Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) 1

PEMANFAATAN ALAT MESIN RICE MILLING UNIT DI BPP MUNGKID KABUPATEN MAGELANG

Oleh
Lisa Ariyanti Safitri
NIM 07.16.20.035

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2022
ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) 1

NAMA : LISA ARIYANTI SAFITRI


NIM : 07.16.20.035
PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
JUDUL PROPOSAL : PEMANFAATAN ALAT MESIN RICE MILLING UNIT (RMU) DI BPP MUNGKID
KABUPATEN MAGELANG

Menyetujui

Dr. Mardison S, S.TP., M.Si Syaf Rijal Ahmad, S.TP., M.Agr.


NIP. 19770328 200501 1 003 NIP. 19860421 200912 1 006

Menyetujui

Mona Nur M., S.TP., M.Sc.


NIP. 19800419 200501 2 001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan untuk
dapat menyelesaikan proposal Praktik Kerja Lapangan (PKL) 1 yang berjudul
“Pemanfaatan Alat Mesin Rice Milling Unit di BPP Mungkid Kabupaten Magelang”
dengan baik. Sholawat serta salam tak lupa semoga tetap tercurah pada junjungan
Nabi Agung Muhammad SAW.
Terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungan baik moral maupun materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal PKL 1 ini secara maksimal, khususnya kepada :
1. Dr. Murhafiza, STP., M.Si. selaku Direktur Politeknik Enjiniring Pertanian
Indonesia
2. Dr. Mona Nur Moulia, S.TP., M.Sc. selaku Kepala Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian
3. Mardison Suhil, S.TP., M.Si. selaku pembimbing I
4. Syaf Rijal Ahmad, S.TP., M.Agr selaku pembimbing II
5. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kec. Mungkid Kabupaten Magelang
6. Kedua Orangtua dan seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaian
proposal yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
Penulis menyadari bahwa bahwa dalam penyusunan proposal ini masih
banyak kekurangan, maka dari itu kritik serta saran akan sangat diterima demi
proposal yang lebih baik lagi kedepannya. Demikian yang dapat penulis
sampaikan, besar harapan agar proposal berjudul “Praktik Kerja Lapangan (PKL)
1 di BPP Kecamatan Mungkid” dapat diterima serta dapat digunakan sebagai
ide/gagasan yang menambah kekayaan intelektual bangsa.

Tangerang, Agustus 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................... iii


Daftar Isi .................................................................................................................. iv
Daftar Tabel.............................................................................................................. v
Daftar Gambar ........................................................................................................ vi
Daftar Lampiran ..................................................................................................... vii
BAB I. Pendahuluan .................................................................................................1
2.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Tujuan ........................................................................................................2
1.3 Manfaat...........................................................................................................2
BAB II. Tinjauan Pustaka .........................................................................................3
1.1 Kegiatan Penanganan Pascapanen Padi .................................................3
2.2 Penggilingan Padi ......................................................................................4
2.3 Rice Milling Unit (RMU) .............................................................................5
BAB III Metodologi ............................................................................................... 15
3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan kegiatan PKL ...................................... 15
3.2 Materi Kegiatan ...................................................................................... 15
3.3 Prosedur Pelaksanaan ........................................................................... 17
Diagram Alir ....................................................................................................... 18
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 21

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Susut Panen Beras di Indonesia (%) ........................................................3


Tabel 2. Materi kegiatan PKL ............................................................................... 15
Tabel 3. rencana pelaksanaan ............................................................................. 17

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mesin penggilingan padi Rice Milling Unit.............................................5


Gambar 2. Mesin pemecah kulit gabah dan liran bahan pada mesin pemecah
kulit gabah tipe rubber roll........................................................................................9
Gambar 3. Mesin penyosoh beras pecah kulit tipe friksi jetpeller........................ 10
Gambar 4 Lokasi wilayah kerja BPP Mungkid ..................................................... 15

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jurnal Harian (Logbook) kegiatan PKL 1 .......................................... 22


Lampiran 2 Format Lembar Konsultasi ................................................................ 23

vii
BAB I. PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Pascapanen dan pengolahan hasil pertanian merupakan sektor penting
yang harus dikembangkan untuk mendukung pembangunan pertanian adalah
industri. Komoditas utama kebutuhan pangan masyarakat khususnya di Indonesia
ialah beras yang berasal dari tanaman padi. Masalah utama yang dihadapi oleh
petani dalam penanganan pascapanen padi adalah tingginya kehilangan hasil
selama pascapanen maupun pengolahan (Hasbullah dan Dewi, 2009).
Pengembangan teknologi pertanian sangat dibutuhkan utuk mengatasi
permasalahan tersebut. Dengan demikian teknologi yang modern dalam
penanganan pascapanen merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi
peningkatan produksi karena akan menghasilkan kualitas bahan baik dengan
rendemen lebih tinggi. (Syahputri, 2016)
(Hasbullah dan Dewi, 2009) menyatakan bahwa Penggilingan beras
merupakan suatu proses pascapanen yang berfungsi sebagai mata rantai akhir
dari proses produksi beras dan menjadi salah satu tahapan penting dalam
kegiatan pascapanen dan pengolahan padi menjadi beras. Salah satu teknologi
tinggi dalam tahapan penggilingan padi adalah mesin Rice Milling Unit yang mana
alat mesin tersebut merupakan alat mesin pertanian yang yang berfungsi untuk
memisahkan dan melepaskan beras dari kulit gabah sehingga menjadi beras yang
bersih. Rice Milling Unit (RMU) terdiri dari satu rangkaian unit penggilingan
mencakup unit pengupasan kulit, penyosoh, dan pemisah sekam (Novriadi, 2012)
Kegiatan pertanian komoditas padi tersebar diseluruh penjuru negeri salah
satunya di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kabupaten Magelang
menempatkan sektor pertanian sebagai sektor unggulan daerah yang didukung
dengan ketersediaan lahan pertanian yang cukup luas terutama komoditas padi.
Kegiatan pascapanen dibantu, difasilitasi, dan diawasi oleh Balai Penyuluh
Pertanian (BPP) yang tersebar di beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten
Magelang salah satunya yaitu BPP Kecamatan Mungkid. Salah satu penunjang
kegiatan pascapanen hingga distribusi di BPP Kecamatan Mungkid adalah adanya
alat mesin berbasis teknologi tepat guna yang digunakan dalam prosesnya seperti
proses pascapanen dalam kegiatan penggilingan padi. Masyarakat sekitar
mengembangkan usaha dengan mengandalkan mesin Rice Milling Unit (RMU)
yang dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah produksi beras, besarnya
rendemen giling, dan meminimalisir kehilangan hasil serta susut dalam
penggilingan (Ginting dan Devika, 2020). Berkaitan dengan hal tersebut, perlu

1
pemahaman dan pengkajian lebih lanjut dalam usaha penggilingan padi dengan
mesin Rice Milling Unit (RMU) secara menyeluruh.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1 di BPP
Kecamatan Mungkid yaitu:
1.2.1 Meningkatkan kompetensi dan keterampilan serta berkomunikasi dan kerja
sama dengan petani, pengusaha dan lembaga pertanian terkait yang dapat
digunakan sebagai bekal sebelum terjun langsung ke dunia kerja
sesungguhnya.
1.2.2 Mampu mempelajari dan menerapkan secara teoritis materi yang telah
dipelajari dalam perkuliahan berkaitan dengan alat mesin Rice Milling Unit
(RMU) secara nyata dilapangan.
1.2.3 Manambah wawasan tentang mekanisme proses penggilingan padi
menggunakan alat mesin Rice Milling Unit (RMU) yang digunakan pada
industri sekitar daerah binaan BPP Kecamatan Mungkid.
1.2.4 Mampu melakukan pengoperasian alat mesin Rice Milling Unit (RMU).

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) yang dilakukan adalah:
1.3.1 Mengetahui proses pengimplementasian pengetahuan serta keterampilan
mahasiswa secara teknis berdasarkan bekerja secara nyata di lapangan.
1.3.2 Mengetahui proses penanganan pasca panen komoditas padi utamanya
pada tahapan penggilingan padi yang dilakukan di daerah desa binaan
BPP Kecamatan Mungkid.
1.3.3 Mengetahui penggunaan dan mekanisme proses penggilingan padi
dengan alat mesin Rice Milling Unit (RMU) yang dilakukan di daerah desa
binaan BPP Kecamatan Mungkid.
1.3.4 Mengetahui optimalisasi penggunaan alat mesin Rice Milling Unit (RMU) di
daerah desa binaan BPP Kecamatan Mungkid.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Kegiatan Penanganan Pascapanen Padi


Menurut (Wahyuni, 2014) kegiatan pascapanen hasil pertanian merupakan
tahapan yang dimulai sejak pemanenan hasil pertanian yang meliputi hasil
tanaman pangan, holtikultura, perkebunan sampai produk siap untuk dipasarkan.
Salah satu tanaman pangan yang cukup popular dan menjadi komoditas utama
sumber bahan pangan ialah padi. Pemanenan padi sebaiknya dilakukan pada
umur panen yang tepat dan ditunjang dengan cara panen yang benar sehingga
dapat menghasilkan produk gabah dan beras yang bermutu baik (Tjahjohutomo
dalam Wahyuni, 2014). Pemanenan dan perlakuan pascapanen perlu
diperhatikan agar dapat mempertahankan mutu dan kualitas produk yang
nantinya dapat lebih diterima oleh konsumen.
Penanganan pascapanen padi yang dilakukan oleh petani meliputi tindakan
yang terbagi atas dua tahapan yaitu kegiatan petani diluar sawah yang meliputi
tahapan pengumpulan padi dan perontokan padi. Tahapan selanjutnya yaitu
kegiatan petani diluar sawah yang meliputi tahapan pengeringan gabah dan
penggilingan gabah. Penggilingan padi yang mengkonveksi Gabah Kering Giling
(GKG) menjadi beras merupakan tahapan kritis yang berpengaruh dalam
penentuan susut pascapanen sehingga mutu akhir beras ditentukan pada
tahapan ini (Sutrisno, 2007). Hal tersebut menunjukkan bahwa penanganan
pascapanen mempunyai peranan sangat luas guna mengatasi beberapa kendala
yang dihadapi petani. Penanganan yang kurang hati-hati akan berpengaruh
terhadap mutu dan penampilan produk yang akan mengakibatkan penurunan
kualitas dan hasil penerimaan oleh konsumen.
(Ditjendral dalam Wahyuni, 2014) mengungkapkan bahwa penanganan
pascapanen padi meliputi beberapa tahapan yang mana dalam setiap tahapan
pasti terjadi susut atau kehilangan hasil. Besarnya nilai susut berbeda-beda dan
berubah-ubah sesuai perlakuan yang didapatkan produk oleh petani serta
menurut kebudayaan suatu daerah tertentu. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi hasil rendemen dan susut hasil panen adalah varietas padi,
kondisi iklim setempat dan kondisi pertanian di masing-masing daerah.
Tabel 1. Susut Panen Beras di Indonesia (%)
Kegiatan Musim 86/87 Musim 1995 Musim 1996
Pemanenan 9,00 9,48 10,12
Perontokan 5,84 4,81 4,81

3
Trans Lapang 0,45 0,24 0,36
Pengeringan 1,72 2,18 2,17
Penggilingan 2,91 2,46 2,04
Penyimpanan 1,38 1,43 0,42
Total 21,30 20,60 19,92
Sumber : Anonimous dalam Sutrisno (2007)

2.2 Penggilingan Padi


Penggilingan gabah menjadi beras merupakan salah satu rangkaian utama
dalam kegiatan pascapanen. Persatuan Penggilingan Padi Indonesia (PERPADI)
menyatakan bahwa saat ini terdapat 110.000 penggilingan padi yang mengolah
sekitar 58 juta ton Gabah Giling Kering (GKG) per tahunnya. Sekitar 80%
diantaranya adalah berskala kecil dengan produksi rata-rata kurang dari 5 ton
per hari. Setyono (dalam Swastika, 2012) mengungkapkan bahwa berdasarkan
hasil penelitiannya di 5 provinsi yang ada di Indonesia, 90% penggilingan padi
memiliki hasil produksi beras dengan kualitas rendah dengan kadar pecah lebih
dari 25%. Selain hal tersebut diungkapkan bahwa adanya kinerja yang rendah
dari konfigurasi mesin penggilingan padi di Indonesia menyebabkan susut hasil
yang lumayan tinggi dengan angka yang dirasa cukup fantastic akibat penerapan
dari teknologi pengeringan dan penggilingan yang kurang tepat.
Teknologi penggilingan sangat berpengaruh dalam penentuan mutu
kualitas produk beras yang dihasilkan. Terdapat dua fase dalam kegiatan
penggilingan padi yaitu fase pelepasan kulit atau sekam yang menghasilkan
beras pecah kulit dan penyosohan untuk mendapatkan beras bersih siap
distribusi. Menurut (Swastika, 2012) terdapat dua jenis teknologi yang sudah
mulai diterapkan yaitu teknologi single pass dan double pass atau multiple pass.
Pada teknologi single press terdiri dari sekali pemecahan kulit dan penyosohan.
Mesin penggilingan umumnya terdiri atas satu alat pemecah dan satu polisher.
Teknologi double atau multiple pass adalah teknologi dimana gabah setelah satu
kali dipecah diayak untuk memisahkan beras Pecah Kulit (PK) dengan gabah
yang belum menjadi PK. Gabah yang belum menjadi beras PK dimasukkan
kembali ke husker agar seluruhnya terkupas menjadi beras PK. Beras PK
kemudian disosoh minimal dua kali. Penyosohan berfungsi sebagai pemutihan
dan pembersihan beras. Hasil akhir proses ini akan didapatkan beras retak

4
minimal dan beras kepala maksimal sehingga menjadikan rendemen menjadi
lebih tinggi. (Perpadi dalam Swastika, 2012)

2.3 Rice Milling Unit (RMU)


Rice Milling Unit merupakan alat mesin yang bergerak dalam bidang
pengolahan gabah yaitu pada tahapan penggilingan gabah menjadi beras yang
berbasis teknologi mesin. Alat mesin ini tergolong dalam dua tipe yaitu Rice
Milling Unit One Pass dan Rice Milling Two Pass dengan pembeda sistem kerja
dari alat tersebut. Berikut merupakan sketsa alat mesin Rice Milling Unit secara
sederhana.

Gambar 1. Mesin penggilingan padi Rice Milling Unit


(Sumber: Modul Alsintan BBPP Betangkaluku, 2016)

Keterangan :
1. Hopper padi
2. Saringan
3. Kepala hulling
4. Winnower
5. Ruang beras pecah kulit
6. Ruang pemutih beras
7. Pintu keluar beras putih
8. Pengatur keluaran beras
9. Pintu beras darurat
10. Kipas penghembus sekam
11. Kipas polisher

5
12. Corong sekam
13. Pulley utama
14. Feed shutter pengupas gabah
15. Feed shutter pemutih beras
16. Tuas penggerak saringan
17. Lager penggerak saringan

Rice Milling Unit One pass merupakan proses penggilingan padi dimana unit
pengupasan kulit dan penyosohan berada dalam satu alat mesin dan
berlangsung menjadi satu prosesnya sehingga ketika bahan dimasukkan
kemudian bahan keluar akan langsung menjadi beras bersih. Mesin ini terdiri dari
beberapa alat mesin dengan banyak fungsi dan disatukan secara harmoni
dengan tenaga penggerak tunggal. Di dalam RMU sesungguhnya terdapat
bagian mesin yang berfungsi memecah sekam atau mengupas gabah, bagian
mesin yang berfungsi memisahkan Beras Pecah Kulit (BPK) dan gabah dari
sekam lalu membuang sekamnya, bagian mesin yang berfungsi mengeluarkan
gabah yang belum terkupas untuk dikembalikan ke pengumpan, bagian mesin
yang berfungsi menyosoh dan mengumpulkan dedak, dan bagian mesin yang
berfungsi melakukan pemisahan berdasarkan jenis fisik beras.

2.3.1 Unjuk Kerja Mesin


Sesuai dengan modul yang berjudul “Mengoperasikan Mesin Penggilingan
Padi (Rice Milling Unit)” oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian Betangkaluku
(2016) dijelaskan mengenai beberapa tahapan unjuk kerja diantaranya:
1. Motor Penggerak
Motor penggerak yang digunakan adalah motor diesel yang
merupakan mesin kalor gas yang diperoleh dari proses pembakaran
didalam mesin itu sendiri dan langsung digunakan untuk melakukan kerja
mekanis. Pembakaran ini terjadi karena udara dikompresikan pada ruang
dengan tekanan dan temperature melebihi suhu dan tekanan penyalaan
bahan bakar itu sendiri dan mempunyai dua sistem kerja yang dibedakan
atas dua langkah dan empat langkah. Berikut ini merupakan prinsip kerja
motor diesel empat langkah.
- Langkah Hisap. Pada langkah ini katup masuk membuka dan katup
buang tertutup. Udara mengalir ke dalam silinder.

6
- Langkah kompresi. Pada langkah ini kedua katup menutup, piston
bergerak dari titik mati bawah (TMB) ke titik mati atas (TMA) menekan
udara yang ada dalam silinder. Sesaat sebelum mencapai TMA, bahan
bakar diinjeksikan
- Langkah ekspansi. Karena injeksi bahan bakar ke dalam silinder yang
bertemperatur tinggi, bahan bakar terbakar dan bereaksi menekan
piston untuk melakukan kerja sampai piston mencapai TMB. Kedua
katup tertutup pada langkah ini
- Langkah buang. Ketika piston hampir mencapai TMB, katup buang
terbuka, katup masuk tetap tertutup. Ketika piston bergerak menuju
TMA gas sisa pembakaran terbuang keluar ruang bakar. Akhir langkah
ini adalah ketika piston mencapai TMA. Siklus kemudian berulang lagi.
2. Mesin pengupas/ pemecah kulit gabah (Husker)
Mesin ini membersihkan kulit gabah/sekam yang tercampur dalam
beras pecah kulit. Mesin pengupas yang tersedia adalah jenis Engelberg,
jenis rol karet, jenis under runner stone disc dan jenis sentrifugal. Mesin
pengupas gabah yang paling umum digunakan saat ini adalah jenis rol
karet, karena daya guna yang tinggi, efisien, mudah digunakan dan
sederhana perawatannya. Terdapat 2 buah rol karet yang berputar
berlawanan dengan kecepatan putar yang berbeda. Jarak antara 2 rol karet
dapat diatur tergantung jenis gabah yang akan dikupas, biasanya 2/3
besarnya gabah. Diameter kedua rol karet sama bervariasi 300 – 500 mm
dan lebar 120-500 mm.
3. Mesin pemisah gabah (separator)
Mesin pemisah gabah atau biasa disebut dengan separator ini
berfungsi untuk memisahkan gabah dari beras pecah kulit. Mesin pemisah
gabah dan beras pecah kulit mempunyai 3 tipe yaitu :
a. Pemisah jenis kompartemen, terdiri dari dinding pemisah vertikal,
papan luncur secara zigzag. Campuran gabah dan beras pecah kulit
membentur papan pemisah zigzag tersebut, maka akan meluncur
jatuh melalui papan luncur. Jika gabah yang lebih ringan akan
terangkat keatas dan dikeluarkan melalui pintu keluaran dibagian atas
papan luncur. Sedangkan beras pecah kulit yang berada dibagian
bawah dikeluarkan melalui pintu keluaran yang berada di bagian
bawah papan luncuran.

7
b. Pemisah berdasarkan berat jenis. Pemisah ini banyak dipakai pada
mesin-mesin penggiling terbaru. Pemisah jenis ini terdiri atas papan
pemisah berbentuk bujur sangkar yang diletakkan miring pada bidang
datar dengan sejumlah cekungan. Saat papan bergetar, gabah dan
beras pecah kulit terpisah akibat dari perbedaan berat jenis.
c. Pemisah jenis layar/ type saringan, terdiri dari ayakan saringan yang
bergetar, berjumlah 6-15 ayakan.

2.3.2 Prinsip kerja mesin


Sesuai dengan modul yang berjudul “Mengoperasikan Mesin
Penggilingan Padi (Rice Milling Unit)” oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian
Betangkaluku (2016) dijelaskan mengenai Prinsip Kerja Mesin Penggilingan
Padi/Gabah menjadi beras yang dimulai dengan pengupasan kulit gabah.
Syarat utama proses pengupasan gabah adalah kadar kering gabah yang akan
digiling mencapai 14%-14,5% ( Hardjosentono.M, dkk, 2000). Mesin pemecah
kulit/sekam gabah kering giling berfungsi untuk memecahkan dan melepaskan
kulit gabah.
Mesin pemecah kulit gabah yang banyak digunakan dewasa ini adalah
mesin tipe rubber roll yang prinsip kerjanya memecah kulit gabah dengan cara
memberikan tenaga tarik akibat kecepatan putar yang berbeda dari dua silinder
karet yang dipasang berhadapan. Persentase gabah terkupas, beras patah dan
beras menir tergantung pada kerapatan dan kelenturan silinder karet. Silinder
yang telah mengeras atau yang terlalu rapat satu sama lain akan meningkatkan
jumlah beras patah dan beras menir, sedangkan jarak kedua silinder yang
renggang akan menyebabkan persentase gabah tidak terkupas meningkat.
Biasanya gabah yang tidak terkupas akan dipisahkan dari beras pecah kulit dan
dimasukkan lagi ke dalam pengumpan hingga semuanya terkupas. Gabah yang
diumpankan ke dalam mesin pemecah kulit biasanya tidak seluruhnya terkupas.
Besar kecilnya persentase gabah tidak terkupas ini tergantung pada penyetelan
mesin. Bagian yang tidak terkupas tersebut harus dipisahkan dari beras pecah
kulit untuk diumpankan kembali kedalam mesin pemecah kulit. Pemisahan ini
dilakukan dengan menggunakan mesin pemisah gabah dari beras pecah kulit,
yang dapat menyatu atau terpisah dengan mesin pemecah kulit.

8
Gambar 2. Mesin pemecah kulit gabah dan liran bahan pada mesin
pemecah kulit gabah tipe rubber roll
(Sumber: Modul Alsintan BBPP Betangkaluku, 2016)

Beras pecah kulit akan mengalami proses penyosohan yang dilakukan


menggunakan mesin penyosoh atau disebut juga mesin pemutih. Hasil dari
proses penyosohan adalah beras putih yang siap dipasarkan atau dimasak.
Mesin penyosoh yang umum digunakan di Indonesia adalah mesin tipe friksi
jetpeller. Beras pecah kulit yang diumpankan ke dalam mesin ini didorong
memasuki silinder dengan permukaan dalam tidak rata dan pada bagian
dalamnya terdapat silinder lain yang lebih kecil dan mempunyai permukaan luar
yang tidak rata serta berlubang-lubang. Beras pecah kulit akan berdesakan dan
bergesekan dengan permukaan silinder yang tidak rata sehingga lapisan kulit
arinya (aleuron) yang berwarna kecoklatan terkikis. Mesin penyosoh dilengkapi
dengan hembusan udara yang kuat dari dalam silinder kecil yang berlubang-
lubang, sehingga mendorong dan melepaskan serbuk dedak dari permukaan
beras dan dinding silinder untuk mendapatkan beras putih yang bersih dan
menjaga kapasitas giling tidak menurun. Selain itu hembusan udara ini juga
berfungsi untuk menjaga suhu beras tetap rendah selama proses penyosohan
sehingga penurunan mutu akibat perubahan kimia (menyebabkan cracking
pada beras) yang disebabkan oleh panas dapat dicegah.

9
Gambar 3. Mesin penyosoh beras pecah kulit tipe friksi jetpeller
(Sumber: Modul Alsintan BBPP Betangkaluku, 2016)

Beras putih hasil proses penyosohan kemudian perlu dipisahkan menurut


kelompok mutunya yaitu beras utuh dan beras kepala sebagai mutu terbaik,
beras patah sebagai mutu kedua, dan beras menir sebagai mutu ketiga.
Pemisahan dilakukan menggunakan mesin pengayak bertingkat (sifter) atau
silinder pemisah (silinder separator). Ketiga macam mutu beras tadi akan
dicampurkan kembali dengan perbandingan tertentu untuk menentukan harga
jual sebelum beras dikemas bila akan dipasarkan. Pengemasan umumnya
menggunakan karung plastik berukuran 50 kg. Penimbangan dilakukan secara
manual, demikian pula penutupan karung, dapat dilakukan secara manual baik
dengan atau pun tanpa bantuan alat penjahit portable.

2.3.3 Pemeliharaan mesin


Sesuai dengan modul yang berjudul “Mengoperasikan Mesin Penggilingan
Padi (Rice Milling Unit)” oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian Betangkaluku
(2016) dijelaskan mengenai tujuan merawat mesin penggilingan padi adalah
untuk menjaga agar alat tidak berkarat, tidak cepat rusak, dan setelah habis
dipakai alat dibersihkan dari biji-bijian yang melekat pada mesin RMU. Matikan
mesin setelah dipakai agar tahan lama dan hindarkan yang bisa
membahayakan mesin, kemudian mesin yang dipakai harus benar-benar di
jaga dengan baik. Perawatan mesin dilakukan secara teratur setiap harinya
agar didapatkan kondisi mesin yang siap untuk melakukan produksi tanpa ada

10
kendala yang berarti. Untuk perawatan ringan maintenance dilakukan secara
rutin dan untuk perawatan tingkat sedang dilakukan kurang lebih satu minggu
sekali sedangkan untuk tingkat berat pada mesin penggerak dilakukan jika
terjadi kerusakan saja.
1. Rubber roll (rol karet).
Rol karet pada main shaft akan lebih dulu habis, di karenakan
perputarannya lebih cepat dari pada rol karet pasangannya. Tetapi agar
derajat pengupasan tetap dapat di pertahankan (85 ~ 95%), maka rol karet
pada main shaft harus selalu lebih tebal dari pada rol karet pasangannya
dan setiap 2 ~ 3 hari sekali atau sesuai kebutuhan kedudukan rol karet
supaya di pindahkan. Apabila kadar air ± 14 % dan gabah cukup bersih,
maka kekuatan rol karet 6 inchi bisa mencapai ± 30 ~ 35 ton gabah/pasang
roll karet. Makin basah dan kotor gabah yang akan di giling maka makin
cepat pula rol karet akan menjadi aus.
2. Air suction (kipas pelempar sekam).
Tiap bulan atau berkala setelah operasional, air suction (kipas
pelempar sekam) supaya di buka dan di periksa. Sebab pada tangkai kipas
kepala baut cepat habis karena aus terkikis oleh adanya gesekan dengan
sekam. Dan ini sangat membahayakan bila kipas sampai terlepas, untuk
itu segera ganti dengan yang baru. Apabila daun kipas ada yang rusak atau
sobek jangan di lakukan pengelasan ini akan menimbulkan getaran pada
shaft kipas yang berakibat bearing (lager) akan rusak. Segera ganti dengan
kipas yang baru sesuai dengan setandart pabrik. Perhatian : Jangan
dilakukan pengelasan bila daun kipas rusak sebab akan menimbulkan
getaran yang tinggi yang di sebabkan tidak seimbangnya kipas yang
berputar (un balance), segera ganti kipas dengan yang baru sesuai dengan
standar pabrik.
3. Flat Belt
Flat belt yang digunakan tidak mesti sesuai panjangnya untuk itu perlu
di potong sedikit demi sedikit untuk menyesuaikan panjangnya. pada saat
penyambungan harap di perhatikan pada saat mengunci dengan kawat
kancingan (kaitan gigi buaya), sambungan harus betul betul sempurna dan
kawat kancingan harus betul betul rapi. Flat belt yang kendor tidak hanya
menimbulkan banyak slip saja tetapi kapasitas pengupasan akan
berkurang dan derajat pemisahan serta angin pembuangan sekam akan

11
berkurang juga. Dan sebaliknya kalau flat belt terlalu kencang (tegang)
akan cepat merusakkan main shaft. Gunakan belt wax atau aspal encer
untuk pemeliharaan.
4. Perawatan mesin penggerak
Untuk perawatan ringan dilakukan meliputi pengecekan pelumas
mesin disetiap pagi sebelum mesin dinyalakan, mengecek bahan bakar
mesin penggerak yaitu solar. Jika pelumas sudah tidak layak pakai yaitu
ditandai dengan kekentalan oli yang menurun atau menjadi encer, operator
melakukan penggantian pelumas mesin.

2.4 Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Sesuai dengan modul yang berjudul “Mengoperasikan Mesin Penggilingan
Padi (Rice Milling Unit)” oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian Betangkaluku
(2016) dijelaskan mengenai K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) yang
merupakan suatu pemikiran dan upaya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Dalam keadaan yang demikian
maka penggunaan mesin-mesin, instalasi-instalasi modern serta bahan
berbahaya mungkin makin meningkat. Masalah tersebut di atas akan sangat
mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan. Oleh
karena itu keselamatan dan kesehatan kerja yang merupakan salah satu bagian
dari perlindungan tenaga kerja perlu dikembangkan dan ditingkatkan, mengingat
keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan agar :
- Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat
perlindungan atas keselamatannya.
- Setiap sumber produksi dapat dipakai, dipergunakan secara aman dan
efisien.
- Proses produksi berjalan lancar.
Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu :
- Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di
semualapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik,
mental maupunkesehatan social.
- Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.

12
- Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
- Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang
sesuaidengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
Melaksanakan Prosedur K3 Badan kita terdiri dari beberapa bagian.
Semuanya harus terlindung diwaktu melaksanakan pekerjaan. Alat-alat
pelindung tersebut antara lain :
a. Alat pelindung mata. Mata harus terlindung dari panas, sinar yang
menyilaukan dan debu. Berbagai jenis kacamata pengaman mempunyai
kegunaan yang berbeda.
b. Alat pelindung kepala. Topi adalah alat pelindung kepala secara umum, bila
kita bekerja pada mesin-mesin yang berputar, topi melindungi terpuntirnya
rambut oleh putaran mesin bor atau rambut terkena percikan api pada saat
mengelas.
c. Alat pelindung telinga. Alat pelindung telinga ialah alat yang melindungi
telinga dari gemuruhnya mesin yang bising, juga penahan bising dari
letupan/letusan.
d. Alat pelindung hidung. Alat ini berguna terisapnya gas-gas yang beracun
pada saat mengelas. Bahkan untuk tempat kerja khusus diperlukan masker
(alat pelindung wajah)
e. Alat pelindung tangan. Alat pelindung tangan (sarung tangan) terbuat dari
bermacam-macam bahan disesuaikan kebutuhan. Yang sering dijumpai
adalah
- Sarung tangan kain digunakan untuk memperkuat pegangan.
Hendaknya dibiasakan bila memegang benda yang berminyak, bagian-
bagian mesin atau bahan logam lainnya.
- Sarung tangan kulit, sarung tangan kulit digunakan untuk memberi
perlindungan dari ketajaman sudut pada pekerjaan pengecoran.
Perlengkapan ini dipakai pada saat harus mengangkat atau memegang
bahan tsb.
- Sarung tangan karet terutama pada pekerjaan pelapisan logam seperti
pernikel, perkhrom dsb. Sarung tangan ini menjaga tangan dari bahaya
pembakaran asam atau melindungi dari kepedasan cairan pada bak
atau panik dimana pekerjaan tersebut berlangsung. Sarung tangan

13
karet digunakan pula untuk melindungi kerusakan kulit tangan karena
hembusan udara pada saat membersihkan bagian-bagian mesin
dengan menggunakan kompresor.
f. Alat pelindung kaki Untuk menghindarkan kerusakan kaki dari tusukan
benda tajam atau terbakar oleh zat kimia, maka sebagai pelindung
digunakan sepatu. Sepatu ini harus terbuat dari bahan yang disesuaikan
dengan jenis pekerjaan.
g. Pelindung hidung dan mulut ditempat- tempat tertentu dari bagian bengkel,
udara sering dikotori terutama akibat kimiawi, akibat gas yang terjadi, akibat
semprotan cairan, akibat debu dan partikel lainnya yang lebih kecil. Misalnya
pengotoran pada pernafasan akibat debu kasar dari gerinda, kabut dari
proses pengecatan, asap yang timbul ketika pahat sedang digerinda dan
asap ketika mengelas adalah salah satu contoh pengotoran udara yang
terjadi. Pemakaian alat pelindung pernafasan ditentukan oleh jenis bahaya
pengotoran udara.

14
BAB III METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan kegiatan PKL


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) 1 akan dilaksanakan di BPP
Kecamatan Mungkid yang beralamatkan di Jalan Kalangan Blondo,
Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang pada bulan Juli – Agustus 2022.

Gambar 4 Lokasi wilayah kerja bpp mungkid


(sumber: google maps)
3.2 Materi Kegiatan
Materi kegiatan PKL sebagaimana tertuang dalam table berikut
Tabel 2. Materi kegiatan PKL
No Materi Kegiatan Rincian Kegiatan Output
Kegiatan
- Sejarah dan perkembangan
Keadaan dan
informasi umum UPT - Profile UPT Dinas
Pertanian
Dinas Pertanian, - Posisi dan denah
Gambaran dan
1 serta organisasi dan - Tata letak (layout) informasi UPT
- Struktur organisasi Dinas Pertanian
manajemen
- Personalia, tenaga kerja dan
sumberdaya
kualifikasi Tata kerja pegawai
manusia.
(jam kerja, shift)

15
2 Jumlah dan jenis - Mengidentifikasi jenis
Alsintan yang ada di Alsintan yang ada
UPT Dinas - Menghitung jumlah Informasi data
Pertanian tingkat Alsintan yang ada
jumlah dan jenis
kecamatan - Menghitung jumlah Alsintan
Alsintan
yang layak
dipakai

3 Pemanfaatan - Merekap data Alsintan bantuan


Informasi data
Alsintan yang ada di pemerintah
UPT Dinas Pertanian pemanfaatan
tingkat kecamatan - Menghitung kapasitas kerja
alsintan di
Alsintan teoritis
- Menghitung kapasitas kerja lapangan
Alsintan di lapangan.
4 Proses optimalisasi - Koordinasi dengan UPT dinas
pemanfaatan pertanian untuk memobilisasi
Alsintan di Alsintan untuk mengolah hasil
lapangan pascapanen Optimalisasi
- Mendorong pemanfaatan pemanfaatan
Alsintan secara maksimal alsintan di
- Menetapkan target harian lapangan
pemanfaatan Alsintan
- Relokasi Alsintan yang tidak
dimanfaatkan
5 Mengoperasikan - Melakukan pengolahan hasil Pengalaman
alsintan panen dengan Alsintan melakukan
Pengolahan Hasil pengolahan hasil pertanian pengolahan hasil
Pertanian di (Rice Milling Unit) panen
lapangan menggunakan
Rice Milling Unit.
6 Menerapkan prinsip - Memeriksa kelengkapan Pengalaman
Keamanan, Alsintan sebelum dalam
Keselamatan dan dioperasikan
- Mengoperasikan alsintan sesuai penerapan
Kesehatan Kerja
dengan SOP yang berlaku prinsip K3
(K3) di lapangan
- Menerapkan prinsip K3 dalam dalam
mengoperasikan Alsintan mengoperasikan
Alsintan di
Lapangan

16
7 Menganalisis - Menghitung nilai input dan Hasil
ekonomi dan kinerja output penggunaan Rice Milling perhitungan nilai
Alsintan pengolahan Unit input dan output
hasil perranian di kinerja
lapangan Rice Milling Unit
8 Melaporkan hasil - Membuat laporan hasil analisis
analisis ekonomi ekonomi dan kinerja Rice
Milling Unit. Laporan hasil
dan kinerja Alsintan analisis ekonomi
pengolahan hasil dan kinerja Rice
pertanain di Milling Unit.

lapangan
9 Mempelajari - Identifikasi pelaksanaan Laporan hasil
Manajemen manajemen UPJA pelaksanaan
UPJA manajemen
(POACE) UPJA (POACE)

3.3 Prosedur Pelaksanaan


Tabel 3. Matriks rencana pelaksanaan
Waktu (mingguan)
No Rencana Kegiatan
1 2 3 4
Identifikasi keadaan dan informasi
1. mengenai BPP Mungkid dan daerah
disekitar binaannya.
Identifikasi Alat mesin Rice Milling Unit
2 (RMU) yang terdapat di daerah binaan
BPP Mungkid
Identifikasi pemanfaatan Alsintan Rice
Milling Unit (RMU) yang digunakan di
3
BPP Mungkid dan di daerah
binaannya
Analisis teknis pengoperasian dan
4
perawatan Rice Milling Unit (RMU)
Penyusunan hasil analisis-analisis
5 yang dilakukan terhadap Rice Milling
Unit (RMU)

17
Diagram Alir

MULAI

Studi Literatur Studi Lapangan

Rumusan Masalah

Tahapan Pengumpulan data

Tahapan Pengolahan dan


analisis data

Analisis Teknis:
Analisis Teknis:
1. Analisis Lokasi produksi
1. Efisiensi mesin
2. Analisis Teknologi dan
2. Efektifitas mesin
mesin yang digunakan
3. Analisis mekanisme kerja

Hasil Analisis

Kesimpulan

Selesai

18
a. Suvei Lapangan
Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi atau keadaan yang
terdapat dilapangan, sehingga nantinya penulis dapat mengidentifikasi
masalah yang ada. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan di BBP
Mungkid didapatkan hasil bahwa terdapat tempat penggilingan padi untuk
petani .Adanya tempat penggilingan padi ini dapat memberikan nilai tambah,
sehingga pada akhirnya keberadaan tempat penggilingan padi bagi petani
dapat mendorong pertumbuhan produksi berasdan ekonomi petani sekitar
BPP Mungkid. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan analisis teknis
dan uji mesin pada proses penggilingan padi.
b. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan permasalahan yang ditemukan saat
melakukan survei lapangan. Rumusan masalah ini dibuat untuk mengetahui
permasalahan apa saja yang terdapat dilapangan sehingga nantinya akan
didapatkan solusi dari masalah tersebut.
c. Tujuan
Tujuan adalah fokus terhadap permasalahan yang akan diteliti. Pada
penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk menganlisis teknis dan uji mesin pada
proses penggilingan padi untuk mendorong atau meningkatkan pertumbuhan
produksi dan ekonomi petani sekitar BPP Mungkid.
d. Pengumpulan data
1) Data Primer Data primer yaitu data yang didapatkan melalui pengamatan
secara langsung di lapangan yang disesuaikan dengan kebutuhan analisis
data. Data primer yang diperoleh berupa data hasil percobaan dan juga
data berdasarkan hasil wawancara terhadap narasumber yang menguasai
dibidang tersebut.
2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait dan
studi literatur yang sesuai dengan kebutuhan analisis data
e. Analisis data
1) Analisis teknis adalah metode analisis yang menggunakan aspek teknis,
diantaranya yaitu analisis layout (tata letak) produksi, analisis bahan
penggiling, analisis teknologi yang digunakan dalam proses penggilingan
padi, dan analisis tahapan proses penggilingan.

19
2) Uji kinerja mesin adalah metode yang digunakan untuk mengetahui spesifik
dari mesin. Aspek yang ditinjau dari uji kinerja mesin adalah Dimensi
Mesin, Kapasitas Mesin, Efisiensi Mesin, Efektifitas Mesin, Uji Pelayanan.
f. Hasil analisis
Hasil analisis didapatkan setelah kumpulan data dianalisis. Dengan
begitu didapatkan jawaban untuk meningkatkan efektifitas dan hasil
produksi beras di daerah sekitar BPP Mungkid.
g. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan pernyataan singkat tentang hasil analisis yang
telah dilakukan dan menjawab tujuan dari penulisan

20
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (2020). Luas Panen dan Produksi Padi di Indonesia Tahun
2020. Badan Pusat Statistik [diakses] 02 Mei 2022. Web :
bps.go.id//luaspanenpadipadatahun2020

Ginting M, Devika S. 2020. Analisis Finansial Usaha Penggilingan Padi Keliling


di Nagori Panombeian Panei Kabupaten Simalungun. Jurnal Agrilink Vol. 9
No. 1

Hasbullah R, Dewi AR. 2009. Kajian Pengaruh Konfigurasi Mesin Penggilingan


terhadap Rendemen dan Susust Giling beberapa Variasi Pada. Jurnal
Keteknikan Pertanian Vol. 23 Nomor 2

Nofriadi N. 2012. Rancang Bangun Mesin Penggiling Padi Skala Kecil. Jurnal
Teknik Mesin Volume 4 Nomor 2 Halaman: 83-90

Sutrisno. 2007. Penanganan Pascapanen Padi di Indonesia. Jurnal Keteknikan


Pertanian Vol. 21 Nomor 2

Swastika DKS. 2012. Teknologi Panen dan Pascapanen Padi: Kendala Adopsi
dan Kebijakan Strategi Pengembangan. Analisis Kebijakan Pertanian.
Volume 10 Nomor 4 Halaman 331-346

Syahputri IRA, Hapsari TD, Kuntadi EB. 2016. Efisiensi Biaya Produksi dan Nilai
Tambah Gabah Pada Unit Prosessing dan Produksi Beras Organik Tani
Mandiri I di Desa Lombok Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso.
Fakultas Pertanian Universitas Jember. Jurnal Agribest Volume 03 Nomor
01

Umar S. 2011. Pengaruh Sistem Penggilingan Padi Terhadap Kualitas Giling di


Sentra Produksi Beras Lahan Pasang Surut. Jurnal Teknologi Pertanian
Universitas Mulawarman Vol 7 No. 1

Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Betangkaluku. 2016. Modul Alsintan:


Mengoperasikan Mesin Penggilingan Padi (Rice Milling Unit)

21
LAMPIRAN

Lampiran 1 Jurnal Harian (Logbook) kegiatan PKL 1

Nama : Lisa Ariyanti Safitri


NIM : 07.16.20.035
Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Lokasi PKL I : BPP Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang
Jawa Tengah

No. Hari/ Kegiatan Paraf Pembimbing Keterangan


Tanggal Eksternal

Tangerang, Agustus 2021

Lisa Ariyanti Safitri


NIM. 07.16.20.035

22
Lampiran 2 Format Lembar Konsultasi

LEMBAR KONSULTASI PKL I PROGRAM STUDI


TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

Nama : Lisa Ariyanti Safitri


NIM : 07.16.20.035
Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Lokasi PKL I : BPP Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang Jawa
Tengah
Pembimbing Internal : 1. Dr. Mardison, S.TP., M.Si.
2. Syaf Rijal Ahmad, S.TP., M. Agr.
Pembimbing Eksternal :

Koreksi Paraf
No Tanggal Materi Konsultasi
Pembibing Pembimbing

Tangerang, Agustus 2022

Lisa Ariyanti Safitri


NIM. 07.16.20.035

23

Anda mungkin juga menyukai