... 3
DAFTAR ISI.................................................................................................... 4
DAFTAR TABEL............................................................................................ 5
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 6
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 6
1.2 Tujuan................................................................................................... 6
1.3 Manfaat ................................................................................................ 7
BAB II HASIL KEGIATAN............................................................................ 8
2.1 Gambaran Tempat Kerja Pekerjaan ..................................................... 8
2.2 Hasil Pengumpulan Data....................................................................... 9
BAB III PEMBAHASAN................................................................................. 20
4.1 Perbandingan Hasil Observasi dan Teori............................................. 20
4.2 Rekomendasi......................................................................................... 21
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 24
4.1 Kesimpulan........................................................................................... 24
4.2 Saran..................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 25
LAMPIRAN..................................................................................................... 28

4
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Identifikasi Bahaya Potensial ............................................................ 17


Tabel 2. Skala Probability................................................................................ 18
Tabel 3. Skala Seveity....................................................................................... 19
Tabel 4.Skala Risk Matriks............................................................................... 19
Tabel 5 Penilaian Hazard Rating..................................................................... 20

5
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan suatu kegiatan manusia yang termasuk didalamnya yaitu bercocok
tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan. Pengertian pertanian dalam arti sempit
hanya mencakup pertanian sebagai budidaya penghasil tanaman pangan. Namun lebih
luas lagi pertanian dapat didefinisikan tidak hanya mencakup pembudidayaan tanaman
saja melainkan membudidayakan serta mengelola dibidang perternakan seperti merawat
dan membudidayakan hewan ternak yang bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan
masyarakat banyak seperti: ayam, bebek, angsa serta pemanfaatan hewan yang dapat
membantu tugas para petani kegiatan ini merupakan suatu cakupan dalam bidang
pertanian ( Tampun JS, 2015).

Indonesia merupakan salah satu negara agraris dimana kondisi tanah serta iklimnya
sangat mendukung sektor pertanian. Sebanyak 31,86% persen penduduk kerja Indonesia
bekerja di sektor pertanian ( badan Pusat Statistik (BPS), 2020). Sektor pertanian terbagi
di beberapa subsektor diantaranya pertanian itu sendiri, perkebunan, kehutanan,
peternakan, dan perikanan. Salah satu subsektor pertanian yang memegang peranan
penting untuk meningkatkan Produk Domestik Lokal (PDB) adalah perkebunan. Salah
satu hasil perkebunan yang dihasilkan di Indonesia adalah singkong ( Melaty A, 2017).

Singkong adalah tanaman rakyat yang telah dikenal di seluruh pelosok Indonesia. Saat
ini produksi singkong di Indonesia telah mencapai kurang lebih 20 juta ton per tahun.
Selain itu, Indonesia menduduki lima besar negara pengekspor singkong dunia dengan
volume ekspor 19,9 juta ton, di bawah Nigeria (34,4 juta ton), Thailand (26,9 juta ton),
dan Brasil (26,5 juta ton), tetapi di atas Kongo (15 juta ton) (Suherman, 2014). Sebagian
besar hasil perkebunan singkong dimanfaatkan menjadi tepung tapioka yang banyak
digunakan masayarakat Indonesia (Mustafa A, 2015).

6
Singkong dapat didapatkan dari para petani singkong dan dari perkebunan yang
difasilitasi oleh perusahaan. Pada perusahaan yang melakukan pemrosesan singkong dari
hulu ke hilir tentunya memerlukan tenaga kerja disetiap pemrosesannya. Salah satu
bagian kerja yang berperan sentral dalam pengolahan singkong adalah para
petani/pekerja lapangan yang bertugas dari mulai penyemaian bibit, pengolahan lahan,
penanaman, perawatan, dan panen (Taufik,2016).

Hasil studi ini menunjukkan bahwa kecelakaan kerja diperkebunan terkait dengan
bentukoperasi kerja di perkebunan mulai dari proses replanting, penanaman,
pemeliharaan tanaman sampai proses produksi. Temuan penting menunjukkan bidang
kerja yang paling rentanterhadap resiko kecelakaan adalah buruh bagian pemanen,
bagian penyemprotan hama dan pemupukan. Bentuk kecelakaan kerja tersebut
berdampak pada resiko cacad anggota tubuh seperti matabuta bagi pemanen buah sawit
dan penderes karet, cacad kelahiran terutama bagi wanitapenyemprot, bahkan kematian
(Kurnianto, 2012)

Meskipun tidak banyak literatur yang menjelaskan mengenai bahaya akibat kerja yang
terjadi pada pekerja lapangan pada perusaahan yang memproduksi singkong, namun
terdapat kemungkinan resiko yang sama dengan pekerja di perkebunan lainnya. Dengan
alur budidaya singkong yang cukup panjang, pekerjaan tersebut berkemungkinan
memberikan paparan buruk bagi pekerja. Paparan terus menerus dapat menimbulkan
efek yang merugikan bagi perkerja dan perusahaan. Oleh karena itu, laporan ini disusun
untuk menganalisis bahaya potensial yang terdapat pada pekerja lapangan budidaya
singkong pada PT. Tedco Agri Makmur dan diharapkan dapat menghasilkan
rekomendasi solusi untuk mengurangi kerugian akibat bahaya potensial tersebut.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilaksanakannya Plant Survey pada PT. Tedco Agri Makmur, yaitu :
1. Mengidentifikasi bahaya potensial yang terdapat pada pekerja lapangan perkebunan
singkong PT. Tedco Agri Makmur
2. Mengetahui dampak bahaya potensial yang terdapat pada perkebunan singkong
terhadap kesehatan.
3. Menyusun rekomendasi kepada perusahaan untuk melakukan penanganan utama
sebagai upaya pengurangan resiko kesehatan akibat kerja

7
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dilaksanakannya Plant Survey pada PT. Tedco Agri Makmur, yaitu :
1. Bagi Mahasiswa
Mengaplikasikan bidang ilmu agromedicine khususnya tentang bahaya potensial
yang terdapat pada perkebunan singkong.
2. Bagi Pekerja
Mengetahui bahaya potensial pada pekerja perkebunan singkong di PT. Tedco Agri
Makmur.
3. Bagi PT. Tedco Agri Makmur
Memberikan informasi tambahan kepada perusahaan PT. Tedco Agri Makmur
tentang bahaya potensial yang didapatkan berdasarkan hasil observasi pada
perkebunan singkong dan upaya pencegahannya.

8
BAB II

HASIL KEGIATAN

2.1 Profil Perusahaan

2.1.1 Latar Belakang Perusahaan

PT. Tedco Agri Makmur (Tedco Agri) merupakan perusahaan swasta nasional yang
didirikan pada tahun 2008 sebagai pengembangan bisnis Grup Tedco, dimana pabrik
pertamanya dibangun tahun 2009 dan baru beroperasi pada tahun 2011.

Tedco Agri merupakan perusahaan pengolahan singkong menjadi tepung tapioka


secara terintegrasi. Pabrik Tedco Agri merupakan pabrik pengolahan automatis
dengan teknologi modern, berlokasi di Desa TanjungRatu, Way Pangubuhan,
Lampung Tengah di ataslahan +/- 45 Ha.

Pabrik kini dioperasikan oleh putra-putri Indonesia yang telah berpengalaman dan
memiliki keahlian dalam bidangnya masing-masing terutama dalam industri tepung
tapioka. Dengan komitmen yang kuat untuk memberikan kualitas produk yang
terbaik kepada pelanggan, Tedco Agri selalu mengedepankan faktor-faktor QHSE
(Quality, Health, Safety, and Environment) .

Pabrik Tedco Agri juga mengembangkan pembangunan pabrik biogas dari hasil
pengolahan limbah cair, yang menjadikan pabri kini menghasilkan listrik sendiri dan
menjadi pabrik yang ramah lingkungan. Juga dengan lahan kelolaan +/- 6000 Ha
melalui kerjasama Inti-Plasma dengan para petani, menjadikan pabrik Tedco Agri
mampu beroperasi secara konsisten.

Pada saat ini Tedco Agri sedang mengembangkan pembangunan kedua dengan
teknologi lebih baik dan modern, sebagai wujud komitmen kami untuk memberikan
produk yang konsisten dan berkualitas kepada konsumen.

9
2.1.2 Visi Misi Perusahaan

Visi

Menjadi perusahaan terintegrasi berbahan baku singkong yang terbaik, bernilai dan
tumbuh terus menerus

Misi

Lebih banyak orang bahagia

Memberikan produk/jas terbaik bagi pelanggan

Memberi keuntungan pada stakeholder (Pemegang saham, karyawan, dan mitra)

Memberi manfaat lebih kepada masayarakat

Kebijakan Mutu

Menghasilkan produk berkualitas yang menjadi pilihan utama pelanggan, dengan


kehandalan SDM berkarakter TIMESS, dan semangat perbaikan berkesinambunga

2.1.3 Nilai /Value Perusahaan

“ Menghasilkan Produk Berkualitas yang menjadi pilihan utama pelanggan dengan


kehandalan SDM berkarakter TIMESS dan semangat perbaikan berkesinambungan “

Tangguh (Tough). Dengan berani menyelesaikan semua


T : masalah/tantangan hingga maksimal : berani, bekerja keras,
berjuang, disiplin, pantang menyerah
Integritas (Integrity). Mempunyai rasa memiliki untuk
I : melakukan yg terbaik : jujur, loyalitas/komitmen, tanggung
jawab
Managerial (Management) . Selalu belajar dan bekerja dg
M : pengetahuan terkini untuk bisa mencapai sasaran : visioner,
problem solver, leadership, Entrepreneurship
E : Efektif & Efisien (Efective & Efisience). Melakukan apa yang

10
perlu dilakukan dg cerdas untuk hasil yg optimal : orientasi
pada hasil, orientasi pada biaya, berpikir sistem
Sukses (sucess). Bekerja sama dalam satu team untuk menjadi
S :
yang terdepan dan pemenang
Sosial (Social) . Harus selalu memberikan kontribusi dan
S :
berbagi pada lingkungan: zakat, sedekah, CSR

2.2 Hasil Observasi

2.2.1 Alur Budidaya Singkong

Alur budidaya singkong sebagai berikut :

A) Tahap Persiapan Bibit


Tanaman ubi kayu dibudidayakan dengan menggunakan stek batang.
Perkecambahan stek tergantung pada kondisi varietas, umur tanaman,
penyimpanan dan lingkungan. Teknik pengambilan stek:
 Stek diambil dari batang bagian tengah tanaman ubi kayu yang berumur 8-12
bulan.
 Batang dapat digunakan sebagai stek apabila masa penyimpanannya kurang
dari 30 hari setelah panen. Pada beberapa kultivar, seperti Rayong 3 dan
Rayong 90, masa simpan stek selama 15 hari setelah panen.
 Penyimpanan stek yang baik adalah dengan cara posisi batang tegak, disimpan
di bawah naungan.
 Panjang stek optimum adalah 20-25 cm, dengan jumlah mata tunas paling
sedikit 10 mata. 7 5. Sebelum tanam, stek dapat diperlakukan dengan
insektisida dan fungisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit .
( Titik, 2010)
B) Tahap Penanaman
Waktu tanam ubi kayu yang baik untuk lahan tegalan adalah pada awal musim
penghujan (MH I), sedangkan pada lahan sawah tadah hujan adalah setelah panen
padi (MH II), karena selama pertumbuhan vegetatif aktif (3-4 bulan pertama) ubi
kayu membutuhkan air. Untuk pertumbuhan selanjutnya ubi kayu tidak terlalu
banyak membutuhkan air (Titik, 2010).

11
Penanaman dilakukan secara manual dengan meletakkan bibit satu persatu pada
lahan yang sudah disiapkan. Tanaman ubi kayu ditanam 20 hari setelah tanaman
kacang-kacangan atau jagung atau padi gogo ditanam, dengan populasi 90% dari
populasi monokultur. Jarak tanam ubi kayu (60 x 70) x 260 cm (Titik, 2010).

C) Tahap Pemupukan
Ubi kayu merupakan tanaman yang mampu berproduksi tinggi, tetapi juga cepat
menguruskan tanah. Untuk mendapatkan hasil yang tinggi, diperlukan
penambahan hara yang cukup tinggi juga, tergantung pada tingkat kesuburan
tanahnya. Untuk tanah-tanah berat perlu ditambahkan pupuk organik yang
ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah (Titik, 2010).

Untuk pola tanam monokultur, pupuk yang dianjurkan adalah 200 kg Urea + 100
kg KCl + 100 kg SP-36/ha. Pemupukan dilakukan dua tahap, tahap pertama
diberikan pada umur 1 bulan dengan dosis 100 kg Urea + 50 kg KCL + 100 kg
SP- 36/ha, sedangkan sisanya diberikan pada tahap kedua yaitu pada umur 3
bulan. Sedangkan untuk pola tanam tumpangsari, dosis pupuk yang dianjurkan
berbeda, yaitu: Ubi kayu : 200 kg Urea/ha + 100 kg SP36/ha + 100 kg KCl/ha
(Titik, 2010).

D) Tahap Pemeliharaan
Tentunya untuk mendapatkan hasil singkong yang baik dan sehat, diperlukan
proses pemeliharaan yang benar. Proses pemeliharaan tersebut antara lain
penyulaman, penyiangan, pembumbuhan, dan pemberantasan hama dan
penyakit. Keseluruhannya diproses oleh pekerja lapangan ( Titik, 2010).

Proses penyulaman dilakukan segera setelah diketahui adanya tanaman yang


tidak tumbuh, paling lambat 1 minggu setelah tanam. Sedangkan proses
penyiangan dilakukan pada periode kritis atau periode tanaman harus bebas
gangguan gulma yaitu antara 5-10 minggu setelah tanam. Hal ini sangat penting
sebab bila pengendalian gulma tidak dilakukan selama periode kritis tersebut,
produktivitas dapat turun sampai 75% dibandingkan kondisi bebas gulma. Oleh
karena itu, pengendalian gulma dilakukan pada 2 tahap, yaitu pada umur 4-5
minggu setelah tanam dan 8 minggu setelah tanam ( Titik, 2010).

12
Pembumbunan merupakan suatu proses penggemburan tanah dilakuakn di usia
2-4 bulan. Sedangkan pemberantasan hama dilakukan apabila terjadi serangan.
Untuk penyakit yang biasa dijumpai adalah Xanthomonas manihotis (jenis
bakteri), gejala serangan: daun mengalami bercak-bercak seperti terkena air
panas. Pemberantasan dilakukan dengan menggunakan bakterisida dan penyakit
bercak daun (Cercospora henningsii) yang sering dijumpai menyerang daun
yang sudah tua. ( Titik, 2010).
E) Tahap Panen
Secara umum, panen dilakukan pada umur antara 8-12 bulan (Titik, 2010)

Gambar 1. Alur Budidaya Singkong

2.2.2 Bahaya Potensial Budidaya Singkong

Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1


menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber
bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan
tempat kerja tersebut.

Tentunya, pada tempat kerja serta segala aktivitas yang dilakukan di tempat kerja
dalam rangka menghasilkan produk atau bahan baku akan menimbulkan bahaya.
Potensi Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang
berakibat pada kerugian. Risiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian
yang berbahaya dan peluang terjadinya kejadian tersebut (ILO, 2013). Bahaya
yang ada akan berefek pada keselamatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan salah satu faktor penting agar tercapai kualitas produk yang baik dan

13
tercapainya keselamatan kerja di tempat kerja yang terjamin sehingga
kesejahteraan pekerja dapat lebih ditingkatkan. Sistem keselamatan dan kesehatan
kerja yang baik dapat meminimasi risiko terjadinya kecelakaan kerja yang
menimpa fisik ataupun mental dari pekerja ( Harwan, 2010).

Pekerja industri berisiko tinggi terhadap dampak kesehatan. Menurut Survey of


Occupational Injuries and Ilness (SOII) melaporkan pada tahun 2012 hampir tiga
juta kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (BLS, 2013). Di Indonesia, PT.
Jamsostek melaporkan 103.074 kasus kecelakaan kerja (Jamsostek, 2012)

Beberapa bahaya potensial yang mungkin terjadi pada pekerja lapangan budidaya
singkong antara lain :

a) Bahaya Potensial Kimia


Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak bahan
kimia yang memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran darah dan
menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh dan organ lainnya. Bahan kimia
berbahaya dapat berbentuk padat, cairan, uap, gas, debu, asap atau kabut dan
dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama antara lain:
 Inhalasi (menghirup): Dengan bernapas melalui mulut atau hidung, zat
beracun dapat masuk ke dalam paru-paru. Seorang dewasa saat istirahat
menghirup sekitar lima liter udara per menit yang mengandung debu,
asap, gas atau uap. Beberapa zat, seperti fiber/serat, dapat langsung
melukai paru- paru. Lainnya diserap ke dalam aliran darah dan mengalir
ke bagian lain dari tubuh.
 Pencernaan (menelan): Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika makan
makanan yang terkontaminasi, makan dengan tangan yang
terkontaminasi atau makan di lingkungan yang terkontaminasi. Zat di
udara juga dapat tertelan saat dihirup, karena bercampur dengan lendir
dari mulut, hidung atau tenggorokan. Zat beracun mengikuti rute yang
sama sebagai makanan bergerak melalui usus menuju perut.
 Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif: Beberapa di antaranya
adalah zat melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah, biasanya
melalui tangan dan wajah. Kadang-kadang, zat-zat juga masuk melalui
luka dan lecet atau suntikan (misalnya kecelakaan medis).

14
( ILO, 2013)
b) Bahaya Potensial Biologi
Faktor biologi penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya. Seperti pekerja di
pertanian, perkebunan dan kehutanan termasuk di dalam perkantoran yaitu
indoor air quality, banyak menghadapi berbagai penyakit yang disebabkan
virus, bakteri atau hasil dari pertanian. Agak berbeda dari faktor-faktor
penyebab penyakit akibat kerja lainnya, faktor biologis dapat menular dari
seorang pekerja ke pekerja lainnya. Usaha yang lain harus pula ditempuh cara
pencegahan penyakit menular, antara lain imunisasi dengan pemberian
vaksinasi atau suntikan, mutlak dilakukan untuk pekerja-pekerja di Indonesia
sebagai usaha kesehatan biasa. Imunisasi tersebut berupa imunisasi dengan
vaksin cacar terhadap variola, dan dengan suntikan terhadap kolera, tipus dan
para tipus perut. Bila memungkinkan diadakan pula imunisasi terhadap TBC
dengan BCG yang diberikan kepada pekerja-pekerja dan keluarganya yang
reaksinya terhadap uji Mantaoux negatif, imunisasi terhadap difteri, tetanus,
batuk rejan dari keluarga-keluarga pekerja sesuai dengan usaha kesehatan anak-
anak dan keluarganya, sedangkan di Negara yang maju diberikan pula
imunisasi dengan virus influenza (ILO, 2013)
c) Bahaya Potensial Fisika
Bahaya potensial fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika
antara lain kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan
sinar ultra ungu. Faktor-faktor ini mungkin bagian tertentu yang dihasilkan dari
proses produksi atau produk samping yang tidak diinginkan ( ILO, 2013)
d) Bahaya Potensial Ergonomi
Pengaturan cara kerja dapat memiliki dampak besar pada seberapa baik
pekerjaan dilakukan dan kesehatan mereka yang melakukannya. Semuanya dari
posisi mesin pengolahan sampai penyimpanan alat-alat dapat menciptakan
hambatan dan risiko. Ini berarti mengatur pekerjaan dan area kerja untuk
disesuaikan dengan kebutuhan pekerja, bukan mengharapkan pekerja untuk
menyesuaikan diri. Desain ergonomis yang efektif menyediakan workstation,
peralatan dan perlengkapan yang nyaman dan efisien bagi pekerja untuk
digunakan. Hal ini juga menciptakan lingkungan kerja yang sehat, karena
mengatur proses kerja untuk mengendalikan atau menghilangkan potensi
bahaya. Tenaga kerja akan memperoleh keserasian antara tenaga kerja,

15
lingkungan, cara dan proses kerjanya. Cara bekerja harus diatur sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan ketegangan otot, kelelahan yang berlebihan
atau gangguan kesehatan yang lain (ILO, 2013).

2.2.3 Identifikasi Bahaya Potensial

Pada saat melakukan wawancara pada pekerja perkebunan perkebunan singkong PT.
Tedco Agri Makmur, terdapat beberapa bahaya potensial yang dapat ditemukan baik
berupa bahaya potensial kimia, fisik, psikologis, ergonomi, dan biologi. Bahaya
potensial tersebut akan dijabarkan menurut alur budidaya singkong sebagai berikut :

a) Identifikasi Bahaya Pada Saat Pengolahan Lahan


Pengolahan lahan pada perkebunan singkong PT. Tedco Agri Makmur
menggunakan mesin traktor. Bahaya potensial yang teridentifikasi diantaranya
bahaya fisika berupa getaran,terjatuh, terlilit, debu, tersengat listrik, alat berat
yang terguling, dan operator yang tertimpa material. Apabila tidak dikendalikan,
kesalahan dalam pengoperasian alat berat ini dapat mengakibatkan cedera berat
hingga kematian. Selain itu Gerakan operator menahan tuas persenelling dalam
waktu yang lama juga posisi tuas yang terlalu tinggi dibandingkan tubuh
operator menyebabkan beberapa keluhan seperti sakit pada bagian punggung dan
bahu (Endang, 2016).

b) Identifikasi Bahaya Pada Saat Persiapan Bibit

pada saat persiapan bibit, bahaya potensial yang teridentifikasi adalah bahaya
fisika yaitu ketika meruncingkan ujung batang menggunakan golok atau linggis.
Selain itu, posisi masing masing pekerja saat melakukan proses ini saling
berdekatan sehingga kerentanan terhadap bahaya lebih tinggi

c) Identifikasi Bahaya Pada Tahap Penanaman

Potensi bahaya yang ada dalam tahap penanaman bibit adalah bahaya ergonomi
yang meliputi posisi tubuh yang membungkuk. Bahaya fisika yaitu panas dan
sinar UV, selain itu juga terdapat bahaya biologi yaitu bakteri dan kuman pada
parit yang dapat mengakibatkan kutu air, gatal, dan iritasi pada kaki petani.

d) Identifikasi Bahaya Potensial Pada Saat Pemeliharaan

16
Pemeliharan singkong pada PT. Tedco Agri Makmur menggunakan metode
pemupukan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK. Nitrogen, P, dan K
merupakan faktor penting dan harus selalu tersedia bagi tanaman, karena
berfungsi sebagai proses metabolisme dan biokimia sel tanaman ( Imam, 2017).
Namun, pengaplikasian pupuk yang tidak tepat akan menimbulkan bahaya bagi
kesehatan. Pada PT. Tedco Agri Makmur pupuk diaplikasikan dengan cara
disemprot. Hal tersebut berbahaya jika dosis yang dipakai terlalu banyak dan
metode penyaringan tidak tepat. Selain itu, penyemprotan berdampak pada
menyebarnya zat pupuk yang tak terkendali. Tentunya ini dapat membahayakan
kesehatan petani seperti munculnya penyakit akibat kerja yang berhubungan
dengan bahaya potensial kimia seperti gangguan ginjal dan syaraf (Syafni, 2016).

e) Identifikasi Bahaya Pada Saat Panen

Pada saat panen, bahaya yang dominan adalah bahaya fisika diantaranya : Sinar
UV, terkena golok atau ujung linggis, debu singkong, tersodok ujung batang
singkong saat pengangkutan, dan tertimpa singkong. selain itu terdapat bahaya
ergonomi yaitu posisi pengangkutan singkong dan batang singkong yang tidak
tepat.

Tabel 1. Identifikasi Bahaya Potensial

Proses Bahaya Potensial Dampak


Budidaya Faktor Biologi Faktor Fisika Faktor Faktor Kesehatan

17
Singkong Ergonomi Kimia
Proses -  Sinar UV Gerakan - Cedera ringan
Pengolahan  Tertimpa operator hingga berat,
Lahan material menahan tuas kematian. Sakit
 Terjatuh persenelling dibagian bahu
dari mesin dalam waktu dan punggung
pembajak yang lama akibat getaran
 Getaran juga posisi serta beberapa
terus tuas yang permasalahan
menerus terlalu tinggi otot akibat
 Terlindas dibandingkan gerakan
alat berat tubuh repetisi.
 Kebisingan operator
dari suara
mesin

Proses - Bagian tubuh Gerakan - Cedera ringan


Persiapan terkena golok atau tangan yang hingga berat,
Bibit linggis sama saat muskuloskeletal
memotong disorders
ujung tunas
Proses bakteri dan Panas dan sinar UV Posisi badan - Kutu air, gatal
Penanaman jamur pada yang gatal, dan
parit yang membungkuk iritasi.
dapat terus menerus Muskuloskeleta
mengakibatka selama 12 l disorders
n kutu air, jam
gatal, dan
iritasi pada
kaki petani
Proses bakteri dan Panas dan sinar UV - Penggunaan Gangguan
Pemeliharaan jamur pada pupuk ginjal dan
parit yang dengan cara syaraf, iritasi
dapat disemprot pada kulit.. kutu
mengakibatka menyebabkan air,
n kutu air, area yang leptospirosis.
gatal, dan terkena lebih
iritasi pada luas. Zat
kaki petani kimia dapat
masuk
melalui
inhalasi,
pencernaan,
dan
penyerapan
kulit.
Proses panen bakteri dan Sinar UV, terkena Posisi tubuh - Cedera ringan
kuman pada golok atau ujung pengangkutan hingga berat,
parit yang linggis, debu singkong muskuloskeletal
dapat singkong, tersodok tidak tepat. disorders,
mengakibatka ujung batang infeksi bakteri
n kutu air, singkong saat
gatal, dan pengangkutan, dan
iritasi pada tertimpa singkong
kaki petani

2.2.4. Penilaian resiko (Hazard Rating)

18
Tentunya setiap bahaya potensial memerlukan intervensi khusus. Namun dalam
pelaksanaannya, intervensi pada bahaya potensial membutuhkan prioritas tertentu
dikarenakan keterbatasan sumber daya. Untuk itu, di dalam laporan ini akan dipilih satu
bahaya potensial prioritas. Penilaian yang dilakukan berpedoman pada Australia
Standard/ New Zealand standard for Risk management. Dalam penilaian ini ada dua
paramaeter yang digunakan, yaitu severity dan probability ( Irawan, 2015)

Table 2. Skala ‘probability’ pada standar AS/NZS

Tingkat Deskripsi Keterangan

5 Almost Certain Dapat terjadi


setiap saat

4 Likely Sering terjadi

3 Posibble Dapat sekali kali

2 Unlikely Jarang terjadi

1 Rare Hampir tidak


pernah terjadi
Sumber : penyusunan Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control ( HIRARC) di PT. X,
Irawan S, Panjaitan TWS, Bendatu LY 2015

Tabel 3. Skala ‘severity’ pada standar AS/NZS

Tingkat Deskripsi Keterangan

Tidak terjadi
5 Insignificant cedera, kerugian
finansial sedikit

Cederaa ringan,
4 Minor kerugian finansial
sedikit

Cedera sedang.
3 Moderate Perlu penanganan
medis

Cedera berat >1


orang, kerugian
2 Major
berat, gangguan
produksi

1 Catastrophic Fatal>1 orang,


kerugian sangat

19
besar, dampak
sangat luas,
terhentinya
seluruh kegiatan
Sumber : penyusunan Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control ( HIRARC) di PT. X,
Irawan S, Panjaitan TWS, Bendatu LY 2015

Tabel 4. Skala ‘Risk Matriks’ pada standar AS/NZS

Frekuensi Dampak Resiko


Resiko
1 2 3 4 5
5 H H E E E
4 M H E E E
3 L M H E E
2 L L M H E
1 L L M H H
Sumber : penyusunan Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control ( HIRARC) di PT. X,
Irawan S, Panjaitan TWS, Bendatu LY 2015

Setelah dilakukan penilaian bahaya potensial, maka selanjutnya adalah dilakukan


hazard rating untuk memilih bahaya potensial yang paling dominan untuk dilakukan
intervensi.

Tabel 5. Matriks Penilaian Potensial Hazard

No Elemen Potensi bahaya Score ket


P S
Faktor Fisika
1. Getaran dari mesin Musculoskeletal 4 1 M
pembajak disorder
(punggung dan
bahu)
2. Kemungkinan terjatuh Cedera ringan 2 3 M
dari mesin
3. Terlindas mesin Cedera berat- 1 5 H
pembajak kematian
4. Kebisingan dari mesin Gangguan 5 2 H
pembajak pendengaran,
5. Panas dan sinar uv Eritema, 5 2 H
peningkatan
resiko kanker
kulit
6. Tertimpa singkong saat Cedera ringan 2 3 M
pengangkutan hingga berat
Faktor Kimia
1. Zat Kimia dari pupuk Eritema, 4 3 E
anorganik gangguan ginjal,

20
gangguan syaraf
Faktor Biologi
1. Bakteri, parasit, dan Kutu air, 4 2 H
jamur pada parit leptspirosis
Faktor Ergonomi
1. Gerakan operator Musculoskeletal 5 2 H
menahan tuas disorder
persenelling dalam
waktu
2. Posisi badan Musculoskeletal 5 2 H
membungkuk dalam disorder
waktu 12 jam saat
penanaman
3. Gerakan repetisi saat Musculoskeletal 5 2 H
pemotongan tunas disorder
singkong
4. Posisi pengangkutan Musculoskeletal 5 3 H
singkong yang tidak disorder
tepat

Berdasarkan penilaian diatas, maka kesimpulannya adalah baya potensial yang


diutamakan dalam proses intervensi adalah bahaya potensial ergonomi.

21
BAB III

PEMBAHASAN

1.1 Perbandingan Hasil Observasi dan Teori


Berdasarkan hasil wawancara terhadap PT. Tedco Agri Makmur yang sudah
dilakukan, bahaya potensial yang ada mencakup bahaya potensial biologi, kimia,
fisika, dan ergonomi. Hal tersebut selaras dengan teori yang menyatakan bahwa
bahaya potensial yang terdapat pada pekerja perkebunan adalah empat jenis biaya
potensial tersebut.. Bahaya yang terjadi tidak berasal dari singkongnya namun berasal
dari bahaya dari lingkungan, alat dan bahan, serta cara kerja.
Berdasarkan teori, bahaya potensial yang banyak terjadi di area perkebunan yang
paling banyak ditemukan adalah bahaya potensial kimia. bahaya potensial kimia
berasala dari bahan kimia yang memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran darah
dan menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh dan organ lainnya. Bahan kimia
berbahaya dapat berbentuk padat, cairan, uap, gas, debu, asap atau kabut dan dapat
masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama yaitu inhalasi, penyerapan, dan
pencernaan.
Namun, berdasarkan hasil wawancara bahaya potensial kimia pada pekerja
perkebunan singkong PT.Tedco Agri Makmur tidak terlalu berarti disebabkan oleh
beberapa hal diantaranya : intensitas penyemprotan pestisida sangat minim serta
penggunaan APD sudah dipatuhi dan dilaksanakan. Para pekerja menggunakan APB
berupa sepatu boot., pakaian panjang, dan masker.
Bahaya potensial yang memerlukan prioritas manajemen resiko adalah bahaya
potensial ergonomi antara lain gerakan menahan tuas pernelling pada pengemudi
traktor, serta gerakan repetisi dan posisi tubuh yang tidak ergonomis pada petani
yang menanam serta memanen singkong.
Keluhan yang terjadi pada pengemudi traktor adalah rasa nyeri, linu, pegal, sampai
mati rasa di bagian pergelangan tangan. Posisi tangan menahan tuas dan handle
traktor menyebabkan posisi statis. Pada saat tubuh berada dalam posisi statis, akan
terjadi penyumbatan aliran darah dan mengakibatkan pada bagian tersebut
kekurangan oksigen dan glukosa dari darah. Selain itu, tubuh akan menghasilkan sisa
metabo- lisme seperti asam laktat yang tidak dapat diangkut keluar akibat peredaran

22
darah yang terganggu sehingga menumpuk dan menimbulkan rasa nyeri. Penahanan
menggunakan pergelangan tangan dalam waktu yang lama meningkatkan resiko
penyakit Carpal Tunnel Syndrom (Ulfah dkk, 2014).

Sedangkan keluhan yang terjadi pada pekerja kebun diantaranya adalah nyeri
punggung bawah akibat beban angkut yang terlalu besar dan posisi membungkuk
saat mengangkat beban. Berat beban merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
terjadinya gangguan otot rangka ( Ulfah dkk, 2014).

Berat beban yang direkomendasikan adalah 23 - 25 kg, sedangkan menurut


Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia,13 mengangkat beban sebaiknya tidak
melebihi dari aturan yaitu laki-laki sebesar 15 - 20 kg dan wanita sebesar 12 -15 kg.
Faktor beban ini dapat berisiko terjadinya keluhan MSDs karena semakin berat benda
yang dibawa semakin besar tenaga yang menekan otot untuk mensta- bilkan tulang
belakang dan menghasilkan tekanan yang lebih besar pada bagian tulang belakang .
Hal ini dapat meneybabkan gangguan musculoskeletal bahkan cedera ootot( Ulfah
dkk, 2014)

1.2 Rekomendasi
Rekomendasi pengendalian resiko berpedoman pada OHSAS 18001, yaitu melalui
pendekatan eliminasi, subtitusi, pengendalian teknis, admisitratif, dan APD. Pada
makalah ini penulis merekomendasikan dilakukannya pengendalian administrative
dan subtitusi untuk bahaya potensial ergonomi.

1. Pengendalian Administratif

Pengemudi traktor
Pada pengemudi traktor, pengendalian resiko dimulai dari pengendalian
administratif yaitu pada proses seleksi pekerja. Posisi tuas dan handel traktor
yang sudah dirancang sedemikian rupa menuntut penyesuaian antropometri dari
pekerja. Pengukuran yang diperlukan adalah pengukuran jarak horizontal (JHB),
tinggi siku saat berdiri (TSB), lebar bahu (LB), lebar telakak tangan, dan tinggi
buku jari (TBJ) (Sulnawati, 2016).

23
Pengukuran posisi siku dalam berdiri tegak (TSB) ditujukan untuk menyesuaikan
dengan posisi ketinggian handel. Dalam hal ini digunakan nilai persentil ke-5
yang tujuannya sama dengan pengukuran nilai jangkauan horizontal berdiri yaitu
agar populasi yang memiliki tinggi siku pendek dapat menjangkau ketinggian
handel. Dan hasil dari pengukuran nilai persentil adalah 95cm dan ukuran tinggi
handel pada traktor adalah 143 cm. Hal ini menujukkan bahwa orang yang
memiliki ukuran tinggi siku kecil dalam populasi tidak dapat menjangkau
ketinggian handel (Sulnawati, 2016).

Pengukuran lebar bahu (LB) ditujukan untuk menyesuaikan dengan jarak antar
pegangan atau handel. Dalam hal ini penggunaan nilai persentil sama dengan
pengukuran jangkauan horizontal berdiri (JHB) dan (TSB) yaitu persentil ke-5.
Hasil pengukuran nilai persentil adalah 39 cm dan nilai jarak antar pegangan pada
traktor adalah 72 cm. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki lebar
bahu kecil pada populasi tidak bisa menjangkau jarak antara pegangan
(Sulnawati, 2016).

Pekerja kebun (Menanam dan memanen)


Pada pekerja kebun di lakukan pengendalian administratif yaitu pengaturan
waktu kerja dan prosedur kerja aman (SOP). Hal hal yang direkomendasikan
sebagai berikut :
1. Melakukan penyuluhan dan pelatihan kepada pekerja mengenai posisi angkat
beban yang benar dan berat beban maksimal yang boleh diangkat
2. Mengatur waktu kerja tidak lebih dari 8 jam sehari
3. Mengatur shift pekerja sehingga pekerja tidak bekerja terlalu lama

2. Subtitusi
Pengendalian ini dilakukan dengan cara mengganti dengan alat traktor yang lebih
ergonomis. Dimensi alat yang sudah ergonomis berdasarkan hasil pengukuran
data antropometri adalah posisi tuas perseneling dari ujung handel dengan nilai
68,57 cm dan panjang pegangan dengan nilai 8,82 cm (Sulnawati, 2016).

Selain itu, pada pekerja kebun diperlukan pengadaan alat angkat yang lebih
ergonomis antara lain : roller, kotak pengangkat, dan trolley.

24
BAB IV

25
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap bahaya potensial dan resiko kerja pada pekerja
lapangan perkebunan singkong di PT.Tedco Agri Makmur, didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :

1. Bahaya potensial adalah sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang
berakibat pada kerugian/ resiko. Sedangkan resiko adalah kombinasi dan
konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan peluang terjadinya kejadian
tersebut.
2. Peringkat resiko menghasilkan potensial hazar dengan peringkat tertinggi
(faktor ergonomi), sedang ( faktor kimia dan fisika), dan rendah ( faktor
biologi )
3. Kecelakaan/ resiko kerja yang terjadi akibat bahaya potensial ergonomi dipicu
oleh keselahan mesin (mechanical error) dan kesalahan manusia ( Human
Error).
4. Resiko kerja ataupun penyakit akibat kerja dapat diminimalisisr dengan upaya
preventif yang baik dari perusahaan sehingga dapat meningkatkan keamanan
kerja dari segala aspek
5. Upaya preventif dari resiko akibat faktor ergonomi antara lain pengendalian
admisnistratif dan subtitutif dari perusahaan.

4.2 Saran

Supaya proses pengendalian resiko ergonomic pada PT. Tedco Agi Makmur dapat
berjalan dengan baik, penulis merekomendasikan hal hal sebagai berikut :

1. Dilakukannya pengkajian lebih dalam mengenai bahaya potensial dan penyakit


akibat kerja yang terdapat pada pekerja perkebunan singkong
2. Melakukan inovasi upaya pengendalian untuk meningkatkan kepatuhan pekerja
3. Melakukan penilaian rutin akan bahaya potensial dan kesehata pekerja
4. Menggalakkan proses pelaporan insiden atau kecelakaan kerja

26
DAFTAR PUSTAKA

Endang dkk. 2016. Evaluasi Sikap Kerja Sebagai Risiko Nyeri Punggung Bawah. Jurnal
Scolastic Keperawatan. 5 (1) : 48-55

Harwan dkk. 2010. Analisis Identifikasi Bahaya Pada Proses produksi Pada PT X Dengan
Metode Risk Assesment. Jurnal PASTI. 9 (1) : 46-60

Imam dkk. 2017. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk N, P, dan K Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Terung (Solanum melongena L.) [The Influence of Dose Combination
Fertilizer N, P, and K on Growth and Yield of Eggplant Crops (Solanum melongena
L.)]. Jurnal Holtikultura. 27 (1) : 69-78

International Labour Organization. 2013. Safety and Health Work. Germany : ILO

Irawan dkk. 2015. Penyusunan Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control
(HIRARC). Jurnal Tirta . 3 (1) : 15-18

Jamsostek. 2012. Data Kecelakaan Kerja Perkebunan.

Kurnianto. 2012. Analisis Kasus Kecelakaan Kerja di Perkebunan

Mbutsu dkk .2014. Insidence and Predictor of Hand-Arm Musculosceletal Complaint Among
Vibration-exposed African Cassava and Corn Miller. Elsevier : 5 (2014). 131-135

Suherman M. 2014. Kebijakan pengembangan singkong di Indonesia. Seminar Kutu putih vs


Parasitoid: Pengelolaan Hama Asing Invasif Berbasis Ekologi : Bogor

Sulnawati E, dkk. 2016. Analisis dan teknis dan Kajian Ergonomika Berdasarkan
Antropometri pada Penggunaan Traktor Tangan Untuk Lahan Sawah. Jurnal Ilmiah
Rekayasa Pertanian dan Biosistem. 4 (2) : 239-247

Sundari T. 2010. Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik Budidaya Ubi kayu. Balai
Penelitian Kacang Kacangan dan Umbi Umbian: Malang

27
Tampun JS.2015. Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah Kota. E-Journal
Universitas Sam Ratulangi. 6 (4)

Ulfah dkk.2014. Work Attitude and Musculoskeletal Disorders Risk in Laundry Worker.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 8 (7) : 313-318

28
LAMPIRAN

7 Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja

Kasus

Tuan D ( 45 tahun) adalah pekerja pada perkebunan singkong PT. Tedco Agri Makmur
yang sudah bekerja selama 5 tahun. Pekerjaan Tuan.D di lapangan tidak menentu namun
lebih sering mengendarai traktor untuk proses pembukaan dan pembajakan lahan. Selain
itu, terkadang Tuan D ikut prosss menanam dan mengangkat hasil panen Sudah satu
bulan ini tuan D mengeluh nyeri di pergelangan tangan kirinya. Nyeri dirasakan terus
menerus dan terkadang mati rasa. Tuan D mengemudikan traktor dengan kedua tanganya
dengan tangan kiri memegang tuas dna tangan kanan memegang handle. Pekerjaan ini
kurang lebih ia lakukan 10 jam setiap harinya.

Diagnosis PAK

1. Penentuan diagnosis klinis


Keluhan Tuan D dapat mengarah pada reumathoid atrithis, tendonitis, carpal tunnel
syndrome, dan osteoatrithis.
2. Pajanan di tempat kerja
Tuan D bekerja mengemudikan traktor dengan posisi yang tidak ergonomis. Panjang
tangan tuan D tidak cukup untuk menggapai tuas sehingga dibutuhkan usahal lebih
untuk memegang tuas. Selain itu gerakan statis (menekan tuas) dalam waktu yang
lama memperlihatkan cara kerja yang tidak ergonomis
3. Hubungan pajanan dengan keluhan
Setelah bekerja, Tuan D mengalami intensitas nyeri yang lebih tinggi dibandingkan
ketika sedang libur atau tidak mengemudikan traktor
4. Besar Pajanan
Gerakan statis berlangsung salam 10 jam per hari.

29
5. Faktor Individu
Tuan D tidak memperhatikan kebutuhan istirahat minimal 10 menit setiap satu jam

6. Pajanan di luar Pekerjaan


Setelah pulang bekerja, Tuan D membantu istrinya mengurusi laundry yang banyak
menggunakan tangan saat bekerja

7. Diagnosis PAK
Diagnosis mengarah ke carpal tunnel syndrome. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
tes fleksi tangan dan pemeriksaan laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis
banding.

30

Anda mungkin juga menyukai