Anda di halaman 1dari 6

BAB VI

PENERAPAN EKOTOKSIKOLOGI : PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


Pada bagian ini diketengahkan beberapa contoh penerapan ekotoksikologi, yang
diharapkan cukup mewakili banyaknya penerapan ekotoksikologi.
6.1 Kriteria Kualitas Lingkungan
Pengertian kriteria adalah hasil hasil yang didapat dari kajian ilmiah, dalam hal di
sini adalah ekotoksikologi. Apabila kriteria melibatkan pertimbangan aspek penerapan
seperti sosial, budaya, politik, ekonomi, maka dikenal sebagai standar.
Sebuah contoh untuk lingkungan laut akan disampaikan pada bagian ini. Sisamping
pertimbangan komponen lingkungan begitu banyak juga karena dimensi lingkungan laut di
Indonesia sangat luas dibanding daratan.
6.1.1

Penetapan Konsentrasi Zat


Tujuan pengendalian pencemaran laut pada akhirnya adalah melindungi
kehidupan laut guna mendukung tumpuan kehidupan berbagai aktivitasyang
berkelanjutan.
Salah satu upaya perlindungan kehidupan laut adalah pendekatan
ekotoksikologis. Dalam hal ini diperlukan kajian pokok prediksi efek negatif (PEN)
suatu zat bagi makhluk hidup laut.
Dalam ekotoksikologi, tujuan akhir kajian efek negatif zat adalah agara selama
umur kehidupan biota maka biota itu tidak mendapat efek negatif meskipun terpapar
zat. Untuk itu yang dicari adalah kkonsentrasi zat tanpa memberi efek negatif (No
Observed Effect Concentration NOEC). Untuk mendapatkan NOEC tentu saja
sangat lama maka digunakan metode prediksi. Prediksinya digunakan faktor
keamanan / UF (Uncertainty Factorc) / AF (Application / Assessment Factors),
dengan formula :
AF = MATC / LC 50 (dalam hal MATC = Maximum Acceptable Toxicant
Concentration akan dijelaskan kemudian).
Masyarakat Ekonomi Eropa (European Economic Community EEC)
memberikan angka angka UF sebagaimana tertuang pada Tabel 6.1.1.
Tabel 6.1.1. UF dan NOEC
Hasil kajian ekotoiksikologi
UF
NOEC
Hanya tersedia beberapa beberapa hasil uji 1000
Ecc-50/1000
akut EC 50
Jika tersedia hasil uji kronik EC -50
100
Ecc-50/100
Hasil kajian kondisi lapangan tanpa efek
1
NOEC
Keterangan : Ecc adalah yang paling kritis / terkecil diantara hasil hasil EC yang
didapat
Secara lengkap, pernyataan ekotoksikologis adalah : ECc-b-t (ECc =
konsentrasi zat terkecil zat penyebab efek; b = banyak (%) dan jenis biota terkena
efek; t = waktu terjadinya efek), misalnya EccCd 50 ikan nila 4 hari = 1 mg/l.
6.1.2

Penetapan Standar Kualitas Lingkungan Laut


Kualitas lingkungan laut, seperti juga lingkungan lainnya, dimaksudkan untuk
perlindungan bagi makhluk hidup khususnya dan umumny abagi segala sesuatu yang
ada di dalamnya serta bagi pengguna hasil laut.
Ekotoksikologi/11/25/2015

47

Sementara lepas dari kualitas lingkungan laut yang telah dibakukan melalui
aspek legal (dapat dijumpai dalam peraturan yang berlaku : Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup, Keputusan Gubernur, dan lainnya), disini akan dimulai dari dasar
pertimbangan penetapannya. Komponen pokok penetapan standar kualitas lingkungan
laut sesuai dengan maksudnya adalah seperti digambarkan pada Gambar 6.1.2.1.
Langkah langkah yang ditempuh :
1. PDK tiap zat yang bertendensi masuk ke lingkungan laut diestimasi dengan
berbagai model secara periodik dan akan diperoleh hasil misal A, B, C pada
periode I; D, E, F pada peride II; dst.
Ambil hasil terbesar diantaranya pada setiap periode. Pengambilan hasil
tersebut merupakan penetapan konsentrasi terbesar zat dalam lingkungan
laut (the highest concentration of a substance in marine environment).
Ketidaktentuannya pada periode I besar dan makin lama akan mengecil dengan
melakukan validasi lapangan bagi pDK secara periodik.
2. PEN tiap zat yang masuk ke lingkungan laut diestimasi dengan berbagai metode
ekotoksikologis secara peridok dan akan diperoleh hasil misalnya G, H, I pada
peride I; J, K, L pada periode II; dst.
3. PEN tiap zat bagi pengguna haisl hasil laut diestimasi dengan berbagai metode
toksikologis secara periodik dan akan diperoleh hasil misalnya M N, O pada
periode I; P, Q, R pada periode II; dst.
Ambil hasil terkecil diantara 2, dan 3 pada setiap periode. Pengambilan
hasil tersebut merupakan penetapan konsentrasi terkecil zat yang
memberikan efek negatif bagi lingkungan laut maupun pengguna hasil
hasil laut (the lowest observed effect concentration LOEC- of a
substance in connection with marine environment). Atau, konsentrasi
terbesar zat tanpa efek negatif bagi lingkungan laut maupun pengguna
hasil hasil laut (the highest observed effect concentration NOEC- of a
substance in connection with marine environment). Konsentrasi antara
NOEC dan LOEC dikenal sebagai maximum acceptable toxicant
concentration (MATC).
Ketidaktentuannya pada periode I besar dan makin lama akan mengecil dengan
melakukan validasi lapangan dan kajian epidemiologis bagi PEN secara periodik.
4. Dalam proses penetapan standar, hasil - hasil diatas dikaji secara tinjauan sosial,
ekonomi, budaya, politik da segi segi yang berkaitan lainnya sehingga standar
dapat dipakai sebagai acuan operasional. Disinipun terdapat faktor
ketidaktentuan.
Secara ilustratif, penetapan standar kualitas lingkungan laut yang makin
membaik digambarkan pada Gambar 6.1.2.1.
6.2 Pengelolaan Produk Industrial
Produk industrial baik yang telah beredar di pasaran maupun inovasi inovasi baru
sebelum dipasarkan / digunakan sangat penting masuk ke dalam Program Evaluasi
Keamanan (PEK) atau Safety Evaluation Programme (SEP), program tersebut bertujuan
menjaga keselamatan bagi konsumen dan lingkungan, sehingga akan dicapai harmonisasi
kesinambungan produksi, pemakaian dan pembuangan. PEK terdiri atas tahapan
sebagaimana Gambar 6.2.1.
Dalam cakupan ekotoksikologi keteknikan, secara prinsip PEK mengikuti kriteria
kualitas lingkungan tersebut di atas.

Ekotoksikologi/11/25/2015

48

Secara khusus dan bersifat normatif bagi informasi produk, OECD (Organization
for Economic Co operation and Development) dan EEC (European Economic
Community) membuat daftar data minimum pra pemasarana (Minimum Pre Marketing
Set of Data MPD) sebagaimana diketengahkan pada Tabel 6.2.1.
6.3 Rekayasa Teknologi Lingkungan
Beberapa contoh penerapan rekayasa teknologi lingkungan diketengahkan pada
pembahasan disini.
6.3.1

Pilihan Lokasi Kedalaman bagi Pembuangan di Laut


Dianggap telah diketahui bahwa profil pembuangan lumpur di laut dan resume
prediksi distribusi konsentrasi COD dalam lingkungan lapis atas dan lapis bawah
masing masing disajikan pada Gambar 6.3.1.1 dan Tabel 6.3.1.2.
Dianggpa pula bahwa prediksi NOEC COD sama dengan standar kualitas
COD air laut, yaitu 100 mg/l.
Jika :
1). Perlindungan utama adalah ekosistem laut
Untuk semua lapisan yang diprediksi terdapat konsentrasi COD 34,8 g/l, maka
pembuangan lumpur ke laut tidak diperkenankan, kecuali perlu penurunan
kandungan COD pada sumbernya hingga mencapai 100 mg/l, atau laut mampu
memberikan pengeneran COD hingga sesuai standarnya.
2). Jika penguraian COD pada sumbernya belum memungkinkan maka untuk
pengutamaan pencegahan efek negatif akan lebih baik lumpur dibuang pada
lapisan bawah.
Pilihan ke 2 tersebut dipertimbangkan bahwa kemungkinan biota terkena efek
akan tetap berada pada lapisan bawah (tidak upwelling ke lapisan atas) sehingga
biomagnifikasi COD dapat diperkecil (tidak menjangkau produsen primer).
Bandingkan jika pembuangan lumpur di lapisan atas maka kemungkinan biota
produsen primer mati terkena efek akan mempengaruhi mata rantai biota yang
panjang (biomagnifikasi COD menjadi besar).
Secara kuantitatif ditentukan dengan rasio PDK / PEN, jika rasio PDK / PEN
lapis bawah < rasio PDK / PEN lapis atas, maka pembuangan lumpur lebih baik di
lapis bawah.
6.3.2

Pilihan Lokasi Horisontal bagi Pembuangan di Laut


Secara prinsip hanya menetukan rasio PDK / PEN sebagimanan kuantifiaksi
kasus pilihan lokasi kedalaman di atas. Dimanan lokasi mempunyai rasiio PDK / PEN
lebih besar disana lebih berbahaya dibanding lainnya. Jadi, secara ideal dipilih lokasi
dengan rasio PDK / PEN terkecil diantara banyak pilihan lokasi.
Metode ekotoiksikologis bagi penetapan pilihan lokasi pembuangan yang
maan, atau penetapan peringkat lokasi pembuangan, adalah efektif jika calon lokasi
lokasi pembuangan mempunyai perbedaan signifikan bagi diversifikasi makhluk
hidup dan variasi karakteristik fisik kimiawi. Kesemuanya agar terdapat hasil rasio
PDK / PEN berbeda.
6.3.3

Pembuangan Limbah Dalam Tanah


Di Netherland telah dilakukan percobaan lapangan dengan membuang limbah
ternak babi, ayam, sapi dna pupuk NPK ke dalam tanah. Efeknya ditinjau terhadap

Ekotoksikologi/11/25/2015

49

cacing cacing Allobophora calliginosa, Allobophora rosea, Allobophora rubellus.


Pemantauan efek selama 10 tahun menghasilkan fakta sebagaimana pada Tabel 6.3.3.
Dengan informasi tersebut untuk pupuk NPK sebagai kontrol sebesar 400 kg
N/ha/th, maka aplikasi limbah ke dalam tanah yang setara pupuk NPK adalah :
Limbah ternak babi < 10 ton/ha/th
Limbah ternak sapi = 30 ton/ha/th
Limbah ternak ayam > 50 ton/ha/th
6.4 Pemantauan Sumber Aktivitas dan Lingkungan
6.4.1 Indikator Ekotoksis Produktivitas Laut
Laut boleh dikata merupakan prasarnan lingkungan produktif dari sudut areal,
volumetrik dan diversifikasi produksi. Suatu keharusan bahwa potenis demikian perlu
perlindungan dan peningkatan.
Dibanding dengan daratn, yang justru separo lebih kecil dibanding laut,
produktivitasnya jauh lebih besar (minimum sekitar 300 produktivitas laut). Hal
demikian disebabkan daratan kaya nutrien.
Diketahui abhwa buangan daratan yang menuju laut, sebagian mengandung
nutrien bagi produktivitas laut dan sebagian bersifat destruktif.
Maka, upaya pengendalian pencemaran laut terletak pada kemampuan
penyediaan nutrien bagi produktivitas lait dan dalam waktu bersamaan pengendalian
pencemar destruktif bagi perlindungan produktivitas itu.
Upaya demikian, melalui metode ekotoksikologis, ringkasnya diperlukan
prediksi NOEC zat bagi produktivitas laut.
Priduktivitas laut berpangkal kepada energi, khususnya sinar matahari guna
menghasilkan karbon (C), disamping nutrien utama N, P dan nutrien lainnya.
Produsen primer karbon adalah fitoplankton. Keberadaan fitoplankton
menghasilkan produsen sekunder dari kalangan zooplankton herbivora, yang
memakan fitoplankton.
Selanjutnya zooplankton herbivora dikonsumsi zooplankton karnivora primer
sebagai produsen tersier. Zooplankton karnivora primer dikonsumsi zooplankton
karnivora sekuder (yang utama adalah ikan). Yang terakhir itu merupakan sumber
produksi laut atau sember energi bagi konsumen karnivora tersier, manusia.
Pada setiap tahapan produksi konsumsi terjadi proses kehilangan energu baik
melalui ekskresi, respirasi maupun kematian. Secara ideal hasil neto penggunaan
energi dari siklus tersebut disajikan pada Gambar 6.4.1.1.
Tumbuhan mati dan ekskreta dimanfaatkan oleh bakteria sebagai dekomposer.
Proses mineralisasinya menghasilkan nutrien, yang dapat dimanfaatkan kembali ileh
para produsen di atas.
Kajianutama diarahkan keapda produsen primer, karena jika prodisen primer
terganggu maka seluruh ekosistem terganggu. Mengamati Gambar 6.4.1.1, produsen
primer hidup dengan proses proses aktivitas bersamaan, yaitu fotosintesis dan
respirasi.
Hasil produksi primer secasr indikatif diketahui dengan pengukuran proses
fotosintesis neto melalui metode sebagaimana ilustrasi Gambar 6.4.1.2.
DOx DOy = hasil proses fotosintesis neto sesuai kondisi kualitas air laut yang ada.
Selanjutnya disebut sebagai Dox Doy kontro;, atau (DOx DOy)0.
Dengan metode yang sama, sesuai Gambar 6.4.1.2, diperlukan beberapa
pasangan botol. Masing - masing pasangan botol dikontaminasi dengan zat pencemar
Ekotoksikologi/11/25/2015

50

dengan konsentrasi berbeda sebagai proses fotosintesis uji pencemar; untuk kejelasan
diketengahkan pada Gambar 6.4.1.3.
Hasil fotosintesis neto masing masing uji pencemar dengan konsentrasi
berbeda dinyatakan sebagai (DOx DOy) 1, 2, 3, ...dst. Kemudian diplot ke dalam
penampilan grafis sebagaimana Gambar 6.4.1.4, untuk penentuan EC 50
fitoplankton t.
Pengujian di atas dilakukan banyak kali, sehingga secara statistik hasilnya
valid. Hasil terkecil diantaranya merupakan (ECc 50 fitoplankton t) dan dapat
diprediksi NOEC = (ECc 50 fitoplankton t) / 1000.
6.4.2

Prediksi Bahaya Lingkungan Laut


Rasio PDK / PEN juga bermanfaat untuk penyusunan peringkat tingkat bahaya
lingkungan, sebagai alternatif sistem peringkat lokasi dalam metode ekologis.
Beberapa contoh keadaan relativitas antara PDK dan PEN :
1. Dalam lingkungan air laut : PDK < PEN (misalnya PDK = 1 g/l; PEN = EC cCOD
50 fitoplankton akut = 1,1 g/l)
Keberadaan COD dalam air laut dengan konsentrasi PDK sebesar 1 g/l diprediksi
tidak akan mengakibatkan 50 % populais fitoplankton terkena efek dalam waktu
pendek.
2. Dalam lingkungan air laut : PDK PEN (misalnya PDK = 1,1 g/l; 1,2 g/l; dst;
PEN = ECcCOD 50 fitoplankton akut = 1,1 g/l)
Keberadaan COD dalam air laut dengan konsentrasi PDK minimal sama dengan
PEN diprediksi akan mengakibatkan 50 % populasi fitoplankton terkena efek
dalam waktu pendek.
3. Dalam lingkungan air laut : PDK < PEN (PDK = 0,0009 g/l, PEN = NOEC
fitoplankton = 0,001 g/l)
Keberadaan COD dalam air laut dengan konsentrasi PDK diprediksi tidak akan
mengakibatkan populasi fitoplankton terkena efek selama umur kehidupannya.
4. Dalam lingkungan air laut : PDK PEN (PDK = 0,0011 g/l, PEN = NOEC
fitoplankton = 0,001 g/l).
Keberadaan COD dalam air laut dengan konsentrasi PDK diprediksi akan
mengakibatkan populasi fitoplankton terkena efek suatu saat dalam periode umur
kehidupannya.
Dengan demikian :
Makin besar rasio PDK / PEN, yaitu makin besar zat dalam lingkungan tertentu maka
kualitas lingkungan makin membahayakan kehidupan.
Secara ilustratif korelasi antara PDK dan PEN digambarkan pada Gambar 6.4.2.
6.4.3

Waktu Kelayakan Pembuangan


Dengan mengangap suatu lokasi, baik vertikal maupun horisontal, layak
sebagai tempat pembuangan dalam waktu saat ditetapkan, tidak berarti lokasi
dimaksud akan tetap layak sepanjang masa. Hal tersebut didasari pertimbangan bahwa
PED dan PEN bersifat berubah atas waktu.
Untuk dapat memprdiksi waktu kelayakan lokasi bagi pembuangan di laut,
tidak ada jalan lain kecuali melakukan pemantauan periodik. Sebagai ilustrasi
diketengahkan pada Gambar 6.4.3.
Berdasarkan Gambar 6.4.3 upaya memperlama waktu layak bagi lokasi
pembuangan adalah dengan memperbaiki kualitas buangan sehingga kecepatan
Ekotoksikologi/11/25/2015

51

kenaikan PDK diperlambat (garis kenaikan PDK lebih mendatar). Dengan upaya
demikian kualitas lingkungan membaik sehingga sekaligus akan memperlambat
kecepatan penurunan PEN (garis penurunan PEN lebih mendatar).
Jika upaya dimaksud terus menerus dilakukan maka akan dicapai kondisi ideal
berupa kelayakan pembuangan tanpa memberi efek negatif secara berkesinambungan.
6.4.4

Bioindikator dan Bioakumulator Polusi Udara


Polusi udara berhubungan dengan vegetasi dapat diidentifikasi melalui
mekanisme :
1. konentrasi berbagai polutan udara diukur dan kemungkinan efekna bagi vegetasi
dapat diprediksi jika diketahui korelasi konentrasi efek pada kondisi yang setara;
2. secara langsung dilakukan dengan pengukuran efek nyata polutan yang ada di
udara bagi vegetasi tinjauan.
Pengalaman Belanda dalam program pemantauan polusi udara dan efeknya
bagi tanaman menghasilkan informasi Tabel 6.4.4.
Metode pemantauan polusi udara secara ekotoksikologis menggunakan
bioindikator dan bioakumulator dilakukan dengan :
menyiapkan tanaman bioindikator dan atau bioakumulator dalam pot pot
plastik;
pot pot tanaman tersebut ditempatkan pada udara terbuka di tempat berbeda,
dimana diduga terdapat polutan tinjauan dan tempat tanpa polutan tinjauan
(sebagai kontrol);
pengamatan dilakukan secara periodik, dengan pembandingan antara tanaman
tercemar dan tidak tercemar polutan tinjauan (kontrol).
Metode lain adalah dengan penempatan tanaman uji di dalam rumah kaca
tanpa filter udara dan rumah kaca dengan filter udasra (sebagai kontrol).

Ekotoksikologi/11/25/2015

52

Anda mungkin juga menyukai