Oleh
1718011058
Pembimbing
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
i
HALAMAN PENGESAHAN
NPM : 1718011058
NIP. 197402262001121002 Dr. dr. Khairun Nisa Berawi, S.Ked., M.Kes, AIFO
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Plant Survey yang berjudul “LAPORAN PLANT
SURVEY BLOK AGROMEDICINE PEKERJA LAPANGAN PABRIK SINGKONG PT.
TEDCO AGRI MAKMUR” ini tepat pada waktunya.
Tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada blok agromedicine.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang identifikasi bahaya
pada pekerja di bidang pertanian bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, Dr. dr. Khairun Nisa Berawi, S.Ked.,
M.Kes, AIFO selaku dosen pembimbing, dan juga seluruh pihak yang turut mendukung
terselesaikannya makalah ini dengan baik.
Tentunya makalah ini tidak lepas dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat saya harapkan demi perbaikan makalah ini.
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... 3
DAFTAR ISI.................................................................................................... 4
DAFTAR TABEL............................................................................................ 5
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 6
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 6
1.2 Tujuan................................................................................................... 6
1.3 Manfaat ................................................................................................ 7
BAB II HASIL KEGIATAN............................................................................ 8
2.1 Gambaran Tempat Kerja Pekerjaan ..................................................... 8
2.2 Hasil Pengumpulan Data....................................................................... 9
BAB III PEMBAHASAN................................................................................. 20
4.1 Perbandingan Hasil Observasi dan Teori............................................. 20
4.2 Rekomendasi......................................................................................... 21
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 24
4.1 Kesimpulan........................................................................................... 24
4.2 Saran..................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 25
LAMPIRAN..................................................................................................... 28
4
DAFTAR TABEL
5
BAB 1
PENDAHULUAN
Pertanian merupakan suatu kegiatan manusia yang termasuk didalamnya yaitu bercocok
tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan. Pengertian pertanian dalam arti sempit
hanya mencakup pertanian sebagai budidaya penghasil tanaman pangan. Namun lebih
luas lagi pertanian dapat didefinisikan tidak hanya mencakup pembudidayaan tanaman
saja melainkan membudidayakan serta mengelola dibidang perternakan seperti merawat
dan membudidayakan hewan ternak yang bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan
masyarakat banyak seperti: ayam, bebek, angsa serta pemanfaatan hewan yang dapat
membantu tugas para petani kegiatan ini merupakan suatu cakupan dalam bidang
pertanian ( Tampun JS, 2015).
Indonesia merupakan salah satu negara agraris dimana kondisi tanah serta iklimnya
sangat mendukung sektor pertanian. Sebanyak 31,86% persen penduduk kerja Indonesia
bekerja di sektor pertanian ( badan Pusat Statistik (BPS), 2020). Sektor pertanian terbagi
di beberapa subsektor diantaranya pertanian itu sendiri, perkebunan, kehutanan,
peternakan, dan perikanan. Salah satu subsektor pertanian yang memegang peranan
penting untuk meningkatkan Produk Domestik Lokal (PDB) adalah perkebunan. Salah
satu hasil perkebunan yang dihasilkan di Indonesia adalah singkong ( Melaty A, 2017).
Singkong adalah tanaman rakyat yang telah dikenal di seluruh pelosok Indonesia. Saat
ini produksi singkong di Indonesia telah mencapai kurang lebih 20 juta ton per tahun.
Selain itu, Indonesia menduduki lima besar negara pengekspor singkong dunia dengan
volume ekspor 19,9 juta ton, di bawah Nigeria (34,4 juta ton), Thailand (26,9 juta ton),
dan Brasil (26,5 juta ton), tetapi di atas Kongo (15 juta ton) (Suherman, 2014). Sebagian
besar hasil perkebunan singkong dimanfaatkan menjadi tepung tapioka yang banyak
digunakan masayarakat Indonesia (Mustafa A, 2015).
6
Singkong dapat didapatkan dari para petani singkong dan dari perkebunan yang
difasilitasi oleh perusahaan. Pada perusahaan yang melakukan pemrosesan singkong dari
hulu ke hilir tentunya memerlukan tenaga kerja disetiap pemrosesannya. Salah satu
bagian kerja yang berperan sentral dalam pengolahan singkong adalah para
petani/pekerja lapangan yang bertugas dari mulai penyemaian bibit, pengolahan lahan,
penanaman, perawatan, dan panen (Taufik,2016).
Hasil studi ini menunjukkan bahwa kecelakaan kerja diperkebunan terkait dengan
bentukoperasi kerja di perkebunan mulai dari proses replanting, penanaman,
pemeliharaan tanaman sampai proses produksi. Temuan penting menunjukkan bidang
kerja yang paling rentanterhadap resiko kecelakaan adalah buruh bagian pemanen,
bagian penyemprotan hama dan pemupukan. Bentuk kecelakaan kerja tersebut
berdampak pada resiko cacad anggota tubuh seperti matabuta bagi pemanen buah sawit
dan penderes karet, cacad kelahiran terutama bagi wanitapenyemprot, bahkan kematian
(Kurnianto, 2012)
Meskipun tidak banyak literatur yang menjelaskan mengenai bahaya akibat kerja yang
terjadi pada pekerja lapangan pada perusaahan yang memproduksi singkong, namun
terdapat kemungkinan resiko yang sama dengan pekerja di perkebunan lainnya. Dengan
alur budidaya singkong yang cukup panjang, pekerjaan tersebut berkemungkinan
memberikan paparan buruk bagi pekerja. Paparan terus menerus dapat menimbulkan
efek yang merugikan bagi perkerja dan perusahaan. Oleh karena itu, laporan ini disusun
untuk menganalisis bahaya potensial yang terdapat pada pekerja lapangan budidaya
singkong pada PT. Tedco Agri Makmur dan diharapkan dapat menghasilkan
rekomendasi solusi untuk mengurangi kerugian akibat bahaya potensial tersebut.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya Plant Survey pada PT. Tedco Agri Makmur, yaitu :
1. Mengidentifikasi bahaya potensial yang terdapat pada pekerja lapangan perkebunan
singkong PT. Tedco Agri Makmur
2. Mengetahui dampak bahaya potensial yang terdapat pada perkebunan singkong
terhadap kesehatan.
3. Menyusun rekomendasi kepada perusahaan untuk melakukan penanganan utama
sebagai upaya pengurangan resiko kesehatan akibat kerja
7
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dilaksanakannya Plant Survey pada PT. Tedco Agri Makmur, yaitu :
1. Bagi Mahasiswa
Mengaplikasikan bidang ilmu agromedicine khususnya tentang bahaya potensial
yang terdapat pada perkebunan singkong.
2. Bagi Pekerja
Mengetahui bahaya potensial pada pekerja perkebunan singkong di PT. Tedco Agri
Makmur.
3. Bagi PT. Tedco Agri Makmur
Memberikan informasi tambahan kepada perusahaan PT. Tedco Agri Makmur
tentang bahaya potensial yang didapatkan berdasarkan hasil observasi pada
perkebunan singkong dan upaya pencegahannya.
8
BAB II
HASIL KEGIATAN
PT. Tedco Agri Makmur (Tedco Agri) merupakan perusahaan swasta nasional yang
didirikan pada tahun 2008 sebagai pengembangan bisnis Grup Tedco, dimana pabrik
pertamanya dibangun tahun 2009 dan baru beroperasi pada tahun 2011.
Pabrik kini dioperasikan oleh putra-putri Indonesia yang telah berpengalaman dan
memiliki keahlian dalam bidangnya masing-masing terutama dalam industri tepung
tapioka. Dengan komitmen yang kuat untuk memberikan kualitas produk yang
terbaik kepada pelanggan, Tedco Agri selalu mengedepankan faktor-faktor QHSE
(Quality, Health, Safety, and Environment) .
Pabrik Tedco Agri juga mengembangkan pembangunan pabrik biogas dari hasil
pengolahan limbah cair, yang menjadikan pabri kini menghasilkan listrik sendiri dan
menjadi pabrik yang ramah lingkungan. Juga dengan lahan kelolaan +/- 6000 Ha
melalui kerjasama Inti-Plasma dengan para petani, menjadikan pabrik Tedco Agri
mampu beroperasi secara konsisten.
Pada saat ini Tedco Agri sedang mengembangkan pembangunan kedua dengan
teknologi lebih baik dan modern, sebagai wujud komitmen kami untuk memberikan
produk yang konsisten dan berkualitas kepada konsumen.
9
2.1.2 Visi Misi Perusahaan
Visi
Menjadi perusahaan terintegrasi berbahan baku singkong yang terbaik, bernilai dan
tumbuh terus menerus
Misi
Kebijakan Mutu
10
perlu dilakukan dg cerdas untuk hasil yg optimal : orientasi
pada hasil, orientasi pada biaya, berpikir sistem
Sukses (sucess). Bekerja sama dalam satu team untuk menjadi
S :
yang terdepan dan pemenang
Sosial (Social) . Harus selalu memberikan kontribusi dan
S :
berbagi pada lingkungan: zakat, sedekah, CSR
11
Penanaman dilakukan secara manual dengan meletakkan bibit satu persatu pada
lahan yang sudah disiapkan. Tanaman ubi kayu ditanam 20 hari setelah tanaman
kacang-kacangan atau jagung atau padi gogo ditanam, dengan populasi 90% dari
populasi monokultur. Jarak tanam ubi kayu (60 x 70) x 260 cm (Titik, 2010).
C) Tahap Pemupukan
Ubi kayu merupakan tanaman yang mampu berproduksi tinggi, tetapi juga cepat
menguruskan tanah. Untuk mendapatkan hasil yang tinggi, diperlukan
penambahan hara yang cukup tinggi juga, tergantung pada tingkat kesuburan
tanahnya. Untuk tanah-tanah berat perlu ditambahkan pupuk organik yang
ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah (Titik, 2010).
Untuk pola tanam monokultur, pupuk yang dianjurkan adalah 200 kg Urea + 100
kg KCl + 100 kg SP-36/ha. Pemupukan dilakukan dua tahap, tahap pertama
diberikan pada umur 1 bulan dengan dosis 100 kg Urea + 50 kg KCL + 100 kg
SP- 36/ha, sedangkan sisanya diberikan pada tahap kedua yaitu pada umur 3
bulan. Sedangkan untuk pola tanam tumpangsari, dosis pupuk yang dianjurkan
berbeda, yaitu: Ubi kayu : 200 kg Urea/ha + 100 kg SP36/ha + 100 kg KCl/ha
(Titik, 2010).
D) Tahap Pemeliharaan
Tentunya untuk mendapatkan hasil singkong yang baik dan sehat, diperlukan
proses pemeliharaan yang benar. Proses pemeliharaan tersebut antara lain
penyulaman, penyiangan, pembumbuhan, dan pemberantasan hama dan
penyakit. Keseluruhannya diproses oleh pekerja lapangan ( Titik, 2010).
12
Pembumbunan merupakan suatu proses penggemburan tanah dilakuakn di usia
2-4 bulan. Sedangkan pemberantasan hama dilakukan apabila terjadi serangan.
Untuk penyakit yang biasa dijumpai adalah Xanthomonas manihotis (jenis
bakteri), gejala serangan: daun mengalami bercak-bercak seperti terkena air
panas. Pemberantasan dilakukan dengan menggunakan bakterisida dan penyakit
bercak daun (Cercospora henningsii) yang sering dijumpai menyerang daun
yang sudah tua. ( Titik, 2010).
E) Tahap Panen
Secara umum, panen dilakukan pada umur antara 8-12 bulan (Titik, 2010)
Tentunya, pada tempat kerja serta segala aktivitas yang dilakukan di tempat kerja
dalam rangka menghasilkan produk atau bahan baku akan menimbulkan bahaya.
Potensi Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang
berakibat pada kerugian. Risiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian
yang berbahaya dan peluang terjadinya kejadian tersebut (ILO, 2013). Bahaya
yang ada akan berefek pada keselamatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan salah satu faktor penting agar tercapai kualitas produk yang baik dan
13
tercapainya keselamatan kerja di tempat kerja yang terjamin sehingga
kesejahteraan pekerja dapat lebih ditingkatkan. Sistem keselamatan dan kesehatan
kerja yang baik dapat meminimasi risiko terjadinya kecelakaan kerja yang
menimpa fisik ataupun mental dari pekerja ( Harwan, 2010).
Beberapa bahaya potensial yang mungkin terjadi pada pekerja lapangan budidaya
singkong antara lain :
14
( ILO, 2013)
b) Bahaya Potensial Biologi
Faktor biologi penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya. Seperti pekerja di
pertanian, perkebunan dan kehutanan termasuk di dalam perkantoran yaitu
indoor air quality, banyak menghadapi berbagai penyakit yang disebabkan
virus, bakteri atau hasil dari pertanian. Agak berbeda dari faktor-faktor
penyebab penyakit akibat kerja lainnya, faktor biologis dapat menular dari
seorang pekerja ke pekerja lainnya. Usaha yang lain harus pula ditempuh cara
pencegahan penyakit menular, antara lain imunisasi dengan pemberian
vaksinasi atau suntikan, mutlak dilakukan untuk pekerja-pekerja di Indonesia
sebagai usaha kesehatan biasa. Imunisasi tersebut berupa imunisasi dengan
vaksin cacar terhadap variola, dan dengan suntikan terhadap kolera, tipus dan
para tipus perut. Bila memungkinkan diadakan pula imunisasi terhadap TBC
dengan BCG yang diberikan kepada pekerja-pekerja dan keluarganya yang
reaksinya terhadap uji Mantaoux negatif, imunisasi terhadap difteri, tetanus,
batuk rejan dari keluarga-keluarga pekerja sesuai dengan usaha kesehatan anak-
anak dan keluarganya, sedangkan di Negara yang maju diberikan pula
imunisasi dengan virus influenza (ILO, 2013)
c) Bahaya Potensial Fisika
Bahaya potensial fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika
antara lain kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan
sinar ultra ungu. Faktor-faktor ini mungkin bagian tertentu yang dihasilkan dari
proses produksi atau produk samping yang tidak diinginkan ( ILO, 2013)
d) Bahaya Potensial Ergonomi
Pengaturan cara kerja dapat memiliki dampak besar pada seberapa baik
pekerjaan dilakukan dan kesehatan mereka yang melakukannya. Semuanya dari
posisi mesin pengolahan sampai penyimpanan alat-alat dapat menciptakan
hambatan dan risiko. Ini berarti mengatur pekerjaan dan area kerja untuk
disesuaikan dengan kebutuhan pekerja, bukan mengharapkan pekerja untuk
menyesuaikan diri. Desain ergonomis yang efektif menyediakan workstation,
peralatan dan perlengkapan yang nyaman dan efisien bagi pekerja untuk
digunakan. Hal ini juga menciptakan lingkungan kerja yang sehat, karena
mengatur proses kerja untuk mengendalikan atau menghilangkan potensi
bahaya. Tenaga kerja akan memperoleh keserasian antara tenaga kerja,
15
lingkungan, cara dan proses kerjanya. Cara bekerja harus diatur sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan ketegangan otot, kelelahan yang berlebihan
atau gangguan kesehatan yang lain (ILO, 2013).
Pada saat melakukan wawancara pada pekerja perkebunan perkebunan singkong PT.
Tedco Agri Makmur, terdapat beberapa bahaya potensial yang dapat ditemukan baik
berupa bahaya potensial kimia, fisik, psikologis, ergonomi, dan biologi. Bahaya
potensial tersebut akan dijabarkan menurut alur budidaya singkong sebagai berikut :
pada saat persiapan bibit, bahaya potensial yang teridentifikasi adalah bahaya
fisika yaitu ketika meruncingkan ujung batang menggunakan golok atau linggis.
Selain itu, posisi masing masing pekerja saat melakukan proses ini saling
berdekatan sehingga kerentanan terhadap bahaya lebih tinggi
Potensi bahaya yang ada dalam tahap penanaman bibit adalah bahaya ergonomi
yang meliputi posisi tubuh yang membungkuk. Bahaya fisika yaitu panas dan
sinar UV, selain itu juga terdapat bahaya biologi yaitu bakteri dan kuman pada
parit yang dapat mengakibatkan kutu air, gatal, dan iritasi pada kaki petani.
16
Pemeliharan singkong pada PT. Tedco Agri Makmur menggunakan metode
pemupukan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK. Nitrogen, P, dan K
merupakan faktor penting dan harus selalu tersedia bagi tanaman, karena
berfungsi sebagai proses metabolisme dan biokimia sel tanaman ( Imam, 2017).
Namun, pengaplikasian pupuk yang tidak tepat akan menimbulkan bahaya bagi
kesehatan. Pada PT. Tedco Agri Makmur pupuk diaplikasikan dengan cara
disemprot. Hal tersebut berbahaya jika dosis yang dipakai terlalu banyak dan
metode penyaringan tidak tepat. Selain itu, penyemprotan berdampak pada
menyebarnya zat pupuk yang tak terkendali. Tentunya ini dapat membahayakan
kesehatan petani seperti munculnya penyakit akibat kerja yang berhubungan
dengan bahaya potensial kimia seperti gangguan ginjal dan syaraf (Syafni, 2016).
Pada saat panen, bahaya yang dominan adalah bahaya fisika diantaranya : Sinar
UV, terkena golok atau ujung linggis, debu singkong, tersodok ujung batang
singkong saat pengangkutan, dan tertimpa singkong. selain itu terdapat bahaya
ergonomi yaitu posisi pengangkutan singkong dan batang singkong yang tidak
tepat.
17
Singkong Ergonomi Kimia
Proses - Sinar UV Gerakan - Cedera ringan
Pengolahan Tertimpa operator hingga berat,
Lahan material menahan tuas kematian. Sakit
Terjatuh persenelling dibagian bahu
dari mesin dalam waktu dan punggung
pembajak yang lama akibat getaran
Getaran juga posisi serta beberapa
terus tuas yang permasalahan
menerus terlalu tinggi otot akibat
Terlindas dibandingkan gerakan
alat berat tubuh repetisi.
Kebisingan operator
dari suara
mesin
18
Tentunya setiap bahaya potensial memerlukan intervensi khusus. Namun dalam
pelaksanaannya, intervensi pada bahaya potensial membutuhkan prioritas tertentu
dikarenakan keterbatasan sumber daya. Untuk itu, di dalam laporan ini akan dipilih satu
bahaya potensial prioritas. Penilaian yang dilakukan berpedoman pada Australia
Standard/ New Zealand standard for Risk management. Dalam penilaian ini ada dua
paramaeter yang digunakan, yaitu severity dan probability ( Irawan, 2015)
Tidak terjadi
5 Insignificant cedera, kerugian
finansial sedikit
Cederaa ringan,
4 Minor kerugian finansial
sedikit
Cedera sedang.
3 Moderate Perlu penanganan
medis
19
besar, dampak
sangat luas,
terhentinya
seluruh kegiatan
Sumber : penyusunan Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control ( HIRARC) di PT. X,
Irawan S, Panjaitan TWS, Bendatu LY 2015
20
gangguan syaraf
Faktor Biologi
1. Bakteri, parasit, dan Kutu air, 4 2 H
jamur pada parit leptspirosis
Faktor Ergonomi
1. Gerakan operator Musculoskeletal 5 2 H
menahan tuas disorder
persenelling dalam
waktu
2. Posisi badan Musculoskeletal 5 2 H
membungkuk dalam disorder
waktu 12 jam saat
penanaman
3. Gerakan repetisi saat Musculoskeletal 5 2 H
pemotongan tunas disorder
singkong
4. Posisi pengangkutan Musculoskeletal 5 3 H
singkong yang tidak disorder
tepat
21
BAB III
PEMBAHASAN
22
darah yang terganggu sehingga menumpuk dan menimbulkan rasa nyeri. Penahanan
menggunakan pergelangan tangan dalam waktu yang lama meningkatkan resiko
penyakit Carpal Tunnel Syndrom (Ulfah dkk, 2014).
Sedangkan keluhan yang terjadi pada pekerja kebun diantaranya adalah nyeri
punggung bawah akibat beban angkut yang terlalu besar dan posisi membungkuk
saat mengangkat beban. Berat beban merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
terjadinya gangguan otot rangka ( Ulfah dkk, 2014).
1.2 Rekomendasi
Rekomendasi pengendalian resiko berpedoman pada OHSAS 18001, yaitu melalui
pendekatan eliminasi, subtitusi, pengendalian teknis, admisitratif, dan APD. Pada
makalah ini penulis merekomendasikan dilakukannya pengendalian administrative
dan subtitusi untuk bahaya potensial ergonomi.
1. Pengendalian Administratif
Pengemudi traktor
Pada pengemudi traktor, pengendalian resiko dimulai dari pengendalian
administratif yaitu pada proses seleksi pekerja. Posisi tuas dan handel traktor
yang sudah dirancang sedemikian rupa menuntut penyesuaian antropometri dari
pekerja. Pengukuran yang diperlukan adalah pengukuran jarak horizontal (JHB),
tinggi siku saat berdiri (TSB), lebar bahu (LB), lebar telakak tangan, dan tinggi
buku jari (TBJ) (Sulnawati, 2016).
23
Pengukuran posisi siku dalam berdiri tegak (TSB) ditujukan untuk menyesuaikan
dengan posisi ketinggian handel. Dalam hal ini digunakan nilai persentil ke-5
yang tujuannya sama dengan pengukuran nilai jangkauan horizontal berdiri yaitu
agar populasi yang memiliki tinggi siku pendek dapat menjangkau ketinggian
handel. Dan hasil dari pengukuran nilai persentil adalah 95cm dan ukuran tinggi
handel pada traktor adalah 143 cm. Hal ini menujukkan bahwa orang yang
memiliki ukuran tinggi siku kecil dalam populasi tidak dapat menjangkau
ketinggian handel (Sulnawati, 2016).
Pengukuran lebar bahu (LB) ditujukan untuk menyesuaikan dengan jarak antar
pegangan atau handel. Dalam hal ini penggunaan nilai persentil sama dengan
pengukuran jangkauan horizontal berdiri (JHB) dan (TSB) yaitu persentil ke-5.
Hasil pengukuran nilai persentil adalah 39 cm dan nilai jarak antar pegangan pada
traktor adalah 72 cm. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki lebar
bahu kecil pada populasi tidak bisa menjangkau jarak antara pegangan
(Sulnawati, 2016).
2. Subtitusi
Pengendalian ini dilakukan dengan cara mengganti dengan alat traktor yang lebih
ergonomis. Dimensi alat yang sudah ergonomis berdasarkan hasil pengukuran
data antropometri adalah posisi tuas perseneling dari ujung handel dengan nilai
68,57 cm dan panjang pegangan dengan nilai 8,82 cm (Sulnawati, 2016).
Selain itu, pada pekerja kebun diperlukan pengadaan alat angkat yang lebih
ergonomis antara lain : roller, kotak pengangkat, dan trolley.
24
BAB IV
25
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap bahaya potensial dan resiko kerja pada pekerja
lapangan perkebunan singkong di PT.Tedco Agri Makmur, didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Bahaya potensial adalah sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang
berakibat pada kerugian/ resiko. Sedangkan resiko adalah kombinasi dan
konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan peluang terjadinya kejadian
tersebut.
2. Peringkat resiko menghasilkan potensial hazar dengan peringkat tertinggi
(faktor ergonomi), sedang ( faktor kimia dan fisika), dan rendah ( faktor
biologi )
3. Kecelakaan/ resiko kerja yang terjadi akibat bahaya potensial ergonomi dipicu
oleh keselahan mesin (mechanical error) dan kesalahan manusia ( Human
Error).
4. Resiko kerja ataupun penyakit akibat kerja dapat diminimalisisr dengan upaya
preventif yang baik dari perusahaan sehingga dapat meningkatkan keamanan
kerja dari segala aspek
5. Upaya preventif dari resiko akibat faktor ergonomi antara lain pengendalian
admisnistratif dan subtitutif dari perusahaan.
4.2 Saran
Supaya proses pengendalian resiko ergonomic pada PT. Tedco Agi Makmur dapat
berjalan dengan baik, penulis merekomendasikan hal hal sebagai berikut :
26
DAFTAR PUSTAKA
Endang dkk. 2016. Evaluasi Sikap Kerja Sebagai Risiko Nyeri Punggung Bawah. Jurnal
Scolastic Keperawatan. 5 (1) : 48-55
Harwan dkk. 2010. Analisis Identifikasi Bahaya Pada Proses produksi Pada PT X Dengan
Metode Risk Assesment. Jurnal PASTI. 9 (1) : 46-60
Imam dkk. 2017. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk N, P, dan K Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Terung (Solanum melongena L.) [The Influence of Dose Combination
Fertilizer N, P, and K on Growth and Yield of Eggplant Crops (Solanum melongena
L.)]. Jurnal Holtikultura. 27 (1) : 69-78
International Labour Organization. 2013. Safety and Health Work. Germany : ILO
Irawan dkk. 2015. Penyusunan Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control
(HIRARC). Jurnal Tirta . 3 (1) : 15-18
Mbutsu dkk .2014. Insidence and Predictor of Hand-Arm Musculosceletal Complaint Among
Vibration-exposed African Cassava and Corn Miller. Elsevier : 5 (2014). 131-135
Sulnawati E, dkk. 2016. Analisis dan teknis dan Kajian Ergonomika Berdasarkan
Antropometri pada Penggunaan Traktor Tangan Untuk Lahan Sawah. Jurnal Ilmiah
Rekayasa Pertanian dan Biosistem. 4 (2) : 239-247
Sundari T. 2010. Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik Budidaya Ubi kayu. Balai
Penelitian Kacang Kacangan dan Umbi Umbian: Malang
27
Tampun JS.2015. Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah Kota. E-Journal
Universitas Sam Ratulangi. 6 (4)
Ulfah dkk.2014. Work Attitude and Musculoskeletal Disorders Risk in Laundry Worker.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 8 (7) : 313-318
28
LAMPIRAN
Kasus
Tuan D ( 45 tahun) adalah pekerja pada perkebunan singkong PT. Tedco Agri Makmur
yang sudah bekerja selama 5 tahun. Pekerjaan Tuan.D di lapangan tidak menentu namun
lebih sering mengendarai traktor untuk proses pembukaan dan pembajakan lahan. Selain
itu, terkadang Tuan D ikut prosss menanam dan mengangkat hasil panen Sudah satu
bulan ini tuan D mengeluh nyeri di pergelangan tangan kirinya. Nyeri dirasakan terus
menerus dan terkadang mati rasa. Tuan D mengemudikan traktor dengan kedua tanganya
dengan tangan kiri memegang tuas dna tangan kanan memegang handle. Pekerjaan ini
kurang lebih ia lakukan 10 jam setiap harinya.
Diagnosis PAK
29
5. Faktor Individu
Tuan D tidak memperhatikan kebutuhan istirahat minimal 10 menit setiap satu jam
7. Diagnosis PAK
Diagnosis mengarah ke carpal tunnel syndrome. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
tes fleksi tangan dan pemeriksaan laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis
banding.
30