Disusun oleh:
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
C. Manfaat .............................................................................................................. 8
BAB II ......................................................................................................................... 11
ii
2. Rona Lingkungan Awal................................................................................ 18
BAB IV ....................................................................................................................... 93
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 6. Contoh uji dan larutan pereaksi untuk bermacam-macam digestion vessel . 58
Tabel 10.Matriks Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembangunan Pabrik Tapioka. ... 86
iv
DAFTAR GAMBAR
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ketela pohon atau singkong terbesar. Luas lahan yang biasa ditanami singkong
sekitar 18.259 hektar dengan tingkat produktivitas 217,70 kuintal per hektar, dan total
produksi basah dengan kulitnya 397.498 ton. Daerah terbanyak yang menanam
Sukolilo, Margorejo, dan Tayu. Meskipun demikian, masih sering terjadi kekurangan
bahan baku (singkong), sehingga harus mengambil dari daerah lain. Desa Ngemplak
hampir 70% masyarakat Desa Ngemplak Kidul bekerja sebagai pembuat tepung
tapioka. Mulai dari remaja sampai orang tua bergelut dibidang ini. Penghasilan
singkong menjadi tepung tapioka memerlukan proses lebih lanjut karena di dalam
singkong terdapat kandungan hidrogen sianida (HCN). HCN ini dapat menimbulkan
gangguan kesehatan, seperti penyempitan saluran napas, mual, muntah, sakit kepala,
bahkan bisa menimbulkan kematian. Namun dalam jumlah kecil sianida masih dapat
Tepung tapioka kaya karbohidrat, energi, dan tidak mengandung gluten, sehingga
aman bagi yang alergi. Karena mengandung linamarin, tapioka dapat menangkal
pertumbuhan sel kanker (Jose dkk, 2000). Selain menghasilkan tepung, pengolahan
padat maupun limbah cair. Setiap ton singkong yang diolah akan menghasilkan gas
metan sebesar 25–35 m3. Gas metan (CH4) merupakan gas rumah kaca dengan
dampak 20 kali jauh lebih berbahaya dibandingkan gas karbon dioksida (CO2).
Sedangkan proses produksi pembuatan tepung tapioka membutuhkan air yang sangat
Pembangunan industri pada sektor usaha bidang agroindustri adalah suatu upaya
pemerintah dalam meningkatkan devisa negara dan bila ditinjau dari segi pola
barang dan jasa, pemakaian sumber-sumber energi, dan sumber daya alam. Penggunaan
dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif yang terasa dalam jangka pendek
maupun dalam jangka panjang. Perkembangan dunia industri secara pesat, secara
langsung turut mempengaruhi kondisi lingkungan global. Sebagian besar hasil aktivitas
industri turut menyumbangkan polusi dalam jumlah yang besar terhadap lingkungan.
perekonomian Indonesia melalui barang produk dan jasa yang dihasilkan. Namun di
sisi lain pertumbuhan industri telah menimbulkan masalah lingkungan yang cukup
pencemaran air sungai yang dapat merugikan masyarakat yang tinggal di sepanjang
aliran sungai, seperti berkurangnya hasil produksi pertanian, menurunnya hasil tambak,
maupun berkurangnya pemanfaatan air sungai oleh penduduk. Buangan berupa asap
kawasan industri. Sikap sejumlah perusahaan yang hanya berorientasi “Profit motive”
dampak. Salah satu industri yang banyak disoroti tentang masalah lingkungan yaitu
terdapat setidaknya lima desa yang menjadi pusat produksi tepung tapioka. Industri
tepung tapioka memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian warga
sekitar karena mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak.
Selain menghasilkan tepung, industri tapioka juga menghasilkan limbah yaitu limbah
padat maupun limbah cair. Berdasarkan hasil studi dari Tanticharoen dan
Bhumiratanatries (1995), rata-rata limbah cair yang dihasilkan dari industri tepung
tapioka di Thailand adalah 20 m untuk setiap ton tepung yang dihasilkan. Hien,dkk
(1999), melaporkan bahwa karakteristik dari limbah cair tapioka di Vietnam adalah
11,000 – 13,500 mg COD/L, 4200-7600 mg/L dan pH 4.5-5.0 dengan perkiraan limbah
cair yang dihasilkan adalah 12 m3 dan limbah padat 3 ton per ton tepung tapioka.
efisien sebab proses produksi masih menggunakan alat produksi yang cukup
sederhana dan tidak ada standar operasional prosedur yang baku. Selama ini proses
waktu pengendapan pati atau waktu pengeringan tepung tapioka. Hal tersebut
5
adanya pemborosan dalam proses produksi yang juga akan berdampak pada lingkungan
akan mendorong peningkatan daya saing dan kualitas produk industri yang diharapkan
Studi ini akan menelaah seluruh tahapan rencana usaha dan atau kegiatan baik pada
tahap pra konstruksi, konstruksi, dan pasca operasi. Pada tahap pasca operasi
negatif. Menyadari adanya pengaruh kegiatan ini terhadap lingkungan hidup maka
Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, dan Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang jenis Rencana Usaha
dokumen pengarah dalam melakukan studi AMDAL yang terkait dengan dampak
lingkungan.
7
dilakukan.
4. Mengetahui kualitas atau rona lingkungan di lokasi rencana usaha atau kegiatan.
dan pihak terkait tentang rencana kegiatan pembangunan industri tepung tapioka
7. Mengarahkan studi AMDAL agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai
terhadap lingkungan hidup dari rencana kegiatan pada tahap pra konstruksi,
C. Manfaat
1. Bagi Perusahaan
rencana usaha dan kegiatan serta penyusunan studi AMDAL tentang lingkup
ketaatan hukum.
2. Bagi Pemerintah
dari kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan atau usaha..
berkelanutan.
3. Bagi Masyarakat
kegiatan tersebut..
Lingkungan.
Lingkungan Hidup.
Lingkungan.
11
BAB II
Pati belahan utara. Jarak dari pusat pemerintahan kabupaten Pati lebih kurang dari 20
km. Kecamatan Margoyoso merupakan kecamatan yang cukup ramai dan dengan
keadaan jalan yang sudah beraspal. Margoyoso terdiri dari 22 Desa. Secara geografis
111°,15’ BT dan 6°,25’ -7°,00’ LS, memiliki luas 55,22 km” dengan ketinggian
antara 3-57 m di atas permukaan laut (dpl), bersuhu antara 24-33 °C. Pembagian
Tegalarum 363.175
Soneyan 764.626
Tanjungrejo 354.544
Sidomukti 375.344
Pohijo 206.733
Kertomulyo 317.713
Langgengharjo 219.898
Pangkalan 334.084
Sekarjalak 43.295
Kajen 64.660
Purworejo 275.209
Purwodadi 178.290
Waturoyo 289.011
Tunjungrejo 310.553
Margoyoso 226.466
Semerak 228.131
dalam bidang perdagangan dan perindustrian. Hal ini didukung oleh letaknya yang
strategis sebagai jalur yang dekat dengan jalur pantura. Selain itu, kecamatan
tapioka menjadi tonggak perekonomian yang sangat menjanjikan bagi pengusaha dan
pedagang.
daya tarik tersendiri untuk kecamatan Margoyoso. Kecamatan Margoyoso unik untuk
dikaji sebab Kecamatan ini telah tumbuh menjadi kota perdagangan dan perindustrian
yang cukup ramai di Kabupaten Pati. Potret perkembangan industri tepung tapioka
menjadi sorotan dari berbagai persoalan. Dari tahun ke tahun industri tepung tapioka
Memang, saat itu ada yang mengatakan, tepung tapioka adalah kecamatan
tepung tapioka pasti akan menjawab kecamatan Margoyoso. Karena daerah ini
memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh kecamtan-kecamatan lain di Kabupaten Pati.
1. Keadaan Penduduk
aturan-aturan yang harus ditaati dan berinteraksi satu sama lain secara terus menerus.
sebanyak 66.105 jiwa dengan perincian jenis kelamin 34.077 jiwa laki-laki dan
32.628 jiwa perempuan. Ditinjau dari komposisi penduduk jenis, kelamin wanita di
kecamatan Margoyoso pada tahun 2018 cukup besar, apabila dibandingkan dengan
2. Tingkat Pendidikan
pendidikan yang cukup tinggi, masyarakat Margoyoso ada yang menempuh pendidikan
umum dan ada yang menempuh pendidikan khusus. Pendidikan umum terdiri dari SD,
SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi, sedangkan pendidikan khusus terdiri dari
Aliyyah (MA) dan keagamaan seperti TPA. Untuk melihat jenis pendidikan
Tidak sekolah -
Tidak tamat SD -
Tamat SD 14.300
SLTP 1.600
SLTA 1.969
Akademi 151
Sarjana 21
Sarana pendidikan yang ada di kecamatan Margoyoso so terdiri dari 116 gedung
dasar swasta umum ada 33 unit, 3 SLTP, 17 gedung Madrasah Tsanawiah (MTS), 4
Margoyoso).
16
Untuk pendidikan islam bagi anak-anak maka didirikan TPA oleh remaja masjid
kecamatan Margoyoso. Kegiatan ini diselenggarakan setiap hari sabtu – rabu jam
Desa Ngemplak Kidul adalah salah satu desa yang berada di kecamatan
Margoyoso. Letak Desa Ngemplak Kidul sangat strategis karena berada di jalur
utama menuju pusat kota Pati. Dengan letak wilayah yang sangat strategis membuat
desa Ngemplak Kidul menjadi cukup ramai. Struktur jalan di desa Ngemplak Kidul
sudah cukup baik dan merata, hal ini dikarenakan desa Ngemplak Kidul merupakan
salah satu tujuan wisata religi yang ada di kabupaten Pati. Desa Ngemplak Kidul
dapat di capai dengan waktu tempuh sekitar 20 menit dari pusat kota Pati, dengan
Jarak tempuh dari pusat kabupaten Pati ke desa Ngemplak Kidul 20 km dengan
waktu tempuh 20 menit. Sedangkan dari kecamatan ke desa Ngemplak Kidul dapat
dicapai 5 menit dengan berbagai alat transportasi : sepeda, sepeda motor, mobil
pribadi maupun angkutan umum. Banyaknya angkutan yang dapat digunakan untuk
lancar. Keadaan ini ditunjang pula dengan jalur yang memadai dan aman. Sektor rill
yang dikembangkan di Desa Ngemplak Kidul adalah sektor industri kecil, perdagangan
dan jasa. Struktur tanah yang berada di daerah dataran rendah menyebabkan desa
Ngemplak kidul kurang cocok untuk daerah bercocok tanam. Keadaan ini
menjadikan masyarakat desa Ngemplak Kidul memilih mata pencaharian dalam bidang
Desa Ngemplak Kidul memiliki 4 RW, dan 22 RT. Dari semua daerah tersebut
yang berada di desa Ngemplak Kidul, hampir semua mempunyai industri yang
memprokdusi tepung tapioka, mulai dari home industri sampai pabrik besar.
Perencanaan pembangunan suatu wilayah, baik lokal maupun nasional, serta keadaan
penduduk yang bersangkutan masih perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan karena
mempelajari struktur dan proses penduduk ini mengalami perubahan, dan perubahan
fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Faktor fertilitas adalah faktor yang mempengaruhi
dari jumlah kematian. Faktor migrasi adalah faktor yang mempengaruhi pertambahan
penduduk di suatu daerah dilihat dari angka perpindahan penduduk penduduk, baik
penduduk yang masuk maupun yang keluar (Bintarto dan Surastopo, 1984).
a. Komponen kimia
pH
menunjukkan jika larutan bersifat asam atau alkali (atau basa). Jika larutan
19
tersebut memiliki jumlah molekul asam dan basa yang sama, maka pH
dianggap netral.
zat-zat organik yang ada dalam sampel air atau banyaknya oksigen yang
BOD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk mengurai
hamper semua zat organik yang terlarut dan tersuspensi dalam air buangan yang
TSS adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan
ukuran partikel maksimal 2 μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid.
Sianida
ditemukan dalam bentuk senyawa. Beberapa adalah gas dan yang lainnya
20
adalah padat atau cair dimana setiap senyawa tersebut melepaskan anion CN-
b. Komponen fisika
Iklim
Hasil pengumpulan data iklim dari Stasiun Klimatologi Provinsi Jawa Tengah
bulanan berkisar antara 29-32 °C. Angin yang dari arah selatan dan juga barat
daya membuat curah hujan di sekitar lokasi pabrik menjadi cukup tinggi. Hal
63-68%.
antara 100-200.
111°,15’ BT dan 6°,25’ -7°,00’ LS, memiliki luas 55,22 km” dengan ketinggian
Jenis tanah
merah dan laterit air tanah dimana tanah ini perkembangannya dipengaruhi oleh
air tanah. Jenis tanah ini memiliki tingkat kesuburan yang sedang, kandungan
air tanah yang cukup banyak, dan sifat fisik tanah sedang.
c. Komponen biologi
Luas penggunaan lahan sawah di Desa Ngemplak Kidul adalah 1.112 ha,
sedangkan luas penggunaan lahan bukan sawah adalah 219.978 ha. Tanaman
yang paling banyak terdapat di Kabupaten Pati adalah ketela pohon (singkong).
d. Komponen sosial
Jumlah penduduk kecamatan Margoyoso pada tahun 2018 sebanyak 66.105 jiwa
dengan perincian jenis kelamin 34.077 jiwa laki-laki dan 32.628 jiwa perempuan.
Margoyoso pada tahun 2018 cukup besar, apabila dibandingkan dengan jumlah
penduduk laki-laki.
22
e. Kesehatan masyarakat
Sanitasi lingkungan
Ada banyak indikator sanitasi lingkungan yang dapat dijadikan ukuran. Namun,
dalam hal ini yang dijadikan pedoman pengukuran adalah saluran pembuangan
air limbah yakni saluran yang digunakan sebagai tempat pembuangan limbah
cair rumah tangga yang terletak di luar rumah dan langsung menuju lingkungan
sekitar.
Pengelolaan sampah
Daerah pelayanan sampah sampai saat ini hanya pada wilayah rumah tangga,
pasar, komersial atau jalan, dan industri atau rumah sakit dimana sampah yang
Untuk batas wilayah studi ditentukan berdasarkan batas proyek kegiatan rencana
pembangunan pabrik tepung tapioka, batas administratif, batas sosial, dan batas
ekologi.
Batas proyek
Batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana usaha atau kegiatan akan
melakukan aktivitas pra konstruksi, konstruksi, dan operasi. Melalui ruang inilah
23
tapak proyek rencana tata letak kegiatan pembangunan pabrik tepung tapioka yang
mana saat ini sebagian besar masih menjadi lahan pertanian penduduk.
Batas administratif
Batas sosial
Batas sosial merupakan ruang disekitar rencana kegiatan atau usaha yang
Batas ekologi
Batas ekologi merupakan ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha atau
keigiatan menurut limbah yang dihasilkan, dimana proses alami berlangsung dalam
ruang tersebut dan diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Batas ekologi
pabrik.
b) Batas ekologi yang berkaitan dengan udara yaitu bau yang dapat dirasakan
(a) (b)
(Parameter (Parameter
COD, BOD, COD, BOD,
TSS, CN, dan TSS, CN, dan
pH) pH)
3. Hilangnya 3. Penurunan
lapisan tanah kualitas air
subur permukaan
4. Perubahan 4. Peningkatan
landform sedimen sungai
5. Peningkatan
sedimen sungai
6. Penurunan
kualitas air
permukaan
2. Pengeboran dan 1. Peningkatan 1. Penurunan Penurunan kualitas
peledakan kebisingan kualitas udara air (Parameter
batuan/tanah 2. Penurunan 2. Peningkatan COD, BOD, TSS,
penutup kualitas air sedimen CN, dan pH)
(Parameter 3. Perubahan debit
COD, BOD, air
TSS, CN, dan 4. Peningkatan
pH) kebisingan
3. Perubahan
landform
(tofografi dan
struktur
geologi)
4. Peningkatan
sedimen
5. Perubahan debit
air sungai
3. Pengolahan 1. Penurunan 1. Penurunan Penurunan kualitas
batubara kualitas air kualitas udara air (Parameter
(Parameter 2. Peningkatan COD, BOD, TSS,
COD, BOD, kebisingan CN, dan pH)
TSS, CN, dan 3. Penurunan
pH) kualitas air
2. Peningkatan tanah/permukaa
sedimen n
3. Penurunan
kualitas air
tanah/permukaa
n
4. Perubahan debit
27
air sungai
4. Pengangkatan 1. Penurunan 1. Penurunan Penurunan kualitas
batubara dengan kualitas udara kualitas udara air (Parameter
truk 2. Pemadatan 2. Peningkatan COD, BOD, TSS,
tanah kebisingan CN, dan pH)
3. Peningkatan 3. Peningkatan
kadar partikulat kadar partikulat
4. Peningkatan 4. Pemadatan
kebisingan tanah
5. Kerusakan jalan
5. Pengoperasian 1. Penurunan 1. Penurunan Penurunan kualitas
listrik tenaga kualitas air air kualitas udara air (Parameter
diesel (Parameter 2. Peningkatan COD, BOD, TSS,
COD, BOD, kebisingan CN, dan pH)
TSS, CN, dan 3. Peningkatan
pH) kadar partikulat
2. Peningkatan
kebisingan
3. Penurunan
kualitas air
permukaan
4. Peningkatan
kadar partikulat
IV Pasca Operasi
1. Bioremidiasi 1. Penurunan 1. Penurunan Penurunan kualitas
lahan kualitas air kualitas air air (Parameter
(Parameter (Parameter COD, BOD, TSS,
COD, BOD, COD, BOD, CN, dan pH)
TSS, CN, dan TSS, CN, dan
pH) pH)
2. Penurunan 2. Penurunan
kualitas udara kualitas udara
3. Penurunan
kesehatan
masyarakat
4. Penurunan
sanitasi
lingkungan
5. Sikap dan
persepsi
masyarakat
28
a. Rencana tahapan kegiatan dan komponen kegiatan yang akan ditelaah berkaitan
terdiri dari empat tahapan yaitu tahap pra konstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca
kegiatan yang akan ditelaah karena diperkirakan dan diduga dapat menimbulkan
b. Keresahan masyarakat
2. Tahap Konstruksi
d. Peningkatan sedimen
f. Kesempatan kerja
g. Kesempatan berusaha
i. Keresahan masyarakat
3. Tahap Oprasional
d. Peningkatan sedimen
g. Kesempatan kerja
h. Kesempatan berusaha
j. Keresahan masyarakat
BAB III
METODE STUDI
1. Teknik Observasi
data yang berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan data
yang diperlukan dalam penelitian dengan cara melakukan pengukuran langsung pada
obyek penelitian karena data akan berubah bila dipisahkan dari badan sungai. Adapun
data yang dikumpulkan yaitu, temperatur, warna, bau, dan rasa air.
Alat yang digunakan adalah alat termometer, pengukuran dilakuakan pada pagi
menjelang siang pada tiap titik pengamatan. Alat termometer dicelupkan ke dalam air
Pengukuran warna dilakukan dengan sangat sederhana yaitu dengan mengamati air
Pengukuran bau dilakukan dengan sangat sederhana yaitu dengan menilai air
2. Uji Laboratorium
Universitas Lampung untuk mendapatkan data kualitas air dengan pengukuran pH,
TSS, DO, BOD, COD, dan Sianida pada tiga sampel yang diambil dari tiga titik
a. Pengukuran pH
sebagai berikut :
Prinsip
Bahan
Larutan penyangga 4, 7 dan 10 yang siap pakai dan tersedia dipasaran, atau
Peralatan
d. kertas tissu;
f. Termometer.
Persiapan pengujian
b. Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan contoh uji
Prosedur
suling.
d. Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.
b. Pengukuran TSS
sebagai berikut :
34
Prinsip
Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah
berat konstan pada suhu 103 ºC sampai dengan 105 ºC. Kenaikan berat saringan
Bahan
1. Whatman Grade 934 AH, dengan ukuran pori (Particle Retention) 1,5
procedures).
3. E-D Scientific Specialities grade 161 (VWR brand grade 161) dengan
b. Air suling.
35
Peralatan
d. pengaduk magnetik;
e. pipet volum;
f. gelas ukur
g. cawan aluminium;
i. penjepit;
k. pompa vakum.
Gunakan wadah gelas atau botol plastik polietilen atau yang setara.
Pengawetan contoh
Pengurangan gangguan
36
kerak dan menjebak air, untuk itu batasi contoh uji agar tidak
residu yang menempel dalam kertas saring untuk memastikan zat yang
saringan.
Persiapan pengujian
hentikan pencucian.
c. Keringkan dalam oven pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC selama
Prosedur
c. Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh diaduk
f. Keringkan dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu 103ºC sampai
dan timbang.
CATATAN 2 : Ukur volume contoh uji yang menghasilkan berat kering residu 2,5
mL.
Perhitungan
( )
Keterangan :
Contoh Perhitungan
A = 0.6254 mg
B = 0,0254 mg
( )
( )
( )
Oleh karena itu, nilai TSS pada Tahap Konstruksi tidak termasuk ke dalam dampak
Lingkungan Hidup RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah sebesar
100 mg/L.
Berdasarkan SNI 06-6989.11-2004 maka metode pengukuran BOD air sungai adalah
sebagai berikut :
Prinsip
yang telah ditambah larutan nutrisi dan bibit mikroba, kemudian diinkubasi
dalam ruang gelap pada suhu 20 °C ± 1 °C selama 5 hari. Nilai BOD dihitung
40
berdasarkan selisih konsentrasi oksigen terlarut 0 (nol) hari dan 5 (lima) hari.
Bahan kontrol standar dalam uji BOD ini, digunakan larutan glukosa-asam
glutamat.
Bahan
larutan nutrisi
a. Cara 1
b. Cara 2
encerkan hingga 1 L.
encerkan hingga 1 L.
41
encerkan hingga 1 L.
encerkan
Sumber bibit mikroba dapat diperoleh dari limbah domestik, efluen dari
Cara 1
akan digunakan.
Cara 2
berikut :
a. ambil air dari bak aerasi pada sistem pengolahan lumpur aktif;
42
penyaringan;
g selama 10 menit;
108 sel/L;
menit;
CATATAN 1
the Examination of Water and Wastewater 21st Edition, 2005: Pour Plate
CATATAN 2
43
of Water and Wastewater 21st Edition, 2005: Fixed and Volatile Solids
Cara 3
Suspensi bibit mikroba dapat dibuat dari BOD seed yang tersedia
secara komersial.
a. siapkan air bebas mineral yang jenuh oksigen atau minimal 7,5 mg/L,
dalam botol gelas yang bersih, kemudian atur suhunya pada kisaran 20
°C ± 3 °C;
untuk:
CATATAN 1
CATATAN 2
CATATAN 3
mg/L.
Keringkan glukosa (p.a) dan asam glutamat (p.a) pada 103 °C selama 1 jam.
mineral hingga 1 L.
Asam asetat;
Larutkan 10 g kalium iodida (KI) dengan air bebas mineral hingga 100
Peralatan
a. botol DO;
f. pH meter;
h. shaker;
i. blender
j. oven; dan
k. timbangan analitik.
CATATAN
Apabila tidak tersedia lemari inkubasi atau water cooler, dapat digunakan
Prosedur
Persiapan
Penyimpanan contoh
bawah ini.
Persiapan pengujian
Pengaturan pH
compounds)
a. kocok contoh uji dalam wadah terbuka selama 1-2 jam atau
lebih;
3°C;
ukur 1 L;
minimal 2,0 mg/L dan sisa oksigen terlarut minimal 1,0 mg/L
Pengujian
udara
oksigen terlarut nol hari (A1). Pengukuran oksigen terlarut pada nol
CATATAN 1
CATATAN 2
CATATAN 3
seri pengukuran) atau minimal 1 kali untuk jumlah contoh uji kurang
dari 20.
Pernyataan hasil
( )
( )
dengan pengertian:
(mg/L);
(mg/L);
(mg/L);
P adalah perbandingan volume contoh uji (V1) per volume total (V2).
Contoh Perhitungan
A1 = 3,34 mg/L
A2 = 0,34 mg/L
B1 = 1,82 mg/L
B2 = 1,47 mg/L
Vc = 3 ml
VB = 1 ml
P = 0,02
( )
( )
( )
( )
( )
54
Oleh karena itu, nilai BOD pada Tahap Konstruksi tidak termasuk ke dalam dampak
Lingkungan Hidup RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah sebesar
150 mg/L.
Berdasarkan SNI 6989.2:2009 maka metode pengukuran COD air sungai adalah
sebagai berikut :
Prinsip
Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji dioksidasi
Untuk nilai COD 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L kenaikan Cr3+ ditentukan
pada panjang gelombang 600 nm. Pada contoh uji dengan nilai COD yang lebih
COD lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L penurunan konsentrasi Cr2O72-
Bahan
K2Cr2O7 yang telah dikeringkan pada suhu 150 °C selama 2 jam ke dalam
500 mL air suling. Tambahkan 167 mL H2SO4 pekat dan 33,3 g HgSO4.
Larutkan dan dinginkan pada suhu ruang dan encerkan sampai 1000 mL.
K2Cr2O7 yang telah dikeringkan pada suhu 150 °C selama 2 jam kedalam
500 mL air suling. Tambahkan 167 mL H2SO4 pekat dan 33,3 g HgSO4.
Larutkan, dan dinginkan pada suhu ruang dan encerkan sampai 1000 ml.
d. larutan pereaksi asam sulfat Larutkan 10,12 g serbuk atau kristal Ag2SO4
CATATAN
melarutnya pereaksi
10 mg asam sulfamat untuk setiap mg NO2-N yang ada dalam contoh uji.
mg O2/L. Gerus perlahan KHP, lalu keringkan sampai berat konstan pada
suhu 110 °C. Larutkan 425 mg KHP ke dalam air bebas organik dan tepatkan
56
sampai 1000 mL. Larutan ini stabil bila disimpan dalam kondisi dingin pada
minggu.
CATATAN 1
kinerja pengukuran.
CATATAN 2
Bila nilai COD contoh uji lebih besar dari 500 mg/L, maka dibuat larutan
CATATAN 3
Peralatan
b. kuvet;
bertutup ulir. Atau alternatif lain, gunakan ampul borosilikat dengan kapasitas
e. Buret
f. labu ukur 50,0 mL; 100,0 mL; 250,0 mL; 500,0 mL dan 1000,0 mL;
g. pipet volumetrik 5,0 mL; 10,0 mL; 15,0 mL; 20,0 mL dan 25,0 mL;
h. gelas piala;
padatan tersuspensi.
digunakan;
Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan dengan
Buat deret larutan kerja dari larutan induk KHP dengan 1 (satu) blanko dan
minimal 3 kadar yang berbeda secara proporsional yang berada pada rentang
pengukuran.
Prosedur
Proses digestion
a. pipet volume contoh uji atau larutan kerja, tambahkan digestion solution
Tabel 6. Contoh uji dan larutan pereaksi untuk bermacam-macam digestion vessel
c. letakkan tabung pada pemanas yang telah dipanaskan pada suhu 150 °C,
CATATAN
150°C.
a. buat kurva kalibrasi dari data pada butir 3.7.1.b) di atas dan tentukan
b. jika koefisien korelasi regreasi linier (r) < 0,995, periksa kondisi alat dan
ulangi langkah pada butir 3.7.1 a) sampai dengan c) hingga diperoleh nilai
koefisien r = 0,995.
Untuk contoh uji COD 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L
tekanan gas;
benar-benar jernih;
Untuk contoh uji COD lebih kecil dari atau sama dengan 90 mg/L
tekanan gas;
benar-benar jernih;
CATATAN
pengenceran.
Perhitungan
( ⁄ )
Keterangan:
C adalah nilai COD contoh uji, dinyatakan dalam miligram per liter (mg/L);
a. Masukkan hasil pembacaan serapan contoh uji ke dalam regresi linier yang
b. Nilai COD adalah hasil pembacaan kadar contoh uji dari kurva kalibrasi.
Contoh Perhitungan
mL (FAS) =3
M (FAS) = 0,1
BM 02 (gram/mol) = 8
( ) ( )
Oleh karena itu, nilai COD pada Tahap Konstruksi tidak termasuk ke dalam dampak
penting (dp) karena belum melebihi baku mutu menurut Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah sebesar
300 mg/L.
e. Penentuan Sianida
sebagai berikut :
Prinsip analisis
Sianida (CN-) dalam contoh yang telah didistilasi diubah menjadi CNCl (gas yang
582 nm.
63
Bahan
Timbang 1,6 g kristal NaOH dan masukkan ke dalam gelas piala 1000 mL
yang telah berisi air bebas mineral, secara perlahan-lahan sambil di aduk.
Tambahkan dengan air bebas mineral sampai 1000 mL. Pindahkan larutan ini
Timbang 3,27 g AgNO3 dan masukkan ke dalam labu ukur 1000 mL yang
telah berisi air bebas mineral, secara perlahan-lahan sambil di aduk. Tambahkan
dengan air bebas mineral sampai 1000 mL. Pindahkan larutan ini ke dalam botol
plastik bertutup. Lakukan standarisasi larutan AgNO3 ini dengan larutan standar
(K2CrO4).
d. asam barbiturat-piridin
1. larutkan 15 g asam barbiturat dengan sedikit air bebas mineral dalam labu
3. impitkan menjadi 250 mL tepatkan sampai tanda tera dengan air bebas
CATATAN 1
CATATAN 2
Larutan ini tahan hingga 6 bulan jika disimpan dalam lemari pendingin. Jangan
e. larutan kloramin-T
lemari pendingin. Larutan ini tahan selama 1 minggu dan simpan dalam lemari
pendingin.
f. bufer asetat
mineral sampai volume 500 mL, tambahkan asam asetat hingga pH 4,5.
k. larutan aseton;
Peralatan
a. spektrofotometer UV-Vis;
c. pipet volumetrik ukuran 1,0 mL; 2,0 mL; 5,0 mL; 10,0 mL dan 25,0 mL;
d. labu ukur 50,0 mL; 100,0 mL; 250,0 mL dan 1000,0 mL;
f. mikro buret 10 Ml
i. kondensor Allihn;
j. pemanas elektrik;
k. pompa vakum;
Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan sesuai petunjuk
di bawah ini:
Pengawet = Setelah contoh air dan air limbah (contoh uji) dimasukkan ke
CATATAN
Persiapan pengujian
Timbang sekitar 1,6 g NaOH dan 2,51 g KCN dan masukkan ke dalam
labu ukur 1000 mL. Encerkan dengan air bebas mineral sampai tanda batas.
CATATAN
Hati-hati bekerja dengan menggunakan KCN yang bersifat racun dan gunakan Alat
b. masukkan 500 mL contoh uji air ke dalam labu distilasi berukuran 1000
CATATAN
d. tambahkan 2 g asam sulfamat melalui corong thistle (thistle tube) dan bilas
dengan air bebas mineral agar asam sulfamat turun ke labu distilasi;
tetes/menit;
h. hentikan pemanasan pada labu distilasi bila hasil distilat didapat tidak lebih
c. titrasi dengan AgNO3 sampai adanya perubahan warna dari kuning menjadi
( )
( )
Keterangan:
A adalah volume larutan standar AgNO3 untuk larutan induk, dinyatakan dalam
mililiter (mL);
B adalah volume larutan standar AgNO3 untuk blanko, dinyatakan dalam mililiter
(mL);
BST adalah bobot setara CN- (52,04), dimana 1 mol AgNO3 bereaksi dengan 2 mol
CN-(BM = 26,02);
a. buat satu blanko dan deret larutan kerja minimal 3 kadar yang berbeda ke
dalam labu ukur 50,0 mL secara proposional dan berada dalam rentang
pengukuran.
perlahan;
secara inversi;
stabil;
i. plot kurva standar dengan nilai serapan sebagai sumbu Y dan kadar CN-
linearnya (r);
71
j. jika linieritas kurva kalibrasi (r) lebih kecil dari 0,995, periksa kondisi alat dan
0,995.
Prosedur kerja
a. pipet sejumlah volume contoh uji (V) dari hasil distilasi ke dalam labu ukur
50,0 mL dan encerkan dengan larutan pengencer NaOH 0,16 % hingga volume
40 mL;
c. plot nilai serapan hasil pembacaan contoh uji pada kurva standar;
Perhitungan
( )
Keterangan:
C adalah kadar sianida contoh uji yang diperoleh dari kurva kalibrasi, dinyatakan
V adalah volume contoh uji yang diambil untuk analisis, dinyatakan mililiter
(mL);
50 diperoleh dari labu ukur yang digunakan untuk analisis contoh uji;
500 diperoleh dari volume contoh uji yang digunakan untuk distilasi.
Contoh Perhitungan
C = 0,005 mg/L
V = 5 mL
( )
= 0,025 mg/L
3. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik untuk melengkapi data dalam rangka analisa
masalah yang akan diteliti memerlukan informasi dari dokumen yang ada hubungannya
dengan gejala sosial, ekonomi, budaya dan penduduk lebih banyak berhubungan
di atas, maka teknik dokumentasi digunakan untuk mengambil data yang sifatnya
sekunder baik berupa catatan-catatan, laporan, dan keterangan yang diperoleh dari
dilakukan dengan cara mengumpulkan foto-foto keadaan aliran pada tiap titik
pengamatan.
4. Kuisioner
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data primer yaitu pemanfaatan air sungai yang
dilakuakan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar aliran sungai dalam
5. Wawancara
langsung kepada masyrakat yang menjadi responden dalam penelitian ini, dengan
menciptakan suasana percakapan yang sopan, terarah dan tepat sasaran sehingga
wawancara dapat berjalan baik dan lancar, serta menghasilkan data yang tepat dan
akurat.
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya
Kimiawi
Teknik analisa data yang digunakan pada variabel kualitas air Sungai akan
dijelaskan secara deskriptif. Hasil penelitian yang didapat berupa data kualitatif
mengenai besarnya nilai dan keadaan dari masing-masing parameter yang dijadikan
indikator kualitas air yaitu pH, warna, bau, rasa, kekeruhan, suhu, Biochemical
Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), DO, TSS, dan Sianida
Keterangan:
100 : Konstanta
sifat penting dampak. Berdasarkan PerMenLH No. 16 tahun 2012 terdapat dua opsi
kegiatan dan rona tanpa adanya kegiatan. Pada opsi ini, perubahan rona secara
memperhitungkan perubahan rona secara alamiah, sehingga untuk opsi ini wajib ada
Perkiraan dampak penting dalam kajian ini akan dilakukan dengan pendekatan
pertama yaitu membandingkan perubahan kondisi rona dengan adanya kegiatan dan
rona tanpa adanya kegiatan (with and without project). Skenario prakiraan dampak
berdasarkan hasil pelingkupan tergolong sebagai dampak penting hipotetik. Satuan dari
besaran dampak adalah sesuai dengan satuan dari parameter lingkungan yang ditinjau.
Nilai parameter lingkungan tanpa proyek diasumsikan sama dengan kondisi rona
Pemerintah melalui Keputusan Kepala Bapedal No. 56 tahun 1994. Adapun faktor
Jika suatu dampak yang diprakirakan akan muncul memenuhi kriteria tersebut di
77
atas, walaupun hanya satu kriteria, maka dampak tersebut dianggap sebagai dampak
penting.
Sehubungan dengan itu ada dua jenis metode prakiraan besaran dampak yang
1. Metode Formal
nilai ambang batas atau baku mutu lingkungan yang relevan. Metode formal akan
digunakan bila tersedia cukup data kuantitatif yang diperlukan. Bila persyaratan data
kuantitatif tersebut tidak terpenuhi maka prakiraan dampak akan dilakukan dengan
2. Metode Non-Formal
Metode nonformal ditekankan terhadap perkiraan dampak yang tidak dapat atau
dilakukan dengan metode formal. Dua jenis Metode non-formal yang digunakan,
yaitu: perkiraan dampak secara analogi dan penilaian para ahli (professional
78
dengan mempelajari aktivitas sejenis di daerah lain dan/atau berlangsung pada waktu
yang lampau. Penilaian para ahli dalam menentukan perkiraan dampak didasarkan pada
data dan informasi terbatas, serta fenomena yang diprakirakan terjadi kurang dipahami.
Prakiraan sifat penting dampak didasarkan pada tujuh (7) Kriteria dampak penting
Republik Indonesia No. 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan Pasal 22 ayat 2
kajian pustaka terkait sifat dampak dengan merujuk pada tujuh kriteria penting yang
telah disiapkan. Panduan untuk menentukan dampak penting dan tidak penting
Lamanya dampak
Lamanya dampak
tidak
mengakibatkan
mengakibatkan
adanya wilayah
adanya wilayah
yang mengalami
Lamanya dampak yang mengalami
perubahan
berlangsung perubahan
mendasar dari segi
mendasar dari
intensitas dampak,
segi intensitas
atau tidak
dampak, atau tidak
berbaliknya
berbaliknya
dampak, atau segi
dampak, atau segi
kumulatif dampak.
3. kumulatif dampak.
Jika besaran
berlaku. berlaku.
lanjutannya
Sifat kumulatif
Akumulatif tidak
dampak
5. Tidak akumulatif dapat diasimilasi
oleh Lingkungan
Dampak dapat
Berbalik tidaknya Dampak tidak dapat
dipulihkan
6. dampak dipulihkan (tidak
(berbalik)
berbalik)
tersedia.
Besaran Dampak
Penurunan kualitas air merupakan dampak turunan akibat meningkatnya air limpasan
dari kegiatan pematangan lahan area pada Tahap Konstruksi. Berdasarkan hasil
banyaknya sedimen kedalam sungai. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan kadar
pH, TSS, BOD, COD, dan Sianida dalam air sungai, sehingga kualitas air menurun.
Dengan kondisi saat ini, yaitu sebelum dilakukannya kegiatan, hasil analisis
laboratorium menunjukkan bahwa kandungan pH, TSS, BOD, COD, dan Sianida di
Sungai masih sesuai dengan baku mutu kuailtas air menurut Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah.
asumsi proporsi buangan yang masuk ke masing-masing sungai sebesar 50% dari
total sedimen yang ditimbulkan kegiatan pembukaan lahan, maka peningkatan pH,
TSS, BOD, COD, dan Sianida masih dalam batas ambang wajar. Dengan adanya
penambahan tersebut, konsentrasi pH, TSS, BOD, COD, dan Sianida di sungai masih
memenuhi Baku Mutu. Selain itu, selama Tahap Konstruksi akan dibuat kolam- kolam
agar air limpasan tidak langsung masuk ke dalam badan sungai dan memenuhi baku
kegiatan pematangan lahan dan penyiapan areal kerja terhadap penurunan kualitas air
Dampak kegiatan pematangan lahan dan penyiapan areal kerja terhadap kualitas air
Besaran Dampak
Penurunan kualitas air sungai pada Tahap Operasi Pabrik Tapioka dapat disebabkan
antara lain oleh peningkatan konsentrasi sianida, TSS, BOD, COD serta penurunan pH.
Khusus untuk parameter TSS dan BOD air limbah dari Pabrik Tapioka akan dialirkan
ke IPAL sehingga kualitas air akan dikelola untuk memenuhi baku mutu air limbah
sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku
tergolong tinggi. Akan tetapi konsentrasi TSS turun seiring bertambahnya jarak
darititik buangan, hasil model rata-rata menunjukkan konsentrasi TSS yang nilainya
paling besar yaitu sebesar 1500-5000 mg/L. Sedangkan nilai dari BOD adalah sebesar
2000-5000 mg/L, COD sebesar 4000-30.000 mg/L, sianida sebanyak 0-15 mg/L, dan
pH sebesar 4,0-6,5.
85
Air limbah industri tapioka sangat jauh diatas baku mutu air limbah yang
menyebabkan pencemaran berat. Kematian ikan dan udang pada tambak yang
tercemar limbah ini, dimungkinkan karena senyawa toksik, kekurangan oksigen, atau
bakteri patogen.
kegiatan oprasional Pabrik Tapioka terhadap penurunan kualitas air laut dapat diuraikan
sebagai berikut:
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, penurunan kualitas air sungai pada
A Tahap Konstruksi
A1 Pematangan
Areal Kerja
B Tahap Operasional
B1 Operasional
Penurunan kualitas
Pabrik tp p p p tp tp tp dp
air sungai
Tapioka
Pada bagian ini menguraikan hasil evaluasi atau telaahan keterkaitan dan interaksi
dampak rencana usaha dan/atau kegiatan secara total terhadap lingkungan hidup.
Jika satu kriteria dari tujuh kriteria dianggap penting, maka Dampak Penting
Hipotetik (DPH) menjadi Dampak Penting (dp). Apabila tidak ada kriteria dari tujuh
kriteria yang dinyatakan penting (p), maka DPH menjadi Dampak Tidak Penting
(dtp). Untuk menentukan kriteria dalam tujuh kriteria itu penting (p) atau tidak
penting (tp) menggunakan data rona lingkungan awal dan prakiraan besaran
dampak; dan
Untuk melakukan evaluasi secara holistik, maka digunakan metode bagan alir.
Berdasarkan hasil telaahan keterkaitan dan interaksi dampak penting hipotetik (DPH)
lain seperti frekuensi terjadi dampak, durasi dan intensitas dampak, yang pada
akhirnya dapat digunakan untuk menentukan sifat penting dan besaran dari dampak-
dampak yang telah berinteraksi pada ruang dan waktu yang sama;
mempertimbangkan sifat kumulatif dampak (dampak yang sama disebabkan oleh dua
atau lebih kegiatan yang berbeda). Kajian sifat kumulatif dampak dilakukan dengan
terjadi pada ruang dan waktu yang sama atau berbeda juga dikaji untuk menentukan
keputusan akhir sifat penting dampak. Dengan demikian, kajian evaluasi dampak
secara holistik, selain telah memperhitungkan aspek rona lingkungan dan hasil
prakiraan dampak, juga telah memperhitungkan dampak dari berbagai kegiatan, serta
kaitan dengan dampak pada parameter lain. Dengan menggunakan bagan alir, panduan
untuk memutuskan apakah dampak akhir menjadi PENTING atau TIDAK PENTING
1. Apabila dua jenis dampak memiliki tingkat kepentingan dampak tp (tidak penting)
namun jika dievaluasi dalam satu kesatuan ruang dan waktu terdapat akumulasi
2. Apabila dua jenis dampak memiliki tingkat kepentingan dampak tp (tidak penting)
a. Jika evaluasi dalam satu kesatuan ruang dan waktu terdapat akumulasi,
b. Jika evaluasi dalam satu kesatuan ruang dan waktu tidak terdapat akumulasi
dampak maka dampak dengan kriteria p tetap dikelola tetapi dampak dengan
3. Apabila dua jenis dampak memiliki tingkat kepentingan dampak tp (tidak penting)
namun dalam evaluasi jika dalam satu ruang dan waktu tidak terdapat akumulasi
89
dampak maka kedua dampak tersebut dinyatakan TIDAK PENTING (TP) dan
tidak dikelola.
4. Apabila DPH diputuskan menjadi DAMPAK PENTING (DP), maka akan dikelola
daya dukung dan daya tampung lingkungan sudah tidak memenuhi, maka akan
dikelola dalam dokumen RKL danakan dipantau dalam dokumen RPL. Apabila
DPH diputuskan menjadi DAMPAK TIDAK PENTING (DTP) dan daya dukung
dan daya tampung lingkungan masih memenuhi, maka tidak akan dikelola dalam
Keterangan:
p : Dampak penting pada setiap kriteria dampak pada tujuh kriteria pada
tp : Dampak tidak penting pada setiap kriteria dampak pada tujuh kriteria
dtp : Dampak tidak penting dari hasil evaluasi tujuh kriteria dampak.
Hasil evaluasi dampak penting akan digunakan sebagai dasar untuk membuat
1. Tahap Konstruksi
Tahap Konstruksi terdiri dari kegiatan pematangan lahan dan penyiapan areal kerja.
Pada kegiatan pematangan lahan dan penyiapan areal kerja diprakirakan tidak akan
Pemrakarsa berencana selalu mencegah dampak ini selama Tahap Konstruksi, maka
desain yang sesuai agar air limpasan tidak langsung masuk ke dalam badan sungai
2. Tahap Operasi
Pada Tahap Operasi kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup yaitu
kegiatan operasional Pabrik Tapioka. Dampak negatif penting yang ditimbulkan oleh
beroperasinya Pabrik Tapioka yaitu penurunan kualitas air sungai yang disebabkan oleh
peningkatan konsentrasi sianida, TSS, BOD, COD serta penurunan pH. Khusus untuk
parameter TSS dan BOD air limbah dari Pabrik Tapioka akan dialirkan ke IPAL
sehingga kualitas air akan dikelola untuk memenuhi baku mutu air limbah sesuai
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Limbah.
91
Berdasarkan hasil evaluasi dampak secara holistik, terdapat dampak yang terjadi yaitu
penurunan kualitas air sungai akibat kegiatan operasional Pabrik Tapioka di Tahap
Operasi. Oleh karena itu dampak penurunan kualitas air sungai dikategorikan sebagai
dampak turunan maupun komponen kegiatan yang tidak banyak memberikan dampak
Pendekatan Teknologi
Pendekatan teknologi adalah cara-cara memanfaatkan teknologi yang sudah ada dan
dengan baik dan benar. Pendekatan teknologi difokuskan kepada pengelolaan kualitas
air untuk permasalahan yang diakibatkan oleh kegiatan pada Tahap Konstruksi dan
92
Tahap Operasi, sehingga dapat menerapkan opsi pengelolaan terbaik (best available
technology).
Penilaian terhadap aspek kelayakan lingkungan dari suatu rencana kegiatan dilakukan
atas dasar pertimbangan bahwa keberadaan suatu proyek tersebut secara kumulatif
dapat menimbulkan nilai manfaat (dampak positif) yang lebih besar daripada nilai
kerugian (dampak negatif) yang ditimbulkan terutama ditinjau dari aspek lingkungan
Penentuan kelayakan lingkungan hidup atas rencana usaha dan/atau kegiatan ini
BAB IV
PELAKSANAAN STUDI
A. Identitas Pemrakarsa
Alamat : Jl. Raya Natar No. 104 Desa Pemanggilan Kec. Natar
Lampung Selatan
B. Identitas Penyusun
Lampung
94
Tim Studi :
C. Biaya Studi
penggunaan biaya studi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini .
6 Peralatan Kantor 6
7 Lain-lain 8
8 PPN dan PPH 16
DAFTAR PUSTAKA
Hien, P.G., Oanh, L.T.K., Viet, N.T., and Lettinga, G. 1999. Closed Wastewater
System in the Tapioca in Vietnam. Journal of Water Sciences Technology. 38:
89-96.
Jose, C., Abdullah, C., Anggraini, Y., dan Bahri, S. 2000. Peningkatan Nutrisi
Limbah Pada Institusi Pendidikan, Sanitasi, dan Kesehatan Lingkungan.
Pusdiknakes Depkes RI. Jakarta.
97
Mantra, I.B. 2003. Demografi Umum Edisi Kedua. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.