Disusun oleh:
Kelompok 2
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan
berjudul Kajian Kondisi Kerja Sektor Pertanian (Studi Sektor Pertanian di UD
Rajawali, Rambigundam, kabupaten Jember) untuk memenuhi tugas mata kuliah
K3 Sektor Agroindustri. Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, Tuhan semesta alam.
2. Ibu Reny Indrayani S.KM., M.KKK, Bapak Kurnia Ardiansyah A. S.KM.,
M.KKK, dan Ibu Prehatin Trirahayu N. S.KM., M.Kes selaku dosen
pengampu mata kuliah K3 Sektor Agroindustri Kelas A Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
3. Pemilik dan seluruh pekerja diUD Rajawali
4. Serta, teman-teman yang telah memberikan segala bantuannya untuk
menyelesaikan laporan ini
Kami telah mengerjakan laporan ini dengan penuh usaha agar tercipta
laporan yang sempurna. Namun, kami sangat menerimamasukan dan saran dari
pembaca yang bertujuan untuk menyempurnakan laporanini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat dan memberikan nilai positif terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................6
3
Bab 5 PENUTUP...................................................................................................44
5.1 Kesimpulan..............................................................................................44
5.2 Saran........................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................45
LAMPIRAN...........................................................................................................46
2. Dokumentasi Kegiatan................................................................................73
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
6
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan sektor industri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.
Peningkatan ini seiring dengan peningkatan taraf ekonomi negara. Semakin maju
industri semakin terbuka lapangan kerja` untuk masyrakat, daerah disekitar
perindustrian,komunikasi,perdagangan maupun dibidang pertanian.
Salah satu sektor industri yang bergerak dibidang pertanian diantaranya
sektor industri yang memproduksi beras untuk memnuhi kebutuhan masyarakat
terhadap pangan beras. Perkembangan sektor ini akan meningkatkan taraf
kehidupan ekonomi dan sosial masyaraakat. Namun disisi lain, kemajuan
ekonomi merangsang timbulnya industri baru yang mempunyai ruaang lingkup
yang lebih luas. Perkembangan industri yang pesat dapat meningkatkan taraf
hidup, tetapi juga dapat menimbulkan dampak negatif juga bisa terjadi
dimasyarakat. Salah satu dampak negatif adalah terhadap kesehatan para pekerja
di sekitar daerah perindustrian. Hal ini disebabkan oleh berbagai keberadaan
hazard di sektor pertanian baik hazard kimia, fisika, biologi, ergonomi dan
mekanik.
Penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan akibat kerja juga berpotensi terjadi
pada sektor industri pertanian karena pada sektor tersebut dapat ditemukan
berbagai keberadaan hazard yang dapat membahayakan pekerjanya. Pada sektor
industri penggilingan padi, salah satu potensi bahaya adalah partikel debu
sekamnya yang cukup tinggi terutama dibagian penggilingan. Debu penggilingan
padi adalah termasuk debu organik atau debu biji-bijian yaitu debu yang
mengganggu kenyamanan kerja dan apabila terpapar terus-menerus menimbulkan
penumpukan disaluran paru yang tentu menggangu saluran pernapasan.K ondisi
kualitas udara lingkungan kerja dapat ikut berperan dalam hal kesehatan kerja.
Pada penggilingan padi, paparan debu dapat menimbulkan berbagai penyakit
akibat kerja yaitu gangguan fungsi paru dan kecacatan.
Proses penggilingan padi dari awal sampai akhir dimulai dari pembersihan,
pemecahan kulit, penyosohan dan pemutihan, penggosokan erta pengayaan. Pada
proses tersebut terdapat keberadaan hazard yang berpotensi terhadap terjadinya
PAK dan KAK.
7
Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti ingin melakukan penelitian tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Sektor Industri Pertanian yang
bergerak pada bidang produksi padi yaitu UD Rajawali Rambigundam.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di di UD
Rajawali Rambigundam Jember.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui keberadaan hazard yang terdapat pada setiap prosedur
kerja di UD Rajawali Rambigundam Jember
2. Untuk mengetahui potensi terjadinya PAK dan KAK di di UD Rajawali
Rambigundam Jember
3. Untuk mengetahui perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja di di UD
Rajawali Rambigundam Jember.
8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Definisi Pertanian padi dan data data produksi padi di Indonesia
Padi adalah suatu jenis tanaman yang bijinya menjadi salah satu bahan
makanan pokok dan sumber karbohidrat manusia, terutama di negara-negara asia.
Diperkiran padi sudah di tanam kira-kira 8.000 tahun sebelum masehi diIndia dan
China. Sekarang, pembudidayaan padi sudah menyebar ke seluruh dunia. Lebih
dari 60 persen produksi beras dunia dihasilkan China, India dan Indonesia.
9
konsumsi beras pada tahun yang sama mencapai 32,7 juta ton dan neraca beras
nasional mencatat surplus 11,9 juta ton, angka tersebut dikurangi penggunaan non
pangan.
Untuk tahun 2018, produksi beras diperkirakan mencapai 47,4 ton dengan
konsumsi sebesar 33,1 juta ton dan kembali terjadi surplus sebanyak 12,7 juta ton.
Lalu pada 2019, produksi diperkirakan meningkat menjadi 48,6 juta ton dengan
konsumsi 33,5 juta ton, terjadi surplus 13,5 juta ton.
Tabel 11. Proyeksi Produksi, Konsumsi, dan Neraca Beras Nasional 2015-2019
Sedangkan data dari Dinas Pertanian dan Badan Pusat Statistik Kabupaten
Jember, produksi padi di Jember merupakan yang tertinggi seindonesia, yakni
sekitar 1,4 juta ton untuk memenuhi kebutuhan pangan. Pada tahun 2014 produksi
komoditas padi meningkat, sejalan dengan naiknya produktivitas yaitu sebesar
0,66 kuintal per hektar serta luas panen sebesar 35.609 hektar atau 1,75 persen
dibanding tahun 2013. Pada tahun 2015 produktivitas padi kembali meningkat
sebesar 1,32 kuintal per hektar sejalan dengan luas panennya juga mengalami
peningkatan sebesar 79.440 hektar atau 3,83 persen dibanding sebelumnya
10
Tabel 12. Produksi Padi Kabupaten/Kota di Jawa Timur tahun 2007-2016
Semua teknologi ini dibuat dengan tujuan memudahkan para petani dalam
proses pengolahan padi maupun penanganan pasca panen. Pengolahan padi yang
dilakukan secara modern, identik dengan penggunaan alat-alat bantu yang maju,
misalnya penggunaan mesin. Penggunaan peralatan modern dalam pengolahan
padi akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengolahan padi yang nantinya
akan berdampak positif terhadap kualitas dan kuantitas produk hasil olahan.
1) Perontokan
Sebelum dilakukan penjemuran, gabah harus dipisahkan dari malainya
dengan cara perontokan, agar penjemuran dapat berlangsung lebih singkat
dan dapat mengehemat tempat penjemuran. Perontokan dilakukan dengan
cara menggunakan mesin perontok mekanis.
11
2) Penjemuran
Sesudah dirontokkan gabah kemudian dijemur di lamporan. Lamporan
adalah suatu lantai semen yang dibuat agak tinggi di bagian tengah dengan
saluran air diantaranya untuk mencegah berkumpulnya air hujan. Gabah
hasil pengeringan dengan kadar air sekitar 14% basis basah disebut gabah
kering giling karena sudah dapat menjalani proses penggilingan.
3) Penggilingan (pemecah kulit)
Gabah dimasukkan ke mesin pemecah kulit. Proses ini mengelupaskan
sekam dari gabah. Hasil biji beras pada proses ini yang dikenal dengan
beras pecah kulit. Biji beras masih memiliki lapisan kulit ari yang dikenal
dengan istilah bekatul. Mesin pemecah kulit/sekam gabah kering giling
berfungsi untuk memecahkan dan melepaskan kulit gabah. Input bahan
dari mesin ini adalah gabah kering giling, yaitu gabah kadar air 14% basis
basah dan outputnya berupa beras pecah kulit yang berwarna putih
kecoklatan.
4) Penyosohan
Selanjutnya beras pecah kulit mengalami proses penyosohan yang
dilakukan menggunakan mesin penyosoh atau disebut juga mesin pemutih.
Hasil dari proses penyosohan adalah beras putih yang siap dipasarkan atau
dimasak.
5) Pemisahan
Beras putih hasil proses penyosohan kemudian perlu dipisahkan menurut
kelompok mutunya yaitu beras utuh dan beras kepala sebagai mutu
terbaik, beras patah sebagai mutu kedua, dan beras menir sebagai mutu
ketiga. Pemisahan dilakukan dengan mesin pengayak.
6) Pengemasan
Setelah produk gabah yang telah diolah telah mencapai produk akhir yaitu
beras, maka produk siap dikemas yang biasanya menggunakan karung
ataupun plastik.
12
Unsur kimia didapatkan dari pupuk yang digunakan para petani, biasanya
yang digunakan adalah pestisida dan insektisida. Jenis tersebut membahayakan
karena bahan kimia yang terkandung akan bertahan dalam tanah dalam jangka
waktu yang cukup panjang dan dapat berpindah tempat.
13
Misalnya, mesin besar di tempat kerja dapat menimbulkan getaran yang
mempengaruhi pekerja yang tidak memiliki kontak langsung dengan
mesin tersebut dan menyebabkan nyeri dan kram otot.
3) Iklim kerja ketika suhu berada di atas atau di bawah batas normal, keadaan
ini memperlambat pekerjaan. Ini merupakan salah satu alasan mengapa
sangat penting untuk mempertahankan tingkat kenyamanan suhu dan
kelembaban di tempat kerja karena faktor tersebut dapat berpengaruh pada
efisiensi dan produktivitgas individu pada pekerja.
Penyusunan tempat kerja dan tempat duduk yang sesuai harus diatur
sedemikian sehingga tidak ada pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan. Tempat-
tempat duduk yang cukup dan sesuai harus disediakan untuk pekerja-pekerja dan
pekerja harus diberi kesempatan yang cukup untuk menggunakannya.
14
resiko kesehatan dalam pelaksanaan, hal tersebut karena masih kurangnya
pengetahuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
15
b Hilang pendengaran sementara akibat kebisingan yang disebabkan
oleh adanya paparan suara mesin
c Kelelahan mata akibat dari kurangnya pencahayaan di ruang
tempat bekerja sehingga memaksa mata untuk bekerja lebih keras.
Jika hal ini berlangsung lama, maka pekerja akan mengalami
kelelahan mata
2 Faktor Kimia
a Penyakit asma karena adanya paparan debu terhadap operator
milling machine dan operator polisher machine.
b
3 Faktor Biologis
a Adanya vektor, yaitu berupa kutu beras atau yang biasa kita kenal
dengan kumbang padi, merupakan hama yang dapat merusak padi
dan beras dan juga dapat menurunkan kualitasnya. Sehingga
menyebabkan harga beras menjadi rendah.
b Adanya rodent, yaitu berupa tikus yang merupakan biunatang
pengerat yang bisa memakan dan merusak beras di industri
tersebut.
4 Faktor Ergonomi
a Low Back Pain (LBP)
Merupakan nyeri pada punggung bagian bawah yang dapat
diakibatkan oleh berbagai sebab antara lain karena beban berat
yang menyebabkan otot-otot yang berperan dalam
mempertahankan keseimbangan seluruh tubuh mengalami luka
atau iritasi pada diskus intervetebralis dan penekanan diskus
terhadap saraf yang melalui antarvetebrata (Suzilawati,2005).
Lingkungan berpengaruh terhadap kejadian Low Back Pain.
Terdapat dua faktor yang menyebabkan keluhan nyeri punggung
bawah yaitu getaran dan temperatur yang ekstrem (Nusa,2013).
Sedangkan faktor pekerjaan yang berhubungan dengan keluhan
LBP antara lain, postur tubuh, repetisi atau aktivitas yang
berulang-ulang yang dilakukan selama bekerja, pekerjaan
16
statisdalam waktu yang cukup lama dan pekerjaan yang
memaksakan tenaga terutama pekerjaan dengan beban berat atau
handling work. Sikap tubuh dan desain tempat kerja juga
merupakan faktor resiko LBP.Sikap dengan posisi tubuh
menunduk terlalu lama dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan nyeri punggung. Klasifikasi Low Back Pain dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu : (Carey TS. Garret J, Jackman A et all.,
1995)
1 Acute back pain. Nyeri yang timbul selama enam atau
kurang. Hal ini ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang
secara tiba-tiba dan rentang waktu hanya sebentar, antara
beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini
dapat hilang atau sembuh.
2 Seubacute back pain. Nyeri yang dirasakan selama 6
sampai 12 minggu.
3 Chronic back pain. Nyeri yang timbul lebih dari 12 minggu.
b Terjatuh dari ketinggian, hal ini dapat di alami oleh seorang
pekerja, misalnya pada saat memperbaiki cerobong sekam yang
memiliki ketinggian diatas 5 m. Akibat dari kecelakaan ini, maka
pekerja dapat mengalami cidera atau patah tulang jika pekerja juga
tidak menggunakan APD dengan baik dan benar.
5 Faktor Mekanik
a Tangan yang ikut tergiling mesin, hal ini terjadi ketika pekerja
kehilangan konsentrasi mereka yang diakibatkan oleh kelelahan
atau teralihkan dengan hal lain. sehingga tanpa sadar ketika
merekamemasukkan batang padi maka tangan pekerja pun bisa ikut
tergiling.
b Terjadinya kecelakaan ketika tubuh pekerja juga terseret ke dalam
mesin. Penyebabnya adalah pekerja memakai baju yang cukup
lebar dan ringan sehingga ketika terkena angin, kemungkinan baju
tersebut tersangkut ke dalam mesin penggiling dan menyeret tubuh
pekerja. Hal ini juga dapat menyebabkan kematian.
17
2.5 Perlindungan pada Pekerja di Sektor Pertanian
1 Pengawasan
a Pengawasan lingkungan kerja adalah serangkaian pengawasan dari
semua tindakan yang dilakukan oleh pegawai pengawas
ketenagakerjaan atas oemenuhan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan atas objek pengawasan lingkungan kerja.
b Lingkungan kerja adalah istilah generic yang mencakup
identifikasi dan evaluasi faktor-faktor lingkungan yang
memberikan dampak pada kesehatan tenaga kerja (ILO)
c Objek pengawasan meliputi;
Faktor-faktor bahaya lingkungan kerja, antara lain;
Faktor fisik
Faktor kimia
Faktor biologis
Faktor ergonomi
Alat Pelindung Diri (APD)
Peralatan yang digunakan
Limbah industri
2 Penyuluhan dan pencegahan masalah k3
a Pencegahan dalam faktor fisik dapat dilakukan dengan cara;
Memperbaiki aliran udara/ventilasi
Mereduksi panas
Penggunaan APD
Penyediaan air minum yang cukup
Kontras pencahayaan harus seimbang
Menutupi bagian mesin yang bergerak agar tidak silau
ketika terkena cahaya yang dipantulkan
Pemilihan lampu yang tepat
Penempatan sumbercahaya yang sesuai
b Pencegahan dalam faktor kimia dapat dilakukan dengan cara;
18
Mengurangi penggunaan bahan kimia
Pemakaian APD untuk ruangan dengan radioaktif
Pemakain masker untuk menghindari keracunan akibat
bahan kimia
c Pencegahan dalam faktor biologis adalah dengan cara;
Imunisasi dan vaksinasi
Melakukan pengendalian vektor dan rodent
d Pencegahan dalam faktor ergonomi adalah dengan cara;
Penyuluhan tentang bagaimana bekerja dengan posisi yang
benar
Menerapkan antropometri yang sesuai
2. 5 Gambaran Pertanian
2.6.1 Profil UD. Rajawali Rambigundam Jember
UD Rajawali Rambigundam Jember merupakan salah satu sektor
industri pertanian yang bergerak pada produksi beras. Sektor industri
ini terletak di jl Argopuro, Desa Kaliwining, Rambigundam,
Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember.
UD Rajawali Rambigundam Jember dalam proses produksinya
dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian pengangkutan dari lokasi
pemanenanan menuju UD Rajawali Rambigundam Jember, bagian
pengangkutan menuju pengeringan manual dan mekanik, bagian tahap
pemecahan kulit (pemecahan kulit pertama, penggilingan padi kedua
dan penggilingan padi ketiga), tahap colour sortir dan stoner sortir atau
tahap pemisahan batu dan bagian packaging.
Jumlah karyawan yang bekerja di UD Rajawali Rambigundam
Jember tidak tetap setiap harinya. Karena di sektor ini, pekerja diberi
kebebasan untuk masuk kerja atau tidak masuk kerja. Sehingga pada
saat tertentu, jumlah pekerja sedikit dan terkadang banyak (melebihi
20 orang). Namun, rata-rata jumalh pekerja setiap hari adalah 20
orang.
19
Karyawan bekerja mulai pukul 07.00 pagi sampai pukul 16.00
atau jam 17.00. Waktu istirahat dilakukan pada jam 10.00-11.00 siang
dan setiap pekerja akan melakukan ibadah di jam tertentu. Sistem
pembayaran upah dilakukan setiap jam akhir kerja yaitu jam 16.00-
17.00.
Sektor pertanian ini dalam melakukan proses produksi beras telah
dilengkapi dengan mesin yang canggih seperti oven pengeringan padi
yang bisa kering lebih cepat jika dibandingkan dengan pengeringan
manual dan bisa menampung gabah sampai 30 ton. Proses
penggilingan juga menggunakan mesin penggilingan padi yang telah
dilengkapi denganelevator sehingga pekerja tidak perlu naik ke atas
mesin untuk meletakkan gabah yang akan digiling. Melainkan
meletakkannya pada elevator dan elevator akan membawa gabah
menuju mesin penggilingan. Hal ini membuat kecelakaan kerja akibat
mesin dapat dikurangi.
UD Rajawali Rambigundam Jember secara keseluruhan telah
tergolong cukup baik, namun kebersihan didalam ruangan produksi
masih kurang karena sisa-sisa penggilingan gabah belum diolah secara
benar sehingga bertumpuk-tumpuk didalam ruangan.
20
BAB 3. HASIL KEGIATAN
21
No Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase
1 Tidak sekolah 1 6,66%
2 Tidak tamat SD 0 0
3 Tamat SD/Sederajat 8 53,33%
4 Tamat SMP/Sederajat 2 13,33%
5 Tamat SMA/Sederajat 4 26,66%
6 Perguruan Tinggi 0 0
Jumlah 15 100%
Tabel 15 Karakteristik responden menurut pendidikan terakhir
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 15 responden yang diwawancara
di UD Rajawali Rambigundam Jember, sebagian besar responden pendidikan
terakhirnya adalah SD/sederajat dengan persentase 53,33%.
3.1.4 Penghasilan
No Penghasilan Jumlah Persentase
1 <UMR/bulan 10 66,67%
2 >UMR/bulan 5 33,33%
100%
Tabel 16 Karakteristik responden menurut penghasilan
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa tidak semua responden terdaftar
dalam BPJS Kesehatan ataupun BPJS Ketenagakerjaan, 26,67% terdaftar dalam
BPJS dan 73,33% responden tidak terdaftar dalam BPJS.
22
3.2 Pemahaman Tentang K3
Menurut hasil wawancara yang dilakukan pada 15 responden, dapat
diketahui pemahaman responden tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (k3),
yaitu sebagai berikut:
3.2.1 Akses
No Mendapat Informasi K3 Jumlah Persentase
1 Pernah 6 40%
2 Tidak Pernah 9 60%
Jumlah 15 100%
Tabel 18 Distribusi dari Informasi K3 pada 15 responden
23
6 100%
Tabel 20 Tempat memperoleh informasi K3
Jumlah 15 100%
Tabel 10 Penerapan informasi K3 ditempat kerja
Berdasarkan tabel diatas dapat dllihat bahwa 6 responden yang pernah
mendapatkan informasi K3 di tempat kerja, 5 dari 6 responden telah menerapkan
informasi K3 yang didapatkan dan 1 responden tidak menerapkan ditempat kerja.
3.2.2 Pengetahuan dan Pemahaman K3
Menurut hasil wawancara yangdilakukan terhadap 15 responden yang
bekerja di UD RajawaliRambigundam diketahui bahwa terdapat 4 responden yang
mengetahui K3 sebagaimana tercantum dalam tabel dibawah ini:
No Mengetahui K3 Jumlah (orang) Persentase
24
1 Ya 4 26,67%
2 Tidak 11 73,33%
Jumlah 15 100%
Tabel 11 Pengetahuan responden tentang K3
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pekerja yang mengetahui K3 dari
15 responden adalah 4 responden dengan persentase 26,67% dan responden
lainnya tidak mengetahui tentang K3 dengan persentase 73,33%..
Sebagian besar dari pekerja tidak mengetahui tentang K3, terutama
responden yang belum pernah mendapatkan informasi K3. Namun, mereka
mengetahui mengenai keselamatan dalam bekerja agar pekerjaan yang dilakukan
tidak menimbulkan bahaya.
Dari wawancara yang dilakukan kepada 15 responden, diketahui
pengetahuan responden terhadap adanya potensi bahaya ditempat kerja
sebagaimana dalam tabel berikut:
No Potensi Bahaya di Tempat Jumlah Persentase
Kerja
1 Mengetahui 12 80%
2 Tidak mengetahui 3 20%
Jumlah 15 100%
Tabel 12 Potensi bahaya ditempat kerja
Berdasarkan tabel diatas, terdapat 12 responden dengan persentase 80%
mengetahui mengenai potensi bahaya yang ada di UD Rajawali dan 3 responden
tidak mengetahui mengenai potensi bahaya di tempat kerja.
Hasil wawancara kepada 15 responden menunjukkan bahwa Pengetahuan
responden tentang Alat Pelindung Diri (APD) sebagian besar belum mengetahui
APD, sebagaimana dalam tabel berikut:
No Pengetahuan Tentang APD Jumlah Persentase
1 Tahu 3 20%
2 Tidak Tahu 12 80%
15
Tabel 13 Pengetahuan tentang APD
25
Dari wawancara yang dilakukan terhadap 15 responden yang bekerja di
UD Rajawali Rambigundam didapatkan hasil bahwa sebagian besar dari pekerja
dengan persentase 80% belum mengetahui Alat Pelindung Diri (APD) di tempat
kerja dan 3 responden mengetahui tentang APD di tempat kerja.
Responden yang belum mengetahui alat pelindung diri dalam bekerja
dalam bekerja rata-rata adalah yang belum pernah mendapatkan informasi
mengenai K3. Meskipun dalam bekerja mereka telah menggunakan pakaian untuk
melindungi dari sinar UV, masker sederhana dari kain dan sepatu.
26
3 Proses penggilingan padi pada mesin - Partikel debu dari
penggiling padi. material padi
yang diangkut
pekerja.
- Serbuk konsentrat
sisa bekatul yang
tersisa di tempat
penggilingan dan
pembuangannya
belum diatur
dengan baik.
27
alat pengering
padi.
- Kebisingan dari
mesin pengering
padi.
28
ke pabrik penggilingan. keadaan statis
selama perjalanan
ke pabrik padi.
- Posisi duduk yang
tidak tepat.
2 Proses pengangkutan gabah oleh pekerja dari - Posisi tubuh
truk menuju lokasi pengeringan. pekerja dalam
mengangkat
beban yang salah.
- Beban yang
diangkat melebihi
kapasitas.
29
kecelakaan yang berhubung dengan hubungan keja, termasuk penyakit yang
timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah
melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Pengertian lain mengenai kecelakaan
kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan diharapkan (Suma’mur, 1989;5
dalam Djatmiko, Riswan. 2016).
Kecelakaan Akibat Kerja yang juga dikategorikan sebagai kejadian yang
tidak diharapkan mengingat adanya dampak yang timbul pada saat maupun
setelah kejadian. Sehingga disimpulkan kecelakaan akibat kerja merupakan
kecelakaan yang diakibatkan atau berhubungan dengan suatu kegiatan atau
pekerjaan tertentu hal ini dikarenakan tidak semua kegiatan atau perkerjaan dapat
memicu munculnya kecelakaan.
30
Penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja yang disebabkan oleh
bakteri, virus atau jamur. Pada hasil kegiatan turun lapang belum pernah ada
kejadian yang menunjukkan adanya kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh
faktor biologi di UD Rajawali-Rambigundam.
3.5.3 Pengobatan
31
Dari keluhan kesehatan dan pengalaman kecelakaan yang dialami
pekerja di sana kebanyakan dari mereka mengaku hanya cukup dengan
melakukan istirahat dan pengobatan sendiri.
32
Tabel 19 Pelaksanaan Survey K3 di UD. Rajawali
No. Pelaksanaan Survey Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Satu tahun sekali 6 40
2 Satu tahun dua kali - -
3 Lainnya - -
Total 6 40
Berdasarkan tabel tersebut, enam orang responden pernah mengalami survei di
tempat kerja yang dilaksanakan satu tahun sekali.
- Memberikan tanda
peringatan kecepatan
33
minimal bagi truk
pengangkut gabah.
3. Tahap -Pengaturan ventilasi -Mengatur jadwal -Penggunaan APD
pengeringan memadai di kerja yang sesuai.
secara manual lingkungan kerja. - Berlakuan area
dan mekanik. - Pemasangan barier, tersebut area yang
memasang peredam terbatas, boleh
kebisingan baik total dimasuki pekerja
enclosure atau yang menggunakan
partial enclosure. APD
lengkap.Pengaturan
jadwal kerja sesuai
NAB.
34
Tabel 20 Pencegahan Masalah K3
APD :
Menggunakan
seatbelt
35
gabah oleh pekerja rup dan masker dan masker dan
dari truk menuju debu penglihatan. sarung tangan kacamata.
lokasi materia
pengeringan. l.
- Debu
materia
l masuk
ke mata
pekerja.
- Pengendal
Ergonomi: Cedera pada ian Subtitusi :
- Posisi tulang Menggunakan
tubuh belakang, forklift atau
pekerja Muskuloskel gerobak dorong
dalam etal - Pengendal
mengan disoreder. ian
gkat administratif:
beban Memberikan
yang pelatihan kepada
salah. kuli panggul
- Beban mengenai posisi
yang mengangkat
diangka beban yang
t benar dan aman.
melebi
hi
kapasit - Pengendal
as. ian
administratif:
Memberikan
tanda peringatan
- Cider kecepatan
36
a minimal bagi
truk pengangkut
gabah.
Mekanik :
- Pekerja
di
pabrik
tertabra
k oleh
truk
pengan
gkut
gabah.
Pengendalian
(Pengeringa teknik :
n secara Pengaturan
37
mekanik) ventilasi
Fisik: Hyperpireksi memadai di
-Suhu lingkungan kerja.
tinggi
Gangguan Pengendalian
-Kebisinga pendengaran teknik: -
n Pemasangan
barier, memasang
peredam
kebisingan baik
total enclosure
atau partial
enclosure.
Pengendalian
administrasi:
- Berlakuan area
tersebut area
yang terbatas,
boleh dimasuki
pekerja yang
menggunakan - -
APD lengkap.
Pengaturan
jadwal kerja
sesuai NAB.
38
d. Tahap sarung tangan barier, memasang
pemecahan dan alas kaki peredam
kulit kebisingan baik
e. Tahap total enclosure
colour atau partial
sortir. enclosure.
f. Tahap
stoner Pengendalian
sortir. administrasi:
- Berlakuan area
tersebut area
yang terbatas,
boleh dimasuki
pekerja yang
menggunakan - -
Arus listrik Tersengat APD lengkap.
saat arus listrik. Pengaturan
pemanasan jadwal kerja
mesin sesuai NAB.
penggiling.
Pengendalian
teknik:
- - Pengecekan
kabel mesin
penggiling
secara berkala.
- -Pemasangan
pelindung
kabel.
APD:
- Menggun
39
akan APD
yang
lengkap
terutama
pakian
dan
sepatu
5. Tahap Packaging Ergonomi: Cedera pada Belum ada - Pengendal
dan penyusunan Ergonomi: tulang ian
beras ke storage - Posisi belakang, Subtitusi :
tubuh Muskuloskel Menggun
pekerja etal akan
dalam disoreder. forklift
mengan atau
gkat gerobak
beban dorong
yang - Pengendal
salah. ian
- Beban administr
yang atif:
diangka Memberik
t an
melebi pelatihan
hi kepada
kapasit kuli
as. panggul
mengenai
posisi
mengangk
at beban
yang
benar dan
40
aman.
41
Tabel 24 Pengadaan Sosialisasi di Tempat Kerja
No Pengadaan Sosialisasi Pos Jumlah (Orang) Persentase (%)
. UKK
1 Pernah - -
2 Tidak Pernah 15 100
Total 15 100
Berdasarkan tabel di atas, tidak ada pekerja yang mengatahui tentang Pos UKK di
Tempat Kerja karena belum ada pos UKK dan belum pernah diadakan sosialisasi
pos UKK di tempat kerja UD. Rajawali.
42
BAB 4. PEMECAHAN MASALAH
4.1 Gambaran Kegiatan Intervensi
Kegiatan intervensi yang dilakukan di UD Rajawali yaitu:
4.1.1 Intervensi Tentang Pemakaian Masker
Pemilihan intervensi tentang pemakaian APD berupa masker pada
pekerja didasarkan pada hasil wawancara dan identifikasi bahaya di
lingkungan kerja. Bahaya kimia yang ditemukan yaitu debu yang
berasal dari material gabah dan sisa penggilingan padi. Pembuangan
hasil sisa penggilingan tidak ditempatkan dengan baik sehingga masih
berserakan dan menumpuk di lantai. Debu tersebut berpotensi
menimbulkan gangguan pada pernafasan pekerja sehingga kami
memilih diperlukannya intervensi tentang pemakaian APD berupa
masker untuk mencegah timbulnya gangguan pernafasan akibat debu
di lingkungan kerja.
4.1.2 Intervensi Tentang Prosedur Mengangkat Beban
Pemilihan intervensi tentang prosedur mengangkat beban
didasarkan pada hasil wawancara dan mengamati cara pekerja kuli
panggul dalam mengangkat beban masih belum tepat. Ditemukan
pekerja yang mengangkat beban dengan posisi tubuh yang salah serta
meletakkan beban dan membawa beban di kepala.
Ketidaktahuan pekerja tentang bahaya ergonomi dan prosedur
mengangkat beban yang salah dapat berpotensi terhadap terjadinya
berbagai gangguan tulang dan otot seperti low back pain dan
muskuloskeletal disorders. Oleh karena itu, intervensi mengenai
prosedur mengangkat beban dirasa perlu dilakukan kepada pekerja.
43
4.2.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan intervensi yaitu pada hari kamis, 08
November 2018 jam 06.00 WIB.
4.2.3 Tempat Pelaksanaan
Kegiatan intervensi dilaksanakan halaman depan UD Rajawali,
Rambigundam, Kabupaten Jember.
44
4.3 Metode Kegiatan
Metode kegiatan intervensi yaitu penyuluhan tentang tentang
pemakaian APD berupa masker dan prosedur mengangkat beban yang benar.
Adapun rincian kegiatan penyuluhan yang dilakukan di UD Rajawali adalah
sebagai berikut:
a. 19 pekerja diarahkan menuju tempat penyuluhan yaitu di halaman
depan UD Rajawali.
b. Pekerja mengisi absensi kehadiran.
c. Pemaparan materi yang pertama yaitu tentang pemakaian APD berupa
masker. Pemateri menyampaikan mengenai bahaya debu untuk
pernafasan dan manfaat penggunaan masker dilingkungan kerja
dengan media poster.
d. Praktek penggunaan masker oleh pemateri dan diikuti dengan
pembagian masker kepada pekerja.
e. Pemaparan materi yang kedua yaitu tentang prosedur mengangkat
beban yang benar. Pemateri memaparkan 4 langkah yang perlu
diperhatikan dalam mengangkat beban di lingkungan kerja.
f. Pemaparan materi dilanjutkan dengan contoh mengangkat beban yang
benar sesuai materi yang dipaparkan sebelumnya menggunakan poster.
1 pemateri mencontohkan dari langkah awal mengangkat beban hingga
langkah akhir dan 1 pemateri lainnya memberikan penjelasan.
4.4 Hambatan Kegiatan Intervensi
Hambatan yang dihadapi dalam melakukan kegiatan intervensi dihadapi
adalah kurangnya kesadaran dari para pekerja untuk menggunakan APD saat
bekerja karena mereka menganggap tidak memakai APD tidak mengancam
keselamatan mereka dan itu menjadi salah satu kebiasaan buruk pekerja. Salah
satu faktor penyebabnya adalah pendidikan mereka yang sangat kurang tentang
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), selain itu mereka juga ada yang belum
mengenal tentang K3 sama sekali dikarenakan lama bekerja yang masih belum
setahun. Terdapat juga para pekerja yang lama bekerjanya sudah lebih dari
setahun bahkan lebih, mereka mengetahui tentang K3 dan cara penerapan APD
karena sebelumnya mereka telah mendapat penyuluhan dari Depnaker
45
(Departemen Ketenagakerjaan) yang kebetulan sedang melakukan sidak terkait
K3 terhadap UD Rajawali. Setelah mendapatkan penyuluhan, mereka menerapkan
tentang pemakaian APD sesuai aturan tetapi hanya berjalan beberapa waktu saja
dan seterusnya tidk lagi diterapkan oleh para pekerja tersebut.
Selain itu hambatan yang kelompok kami rasakan adalah waktu kerja dari
pekerja yang tidak dapat dipastikan karena di UD Rajawali tidak diadakannya
shift kerja dan juga pekerja bebas untuk masuk/ tidak masuk karena tidak ada
batasan, dengan mereka masuk mereka akan mendapat upah sedangkan yang tidak
masuk tidak akan mendapatkan upah karena sistem upahnya adalah harian.
Sehingga dari waktu kerja tersebut kelompok kami kesulitan untuk mendapatkan
jumlah responden yang tidak dapat dipastikan jumlahnya setiap harinya. Selain itu
terdapat beberapa pekerja yang enggan untuk diwawancarai bahkan sampai
menghindar dan menyuruh kami untuk mewawancarai temannya saja.
Penyelesaiannya adalah dengan memberikan pengetahuan serta penjelasan
tentang K3 dan pentingnya penggunaan APD pada saat bekerja. Dan juga
mengingatkan kembali pada para pekerja yang lama agar penggunaan APD dapat
diterapkan kembali untuk kedepannya. Kemudian juga akan memberikan
pengetahuan tentang dampak bahaya kebisingan di tempat kerja dan upaya yang
harus dilakukan untuk mengurangi kebisingan tersebut. Serta sikap kerja
ergonomis yang baik.
46
Bab 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hambatan yang dihadapi adalah kurangnya kesadaran dari para pekerja untuk
menggunakan APD saat bekerja karena mereka menganggap tidak memakai APD
tidak mengancam keselamatan mereka dan itu menjadi salah satu kebiasaan buruk
pekerja. Penyelesaian yang dilakukan untuk menghadapi hambatan tersebut
adalah dengan memberikan pengetahuan serta penjelasan tentang K3 dan
pentingnya penggunaan APD pada saat bekerja. Dan juga mengingatkan kembali
pada para pekerja yang lama agar penggunaan APD dapat diterapkan kembali
untuk kedepannya.
5.2 Saran
Setiap pekerja sebaiknya menggunakan alat pelindung diri saat
bekerja.Dilakukannya penyuluhan tentang alat pelindung diri kepada semua
pekerja agar dapat mengurangi angka kecelakaan.Pemantauan terhadap alat
pelindung diri harus rutin dilakukan,agar dalam penggunaan lebih optimal.
47
DAFTAR PUSTAKA
48
LAMPIRAN
1. Instrumen Pengambilan Data
KETERANGAN PENGUMPUL DATA
Nama
Tanggal
Nama
Laki-laki
Jenis Kelamin
Perempuan
Usia
Alamat
Tidak sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD/Sederajat
Pendidikan Terakhir
Tamat SMP/Sederajat
Tamat SMA/Sederajat
Perguruan Tinggi
Pekerjaan
<5 tahun
Lama Bekerja (tahun) 5-10 tahun
>10 tahun
Jam Kerja .......jam/hari
Pendapatan Perhari
Berapa hari kerja/bulan
Kepesertaan Asuransi BPJS Kesehatan
BPJS Ketenagakerjaan
Asuransi lain (Sebutkan)
49
Tidak mengikuti asuransi
50
Sedang
Catatan: Tidak sama sekali
APD yang dipakai petani adalah sebagai
berikut:
Capil, masker, sarung tangan, kacamata,
pakaian (baju dan celana panjang), sepatu boot.
C. Akses K3
51
pada saat bekerja? Tidak
Sering
Apakah Anda pernah terganggu pendengarannya
4. Pernah
akibat kebisingan di tempat kerja?
Tidak pernah
Apakah menurut Anda pencahayaan di tempat kerja Ya
5.
sudah baik? Tidak
Sering
Apakah Anda penglihatan Anda pernah terganggu
Pernah
7. akibat kurang/lebihnya pencahayaan di tempat
Tidak
kerja?
pernah
Normal
Panas
8. Bagaimana suhu di tempat Anda bekerja?
Dingin
Sering
Apakah Anda pernah terganggu karena suhu di Pernah
9.
tempat bekerja? Tidak
pernah
Ada
11. Apakah terdapat getaran di tempat Anda bekerja?
Tidak ada
52
No. Pertanyaan Kriteria
Padatan
3. Jika iya, jenis bahan kimia apa yang anda gunakan? Larutan
Gas
Apakah Anda memakai pelindung seperti penutup Ya
4. hidung dan mulut, sarung tangan, alas kaki pada saat Tidak
bekerja?
Apakah anda mengatahui dampak dari bahan kimia Tahu
5. bagi kesehatan apabila Anda tidak menggunakan Tidak tahu
pelindung?
No
Pertanyaan
. Kriteria
53
Tidak
No
Pertanyaan
. Kriteria
54
5 Apakah anda sering melakukan pekerjaan yang Ya
repetitif atau dilakukan berulang-ulang? Tidak
8 Ya
Jika anda bekerja menggunakan alat, apakah alat
Tidak
tersebut nyaman untuk digunakan?
55
JOB SAFETY ANALISIS
No. Kegiatan Potensi Bahaya / Potensi PAK / KAK Penilaian Risiko Kontrol
Hazard L S R Kontrol yang Rekomendasi
sudah dilakukan Kontrol
(existing control) (recommendation
control)
Tahap Persiapan
1. 1. Kimia : 1. Kimia : 1. Eliminasi 1. Eliminasi
56
4. Ergonomi : 4. Ergonomi :
4. Pengendalian 4. Pengendalian
Administratif Administratif
5. Mekanik: 5. Mekanik:
5. APD 5. APD
Tahap Pelaksanaan
1. Kimia : 1. Kimia : 1. Eliminasi 1. Eliminasi
57
3. Biologi : 7. Biologi : 3. Pengendalian 3. Pengendalian
Teknik Teknik
4. Ergonomi : 8. Ergonomi :
4. Pengendalian 4. Pengendalian
Administratif Administratif
5. Mekanik: 9. Mekanik:
5. APD 5. APD
58
3. Biologi : 3. Biologi : 3. Pengendalian 3. Pengendalian
Teknik Teknik
4. Ergonomi : 4. Ergonomi :
4. Pengendalian 4. Pengendalian
Administratif Administratif
5. Mekanik: 5. Mekanik:
5. APD 5. APD
59
GUIDELINE JOB SAFETY ANALYSIS
R=LxS 60
terjadinya kegiatan yang dapat memicu kecelakaan kerja sedangkan
severity menggambarkan tingkat keparahan dari suatu kecelakaan kerja.
61
Tabel 1 Skala “Likelihood dan Severity” Pada Standard AS/NZS 4360
Likelihood Severity
1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5
2 2 4 6 8 10
3 3 6 9 12 15
4 4 8 12 16 20
5 5 10 15 20 25
62
pengendalian
7. Pengendalian
Setelah potensi bahaya diidentifikasi dengan pengukuran sebelumnya,
maka kita dapat melakukan pengendalian
a. Eliminasi
Dengan meniadakan sumber bahaya yang dapat menyebabkan
bahaya
b. Subtitusi
Dengan mengganti bahan yang memiliki sumber bahaya paling besar
dengan bahan yang memiliki sumber bahaya lebih kecil
c. Pengendalian teknik
Melakukan perawatan secara berkala terhadap alat dan lingkungan
kerja
d. Pengendalian administratif
Memberikan pendidikan dan pelatihan sebagai pendukung pekerja
dalam melakukan pekerjaan secara aman
e. APD
Merupakan cara terakhir yang dipilih dalam meghadapi bahaya.
Umunya menggunakan alat seperti helm, sarung tangan dll
63
KETERANGAN PENGUMPUL DATA
Nama Pengumpul Data
Tanggal Pengumpul Data
64
Jamur a. Ya
b. Tidak
Binatang buas a. Ya
b. Tidak
65
Kadang - Kadang
Jarang
Tidak Pernah
3 Kapan terjadinya kecelakaan Saat berangkat kerja
kerja tersebut?
Saat bekerja
Level 3 (sedang)
Level 4 (parah)
Lainnya (Sebutkan)
_____________
Faktor konstruksi
66
Faktor bahaya
67
terkait K3 di tempat kerja?
1 Eliminasi
68
2 Substitusi
Kontrol Teknik /
3
Perancangan
4 Kontrol Administratif
69
3. Apakah kepanjangan dari POS UKK?
a. Pos Upaya Kesehatan Kerja
b. Pos Upaya Keselamatan Kerja
c. Pos Usaha Kesehatan Kerja
d. Pos Usaha Keselamatan Kerja
4. Pos UKK dibentuk untuk meningkatkan kesehatan pekerja sehingga
dapat meningkatkan produktivitas kerja
a. Benar
b. Salah
70
a. Berkontak dengan bahan kimia atau lainnya
b. Kebocoran tabung gas
c. Terpleset
d. Lainnya...
3. Apakah di tempat kerja anda sudah terdapat POS UKK?
a. Iya
b. Tidak
4. Apakah POS UKK ditempat sudah memiliki tempat yang memadai dan
terdapat papan bertuliskan POS UKK?
a. Iya
b. Tidak
5. Apakah dilakukan pelaporan dan pencatatan apabila terjadi kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja
a. Ya
b. Tidak
6. Berapa jumlah kader POS UKK di tempat kerja anda?
a. 1
b. 1-3
c. >3
7. Bagaimana ukuran tingkat perkembangan POS UKK di tempat kerja
anda?
a. Tingkat Pratama
b. Tingkat Madya
c. Tingkat Purnama
d. Tingkat Mandiri
71
1. Apakah anda berkeinginan mendirikan POS UKK di lingkungan kerja
anda?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda bersedia mendirikan POS UKK saat persyaratan
mendirikan POS UKK telah memenuhi di tempat kerja anda?
a. Iya
b. Tidak
3. Apakah anda bersedia menjadi kader Pos UKK di lingkungan kerja
Anda?
a. Iya
b. Tidak
R. Lembar Observasi
NO Komponen Checklist
1. Jumlah pekerja yang ada di o < 10 orang
dalam lingkungan kerja o 10 – 50 orang
o >50 orang
2. Ketersediaan tempat yang o Ya
memadai untuk dijadikan Pos o Tidak
UKK lengkap dengan papan
nama
3. Ketersediaan P3K kit dan P3P o Tersedia
kit di lingkungan kerja o Tidak tersedia
4. Ketersediaan APD di o Tersedia
lingkungan kerja o Tidak tersedia
Sebutkan:
72
di lingkungan kerja
6. Ketersediaan meja, kursi, o Tersedia
tempat tidur, dan lemari obat di o Tidak tersedia
lingkungan kerja
7. Ketersediaan buku pencatatan o Tersedia
dan pelaporan jika terjadi o Tidak tersedia
kecelakaan kerja
8. Ketersediaan buku panduan dan o Tersedia
media penyuluhan (jika terdapat o Tidak tersedia
pos UKK)
9. Kemauan untuk mendirikan o Sangat minat
POS UKK o Kurang minat
10. Kemauan untuk menjadi kader o Berminat
POS UKK o Tidak berminat
73
KEBIJAKAN K3 DI SEKTOR AGROINDUSTRI
1. Apakah terdapat peraturan yang mengatur tentang K3 di tempat kerja?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah ada peraturan mengenai perlindungan pekerja di tempat kerja?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah Anda mengetahui terdapat payung hukum yang melindungi pekerja
dan tempat kerja?
a. Ya
b. Tidak
4. Apabila terjadi kecelakaan dalam bekerja oleh pekerja, adakah peraturan
mengenai hal tersebut?
a. Ya
b. Tidak
5. Adakah sanksi yang diberlakukan di tempat kerja apabila pekerja melakukan
kesalahan?
a. Ya
b. Tidak
74
2. Dokumentasi Kegiatan
75
Gambar 3: Separator pemecah kulit kedua dan ketiga
76
Gambar 5: Hasil pecah kulit pertama, kedua dan ketiga
77
Gambar 8: Kegiatan pemaparan materi tentang prosedur mengangkat beban yang
benar
78
Gambar 12 : Foto wawancara bersama salah satu pekerja
79