Anda di halaman 1dari 79

HALAMAN SAMPUL

KAJIAN KONDISI KERJA SEKTOR PERTANIAN


(Studi pada Sektor Pertanian UD Rajawali Rambigundam Jember)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah K3 Sektor Agroindustri


Kelas A (Senin, Pukul 12.30-14.10)

Disusun oleh:
Kelompok 2

Deasy G. Sembiring 162110101028


Siti Fawaida 162110101054
Mutiara Catra W. 162110101112
Hartin Fina Meidika 162110101141
Winda Ariyanti D. 162110101155
Ilham Fauzul Fahmi 162110101183
Happy Mega N.F 162110101191
Hemadijanti Agustin 162110101219

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2018

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan
berjudul Kajian Kondisi Kerja Sektor Pertanian (Studi Sektor Pertanian di UD
Rajawali, Rambigundam, kabupaten Jember) untuk memenuhi tugas mata kuliah
K3 Sektor Agroindustri. Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, Tuhan semesta alam.
2. Ibu Reny Indrayani S.KM., M.KKK, Bapak Kurnia Ardiansyah A. S.KM.,
M.KKK, dan Ibu Prehatin Trirahayu N. S.KM., M.Kes selaku dosen
pengampu mata kuliah K3 Sektor Agroindustri Kelas A Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
3. Pemilik dan seluruh pekerja diUD Rajawali
4. Serta, teman-teman yang telah memberikan segala bantuannya untuk
menyelesaikan laporan ini
Kami telah mengerjakan laporan ini dengan penuh usaha agar tercipta
laporan yang sempurna. Namun, kami sangat menerimamasukan dan saran dari
pembaca yang bertujuan untuk menyempurnakan laporanini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat dan memberikan nilai positif terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan.

Jember, 20 Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................5

1.1 Latar Belakang..........................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................6

1.3 Tujuan........................................................................................................6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................7

2.1 Ruang Lingkup Pertanian...............................................................................7

2.2 Lingkungan Kerja Pertanian Hilir................................................................10

2.4 KAK dan PAK di Tempat Kerja Bidang Pertanian......................................13

2.5 Perlindungan pada Pekerja di Sektor Pertanian............................................15

BAB 3. HASIL KEGIATAN.................................................................................19

3.1 Karakteristik Responden...............................................................................19

3.2 Pemahaman Tentang K3...............................................................................21

3.4 Potensi PAK dan KAK............................................................................28

3.5 Keluhan Kesehatan dan Pengalaman Kecelakaan terkait Pekerjaan.......29

3.6 Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Pekerja.................................30

3.7 Pos UKK..................................................................................................39

BAB 4. PEMECAHAN MASALAH.....................................................................41

4.1 Gambaran Kegiatan.................................................................................41

4.2 Sasaran, Waktu, dan Tempat Pelaksanaan..............................................41

4.3 Metode Kegiatan.....................................................................................41

4.4 Hambatan yang Dihadapi dan Penyelesaian...........................................42

4.5 Indikator Keberhasilan dan Ketercapaian Tujuan...................................43

3
Bab 5 PENUTUP...................................................................................................44

5.1 Kesimpulan..............................................................................................44

5.2 Saran........................................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................45

LAMPIRAN...........................................................................................................46

1. Instrumen Pengambilan Data......................................................................46

2. Dokumentasi Kegiatan................................................................................73

4
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Proyeksi Produksi, Konsumsi, dan Neraca Beras Nasional 2015-2019


Tabel 2. Produksi Padi Kabupaten/Kota di Jawa Timur tahun 2007-2016
Tabel 3 : Karakteristik responden menurut usia

Tabel 4 Karakteristik responden menurut jenis kelamin

Tabel 5 Karakteristik responden menurut pendidikan terakhir

Tabel 6 Karakteristik responden menurut kepesertaan BPJS

Tabel 7 Distribusi dari Informasi K3 pada 15 responden

Tabel 8 Sumber mendapatkan informasi tentang k3

Tabel 9 Tempat memperoleh informasi K3

Tabel 10 Frekuensi mendapatkan informasi tentang k3

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Pengeringan Padi Menggunakan Panas Matahari

Gambar 2: Pemindahan Padi dengan Truk ke Separator (Pemecah Kulit Pertama)


Gambar 3: Separator pemecah kulit kedua dan ketiga
Gambar 4: Alat untuk pengemasan beras
Gambar 5: Hasil pecah kulit pertama, kedua dan ketiga
Gambar 6: Beras yang sudah dipacking
Gambar 7: Kegiatan pemaparan pemateri tentang APD (Masker)
Gambar 8: Kegiatan pemaparan materi tentang prosedur mengangkat beban yang
benar
Gambar 9: Pekerja yang membawa beban dengan posisi yang salah
Gambar 10: Penyerahan kenang-kenangan kepada pemilik UD Rajawali
Gambar 11: Foto bersama pekerja UD Rajawali
Gambar 12 : Foto wawancara bersama salah satu pekerja

6
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan sektor industri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.
Peningkatan ini seiring dengan peningkatan taraf ekonomi negara. Semakin maju
industri semakin terbuka lapangan kerja` untuk masyrakat, daerah disekitar
perindustrian,komunikasi,perdagangan maupun dibidang pertanian.
Salah satu sektor industri yang bergerak dibidang pertanian diantaranya
sektor industri yang memproduksi beras untuk memnuhi kebutuhan masyarakat
terhadap pangan beras. Perkembangan sektor ini akan meningkatkan taraf
kehidupan ekonomi dan sosial masyaraakat. Namun disisi lain, kemajuan
ekonomi merangsang timbulnya industri baru yang mempunyai ruaang lingkup
yang lebih luas. Perkembangan industri yang pesat dapat meningkatkan taraf
hidup, tetapi juga dapat menimbulkan dampak negatif juga bisa terjadi
dimasyarakat. Salah satu dampak negatif adalah terhadap kesehatan para pekerja
di sekitar daerah perindustrian. Hal ini disebabkan oleh berbagai keberadaan
hazard di sektor pertanian baik hazard kimia, fisika, biologi, ergonomi dan
mekanik.
Penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan akibat kerja juga berpotensi terjadi
pada sektor industri pertanian karena pada sektor tersebut dapat ditemukan
berbagai keberadaan hazard yang dapat membahayakan pekerjanya. Pada sektor
industri penggilingan padi, salah satu potensi bahaya adalah partikel debu
sekamnya yang cukup tinggi terutama dibagian penggilingan. Debu penggilingan
padi adalah termasuk debu organik atau debu biji-bijian yaitu debu yang
mengganggu kenyamanan kerja dan apabila terpapar terus-menerus menimbulkan
penumpukan disaluran paru yang tentu menggangu saluran pernapasan.K ondisi
kualitas udara lingkungan kerja dapat ikut berperan dalam hal kesehatan kerja.
Pada penggilingan padi, paparan debu dapat menimbulkan berbagai penyakit
akibat kerja yaitu gangguan fungsi paru dan kecacatan.
Proses penggilingan padi dari awal sampai akhir dimulai dari pembersihan,
pemecahan kulit, penyosohan dan pemutihan, penggosokan erta pengayaan. Pada
proses tersebut terdapat keberadaan hazard yang berpotensi terhadap terjadinya
PAK dan KAK.

7
Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti ingin melakukan penelitian tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Sektor Industri Pertanian yang
bergerak pada bidang produksi padi yaitu UD Rajawali Rambigundam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja hazard yang terdapat pada setiap prosedur kerja di UD Rajawali
Rambigundam Jember?
2. Bagaimana potensi terjadinya PAK dan KAK di di UD Rajawali
Rambigundam Jember?
3. Bagaimana perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja di di UD Rajawali
Rambigundam Jember?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di di UD
Rajawali Rambigundam Jember.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui keberadaan hazard yang terdapat pada setiap prosedur
kerja di UD Rajawali Rambigundam Jember
2. Untuk mengetahui potensi terjadinya PAK dan KAK di di UD Rajawali
Rambigundam Jember
3. Untuk mengetahui perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja di di UD
Rajawali Rambigundam Jember.

8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ruang Lingkup Pertanian


2.1.1 Definisi Pertanian
Sebagian orang mengartikan pertanian sebagai kegiatan manusia dalam
membuka lahan dan menanaminya dengan berbagai jenis tanaman. Pengertian
tersebut sangat sederhana karena tidak dilengkapi dengan berbagai tujuan dan
alasan mengapa lahan dibuka dan diusahakan oleh manusia.

Apabila pertanian dianggap sebagai sumber kehidupan, maka pertanian


dapat dibagi menjadi dua pengertian yaitu secara luas dan sempit. Pertanian dalam
arti luas yaitu sebagai kegiatan yang menyangkut proses produksi untuk
menghasilkan bahan-bahan kebutuhan manusia yang dapat berasal dari tumbuhan
maupun hewan yang disertai dengan usaha untuk memperbaharui, memperbanyak
(reproduksi) dan mempertimbangkan faktor ekonomis. Sedangakan pengertian
dalam arti sempit yaitu kegiatan bercocok tanam.

2.1.2 Definisi Pertanian padi dan data data produksi padi di Indonesia
Padi adalah suatu jenis tanaman yang bijinya menjadi salah satu bahan
makanan pokok dan sumber karbohidrat manusia, terutama di negara-negara asia.
Diperkiran padi sudah di tanam kira-kira 8.000 tahun sebelum masehi diIndia dan
China. Sekarang, pembudidayaan padi sudah menyebar ke seluruh dunia. Lebih
dari 60 persen produksi beras dunia dihasilkan China, India dan Indonesia.

Morfologi perawakan padi berupa rumpun. Tingginya bervariasi menurut


varietasnya; tinggi varietas yang pendek 0,3 meter, sedangkan yang tinggi sampai
7 meter, namun umumnya 1-2 meter. Tanaman padi terbagi atas bagian vegetatif
dan generatif. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun; sedangkan
bagian generatif adalah malai, gabah, dan bunga. Akar padi termasuk akar serabut.
Daunnya tumbuh pada ruas batang dan terdiri atas helai daun, pelepah daun,
telinga daun, dan lidah daun.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian dalam outlook Padi 2015,


produksi beras Indonesia pada 2017 mencapai 46,16 juta ton. Sedangkan

9
konsumsi beras pada tahun yang sama mencapai 32,7 juta ton dan neraca beras
nasional mencatat surplus 11,9 juta ton, angka tersebut dikurangi penggunaan non
pangan.

Untuk tahun 2018, produksi beras diperkirakan mencapai 47,4 ton dengan
konsumsi sebesar 33,1 juta ton dan kembali terjadi surplus sebanyak 12,7 juta ton.
Lalu pada 2019, produksi diperkirakan meningkat menjadi 48,6 juta ton dengan
konsumsi 33,5 juta ton, terjadi surplus 13,5 juta ton.

Tabel 11. Proyeksi Produksi, Konsumsi, dan Neraca Beras Nasional 2015-2019

Sedangkan data dari Dinas Pertanian dan Badan Pusat Statistik Kabupaten
Jember, produksi padi di Jember merupakan yang tertinggi seindonesia, yakni
sekitar 1,4 juta ton untuk memenuhi kebutuhan pangan. Pada tahun 2014 produksi
komoditas padi meningkat, sejalan dengan naiknya produktivitas yaitu sebesar
0,66 kuintal per hektar serta luas panen sebesar 35.609 hektar atau 1,75 persen
dibanding tahun 2013. Pada tahun 2015 produktivitas padi kembali meningkat
sebesar 1,32 kuintal per hektar sejalan dengan luas panennya juga mengalami
peningkatan sebesar 79.440 hektar atau 3,83 persen dibanding sebelumnya

10
Tabel 12. Produksi Padi Kabupaten/Kota di Jawa Timur tahun 2007-2016

2.1.3 Tahapan Proses Produksi Padi


Pengolahan tanaman padi sejak dahulu kala sudah dilakukan oleh nenek
moyang kita hingga saat ini terus berkembang dalam segi pengolahan maupun
alat-alat yang digunakan untuk mengolah. Dalam perjalanannya, proses
pengolahan produktifitas lahan maupun produk dari tanaman banyak sekali
mengalami perubahan, mengikuti alur perkembangan teknologi.

Semua teknologi ini dibuat dengan tujuan memudahkan para petani dalam
proses pengolahan padi maupun penanganan pasca panen. Pengolahan padi yang
dilakukan secara modern, identik dengan penggunaan alat-alat bantu yang maju,
misalnya penggunaan mesin. Penggunaan peralatan modern dalam pengolahan
padi akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengolahan padi yang nantinya
akan berdampak positif terhadap kualitas dan kuantitas produk hasil olahan.

Tahap pengolahan padi

1) Perontokan
Sebelum dilakukan penjemuran, gabah harus dipisahkan dari malainya
dengan cara perontokan, agar penjemuran dapat berlangsung lebih singkat
dan dapat mengehemat tempat penjemuran. Perontokan dilakukan dengan
cara menggunakan mesin perontok mekanis.

11
2) Penjemuran
Sesudah dirontokkan gabah kemudian dijemur di lamporan. Lamporan
adalah suatu lantai semen yang dibuat agak tinggi di bagian tengah dengan
saluran air diantaranya untuk mencegah berkumpulnya air hujan. Gabah
hasil pengeringan dengan kadar air sekitar 14% basis basah disebut gabah
kering giling karena sudah dapat menjalani proses penggilingan.
3) Penggilingan (pemecah kulit)
Gabah dimasukkan ke mesin pemecah kulit. Proses ini mengelupaskan
sekam dari gabah. Hasil biji beras pada proses ini yang dikenal dengan
beras pecah kulit. Biji beras masih memiliki lapisan kulit ari yang dikenal
dengan istilah bekatul. Mesin pemecah kulit/sekam gabah kering giling
berfungsi untuk memecahkan dan melepaskan kulit gabah. Input bahan
dari mesin ini adalah gabah kering giling, yaitu gabah kadar air 14% basis
basah dan outputnya berupa beras pecah kulit yang berwarna putih
kecoklatan.
4) Penyosohan
Selanjutnya beras pecah kulit mengalami proses penyosohan yang
dilakukan menggunakan mesin penyosoh atau disebut juga mesin pemutih.
Hasil dari proses penyosohan adalah beras putih yang siap dipasarkan atau
dimasak.
5) Pemisahan
Beras putih hasil proses penyosohan kemudian perlu dipisahkan menurut
kelompok mutunya yaitu beras utuh dan beras kepala sebagai mutu
terbaik, beras patah sebagai mutu kedua, dan beras menir sebagai mutu
ketiga. Pemisahan dilakukan dengan mesin pengayak.
6) Pengemasan
Setelah produk gabah yang telah diolah telah mencapai produk akhir yaitu
beras, maka produk siap dikemas yang biasanya menggunakan karung
ataupun plastik.

2.2 Lingkungan Kerja Pertanian Hilir


2.2.1 Hazard Kimia

12
Unsur kimia didapatkan dari pupuk yang digunakan para petani, biasanya
yang digunakan adalah pestisida dan insektisida. Jenis tersebut membahayakan
karena bahan kimia yang terkandung akan bertahan dalam tanah dalam jangka
waktu yang cukup panjang dan dapat berpindah tempat.

Paparan bahaya bahan kimia di lingkungan kerja masuk ke dalam tubuh


secara inhalasi, ingesti dan absoprsi dermal. Yang dapat mengakibatkan batuk,
gangguan pernapasan, mual, diare, iritasi hingga mengakibatkan rasa pusing
bahkan pingsan. Usaha yang dapat dilakukan adalah para pekerja diwajibkan
untuk menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari paparan bahan kimia
tersebut.

2.2.2 Hazard Biologi

Pekerja di pertanian, perkebunan dan kehutanan banyak menghadapi


berbagai penyakit yang disebabkan virus, bakteri, binatang pengerat dan hasil dari
pertanian. Faktor biologis dapat menular dari seorang pekerja ke pekerja lainnya.
Usaha yang lain harus pula ditempuh cara pencegahan penyakit menular, antara
lain imunisasi dengan pemberian vaksin atau suntikan, mutlak dilakukan untuk
pekerja-pekerja di Indonesia sebagai usaha kesehatan biasa.

2.2.3 Hazard Fisika


Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisik antara
lain kebisingan, penerangan, getaran, dan iklim kerja. Kebisingan adalah semua
suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan
alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran.

1) Penerangan di setiap tempat kerja harus memenuhi syarat untuk


melakukan pekerjaan. Penerangan yang sesuai sangat penting untuk
peningkatan kualitas dan produktivitas.
2) Getaran adalah gerakan bolak-balik cepat yang secara teratur. Getaran
dapat dirasakan melalui lantai dan dinding oleh orang-orang disekitarnya.

13
Misalnya, mesin besar di tempat kerja dapat menimbulkan getaran yang
mempengaruhi pekerja yang tidak memiliki kontak langsung dengan
mesin tersebut dan menyebabkan nyeri dan kram otot.
3) Iklim kerja ketika suhu berada di atas atau di bawah batas normal, keadaan
ini memperlambat pekerjaan. Ini merupakan salah satu alasan mengapa
sangat penting untuk mempertahankan tingkat kenyamanan suhu dan
kelembaban di tempat kerja karena faktor tersebut dapat berpengaruh pada
efisiensi dan produktivitgas individu pada pekerja.

2.2.4 Hazard Ergonomi


Pengaturan cara kerja dapat memiliki dampak besar pada seberapa baik
pekerjaan dilakukan dan kesehatan mereka yang melakukannya. Semuanya dari
posisi mesin pengolahan sampai penyimpanan alat-alat dapat menciptakan
hambatan dan resiko.

Penyusunan tempat kerja dan tempat duduk yang sesuai harus diatur
sedemikian sehingga tidak ada pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan. Tempat-
tempat duduk yang cukup dan sesuai harus disediakan untuk pekerja-pekerja dan
pekerja harus diberi kesempatan yang cukup untuk menggunakannya.

2.2.5 Hazard Mekanik


Permesinan adalah komponen utama di berbagai industri seperti
manufaktur, pertambangan, konstruksi dan pertanian. Semua komponen tersebut
dapat membahayakan pekerja. Banyak permesinan yang melibatkan pemindahan
komponen dengan kecepatan tinggi, memiliki ujung yang tajam, permukaan yang
panas dan bahaya lainnya yang berpotensi meremukkan, membakar, memotong,
menusuk, dan memberikan benturan dan melukai pekerja jika tidak digunakan
dengan aman.

2.3 Masalah Kesehatan Pekerja di Sektor Pertanian

Hasil survei BPS dominasi penggunaan lahan adalah kegiatan pertanian.


Pertanian dilihat sebagai suatu yang potensial dalam kontribusinya terhadap
perekonomian di Indonesia dan juga dinilai dapat memiliki berbagai macam

14
resiko kesehatan dalam pelaksanaan, hal tersebut karena masih kurangnya
pengetahuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.

Pekerja sektor infomal di Indonesia dilaporakan terkena berbagai masalah


kesehatan seperti :

1) Malnutrisi berkaitan dengan usia lanjut pada petani dan riwayat


mengkonsumsi kopi yang akan mempengaruhi penyerapan makanan di
dalam lambung sehingga memicu terjadinya gizi kurang.
2) Penyakit akibat parasit berkaitan dengan masalah sanitasi lingkungan
karena agen bakteri dan virus akan berpengaruh masalah cacingan yang
berdampak pada gizi kurang.
3) Gizi lebih dikaitkan dengan petani yang mengalami kurangnya jumlah hari
kerja tiap minggunya. Yang umumnya berhubungan dengan kurangnya
aktivitas fisik.
4) Petani berjenis kelamin laki-laki memiliki riwayat merokok berisiko untuk
mengalami anemia. Kondisi anemia defiensi zat besi diakibatkan karena
faktor merokok dan beban kerja yang terlalu tinggi, mengakibatkan
penurunan ikatan oksigen dan Fe karena adanya zat rokok di dalam darah
sehingga mengganggu transpor oksigen dalam darah kemudian berdampak
kelelahan.
5) Petani yang berusia lanjut mengalami nyeri sendi karena pada masa lansia
umumnya muncul penyakit metabolik degeneratif yang ditandai dengan
berkurangnya massa tulang dan risiko patah tulang yang mengakibatkan
hilangnya mobilitas sendi.

K3 dinilai dapat mengurangi resiko munculnya Penyakit Akibat Kerja (PAK).


Program K3 diterapkan dalam bentuk Unit Kesehatan Kerja (UKK) di setiap
puskesmas dengan mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipasif terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.

2.4 KAK dan PAK di Tempat Kerja Bidang Pertanian


1 Faktor Fisik
a Dehidrasi akibat paparan suhu yang ekstrim secara terus menerus

15
b Hilang pendengaran sementara akibat kebisingan yang disebabkan
oleh adanya paparan suara mesin
c Kelelahan mata akibat dari kurangnya pencahayaan di ruang
tempat bekerja sehingga memaksa mata untuk bekerja lebih keras.
Jika hal ini berlangsung lama, maka pekerja akan mengalami
kelelahan mata
2 Faktor Kimia
a Penyakit asma karena adanya paparan debu terhadap operator
milling machine dan operator polisher machine.
b
3 Faktor Biologis
a Adanya vektor, yaitu berupa kutu beras atau yang biasa kita kenal
dengan kumbang padi, merupakan hama yang dapat merusak padi
dan beras dan juga dapat menurunkan kualitasnya. Sehingga
menyebabkan harga beras menjadi rendah.
b Adanya rodent, yaitu berupa tikus yang merupakan biunatang
pengerat yang bisa memakan dan merusak beras di industri
tersebut.
4 Faktor Ergonomi
a Low Back Pain (LBP)
Merupakan nyeri pada punggung bagian bawah yang dapat
diakibatkan oleh berbagai sebab antara lain karena beban berat
yang menyebabkan otot-otot yang berperan dalam
mempertahankan keseimbangan seluruh tubuh mengalami luka
atau iritasi pada diskus intervetebralis dan penekanan diskus
terhadap saraf yang melalui antarvetebrata (Suzilawati,2005).
Lingkungan berpengaruh terhadap kejadian Low Back Pain.
Terdapat dua faktor yang menyebabkan keluhan nyeri punggung
bawah yaitu getaran dan temperatur yang ekstrem (Nusa,2013).
Sedangkan faktor pekerjaan yang berhubungan dengan keluhan
LBP antara lain, postur tubuh, repetisi atau aktivitas yang
berulang-ulang yang dilakukan selama bekerja, pekerjaan

16
statisdalam waktu yang cukup lama dan pekerjaan yang
memaksakan tenaga terutama pekerjaan dengan beban berat atau
handling work. Sikap tubuh dan desain tempat kerja juga
merupakan faktor resiko LBP.Sikap dengan posisi tubuh
menunduk terlalu lama dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan nyeri punggung. Klasifikasi Low Back Pain dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu : (Carey TS. Garret J, Jackman A et all.,
1995)
1 Acute back pain. Nyeri yang timbul selama enam atau
kurang. Hal ini ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang
secara tiba-tiba dan rentang waktu hanya sebentar, antara
beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini
dapat hilang atau sembuh.
2 Seubacute back pain. Nyeri yang dirasakan selama 6
sampai 12 minggu.
3 Chronic back pain. Nyeri yang timbul lebih dari 12 minggu.
b Terjatuh dari ketinggian, hal ini dapat di alami oleh seorang
pekerja, misalnya pada saat memperbaiki cerobong sekam yang
memiliki ketinggian diatas 5 m. Akibat dari kecelakaan ini, maka
pekerja dapat mengalami cidera atau patah tulang jika pekerja juga
tidak menggunakan APD dengan baik dan benar.
5 Faktor Mekanik
a Tangan yang ikut tergiling mesin, hal ini terjadi ketika pekerja
kehilangan konsentrasi mereka yang diakibatkan oleh kelelahan
atau teralihkan dengan hal lain. sehingga tanpa sadar ketika
merekamemasukkan batang padi maka tangan pekerja pun bisa ikut
tergiling.
b Terjadinya kecelakaan ketika tubuh pekerja juga terseret ke dalam
mesin. Penyebabnya adalah pekerja memakai baju yang cukup
lebar dan ringan sehingga ketika terkena angin, kemungkinan baju
tersebut tersangkut ke dalam mesin penggiling dan menyeret tubuh
pekerja. Hal ini juga dapat menyebabkan kematian.

17
2.5 Perlindungan pada Pekerja di Sektor Pertanian
1 Pengawasan
a Pengawasan lingkungan kerja adalah serangkaian pengawasan dari
semua tindakan yang dilakukan oleh pegawai pengawas
ketenagakerjaan atas oemenuhan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan atas objek pengawasan lingkungan kerja.
b Lingkungan kerja adalah istilah generic yang mencakup
identifikasi dan evaluasi faktor-faktor lingkungan yang
memberikan dampak pada kesehatan tenaga kerja (ILO)
c Objek pengawasan meliputi;
 Faktor-faktor bahaya lingkungan kerja, antara lain;
 Faktor fisik
 Faktor kimia
 Faktor biologis
 Faktor ergonomi
 Alat Pelindung Diri (APD)
 Peralatan yang digunakan
 Limbah industri
2 Penyuluhan dan pencegahan masalah k3
a Pencegahan dalam faktor fisik dapat dilakukan dengan cara;
 Memperbaiki aliran udara/ventilasi
 Mereduksi panas
 Penggunaan APD
 Penyediaan air minum yang cukup
 Kontras pencahayaan harus seimbang
 Menutupi bagian mesin yang bergerak agar tidak silau
ketika terkena cahaya yang dipantulkan
 Pemilihan lampu yang tepat
 Penempatan sumbercahaya yang sesuai
b Pencegahan dalam faktor kimia dapat dilakukan dengan cara;

18
 Mengurangi penggunaan bahan kimia
 Pemakaian APD untuk ruangan dengan radioaktif
 Pemakain masker untuk menghindari keracunan akibat
bahan kimia
c Pencegahan dalam faktor biologis adalah dengan cara;
 Imunisasi dan vaksinasi
 Melakukan pengendalian vektor dan rodent
d Pencegahan dalam faktor ergonomi adalah dengan cara;
 Penyuluhan tentang bagaimana bekerja dengan posisi yang
benar
 Menerapkan antropometri yang sesuai

2. 5 Gambaran Pertanian
2.6.1 Profil UD. Rajawali Rambigundam Jember
UD Rajawali Rambigundam Jember merupakan salah satu sektor
industri pertanian yang bergerak pada produksi beras. Sektor industri
ini terletak di jl Argopuro, Desa Kaliwining, Rambigundam,
Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember.
UD Rajawali Rambigundam Jember dalam proses produksinya
dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian pengangkutan dari lokasi
pemanenanan menuju UD Rajawali Rambigundam Jember, bagian
pengangkutan menuju pengeringan manual dan mekanik, bagian tahap
pemecahan kulit (pemecahan kulit pertama, penggilingan padi kedua
dan penggilingan padi ketiga), tahap colour sortir dan stoner sortir atau
tahap pemisahan batu dan bagian packaging.
Jumlah karyawan yang bekerja di UD Rajawali Rambigundam
Jember tidak tetap setiap harinya. Karena di sektor ini, pekerja diberi
kebebasan untuk masuk kerja atau tidak masuk kerja. Sehingga pada
saat tertentu, jumlah pekerja sedikit dan terkadang banyak (melebihi
20 orang). Namun, rata-rata jumalh pekerja setiap hari adalah 20
orang.

19
Karyawan bekerja mulai pukul 07.00 pagi sampai pukul 16.00
atau jam 17.00. Waktu istirahat dilakukan pada jam 10.00-11.00 siang
dan setiap pekerja akan melakukan ibadah di jam tertentu. Sistem
pembayaran upah dilakukan setiap jam akhir kerja yaitu jam 16.00-
17.00.
Sektor pertanian ini dalam melakukan proses produksi beras telah
dilengkapi dengan mesin yang canggih seperti oven pengeringan padi
yang bisa kering lebih cepat jika dibandingkan dengan pengeringan
manual dan bisa menampung gabah sampai 30 ton. Proses
penggilingan juga menggunakan mesin penggilingan padi yang telah
dilengkapi denganelevator sehingga pekerja tidak perlu naik ke atas
mesin untuk meletakkan gabah yang akan digiling. Melainkan
meletakkannya pada elevator dan elevator akan membawa gabah
menuju mesin penggilingan. Hal ini membuat kecelakaan kerja akibat
mesin dapat dikurangi.
UD Rajawali Rambigundam Jember secara keseluruhan telah
tergolong cukup baik, namun kebersihan didalam ruangan produksi
masih kurang karena sisa-sisa penggilingan gabah belum diolah secara
benar sehingga bertumpuk-tumpuk didalam ruangan.

20
BAB 3. HASIL KEGIATAN

3.1 Karakteristik Responden


Wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada pekerja di UD Rajawali
Rambigundam Jember adalah sebanyak 15 responden. Dari wawancara yang
dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:
3.1.1 Usia
No Usia Jumlah Persentase
1 15-24 tahun 0 0
2 25-34 tahun 5 33,33%
3 35-44 tahun 4 26,67%
4 45-54 tahun 2 13,33%
5 51-60 tahun 2 13.33%
6 >55 tahun 2 13,33%
Jumlah 15 100%
Tabel 13 : Karakteristik responden menurut usia

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pekerja di UD Rajawali


Rambgundam Jember berusia 25 sampai diatas 55 tahun dengan persentase
sebesar yaitu 33,33 % berusia 25-34 tahun.
3.1.2 Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-laki 15 100%
2 Perempuan 0 0
Jumlah 15 100%
Tabel 14 Karakteristik responden menurut jenis kelamin

Beradasarkan tabel diatas diketahui bahwa seluruh responden yang


diwawancara di UD Rajawali Rambigundam Jember berjenis kelamin laki laki.

3.1.3 Pendidikan Terakhir

21
No Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase
1 Tidak sekolah 1 6,66%
2 Tidak tamat SD 0 0
3 Tamat SD/Sederajat 8 53,33%
4 Tamat SMP/Sederajat 2 13,33%
5 Tamat SMA/Sederajat 4 26,66%
6 Perguruan Tinggi 0 0
Jumlah 15 100%
Tabel 15 Karakteristik responden menurut pendidikan terakhir

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 15 responden yang diwawancara
di UD Rajawali Rambigundam Jember, sebagian besar responden pendidikan
terakhirnya adalah SD/sederajat dengan persentase 53,33%.
3.1.4 Penghasilan
No Penghasilan Jumlah Persentase
1 <UMR/bulan 10 66,67%
2 >UMR/bulan 5 33,33%
100%
Tabel 16 Karakteristik responden menurut penghasilan

Berdasarkan tabel diatas, dari 15 responden yang diwawancara terdapat


33,33% responden yang memiliki penghasilan diatas UMR Kabupaten Jember
yaitu 1.916.983 dan 66,67% responden penghasilan perbulannya dibawah UMR.
3.1.5 Kepesertaan BPJS
No Kepesertaan BPJS Jumlah Persentase
Ada 4 26,67
Tidak ada 11 73.33
Jumlah 15 100%
Tabel 17 Karakteristik responden menurut kepesertaan BPJS

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa tidak semua responden terdaftar
dalam BPJS Kesehatan ataupun BPJS Ketenagakerjaan, 26,67% terdaftar dalam
BPJS dan 73,33% responden tidak terdaftar dalam BPJS.

22
3.2 Pemahaman Tentang K3
Menurut hasil wawancara yang dilakukan pada 15 responden, dapat
diketahui pemahaman responden tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (k3),
yaitu sebagai berikut:
3.2.1 Akses
No Mendapat Informasi K3 Jumlah Persentase
1 Pernah 6 40%
2 Tidak Pernah 9 60%
Jumlah 15 100%
Tabel 18 Distribusi dari Informasi K3 pada 15 responden

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa responden yang bekerja di UD


Rajawali mengaku pernah mendapatkan informasi tentang K3 sebanyak 40% dan
tidak pernah mendapatakan sebanyak 60% dari 15 responden.
No Sumber Mendapatkan Jumlah Persentase
Informasi K3
1 Penyuluhan 5 83,33%
2 Media Elektronik 0 0
3 Media Cetak 0 0
4 Penyuluhan dan sumber lainnya 1 16,67%
(Media Elektronik dan Media
Cetak)
Jumlah 6 100%
Tabel 19 Sumber mendapatkan informasi tentang k3

Dari 6 responden yang mengaku pernah mendapatkan informasi tentang


K3, ternyata didapatkan data bahwa 5 responden mendapat informasi K3 dari
penyuluhan yang pernah diikuti dan 1 orang responden mendapatkan informasi
K3 dari penyuluhan dan media cetak.
No Tempat Memperoleh Informasi Jumlah Persentase
K3
1 Tempat kerja 6 100%
2 Diluar tempat kerja 0 0

23
6 100%
Tabel 20 Tempat memperoleh informasi K3

Dari 6 responden yang mengaku pernah mendapatkan informasi mengenai


K3, diketahui bahwa keseluruhan responden tersebut memperoleh informasi K3 di
tempat kerjanya.
No Frekuensi Memperoleh Jumlah Persentase
Informasi K3
1 1 kali 5 83,33%
2 2 kali 0 0
3 >2 kali 1 16,67%
6 100%
Tabel 21 Frekuensi mendapatkan informasi tentang k3

Berdasarkan wawancara terhadap 6 responden yang mendapatkan


informasi tentang K3 di tempat kerja, diketahui bahwa 5 responden mendapatkan
informasi k3 dengan frekuensi 1x dalam setahun dan 1 responden mendapatkan
informasi K3 lebih dari 2 kali dalam setahun.

No Penerapan Informasi K3 Jumlah Persentase


1 Diterapkan di tempat kerja 5 83,33%

2 Tidak diterapkan di tempat kerja 1 16,67%

Jumlah 15 100%
Tabel 10 Penerapan informasi K3 ditempat kerja
Berdasarkan tabel diatas dapat dllihat bahwa 6 responden yang pernah
mendapatkan informasi K3 di tempat kerja, 5 dari 6 responden telah menerapkan
informasi K3 yang didapatkan dan 1 responden tidak menerapkan ditempat kerja.
3.2.2 Pengetahuan dan Pemahaman K3
Menurut hasil wawancara yangdilakukan terhadap 15 responden yang
bekerja di UD RajawaliRambigundam diketahui bahwa terdapat 4 responden yang
mengetahui K3 sebagaimana tercantum dalam tabel dibawah ini:
No Mengetahui K3 Jumlah (orang) Persentase

24
1 Ya 4 26,67%
2 Tidak 11 73,33%
Jumlah 15 100%
Tabel 11 Pengetahuan responden tentang K3
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pekerja yang mengetahui K3 dari
15 responden adalah 4 responden dengan persentase 26,67% dan responden
lainnya tidak mengetahui tentang K3 dengan persentase 73,33%..
Sebagian besar dari pekerja tidak mengetahui tentang K3, terutama
responden yang belum pernah mendapatkan informasi K3. Namun, mereka
mengetahui mengenai keselamatan dalam bekerja agar pekerjaan yang dilakukan
tidak menimbulkan bahaya.
Dari wawancara yang dilakukan kepada 15 responden, diketahui
pengetahuan responden terhadap adanya potensi bahaya ditempat kerja
sebagaimana dalam tabel berikut:
No Potensi Bahaya di Tempat Jumlah Persentase
Kerja
1 Mengetahui 12 80%
2 Tidak mengetahui 3 20%
Jumlah 15 100%
Tabel 12 Potensi bahaya ditempat kerja
Berdasarkan tabel diatas, terdapat 12 responden dengan persentase 80%
mengetahui mengenai potensi bahaya yang ada di UD Rajawali dan 3 responden
tidak mengetahui mengenai potensi bahaya di tempat kerja.
Hasil wawancara kepada 15 responden menunjukkan bahwa Pengetahuan
responden tentang Alat Pelindung Diri (APD) sebagian besar belum mengetahui
APD, sebagaimana dalam tabel berikut:
No Pengetahuan Tentang APD Jumlah Persentase
1 Tahu 3 20%
2 Tidak Tahu 12 80%
15
Tabel 13 Pengetahuan tentang APD

25
Dari wawancara yang dilakukan terhadap 15 responden yang bekerja di
UD Rajawali Rambigundam didapatkan hasil bahwa sebagian besar dari pekerja
dengan persentase 80% belum mengetahui Alat Pelindung Diri (APD) di tempat
kerja dan 3 responden mengetahui tentang APD di tempat kerja.
Responden yang belum mengetahui alat pelindung diri dalam bekerja
dalam bekerja rata-rata adalah yang belum pernah mendapatkan informasi
mengenai K3. Meskipun dalam bekerja mereka telah menggunakan pakaian untuk
melindungi dari sinar UV, masker sederhana dari kain dan sepatu.

3.3 Lingkungan Kerja


3.3.1 Keberadaan Hazard Kimia di Tempat Kerja
Keberadaan hazard kimia di UD Rajawali Rambigundam Jember terdapat
pada beberapa prosedur kerja sebagaimana yang tercantum dalam tabel berikut
ini:
Tabel 14 Keberadaan Hazard Kimia di UD Rajawali Rambigundam Jember
No Prosedur Kerja Bahaya Kimia
1 Proses pengangkutan gabah oleh pekerja dari - Partikel debu dari
truk menuju lokasi pengeringan. material gabah
yang diangkut
pekerja.
2. Proses pengeringan gabah secara manual dan - Partikel debu dari
mekanik. material gabah
yang diangkut
pekerja.
- Serbuk konsentrat
sisa gabah yang
tersisa di tempat
pengeringan
manual
(lapanagan).

26
3 Proses penggilingan padi pada mesin - Partikel debu dari
penggiling padi. material padi
yang diangkut
pekerja.
- Serbuk konsentrat
sisa bekatul yang
tersisa di tempat
penggilingan dan
pembuangannya
belum diatur
dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dialakukan pada


lingkungan kerja UD Rajawali Rambigundam, keberadaan hazard kimia
ditimbulkan dari paparan debu baik dari material gabah maupun bekatul pada
proses penggilingan yang pembuangannya belum diatur dengan baik sehingga
masih tertimbun di lantai ruangan penggilingan padi. Tidak terdapat bahaya kimia
lainnya baik yang berupa cairan atau gas karena dalam proses produksi beras tidak
menggunakan bahan-bahan kimia.
3.3.2 Keberadaan Hazard Fisika di Tempat Kerja
Keberadaan hazard fisika di UD Rajawali Rambigundam Jember terdapat
pada beberapa prosedur kerja sebagaimana yang tercantum dalam tabel berikut
ini:
Tabel 15 Keberadaan Hazard Fisika di UD Rajawali Rambigundam Jember
No Prosedur Kerja Bahaya Fisika
1 Tahap pengangkutan padi dari lokasi panen - Vibrasi dari mesin
ke pabrik penggilingan. truk pengangkut
gabah.
2 Proses pengangkutan gabah oleh pekerja dari - Radiasi sinar UV.
truk menuju lokasi pengeringan.
3 Proses pengeringan menggunakan oven - Suhu tinggi
pengering padi. terutama di dekat

27
alat pengering
padi.
- Kebisingan dari
mesin pengering
padi.

Proses pengeringan padi secara manual di - Radiasi sinar UV.


lapangan terbuka.
4 Tahap Penggilingan Padi - Kebisingan dari
alat penggiling
a. Tahap pemecahan kulit padi.
b. Tahap colour sortir.
c. Tahap stoner sortir

Keberadaan hazard fisika di UD Rajawali Rambigundam adalah suhu


tinggi, radiasi sinar-UV dan kebisingan yang ditimbulkan dari mesin pengering
dan mesin penggilingan padi.
3.3.3 Keberadaan Hazard Biologi di Tempat Kerja
Keberadaan hazard biologi di UD Rajawali Rambigundam berupa hewan
pengerat atau rodent yang dapat ditemukan di area pengeringan padi dan
penggilingan padi. Berdasarkan hasil wawancara juga didapatkan bahwa
keberadaan hewan pengerat jumlahnya banyak dan ditemukan hampir disetiap
ruangan yang ada di UD Rajawali Rambigundam baik pada ruang pengeringan
padi, ruang penggilingan padi maupun ruang strorage atau penyimpanan beras
yang sudah siap untuk didistribusikan.
3.3.4 Keberadaan Hazard Ergonomii di Tempat Kerja
Keberadaan hazard fisika di UD Rajawali Rambigundam Jember terdapat
pada beberapa prosedur kerja sebagaimana yang tercantum dalam tabel berikut
ini:
Tabel 16 Keberadaan Hazard Ergonomi di UD Rajawali Rambigundam Jember
No Prosedur Kerja Bahaya Ergonomi
1 Tahap pengangkutan padi dari lokasi panen - Sopir dalam

28
ke pabrik penggilingan. keadaan statis
selama perjalanan
ke pabrik padi.
- Posisi duduk yang
tidak tepat.
2 Proses pengangkutan gabah oleh pekerja dari - Posisi tubuh
truk menuju lokasi pengeringan. pekerja dalam
mengangkat
beban yang salah.
- Beban yang
diangkat melebihi
kapasitas.

3 Tahap Packaging dan penyusunan beras ke - Posisi tubuh


storage pekerja dalam
mengangkat
beban yang salah.
- Beban yang
diangkat melebihi
kapasitas.

Keberadaan bahaya ergonomi di UD Rajawali Rambigundam diantaranya


adalah posisi statis pada sopir yang mengangkut gabah dari lokasi pemanenan
menuju pabrik penggilingan padi. Bahaya ergonomi juga dapat ditemukan pada
pekerja kuli panggul yang posisi tubuhnya masih salah saat mengangkat beban
terutama pada posisi awal pengangkutan dan masih ditemukannya pekerja yang
mengangkat beban sekitar 50 Kg namun beban dibawa diatas kepala.

3.4 Potensi PAK dan KAK


Kecelakaan Akibat Kerja (KAK), menurut UU No 3 tahun 1992 Tentang
jaminan sosial oleh tenaga kerja bab 1 pasal 1 ayat 6, kecelakaan kerja adalah

29
kecelakaan yang berhubung dengan hubungan keja, termasuk penyakit yang
timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah
melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Pengertian lain mengenai kecelakaan
kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan diharapkan (Suma’mur, 1989;5
dalam Djatmiko, Riswan. 2016).
Kecelakaan Akibat Kerja yang juga dikategorikan sebagai kejadian yang
tidak diharapkan mengingat adanya dampak yang timbul pada saat maupun
setelah kejadian. Sehingga disimpulkan kecelakaan akibat kerja merupakan
kecelakaan yang diakibatkan atau berhubungan dengan suatu kegiatan atau
pekerjaan tertentu hal ini dikarenakan tidak semua kegiatan atau perkerjaan dapat
memicu munculnya kecelakaan.

3.4.1 Faktor Kimia


Kecelakaan Akibat Kerja yang disebabkan adanya bahan kimiawi yang
digunakan dalam proses kerja, maupun terdapat atau ditemukan di lingkungan
kerja dapat berupa debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut. Pada hasil kegiatan
turun lapang belum pernah ada kejadian yang menunjukkan adanya kecelakaan
kerja yang diakibatkan oleh faktor kimia di UD Rajawali-Rambigundam.

3.4.2 Faktor Fisika


Kecelakaan Akibat Kerja yang disebabkan adanya paparan suara (bising),
radiasi, suhu (terlalu panas dan dingin), tekanan yang sangat tinggi, vibrasi,
penerangan lampu yang kurang baik. Pada hasil kegiatan turun lapang bagian
persiapan faktor fisik terdapat pada vibrasi dari mesin truk, menghirup debu
material dan gangguan debu masuk ke mata. Pada tahap pelaksanaan faktor fisik
ada pada saat pengeringan padi secara manual yaitu radiasi sinar UV, apabila
dilakukan secara mekanik faktor fisik yang ditemukan yaitu suhu tinggi yang
dihasilkan dari mesin pengering dan kebisingan yang timbul dari suara mesin
penggilingan.

3.4.3 Oleh Faktor Biologi

30
Penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja yang disebabkan oleh
bakteri, virus atau jamur. Pada hasil kegiatan turun lapang belum pernah ada
kejadian yang menunjukkan adanya kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh
faktor biologi di UD Rajawali-Rambigundam.

3.4.4 Faktor Ergonomi


Potensi kecelakaan kerja akibat faktor ergonomi biasanya disebabkan
oleh penataan tempat kerja, cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan
kerja yang salah dan kontruksi yang salah. Pada hasil kegiatan turun lapang
diketahui potensi ergonomi pada tahap persiapan posisi duduk supir yang
salah yang berhubungan dengan potensi mekanik yaitu cidera, tertabrak atau
terguling. Selanjutnya yang paling umum ditemukan di sana potensi
ergonomi yaitu posisi tubuh pekerja saat mengangkat beban yang salah
karena beban yang mereka angkat lebih dari kapasitas.

3.5 Keluhan Kesehatan dan Pengalaman Kecelakaan terkait Pekerjaan


3.5.1 Keluhan Kesehatan
Mayoritas dari pekerja di UD.Rajawali masih dalam usia produktif
sehingga mereka jarang mengalami keluhan sakit atau hanya kadang-
kadang saja pun jika mengalami keluhan sakit hanya keluhan ringan
seperti kelelahan, low back pain, demam dan flu.
3.5.2 Pengalaman Kecelakaan
Menurut penuturan pekerja diketahui empat pekerja pernah mengalami
kecelakaan kerja dalam intensitas yang jarang terjadi, level keparahan yang
ringan, umumnya disebabkan karena faktor lingkungan dan yang patut
disayangkan ketika terjadi kecelakaan mereka tidak melaporkan hal tersebut
ke atasan mereka karena pekerja menganggap kecelakaan kerja yabg terjadi
tidak membutuhkan pengendalian khusus.

3.5.3 Pengobatan

31
Dari keluhan kesehatan dan pengalaman kecelakaan yang dialami
pekerja di sana kebanyakan dari mereka mengaku hanya cukup dengan
melakukan istirahat dan pengobatan sendiri.

3.6 Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Pekerja


3.6.1 Pengawasan
Tabel 17 Pengawasan K3 di UD. Rajawali
No Pengawasan K3 Jumlah (Orang) Persentase (%)
.
1 Pernah 5 33,33
2 Tidak Pernah 10 66,64
Total 15 100

Berdasarkan tabel tersebut, pengawasan K3 di UD. Rajawali bahwa 5 orang


pekerja dari total 15 responden pernah mengalami pengawasan di tempat
kerja. Sedangkan 10 orang responden tidak ernah mengalami pengawasan K3
di tempat kerja.

Tabel 18 Yang Melaksanakan Pengawasan K3 di UD. Rajawali


No. Yang Melaksanakan Jumlah (Orang) Persentase (%)
Pengawasan
1 Internal 2 13,3
2 Eksternal 6 40
Total 8 53,3

Berdasarkan tabel tersebut, petugas yang melaksanakan pengawasan K3


sebagian besar berasal dari luar pihak perusahaan.

32
Tabel 19 Pelaksanaan Survey K3 di UD. Rajawali
No. Pelaksanaan Survey Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Satu tahun sekali 6 40
2 Satu tahun dua kali - -
3 Lainnya - -
Total 6 40
Berdasarkan tabel tersebut, enam orang responden pernah mengalami survei di
tempat kerja yang dilaksanakan satu tahun sekali.

3.6.2 Promosi Kesehatan dan Pencegahan Masalah K3


Sampai saat ini di UD. Rajawali belum pernah diadakan promosi kesehatan
kepada pekerja mengenai kesehatan keselamatan kerja. Pencegahan terjadinya
masalah K3 dapat dilakukan pada tabel berikut ini:
No. Kegiatan Recommendation Control
Teknik Administratif APD
1. Tahap Melakukan SOP cara Menggunakan
pengangkutan perawatan berkala mengemudikan truk seatbelt
padi dari lokasi pada truk yang benar dan
panen ke pabrik pengangkut. pelatihan pada
penggilingan. pengemudi tentang
berkendara yang
aman.
2. Proses - Pengendalian -Memberikan Menggunakan
pengangkutan Subtitusi : pelatihan kepada masker dan
gabah oleh Menggunakan kuli panggul kacamata.
pekerja dari truk forklift atau mengenai posisi
menuju lokasi gerobak dorong mengangkat beban
pengeringan. yang benar dan
aman.

- Memberikan tanda
peringatan kecepatan

33
minimal bagi truk
pengangkut gabah.
3. Tahap -Pengaturan ventilasi -Mengatur jadwal -Penggunaan APD
pengeringan memadai di kerja yang sesuai.
secara manual lingkungan kerja. - Berlakuan area
dan mekanik. - Pemasangan barier, tersebut area yang
memasang peredam terbatas, boleh
kebisingan baik total dimasuki pekerja
enclosure atau yang menggunakan
partial enclosure. APD
lengkap.Pengaturan
jadwal kerja sesuai
NAB.

4. Tahap - Pemasangan barier, - Berlakuan area Menggunakan


Penggilingan memasang peredam tersebut area yang APD yang
Padi kebisingan baik total terbatas, boleh lengkap terutama
enclosure atau dimasuki pekerja pakian dan sepatu
partial enclosure. yang menggunakan
-Pengecekan kabel APD lengkap.
mesin penggiling -Pengaturan jadwal
secara berkala. kerja sesuai NAB
- -Pemasangan
pelindung kabel.

5. Tahap Packaging -Pengendalian - Memberikan


dan penyusunan Subtitusi : pelatihan kepada
beras ke storage Menggunakan kuli panggul
forklift atau gerobak mengenai posisi
dorong mengangkat beban
yang benar dan
aman.

34
Tabel 20 Pencegahan Masalah K3

3.6.3 Existing Kontrol


Tabel 21 Existing Kontrol
No Kegiatan Potensi Potensi Kontrol
Bahaya PAK/KAK Existing Recommendation
Control Control
1. Tahap Fisika : Gangguan -Menyediakan Pengendalian
pengangkutan padi - Vibrasi dari pada otot dan kendaraan teknik :
dari lokasi panen mesin truk. peredaran pengangkut Melakukan
ke pabrik darah yang layak, dan perawatan
penggilingan. Ergonomi: dilengkapi berkala pada truk
- Posisi duduk surat pengangkut.
sopir yang kendaraan.
salah. Muskuloskel Serta tempat Pengendalian
etal disorder, duduk yang administratif:
Mekanik: low back nyaman bagi SOP cara
- Tertabrak pain. pengendara. mengemudikan
atau truk -Mewajibkan truk yang benar
terguling. Cidera sopir dan pelatihan
mempunyai pada pengemudi
SIM tentang
berkendara yang
aman.

APD :
Menggunakan
seatbelt

2. Proses Fisika : Gangguan Menyediakan - APD :


pengangkutan - Menghi Pernafasan APD berupa Menggunakan

35
gabah oleh pekerja rup dan masker dan masker dan
dari truk menuju debu penglihatan. sarung tangan kacamata.
lokasi materia
pengeringan. l.
- Debu
materia
l masuk
ke mata
pekerja.
- Pengendal
Ergonomi: Cedera pada ian Subtitusi :
- Posisi tulang Menggunakan
tubuh belakang, forklift atau
pekerja Muskuloskel gerobak dorong
dalam etal - Pengendal
mengan disoreder. ian
gkat administratif:
beban Memberikan
yang pelatihan kepada
salah. kuli panggul
- Beban mengenai posisi
yang mengangkat
diangka beban yang
t benar dan aman.
melebi
hi
kapasit - Pengendal
as. ian
administratif:
Memberikan
tanda peringatan
- Cider kecepatan

36
a minimal bagi
truk pengangkut
gabah.

Mekanik :
- Pekerja
di
pabrik
tertabra
k oleh
truk
pengan
gkut
gabah.

3. Tahap pengeringan (Pengeringan


secara manual dan secara manual)
mekanik.
Fisik: Kanker kulit Menggunakan Penggunaan APD
- Radiasi alat pelindung
sinar UV. berupa topi dan Pengendalian
pakaian yang administratif:-
Kimia: Gangguan menutup tubuh. Mengatur jadwal
- Debu pada kerja yang sesuai.
material penglihatan
debu dan -
pernafasan.

Pengendalian
(Pengeringa teknik :
n secara Pengaturan

37
mekanik) ventilasi
Fisik: Hyperpireksi memadai di
-Suhu lingkungan kerja.
tinggi
Gangguan Pengendalian
-Kebisinga pendengaran teknik: -
n Pemasangan
barier, memasang
peredam
kebisingan baik
total enclosure
atau partial
enclosure.

Pengendalian
administrasi:
- Berlakuan area
tersebut area
yang terbatas,
boleh dimasuki
pekerja yang
menggunakan - -
APD lengkap.
Pengaturan
jadwal kerja
sesuai NAB.

4. Tahap Fisika: Gangguan Penggunaan Pengendalian


Penggilingan Padi Kebisingan pendengaran. APD, teknik: -
menggunakan Pemasangan

38
d. Tahap sarung tangan barier, memasang
pemecahan dan alas kaki peredam
kulit kebisingan baik
e. Tahap total enclosure
colour atau partial
sortir. enclosure.
f. Tahap
stoner Pengendalian
sortir. administrasi:
- Berlakuan area
tersebut area
yang terbatas,
boleh dimasuki
pekerja yang
menggunakan - -
Arus listrik Tersengat APD lengkap.
saat arus listrik. Pengaturan
pemanasan jadwal kerja
mesin sesuai NAB.
penggiling.
Pengendalian
teknik:
- - Pengecekan
kabel mesin
penggiling
secara berkala.
- -Pemasangan
pelindung
kabel.

APD:
- Menggun

39
akan APD
yang
lengkap
terutama
pakian
dan
sepatu
5. Tahap Packaging Ergonomi: Cedera pada Belum ada - Pengendal
dan penyusunan Ergonomi: tulang ian
beras ke storage - Posisi belakang, Subtitusi :
tubuh Muskuloskel Menggun
pekerja etal akan
dalam disoreder. forklift
mengan atau
gkat gerobak
beban dorong
yang - Pengendal
salah. ian
- Beban administr
yang atif:
diangka Memberik
t an
melebi pelatihan
hi kepada
kapasit kuli
as. panggul
mengenai
posisi
mengangk
at beban
yang
benar dan

40
aman.

Tahap pengangkutan pascapanenexisting control dilakukan dengan menyediakan


kendaraan pengangkut yang layak, dan dilengkapi surat kendaraan. Serta tempat
duduk yang nyaman bagi pengendara.Mewajibkan sopir mempunyai SIMPada
tahap proses pengangkutan gabah oleh pekerja dari truk menuju lokasi
pengeringan, existing control dilakukan denganmenyediakan APD berupa masker
dan sarung tangan.Pada tahap pengeringan secara manual existing control dapat
dilakukan dengan menggunakan alat pelindung berupa topi dan pakaian yang
menutup tubuh untuk menghindari paparaan radiasi sinar UV dan paparan debu.
Pada tahap penggilingan padi existing control dpat dilakukan dengan menegakkan
penggunaan APD agar potensi KAK/PAK akibat gangguan kebisingan dapat
dicegah.
3.7 Pos UKK
Tabel 22 Pos UKK untuk meningkatkan kesehatan pekerja di Tempat Kerja
No Pos UKK untuk Jumlah (Orang) Persentase (%)
. meningkatkan kesehatan
pekerja
1 Benar 15 100
2 Salah - -
Total 15 100
Berdasarkan tabel tersebut, bahwa untuk meningkatkan kesehatan pekerja perlu
adanya pos UKK semua responden menjawab Benar.
Tabel 23 Pengetahuan Pos UKK di Tempat Kerja
No Pengetahuan Pos UKK Jumlah (Orang) Persentase (%)
.
1 Ya - -
2 Tidak 15 100
Total 15 100

41
Tabel 24 Pengadaan Sosialisasi di Tempat Kerja
No Pengadaan Sosialisasi Pos Jumlah (Orang) Persentase (%)
. UKK
1 Pernah - -
2 Tidak Pernah 15 100
Total 15 100

Berdasarkan tabel di atas, tidak ada pekerja yang mengatahui tentang Pos UKK di
Tempat Kerja karena belum ada pos UKK dan belum pernah diadakan sosialisasi
pos UKK di tempat kerja UD. Rajawali.

42
BAB 4. PEMECAHAN MASALAH
4.1 Gambaran Kegiatan Intervensi
Kegiatan intervensi yang dilakukan di UD Rajawali yaitu:
4.1.1 Intervensi Tentang Pemakaian Masker
Pemilihan intervensi tentang pemakaian APD berupa masker pada
pekerja didasarkan pada hasil wawancara dan identifikasi bahaya di
lingkungan kerja. Bahaya kimia yang ditemukan yaitu debu yang
berasal dari material gabah dan sisa penggilingan padi. Pembuangan
hasil sisa penggilingan tidak ditempatkan dengan baik sehingga masih
berserakan dan menumpuk di lantai. Debu tersebut berpotensi
menimbulkan gangguan pada pernafasan pekerja sehingga kami
memilih diperlukannya intervensi tentang pemakaian APD berupa
masker untuk mencegah timbulnya gangguan pernafasan akibat debu
di lingkungan kerja.
4.1.2 Intervensi Tentang Prosedur Mengangkat Beban
Pemilihan intervensi tentang prosedur mengangkat beban
didasarkan pada hasil wawancara dan mengamati cara pekerja kuli
panggul dalam mengangkat beban masih belum tepat. Ditemukan
pekerja yang mengangkat beban dengan posisi tubuh yang salah serta
meletakkan beban dan membawa beban di kepala.
Ketidaktahuan pekerja tentang bahaya ergonomi dan prosedur
mengangkat beban yang salah dapat berpotensi terhadap terjadinya
berbagai gangguan tulang dan otot seperti low back pain dan
muskuloskeletal disorders. Oleh karena itu, intervensi mengenai
prosedur mengangkat beban dirasa perlu dilakukan kepada pekerja.

4.2 Sasaran, Waktu, dan Tempat Pelaksanaan


4.2.1 Sasaran
Sasaran pelaksaan kegiatan intervensi tentang pemakaian APD berupa
masker dan prosedur mengangkat beban yang benar yaitu pekerja UD Rajawali
Rambigundam.

43
4.2.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan intervensi yaitu pada hari kamis, 08
November 2018 jam 06.00 WIB.
4.2.3 Tempat Pelaksanaan
Kegiatan intervensi dilaksanakan halaman depan UD Rajawali,
Rambigundam, Kabupaten Jember.

44
4.3 Metode Kegiatan
Metode kegiatan intervensi yaitu penyuluhan tentang tentang
pemakaian APD berupa masker dan prosedur mengangkat beban yang benar.
Adapun rincian kegiatan penyuluhan yang dilakukan di UD Rajawali adalah
sebagai berikut:
a. 19 pekerja diarahkan menuju tempat penyuluhan yaitu di halaman
depan UD Rajawali.
b. Pekerja mengisi absensi kehadiran.
c. Pemaparan materi yang pertama yaitu tentang pemakaian APD berupa
masker. Pemateri menyampaikan mengenai bahaya debu untuk
pernafasan dan manfaat penggunaan masker dilingkungan kerja
dengan media poster.
d. Praktek penggunaan masker oleh pemateri dan diikuti dengan
pembagian masker kepada pekerja.
e. Pemaparan materi yang kedua yaitu tentang prosedur mengangkat
beban yang benar. Pemateri memaparkan 4 langkah yang perlu
diperhatikan dalam mengangkat beban di lingkungan kerja.
f. Pemaparan materi dilanjutkan dengan contoh mengangkat beban yang
benar sesuai materi yang dipaparkan sebelumnya menggunakan poster.
1 pemateri mencontohkan dari langkah awal mengangkat beban hingga
langkah akhir dan 1 pemateri lainnya memberikan penjelasan.
4.4 Hambatan Kegiatan Intervensi
Hambatan yang dihadapi dalam melakukan kegiatan intervensi dihadapi
adalah kurangnya kesadaran dari para pekerja untuk menggunakan APD saat
bekerja karena mereka menganggap tidak memakai APD tidak mengancam
keselamatan mereka dan itu menjadi salah satu kebiasaan buruk pekerja. Salah
satu faktor penyebabnya adalah pendidikan mereka yang sangat kurang tentang
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), selain itu mereka juga ada yang belum
mengenal tentang K3 sama sekali dikarenakan lama bekerja yang masih belum
setahun. Terdapat juga para pekerja yang lama bekerjanya sudah lebih dari
setahun bahkan lebih, mereka mengetahui tentang K3 dan cara penerapan APD
karena sebelumnya mereka telah mendapat penyuluhan dari Depnaker

45
(Departemen Ketenagakerjaan) yang kebetulan sedang melakukan sidak terkait
K3 terhadap UD Rajawali. Setelah mendapatkan penyuluhan, mereka menerapkan
tentang pemakaian APD sesuai aturan tetapi hanya berjalan beberapa waktu saja
dan seterusnya tidk lagi diterapkan oleh para pekerja tersebut.
Selain itu hambatan yang kelompok kami rasakan adalah waktu kerja dari
pekerja yang tidak dapat dipastikan karena di UD Rajawali tidak diadakannya
shift kerja dan juga pekerja bebas untuk masuk/ tidak masuk karena tidak ada
batasan, dengan mereka masuk mereka akan mendapat upah sedangkan yang tidak
masuk tidak akan mendapatkan upah karena sistem upahnya adalah harian.
Sehingga dari waktu kerja tersebut kelompok kami kesulitan untuk mendapatkan
jumlah responden yang tidak dapat dipastikan jumlahnya setiap harinya. Selain itu
terdapat beberapa pekerja yang enggan untuk diwawancarai bahkan sampai
menghindar dan menyuruh kami untuk mewawancarai temannya saja.
Penyelesaiannya adalah dengan memberikan pengetahuan serta penjelasan
tentang K3 dan pentingnya penggunaan APD pada saat bekerja. Dan juga
mengingatkan kembali pada para pekerja yang lama agar penggunaan APD dapat
diterapkan kembali untuk kedepannya. Kemudian juga akan memberikan
pengetahuan tentang dampak bahaya kebisingan di tempat kerja dan upaya yang
harus dilakukan untuk mengurangi kebisingan tersebut. Serta sikap kerja
ergonomis yang baik.

4.5 Indikator Keberhasilan dan Ketercapaian Tujuan


4.5.1 Indikator Keberhasilan
Keberhasilan dari kegiatan intervensi yang kami lakukan nantinya dapat
dikatakan berhasil apabila pekerja memakai APD dalam bekerja.
4.5.2 Ketercapaian Tujuan
Kegiatan intervensi dikatakan dapat mencapai tujuan apabila diperoleh
perubahan pekerja yang sebelumnya tidak peduli terhadap resiko bahaya menjadi
peduli dan sadar untuk memakai APD.

46
Bab 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hambatan yang dihadapi adalah kurangnya kesadaran dari para pekerja untuk
menggunakan APD saat bekerja karena mereka menganggap tidak memakai APD
tidak mengancam keselamatan mereka dan itu menjadi salah satu kebiasaan buruk
pekerja. Penyelesaian yang dilakukan untuk menghadapi hambatan tersebut
adalah dengan memberikan pengetahuan serta penjelasan tentang K3 dan
pentingnya penggunaan APD pada saat bekerja. Dan juga mengingatkan kembali
pada para pekerja yang lama agar penggunaan APD dapat diterapkan kembali
untuk kedepannya.
5.2 Saran
Setiap pekerja sebaiknya menggunakan alat pelindung diri saat
bekerja.Dilakukannya penyuluhan tentang alat pelindung diri kepada semua
pekerja agar dapat mengurangi angka kecelakaan.Pemantauan terhadap alat
pelindung diri harus rutin dilakukan,agar dalam penggunaan lebih optimal.

47
DAFTAR PUSTAKA

Djatmiko, Riswan Dwi. 2016Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 81-83.


Yogyakarta: Deepublish.
Ghaniysara, Bina Kurniawan, Baju Widjasena. 2014.Perbedaan Paparan Debu
Pada Pekerja Penggilingan Padi Pregolan Desa Jetis kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Semarang Sebelum Dan Sesudah Pemasangan
Local Exhaust Ventilation. Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Vol 2 (2).
Jati, Hendra. 2014. Pengawasan K3 Lingkungan Kerja. Jurnal K3LH.
http://jurnal-k3lh.web.id/2014/12/31/pengawasan-k3-lingkungan-kerja/.
(diakses pada tanggal 19 Oktober 2018)
Maspary. 2013. Proses pembuatan padi menjadi beras .
http://www.gerbangpertanian.com/2013/01/inilah-proses-padi-menjadi-
beras.html (diakses pada tanggal 19 oktober 2018)
Nugrahaeni, F.S.2004.Analisis faktor risiko kadar debu organik di udara terhadap
gangguan fungsi paru pada pekerja industri penggilingan padi.Tesis.
Program Magister Kesehatan Lingkungan : Universitas Diponegoro.
Suratiyah, K. 2015.Ilmu Usaha Tani. Penebar Surabaya. Jakarta
Susanto, T. Purwandari, R. Wuryaningsih, E. 2016. Jurnal Nurse: Model
Kesehatan Keselamatan Kerja Berbasis Agricultural Nursing: Studi
Analisis Masalah Kesehatan Petani. Vol 11(45-46, 48)

48
LAMPIRAN
1. Instrumen Pengambilan Data
KETERANGAN PENGUMPUL DATA
Nama
Tanggal

A. Data Diri Responden

Nama
 Laki-laki
Jenis Kelamin
 Perempuan
Usia
Alamat
 Tidak sekolah
 Tidak tamat SD
 Tamat SD/Sederajat
Pendidikan Terakhir
 Tamat SMP/Sederajat
 Tamat SMA/Sederajat
 Perguruan Tinggi
Pekerjaan
 <5 tahun
Lama Bekerja (tahun)  5-10 tahun
 >10 tahun
Jam Kerja .......jam/hari
Pendapatan Perhari
Berapa hari kerja/bulan
Kepesertaan Asuransi  BPJS Kesehatan
 BPJS Ketenagakerjaan
 Asuransi lain (Sebutkan)

49
 Tidak mengikuti asuransi

B. Pengetahuan dan Pemahaman K3

No. Pertanyaan Jawaban


1. Apakah Anda pernah mendengar istilah K3?  Iya
 Tidak
2. K3 merupakan kepanjangan dari  Keselamatan Kendaraan
Kerja
 Kesehatan Kebersamaan
Kerja
 Kesehatan Kesejahteraan
Keluarga
 Kesehatan dan Keselamatan
Kerja
3. Kapan pertama kali Anda mendengar tentang  Saat masih bersekolah
K3?  Saat bekerja
 Baru pertama kali ini
4. Apakah Anda tahu bagaimana cara menerapkan  Iya, sebutkan......
K3 di lingkungan kerja?  Tidak
5. Apakah di tempat kerja Anda ada bahaya?  Iya, sebutkan.....
 Tidak
6. Apakah Anda mengetahui tentang APD?  Iya
 Tidak
7. APD merupakan kepanjangan dari?  Alat Penyelamat Diri
 Alat Pelindung Diri
 Akses Penyelamat Diri
 Alat Pertahanan Diri
8. Memakai APD adalah salah satu penerapan K3  Benar
di lingkungan kerja  Salah
9. APD yang dipakai selama ini saat bekerja  Lengkap

50
 Sedang
Catatan:  Tidak sama sekali
APD yang dipakai petani adalah sebagai
berikut:
Capil, masker, sarung tangan, kacamata,
pakaian (baju dan celana panjang), sepatu boot.

C. Akses K3

No. Pertanyaan Jawaban


1. Apakah Anda pernah mendapa informasi  Pernah
mengenai K3?  Tidak pernah
2. Darimana Anda pernah mendapatkan informasi  Penyuluhan
tentang K3?  Media Elektronik
 Media Cetak
 Lebih dari 1 sumber
3. Dimana Anda mendapatkan informasi tentang  Tempat kerja
K3?  Di luar tempat kerja
4. Frekuensi mendapatkan informasi K3 selama  1 kali
Anda bekerja?  2 kali
 Lebih dari 2 kali
5. Tema informasi K3 apa yang Anda dapatkan?  Tema K3 secara umum
 Tematik / Khusus,
sebutkan......

D. Keberadaan Hazard di Lingkungan Fisis

No. Pertanyaan Kriteria


Apakah terdapat kebisingan di tempat Anda Ya
1.
bekerja? Tidak
2. Apakah Anda merasa terganggu dengan kebisingan Ya

51
pada saat bekerja? Tidak

3. Darimanakah sumber kebisingan tersebut? .............................................

Sering
Apakah Anda pernah terganggu pendengarannya
4. Pernah
akibat kebisingan di tempat kerja?
Tidak pernah
Apakah menurut Anda pencahayaan di tempat kerja Ya
5.
sudah baik? Tidak

Dari manakah sumber pencahayaan di tempat kerja


6. ...........................................
Anda tersebut?

Sering
Apakah Anda penglihatan Anda pernah terganggu
Pernah
7. akibat kurang/lebihnya pencahayaan di tempat
Tidak
kerja?
pernah
Normal
Panas
8. Bagaimana suhu di tempat Anda bekerja?
Dingin

Sering
Apakah Anda pernah terganggu karena suhu di Pernah
9.
tempat bekerja? Tidak
pernah
Ada
11. Apakah terdapat getaran di tempat Anda bekerja?
Tidak ada

12. Jika ada, dari manakah getaran tersebut berasal? .............................................

E. Keberadaan Hazard di Lingkungan Kimia

52
No. Pertanyaan Kriteria

Apakah pekerjaan Anda menuntut untuk Ya


1.
menggunakan bahan kimia? Tidak

Apakah Anda mengetahui bahaya pada bahan kimia Ya


2.
yang anda pakai? Tidak

Padatan
3. Jika iya, jenis bahan kimia apa yang anda gunakan? Larutan
Gas
Apakah Anda memakai pelindung seperti penutup Ya
4. hidung dan mulut, sarung tangan, alas kaki pada saat Tidak
bekerja?
Apakah anda mengatahui dampak dari bahan kimia Tahu
5. bagi kesehatan apabila Anda tidak menggunakan Tidak tahu
pelindung?

Apakah bahan kimia yang Anda gunakan memiliki Ya


7.
bau yang menyengat? Tidak

Apakah bau tersebut mengganggu aktivitas atau Ya


8.
pekerjaan Anda? Tidak

9. Dari manakah sumber bau tersebut? .............................................

F. Keberadaan Hazard di Lingkungan Biologi

No
Pertanyaan
. Kriteria

1. Apakah terdapat vector dan rodent di tempat kerja Ya,


Anda? sebutkan
.............................

53
Tidak

2. Apakah Anda pernah mengalami serangan langsung Pernah


oleh binatang di tempat kerja? Tidak pernah

3. Apakah Anda merasa terganggu karena vektor dan Ya

rodent pada saat bekerja? Tidak

G. Keberadaan Hazard di Lingkungan Ergonomi

No
Pertanyaan
. Kriteria

1. Apakah Anda mengetahui tentangbahaya ergonomi di Ya


tempat kerja? Tidak

2. Apakah Anda sering mengangkat dan memindahkan Sering


beban pada saat bekerja? Pernah
Tidak pernah
Jika sering, berapakah beban yang biasa diangkat <10 Kg
ditempat kerja? 10-20 Kg
>20 kg
Berapa kali anda mengangkat beban tersebut setiap ........
hari?
3. Apakah anda sering melakukan pekerjaan dengan Ya

posisi tubuh tidak nyaman? Tidak

4. Apakah anda sering melakukan pekerjaan dalam Ya


keadaan statis lebih dari 10 menit? Tidak

54
5 Apakah anda sering melakukan pekerjaan yang Ya
repetitif atau dilakukan berulang-ulang? Tidak

6 Apakah anda melakukan pekerjaan menggunakan Ya, sebutkan


alat tajam? Tidak

Jika ya, sebutkan.

7 Apakah anda melakukan pekerjaan menggunakan Ya, sebutkan


alat berjalan? Tidak

Jika ya, sebutkan.

8 Ya
Jika anda bekerja menggunakan alat, apakah alat
Tidak
tersebut nyaman untuk digunakan?

H. Keberadaan Hazard di Lingkungan Mekanik

No. Pertnyaan Kriteria


1. Apakah pekerja melakukan pengecekan alat Ya
keselamatan sebelum digunakan? Tidak
2. Pernah
Apakah pernah terjadi kerusakan alat akibat
Tidak pernah
kesalahan pekerja?

3. Apakah alat yang Anda gunakan memiliki Ya


pelindung? Tidak

55
JOB SAFETY ANALISIS

No. Kegiatan Potensi Bahaya / Potensi PAK / KAK Penilaian Risiko Kontrol
Hazard L S R Kontrol yang Rekomendasi
sudah dilakukan Kontrol
(existing control) (recommendation
control)
Tahap Persiapan
1. 1. Kimia : 1. Kimia : 1. Eliminasi 1. Eliminasi

2. Fisika : 2. Fisika : 2. Subtitusi 2. Subtitusi

3. Biologi : 3. Biologi : 3. Pengendalian 3. Pengendalian


Teknik Teknik

56
4. Ergonomi : 4. Ergonomi :
4. Pengendalian 4. Pengendalian
Administratif Administratif

5. Mekanik: 5. Mekanik:

5. APD 5. APD

Tahap Pelaksanaan
1. Kimia : 1. Kimia : 1. Eliminasi 1. Eliminasi

2. Fisika : 6. Fisika : 2. Subtitusi 2. Subtitusi

57
3. Biologi : 7. Biologi : 3. Pengendalian 3. Pengendalian
Teknik Teknik

4. Ergonomi : 8. Ergonomi :
4. Pengendalian 4. Pengendalian
Administratif Administratif

5. Mekanik: 9. Mekanik:

5. APD 5. APD

Tahap Pasca Pelaksanaan

1. Kimia : 1. Kimia : 1. Eliminasi 1. Eliminasi

2. Fisika : 2. Fisika : 2. Subtitusi 2. Subtitusi

58
3. Biologi : 3. Biologi : 3. Pengendalian 3. Pengendalian
Teknik Teknik

4. Ergonomi : 4. Ergonomi :
4. Pengendalian 4. Pengendalian
Administratif Administratif

5. Mekanik: 5. Mekanik:

5. APD 5. APD

Keterangan Penilaian Resiko:


L : Likelihood
S : Saverity R : Risk

59
GUIDELINE JOB SAFETY ANALYSIS

1. Tentukan pekerjaan yang akan diperiksa potensi bahayanya


Pekerjaan yang memerlukan JSA merupakan pekerjaan yang memiliki
potensi bahaya dan berdampak pada terjadinya kecelakaan kerja
2. Breakdown pekerjaan menjadi beberapa tahapan pekerjaan
Tahapan pekerjaan terdiri dari 3 bagian yaitu tahapan persiapan sebelum
melakukan pekerjaan, tahapan pada saat pelaksanaan pekerjaan dan
tahapan pasca pelaksaan pekerjaan
3. Pecahkan tahapan pekerjaan menjadi langkah-langkah kerja
Dimana pada setiap tahapan pekerjaan terdiri dari beberapa langkah kerja
sederhana yang akan dilaksanakan
4. Kenali potensi bahaya dari masing-masing langkah kerja
Potensi bahaya fisik : kebisingan, pencahayaan, getaran, lingkungan
panas/dingin dll.
Potensi bahaya kimia : ledakan, Infeksi paru-paru, Gangguan Pernafasan,
dll.
Potensi bahaya biologi : Tabacosis, Penyakit akibat jamur, Kolera, dll.
Potensi bahaya ergonomi :MSD’s, low back pain, dll.
Potensi bahaya mekanik : Tertimbun, terjepit, terjatuh, dll.
5. Kenali potensi PAK atau KAK yang akan terjadi akibat adanya
potensi bahaya
Secara fisik : heatstress
Secara kimia : luka bakar, asbetosis, bissinosis dll
Secara biologi : penyakit kulit, gatal-gatal dll
Secara ergonomi : low back pain, dll.
Secara mekanik : jari teriris/terpotong, dll.
6. Penilaian risiko yang diakibatkan oleh potensi bahaya
Penilaian risiko ditujukan untuk menyusun prioritas penanganan bahaya
yang sudah diidentifikasi.Parameter yang digunakan untuk penilaian risiko
adalah likelihood dan severity.Likelihood menjelaskan seberapa sering

R=LxS 60
terjadinya kegiatan yang dapat memicu kecelakaan kerja sedangkan
severity menggambarkan tingkat keparahan dari suatu kecelakaan kerja.

61
Tabel 1 Skala “Likelihood dan Severity” Pada Standard AS/NZS 4360

Tingkat Kriteria Penjelasan

1 Sangat jarang Hampir tidak pernah terjadi

2 Jarang Kemungkinan terjadi jarang dalam


waktu tahunan

3 Mungkin terjadi Dapat terjadi sekali-kali dalam waktu


bulanan

4 Sering Hampir 100% terjadi kejadian tersebut

5 Pasti terjadi 100% kejadian pasti terjadi

Tabel 2 Skala “Risk Matrik” Pada Standard AS/NZS 4360

Likelihood Severity

1 2 3 4 5

1 1 2 3 4 5

2 2 4 6 8 10

3 3 6 9 12 15

4 4 8 12 16 20

5 5 10 15 20 25

Tingkat Bahaya Skor Keterangan

Rendah 1-4 Masih dapat ditoleransi

Sedang 5-10 Dikendalikan sampai batas


toleransi

Tinggi 12-25 Pemantauan intensif dan

62
pengendalian

7. Pengendalian
Setelah potensi bahaya diidentifikasi dengan pengukuran sebelumnya,
maka kita dapat melakukan pengendalian
a. Eliminasi
Dengan meniadakan sumber bahaya yang dapat menyebabkan
bahaya
b. Subtitusi
Dengan mengganti bahan yang memiliki sumber bahaya paling besar
dengan bahan yang memiliki sumber bahaya lebih kecil
c. Pengendalian teknik
Melakukan perawatan secara berkala terhadap alat dan lingkungan
kerja
d. Pengendalian administratif
Memberikan pendidikan dan pelatihan sebagai pendukung pekerja
dalam melakukan pekerjaan secara aman
e. APD
Merupakan cara terakhir yang dipilih dalam meghadapi bahaya.
Umunya menggunakan alat seperti helm, sarung tangan dll

63
KETERANGAN PENGUMPUL DATA
Nama Pengumpul Data
Tanggal Pengumpul Data

I. Instrumen Keluhan Kesehatan


1. Apakah pernah mengalami keluhan kesehatan selama bekerja ?
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah

2. Apakah terdapat keluhan kesehatan akibat paparan :


Fisik Opsi Jawaban
Cahaya a. Ya
b. Tidak
Kebisingan a. Ya
b. Tidak
Getaran a. Ya
b. Tidak
Suhu a. Ya
b. Tidak
Kimia Opsi Jawaban
Korosi a. Ya
b. Tidak
Iritasi c. Ya
d. Tidak
Reaksi alergi a. Ya
b. Tidak
Biologi Opsi Jawaban
Virus a. Ya
b. Tidak
Bakteri a. Ya
b. Tidak

64
Jamur a. Ya
b. Tidak
Binatang buas a. Ya
b. Tidak

3. Bagaimana intensitas terjadinya keluhan kesehatan tersebut ?


□ Jarang (≤1 kali seminggu)
□ Kadang-kadang (2-4 kali seminggu)
□ Sering (>4 kali seminggu)
4. Jika pernah ada keluhan/gangguan kesehatan, penanganan apa yang
dilakukan ?
□ Istirahat
□ Diobati sendiri
□ Segera berobat ke petugas kesehatan
□ Lainnya, sebutkan __________
5. Apakah perusahaan sudah menyediakan pelayanan kesehatan di
lingkungan kerja ?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah Anda menggunakan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
yang sudah disediakan oleh perusahaan?
a. Ya
b. Tidak

J. Instrumen Pengalaman KAK


No Komponen Kategori
1 Pernah mengalami kecelakaan di  Pernah
tempat kerja?
 Tidak Pernah
2 Seberapa sering mengalami  Selalu
kecelakaan?
 Sering

65
 Kadang - Kadang

 Jarang

 Tidak Pernah
3 Kapan terjadinya kecelakaan  Saat berangkat kerja
kerja tersebut?
 Saat bekerja

 Saat pulang kerja


4 Berapakah tingkat keparahan  Level 1 (tidak parah)
akibat kecelakaan kerja tersebut?
 Level 2 (ringan)

 Level 3 (sedang)

 Level 4 (parah)

 Level 5 (sangat parah)


5 Apakah kecelakaan kerja yang  Ya
terjadi dilaporkan?
 Tidak (dibiarkan)
6 Kepada siapa kecelakaan kerja  Sesama rekan kerja
tersebut dilaporkan?
 Kepada atasan

 Kepada pihak berwajib

 Lainnya (Sebutkan)
_____________

7 Faktor apa yang menyebabkan  Faktor lingkungan


kecelakaan kerja?
 Faktor manusia

 Faktor konstruksi

 Faktor material dan peralatan

66
 Faktor bahaya

K. PEMBINAAN DAN PELATIHAN K3


N
PERTANYAAN JAWABAN
O

Apakah selama ini dilakukan pelatihan K3 Ya Tidak


kepada pekerja?
1

Jika jawaban TIDAK, lanjut pada


pertanyaan nomor 8
Apakah pelatihan K3 yang selama ini Ya Tidak
2 dilakukan, materi yang diberikan sesuai
yang dibutuhkan oleh pekerja?
Apakah kemampuan instruktur pelatihan Ya Tidak
3 K3 dalam memberikan pelatihan sudah
sesuai harapan?

4 Apakah sarana atau prinsip-prinsip Ya Tidak


pelatihan K3 yang diterapkan sudah efektif?

5 Apakah pekerja yang mengikuti pelatihan Ya Tidak


K3 memiliki antusias yang tinggi?

6 Apakah dilakukan evaluasi setelah Ya Tidak


pelatihan K3 dilaksanakan?
Apakah pelatihan K3 yang diberikan Ya Tidak
7 kepada pekerja dapat mengurangi risiko-
risiko yang terjadi ditempat kerja?
Apakah perusahaan memberikan Ya Tidak
8 kesempatan untuk mengikuti pelatihan K3
untuk pengembangan diri pekerja?

9 Apakah perusahaan mengadakan kampanye Ya Tidak


dan penyuluhan mengenai K3?
10 Apakah perusahaan menyediakan informasi Ya Tidak

67
terkait K3 di tempat kerja?

11 Apakah terdapat sarana dan prasana yang Ya Tidak


mendukung di tempat kerja?
Apakah pihak atasan dapat memberikan Ya Tidak
12 motivasi kepada pekerja untuk bekerja
dengan baik?
Pemerintah
Perusahaan
13 Darimana Anda mendapatkan pendidikan Mahasiswa
atau pelatihan K3? Kader
Lainnya, ……….

14 Berapa kali Anda mendapatkan pendidikan


atau pelatihan K3 tersebut?
L. PENGAWASAN K3
1. Apakah Anda pernah medapatkan atau melaksanakan
survey/pemgawasan K3?
Pernah Belum Pernah
2. Jika pernah, siapa yang melaksanakan survey/pengawasan K3 tersebut?
Internal (pihak perusahaan) Eksternal, ………….
3. Seberapa sering survey/pengawasan tersebut dilakukan?
1 tahun sekali 1 tahun 2 kali Lainnya, …………….

M. PENGENDALIAN RESIKO BAHAYA PADA PEKERJA


Hierarki Pengendalian Pelaksanaan
NO Keterangan
Bahaya Ada Tidak

1 Eliminasi

68
2 Substitusi

Kontrol Teknik /
3
Perancangan

4 Kontrol Administratif

5 Alat Pelindung Diri

N. Pengetahuan tentang POS UKK


1. Apakah anda mengetahui tentang Pos UKK?
a. Ya
b. Tidak
Jika “Tidak” lanjut ke opsi D, Jika “Ya” lanjut ke pertanyaan nomer 2
2. Dari manakah anda mengetahui POS UKK?
a. Media Online
b. Media Cetak
c. Rekan sejawat
d. Lainnya....

69
3. Apakah kepanjangan dari POS UKK?
a. Pos Upaya Kesehatan Kerja
b. Pos Upaya Keselamatan Kerja
c. Pos Usaha Kesehatan Kerja
d. Pos Usaha Keselamatan Kerja
4. Pos UKK dibentuk untuk meningkatkan kesehatan pekerja sehingga
dapat meningkatkan produktivitas kerja
a. Benar
b. Salah

O. Sosialisasi POS UKK di Tempat Kerja


1. Apakah pernah diadakan sosialisasi atau penyuluhan mengenai POS
UKK di lingkungan kerja anda?
a. Pernah
b. Tidak pernah
Jika “Tidak pernah” lanjut ke pertanyaan C
2. Berapa kali sosialisasi atau penyuluhan mengenai POS UKK dilakukan
di tempat kerja Anda?
a. 1 kali
b. > 1 kali, jumlah …..
3. Siapa yang melakukan sosialisasi POS UKK di tempat kerja anda?
a. Petugas kesehatan
b. Dinas Ketenagakerjaan
c. Ormas
d. Lain-lain, …….

P. Ketersediaan POS UKK di Tempat Kerja


1. Apakah pernah terjadi kecelakaan kerja di lingkungan kerja anda dalam
satu tahun terakhir?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah jenis kecelakaan kerja yang sering terjadi?

70
a. Berkontak dengan bahan kimia atau lainnya
b. Kebocoran tabung gas
c. Terpleset
d. Lainnya...
3. Apakah di tempat kerja anda sudah terdapat POS UKK?
a. Iya
b. Tidak
4. Apakah POS UKK ditempat sudah memiliki tempat yang memadai dan
terdapat papan bertuliskan POS UKK?
a. Iya
b. Tidak
5. Apakah dilakukan pelaporan dan pencatatan apabila terjadi kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja
a. Ya
b. Tidak
6. Berapa jumlah kader POS UKK di tempat kerja anda?
a. 1
b. 1-3
c. >3
7. Bagaimana ukuran tingkat perkembangan POS UKK di tempat kerja
anda?
a. Tingkat Pratama
b. Tingkat Madya
c. Tingkat Purnama
d. Tingkat Mandiri

Q. Kemauan untuk Mendirikan POS UKK


Jika responden tidak mengetahui POS UKK dan di tempat kerja
tersebut sudah dan/atau belum memenuhi persyaratan mendirikan POS UKK,
maka pewawancara harus menjelaskan tentang POS UKK terlebih dahulu.

71
1. Apakah anda berkeinginan mendirikan POS UKK di lingkungan kerja
anda?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda bersedia mendirikan POS UKK saat persyaratan
mendirikan POS UKK telah memenuhi di tempat kerja anda?
a. Iya
b. Tidak
3. Apakah anda bersedia menjadi kader Pos UKK di lingkungan kerja
Anda?
a. Iya
b. Tidak

R. Lembar Observasi
NO Komponen Checklist
1. Jumlah pekerja yang ada di o < 10 orang
dalam lingkungan kerja o 10 – 50 orang
o >50 orang
2. Ketersediaan tempat yang o Ya
memadai untuk dijadikan Pos o Tidak
UKK lengkap dengan papan
nama
3. Ketersediaan P3K kit dan P3P o Tersedia
kit di lingkungan kerja o Tidak tersedia
4. Ketersediaan APD di o Tersedia
lingkungan kerja o Tidak tersedia
Sebutkan:

5. Ketersediaan timbangan badan o Tersedia


dan alat pengukur tinggi badan o Tidak tersedia

72
di lingkungan kerja
6. Ketersediaan meja, kursi, o Tersedia
tempat tidur, dan lemari obat di o Tidak tersedia
lingkungan kerja
7. Ketersediaan buku pencatatan o Tersedia
dan pelaporan jika terjadi o Tidak tersedia
kecelakaan kerja
8. Ketersediaan buku panduan dan o Tersedia
media penyuluhan (jika terdapat o Tidak tersedia
pos UKK)
9. Kemauan untuk mendirikan o Sangat minat
POS UKK o Kurang minat
10. Kemauan untuk menjadi kader o Berminat
POS UKK o Tidak berminat

73
KEBIJAKAN K3 DI SEKTOR AGROINDUSTRI
1. Apakah terdapat peraturan yang mengatur tentang K3 di tempat kerja?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah ada peraturan mengenai perlindungan pekerja di tempat kerja?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah Anda mengetahui terdapat payung hukum yang melindungi pekerja
dan tempat kerja?
a. Ya
b. Tidak
4. Apabila terjadi kecelakaan dalam bekerja oleh pekerja, adakah peraturan
mengenai hal tersebut?
a. Ya
b. Tidak
5. Adakah sanksi yang diberlakukan di tempat kerja apabila pekerja melakukan
kesalahan?
a. Ya
b. Tidak

74
2. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 1: Pengeringan Padi Menggunakan Panas Matahari

Gambar 2: Pemindahan Padi dengan Truk ke Separator (Pemecah Kulit Pertama)

75
Gambar 3: Separator pemecah kulit kedua dan ketiga

Gambar 4: Alat untuk pengemasan beras

76
Gambar 5: Hasil pecah kulit pertama, kedua dan ketiga

Gambar 6: Beras yang sudah dipacking

Gambar 7: Kegiatan pemaparan pemateri tentang APD (Masker)

77
Gambar 8: Kegiatan pemaparan materi tentang prosedur mengangkat beban yang
benar

Gambar 9: Pekerja yang membawa beban dengan posisi yang salah

Gambar 10: Penyerahan kenang-kenangan kepada pemilik UD Rajawali

Gambar 11: Foto bersama pekerja UD Rajawali

78
Gambar 12 : Foto wawancara bersama salah satu pekerja

79

Anda mungkin juga menyukai