Anda di halaman 1dari 60

STUDI KOMPARATIF PEMASARAN USAHA GULA KELAPA CETAK DAN

GULA KELAPA KRISTAL DI KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN


BANYUMAS

Purwokerto, 4 Agustus 2021


ACC Diseminarkan

Dr. Suyono, MS

PROPOSAL PENELITIAN

JONAS CRISHTOPER HUTAPEA

NIM P2D017005

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
PURWOKERTO
2021

i
STUDI KOMPARATIF PEMASARAN USAHA GULA KELAPA CETAK DAN
GULA KELAPA KRISTAL DI KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN
BANYUMAS

JONAS CRISHTOPER HUTAPEA


NIM P2D017005

Diterima dan disetujui di Purwokerto pada tanggal......................................

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Anisur Rosyad, M.S. Dr. Ir. Suyono, M.S.


NIP. 19581027 198511 1 001 NIP. 19590523 198601 1 002

Menyetujui:
KOORDINATOR PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER AGRIBISNIS

Dr. DINDY DARMAWATI PUTRI, S.P., M.P


NIP . 19810605 200912 2 001

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………….…………… i
HALAMAN PENGESAHAN ..…………………………………………. ii
DAFTAR ISI ……………….……………………………………………. iii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. v
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ………………………………………………….. 1
1.2. Perumusan Masalah …………………………………………….. 7
1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 8
1.4. Manfaat Penelitian ……………………………………………… 8
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1. Usaha Gula Kelapa ……………………………..………………. 9
2.2. Margin Pemasaran ……………………………………………… 10
2.3. Biaya Pemasaran ……………………………………………….. 12
2.4. Keuntungan Pemasaran (Kp) …………………………………... 13
2.5. Farmesr’s Share ………………………………………………... 14
2.6. Efisiensi Pemasaran …………………………………………….. 15
2.7. Pola Saluran Pemasaran ………………………………………... 17
2.8. Faktor- faktor yang Memengaruhi Penderes Menentukan 20
Jenis Produk Gula Kelapa yang Diproduksi …………………….
2.9. Kerangka Pikir Penelitian ………………………………………. 21
2.10. Hipotesis Penelitian ……………………………………………. 25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ………………………………….. 26

iii
3.2. Sasaran atau Obyek Penelitian …………………………………. 26
3.3. Rancangan Pengambilan Sasaran atau Obyek Penelitian ……... 26
3.4. Variabel Penelitian ……………………………………………... 27
3.5. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data …………………………... 29
3.6. Analisis Data …………………………………………………… 30
3.7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian …………………………………. 34
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 35

iv
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


Jumlah industri rumah tangga dan tenaga kerja di Kecamatan
1.1. 3
Cilongok tahun 2018
3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian 34

v
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1. Kerangka Pikir Penelitian ………………………………………….. 24

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. KUESIONER PENELITIAN

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dipengaruhi oleh industri
masyarakat yang ada di dalamnya, seperti agroindustri sebagai industri olahan
hasil pertanian yang dapat menjadi tempat bagi petani dalam menggantungkan
hidupnya (Abrar, 2010; Yesi & Hidayat, 2014). Agroindustri adalah salah satu
cabang industri yang mempunyai hubungan antara industri hulu dan industri hilir
yang erat dan langsung berkaitan dengan pertanian yang diharapkan dapat
meningkatkan keberagaman dan ketersediaan produk pangan. Pengembangan
agroindustri ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian,
memperluas lapangan pekerjaan meningkatkan volume ekspor dan mendorong
pertumbuhan ekonomi pedesaan (Iryanti, 2011). Salah satunya adalah agroindustri
gula kelapa yang dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di pedesaan, sekaligus dapat diandalkan untuk mengembangkan
potensi daerah (Erwinda & Susanto, 2014).

Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan


dari famili palmae banyak ditemukan di Indonesia sebagai komoditi perkebunan
yang sangat penting sebagai penghasil minyak nabati untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dan juga komoditi ekspor. Hampir seluruh bagian tanaman dapat
dimanfaatkan, sehingga kelapa dijuluki sebagai pohon kehidupan (tree of life)
(Khotimah, et al., 2014). Pemanfaatan dari per bagian kelapa yaitu (1) sabut untuk
keset, sapu, matras, bahan pembuat spring bed, (2) tempurung untuk arang,
karbon aktif, (3) buah kelapa untuk kopra, minyak kelapa, santan, kelapa parutan
kering, (4) air kelapa untuk cuka, Nata de Coco, (5) batang kelapa untuk
membangun bangunan, (6) daun kelapa untuk lidi, sapu, barang anyaman,
dekorasi dan (7) nira kelapa untuk gula kelapa. Produk olahan kelapa bermacam-
macam, mulai dari kopra, minyak kelapa, nira kelapa hingga gula kelapa cetak
dan kristal (Setjen Pertanian, 2012).

1
Di Indonesia terdapat dua jenis varietas kelapa yaitu kelapa genjah (Dwarf
coconut) dan kelapa dalam (Tall coconut), serta kelapa hibrida sebagai hasil
persilangan kedua varietas tersebut (Direktorat Jenderal Bina Produksi
Perkebunan, 2015). Petani kelapa mengolahnya menjadi produk bernilai tambah
tinggi berupa VCO, minyak kelapa, gula kristal, sabun mandi, produk kosmetik
yang dipasarkan seluruh nusantara, bahkan ekspor ke pasar internasional
(Antriyandarti, 2019).

Berdasarkan data sektor pertanian dari Dinas Pertanian dan Ketahanan


Pangan Kabupaten Banyumas tahun 2018, terdapat 20.293 penderes dan produksi
kelapa deres terbanyak terdapat di Kecamatan Cilongok mencapai 10.234,90 ton
dengan luas panen 807,50 Ha (Astuti & Wijaya, 2020). Potensi ekonomi desa
bidang agrobisnis terbesar di Kecamatan Cilongok adalah sektor industri gula
kelapa dan gula kelapa kristal di desa Batuanten, Kasegeran, Pageraji, Sudimara,
Cilongok, Cipete, Langgongsari, Rancamaya, Panembangan, Sambirata, Sokawera
(Wibowo, 2019). Agroindustri gula kelapa sebagai alternatif untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di pedesaan, sekaligus dapat diandalkan untuk
mengembangkan potensi daerah (Erwinda & Susanto, 2014).

Kecamatan Cilongok merupakan salah satu kecamatan sebagai sentra


produksi gula kelapa terbesar dan produk unggulan di Banyumas yang dihasilkan
oleh para penderes. Volume produksi gula kelapa ini terbesar di Jawa Tengah
yang sudah menyebar tingkat nasional hingga internasional, sehingga dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat desa (Alodia, 2019). Gula kelapa
merupakan produk unggulan di Kabupaten Banyumas mencapai 74% dari total
industri kecil menengah di Kabupaten Banyumas. Data Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Banyumas, Kecamatan Cilongok merupakan sentra
terbesar gula kelapa dengan jumlah penderes mencapai 6.404 orang dan produksi
mencapai 45.234 kilogram per hari. Produksi gula ini sudah turun menurun seperti
profesi penderes di Kecamatan Cilongok yang masih menggunakan cara-cara
tradisional dalam bekerja (Disperindag, 2019).

2
Departemen Perindustrian Pengolahan Kelapa Terpadu melalui Perpres
No. 8 tahun 2008 menjadikan kelapa sebagai salah satu industri rumah tangga
prioritas dan telah disusun rencana pengembangan jangka pendek, menengah dan
panjang (Sukamto, 2001). Industri rumah tangga banyak tersebar hampir di
seluruh pelosok Kabupaten Banyumas, salah satunya di Kecamatan Cilongok
dengan 20 desa yang memiliki usaha. Data jumlah industri rumah tangga dan
tenaga kerja di Kecamatan Cilongok pada tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 1.1
:

Tabel 1.1. Jumlah industri rumah tangga dan tenaga kerja di Kecamatan Cilongok
tahun 2018
No Desa Jumlah Industri Rumah Jumlah Tenaga Kerja
Tangga (Unit) (Orang)
1 Pageraji 1184 2368
2 Panusupan 1010 2020
3 Cilongok 705 1410
4 Batuanten 555 1110
5 Gununglurah 362 724
6 Cipete 326 652
7 Kalisari 326 652
8 Langgongsari 307 614
9 Sambirata 306 612
10 Jatisaba 305 610
11 Sokawera 298 596
12 Karangtengah 292 584
13 Sudimara 281 562
14 Karangtengah 275 550
15 Kasegeran 188 385
16 Panembangan 182 364
17 Rancamaya 133 266
18 Pejogol 132 264
19 Karanglo 113 226

3
20 Cikidang 85 170
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2019.

Industri gula kelapa ini dalam pemasarannya penting untuk diperhatikan.


Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi, maka
perlu dilakukan pemasaran yang lebih efisien dengan persyaratan yaitu mampu
menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya
yang semurah-murahnya, dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari
keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut
serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang itu (Mubyarto, 1985).
Faktanya, saluran pemasaran seringkali dijumpai panjang dengan banyaknya
pelaku terlibat yang akan berdampak pada tingkat harga dan sistem pemasaran
yang terjadi belum efisien (Tety, 2013).

Kotler (2002) menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial


dan manajerial dari individu dan kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran (nilai) produk
dengan yang lain, maka harus memperhatikan aspek yang dapat memengaruhi
pembeli yaitu, product (pemilihan barang yang ditawarkan secara tepat sehingga
memberikan kepuasan), price (proses penetapan harga produk sesuai dengan
kualitas yang ditawarkan dan dapat dijangkau oleh konsumen), place (kebijakan
tempat saluran distribusi barang supaya sampai ke konsumen), promotion
(pemilihan kebijakan untuk memperkenalkan produk yang sesuai dengan yang
dihasilkan). Konsep pemasaran berarti pencapaian tujuan organisasi terdiri dari
penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan
yang diharapkan secara lebih epektif dan efisien dibandingkan para pesaing.

Pemasaran pertanian gula kelapa adalah proses aliran komoditi gula kelapa
yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu (time utility),
guna tempat (place utility), guna bentuk (form utility) dan guna pemilikan
(possesion utility) yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran (pengecer,
pedagang, agen, broker atau lembaga pemasaran lainnya) dengan melaksanakan
satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran yaitu fungsi

4
pertukaran (Exchange function), fungsi fisik (Physical function) dan fungsi
fasilitas (Facilitating function) (Sudiyono, 2001). Pemasaran gula kelapa
dilakukan dengan menggunakan bantuan dari pedagang ataupun tengkulak agar
gula kelapa sampai pada konsumen (Maharani et.al., 2011).

Kendala pemasaran kelapa yang dialami berupa tidak ada promosi, tidak
ada sentuhan yang menjadikan produk jadi besar, belum ada asosiasi yang mampu
menjembatani industri-industri di daerah untuk menjadi kekuatan besar, dan
pemasaran (Sukamto, 2001). Pemasaran kelapa diduga belum memberikan nilai
tambah secara proporsional kepada pihak-pihak yang terlibat dalam produksi dan
pemasaran. Hal ini tercermin dari tidak meningkatkan pendapatan petani kelapa
dikarenakan usaha tani kelapa masih dikelola secara tradisional, terbatasnya
modal, dan kualitas produk yang dihasilkan masih rendah. Permintaan produk
usaha tani kelapa berupa gula coklat (brown sugar) besar terutama pangsa pasar
ekspor, termasuk produk ikutan seperti bungkil, arang tempurung, sabut kelapa,
dan air (Damanik, 2007).

Pesatnya perkembangan agroindustri kelapa dengan adanya ekspor gula


kelapa ini dapat mengangkat perekonomian industri rumah tangga kecil sebagai
produsen gula kelapa (Antriyandarti, 2019). Kecamatan Cilongok yang menjadi
sentra produksi gula kelapa dengan potensi gula kelapa cukup besar sebagai hasil
produk UMKM sekaligus produk unggulan, sebagian besar industri kecil
menengah ini langsung dikelola oleh masyarakat dalam bentuk gula kelapa cetak
dan kristal. Kecamatan Cilongok juga dapat dikatakan sebagai pusat ketenaran
sentra industri gula kelapa yang didukung oleh munculnya tokoh-tokoh yang
mendedikasikan hidupnya untuk mengembangkan industri gula kelapa Banyumas
(www.lppslh.or.id).

Berdasakan hasil survei pendahuluan, Kecamatan Cilongok, Kabupaten


Banyumas dengan rata-rata penduduk desa ini berprofesi buruh tani dan petani
gula kelapa dan luas wilayah sebesar 214.865 Ha. Usaha gula kelapa cetak dan
gula kelapa kristal mampu dikerjakan oleh masyarakat pedesaan dan secara turun
temurun sebagai mata pencaharian. Gula kelapa berasal dari penyadapan air nira

5
pada salah satu bagian pohon kelapa yaitu tandan bunga jantan, masyarakat desa
biasanya menyebutnya dengan istilah mancung. Produksi gula kelapa mudah
dikerjakan oleh masyarakat desa dan tidak membutuhkan modal yang besar
dikarenakan pohon kelapa sudah tersedia di sekitar rumah.

Bahan baku pembuatan gula kristal adalah nira kelapa dan gula cetak. Nira
kelapa biasa disebut legen merupakan cairan yang keluar dari bunga kelapa yang
belum membuka. Harga bahan baku nira kelapa adalah Rp2.000,00 per liter
sedangkan gula batok Rp12.500,0 per kilogram. Bahan penolong dalam
pembuatan gula kristal terdiri dari (a) getah manggis sebagai pengawet alami,
mencegah turunnya pH pada nira kelapa menambah tingkat kekentalan pada
proses pemasakan nira dengan biaya sudah dikonversi senilai Rp. 700,00 per liter
nira. (b) laru (gamping) untuk menjaga kualitas nira kelapa yang telah disadap
agar tidak masam akibat proses fermentasi, dimasukkan pada bumbung atau
tempat penampungan nira saat proses penyadapan dengan biaya sudah dikonversi
senilai Rp125,00 per liter nira (Putri, 2020).

Mayoritas para perajin gula kelapa menyadap kelapa milik sendiri atau
milik perseorangan lainnya dengan bagi hasil (maro) dan dalam mengolah niranya
dibantu oleh anggota keluarga lainnya. Produksi gula kelapa cetak atau dikenal
masyarakat dengan gula jawa atau gula merah dibuat dalam bentuk padatan dan
dicetak dengan tempurung kelapa atau bambu sehingga berbentuk silindris,
sedangkan produksi gula kelapa kristal atau dikenal masyarakat dengan gula
semut atau gula kristal prinsipnya hampir sama dengan pembuatan gula cetak,
hanya pada tahap akhir terdapat penambahan proses pembuatan serbuk. Faktanya,
meningkatnya permintaan kebutuhan gula kelapa saat ini selain menjadi sebuah
peluang juga menciptakan tantangan yang harus dihadapi bagi perajin gula kelapa
dalam produksi dan pemasaran, diantaranya rendahnya harga jual gula kelapa
cetak dibandingkan dengan gula kelapa kristal berdampak pada penerimaan yang
diperoleh oleh setiap perajin, terbatasnya keterampilan pengrajin, dan pengrajin
tidak mau beralih memproduksi gula kelapa kristal.

6
Pemasaran produk gula kelapa secara umum terdapat beberapa pihak
selain produsen dan konsumen, yaitu lembaga-lembaga perantara yang
menghubungkan sentra produksi dan sentra konsumsi dengan melakukan berbagai
aktivitas yang memberikan nilai guna bagi produk yang dipasarkan. Saluran
pemasaran agroindustri gula masih belum dikembangkan secara masif oleh para
perajin yang masih berjalan sendiri-sendiri, maka perlu dilengkapi sistem
pemasaran yang tepat untuk meningkatkan pendapatan perajin yang dapat
mengalirkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan memberi indikasi
tentang perubahan penawaran dan permintaan gula kelapa kepada produsen.

Menurut Atomoko (2014), peningkatan produksi tanpa lembaga


pemasaran yang dapat menunjang produksi dengan harga yang layak bagi
pengrajin gula kelapa dapat mengurangi keinginan pengrajin gula kelapa untuk
berproduksi. Faktor pendorong pengrajin efektif meningkatkan produksi adalah
tingkat harga yang menguntungkan dan stabilitas harga di pasaran. Pada
umumnya fluktuasi harga gula kelapa lebih tinggi atau ketidakseimbangan volume
pasokan dan kebutuhan, maka marjin pemasaran gula kelapa relatif tinggi.
Sebaliknya harga yang diterima petani dan transmisi harga dari daerah konsumen
ke daerah produsen rendah.

Peningkatan produk hasil pertanian yang melimpah tanpa diiringi dengan


perbaikan sistem pemasaran akan selalu berdampak terhadap rendahnya harga di
tingkat produsen, sehingga penerimaan mereka tidak banyak berubah atau bahkan
dapat menurun (Suyono et al, 2017). Rendahnya harga produk pertanian di tingkat
produsen juga tidak lepas dari struktur pasar produk pertanian yang kurang
kompetitif, ada pihak yang lebih dominan dalam penentuan harga (price maker)
pada satu sisi dan posisi tawar (bargaining position) produsen rendah pada sisi
yang lain, sehingga produsen cenderung sebagai penerima harga (price taker)
(Suyono et al, 2020).

Syahza (2006) menyatakan petani menghadapi beberapa kendala dalam


memasarkan produk pertanian antara lain kesinambungan produksi, kurang
memadainya pasar, panjangnya saluran pemasaran, kurang tersedianya informasi

7
pasar, rendahnya kemampuan tawar menawar, berfluktuasinya harga, rendahnya
kualitas produksi, rendahnya kualitas sumberdaya manusia, dan kurang jelasnya
jalur pemasaran, maka perlu dilakukan strategi pemasaran secara tepat sesuai
dengan tujuan mengenai produknya. Menurut Maharani et al (2011), strategi
pemasaran yang dipilih pada agroindustri gula kelapa adalah strategi
mempertahankan pasar yang ada dan mencari alternatif pasar melalui diversifikasi
produk, menentukan harga jual sesuai harga pasar, pengemasan produk, dan
memperkenalkan produk dengan keikutsertaan dalam pameran.

Faktanya para penderes dan petani kelapa sekaligus perajin kelapa tidak
mengalami peningkatan pendapatan akibat rantai pemasaran gula kelapa yang
melibatkan pedagang dan pengepul lebih mendapatkan keuntungan dari hasil
penjualan kelapa daripada perajinnya. Hal ini disebabkan lemahnya hasil dari
tawar menawar perajin dengan pedagang dan pengepul atas hasil produknya,
disebabkan karena perbedaan kualitas hasil produksi setiap perajin gula atau
belum sama. Penelitian oleh Supomo (2007) menyatakan bahwa kurang
meningkatnya kesejahteraan para perajin gula kelapa disebabkan karena sifat
teknis nira tidak tahan lama, kecilnya pendapatan petani jika menjual nira saja,
tidak semua perajin memiliki lahan sendiri, belum memenuhi standarisasi produk
gula kelapa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji
mengenai Studi Komparatif Pemasaran Usaha Gula Kelapa Cetak dan Gula
Kelapa Kristal di Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian dapat
diidentifikasi sebagai berikut :

1. Bagaimana perbedaan margin pemasaran gula kelapa cetak dan gula


kelapa kristal di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas ?
2. Bagaimana perbedaan efisiensi saluran pemasaran antara gula kelapa
cetak dan gula kelapa kristal di Kecamatan Cilongok, Kabupaten
Banyumas ?

8
3. Bagaimana perbedaan farmer's share saluran pemasaran antara gula
kelapa cetak dan gula kelapa kristal di Kecamatan Cilongok, Kabupaten
Banyumas?
4. Bagaimana pola saluran pemasaran gula kelapa cetak dan gula kelapa
yang diproduksi di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas ?
5. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi penderes menentukan jenis
produk gula kelapa yang diproduksi di Kecamatan Cilongok, Kabupaten
Banyumas ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian
sebagai berikut :
1. Mengevaluasi perbedaan margin pemasaran usaha gula kelapa cetak dan gula
kelapa kristal di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.
2. Mengevaluasi perbedaan efisiensi saluran pemasaran antara gula kelapa cetak
dan gula kelapa kristal di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.
3. Menganalisa perbedaan farmer's share saluran pemasaran antara gula kelapa
cetak dan gula kelapa kristal di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.
4. Mengevaluasi pola saluran pemasaran gula kelapa cetak dan gula kelapa
kristal yang diproduksi di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.
5. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penderes menentukan jenis
produk gula kelapa yang diproduksi di Kecamatan Cilongok, Kabupaten
Banyumas.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian sebagai berikut :
1. Manfaat Keilmuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsih manfaat dalam
pengembangan ilmu pengetahuan terkait studi komparatif usaha gula
kelapa cetak dan gula kelapa kristal. Serta aplikasinya sebagai bahan
informasi dan referensi bagi kalangan akademisi dan peneliti yang akan
menjadikan bagian dari penelitian lanjutan.

9
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan
bagi pembuat kebijakan dan pemerintah Kabupaten Banyumas. Serta
memberikan gambaran peningkatan nilai tambah dan pertumbuhan
ekonomi di Kecamatan Cilongok, sehingga mampu memberikan
kontribusi positif terhadap perajin gula kelapa pada umumnya, khususnya
perajin gula kelapa di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.

10
BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1. Usaha Gula Kelapa


Gula merah atau gula cetak memiliki rasa manis yang khas disebabkan
gula merah mengandung beberapa jenis senyawa karbohidrat seperti sukrosa,
fruktosa, dan maltosa; rasa sedikit asam karena adanya kandungan asam organik;
rasa karamel karena adanya reaksi karamelisasi pada karbohidrat selama
pemasakan (Sukardi, 2010). Gula kelapa atau gula merah adalah gula yang terbuat
dari bahan baku utama nira kelapa yang memiliki ciri khusus baik rasa, aroma dan
bentuknya (Heri dan Lukman, 2007). Gula kelapa baik dikonsumsi untuk menjaga
kesehatan dengan keunggulan, disebabkan karena kandungan akan sukrosa yang
terdapat dalam gula pasir lebih tinggi jika dibandingkan dengan kandungan
sukrosa pada gula kelapa (Watemin et.al., 2017).
Gula semut atau kristal (palm sugar) merupakan bentuk diversifikasi
produk gula merah yang berbentuk kristal/butiran kecil (granulasi) berdiameter
antara 0,8-1,2 mm, beraroma khas dan memiliki warna kuning kecoklatan dengan
bahan utama adalah nira berasal dari pohon kelapa atau jenis tanaman palma.
Keunggulannya jika dibandingkan dengan gula merah cetak yaitu lebih mudah
larut, daya simpan lebih lama, bentuknya menarik, pengemasan dan pengangkutan
lebih mudah, dan dapat diperkaya dengan bahan lain seperti rempah-rempah,
vitamin, dan iodium, serta harga jual lebih tinggi dari pada gula merah cetak
(Mustaufik dan Dwiyanti, 2007). Gula kristal dimanfatkan sebagai bumbu masak,
pemanis minuman (sirup, susu, soft drink) dan makanan (adonan kue, roti, kolak)
(Mustaufik dan Karseno, 2004).
2.2. Margin Pemasaran
Pemasaran sebagai kegiatan manusia diarahkan untuk memuaskan
keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran dan hasil prestasi kerja
kegiatan mengalirnya barang dan jasa dari produsen sampai ke konsumen
(Assauri, 2001). Menurut Tjiptono (2014), “pemasaran adalah aktivitas,
serangkaian institusi, dan proses menciptakan, mengomunikasikan,

11
menyampaikan, dan mempertukarkan tawaran (offerings) yang bernilai bagi
pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat umum”.
Fungsi pemasaran menurut Sudaryono (2016) meliputi (a) Fungsi
Pertukaran, baik menukar uang dengan produk maupun produk dengan produk
(barter) untuk dipakai sendiri atau untuk dijual kembali. (b) Fungsi Distribusi
Fisik dilakukan dengan mengangkut baik melalui air, darat, dan udara, serta
menyimpan produk agar tidak kekurangan saat dibutuhkan. (c) Fungsi
Perantara/Pendukung melalui perantara pemasaran yang menghubungkan
aktivitas pertukaran dengan distirbusi fisik antara lain pengurangan risiko,
pembiayaan, pencarian informasi, standarisasi dan penggolongan (klarifikasi)
produk.

Marjin pemasaran adalah selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran atau
selisih harga yang dibayarkan di tingkat konsumen dengan harga yang diterima
produsen (Rahim dan Diah, 2007). Menurut Limbong dan Sitorus (1987, dalam
Mubarok et.al., 2015), besar kecilnya margin ditentukan dengan besar kecilnya
jasa atau pengeluaran yang diberikan dan keuntungan yang diambil oleh setiap
lembaga tata niaga yang terlibat. Untuk menganalisis margin pemasaran, maka
digunakan rumus:

Mi = Ci + πi

Keterangan:

Mi = margin pemasaran pada lembaga ke–i (rupiah/kg)

Ci = biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga ke–i (rupiah/kg)

πi = keuntungan lembaga pemasaran yang diperoleh lembaga ke–i


((rupiah/kg)

i = jumlah lembaga pemasaran yang terkait (unit).

Adapun total margin dapat diperoleh dengan perhitungan matematis yaitu:

M = M1 + Mm + Mw + Mr

12
Keterangan:

M = total margin pemasaran (rupiah/kg)

M1 = margin pemasaran di tingkat pedagang pengumpul (rupiah/kg)

Mm = margin pemasaran di tingkat pedagang menengah (rupiah/kg)

Mw= margin pemasaran di tingkat pedagang besar (rupiah/kg)

Mr = margin pemasaran di tingkat pedagang pengecer (rupiah/kg)

Harga beli adalah harga yang dibayarkan oleh masing-masing lembaga


pemasaran atau konsumen guna mendapatkan barang-barang yang diinginkan,
dihitung dalam satuan rupiah per kilogram. Harga jual adalah harga yang diterima
oleh masing-masing lembaga pemasaran atau produsen sebagai pengganti atas
komoditi yang dipasarkannya, dihitung dalam satuan rupiah per kilogram. Marjin
pemasaran adalah perbedaan atau selisih harga yang dibayarkan konsumen
dengan harga yang diterima produsen, dinyatakan oleh satuan rupiah per kilogram
(Angipora, 2002).

Firdaus et.al., (2017) di dalam penelitiannya di Desa Cikuya Kecamatan


Culamega Kabupaten Tasikmalaya mendapatkan besarnya total marjin pemasaran
pada saluran 1 adalah Rp2.500,00 per kilogram, sedangkan pada saluran 2,
besarnya total marjin pemasaran adalah Rp4.500,00 per kilogram. Faktor dan pola
penentu marjin pemasaran kopi di Kabupaten Ngada menunjukan bahwa marjin
pemasaran secara signifikan dipengaruhi oleh volume dan biaya pemasaran (Mau
et.al., 2018).

Penelitian Putri et.al., (2018) mengenai analisis pemasaran agroindustri


rumah tangga gula kelapa di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember dapat
disimpulkan bahwa Margin pemasaran terendah terdapat pada saluran pemasaran
nol tingkat yaitu Rp0,00/kg, tertinggi pada saluran pemasaran tiga tingkat sebesar
Rp1.575,00/kg, sedangkan pada saluran pemasaran satu tingkat, Rp700,00/kg.
Penelitian lain Supardi et.al., (2016) diperoleh bahwa marjin total tata niaga gula

13
merah dari terbesar berturut-turut adalah saluran 3 sebesar Rp6.226,00/kg, saluran
2 sebesar Rp4.726,00/kg; saluran 1 sebesar Rp4.226,00/kg.

2.3. Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran


dalam proses pergerakan produk dari tangan produsen ke tangan konsumen akhir
terdiri dari (Angipora, 2002) :

a. Biaya pengangkutan meliputi biaya bagi kegiatan yang ditunjukan


untuk menggerakan barang-barang dari tempat pembelian sampai ke
tempat penjualan dinilai dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

b. Biaya bongkar muat dan kuli angkut yaitu biaya yang dikeluarkan bagi
penggunaan kuli angkut dari sarana transportasi ke tempat penjualan
dihitung dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

c. Biaya penyimpanan yaitu biaya yang dikeluarkan bagi sewa gudang


atau tempat penyimpanan dinilai dalam rupiah per kilogram per hari
(Rp/kg).

d. Biaya penyusutan adalah biaya yang diperhitungkan oleh lembaga


pemasaran untuk mengutip kerugian akibat adanya kerusakan selama
proses pemasaran seperti susut dan hilang, dinilai dalam rupiah per
kilogram (Rp/kg).

Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lain, disebabkan karena


macam komoditi, lokasi pemasaran, macam lembaga pemasaran, dan efektivitas
pemasaran yang dilakukan (Soekartawi, 2002). Besaran biaya pemasaran dalam
saluran pemasaran digunakan alat analisis biaya. Biaya pemasaran adalah biaya
yang dikeluarkan untuk memasarkan suatu komoditi dari produsen ke konsumen
dengan rumus (Muhsoni et.al., 2017):

14
Keterangan :

Bp : Biaya pemasaran (rupiah/kg)

Bp 1,2,3…n : Biaya pemasaran tiap lembaga pemasaran (rupiah)

1,2,3….n : Jumlah lembaga (unit)

Firdaus et.al., (2017) di dalam penelitiannya di Desa Cikuya Kecamatan


Culamega Kabupaten Tasikmalaya mendapatkan besarnya total biaya pemasaran
sebesar Rp265,00 per kilogram, sedangkan pada saluran 2, besarnya total biaya
pemasaran sebesar Rp572,00 per kilogram.

2.4. Keuntungan Pemasaran (Kp)

Keuntungan lembaga pemasaran merupakan selisih antara marjin


pemasaran dengan biaya pemasaran gula aren di masing-masing lembaga
pemasaran, dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg) (Angipora,
2002). Perbedaan harga di masing-masing lembaga pemasaran sangat bervariasi
tergantung dari besar kecilnya keuntungan yang diambil oleh masing-masing
lembaga perantara pemasaran (Soekarwati, 2002). Keuntungan pemasaran adalah
penjumlahan dari keuntungan yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran
dengan rumus (Muhsoni et.al., 2017) :

Firdaus et.al., (2017) di dalam penelitiannya di Desa Cikuya Kecamatan


Culamega Kabupaten Tasikmalaya mendapatkan besarnya total keuntungan
pemasaran sebesar Rp2.235,00 per kilogram, sedangkan pada saluran 2, besarnya
total keuntungan pemasaran sebesar Rp3.928,00 per kilogram.

2.5. Farmer's Share

Menurut American Marketing Association (AMA) yang dikutip oleh


Nurbiyati dan Machfoedz (2005), pemasaran sebagai proses perencanaan dan
pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, dan distribusi ide, barang, dan jasa untuk
15
menciptakan pertukaran yang memenuhi tujuan individu dan perusahaan.
Farmer's share adalah bagian yang diterima produsen dengan rumus (Muhsoni
et.al., 2017) :

Keterangan :

F : Bagian yang diterima produsen (farmer's share) (%)

Pr : Harga di tingkat konsumen (rupiah/kg)

Mp : Marjin pemasaran (rupiah/kg)

Share adalah bagian harga yang diterima produsen yang dinyatakan dalam
persen. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perajin akan berpengaruh terhadap
harga produk dan akan memengaruhi besar kecilnya nilai share. Untung dan
ruginya para perajin tidak ditentukan oleh besar dan kecilnya nilai Produsen
Share, tetapi dipengaruhi oleh harga produk dan biaya produksi yang dikeluarkan.
Produsen Share adalah perbandingan harga yang diterima perajin dengan harga
yang dibayarkan konsumen akhir kemudian dikali seratus persen (Angipora,
2002). Farmer’s share digunakan untuk menganalisis efisiensi pemasaran dari
segi ekonomi. Bagian yang diterima produsen <50 persen berarti belum efisien,
dan bila bagian yang diterima produsen >50 persen maka pemasaran dikatakan
efisien (Sudiyono, 2004).
Firdaus et.al., (2017) di dalam penelitiannya di Desa Cikuya Kecamatan
Culamega Kabupaten Tasikmalaya mendapatkan besarnya bagian harga yang
diterima perajin (produsen share) pada saluran 1 sebesar 83,33%, sedangkan pada
saluran 2 sebesar 70,96%. Penelitian Putri et.al., (2018) mengenai analisis
pemasaran agroindustri rumah tangga gula kelapa di Kecamatan Wuluhan
Kabupaten Jember dapat disimpulkan bahwa nilai share harga pengrajin tertinggi
terdapat pada saluran pemasaran nol tingkat sebesar 100%, terendah pada saluran
pemasaran tiga tingkat sebesar 87,40%, sedangkan pada saluran pemasaran satu
tingkat sebesar 93,13%.

16
Penelitian Suyono et.al., (2021) didapatkan bahwa nilai farmer’s share
tertinggi terdapat pada saluran pemasaran II (produsen – pedagang pengecer)
sebesar 80,56% dengan harga jual di tingkat produsen Rp14.500,00 dan di tingkat
pengecer Rp18.000,00. Nilai farmer’s share terendah terdapat pada saluran
pemasaran I (produsen – pengepul - pedagang besar) sebesar 66,40 persen.
Perbedaan farmer’s share yang terjadi pada setiap saluran pemasaran dikarenakan
adanya perbedaan harga yang diterima setiap lembaga pemasaran, jumlah
lembaga pemasaran yang terlibat serta fungsi-fungsi yang dilakukan, sehingga
meningkatkan harga di tingkat konsumen.
Penelitian lain Supardi et.al., (2016) diperoleh bahwa nilai farmer’s share
dari masing masing saluran dari terbesar hingga terkecil berturut-turut dimulai
dari saluran 1 sebesar 0,74% , saluran 2 sebesar 0,71% , saluran 4 sebesar 0,68%
dan saluran 3 sebesar 0,62%. Nilai farmer’s share terkecil terdapat pada saluran 3
sebesar 0.62%.
2.6. Efisiensi Pemasaran

Pemasaran adalah proses sosial yang melibatkan kegiatan pertukaran


barang dan jasa yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa
yang dibutuhkan dan diinginkan. Target pasar perlu diupayakan perusahaan yang
paling sesuai dengan sumber dayanya, mengembangkan produk yang memenuhi
kebutuhan pasar dan sasaran, produk-produk yang kompetitif, mengembangkan
kesadaran pelanggan akan kemampuan pemecahan masalah dan lini produk,
mendapatkan umpan balik dan pasar tentang keberhasilan produk perusahaan

(Boyd et al., 2000). Syarat-syarat pemasaran lebih efisien yang harus dipenuhi
yaitu kemampuan memberikan hasil pertanian kepada konsumen dengan biaya
semurah-murahnya dan mampu adil dalam membagi keseluruhan harga konsumen
yang dibayarkan kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi
dan pemasaran (Mubyarto, 1985).

Total nilai produksi adalah besarnya harga produk gula aren di tingkat
konsumen dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram. Efisiensi pemasaran
adalah nisbah antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang dijual dan

17
dinyatakan dalam persen. Efisiensi pemasaran dihitung dengan menggunakan
rumus (Angipora, 2002) :

Keterangan :

EPS : Efisiensi Pemasaran (%)

TBP : Total Biaya Pemasaran (Rp)

TNP : Total Nilai Produk (Rp)


Efisiensi pemasaran (EPS) adalah perbandingan nilai TBP (Total Biaya
Produk) dengan nilai TNP (Total Nilai Produk), kemudian dikali seratus persen.
Kriteria hasil perhitungan menunjukkan nilai EPS terkecil (presentase terkecil)
dikatakan saluran pemasaran tersebut efisien (Soekartawi, 2001). Bila bagian
yang diterima produsen <50% dan marjin pemasaran >50% berarti pemasaran
belum efisien dan bila bagian yang diterima produsen >50% dan marjin
pemasaran <50% maka pemasaran dikatakan efisien (Muhsoni et.al., 2017).

Firdaus et.al., (2017) di dalam penelitiannya di Desa Cikuya Kecamatan


Culamega Kabupaten Tasikmalaya mendapatkan besarnya saluran 1 adalah
saluran pemasaran paling efisien berdasarkan nilai EPS sebesar 1,77%,
dibandingkan dengan saluran pemasaran 2 berdasarkan nilai EPS sebesar 3,69%,
sehingga saluran pemasaran 1 paling efisien dibandingkan dengan saluran
pemasaran 2. Penelitian Putri et.al., (2018) mengenai analisis pemasaran
agroindustri rumah tangga gula kelapa di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember
dapat disimpulkan bahwa seluruh saluran pemasaran yang digunakan efisien,
tercermin dari share harga yang lebih besar dari 40%. Penelitian lain Supardi
et.al., (2016) diperoleh bahwa saluran tataniaga yang paling efisien pada saluran 1
karena memiliki nilai marjin terkecil dan nilai farmer’s share terbesar.

Penelitian Suyono et.al., (2021) bahwa efisiensi yang tertinggi terdapat


pada saluran II berarti bagian yang diterima produsen pada saluran II lebih besar
dibandingkan dengan pola saluran yang lainnya, sehingga pola saluran ini lebih

18
efisien. Rantai pemasaran yang panjang dengan banyak pelaku pemasaran
produksi kelapa yang terlibat, menyeebabkan besarnya balas jasa yang harus
diambil oleh para pelaku pemasaran yang akan memengaruhi tingkat harga. Hal
ini mengidentifikasikan bahwa sistem pemasaran yang terjadi belum efisien
(Jumiati et.al., 2013).

2.7. Pola Saluran Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang


menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen
kepada konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau
individu lainnya. Tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan fungsi-fungsi
pemasaran dan memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin (Sudiyono,
2004). Saluran pemasaran merupakan kelompok lembaga yang ada di antara
berbagai lembaga yang mengadakan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan
pasar-pasar tertentu. Saluran pemasaran dapat berbentuk sederhana maupun rumit,
tergantung dari macam komoditi, lembaga pemasaran dan sistem pemasaran
(Swastha, 2002).

Panjang pendeknya saluran pemasaran tergantung dari jumlah lembaga


perantara yang digunakan. Tiap lembaga perantara yang melakukan kegiatan jual
beli merupakan tingkatan dalam rantai penyaluran barang dari produsen kepada
konsumen (Rahayu dan Prasetya, 1996). Saluran pemasaran adalah tata urutan
atau jalur pemasaran gula dari produsen sampai ke konsumen akhir, meliputi
(Angipora, 2002, dalam Firdaus et.al., 2017) :

a. Perajin gula adalah orang yang mengusahakan gula yang berasal dari nira dan
selanjutnya diolah menjadi gula.

b. Lembaga pemasaran adalah orang, perusahaan atau lembaga yang terlibat


langsung dalam pengaliran gula dari produsen sampai konsumen.

c. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli dan mengumpulkan


hasil gula dari petani, kemudian menjual ke pedagang besar.

19
d. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli produk gula dalam jumlah
banyak dan dijual kembali ke pedagang pengecer.

e. Pedagang pengecer adalah pedagang yang langsung menjual produk gula


kepada konsumen akhir.

f. Konsumen akhir adalah orang yang mengkonsumsi produk gula dan tidak
menjual kembali.

Firdaus et.al., (2017) di dalam penelitiannya di Desa Cikuya Kecamatan


Culamega Kabupaten Tasikmalaya menyatakan bahwa lembaga pemasaran yang
terlibat dalam pemasaran gula dari perajin sampai ke tangan konsumen akhir
adalah pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, terdapat dua saluran
pemasaran gula dari perajin sampai ke tangan konsumen akhir yaitu saluran 1 :
produsen - pedagang pengecer - konsumen; saluran II : produsen - pedagang
pengumpul - pedagang - konsumen. Disimpulkan pada saluran pemasaran gula I
hanya melibatkan satu lembaga pemasaran yaitu pedagang pengecer, sedangkan
pada saluran pemasaran gula II melibatkan dua lembaga pemasaran yaitu
pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.

Saluran pemasaran komoditi kelapa dalam di Desa Teluk Payo Kecamatan


Banyuasin II Kabupaten Banyuasin dari petani hingga ketangan konsumen akhir.
Terdapat tiga saluran pemasaran gula kelapa yang terdiri dari (1) Saluran
Pemasaran I : Petani, Pedagang Pengumpul I, Pedagang Besar, Pedagang
Pengecer, Konsumen; (2) Saluran Pemasaran II : Petani, Pedagang Pengumpul I,
Pedagang Pengumpul II, Pedagang Besar, Pedagang Pengecer, Konsumen; (3)
Saluran Pemasaran III : Petani, Pedagang Pengumpul II, Pedagang Besar,
Pedagang Pengecer, Konsumen (Saputra dan Afriyatna, 2018).
Penelitian Putri et.al., (2018) mengenai analisis pemasaran agroindustri
rumah tangga gula kelapa di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember dapat
disimpulkan bahwa terdapat tiga saluran pemasaran gula kelapa, yaitu: a) saluran
pemasaran nol tingkat digunakan oleh 11,11% pengrajin dari skala kecil (jumlah
pohon yang dikelola ≤ 25 pohon) ; b) saluran satu tingkat digunakan oleh 84,44%

20
pengrajin skala kecil (jumlah pohon yang dikelola ≤ 25 pohon) dan menengah
(jumlah pohon yang dikelola 26 – 50 pohon); c) saluran tiga tingkat digunakan
oleh 4,44% pengrajin skala besar (jumlah pohon yang dikelola > 50 pohon).
Menurut Yuniarti et.al., (2017), pola saluran pemasaran beras bersertifikasi
organik di Kabupaten Boyolali terdapat 4 macam pola saluran, dikelompokan
menjadi dua bagian, yaitu 33% memanfaatkan lembaga pemasaran organik,
sebagian lain terdiri dari 67% yang memanfaatkan lembaga pemasaran beras
biasa/umum.

Penelitian lain Supardi et.al., (2016) diperoleh bahwa pola saluran tata
niaga agroindustri gula merah skala rumah tangga terdapat 4 saluran diantaranya
saluran 1 (pengrajin-pedagang pengumpul-perusahaan); saluran 2 (pengrajin-
pedagang pengumpul-perusahaan); saluran 3 (pengrajin-pedagang pengumpul-
pedagang pasar); saluran 4 (pengrajin-konsumen).

Lembaga yang terlibat dalam pemasaran gula kelapa kristal di Kecamatan


Cilongok meliputi produsen, pedagang pengumpul kecil, pedagang pengumpul
besar, koperasi dan pedagang pemasok. Terdapat 3 saluran pemasaran meliputi (a)
pola saluran pemasaran I paling banyak digunakan oleh produsen dalam
memasarkan produknya sebanyak 31 produsen dengan persentase sebesar 86,11
persen dari total responden; (b) pola saluran pemasaran II yang digunakan oleh 3
orang produsen dengan persentase sebanyak 8,33 persen dari total responden; (c)
pola saluran pemasaran III paling sedikit digunakan oleh produsen sebanyak 2
orang dengan persentase 5,56 persen (Suyono et.al., 2021).

2.8. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penderes Menentukan Jenis Produk


Gula Kelapa yang Diproduksi

Faktor-faktor yang menyebabkan tidak berkembangnya pemasaran


agribisnis kelapa di Indragiri Hilir, antara lain (1) sebagian besar teknologi belum
dapat digunakan petani, (2) kurangnya diversifikasi produk kelapa (Damanik,
2007). Hal-hal yang menentukan penderes memproduksi jenis gula diantaranya
struktur pasar gula kristal di tingkat produsen dan pada tingkat pedagang dari sisi

21
pembeli cenderung kurang kompetitif, pihak yang dominan dalam penentuan
harga pasar di daerah produsen adalah pihak pembeli, dan kinerja pasar pada
pemasaran gula kelapa kristal masih kurang baik (Suyono et.al., 2021).

Sistem pemasaran hasil produksi gula kelapa dipengaruhi oleh (1) kondisi
lingkungan (kondisi pohon kelapa, tanah, cuaca, musim, ada atau tidak adanya
serangan hama), (2) fluktuasi harga gula kelapa yang ditentukan oleh musim.
Musim hujan saat produksi nira melimpah harga turun, sebaliknya musim
kemarau saat produksi nira sedang berkurang harga naik. (3) Kurangnya akses
terhadap informasi pasar, terutama tentang harga, sehingga pengrajin sangat
tergantung pada harga yang diberikan oleh pengumpul (posisi tawar pengrajin
rendah). (4) interaksi pengrajin dan pengepul sepenuhnya dikuasai oleh
mekanisme pasar tanpa ada kebijakan pemerintah desa yang menjembatani
(Muhsoni et.al., 2017).

Faktor-faktor yang memengaruhi industri rumah tangga gula merah kelapa


sawit terdiri dari (a) faktor internal adalah ketersediaanbahan baku, tenaga kerja,
proses pengolahan mudah, produksi kontinyu, harga murah, lokasi usaha strategis,
dan menguntungkan, modal terbatas, belum ada inovasi produk, belum ada
standard mutu, teknologi pengolahan tradisional, manajemen pembukuan dan
informasi pasar minim, dan belum ada kelompok usaha. (b) faktor eksternal
meliputi pangsa pasar tinggi, produk substitusi gula pasir, ketersediaan jaringan
pemasaran, potensi daerah mendukung, ada SNI gula palma, harga gula mampu
bersaing, kondisi iklim, produk belum dikenal, bahan baku habis, pengrajin
mengganti usaha, dukungan Pemerintah/ Instansi terkait minim (Simbolon, 2020).

Suyono & Purwastuti (2011) dalam penelitiannya menunjukan bahwa


kinerja pemasaran nilam di Kabupaten Banyumas cenderung kurang efisien,
dimana struktur pasar nilam di tingkat penyuling adalah oligopsoni longgar,
sementara struktur pasar nilam di tingkat pengumpul dan petani oligopsoni kuat,
sehingga harga nilam di tingkat petani ditentukan oleh pembeli.

2.9. Kerangka Pikir Penelitian

22
Pembangunan pertanian sangat erat kaitannya dengan pemasaran produk
hasil pertanian. Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan
konsumsi. Pemasaran adalah suatu kegiatanyang mengarahkan arus barang dan
jasa dari produsen ke konsumen. Analisis pemasaran meliputi pola pemasaran,
marjin pemasaran, farmer's share, dan nilai efisiensi pemasaran (Swatsa, 2002).
Limbong dan Sitorus (1987) mengemukakan bahwa marjin pemasaran terdiri dari
biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran.
Salah satunya sentra produk hasil pertanian terbesar di Jawa Tengah
adalah kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas dengan sumberdaya alam
berupa pohon kelapa. Pemanfaatan kelapa diolah menjadi produk yang bernilai
tambah dan harga jual tinggi berupa gula kelapa. Industri gula kelapa di
kecamatan ini sudah ada secara turun temurun dan masih bertahan hingga saat ini
yang menjadikan mata pecaharian masyarakat desa sebagai perajin gula kelapa.
Ada dua jenis gula kelapa yang diproduksi yaitu gula kelapa cetak dan gula kelapa
kristal.
Industri kecil gula kelapa dilakukan secara kelompok oleh masyarakat
pengrajin sebagai sumber pendapatan keluarga bagi masyarakat. Permintaan dan
penawaran gula kelapa sangat fluktuatif, yaitu menjelang bulan Ramadhan dan
hari raya Idul Fitri permintaan sangat tinggi sedangkan penawaran tergantung
curah hujan. Usaha gula kelapa relatif tidak membutuhkan keterampilan khusus,
peralatan yang digunakan sederhana dan hanya membutuhkan modal kecil atau
tidak sama sekali jika masyarakat mempunyai bahan bakunya sendiri. Gula kelapa
cetak dari hasil produksi para pengrajin (petani) biasanya langsung dijual ke pasar
atau pengumpul yang datang pada hari-hari tertentu (Muhsoni et.al., 2017).
Pemasaran agribisnis kelapa berperan penting untuk peningkatan
produktivitas dan peningkatkan pendapatan petani. Seringkali dijumpai pola
saluran pemasaran yang akan memengaruhi tingkat harga dan belum efisien
sistem pemasaran yang terjadi (Jumiati et.al., 2013). Saluran pemasaran yang
digunakan oleh pengrajin gula kelapa dengan pertimbangan (harga jual, lembaga
pemasaran, biaya pemasaran yang dikeluarkan, kapasitas produksi, dan adanya
jaminan pasar). Saluran pemasaran yang efisien akan menghasilkan harga yang

23
sesuai, baik pada tingkat produsen maupun konsumen, sehingga akan dapat
memacu produsen untuk lebih giat dalam mengelola usaha gula kelapa tersebut
(Putri et.al., 2018).
Penelitian Muhsoni et al (2017) menunjukkan bahwa terdapat empat pola
saluran pemasaran gula kelapa yaitu: Saluran 1: Produsen-Konsumen; Saluran 2:
Produsen-Pedagang; Pengumpul-Konsumen; Saluran 3: Produsen-Pedagang
Besar-Pedagang Pengecer-Konsumen; Saluran 4: Produsen-Pedagang Pengumpul-
Pedagang Besar-Pedagang Pengecer-Konsumen. Farmer's share masing-masing
saluran pemasaran berbeda dipengaruhi oleh besarnya biaya, keuntungan, dan
marjin pemasaran dari masing-masing saluran pemasaran. Saluran pemasaran 1
paling efisien atau pendek dengan marjin pemasaran paling rendah dan farmer's
share paling tinggi. Semakin pendek saluran pemasaran gula kelapa semakin
efisien saluran pemasaran.

Penelitian sebelumnya Putri et al (2020) mengemukakan bahwa pelaku


rantai pasar dalam agroindustri gula semut/kristal sangat panjang melibatkan
petani kelapa, perajin gula, pengepul, Central Procesing Unit (CPU), Kelompok
Usaha Bersama (KUB), Koperasi, dan Perusahaan Eksportir. Keuntungan
tertinggi pada Central Processing unit (CPU) disebabkan karena skala usaha yang
berbeda, keterbatasan modal dan bahan baku menjadi hambatan perajin dalam
mengembangkan usahanya. Penelitian lain Putri et al (2019) bahwa terdapat 3
rantai pemasaran dalam agroindustri gula semut atau kristal.
Skema kerangka pemikiran dalam penelitian yang menjelaskan perbedaan
margin pemasaran, biaya pemasaran, keuntungan pemasaran, nilai farmer’s share,
dan efisiensi saluran pemasaran, serta gambaran pola saluran pemasaran dan
faktor-faktor yang memengaruhi penderes menentukan jenis produk gula kelapa
yang diproduksi di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada
Gambar 2.1. sebagai berikut:

24
25
Kecamatan Cilongok Sebagai Sentra Produksi Gula Kelapa di Kabupaten Banyumas

Industri rumah tangga dengan penderes

Usaha Gula Kelapa

Usaha Gula Kelapa Cetak - Pola saluran Usaha Gula Kelapa Kristal
pemasaran

Input - Faktor yang Output


Proses Output Input Proses
memengaruhi (Gula Kelapa Kristal)
Produksi (Gula Kelapa Cetak) Produksi

Pola saluran Margin Analisa farmer’s Pola saluran Margin Analisa


Efisiensi Efisiensi
pemasaran pemasaran share saluran pemasaran pemasaran farmer’s
pemasaran share saluran
Biaya Keuntungan Biaya Keuntungan pemasaran
pemasaran pemasaran pemasaran pemasaran
Harga Harga
tingkat tingkat Harga Harga
konsumen produsen Analisis tingkat tingkat
Komparatif konsumen produsen

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian

24
2.10. Hipotesis Penelitian

Hipotesis di dalam penelitian ini adalah

1. Terdapat perbedaan margin pemasaran usaha gula kelapa cetak dan gula
kelapa kristal.
2. Terdapat perbedaan efisiensi pemasaran usaha gula kelapa cetak dan gula
kelapa kristal.
3. Terdapat perbedaan farmer's share saluran pemasaran antara gula kelapa
cetak dan gula kelapa kristal.

25
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas
sebagai tempat penelitian dilakukan secara purposive, artinya dipilih dengan
pertimbangan tertentu. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan Cilongok
sebagai sentra produksi gula kelapa yang terdapat perajin yang memproduksi gula
kelapa cetak dan gula kelapa kristal di masing-masing desa dengan potensi yang
cukup besar untuk dikembangkan. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan
September - Oktober 2021.
3.2. Sasaran atau Obyek Penelitian
Sasaran penelitian merupakan informasi yang diperlukan dalam penelitian.
Informasi tersebut didapatkan secara sengaja (Purposive Sampling) yaitu teknik
penentuan sampel dengan sengaja karena alasan atau pertimbangan tertentu yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian. Sasaran penelitian terbagi menjadi dua yaitu
perajin yang memproduksi gula kelapa cetak dan perajin yang memproduksi gula
kelapa kristal berada di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Obyek
penelitian adalah karakteristik perajin, margin pemasaran (biaya dan keuntungan),
nilai farmer’s share, efisiensi saluran pemasaran, gambaran pola saluran pemasaran
dan faktor-faktor yang memengaruhi penderes menentukan jenis produk gula kelapa
yang diproduksi di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.
3.3. Rancangan Pengambilan Sasaran atau Obyek Penelitian
Rancangan pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian yaitu
probability sampling dengan teknik simple random sampling. Menurut Sugiyono
(2007), simple random sampling dilakukan secara acak dan anggota populasi
dianggap homogen. Pengambilan sampel untuk penelitian menurut Arikunto (2010),
jika subjeknya kurang dari 100 orang, sebaiknya diambil semuanya, jika subjeknya

26
besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Sampel diambil sebanyak 30% dari jumlah populasi. Alasan peneliti menggunakan
30% pada penentuan ukuran jumlah sampel karena:
a. Jumlah responden lebih dari 100 tidak mungkin diambil semua menjadi sampel.
b. Agar semua kelas terwakili menjadi sampel
Sampel diambil sebanyak 30% dari jumlah populasi diantaranya populasi perajin gula
kelapa di Desa Rancamaya sebanyak 266 orang (30%) = 80 orang, Desa Sambirata
sebanyak 244 orang (30%) = 73 orang dan Desa Sudimara sebanyak 460 orang (30%)
= 138 orang.
Penentuan informan penelitian dengan menggunakan metode snow ball
sampling. Sugiono (2007) menyatakan bahwa Snowball Sampling Method adalah
teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.
Ibarat bola salju menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Informan penelitian
adalah pihak-pihak yang terlibat dalam saluran pemasaran gula di Kecamatan
Cilongok Kabupaten Banyumas mulai dari perajin sampai konsumen akhir
berdasarkan informasi yang diberikan oleh produsen. Tujuannya adalah untuk
mengetahui gambaran pola saluran pemasaran dan faktor-faktor yang memengaruhi
penderes menentukan jenis produk gula kelapa yang diproduksi di Kecamatan
Cilongok, Kabupaten Banyumas.
Dalam penelitian ini digunakan teknik snowball sampling, lembaga
pemasaran masing-masing desa yang dipilih berdasarkan alur pemasaran gula kelapa
dari penderes ke lembaga pemasaran di Desa Rancamaya, Desa Sambirata, dan Desa
Sudimara terdiri atas tengkulak sebanyak dua orang, pedagang pengumpul sebanyak
dua orang, pedagang besar sebanyak dua orang dan pedagang pengecer sebanyak dua
orang. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.

27
Tabel 5. Jumlah Responden Penelitian
No Nama Desa Lembaga Pemasaran Jumlah (Orang)
1 Desa Rancamaya Perajin 2
Tengkulak 2
Pedagang pengumpul 2
Pedagang besar 2
Pedagang pengecer 2
2 Desa Sambirata Perajin 2
Tengkulak 2
Pedagang pengumpul 2
Pedagang besar 2
Pedagang pengecer 2
3 Desa Sudimara Perajin 2
Tengkulak 2
Pedagang pengumpul 2
Pedagang besar 2
Pedagang pengecer 2
Total 30
Sumber : data primer diolah tahun 2021

3.4. Variabel Penelitian


Variabel yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:
1. Marjin Pemasaran adalah marjin yang diperoleh pedagang perantara dari
sejumlah biaya pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan yang diterima
oleh pedagang perantara. Cara mengukur Marjin Pemasaran dengan

28
menggunakan rumus (Limbong dan Sitorus, 1987, dalam Mubarok et.al.,
2015) :
Mi = Ci + πi

Keterangan:

Mi = margin pemasaran pada lembaga ke–i (rupiah/kg)

Ci = biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga ke–i (rupiah/kg)

πi = keuntungan lembaga pemasaran yang diperoleh lembaga ke–i


((rupiah/kg)

i = jumlah lembaga pemasaran yang terkait (unit).

Adapun total margin dapat diperoleh dengan perhitungan matematis yaitu:

M = M1 + Mm + Mw + Mr

Keterangan:

M = total margin pemasaran (rupiah/kg)

M1 = margin pemasaran di tingkat pedagang pengumpul (rupiah/kg)

Mm = margin pemasaran di tingkat pedagang menengah (rupiah/kg)

Mw= margin pemasaran di tingkat pedagang besar (rupiah/kg)

Mr = margin pemasaran di tingkat pedagang pengecer (rupiah/kg)

2. Farmer’s share adalah bagian yang diterima produsen pada saluran


pemasaran. Cara mengukur Farmer’s share dengan rumus (Angipora, 2002) :

29
Keterangan :

: Bagian yang diterima produsen (farmer's share)


saluran pemasaran (%)

: Harga di tingkat konsumen (rupiah/kg)

: Marjin pemasaran (rupiah/kg)

Kriteria Farmer’s share yaitu bagian yang diterima produsen <50%


berarti belum efisien, dan bila bagian yang diterima produsen >50% berarti
pemasaran dikatakan efisien (Sudiyono, 2004).

3. Efisiensi Pemasaran adalah nisbah antara biaya pemasaran dengan nilai


produk yang dijual dan dinyatakan dalam persen. Cara mengukur Efisiensi
pemasaran dihitung dengan menggunakan rumus (Angipora, 2002) :

Keterangan :

EPS : Efisiensi Pemasaran (%)

TBP : Total Biaya Pemasaran (rupiah/kg)

TNP : Total Nilai Produk (rupiah/kg)

Kriteria efisiensi pemasaran yaitu Kriteria hasil perhitungan


menunjukkan nilai EPS terkecil (presentase terkecil) dikatakan saluran
pemasaran tersebut efisien (Soekartawi, 2001)

3.5. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


3.5.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian yaitu :

30
a. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara
dengan menggunakan kuesioner dan pedoman wawancara yang telah
disiapkan sebelumnya. Kuesioner berisi pertanyaan tertutup mengenai
identitas responden, margin, biaya, keuntungan, farmer’s share, dan
efisiensi saluran pemasaran. Pedoman wawancara berisi pertanyaan terbuka
mengenai pola saluran pemasaran dan faktor-faktor yang memengaruhi
penderes menentukan jenis produk gula kelapa yang diproduksi di
Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui
internet, instansi atau lembaga yang berkaitan dengan pustaka yang ada
hubungannya dengan permasalahan dalam penelitian.

3.5.2. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu :
a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data primer yang
menggunakan kuesioner dan pedoman wawancara. Pada pengumpulan data
dengan wawancara, terjadi proses komunikasi secara langsung antara
peneliti dengan responden.
b. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data melalui proses pencatatan
dari hasil pengamatan terhadap perilaku subjek (orang), objek (benda) atau
kejadian tertentu. Kegiatan observasi dilakukan dengan kegiatan
pengamatan secara cermat terhadap kebiasaan yang dilakukan responden,
mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpertasikan semua hal yang
dilihat.

31
c. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis atau mempelajari dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis (buku, majalah, jurnal, artikel), serta sumber lain yang relevan
dengan penelitian.

3.6. Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu :
3.6.1. Analisis Deskriptif
Menurut Nazir (2011), metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti
kasus atau permasalahan pada masa sekarang. Metode deskriptif digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas. Analisis deskriptif digunakan untuk mengolah
data dan informasi mengenai karakteristik responden, margin, biaya, keuntungan,
farmers share, efisiensi pemasaran, pola saluran pemasaran, dan faktor-faktor yang
memengaruhi penderes menentukan jenis produk gula kelapa yang diproduksi di
Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.
3.6.2. Analisis Komparatif
Pada penelitian studi komparatif yang akan diteliti yaitu margin, biaya,
keuntungan, farmers share, dan efisiensi pemasaran. Untuk mengetahui perbedaan
margin, biaya, keuntungan, farmers share, dan efisiensi pemasaran antara usaha gula
kelapa cetak dan gula kelapa kristal menggunakan uji beda untuk dua sampel
independen. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui kesamaan varian kedua
populasi yaitu varian kedua usaha. Formulasi untuk uji homogenitas sebagai berikut
(Sugiyono, 2013) :

32
Hipotesis :
H0 : kedua sampel mempunyai variansi sama pada taraf signifikansi 5%
Ha : kedua sampel mempunyai variansi yang berbeda pada taraf signifikansi 5%

Kriteria pengambilan keputusan:

1. H0 ditolak jika F0 ≤ Fα (α = 5%) berarti kedua sampel mempunyai variansi


yang berbeda pada taraf signifikansi 5%
2. H0 diterima jika F0 > Fα (α = 5%) berarti kedua sampel mempunyai variansi
yang sama pada taraf signifikansi 5%
Analisa data di dalam penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Perbedaan margin pemasaran usaha gula kelapa cetak dan gula kelapa
kristal. Analisis data yang digunakan yaitu uji-t dua sampel independen
menggunakan SPSS.

Hipotesis 1 :

H01 : tidak terdapat perbedaan nyata antara margin pemasaran usaha gula
kelapa cetak dan usaha gula kelapa kristal.

Ha1 : terdapat perbedaan nyata antara margin pemasaran usaha gula kelapa
cetak dan usaha gula kelapa kristal.

Kriteria pengambilan keputusan :


a. Apabila t0 ≤ tα/2 (α = 5%) maka H0 diterima, artinya tidak terdapat
perbedaan nyata margin pemasaran usaha gula kelapa cetak dan gula
kelapa kristal.
b. Apabila t0 > tα/2 (α = 5%) maka H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan
nyata margin pemasaran usaha gula kelapa cetak dan gula kelapa
kristal

33
2. Perbedaan efisiensi saluran pemasaran antara gula kelapa cetak dan gula
kelapa kristal. Analisis data yang digunakan yaitu uji-t dua sampel
independen menggunakan SPSS.

Hipotesis 2 :

H02 : tidak terdapat perbedaan nyata antara efisiensi saluran pemasaran


usaha gula kelapa cetak dan usaha gula kelapa kristal.

Ha2 : terdapat perbedaan nyata antara efisiensi saluran pemasaran usaha


gula kelapa cetak dan usaha gula kelapa kristal.

Kriteria pengambilan keputusan :


a. Apabila t0 ≤ tα/2 (α = 5%) maka H0 diterima, artinya tidak terdapat
perbedaan nyata efisiensi saluran pemasaran usaha gula kelapa cetak
dan gula kelapa kristal.
b. Apabila t0 > tα/2 (α = 5%) maka H0 ditolak, artinya terdapat
perbedaan nyata efisiensi saluran pemasaran usaha gula kelapa cetak
dan gula kelapa kristal
3. Perbedaan farmer's share saluran pemasaran antara gula kelapa cetak dan
gula kelapa kristal. Analisis data yang digunakan yaitu uji-t dua sampel
independen menggunakan SPSS.

Hipotesis 3 :

H03 : tidak terdapat perbedaan nyata antara farmer's share saluran


pemasaran usaha gula kelapa cetak dan usaha gula kelapa kristal.

Ha3 : terdapat perbedaan nyata antara farmer's share saluran pemasaran


usaha gula kelapa cetak dan usaha gula kelapa kristal.

Kriteria pengambilan keputusan :


a. Apabila t0 ≤ tα/2 (α = 5%) maka H0 diterima, artinya tidak terdapat

34
perbedaan nyata farmer's share saluran pemasaran usaha gula kelapa
cetak dan gula kelapa kristal.
b. Apabila t0 > tα/2 (α = 5%) maka H0 ditolak, artinya terdapat
perbedaan nyata farmer's share saluran pemasaran usaha gula kelapa
cetak dan gula kelapa kristal
4. Pola saluran pemasaran gula kelapa cetak dan gula kelapa kristal yang
diproduksi. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif berdasarkan
hasil panduan wawancara mendalam dengan informan penelitian.
5. Faktor-faktor yang memengaruhi penderes menentukan jenis produk gula
kelapa yang diproduksi. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif
berdasarkan hasil panduan wawancara mendalam dengan informan
penelitian.

3.7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Minggu ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7
Survei Pendahuluan dan Penyusunan
Proposal
Seminar Proposal
Perbaikan Proposal
Pengambilan data dan analisis
Penyusunan tesis dan konsultasi
Seminar Hasil Penelitian
Perbaikan Tesis
Ujian Tesis

35
DAFTAR PUSTAKA

Aji. P.B. 2012. Strategi Pengembangan Agroindustri Keripik Pisang di Kecamatan


Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. E-Jurnal Agrista, 1 [2]: 1-17.
http://agribisnis.fp.uns.ac.id/wpcontent/uploads/2013/01/16.-strategi-
pengembanganagroindustri-keripik-pisang-dikecamatan-
tawangmangukabupaten-karanganyar.pdf.
Antriyandarti, E. 2019. Peran Koperasi dalam Pemasaran Produk Kelapa di Era
Industri 4.0. Prosiding Seminar Nasional Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Jember, 428–432.
Astuti, A.T., Wijaya, M. 2020. Peran Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya & Lingkungan Hidup (LPPSLH) dalam Pemberdayaan Petani
Penderes. Jurnal Analisa Sosiologi Agustus 2020, 9 (Edisi Khusus:
Implementasi Inovasi di Era Disrupsi): 360-375.
Atmoko A.D. 2014. Pengembangan Strategi Pembinaan Pengrajin Gula Kelapa di
Kabupaten Purworejo. Politeknik Sawunggalih Aji Purworejo. Jurnal Ekonomi
dan Teknik Informatika, Volume 2 Nomor 1 Edisi Februari 2014.
Damanik. S. 2007. Strategi Pengembangan Agribisnis Kelapa (Cocos nucifera) untuk
Meningkatkan Pendapatan Petani di Kabupaten Indragiri Hilir. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perkebunan. Jurnal Perspektif, Volume 6 Nomor 2,
Desember 2007 : 94 - 104.
Direktorat Jendral Perkebunan. 2015. Luas areal dan produksi perkebunan seluruh
Indonesia Diakses dari https://ditjenbun.deptan.go.id.
Khotimah, S., Kusmiati A., Agustina T. 2014. Analisis Pendapatan Pengrajin Gula
Kelapa dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Lojejer
Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. JSEP. 7 (2): 45-54.
Lamussa A. 2005. Faktor-faktor yang Memengaruhi Produksi Kelapa Dalam di Desa
Labuan Lele Kecamatan Tawaeli Kabupaten Donggala. J.Agroland,12,(3) :254-
260, September 2005, ISSN : 0854 –641X.
Mubyarto, 1985. Pengantar Ekonomi Pertanian.Jakarta: LP3ES.

36
Muhsoni, Karyadi, Hasrati E. 2017. Analisis Pemasaran Gula kelapa (Studi Kasus di
Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Agromedia , Vol.
5, No. 1 Maret 2017.
Mustaufik, Karseno. 2004. Penerapan dan Pengembangan Teknologi Produksi Gula
Semut Berstandar Mutu SNI untuk Meningkatkan Pendapatan Pengrajin Gula
Kelapa di Kabupaten Banyumas. Laporan Pengabdian Masyarakat. Program
Pengembangan Teknologi Tepat Guna. Teknologi Pertanian Unsoed,
Purwokerto.
Mustaufik, Dwiyanti H. 2007. Rekayasa Pembuatan Gula Kelapa Kristal yang
Diperkaya dengan Vitamin A dan Uji Preferensinya kepada Konsumen.
Laporan Penelitian Peneliti Muda Dikti Jakarta. Jurusan Teknologi Pertanian
Unsoed, Purwokerto.
Novarianto, H., Tampake, H. 2007. Pengembangan Industri Benih Kelapa Berbasis
PVT dan Pelestarian Plasma Nutfah In Situ. Balai Penelitian Tanaman kelapa
dan Palma Lainnya Manado. Jurnal Littri, 13(1),28-33. ISSN 0853-8212.
Nurbiyati, Titik, Machfoedz, Mahmud. 2005. Manajemen Pemasaran Kontemporer.
Yogyakarta : KAYON.
Putri, M. N. A., Adi, R. A., Khomah, I. 2019. Analisis Usaha dan Pemasaran Gula
Semut di Desa Hargotirto, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo.
SEPA(Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis), 16(1), 74–78. https://
doi.org/10.20961/sepa.v16i1.22470.
Putri D.D. 2020. Studi Komparatif Pendapatan, Biaya, dan Kelayakan Usaha
Agroindustri Gula Semut Pada Setiap Pelaku Rantai Pemasaran. Program Studi
Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto. SEPA : Vol. 17 No.1 September 2020 : 65 –
71. ISSN : 1829-9946. DOI: https://doi.org/10.20961/sepa.v17i1.42878.
Saputra A., Afriyatna S. 2018. Saluran Pemasaran Komoditi Kelapa (Cocos nucifera
L) di Desa Teluk Payo Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin.
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Unversitas Muhammadiyah
Palembang. SOCIETA, VII – 1: 79 – 90, Jun 2018. P-ISSN 2301-4180. E-
ISSN 2549-8509.
Setjen Pertanian. 2012. Outlook Komoditas Perkebunan. Jakarta: Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian.
Sudaryono. 2016. Manajemen Pemasaran Teori dan Implementasi. Yogyakarta: C.V.
Andi Offset.
Sudiyono, A. 2001. Pemasaran Pertanian. Malang: Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang.

37
Sukamto, I. T. N. 2001. Upaya Peningkatan Produksi Kelapa. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Sukardi. 2010. Gula Merah Tebu : Peluang Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Melalui Pengembangan Agroindustri Pedesaan. Jurnal Pangan. 19 (4): 317-
330.
Supomo. 2007. Meningkatkan Kesejahteraan Pengrajin Gula Kelapa di Kabupaten
Purbalingga. PPKDS, PKT, Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT).
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 12. No. 2 Agustus 2007. hal. 149-162.
Suyono, Herry, A., Tarjoko. 2017. Kelembagaan Rantai Pasok Gula Kelapa Kristal
Asal Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas. Makalah ilmiah
disampaikan pada Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh LPPM
Unsoed Tanggal 17-18 November 2017 dengan tema “Pengembangan
Sumberdaya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”. Purwokerto.
Suyono, Sutanto, A., Dharmawan, B., Irene K.E.W. 2020. Struktur dan Perilaku Pasar
Pada Pemasaran Gula Kelapa Kristal di Kecamatan Kutasari Kabupaten
Purbalingga. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan
X” 6-7 Oktober 2020 Purwokerto. ISBN 978-602-1643-65-5.
Syahza, Almasdi. 2006. Paradigma Baru: Pemasaran Produk Pertanian Berbasis
Agrobisnis di Daerah Riau. Jurnal Ekonomi Universtas Tarumanegara Tahun
VIII , Vol 1. Nomor 1, 2006.
Tety. 2013. Analisis Saluran Pemasaran dan Transmisi Harga Tandan Buah Segar
(TBS) Kelapa Sawit Pada Petani Swadaya di Desa Sari Galuh Kecamatan
Tapun Kabupaten Kampar. Volume 5 number 1,
(http://enjournal.unri.ac.id/index.php/JPEB/article/dowload/1477/1453.
Tjiptono, Fandy. 2014. Pemasaran Jasa – Prinsip, Penerapan, dan Penelitian.
Yogyakarta: Andi Offset.
Wardhanu A.P., Anhar M. 2014. Strategi Pengembangan Agroindustri Kelapa di
Ketapang. Jurnal Industria, Vol 3 No 1: 13 – 26.

38
Lampiran 1. Kuesioner penelitian

KUESIONER PENELITIAN

STUDI KOMPARATIF PEMASARAN USAHA GULA KELAPA CETAK DAN


GULA KELAPA KRISTAL DI KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN
BANYUMAS

Terima kasih atas partisipasi Anda menjadi salah satu responden yang secara sukarela
mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini merupakan salah satu instrumen penelitian yang
dilakukan oleh:
Peneliti : Jonas Chrishtoper Hutapea
NIM : P2D017005
Program Studi : Magister Agribisnis
Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman
Penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi tugas akhir Program Pascasarjana.
Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i
untuk menjawab pertanyaan pada kuesioner ini dengan jujur dan sesuai dengan
keadaan Anda sebenar-benarnya. Peneliti menjamin kerahasiaan jawaban dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Peneliti menyampaikan terima kasih atas
bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i mengisi kuesioner ini.

I. USAHA GULA KELAPA CETAK

Tanggal Pengambilan Data : ……………………………..


Nomor Responden : ……………………………..
A. Identifikasi Responden
Nama : ………………………………………………
Usia : . . . . . . . . . Tahun
Jenis kelamin : L/P

39
Pendidikan : SD / SMP / SMA / Perguruan Tinggi
Alamat : ………………………………………………
………………………………………………....
Jumlah anggota keluarga : …………… Orang
B. Karakteristik Usaha
1. Status kegiatan usaha : sendiri / usaha kelompok / usaha orang lain
2. Lama usaha : ……….. tahun
3. Modal usaha terdiri dari
Kebutuhan alat Nilai alat
Nama Alat
Jumlah Harga (Rp)
Sabit      
Pongkor/ember nira      
Gayung      
Tungku      
Wajan      
Saringan      
Cetakan      
Sorok      
 Soled/pengaduk    
Loyang
JUMLAH

4. Jumlah pohon yang dideres/dimiliki : . . . . . . . pohon


o Milik sendiri : . . . . . . . pohon
o Sewa/maro : . . . . . . . pohon
biaya sewa pohon/maro : Rp . . . . . . . . .
5. Jumlah nira saat produksi per bulan : . . . . . . . liter

40
6. Bahan penolong yang diperlukan
Kebutuhan bahan penolong
Nama Bahan Nilai (Rp)
Jumlah Harga
Kayu bakar      
Laru / obat nira :      
-Kulit Manggis
-Kapur      
JUMLAH

7. Produksi gula kelapa cetak per bulan : . . . . . . . . kg


Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV

8. Harga gula kelapa cetak : . . . . . . . . (Rp/kg)


Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV

C. Karakteristik Pemasaran
1. Pola saluran pemasaran
Kemana pemasaran gula cetak?
o Dijual sendiri ke pasar
o Disetor ke pasar
o Diambil oleh pedagang pengepul
o Pembeli datang langsung
o Lainnya, sebutkan . . . . . . . . . . . .
Penentuan harga jual dalam pemasaran gula cetak?
o Petani sendiri

41
o Produsen
o Pedagang pengepul
o Pedagang pengecer
o Lainnya, sebutkan . . . . . . . . . . . .
Bagaimana pola saluran pemasaran gula produk kelapa yang selama ini
berjalan?
......................................................... ...
. . . . .
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….

1. Biaya, Keuntungan Pemasaran, Margin Pemasaran, Farmer's share


Saluran Pemasaran
No Uraian Rp/kg
1 Produsen
Harga jual
Biaya-biaya
- Getah manggis
- Injet
- Deres
- Wajan
- Kayu
- Gamping
Jumlah biaya-biaya
Keuntungan Produsen
2 Pedagang Pengumpul

42
Harga beli
Biaya-biaya
- Plastik
- Transportasi
Jumlah biaya-biaya
Marjin pemasaran
Keuntungan Pemasaran
3 Pedagang Pengecer
Harga beli
Biaya-biaya
- Plastik
Jumlah biaya-biaya
Marjin pemasaran
Keuntungan Pemasaran
4 Harga beli konsumen
5 Total Pemasaran
Total biaya pemasaran
Total marjin pemasaran
Total keuntungan pemasaran
6 Farmer's share
7 Perubahan harga
Harga tingkat konsumen
Harga tingkat produsen

2. Faktor-faktor yang memengaruhi penderes menentukan jenis produk


gula kelapa kristal

43
Apakah pernah mendapatkan pembinaan / pelatihan?
o Ya
o Tidak
Jika pernah, Oleh siapa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Berapa kali . . . . . . . . .
Apakah ada pendukung yang Bapak/Ibu/Saudara alami selama menjalani
usaha gula kelapa kristal ini?
o Modal
o Bahan baku
o Tenaga kerja
o Pemasaran
o Lain – lain
Apakah ada hambatan yang Bapak/Ibu/Saudara alami selama menjalani
usaha ini?
o Kekurangan modal
o Bahan baku
o Tenaga kerja
o Pemasaran
o Lain – lain
Menurut Anda, faktor-faktor apa saja yang memengaruhi Bpk/Ibu/Sdr
dalam memasarkan gula produk kelapa ini?
......................................................... ...
. . . . .
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
Harapan apa yang Bpk/Ibu/Sdr inginkan untuk kemajuan usaha?

44
......................................................... ...
. . . . .
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
II. USAHA GULA KELAPA KRISTAL

Tanggal Pengambilan Data : ……………………………..


Nomor Responden : ……………………………..
A. Identifikasi Responden
Nama : ………………………………………………
Usia : . . . . . . . . . Tahun
Jenis kelamin : L/P
Pendidikan : SD / SMP / SMA / Perguruan Tinggi
Alamat : ………………………………………………
………………………………………………....
Jumlah anggota keluarga : …………… Orang
B. Karakteristik Usaha
1. Status kegiatan usaha : sendiri / usaha kelompok / usaha orang lain
2. Lama usaha : ……….. tahun
3. Modal usaha terdiri dari
Kebutuhan alat Nilai alat
Nama Alat
Jumlah Harga (Rp)
Sabit      
Pongkor/ember nira      
Gayung      
Tungku      

45
Wajan      
Saringan      
Cetakan      
Sorok      
 Soled/pengaduk    
Loyang
JUMLAH

4. Jumlah pohon yang dideres/dimiliki : . . . . . . . pohon


o Milik sendiri : . . . . . . . pohon
o Sewa/maro : . . . . . . . pohon
biaya sewa pohon/maro : Rp . . . . . . . . .
5. Jumlah nira saat produksi per bulan : . . . . . . . liter
6. Bahan penolong yang diperlukan
Kebutuhan bahan penolong
Nama Bahan Nilai (Rp)
Jumlah Harga
Kayu bakar      
Laru / obat nira :      
-Kulit Manggis
-Kapur      
JUMLAH

7. Produksi gula kelapa cetak per bulan : . . . . . . . . kg


Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV

8. Harga gula kelapa kristal : . . . . . . . . (Rp/kg)

46
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV

D. Karakteristik Pemasaran
2. Pola saluran pemasaran
Kemana pemasaran gula kristal?
o Dijual sendiri ke pasar
o Disetor ke pasar
o Diambil oleh pedagang pengepul
o Pembeli datang langsung
o Lainnya, sebutkan . . . . . . . . . . . .
Penentuan harga jual dalam pemasaran gula kristal?
o Petani sendiri
o Produsen
o Pedagang pengepul
o Pedagang pengecer
o Lainnya, sebutkan . . . . . . . . . . . .
Bagaimana pola saluran pemasaran gula produk kelapa kristal yang selama
ini berjalan?
......................................................... ...
. . . . .
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….

3. Biaya, Keuntungan Pemasaran, Margin Pemasaran, Farmer's share


Saluran Pemasaran

47
No Uraian Rp/kg

48
1 Produsen
Harga jual
Biaya-biaya
- Getah manggis
- Injet
- Deres
- Wajan
- Kayu
- Gamping
Jumlah biaya-biaya
Keuntungan Produsen
2 Pedagang Pengumpul
Harga beli
Biaya-biaya
- Plastik
- Transportasi
Jumlah biaya-biaya
Marjin pemasaran
Keuntungan Pemasaran
3 Pedagang Pengecer
Harga beli
Biaya-biaya
- Plastik
Jumlah biaya-biaya
Marjin pemasaran
Keuntungan Pemasaran

49
4 Harga beli konsumen
5 Total Pemasaran
Total biaya pemasaran
Total marjin pemasaran
Total keuntungan pemasaran
6 Farmer's share
7 Perubahan harga
Harga tingkat konsumen
Harga tingkat produsen

3. Faktor-faktor yang memengaruhi penderes menentukan jenis produk


gula kelapa kristal
Apakah pernah mendapatkan pembinaan / pelatihan?
o Ya
o Tidak

Jika pernah, Oleh siapa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


Berapa kali . . . . . . . . .
Apakah ada pendukung yang Bapak/Ibu/Saudara alami selama menjalani
usaha gula kelapa kristal ini?
o Modal
o Bahan baku
o Tenaga kerja
o Pemasaran
o Lain – lain

50
Apakah ada hambatan yang Bapak/Ibu/Saudara alami selama menjalani
usaha ini?
o Kekurangan modal
o Bahan baku
o Tenaga kerja
o Pemasaran
o Lain – lain
Menurut Anda, faktor-faktor apa saja yang memengaruhi Bpk/Ibu/Sdr
dalam memasarkan gula produk kelapa kristal ini?
......................................................... ...
. . . . .
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
Harapan apa yang Bpk/Ibu/Sdr inginkan untuk kemajuan usaha?
......................................................... ...
. . . . .
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….

51

Anda mungkin juga menyukai