Dr. Suyono, MS
PROPOSAL PENELITIAN
NIM P2D017005
i
STUDI KOMPARATIF PEMASARAN USAHA GULA KELAPA CETAK DAN
GULA KELAPA KRISTAL DI KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN
BANYUMAS
Menyetujui:
KOORDINATOR PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER AGRIBISNIS
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………….…………… i
HALAMAN PENGESAHAN ..…………………………………………. ii
DAFTAR ISI ……………….……………………………………………. iii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. v
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ………………………………………………….. 1
1.2. Perumusan Masalah …………………………………………….. 7
1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 8
1.4. Manfaat Penelitian ……………………………………………… 8
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1. Usaha Gula Kelapa ……………………………..………………. 9
2.2. Margin Pemasaran ……………………………………………… 10
2.3. Biaya Pemasaran ……………………………………………….. 12
2.4. Keuntungan Pemasaran (Kp) …………………………………... 13
2.5. Farmesr’s Share ………………………………………………... 14
2.6. Efisiensi Pemasaran …………………………………………….. 15
2.7. Pola Saluran Pemasaran ………………………………………... 17
2.8. Faktor- faktor yang Memengaruhi Penderes Menentukan 20
Jenis Produk Gula Kelapa yang Diproduksi …………………….
2.9. Kerangka Pikir Penelitian ………………………………………. 21
2.10. Hipotesis Penelitian ……………………………………………. 25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ………………………………….. 26
iii
3.2. Sasaran atau Obyek Penelitian …………………………………. 26
3.3. Rancangan Pengambilan Sasaran atau Obyek Penelitian ……... 26
3.4. Variabel Penelitian ……………………………………………... 27
3.5. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data …………………………... 29
3.6. Analisis Data …………………………………………………… 30
3.7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian …………………………………. 34
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 35
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1. Kerangka Pikir Penelitian ………………………………………….. 24
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Di Indonesia terdapat dua jenis varietas kelapa yaitu kelapa genjah (Dwarf
coconut) dan kelapa dalam (Tall coconut), serta kelapa hibrida sebagai hasil
persilangan kedua varietas tersebut (Direktorat Jenderal Bina Produksi
Perkebunan, 2015). Petani kelapa mengolahnya menjadi produk bernilai tambah
tinggi berupa VCO, minyak kelapa, gula kristal, sabun mandi, produk kosmetik
yang dipasarkan seluruh nusantara, bahkan ekspor ke pasar internasional
(Antriyandarti, 2019).
2
Departemen Perindustrian Pengolahan Kelapa Terpadu melalui Perpres
No. 8 tahun 2008 menjadikan kelapa sebagai salah satu industri rumah tangga
prioritas dan telah disusun rencana pengembangan jangka pendek, menengah dan
panjang (Sukamto, 2001). Industri rumah tangga banyak tersebar hampir di
seluruh pelosok Kabupaten Banyumas, salah satunya di Kecamatan Cilongok
dengan 20 desa yang memiliki usaha. Data jumlah industri rumah tangga dan
tenaga kerja di Kecamatan Cilongok pada tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 1.1
:
Tabel 1.1. Jumlah industri rumah tangga dan tenaga kerja di Kecamatan Cilongok
tahun 2018
No Desa Jumlah Industri Rumah Jumlah Tenaga Kerja
Tangga (Unit) (Orang)
1 Pageraji 1184 2368
2 Panusupan 1010 2020
3 Cilongok 705 1410
4 Batuanten 555 1110
5 Gununglurah 362 724
6 Cipete 326 652
7 Kalisari 326 652
8 Langgongsari 307 614
9 Sambirata 306 612
10 Jatisaba 305 610
11 Sokawera 298 596
12 Karangtengah 292 584
13 Sudimara 281 562
14 Karangtengah 275 550
15 Kasegeran 188 385
16 Panembangan 182 364
17 Rancamaya 133 266
18 Pejogol 132 264
19 Karanglo 113 226
3
20 Cikidang 85 170
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2019.
Pemasaran pertanian gula kelapa adalah proses aliran komoditi gula kelapa
yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu (time utility),
guna tempat (place utility), guna bentuk (form utility) dan guna pemilikan
(possesion utility) yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran (pengecer,
pedagang, agen, broker atau lembaga pemasaran lainnya) dengan melaksanakan
satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran yaitu fungsi
4
pertukaran (Exchange function), fungsi fisik (Physical function) dan fungsi
fasilitas (Facilitating function) (Sudiyono, 2001). Pemasaran gula kelapa
dilakukan dengan menggunakan bantuan dari pedagang ataupun tengkulak agar
gula kelapa sampai pada konsumen (Maharani et.al., 2011).
Kendala pemasaran kelapa yang dialami berupa tidak ada promosi, tidak
ada sentuhan yang menjadikan produk jadi besar, belum ada asosiasi yang mampu
menjembatani industri-industri di daerah untuk menjadi kekuatan besar, dan
pemasaran (Sukamto, 2001). Pemasaran kelapa diduga belum memberikan nilai
tambah secara proporsional kepada pihak-pihak yang terlibat dalam produksi dan
pemasaran. Hal ini tercermin dari tidak meningkatkan pendapatan petani kelapa
dikarenakan usaha tani kelapa masih dikelola secara tradisional, terbatasnya
modal, dan kualitas produk yang dihasilkan masih rendah. Permintaan produk
usaha tani kelapa berupa gula coklat (brown sugar) besar terutama pangsa pasar
ekspor, termasuk produk ikutan seperti bungkil, arang tempurung, sabut kelapa,
dan air (Damanik, 2007).
5
pada salah satu bagian pohon kelapa yaitu tandan bunga jantan, masyarakat desa
biasanya menyebutnya dengan istilah mancung. Produksi gula kelapa mudah
dikerjakan oleh masyarakat desa dan tidak membutuhkan modal yang besar
dikarenakan pohon kelapa sudah tersedia di sekitar rumah.
Bahan baku pembuatan gula kristal adalah nira kelapa dan gula cetak. Nira
kelapa biasa disebut legen merupakan cairan yang keluar dari bunga kelapa yang
belum membuka. Harga bahan baku nira kelapa adalah Rp2.000,00 per liter
sedangkan gula batok Rp12.500,0 per kilogram. Bahan penolong dalam
pembuatan gula kristal terdiri dari (a) getah manggis sebagai pengawet alami,
mencegah turunnya pH pada nira kelapa menambah tingkat kekentalan pada
proses pemasakan nira dengan biaya sudah dikonversi senilai Rp. 700,00 per liter
nira. (b) laru (gamping) untuk menjaga kualitas nira kelapa yang telah disadap
agar tidak masam akibat proses fermentasi, dimasukkan pada bumbung atau
tempat penampungan nira saat proses penyadapan dengan biaya sudah dikonversi
senilai Rp125,00 per liter nira (Putri, 2020).
Mayoritas para perajin gula kelapa menyadap kelapa milik sendiri atau
milik perseorangan lainnya dengan bagi hasil (maro) dan dalam mengolah niranya
dibantu oleh anggota keluarga lainnya. Produksi gula kelapa cetak atau dikenal
masyarakat dengan gula jawa atau gula merah dibuat dalam bentuk padatan dan
dicetak dengan tempurung kelapa atau bambu sehingga berbentuk silindris,
sedangkan produksi gula kelapa kristal atau dikenal masyarakat dengan gula
semut atau gula kristal prinsipnya hampir sama dengan pembuatan gula cetak,
hanya pada tahap akhir terdapat penambahan proses pembuatan serbuk. Faktanya,
meningkatnya permintaan kebutuhan gula kelapa saat ini selain menjadi sebuah
peluang juga menciptakan tantangan yang harus dihadapi bagi perajin gula kelapa
dalam produksi dan pemasaran, diantaranya rendahnya harga jual gula kelapa
cetak dibandingkan dengan gula kelapa kristal berdampak pada penerimaan yang
diperoleh oleh setiap perajin, terbatasnya keterampilan pengrajin, dan pengrajin
tidak mau beralih memproduksi gula kelapa kristal.
6
Pemasaran produk gula kelapa secara umum terdapat beberapa pihak
selain produsen dan konsumen, yaitu lembaga-lembaga perantara yang
menghubungkan sentra produksi dan sentra konsumsi dengan melakukan berbagai
aktivitas yang memberikan nilai guna bagi produk yang dipasarkan. Saluran
pemasaran agroindustri gula masih belum dikembangkan secara masif oleh para
perajin yang masih berjalan sendiri-sendiri, maka perlu dilengkapi sistem
pemasaran yang tepat untuk meningkatkan pendapatan perajin yang dapat
mengalirkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan memberi indikasi
tentang perubahan penawaran dan permintaan gula kelapa kepada produsen.
7
pasar, rendahnya kemampuan tawar menawar, berfluktuasinya harga, rendahnya
kualitas produksi, rendahnya kualitas sumberdaya manusia, dan kurang jelasnya
jalur pemasaran, maka perlu dilakukan strategi pemasaran secara tepat sesuai
dengan tujuan mengenai produknya. Menurut Maharani et al (2011), strategi
pemasaran yang dipilih pada agroindustri gula kelapa adalah strategi
mempertahankan pasar yang ada dan mencari alternatif pasar melalui diversifikasi
produk, menentukan harga jual sesuai harga pasar, pengemasan produk, dan
memperkenalkan produk dengan keikutsertaan dalam pameran.
Faktanya para penderes dan petani kelapa sekaligus perajin kelapa tidak
mengalami peningkatan pendapatan akibat rantai pemasaran gula kelapa yang
melibatkan pedagang dan pengepul lebih mendapatkan keuntungan dari hasil
penjualan kelapa daripada perajinnya. Hal ini disebabkan lemahnya hasil dari
tawar menawar perajin dengan pedagang dan pengepul atas hasil produknya,
disebabkan karena perbedaan kualitas hasil produksi setiap perajin gula atau
belum sama. Penelitian oleh Supomo (2007) menyatakan bahwa kurang
meningkatnya kesejahteraan para perajin gula kelapa disebabkan karena sifat
teknis nira tidak tahan lama, kecilnya pendapatan petani jika menjual nira saja,
tidak semua perajin memiliki lahan sendiri, belum memenuhi standarisasi produk
gula kelapa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji
mengenai Studi Komparatif Pemasaran Usaha Gula Kelapa Cetak dan Gula
Kelapa Kristal di Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas.
8
3. Bagaimana perbedaan farmer's share saluran pemasaran antara gula
kelapa cetak dan gula kelapa kristal di Kecamatan Cilongok, Kabupaten
Banyumas?
4. Bagaimana pola saluran pemasaran gula kelapa cetak dan gula kelapa
yang diproduksi di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas ?
5. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi penderes menentukan jenis
produk gula kelapa yang diproduksi di Kecamatan Cilongok, Kabupaten
Banyumas ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian
sebagai berikut :
1. Mengevaluasi perbedaan margin pemasaran usaha gula kelapa cetak dan gula
kelapa kristal di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.
2. Mengevaluasi perbedaan efisiensi saluran pemasaran antara gula kelapa cetak
dan gula kelapa kristal di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.
3. Menganalisa perbedaan farmer's share saluran pemasaran antara gula kelapa
cetak dan gula kelapa kristal di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.
4. Mengevaluasi pola saluran pemasaran gula kelapa cetak dan gula kelapa
kristal yang diproduksi di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.
5. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penderes menentukan jenis
produk gula kelapa yang diproduksi di Kecamatan Cilongok, Kabupaten
Banyumas.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian sebagai berikut :
1. Manfaat Keilmuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsih manfaat dalam
pengembangan ilmu pengetahuan terkait studi komparatif usaha gula
kelapa cetak dan gula kelapa kristal. Serta aplikasinya sebagai bahan
informasi dan referensi bagi kalangan akademisi dan peneliti yang akan
menjadikan bagian dari penelitian lanjutan.
9
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan
bagi pembuat kebijakan dan pemerintah Kabupaten Banyumas. Serta
memberikan gambaran peningkatan nilai tambah dan pertumbuhan
ekonomi di Kecamatan Cilongok, sehingga mampu memberikan
kontribusi positif terhadap perajin gula kelapa pada umumnya, khususnya
perajin gula kelapa di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.
10
BAB II
TELAAH PUSTAKA
11
menyampaikan, dan mempertukarkan tawaran (offerings) yang bernilai bagi
pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat umum”.
Fungsi pemasaran menurut Sudaryono (2016) meliputi (a) Fungsi
Pertukaran, baik menukar uang dengan produk maupun produk dengan produk
(barter) untuk dipakai sendiri atau untuk dijual kembali. (b) Fungsi Distribusi
Fisik dilakukan dengan mengangkut baik melalui air, darat, dan udara, serta
menyimpan produk agar tidak kekurangan saat dibutuhkan. (c) Fungsi
Perantara/Pendukung melalui perantara pemasaran yang menghubungkan
aktivitas pertukaran dengan distirbusi fisik antara lain pengurangan risiko,
pembiayaan, pencarian informasi, standarisasi dan penggolongan (klarifikasi)
produk.
Marjin pemasaran adalah selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran atau
selisih harga yang dibayarkan di tingkat konsumen dengan harga yang diterima
produsen (Rahim dan Diah, 2007). Menurut Limbong dan Sitorus (1987, dalam
Mubarok et.al., 2015), besar kecilnya margin ditentukan dengan besar kecilnya
jasa atau pengeluaran yang diberikan dan keuntungan yang diambil oleh setiap
lembaga tata niaga yang terlibat. Untuk menganalisis margin pemasaran, maka
digunakan rumus:
Mi = Ci + πi
Keterangan:
M = M1 + Mm + Mw + Mr
12
Keterangan:
13
merah dari terbesar berturut-turut adalah saluran 3 sebesar Rp6.226,00/kg, saluran
2 sebesar Rp4.726,00/kg; saluran 1 sebesar Rp4.226,00/kg.
b. Biaya bongkar muat dan kuli angkut yaitu biaya yang dikeluarkan bagi
penggunaan kuli angkut dari sarana transportasi ke tempat penjualan
dihitung dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).
14
Keterangan :
Keterangan :
Share adalah bagian harga yang diterima produsen yang dinyatakan dalam
persen. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perajin akan berpengaruh terhadap
harga produk dan akan memengaruhi besar kecilnya nilai share. Untung dan
ruginya para perajin tidak ditentukan oleh besar dan kecilnya nilai Produsen
Share, tetapi dipengaruhi oleh harga produk dan biaya produksi yang dikeluarkan.
Produsen Share adalah perbandingan harga yang diterima perajin dengan harga
yang dibayarkan konsumen akhir kemudian dikali seratus persen (Angipora,
2002). Farmer’s share digunakan untuk menganalisis efisiensi pemasaran dari
segi ekonomi. Bagian yang diterima produsen <50 persen berarti belum efisien,
dan bila bagian yang diterima produsen >50 persen maka pemasaran dikatakan
efisien (Sudiyono, 2004).
Firdaus et.al., (2017) di dalam penelitiannya di Desa Cikuya Kecamatan
Culamega Kabupaten Tasikmalaya mendapatkan besarnya bagian harga yang
diterima perajin (produsen share) pada saluran 1 sebesar 83,33%, sedangkan pada
saluran 2 sebesar 70,96%. Penelitian Putri et.al., (2018) mengenai analisis
pemasaran agroindustri rumah tangga gula kelapa di Kecamatan Wuluhan
Kabupaten Jember dapat disimpulkan bahwa nilai share harga pengrajin tertinggi
terdapat pada saluran pemasaran nol tingkat sebesar 100%, terendah pada saluran
pemasaran tiga tingkat sebesar 87,40%, sedangkan pada saluran pemasaran satu
tingkat sebesar 93,13%.
16
Penelitian Suyono et.al., (2021) didapatkan bahwa nilai farmer’s share
tertinggi terdapat pada saluran pemasaran II (produsen – pedagang pengecer)
sebesar 80,56% dengan harga jual di tingkat produsen Rp14.500,00 dan di tingkat
pengecer Rp18.000,00. Nilai farmer’s share terendah terdapat pada saluran
pemasaran I (produsen – pengepul - pedagang besar) sebesar 66,40 persen.
Perbedaan farmer’s share yang terjadi pada setiap saluran pemasaran dikarenakan
adanya perbedaan harga yang diterima setiap lembaga pemasaran, jumlah
lembaga pemasaran yang terlibat serta fungsi-fungsi yang dilakukan, sehingga
meningkatkan harga di tingkat konsumen.
Penelitian lain Supardi et.al., (2016) diperoleh bahwa nilai farmer’s share
dari masing masing saluran dari terbesar hingga terkecil berturut-turut dimulai
dari saluran 1 sebesar 0,74% , saluran 2 sebesar 0,71% , saluran 4 sebesar 0,68%
dan saluran 3 sebesar 0,62%. Nilai farmer’s share terkecil terdapat pada saluran 3
sebesar 0.62%.
2.6. Efisiensi Pemasaran
(Boyd et al., 2000). Syarat-syarat pemasaran lebih efisien yang harus dipenuhi
yaitu kemampuan memberikan hasil pertanian kepada konsumen dengan biaya
semurah-murahnya dan mampu adil dalam membagi keseluruhan harga konsumen
yang dibayarkan kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi
dan pemasaran (Mubyarto, 1985).
Total nilai produksi adalah besarnya harga produk gula aren di tingkat
konsumen dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram. Efisiensi pemasaran
adalah nisbah antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang dijual dan
17
dinyatakan dalam persen. Efisiensi pemasaran dihitung dengan menggunakan
rumus (Angipora, 2002) :
Keterangan :
18
efisien. Rantai pemasaran yang panjang dengan banyak pelaku pemasaran
produksi kelapa yang terlibat, menyeebabkan besarnya balas jasa yang harus
diambil oleh para pelaku pemasaran yang akan memengaruhi tingkat harga. Hal
ini mengidentifikasikan bahwa sistem pemasaran yang terjadi belum efisien
(Jumiati et.al., 2013).
a. Perajin gula adalah orang yang mengusahakan gula yang berasal dari nira dan
selanjutnya diolah menjadi gula.
19
d. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli produk gula dalam jumlah
banyak dan dijual kembali ke pedagang pengecer.
f. Konsumen akhir adalah orang yang mengkonsumsi produk gula dan tidak
menjual kembali.
20
pengrajin skala kecil (jumlah pohon yang dikelola ≤ 25 pohon) dan menengah
(jumlah pohon yang dikelola 26 – 50 pohon); c) saluran tiga tingkat digunakan
oleh 4,44% pengrajin skala besar (jumlah pohon yang dikelola > 50 pohon).
Menurut Yuniarti et.al., (2017), pola saluran pemasaran beras bersertifikasi
organik di Kabupaten Boyolali terdapat 4 macam pola saluran, dikelompokan
menjadi dua bagian, yaitu 33% memanfaatkan lembaga pemasaran organik,
sebagian lain terdiri dari 67% yang memanfaatkan lembaga pemasaran beras
biasa/umum.
Penelitian lain Supardi et.al., (2016) diperoleh bahwa pola saluran tata
niaga agroindustri gula merah skala rumah tangga terdapat 4 saluran diantaranya
saluran 1 (pengrajin-pedagang pengumpul-perusahaan); saluran 2 (pengrajin-
pedagang pengumpul-perusahaan); saluran 3 (pengrajin-pedagang pengumpul-
pedagang pasar); saluran 4 (pengrajin-konsumen).
21
pembeli cenderung kurang kompetitif, pihak yang dominan dalam penentuan
harga pasar di daerah produsen adalah pihak pembeli, dan kinerja pasar pada
pemasaran gula kelapa kristal masih kurang baik (Suyono et.al., 2021).
Sistem pemasaran hasil produksi gula kelapa dipengaruhi oleh (1) kondisi
lingkungan (kondisi pohon kelapa, tanah, cuaca, musim, ada atau tidak adanya
serangan hama), (2) fluktuasi harga gula kelapa yang ditentukan oleh musim.
Musim hujan saat produksi nira melimpah harga turun, sebaliknya musim
kemarau saat produksi nira sedang berkurang harga naik. (3) Kurangnya akses
terhadap informasi pasar, terutama tentang harga, sehingga pengrajin sangat
tergantung pada harga yang diberikan oleh pengumpul (posisi tawar pengrajin
rendah). (4) interaksi pengrajin dan pengepul sepenuhnya dikuasai oleh
mekanisme pasar tanpa ada kebijakan pemerintah desa yang menjembatani
(Muhsoni et.al., 2017).
22
Pembangunan pertanian sangat erat kaitannya dengan pemasaran produk
hasil pertanian. Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan
konsumsi. Pemasaran adalah suatu kegiatanyang mengarahkan arus barang dan
jasa dari produsen ke konsumen. Analisis pemasaran meliputi pola pemasaran,
marjin pemasaran, farmer's share, dan nilai efisiensi pemasaran (Swatsa, 2002).
Limbong dan Sitorus (1987) mengemukakan bahwa marjin pemasaran terdiri dari
biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran.
Salah satunya sentra produk hasil pertanian terbesar di Jawa Tengah
adalah kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas dengan sumberdaya alam
berupa pohon kelapa. Pemanfaatan kelapa diolah menjadi produk yang bernilai
tambah dan harga jual tinggi berupa gula kelapa. Industri gula kelapa di
kecamatan ini sudah ada secara turun temurun dan masih bertahan hingga saat ini
yang menjadikan mata pecaharian masyarakat desa sebagai perajin gula kelapa.
Ada dua jenis gula kelapa yang diproduksi yaitu gula kelapa cetak dan gula kelapa
kristal.
Industri kecil gula kelapa dilakukan secara kelompok oleh masyarakat
pengrajin sebagai sumber pendapatan keluarga bagi masyarakat. Permintaan dan
penawaran gula kelapa sangat fluktuatif, yaitu menjelang bulan Ramadhan dan
hari raya Idul Fitri permintaan sangat tinggi sedangkan penawaran tergantung
curah hujan. Usaha gula kelapa relatif tidak membutuhkan keterampilan khusus,
peralatan yang digunakan sederhana dan hanya membutuhkan modal kecil atau
tidak sama sekali jika masyarakat mempunyai bahan bakunya sendiri. Gula kelapa
cetak dari hasil produksi para pengrajin (petani) biasanya langsung dijual ke pasar
atau pengumpul yang datang pada hari-hari tertentu (Muhsoni et.al., 2017).
Pemasaran agribisnis kelapa berperan penting untuk peningkatan
produktivitas dan peningkatkan pendapatan petani. Seringkali dijumpai pola
saluran pemasaran yang akan memengaruhi tingkat harga dan belum efisien
sistem pemasaran yang terjadi (Jumiati et.al., 2013). Saluran pemasaran yang
digunakan oleh pengrajin gula kelapa dengan pertimbangan (harga jual, lembaga
pemasaran, biaya pemasaran yang dikeluarkan, kapasitas produksi, dan adanya
jaminan pasar). Saluran pemasaran yang efisien akan menghasilkan harga yang
23
sesuai, baik pada tingkat produsen maupun konsumen, sehingga akan dapat
memacu produsen untuk lebih giat dalam mengelola usaha gula kelapa tersebut
(Putri et.al., 2018).
Penelitian Muhsoni et al (2017) menunjukkan bahwa terdapat empat pola
saluran pemasaran gula kelapa yaitu: Saluran 1: Produsen-Konsumen; Saluran 2:
Produsen-Pedagang; Pengumpul-Konsumen; Saluran 3: Produsen-Pedagang
Besar-Pedagang Pengecer-Konsumen; Saluran 4: Produsen-Pedagang Pengumpul-
Pedagang Besar-Pedagang Pengecer-Konsumen. Farmer's share masing-masing
saluran pemasaran berbeda dipengaruhi oleh besarnya biaya, keuntungan, dan
marjin pemasaran dari masing-masing saluran pemasaran. Saluran pemasaran 1
paling efisien atau pendek dengan marjin pemasaran paling rendah dan farmer's
share paling tinggi. Semakin pendek saluran pemasaran gula kelapa semakin
efisien saluran pemasaran.
24
25
Kecamatan Cilongok Sebagai Sentra Produksi Gula Kelapa di Kabupaten Banyumas
Usaha Gula Kelapa Cetak - Pola saluran Usaha Gula Kelapa Kristal
pemasaran
24
2.10. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat perbedaan margin pemasaran usaha gula kelapa cetak dan gula
kelapa kristal.
2. Terdapat perbedaan efisiensi pemasaran usaha gula kelapa cetak dan gula
kelapa kristal.
3. Terdapat perbedaan farmer's share saluran pemasaran antara gula kelapa
cetak dan gula kelapa kristal.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
26
besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Sampel diambil sebanyak 30% dari jumlah populasi. Alasan peneliti menggunakan
30% pada penentuan ukuran jumlah sampel karena:
a. Jumlah responden lebih dari 100 tidak mungkin diambil semua menjadi sampel.
b. Agar semua kelas terwakili menjadi sampel
Sampel diambil sebanyak 30% dari jumlah populasi diantaranya populasi perajin gula
kelapa di Desa Rancamaya sebanyak 266 orang (30%) = 80 orang, Desa Sambirata
sebanyak 244 orang (30%) = 73 orang dan Desa Sudimara sebanyak 460 orang (30%)
= 138 orang.
Penentuan informan penelitian dengan menggunakan metode snow ball
sampling. Sugiono (2007) menyatakan bahwa Snowball Sampling Method adalah
teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.
Ibarat bola salju menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Informan penelitian
adalah pihak-pihak yang terlibat dalam saluran pemasaran gula di Kecamatan
Cilongok Kabupaten Banyumas mulai dari perajin sampai konsumen akhir
berdasarkan informasi yang diberikan oleh produsen. Tujuannya adalah untuk
mengetahui gambaran pola saluran pemasaran dan faktor-faktor yang memengaruhi
penderes menentukan jenis produk gula kelapa yang diproduksi di Kecamatan
Cilongok, Kabupaten Banyumas.
Dalam penelitian ini digunakan teknik snowball sampling, lembaga
pemasaran masing-masing desa yang dipilih berdasarkan alur pemasaran gula kelapa
dari penderes ke lembaga pemasaran di Desa Rancamaya, Desa Sambirata, dan Desa
Sudimara terdiri atas tengkulak sebanyak dua orang, pedagang pengumpul sebanyak
dua orang, pedagang besar sebanyak dua orang dan pedagang pengecer sebanyak dua
orang. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.
27
Tabel 5. Jumlah Responden Penelitian
No Nama Desa Lembaga Pemasaran Jumlah (Orang)
1 Desa Rancamaya Perajin 2
Tengkulak 2
Pedagang pengumpul 2
Pedagang besar 2
Pedagang pengecer 2
2 Desa Sambirata Perajin 2
Tengkulak 2
Pedagang pengumpul 2
Pedagang besar 2
Pedagang pengecer 2
3 Desa Sudimara Perajin 2
Tengkulak 2
Pedagang pengumpul 2
Pedagang besar 2
Pedagang pengecer 2
Total 30
Sumber : data primer diolah tahun 2021
28
menggunakan rumus (Limbong dan Sitorus, 1987, dalam Mubarok et.al.,
2015) :
Mi = Ci + πi
Keterangan:
M = M1 + Mm + Mw + Mr
Keterangan:
29
Keterangan :
Keterangan :
30
a. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara
dengan menggunakan kuesioner dan pedoman wawancara yang telah
disiapkan sebelumnya. Kuesioner berisi pertanyaan tertutup mengenai
identitas responden, margin, biaya, keuntungan, farmer’s share, dan
efisiensi saluran pemasaran. Pedoman wawancara berisi pertanyaan terbuka
mengenai pola saluran pemasaran dan faktor-faktor yang memengaruhi
penderes menentukan jenis produk gula kelapa yang diproduksi di
Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui
internet, instansi atau lembaga yang berkaitan dengan pustaka yang ada
hubungannya dengan permasalahan dalam penelitian.
31
c. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis atau mempelajari dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis (buku, majalah, jurnal, artikel), serta sumber lain yang relevan
dengan penelitian.
32
Hipotesis :
H0 : kedua sampel mempunyai variansi sama pada taraf signifikansi 5%
Ha : kedua sampel mempunyai variansi yang berbeda pada taraf signifikansi 5%
Hipotesis 1 :
H01 : tidak terdapat perbedaan nyata antara margin pemasaran usaha gula
kelapa cetak dan usaha gula kelapa kristal.
Ha1 : terdapat perbedaan nyata antara margin pemasaran usaha gula kelapa
cetak dan usaha gula kelapa kristal.
33
2. Perbedaan efisiensi saluran pemasaran antara gula kelapa cetak dan gula
kelapa kristal. Analisis data yang digunakan yaitu uji-t dua sampel
independen menggunakan SPSS.
Hipotesis 2 :
Hipotesis 3 :
34
perbedaan nyata farmer's share saluran pemasaran usaha gula kelapa
cetak dan gula kelapa kristal.
b. Apabila t0 > tα/2 (α = 5%) maka H0 ditolak, artinya terdapat
perbedaan nyata farmer's share saluran pemasaran usaha gula kelapa
cetak dan gula kelapa kristal
4. Pola saluran pemasaran gula kelapa cetak dan gula kelapa kristal yang
diproduksi. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif berdasarkan
hasil panduan wawancara mendalam dengan informan penelitian.
5. Faktor-faktor yang memengaruhi penderes menentukan jenis produk gula
kelapa yang diproduksi. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif
berdasarkan hasil panduan wawancara mendalam dengan informan
penelitian.
Minggu ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7
Survei Pendahuluan dan Penyusunan
Proposal
Seminar Proposal
Perbaikan Proposal
Pengambilan data dan analisis
Penyusunan tesis dan konsultasi
Seminar Hasil Penelitian
Perbaikan Tesis
Ujian Tesis
35
DAFTAR PUSTAKA
36
Muhsoni, Karyadi, Hasrati E. 2017. Analisis Pemasaran Gula kelapa (Studi Kasus di
Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Agromedia , Vol.
5, No. 1 Maret 2017.
Mustaufik, Karseno. 2004. Penerapan dan Pengembangan Teknologi Produksi Gula
Semut Berstandar Mutu SNI untuk Meningkatkan Pendapatan Pengrajin Gula
Kelapa di Kabupaten Banyumas. Laporan Pengabdian Masyarakat. Program
Pengembangan Teknologi Tepat Guna. Teknologi Pertanian Unsoed,
Purwokerto.
Mustaufik, Dwiyanti H. 2007. Rekayasa Pembuatan Gula Kelapa Kristal yang
Diperkaya dengan Vitamin A dan Uji Preferensinya kepada Konsumen.
Laporan Penelitian Peneliti Muda Dikti Jakarta. Jurusan Teknologi Pertanian
Unsoed, Purwokerto.
Novarianto, H., Tampake, H. 2007. Pengembangan Industri Benih Kelapa Berbasis
PVT dan Pelestarian Plasma Nutfah In Situ. Balai Penelitian Tanaman kelapa
dan Palma Lainnya Manado. Jurnal Littri, 13(1),28-33. ISSN 0853-8212.
Nurbiyati, Titik, Machfoedz, Mahmud. 2005. Manajemen Pemasaran Kontemporer.
Yogyakarta : KAYON.
Putri, M. N. A., Adi, R. A., Khomah, I. 2019. Analisis Usaha dan Pemasaran Gula
Semut di Desa Hargotirto, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo.
SEPA(Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis), 16(1), 74–78. https://
doi.org/10.20961/sepa.v16i1.22470.
Putri D.D. 2020. Studi Komparatif Pendapatan, Biaya, dan Kelayakan Usaha
Agroindustri Gula Semut Pada Setiap Pelaku Rantai Pemasaran. Program Studi
Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto. SEPA : Vol. 17 No.1 September 2020 : 65 –
71. ISSN : 1829-9946. DOI: https://doi.org/10.20961/sepa.v17i1.42878.
Saputra A., Afriyatna S. 2018. Saluran Pemasaran Komoditi Kelapa (Cocos nucifera
L) di Desa Teluk Payo Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin.
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Unversitas Muhammadiyah
Palembang. SOCIETA, VII – 1: 79 – 90, Jun 2018. P-ISSN 2301-4180. E-
ISSN 2549-8509.
Setjen Pertanian. 2012. Outlook Komoditas Perkebunan. Jakarta: Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian.
Sudaryono. 2016. Manajemen Pemasaran Teori dan Implementasi. Yogyakarta: C.V.
Andi Offset.
Sudiyono, A. 2001. Pemasaran Pertanian. Malang: Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang.
37
Sukamto, I. T. N. 2001. Upaya Peningkatan Produksi Kelapa. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Sukardi. 2010. Gula Merah Tebu : Peluang Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Melalui Pengembangan Agroindustri Pedesaan. Jurnal Pangan. 19 (4): 317-
330.
Supomo. 2007. Meningkatkan Kesejahteraan Pengrajin Gula Kelapa di Kabupaten
Purbalingga. PPKDS, PKT, Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT).
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 12. No. 2 Agustus 2007. hal. 149-162.
Suyono, Herry, A., Tarjoko. 2017. Kelembagaan Rantai Pasok Gula Kelapa Kristal
Asal Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas. Makalah ilmiah
disampaikan pada Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh LPPM
Unsoed Tanggal 17-18 November 2017 dengan tema “Pengembangan
Sumberdaya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”. Purwokerto.
Suyono, Sutanto, A., Dharmawan, B., Irene K.E.W. 2020. Struktur dan Perilaku Pasar
Pada Pemasaran Gula Kelapa Kristal di Kecamatan Kutasari Kabupaten
Purbalingga. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan
X” 6-7 Oktober 2020 Purwokerto. ISBN 978-602-1643-65-5.
Syahza, Almasdi. 2006. Paradigma Baru: Pemasaran Produk Pertanian Berbasis
Agrobisnis di Daerah Riau. Jurnal Ekonomi Universtas Tarumanegara Tahun
VIII , Vol 1. Nomor 1, 2006.
Tety. 2013. Analisis Saluran Pemasaran dan Transmisi Harga Tandan Buah Segar
(TBS) Kelapa Sawit Pada Petani Swadaya di Desa Sari Galuh Kecamatan
Tapun Kabupaten Kampar. Volume 5 number 1,
(http://enjournal.unri.ac.id/index.php/JPEB/article/dowload/1477/1453.
Tjiptono, Fandy. 2014. Pemasaran Jasa – Prinsip, Penerapan, dan Penelitian.
Yogyakarta: Andi Offset.
Wardhanu A.P., Anhar M. 2014. Strategi Pengembangan Agroindustri Kelapa di
Ketapang. Jurnal Industria, Vol 3 No 1: 13 – 26.
38
Lampiran 1. Kuesioner penelitian
KUESIONER PENELITIAN
Terima kasih atas partisipasi Anda menjadi salah satu responden yang secara sukarela
mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini merupakan salah satu instrumen penelitian yang
dilakukan oleh:
Peneliti : Jonas Chrishtoper Hutapea
NIM : P2D017005
Program Studi : Magister Agribisnis
Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman
Penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi tugas akhir Program Pascasarjana.
Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i
untuk menjawab pertanyaan pada kuesioner ini dengan jujur dan sesuai dengan
keadaan Anda sebenar-benarnya. Peneliti menjamin kerahasiaan jawaban dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Peneliti menyampaikan terima kasih atas
bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i mengisi kuesioner ini.
39
Pendidikan : SD / SMP / SMA / Perguruan Tinggi
Alamat : ………………………………………………
………………………………………………....
Jumlah anggota keluarga : …………… Orang
B. Karakteristik Usaha
1. Status kegiatan usaha : sendiri / usaha kelompok / usaha orang lain
2. Lama usaha : ……….. tahun
3. Modal usaha terdiri dari
Kebutuhan alat Nilai alat
Nama Alat
Jumlah Harga (Rp)
Sabit
Pongkor/ember nira
Gayung
Tungku
Wajan
Saringan
Cetakan
Sorok
Soled/pengaduk
Loyang
JUMLAH
40
6. Bahan penolong yang diperlukan
Kebutuhan bahan penolong
Nama Bahan Nilai (Rp)
Jumlah Harga
Kayu bakar
Laru / obat nira :
-Kulit Manggis
-Kapur
JUMLAH
C. Karakteristik Pemasaran
1. Pola saluran pemasaran
Kemana pemasaran gula cetak?
o Dijual sendiri ke pasar
o Disetor ke pasar
o Diambil oleh pedagang pengepul
o Pembeli datang langsung
o Lainnya, sebutkan . . . . . . . . . . . .
Penentuan harga jual dalam pemasaran gula cetak?
o Petani sendiri
41
o Produsen
o Pedagang pengepul
o Pedagang pengecer
o Lainnya, sebutkan . . . . . . . . . . . .
Bagaimana pola saluran pemasaran gula produk kelapa yang selama ini
berjalan?
......................................................... ...
. . . . .
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
42
Harga beli
Biaya-biaya
- Plastik
- Transportasi
Jumlah biaya-biaya
Marjin pemasaran
Keuntungan Pemasaran
3 Pedagang Pengecer
Harga beli
Biaya-biaya
- Plastik
Jumlah biaya-biaya
Marjin pemasaran
Keuntungan Pemasaran
4 Harga beli konsumen
5 Total Pemasaran
Total biaya pemasaran
Total marjin pemasaran
Total keuntungan pemasaran
6 Farmer's share
7 Perubahan harga
Harga tingkat konsumen
Harga tingkat produsen
43
Apakah pernah mendapatkan pembinaan / pelatihan?
o Ya
o Tidak
Jika pernah, Oleh siapa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Berapa kali . . . . . . . . .
Apakah ada pendukung yang Bapak/Ibu/Saudara alami selama menjalani
usaha gula kelapa kristal ini?
o Modal
o Bahan baku
o Tenaga kerja
o Pemasaran
o Lain – lain
Apakah ada hambatan yang Bapak/Ibu/Saudara alami selama menjalani
usaha ini?
o Kekurangan modal
o Bahan baku
o Tenaga kerja
o Pemasaran
o Lain – lain
Menurut Anda, faktor-faktor apa saja yang memengaruhi Bpk/Ibu/Sdr
dalam memasarkan gula produk kelapa ini?
......................................................... ...
. . . . .
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
Harapan apa yang Bpk/Ibu/Sdr inginkan untuk kemajuan usaha?
44
......................................................... ...
. . . . .
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
II. USAHA GULA KELAPA KRISTAL
45
Wajan
Saringan
Cetakan
Sorok
Soled/pengaduk
Loyang
JUMLAH
46
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
D. Karakteristik Pemasaran
2. Pola saluran pemasaran
Kemana pemasaran gula kristal?
o Dijual sendiri ke pasar
o Disetor ke pasar
o Diambil oleh pedagang pengepul
o Pembeli datang langsung
o Lainnya, sebutkan . . . . . . . . . . . .
Penentuan harga jual dalam pemasaran gula kristal?
o Petani sendiri
o Produsen
o Pedagang pengepul
o Pedagang pengecer
o Lainnya, sebutkan . . . . . . . . . . . .
Bagaimana pola saluran pemasaran gula produk kelapa kristal yang selama
ini berjalan?
......................................................... ...
. . . . .
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
47
No Uraian Rp/kg
48
1 Produsen
Harga jual
Biaya-biaya
- Getah manggis
- Injet
- Deres
- Wajan
- Kayu
- Gamping
Jumlah biaya-biaya
Keuntungan Produsen
2 Pedagang Pengumpul
Harga beli
Biaya-biaya
- Plastik
- Transportasi
Jumlah biaya-biaya
Marjin pemasaran
Keuntungan Pemasaran
3 Pedagang Pengecer
Harga beli
Biaya-biaya
- Plastik
Jumlah biaya-biaya
Marjin pemasaran
Keuntungan Pemasaran
49
4 Harga beli konsumen
5 Total Pemasaran
Total biaya pemasaran
Total marjin pemasaran
Total keuntungan pemasaran
6 Farmer's share
7 Perubahan harga
Harga tingkat konsumen
Harga tingkat produsen
50
Apakah ada hambatan yang Bapak/Ibu/Saudara alami selama menjalani
usaha ini?
o Kekurangan modal
o Bahan baku
o Tenaga kerja
o Pemasaran
o Lain – lain
Menurut Anda, faktor-faktor apa saja yang memengaruhi Bpk/Ibu/Sdr
dalam memasarkan gula produk kelapa kristal ini?
......................................................... ...
. . . . .
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
Harapan apa yang Bpk/Ibu/Sdr inginkan untuk kemajuan usaha?
......................................................... ...
. . . . .
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
51