Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sumenep merupakan unit
pelaksana teknis Pemerintah Kabupaten Sumenep. Salah satu tujuan yang
ingin dicapai adalah meningkatkan kualitas pelayanan kebersihan dan
keindahan Kabupaten Sumenep. Salah satu tugas yang dijalankan dalam
mencapai tujuan tersebut adalah melaksanakan pengadaan, perbaikan,
perawatan sarana dan prasarana persampahan (Kantor Kebersihan dan
Pertamanan, 2013).
Salah satu peningkatan sarana dan parasarana persampahan adalah
dengan adanya TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang merupakan tempat
akhir pembuangan sampah. TPA dirancang sebagai tempat dimana sampah
akan diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan. TPA Kabupaten Sumenep yang terletak di Desa Batuan memiliki
luas 1,5 ha dan berjarak 2 km dari pemukiman. TPA Kabupaten Sumenep
hanya melayani 3 Kecamatan saja dari 19 kecamatan daratan yang ada di
Kabupaten Sumenep. Hal ini disebabkan karena jarak kecamatan yang lain
terlalu jauh untuk ditempuh menuju TPA Batuan.
Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah menjelaskan bahwa TPA harus memproses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan
lingkungan. Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir
sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 5 (lima)
tahun terhitung tanggal diberlakukannya Undang-Undang tersebut.
Menindaklanjuti peraturan tersebut maka TPA Batuan yang sebelumnya
menggunakan metode open dumping berubah menjadi metode controlled
landfill. Pemilihan pengolahan menggunakan metode controlled landfill
dikarenakan sampah yang diproses dalam skala kecil yaitu 188 m3/ hari.
Selain dilah dengan metode controlled landfill, pengolahan sampah di TPA
batuan juga dilanjutkan dengan pengolahan lindi untuk mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan, mengingat lindi merupakan salah satu air limbah
yang mengandung ammonium, bahan organik, serta garam dalam konsentrasi
yang tinggi (Laconi etal, 2011 dalam Ardedah, 2013 ).

TPA Batuan juga

memiliki sumur pantau untuk memantau pergerakan lindi dan kemungkinan


terjadinya pencemaran air tanah oleh lindi.

Selain menghasilkan lindi, TPA Batuan juga melakukan penyerapan gas


gas yang berasal dari biodegradasi dari sampah biodegradable yang
mengandung hidrogen dan karbon dioksida pada tingkatan awal, kemudian
diikuti dengan gas metana dan karbon dioksida pada tingkatan selanjutnya
(Williams, 2005, Ardedah , 2013).
Dengan adanya pengolahan Sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kebersihan dan mencegah
terjadinya mencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah maupun
lindi, sehingga lingkungan sekitar TPA ( tempat Pembuangan Akhir) tetap
aman, sehat dan bersih dari bahan maupun zat pencemar lingkungan.
Berdasarkan

latar

belakang

diatas

maka

penulis

tertarik

untuk

menggambarkan pengelolaan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir)


Kabupaten Sumenep.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengelolaan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
Kabupaten Sumenep dengan metode contrlled landfill ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan pengelolaan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
Kabupaten Sumenep.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menggambarkan fasilitas pengelola sampah di TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) Kabupaten Sumenep.
b. Untuk menggambarkan teknik operasional pengelolaan sampah di TPA
(Tempat Pembuangan Akhir) Kabupaten Sumenep.
c. Untuk menggambarkan metode pembuangan sampah di TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) Kabupaten Sumenep.

D. Waktu dan Tempat


1. Waktu
Waktu pelaksanaan magang : 3 Agustus 28 Agustus 2015
2. Tempat
Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sumenep

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SAMPAH
1. Pengertian sampah
Pengertian sampah menurut Undang-Undang RI No. 18 tahun 2008
tentang pengelolaan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari

manusia

dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Limbah padat (sampah)


didefenisikan sebagai segala sesuatu yang tidak terpakai dan berbentuk
padatan atau semi padatan (Mulia, 2005 dalam Sari, 2013)

2. Penggolongan Sampah Menurut Sumbernya


Sumber-sumber timbulan sampah adalah sebagai berikut:
a. Sampah buangan rumah tangga, termasuk sisa bahan makanan, sisa
pembungkus makanan dan pembungkus perabotan rumah tangga
sampai sisa tumbuhan kebun dan sebagainya.
b. Sampah buangan pasar dan tempat - tempat umum (warung, toko, dan
sebagainya) termasuk sisa makanan, sampah pembungkus makanan,
dan pembungkus lainnya, sisa bangunan, sampah tanaman dan
sebagainya.
c. Sampah buangan jalanan termasuk diantaranya sampah berupa debu
jalan, sampah sisa tumbuhan taman, sampah pembungkus bahan
makanan dan bahan lainnya, sampah sisa makanan, sampah berupa
kotoran serta bangkai hewan.
d. Sampah industri termaksuk diantaranya air limbah industri, debu
e.

industri. Sisa bahan baku dan bahan jadi dan sebagainya


Sampah yang berasal dari perkantoran. Sampah ini dari perkantoran,
baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan
dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas- kertas, plastik, karbon, klip,
dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah

f.

terbakar (rabbish).
Sampah yang berasal dari pertanian atau perkebunan. Sampah ini
sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya jerami, sisa
sayur mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah,

dan sebagainya.
g. Sampah yang berasal dari pertambangan. Sampah ini berasal dari
daerah pertambangan dan jenisnya tergantung dari jenis usaha
pertambangan itu sendiri misalnya batu - batuan, tanah / cadas, pasir,
sisa - sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.
h. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan. Sampah yang
berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa kotoran - kotoran
ternak, sisa - sisa makanan, bangkai binatang, dan sebagainya
(Wijayanti, 2009).
3. Penggolongan sampah menurut sifat fisiknya :
a. Sampah kering yaitu sampah yang dapat dimusnakan dengan dibakar
diantaranya kertas, sisa tanamn yang dapat di keringkan
b. Sampah basah yaitu sampah yang karena sifat fisiknya sukar untuk
4.

dikeringkan dan dibakar.


Jenis Sampah
Sampah dibagi menjadi 3 bagian yakni:

a. Sampah Organik, Sampah Organik merupakan barang yang


dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai
sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai, dikelola dan dimanfaatkan
dengan prosedur yang benar. Sampah ini dengan mudah dapat
diuraikan melalui proses alami. Sampah organik merupakan sampah
yang mudah membusuk seperti, sisa daging, sisa sayuran, daun daun, sampah kebun dan lainnya
b. Sampah Nonorganik, Sampah nonorganik

adalah sampah yang

dihasilkan dari bahan - bahan nonhayati, baik berupa produk sintetik


maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah
ini merupakan sampah yang tidak mudah menbusuk seperti, kertas,
plastik, logam, karet, abu gelas, bahan bangunan bekas dan lainnya.
c. Sampah B3 (Bahan berbahaya beracun), Pada sampah berbahaya
atau bahan beracun (B3), sampah ini terjadi dari zat kimia organik
dan nonorganik serta logam-logam berat, yang umunnya berasal dari
buangan industri. Pengelolaansampah B3 tidak dapat dicampurkan
dengan sampah organik

dan nonorganik. Biasanya ada badan

khusus yang dibentuk untuk mengelola sampah B3 sesuai peraturan


berlaku(Wijayanti, 2009).

B. TPA (Tempat Pembuangan Akhir)


1. Pengertian TPA
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah
mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di
sumber,

pengumpulan,

pemindahan/pengangkutan,

pengolahan

dan

pembuangan. TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman


agar

tidak menimbulkan

gangguan

terhadap lingkungan sekitarnya.

Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar


keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik (Dirjen Cipta Karya, 2013).
2. Metoda Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah mengenal beberapa metoda dalam pelaksanaannya
yaitu:
a. Open Dumping
Open dumping

atau

pembuangan

terbuka

merupakan

cara

pembuangan sederhana dimana sampah hanya dihamparkan pada


suatu lokasi; dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan

setelah lokasi tersebut penuh. Masih ada Pemda yang menerapkan


cara ini karena alasan keterbatasan sumber daya (manusia, dana, dll).
Cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi
pencemaran lingkungan yang dapat ditimbulkannya seperti:
1) Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, dll
2) Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan
3) Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul
4) Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor
b. Controlled Landfill
Metoda ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana
secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan
tanah untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan.
Di Indonesia, metode control landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota
sedang dan kecil yang merupakan perbaikan atau peningkatan dari cara
open dumping, tetapi belum sebaik sanitary landfill. Perbaikan atau
peningkatan antara lain dengan kegiatan penutupan sampah secara
berkala. Bila dalam sanitary landfill diinginkan adanya penutup harian,
dan pada open dumping urugan sampah sama sekali tidak dilkakukan,
maka dalam controlled landfill penutupan ditunda sampai 5-7 hari,
sesuai dengan siklus hidup lalat.Dalam 1 operasionalnya juga dilakukan
perataan dan pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi
pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA. Untuk dapat
melaksanakan metoda ini diperlukan penyediaan beberapa fasilitas
diantaranya:
1) Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan.
2) Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan.
3) Pos pengendalian operasional
4) Fasilitas pengendalian gas metan
5) Alat berat
Adapun kelebihan dan kekurangan controlled landfill adalah sebagai
berikut :
1)
a)
b)
c)
2)

Kelebihan :
Dampak terhadap lingkungan dapat diperkecil
Lahan dapat digunakan kembali setelah selesai dipakai
Estetika lingkunga cukup baik
Kekurangan :
a) Operasi lapangan relatif lebih sulit
b) Biaya investasi, operasi, perawatan cukup besar.
c) Memerlukan personalia lapangan yang cukup terlatih ( Damanhuri,

2008)
c. Sanitary landfilll

Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internsional


dimana penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi
gangguan yang timbul dapat diminimalkan. Namun demikian diperlukan
penyediaa prasarana dan sarana yang cukup mahal bagi penerapan
metode ini sehingga sampai saat ini baru dianjurkan untuk kota besar
dan metropolitan (Dirjen Cipta Karya, 2013).
Pengoperasian dan pemeliharaan TPA, baik dengan controlled landfill
maupun sanitary landfill, harus dapat menjamin fungsi
a). Sistem pengumpulan dan pengolahan leachate
b). Penanganan gas metan
c). Pemeliharaan estetika sekitar lingkungan
d). Pengendalian vektor penyakit
e). Pelaksanaan keselamatan pekerja
f). Penanganan tanggap darurat bahaya kebakaran dan kelongsoran
Pengawasan dan pengendalian untuk meyakinkan bahwa setiap
kegiatan yang ada di TPA dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan. Data pemantauan di atas perlu dirangkum dengan baik menjadi
suatu laporan yang dengan mudah memberikan gambaran mengenai
kondisi pengoperasian dan pemeliharaan TPA (Damanhuri, 2008).
3. Persyaratan Lokasi TPA
Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan maka pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama
dan hati-hati. Hal ini ditunjukkan dengan sangat rincinya persyaratan lokasi
TPA seperti tercantum dalam SNI tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi
Tempat Pembuangan Akhir Sampah yang diantaranya dalam kriteria
regional dicantumkan:
a. Bukan daerah rawan geologi (daerah patahan, daerah rawan longsor,
rawan gempa, dll)
b. Bukan daerah rawan hidrogeologis yaitu daerah dengan kondisi
kedalaman air tanah kurang dari 3 meter, jenis tanah mudah
meresapkan air, dekat dengan sumber air (dalam hal tidak terpenuhi
harus dilakukan masukan teknologi)
c. Bukan daerah rawan topografis (kemiringan lahan lebih dari 20%)
d. Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di Bandara (jarak
minimal 1,5 3 km)
e. Bukan daerah/kawasan yang dilindungi
4. Jenis dan Fungsi Fasilitas TPA
Untuk dapat dioperasikan dengan baik maka TPA perlu dilengkapi dengan
prasarana dan sarana yang meliputi:
a. Prasarana Jalan
Prasarana dasar ini sangat menentukan keberhasilan pengoperasian
TPA. Semakin baik kondisi jalan ke TPA akan semakin lancar kegiatan
7

pengangkutan

sehingga

efisiensi

keduanya

menjadi

tinggi.

Dalam hal ini TPA perlu dilengkapi denga jalan masuk/akses, jalan
penghubung, jalan operasi/kerja.
b. Prasarana Drainase
Drainase di TPA berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan
dengan tujuan untuk memperkecil aliran yang masuk ke timbunan
sampah. Drainase penahan ini umumnya dibangun di sekeliling blok atau
zona penimbunan.
c. Fasilitas Penerimaan
Fasilitas penerimaan dimaksudkan sebagai tempat pemeriksaan sampah
yang datang, pencatatan data, dan pengaturan kedatangan truk sampah.
Pada umumnya fasilitas ini dibangun berupa pos pengendali di pintu
masuk TPA.
d. Lapisan Kedap Air
Lapisan kedap air berfungsi untuk mencegah rembesan air lindi yang
terbentuk di dasar TPA ke dalam lapisan tanah di bawahnya. Untuk itu
lapisan ini harus dibentuk di seluruh permukaan dalam TPA baik dasar
maupun dinding.
e. Fasilitas Pengamanan Gas
Gas yang terbentuk di TPA umumnya berupa gas karbon dioksida dan
metan dengan komposisi hampir sama. Kedua gas tersebut memiliki
potensi besar dalam proses pemanasan global terutama gas metan;
karenanya perlu dilakukan pengendalian agar gas tersebut tidak
dibiarkan lepas bebas ke atmosfer. Untuk itu perlu dipasang pipa-pipa
ventilasi agar gas dapat keluar dari timbunan sampah pada titik-titik
tertentu. Untuk ini perlu diperhatikan kualitas dan kondisi tanah penutup
f.

TPA.
Fasilitas Pengamanan Lindi
Lindi sangat berpotensi menyebabkan pencemaran air baik air tanah
maupun permukaan sehingga perlu ditangani dengan baik. Tahap
pertama pengamanan adalah dengan membuat fasilitas pengumpul lindi
yang dapat terbuat dari: perpipaan berlubang-lubang, saluran pengumpul
maupun pengaturan kemiringan dasar TPA; sehingga lindi secara
otomatis begitu mencapai dasar TPA akan bergerak sesuai kemiringan
yang ada mengarah pada titik pengumpulan yang disediakan.

g. Alat Berat
Alat berat yang sering digunakan di TPA umumnya berupa: bulldozer,
excavator dan loader.

h. Penghijauan
Penghijauan lahan TPA diperlukan untuk beberapa maksud diantaranya
adalah: peningkatan estetika lingkungan, sebagai buffer zone untuk
i.

pencegahan bau dan lalat yang berlebihan.


Fasilitas Penunjang
Beberapa fasilitas penunjang masih diperlukan untuk membantu
pengoperasian TPA yang baik diantaranya: pemadam kebakaran, mesin
pengasap (mist blower), kesehatan/keselamatan kerja, toilet, dan lain

lain (Bangun Ismansyah, 2010 dalam Sari, 2012).


5. Teknis Operasional TPA
a. Persiapan Lahan TPA
Beberapa kegiatan penyiapan lahan tersebut akan meliputi:
1) Penutupan lapisan kedap air dengan lapisan tanah setempat
2) Persediaan tanah penutup perlu disiapkan di dekat lahan yang akan
dioperasikan untuk membantu kelancaran penutupan sampah;
b. Tahapan Operasi Pembuangan
Kegiatan operasi pembuangan sampah secara berurutan akan meliputi:
1) Penerimaan sampah di pos pengendalian; dimana sampah diperiksa,
dicatat dan diberi informasi mengenai lokasi pembongkaran
2) Pengangkutan sampah dari pos penerimaan ke lokasi sel yang
dioperasikan; dilakukan sesuai rute yang diperintahkan
3) Pembongkaran sampah dilakukan di titik bongkar yang telah
ditentukan dengan manuver kendaraan sesuai petunjuk pengawas.
4) Perataan sampah oleh alat berat yang dilakukan lapis demi lapis agar
tercapai

kepadatan

optimum

yang

diinginkan.

Dengan

proses

pemadatan yang baik dapat diharapkan kepadatan sampah meningkat


hampir dua kali lipat.
5) Pemadatan sampah oleh alat berat untuk mendapatkan timbunan
sampah yang cukup padat sehingga stabilitas permukaannya dapat
diharapkan untuk menyangga lapisan berikutnya.
6) Penutupan sampah dengan tanah untuk mendapatkan kondisi operasi
control atau sanitary landfilll.
c. Pengaturan Lahan
Lahan TPA dapat dimanfaatkan secara efisien dengan pengaturan yang
baik yang mencakup:
1) Pengaturan Sel
Sel merupakan bagian dari TPA yang digunakan untuk menampung
sampah satu periode operasi terpendek sebelum ditutup dengan
tanah. Pada sistem sanitary landfilll, periode operasi terpendek adalah
harian; yang berarti bahwa satu sel adalah bagian dari lahan yang
digunakan untuk menampung sampah selama satu hari. Sementara
untuk control landfill satu sel adalah untuk menampung sampah
9

selama 3 hari, atau 1 minggu, atau operasi terpendek yang


dimungkinkan. Untuk pengaturan sel perlu diperhatikan beberapa
faktor:
a) Lebar sel sebaiknya berkisar antara 1,5-3 lebar blade alat berat
agar manuver alat berat dapat lebih efisien
b) Ketebalan sel sebaiknya antara 2-3 meter. Ketebalan terlalu besar
akan menurunkan stabilitas permukaan, sementara terlalu tipis
akan menyebabkan pemborosan tanah penutup.
c) Panjang sel dihitung berdasarkan volume sampah padat dibagi
dengan lebar dan tebal sel. Sebagai contoh bila volume sampah
padat adalah 150 m3/hari, tebal sel direncanakan 2 m, lebar sel
direncanakan 3 m, maka panjang sel adalah 150/(3x2) = 25 m
d) Batas sel harus dibuat jelas dengan pemasangan patok-patok dan
tali agar operasi penimbunan sampah dapat berjalan dengan
lancar.
2) Pengaturan Blok
Blok operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk
penimbunan sampah selama periode operasi menengah misalnya 1
atau 2 bulan. Karenanya luas blok akan sama dengan luas sel
dikalikan perbandingan periode operasi menengah dan pendek.
3) Pengaturan Zona
Zona operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk
jangka waktu panjang misal 1 3 tahun, sehingga luas zona operasi
akan sama dengan luas blok operasi dikalikan dengan perbandingan
periode operasi panjang dan menengah.
4) Pembongkaran Sampah
Titik bongkar umumnya diletakkan di

tepi

sel

yang

sedang

dioperasikan dan berdekatan dengan jalan kerja sehingga kendaraan


truk dapat dengan mudah mencapainya.
5) Perataan dan Pemadatan Sampah
Perataan dan pemadatan sampah dimaksudkan untuk mendapatkan
kondisi pemanfaatan lahan yang efisien dan stabilitas permukaan TPA
yang baik..
6) Penutupan Tanah
Penutupan TPA dengan tanah mempunyai fungsi maksud sebagai
berikut:
a) Untuk memotong siklus hidup lalat, khususnya dari telur menjadi
b)
c)
d)
e)

lalat
Mencegah perkembangbiakan tikus
Mengurangi bau
Mengisolasi sampah dan gas yang ada
Menambah kestabilan permukaan
10

f) Meningkatkan estetika lingkungan


g) Penutupan sel sampah pada sistem sanitary landfilll dilakukan
setiap hari, sementara pada control landfill dianjurkan 3 kali sehari.
C. DAMPAK PENCEMARAN AKIBAT SAMPAH
Berbagai potensi yang menimbulkan berbagai dampak dapat meliputi :
1. Perkembangan vektor penyakit
Vektor penyakit terutama lalat sangat potensial berkembangbiak di lokasi
TPA. Hal ini terutama disebabkan oleh frekwensi penutupan sampah yang
tidak dilakukan sesuai ketentuan sehingga siklus hidup lalat dari telur
menjadi larva telah berlangsung sebelum penutupan dilaksanakan.
Gangguan akibat lalat umumnya dapat ditemui sampai radius 1-2 km dari
2.

lokasi TPA
Pencemaran Udara
Proses dekomposisi sampah di TPA secara kontinu akan berlangsung
dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4,
H2S, dan lain-lain yang secara langsung akan mengganggu komposisi
gas alamiah d udara, mendorong terjadinya pemanasan global,
disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia di
sekitarnya. Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam
lokasi pengolahan berpotensi menimbulkan gangguan bau.

3. Pencemaran Air
Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan
sekitarnya baik berupa rembesan dari dasar TPA yang mencemari air
tanah di bawahnya. Pencemaran lindi juga dapat terjadi akibat efluen
pengolahan yang belum memenuhi syarat untuk dibuang ke badan air
penerima. Karakteristik pencemar lindi yang sangat besar akan sangat
mempengaruhi kondisi badan air penerima terutama air permukaan yang
dengan mudah mengalami kekurangan oksigen terlarut sehingga
mematikan biota yang ada.
4. Pencemaran Tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di
lahan kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan
menyebabkan

lahan

setempat

mengalami

pencemaran

akibat

tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga mengandung Bahan


Berbahaya Beracun (B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan waktu
yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi
tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan
pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkunga sekitarnya.
11

5. Gangguan Estetika
Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran
yang

tertiup

angin

atau

ceceran

dari

kendaraan

pengangkut.

Pembongkaran sampah di dalam area pengolahan maupun ceceran


sampah dari truk pengangkut akan mengurangi estetika lingkungan
sekitarnya. Hal ini menimbulkan pandangan yang tidak menyenangkan
bagi masyarakat yang melintasi / tinggal berdekatan dengan lokasi
tersebut.
6. Kemacetan Lalu lintas
Lokasi penempatan sarana / prasarana pengumpulan sampah
Arus lalu lintas angkutan sampah terutama pada lokasi tertentu seperti
transfer station atau TPA berpotensi menjadi gerakan kendaraan berat
yang dapat mengganggu lalu lintas lain; terutama bila tidak dilakukan
upaya-upaya

khusus

untuk

mengantisipasinya.

Arus

kendaraan

pengangkut sampah masuk dan keluar dari lokasi pengolahan akan


berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas di sekitarnya
terutama berupa kemacetan pada jam-jam kedatangan.
7. Gangguan Kebisingan
Kebisingan akibat lalu lintas kendaraan berat / truck timbul dari mesinmesin, bunyi rem, gerakan bongkar muat hidrolik, dan lain-lain yang dapat
mengganggu daerah-daerah sensitif di sekitarnya. Di instalasi pengolahan
kebisingan timbul akibat lalu lintas kendaraan truk sampah. Kebisingan di
sekitar lokasi TPA timbul akibat lalu lintas kendaraan pengangkut sampah
menuju dan meninggalkan TPA; disamping operasi alat berat yang ada
(Dirjen Cipta Karya, 2013).
D. Gambaran Umum Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Sumenep
1. Dasar Hukum Pembentukan
Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sumenep yang ada saat
ini adalah perubahan yang ketiga kalinya. Dari sejak awal berdiri, dengan
terbitnya Perda Kabupaten Sumenep nomor 10 tahun 1990 bernama
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten DATI II Sumenep (dari
tahun 1990 sampai dengan tahun 2000), kemudian dari tahun 2000
sampai dengan bulan Maret tahun 2006 bergabung dengan Dinas
PU.Cipta dengan nama Dinas PU. Cipta Karya dan Kebersihan sesuai
SK. Bupati Sumenep nomor 24 tahun 2000, dan selanjutnya sesuai
Perda Kabupaten Sumenep nomor 03 tahun 2006, dipisah lagi dan

12

berdiri sendiri menjadi Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten


Sumenep (sampai sekarang).
2. Visi Dan Misi
Visi Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sumenep yang
merupakan gambaran tentang keadaan masa depan yang berisikan citacita

dan

citra

yang

ingin

diwujudkan

dalam

mendukung

visi

pembangunan Kabupaten Sumenep, yaitu Mewujudkan Terciptanya


Kondisi Lingkungan yang bersih , indah, sejuk, sehat, nyaman

dan

manusiawi . Adapun misi Kantor Kebersihan dan Pertamanan


Kabupaten Sumenep yaitu Pelayanan Prima Kepada Masyarakat dalam
bidang kebersihan , keindahan dan pencegahan bahaya kebakaran

3. Tujuan Dan Sasaran


Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sumenep, menetapkan
tujuan yang hendak dicapai, yaitu Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Kebersihan, Keindahan dan Pencegahan Kebakaran yang Prima dan
Manusiawi . Adapun sasaran yang telah ditetapkan Kantor Kebersihan
dan Pertamanan Kabupaten Sumenep adalah Meningkatnya Kualitas
Pelayanan Kebersihan Lingkungan
4. Tugas Pokok Dan Fungsi
Tugas pokok dan fungsi Kantor Kebersihan dan Pertamanan adalah
sebagai berikut :
a.
Penyusunan dan pengkoordinasian program kerja pelaksanaan
b.

tugas kebersihan dan pertamanan;


Penyusunan perencanaan dan program kerja serta perumusan
kebijakan teknis dibidang kebersihan, pertamanan dan pemadam

c.
d.

kebakaran;
Melaksanakan pembinahan kebersihan jalan dan lingkungan;
Pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan pertamanan dan

e.

keindahan kota;
Pelaksanaan

f.

pencegahan kebakaran;
Pelaksanakan kegiatan penyiapan, pengadaan, perbengkelan,

pembinaan

dan

penyuluhan

dalam

rangka

pemeliharaan sarana dan prasarana kebersihan, pertamanan dan


g.

pemadam kebakaran;
Pelaksanaan pembinaan dan pemungutan retribusi kebersihan

dan pemberi izin pemotongan pohon pelindung;


5. Struktur Organisasi Kantor Kebersihan Dan Pertamanan

13

Kel. Jab. Fungsional

STRUKTUR ORGANISASI
KANTOR KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN SUMENEP
KEPALA
KANTOR KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

KASUBAG TU

KASI KEBERSIHAN

KASI PERTAMANAN
DAN PMK

KASI SARANA DAN


PRASARANA

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kantor Kebersihan Dan Pertamanan Kabupaten


Sumenep
a. Sub bagian Tata Usaha mempunyai tugas :
1) Menyusun program - program kerja pelaksanaan tugas tata usaha;
2) Melaksanakan kegiatan surat menyurat, kearsipan serta pembinaan
ketatalaksanaan;
3) Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan dan peralatan serta
pelaksanaan keamanan dan kebersihan kantor;
4) Memproses kedudukan hukum

pegawai,

upaya peningkatan

kesejahteraan pegawai dan karier pegawai;


5) Menyiapkan dan mengolah data dalam penyusunan program dan
perencanaan;

14

6) Menyusun

rencana

pertanggungjawaban

anggaran,

pengelolaan

pelaksanaannya

dan

keuangan,

meneliti

serta

mengoreksi kebenaran dokumen keuangan;


7) Memelihara dan mengamankan dokumen administrasi keuangan;
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala kantor
kebersihan dan pertamanan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
b. Seksi Kebersihan mempunyai tugas :
1) Menyusun program kerja pelaksanaan tugas kebersihan;
2) Menyelenggarakan kebersihan pada jalan umum, jalur hijau, tempat
umum, saluran pembuangan dan lingkungan serta pengumpulan
dan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir (tpa);
3) Melaksanakan pengadaan, perbaikan, perawatan sarana dan
prasarana persampahan;
4) Menertibkan

pembuangan

sampah

serta

mengatur

tempat

pembuangan sampah di lingkingan pemukiman;


5) Menyelenggarakan pembangunan, perbaikan dan pemeliharaan
pembuangan tinja atau limbah serta proses pemusnahan dan
pemanfaatannya;
6) Melaksakan tugas lain yang diberikan oleh kepala kantor kebersihan
dan pertamanan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
c. Seksi Pertamanan dan Pemadam Kebakaran mempunyai tugas :
1) Menyusun program kerja pelaksanaan tugas pertamanan dan
pemadam kebakaran;
2) Melaksanakan

pembangunan,

perbaikan

perawatan

dan

pemeliharaan pertamanan, jalur hijau, pintu gerbang, pot bunga dan


tempat umum atau tempat lainnya;
3) Menyelenggarakan usaha kegiatan pembibitan tanaman hias
maupun pohon pelindung untuk penghijauan kota;
4) Mengadakan pembinaan terhadap usaha kelestarian dan keindahan
pertamanan serta penghijauan kota;
5) Melaksanakan

pengadaan,

pembangunan,

perbaikan

dan

pemeliharaan taman dan lampu taman;


6) Mengusahakan terciptanya kondisi daerah yang indah, serasi dan
nyaman;

15

7) Melakukan penyuluhan terhadap upaya pencegahan terjadinya


kebakaran;
8) Melaksanakan usaha pencegahan dan pemadam kebakaran;
9) Melakukan koordinasi dangan instansi terkait dalam rangka
pelaksanaan pemadam kebakaran dan mengevaluasi terhadap
factor penyebab terjadinya kebakaran;
10) Melakukan

pengadaan,

pemeliharaan

dan

menginventarisir

peralatan yang diperlukan pemadam kebakaran;


11) Melaksakan

tugas

lain

yang

diberikan

oleh

kepala

kantor

kebersihan dan pertamanan sesuai dengan tugas dan fungsinya


d. Seksi Sarana dan Prasarana mempunyai tugas :
1) Menyusun program kerja pelaksanaan tugas sarana dan prasarana;
2) Melaksanakan penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
kebersihan dan pertamanan serta pemadam kebakaran;
3) Menyusun rencana peningkatan sarana dan prasarana kebersihan
dan pertamanan;
4) Menyusun rencana peningkatan sarana dan prasarana pemadam
kebakaran;
5) Melaksakan

tugas

lain

yang

diberikan

oleh

kepala

kantor

kebersihan dan pertamanan sesuai dengan tugas dan fungsinya.


6. Wilayah Pelayanan Kebersihan

16

Tabel 2.1 Wilayah Pelayanan Kebersihan Kantor Kebersihan dan Pertamanan


Kabupaten Sumenep
Penduduk Yang
Terlayani
Jml.

Jml. Pen
No.

Wilayah Pelayanan

duduk
(Jiwa)

Luas Wilayah
Terlayani

Wil.

Pendu

Pela

duk

yanan
(Km2)

(Jiwa)

Kec. Kota Sumenep


a. Kel. Pajagalan
3.604
b. Kel. Kepanjin
3.624
c. Kel. Bangselok
5.401
d. Kel. Karangduak
4.271
e. Desa Kolor
10.733
f. Desa Pandian
4.624
g. Desa Pamolokan
7.216
h. Desa Pangarangan
5.481
i. Desa Bangkal
2.220
j. Desa Pabian
5.283
k. Desa Kebonagung
2.209
II.
Kec. Batuan
a. Desa Batuan
4.325
III. Kec. Kalianget
a. Desa Kalimook
4.249
b. Desa Kalianget Barat
9.554
c. Desa Kalianget Timur
12.183
Jumlah Total Penduduk dan Luas Wilayah

Luas

Luas
%

Wil.
(Km2)

I.

Terlayani
Rata Rata Penduduk Terlayani

100
100
100
100
70
65
60
65
40
60
40

3.604
3.624
5.401
4.271
7.513
3.007
4.330
3.563
888
3.164
884

0,65
0,33
0,43
0,30
3,24
0,73
1,74
0,53
0,41
4,95
0,41

100
100
100
100
60
55
50
55
30
40
30

0,65
0,33
0,43
0,30
1,94
0,40
0,87
0,30
0,12
1.98
0,12

30

1.297

9,49

0,47

30
10
10

1.275
955
1.218

3,20
3,46
2,42

5
5
5

0,16
0,17
0,12

880

44.997

32,29

710

8,24

51

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Fasilitas Pengelola Sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir)

17

Fasilitas- fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki oleh TPA Batuan untuk
meningkatkan pengelolaan smpah di TPA adalah sebagai berikut :
a. Prasarana jalan
Akses jalan untuk pembuangan sampah ke TPA sudah cukup baik untuk
dilalui oleh truk pengangkut sampah. Akses jalan sebagian terbuat dari
aspal dan sebgaian lagi masih jalan berbatu yang diratakan.
b. Prasarana drainase
Prasarana drainase di TPA Batuan terletak disekeliling bangunan TPA
dengan lebar 20 cm dan terbuat dari beton dan pada dinding TPA lapisan
kedap air menggunakan lapisan karet pelindung yang memilki ketebalan
3 cm
c. Lapisan kedap air
Lapisan kedap air di TPA batuan menggunakan lapisan kerikil yang berada
diatas permukaan tanah TPA.
d. Fasilitas pengamanan gas
TPA batuan memiliki fasilitas pengamanan gas yang berada di lahan TPA
yang terbuat dari pipa- pipa yang dilubangi kecil- kecil.
e. Fasilitas pengamanan lindi
TPA Batuan memilki pengolahan lindi sebelum lindi dibuang ke lingkungan
untuk menghindari pencemaran air dan tanah di wilayah TPA. Fasilitas
pengamanan lindi terdiri dari saluran lindi, kolam penampungan lindi dan
f.

sumur pantau.
Alat berat
Alat berat yang dimiliki oleh TPA Batuan untuk pengelolaan sampah

adalah buldozer dan excavator


g. Penghijauan
Penghijauan lahan disekitar tempat pembuangan sudah cukup baik.
Dikarenakan TPA berada di pelosok desa sehingga penghijauan cukup
memadai

untuk

mencegah

terjadinya

pencemaran

udara

dan

meningkatkan estetika lingkungan.


h. Fasilitas penunjang lainnya
Fasilitas lainnya yang dimiliki oleh TPA Batuan seperti toilet, tempat parkir
dan kantor pengawas aktifitas pengelolaan sampah
B. Teknis Operasional Pengelola Sampah di TPA (Tempat Pembuangan
Akhir)
1. Tahap operasi pembuangan
Tahap operasi pembuangan di lahan TPA yaitu :
a. Pengangkutan sampah dilakukan setiap hari antara jam 6- 9 pagi.
b. Sampah yang diangkut oleh truk pengangkut sampah menuju ke lokasi
zona yang masih aktif.
c. Pembongkaran sampah dari truk dilakukan di zona yang aktif.
18

d. Sampah dari truk dipilih oleh pemulung sekitar untuk sampah yang
masih memilki nilai jual.
e. Perataan sampah dilakukan setiap hari siktar jam 1 siang dengan
menggunakan excavator dan dicampur menggunakan pasir.
f. Pemadatan dilakukan menggunakan alat berat.
g. Penutupan sampah belum dilakukan dikarenakan volume sampah
belum banyak dan masih zona satu yang diaktifkan.
2. Pengaturan lahan
Pengaturan lahan TPA dilakukan dengan pengaturan zona. Pengaturan
lahan TPA dibagi menjadi 5 zona. Sampai saat ini masih satu zona yang
digunakan dikarenakan volume sampah yang sedikit dan lahan yang
diaktifkan masih mampu menampung sampah.
C. Metode Pembuangan Sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
Metode pembuangan sampah yang digunakan oleh TPA Batuan yang
dikelola oleh Kantor Kebersihan dan Kabupaten Sumenep adalah sistem
controlled landfill. Metode ini merupakan peningkatan
dumping. Metode tersebut dioperasikan sejak

dari sistem open

bulan maret tahun 2015

dengan luas lahan sebesar 1,5 ha. pembuangan sampah dengan metode ini
dibagi menjadi 5 zona atau sel untuk penghematan lahan.
Volume sampah yang dibuang ke TPA sebesar 188 m3 / hari dan
dikarenakan metode controlled landfill baru dioperasikan sehingga lahan TPA
yang digunakan zona pertama. Bangunan metde controlled landfill berbentuk
lingkaran yang terdiri dari :
1. Bagian bawah dilapisi oleh kerikil untuk menyerap air hujan sehingga tidak
2.

tergenang dengan sampah yang menyebabkan sampah cepat membusuk.


Dindingnya dilapisi oleh karet pelindung dengan ketebalan 3 cm yang

berfungsi untuk menyerap panas.


3. Dinding terbuat dari beton untuk menghindari untuk memperkuat
bangunan tersebut.
Fasilitas yang disediakan untuk memperlancar penerapan metode
controlled landfill adalah sebagi berikut :
1. Saluran drainase. Saluran ini terdapat di sekeliling bangunan TPA dengan
lebar 20 cm yang digunakan untuk mengendalikan air hujan. Saluran
tersebut dimaksudkan agar air hujan tidak tercampur ke sampah dan dari
saluran tersebut air hujan dialirkan ke tanah masyarakat sekitar.
2. Saluran pengumpul lindi. Saluran ini tertanam di dalam TPA dan dialirkan
ke kolam pengolahan lindi untuk diolah lebih lanjut agar tidak mencemari
lingkungan.

19

3. Fasilitas pengendali gas metan. TPA batuan memiliki fasilitas pengendali


gas metan yang terbuat dari pipa yang berada di lahan TPA sebanyak 21
pipa.
4. Alat berat. Alat berat yang digunakan oleh TPA Batuan berupa buldozer
yang digunakan untuk memadatkan sampah dan excavator untuk
mengumpulkan sampah agar tetap berada di zona aktif dan tidak
menyebar ke zona pasif.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Fasilitas Pengelola Sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
Fasilitas- fasilitas sarana dan prasarana yang dimilki oleh TPA Batuan,
diantaranya adalah :
1. Prasarana Jalan
Prasarana jalan merupakan prasarana dasar yang sangat menentukan
keberhasilan pengoperasian TPA. Semakin baik kondisi jalan akan
semakin lancar kegiatan pengangkutan sampah. Kondisi jalan di TPA
sudah cukup baik dimana sudah dilengkapi dengan jalan masuk yaitu jalan
yang menghubungkan TPA dengan jalan umum. Akses jalan masuk dii
TPA telah berkonstruksi aspal sehingga memudahkan pengangkutan
sampah dan menghindari terjadinya pencemaran debu akibat lalu lintas
cntainer atau truk pengangkut sampah. Selain jalan masuk, terdapat jalan
operasi/kerja, yaitu jalan yang dilalui kendaraan pengangkut menuju titik
pembongkaran sampah. Kondisi jalan ini di TPA batuan masih jalan
berbatu yang diratakan dengan tanah. Menurut Dirjen Cipta Karya (2013),
hal ini dapat menimbulkan pencemaran debu akibat lalu lintas kendaraan

20

yang aktif setiap hari, sehingga perlu diperbaiki lagi mengingat masih
terdapat pemulung disekitar wilayah pembongkaran yang nantinya dengan
adanya pencemaran tersebut dapat menggangu pernafasan pemulung
dan orang- orang yang berutinitas di sekitar pembongkaran sampah.
2. Prasarana Drainase
Prasarana drainase di TPA batuan yang terdapat disekeliling bangunan
TPA dengan lebar 20 cm dan terbuat dari betn sudah cukup baik. Hal ini
dikarenakan drainase sudah berfungsi dengan baik yaitu mengendalikan
limpasan air hujan yang nantinya dapat memperkecil aliran air yang masuk
ke timbulan sampah. Namun, pada saluran drainase saat kering masih
terdapat sampah di saluran drainase. Hal ini apabila tidak dibersihkan
akan dapat menyumbat aliran saluran drainase, sehingga apabila tidak
terdapat pemeliharaan terhadap drainase maka drainase tidak dapat
berfungsi dengan baik (Sari,2012) .
3. Lapisan Kedap Air
Lapisan kedap air di TPA batuan berfungsi untuk mencegah rembesan air
lindi yang terbentuk di dasar TPA ke dalam lapisan tanah dibawahnya,
sehingga di TPA batuan pada dasar TPA menggunakan kerikil sebagai
dasar TPA dan berfungsi sebagai lapisan kedap air. Sedangkan untuk
lapisan dinding TPA untuk mencegah rembesan lindi ke dinding bangunan
TPA menggunakan lapisan karet pelindung yang memilki ketebalan 3
cm, sehingga berfungsi sebagai lapisan kedap air.
4. Fasilitas Pengamanan Gas
Gas yang terbentuk di TPA umumnya berupa gas karbon dioksida dan
metan dengan komposisi hampir sama,

disamping gas-gas lain yang

sangat sedikit jumlahnya. Kedua gas tersebut memiliki potensi besar


dalam proses pemanasan global terutama gas metan, karenanya perlu
dilakukan pengendalian agar gas tersebut tidak dibiarkan lepas bebas ke
atmosfer (Ardeah, 2013). Untuk itu TPA batuan memasang pipa pipa
ventilasi agar gas dapat keluar dari timbulan sampah. Pipa- pipa ventilasi
tersebut diletakkan di area lahan TPA sebanyak 21 pipa dengan jarak yang
teratur sehingga semua dapat menutupi semua area lahan TPA.
5. Fasilitas Pengamanan Lindi
Fasilitas pengamanan lindi dimaksudkan agar lindi yang terbentuk
dalam timbulan sampah tidak mencemari air dan tanah disekitar TPA
dikarenakan lindi dapat melarutkan banyak sekali senyawa yang ada
sehingga memiliki kandungan pencemar khususnya zat organik sangat
21

tinggi (Ardeah, 2013). Fasilitas pengamanan lindi di TPA Batuan terdiri


dari saluran lindi, pengolahan lindi dan sumur pantau.
Saluran lindi terbuat dari perpipaan yang tertanam didalam tanah
area lahan TPA sehingga lindi begitu mencapai dasar TPA dapat
mengarah langsung pada titik pengumpulan yang disediakan atau tempat
pengolahan lindi selanjutnya. Pengolahan lindi atau kolam penampung
lindi terdiri dari 4 kolam. Dimana kolam 1 digunakan sebagai kolam
penampung awal lindi. Kolam 2 terdapat 4 bagian yang digunakan untuk
pengendapan air lindi. Kolam 3 sebagai kolam pengendapan lanjut dan
kolam 4 merupakan kolam pengolahan lindi terakhir sebelum lindi dialirkan
ke sumur pantau dan dialirkan ke lingkungan. Kolam lindi terbuat dari
beton

sehingga

dapat

mengurangi

atau

memperkecil

terjadinya

kebocoran. Pengurasan lindi dari sampah juga dilakukan oleh pihak kantor
kebersihan agar lindi aliran lindi dapat berjalan dengan lancar. Sumur
pantau merupakan sumur yang disediakan untuk memantau kualitas air
lindi secara fisik yaitu dengan cara menanam rumput di area sumur
pantau. Apabila rumput yang dialiri air lindi dari proses pengolahan tumbuh
berarti kualitas air lindi sudah cukup baik. Untuk pemantauan kuantitas
secara kimia belum dilakukan dikarenakan pengoperasian pengolahan air
lindi belum mencapai 6 bulan sedngkan pemeriksaan kuantitas air lindi
yang telah diolah direncanakan setiap 6 bulan sekali leh pihak Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Sumenep.
6. Alat Berat
Alat berat yang dimiliki oleh TPA Batuan untuk pengelolaan sampah
adalah buldozer dan excavator. Buldozer digunakan untuk pemadatan
sampah dan excavator digunakan untuk penggalian sampah dan
pencampuran sampah. Kedua alat tersebut sangat membantu dalam
pengolahan sampah dengan metode controlled landfill ( Suma, 2009).
7. Penghijauan
Penghijauan lahan disekitar tempat pembuangan sudah cukup baik.
Dikarenakan area TPA berada di pelosok desa sehingga penghijauan
cukup memadai untuk mencegah terjadinya pencemaran udara akibat bau
yang ditimbulkan oleh sampah dan meningkatkan estetika lingkungan
akibat dari timbulan sampah (Sari, 2012).
8. Fasilitas Penunjang Lainnya.
Fasilitas lainnya yang dimiliki oleh TPA Batuan seperti toilet, tempat parkir
dan kantor pengawas aktifitas pengelolaan sampah. Adanya fasilitas

22

penunjang tersebut dapat menunjang

dan memperlancar aktifitas

pengelolaan sampah.
TPA Batuan telah memiliki fasilitas sarana dan prasarana pengelolaan
sampah di TPA. Namun masih terdapat fasilitas yang belum tersedia seperti
fasilitas penerimaan dan penimbangan sampah. Fasilitas penerimaan dan
penimbangan dimaksudkan sebagai tempat pemeriksaan sampah yang datang,
pencatatan data, dan pengaturan kedatangan truk sampah, sehingga volume
sampah yang dibuang ke TPA jumlahnya dapat diketahui dan dilakukan
perencanaan pembangunan lahan lebih lanjut apabila jumlah sampah telah
memenuhi area lahan TPA.
B. Teknis Operasional Pengelola Sampah di TPA (Tempat Pembuangan
Akhir)
1. Tahap Operasi Pembuangan
Tahap operasi pembuangan sampah merupakan tahap kegiatan operasi
pembuangan sampah di TPA. Kegiatan operasi TPA Batuan yaitu :
a. Pengangkutan sampah dilakukan setiap hari antara jam 6- 9 pagi.
b. Sampah yang diangkut oleh truk pengangkut sampah menuju ke lokasi
zona yang masih aktif.
c. Pembongkaran sampah dari truk dilakukan di zona yang aktif.
d. Sampah dari truk dipilih oleh pemulung sekitar untuk sampah yang
masih memilki nilai jual.
e. Perataan sampah dilakukan setiap hari sekitar jam 1 siang dengan
menggunakan excavator dan dicampur menggunakan pasir.
f. Pemadatan dilakukan menggunakan alat berat.
g. Penutupan sampah belum dilakukan dikarenakan volume sampah
belum banyak dan masih zona satu yang diaktifkan.
Dari tahap diatas telah berjalan dengan cukup baik untuk
pembuangan sampah dengan metode controlled landfill. Namun terdapat
tahap operasi yang belum dilakukan oleh TPA Batuan yaitu penerimaan
dan penimbangan sampah di pos pengendali untuk dihitung volume
sampah yang dibuang ke TPA sebelum pembongkaran sampah di TPA.
Pemberiaan informasi di pos pengendali dapat menjadi informasi untuk
meningkatan pengelolaan sampah mendatang sehingga pembuangan
sampah ke TPA dapat dikoordinir dengan baik (Dirjen Cipta Karya, 2013).
2. Pengaturan lahan
Pengaturan lahan di TPA dimaksudkan agar pemanfaatan lahan TPA
dapat dilakukan secara efektif dan efisien dalam pembuangan sampah ke
TPA. Pengaturan lahan TPA Batua dilakukan dengan pengaturan zona. .

23

Pengaturan lahan TPA dibagi menjadi 5 zona. Sampai saat ini masih satu
zona yang digunakan dikarenakan volume sampah yang sedikit dan lahan
yang diaktifkan masih mampu menampung sampah. Diperkirakan 1 zona
dapat diaktifkan 3 tahun untuk berpindah ke zona yang lain (Ardeah,
2013).

C. Metode Pembuangan Sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir)


Metode pembuangan sampah di TPA Batuan menggunakan sistem
controlled landfill, dimana sistem ini merupakan peningkatan dari sistem open
dumping . Lahan untuk pembuangan sampah dengan menggunakan metode
ini sebesar 1,5 ha. Bangunan tempat pembuangan sampah di TPA batuan
untuk sistem controlled landfill telah memenuhi syarat dimana trdapat lapisan
kedap air pada bagian bawah lahan TPA dan dinding bangunan TPA sehingga
dapat mengurangi terjadinya pencemaran tanah akibat rembesan lindi. Selain
itu,

dinding

tempat

pembuangan

TPA terbuat

dari

beton

sehingga

meminimalkan terjadinya kebocoran maupun kerusakan pada bangunan TPA.


Fasilitas penunjang metode controlled landfill yang tersedia di TPA
Batuan sudah cukup baik, diantaranya seperti; saluran drainase yang
berfungsi untuk mengendalikan air hujan sehingga air hujan tidak tercampur
ke dalam timbulan sampah. Saluran pengumpul lindi menjadi penunjang
kelancaran pembuangan sampah dengan metode contrlled landfill sehingga
lindi akibat timbulan sampah tidak mencemari air dan tanah disekitar area TPA
mengingat kandungan lindi yang dapat mencemari keberadaan biota di
lingkungan TPA (Dirjen Cipta Karya , 2013). Fasilitas pengendali gas metan
juga telah tersedia sebagai penunjang sistem controlled landfill di TPA Batuan,
dengan adanya fasilitas penagaman gas maka gas yang berasal dari timbulan
sampah dapat dikendalikan sehingga tidak menyebabkan pencemaran udara
yang dapat menurunkan kualitas udara sekitar area TPA (Ardedah, 2013).
Keberadaan alat berat sebagai penunjang dalam pembuangan sampah
dengan sistem controlled landfill sudah cukup baik sehingga pembagian zona
pembuangan sampah tertata dengan baik dan efektif.

24

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki oleh TPA Batuan untuk
meningkatkan pengelolaan sampah adalah prasarana jalan, prasarana
drainase, lapisan kedap air, fasilitas pengamanan gas, fasilitas
pengamanan lindi, alat berat, penghijauan dan fasilitas penunjang
lainnya.
2. Teknis operasional sampah di TPA Batuan secara tahap operasi telah
berjalan dengan lancar. Namun belum terdapat tahap proses penerimaan
dan penimbangan sampah yang dibuang ke lahan pembuangan sampah.
Untuk

pengaturan

lahan

pembuangan

sampah

di

TPA Batuan

menggunakan pengaturan zona dimana lahan pembuangan dibagi


menjadi 5 zona.
3. Metode pembuangan sampah di TPA Batuan menggunakan metode
controlled landfill dikarenakan jumlah sampah yang dibuang berdasarkan
jumlah container dan truk pengangkut sampah sebanyak 188 m3/ hari
dengan luas lahan 1,5 ha.
B. Saran
Bagi Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sumenep, sebaiknya :
1. Menggunakan konstruksi aspal atau beton pada jalan operasi TPA untuk
mengurangi pencemaran debu akibat lalu lintas truk/ container
2.

pengangkut sampah .
Melakukan pemeriksaan kuantitas lindi setelah pengolahan lindi
beroperasi sehingga fasilitas pengamanan lindi

dapat diketahui hasil

proses pengolahan lindi sudah berhasil atau belum secara kuantitas.


3. Terdapat fasilitas penerimaan sampah dan penimbangan sampah di pos
pengendalian agar volume sampah yang dibuang ke TPA setiap harinya
dapat dipantau untuk proses pengembangan dan pemanfaatan lahan
pembuangan agar lebih efektif dan efisien.

25

Daftar Pustaka
Ardedah, N. R. 2013. Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir (Tpa) Sampah Di
Kabupaten Sumenep. Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan. Skripsi.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Damanhuri, E. 2008. Diktat Landfilling Limbah. Fakultas Teknik Sipil Dan
Lingkungan. Diktat. Intitut Teknlogi Bandung.
Dirjen

Cipta

Karya.

2013.

Tempat

Pembuangan

Akhir.

Http://Pplp-

Dinciptakaru.Jatengprov.Go.Id/Sampah/File/777282715_Tpa.Pdf.

12

Agustus 2015
Dirjen

Cipta

Karya.

2013.

Dasar

Pengelolaan

Sampah.

Http://Pplp-

Dinciptakaru.Jatengprov.Go.Id/Sampah/File/920227051_Dasar_Pengelolaa
n_Persampahan.Pdf. 12 Agustus 2015
Kantor Kebersihan Dan Pertamanan Kabupaten Sumenep. 2013. LKKD.
Sumenep : KKP Sumenep
Undang Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Sari, J. M.

2012. Pengelolaan Sampah Di TPA Piyungan Sebagai Sumber

Belajar Dalam Bentuk Modul Pengayaan Materi Pelestarian Lingkungan


Bagi Siswa Sma Kelas X Semester II. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta
Suma, E. 2009. Optimasi

Pemakaian Alat Berat Untuk Pekerjaan Sanitary

landfilll Di Tpa Leuwigajah. Jurnal Torsi. Volume Vii. No 2


Wijayanti, P. D. 2009. Hubungan Kepadatan Lalat Dengan Kejadian Diare Pada
Balita Yang Bermukim Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Bantar Gebang.

Fakultas Kesehatan Masyarakat. Skripsi. Universitas

Indonesia

26

Anda mungkin juga menyukai