Anda di halaman 1dari 10

© 2013, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP

JURNAL ILMU LINGKUNGAN


Volume 11 Issue 2: 110-119 (2013) ISSN 1829-8907

KAJIAN DAMPAK LINGKUNGAN PENERAPAN TEKNOLOGI


BIOFLOK PADA KEGIATAN BUDIDAYA UDANG VANAME
DENGAN METODE LIFE CYCLE ASSESSMENT
Ma’in(1), Sutrisno Anggoro (1,2), Setia Budi Sasongko (1.3)
(1)Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro Email : mainspi@yahoo.com
(2) Jurusan Perikanan, FPIK, Universitas Diponegoro, Email: sutrisno.anggoro@yahoo.co.id
(3) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Email: sbudisas@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penerapan teknologi bioflok pada kegiatan budidaya vaname perlu dievaluasi, terkait
penggunaan sumberdaya alam dan energi listrik yang berpotensi mengakibatkan dampak
lingkungan disertai biaya investasi yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
dampak lingkungan dan menentukan strategi pengelolaan budidaya udang berbasis teknologi
bioflok. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan
metode penaksiran daur hidup. Kajian dibatasi pada kegiatan pembesaran di tambak “cradle
to farm gate”, unit yang digunakan adalah produksi 1 ton udang vaname. Hasil penelitian ini
menunjukkan teknologi bioflok mampu meningkatkan produksi per satuan luas lahan yang
digunakan dengan ukuran panen  16,4 gr/ekor, nilai FCR 1,3, SR 86 - 92%, dan SGR 15,6%.
Produksi per ton udang vaname menghasilkan dampak: acidification (Acd); 63.39 ± 15.37 kg
SO2eq, eutrophication (Eut); 14.10 ± 3.28 kg PO4eq, ; global warming potential (GWP); 7336.77
± 1,46 kg CO2eq, ; dan cumulative energy use (CEU) sebesar 101,64 ± 18.84 GJ. Strategi
pengelolaan perlu dilakukan dengan perbaikan manajemen pemberian pakan berbasis
kualitas
air, pengurangan konsumsi energi listrik, menerapkan panen bertahap dan menambahkan
kolam pengolahan limbah.

Kata Kunci : kajian, lingkungan, bioflok, budidaya udang,

ABSTRACT

The application of biofloc technology on white shrimp farming activities needs to be evaluated,
related to the use of natural resources and electrical energy that could potentially result in
environmental impacts with high investment costs. The purpose of the research is to analyze
environmental impact and determine management strategies of shrimp farming based biofloc
technology. This study is a quantitative descriptive research using life cycle assessment method.
The study is limited to farming activities in the pond "cradle to farm gate", the unit used is the
production of 1 ton of white shrimp. The results demonstrate that bioflok technology is able to
increase production per unit area of land used to harvest size.  16.4 g/ head with value of FCR
1.3, SR 86 - 92%, and 15,6% of SGR. Production per ton of white shrimp : acidification (Acd):
63.39 ± 15.37 kg SO2 eq, ; eutrophication (Eut): 14.10 ± 3.28 kg PO 4 eq, ; global warming
potential (GWP) : 7336.77 ± 1,460 kg CO 2 eq and cumulative energy use (CEU): 101, 64 ± 18,84
GJ. Management strategies need to be done with improved feeding management based on
water quality, reduction in electrical energy consumption, implementing partial harvest and
add the sewage treatment ponds.

Keyword : assessment, environmental, biofloc, shrimp farming


MA’IN, ANGGORO, S, SASONGKO,S.B : KAJAN DAMPAK LINGKUNGAN PENERAPAN TEKNOLOGI BIOFLOK

1. Pendahuluan
Populasi penduduk dunia untuk setiap gram nitrogen amonium yang
pertengahan 2012 mencapai 7,058 milyar diubah menjadi biomassa mikroba
dan diprediksi akan meningkat menjadi heterotrofik membutuhkan oksigen terlarut
8,082 milyar pada tahun 2025 (Population sebesar 4,71 g, alkalinitas 3,57 g dan 15,17 g
Reference Bureau, 2012). Meningkatnya karbohidrat, dan akan menghasilkan 8,07 g
populasi penduduk dunia akan biomassa mikroba serta 9,65 g karbon
meningkatkan eksploitasi sumberdaya alam, dioksida. Sedangkan Folke (1988)
diantaranya untuk pemenuhan bahan menjelaskan dalam budidaya intensif,
pangan. Udang dan produk perikanan pemberian pakan dan teknik pemeliharaan
lainnya berpotensi menjadi sumber bahan kualitas air dengan sistem tertutup dan
pangan karena memiliki nilai protein tinggi, pergantian air terbatas, membuka peluang
micronutrient penting untuk kesehatan penggunaan energi tinggi dan menghasilkan
manusia. Menurunnya hasil perikanan emisi gas rumah kaca yang signifikan.
tangkap akibat overfishing dan pembatasan Roy dan Knowles (1995) mengkritisi bahwa
tangkapan lestari mengkondisikan sektor teknologi bioflok hanya mengukur konversi
perikanan budidaya tumbuh agresif dengan TAN (total ammonia nitrogen) menjadi nitrit,
pertumbuhan rata-rata 8,8% per tahun sejak tetapi tidak memperhitungkan konsumsi O 2
tahun 1980. Produksi perikanan budidaya yang dibutuhkan untuk proses aerobik oleh
dari jenis crustacea (jenis udang-udangan) bakteri dalam proses mengubah nitrit
pada tahun 2010 terdiri dari 29.4% pada menjadi nitrat.
perairan tawar dan 70,6% dari perairan laut. Teknik bioflok dapat menyebabkan
Produksi komoditi spesies air laut masalah lingkungan lain yang berkaitan
didominasi oleh udang putih (Litopenaeus dengan akumulasi nitrat (Mook, et al, 2012).
vannamei), 77% diantaranya diproduksi Bunting dan Pretty (2007) mengungkapkan
negara-negara Asia termasuk Indonesia. dalam hal penggunaan energi, jejak karbon
(FAO, 2012). pada kegiatan budidaya udang meliputi
Perkembangan teknologi budidaya penggunaan langsung, seperti konsumsi
udang intensif disinyalir ikut memberi bahan bakar fosil dan konsumsi tidak
kontribusi terhadap kerusakan lingkungan, langsung seperti energi listrik. Klaim ramah
karena proses budidaya menghasilkan lingkungan teknologi bioflok masih terbatas
limbah yang bersumber dari pakan yang pada berkurangnya dampak lingkungan
tidak termakan dan sisa metabolisme. perairan, seperti pencemaran bahan organik,
Penggunaan lahan, air, konversi hutan penyebaran patogen dan efisiensi
mangrove, berkurangnya biodeversity dan penggunaan lahan dan air, sementara input
penggunaan energi fosil menjadi perhatian energi, kebutuhan bahan dan peralatan
dalam kegiatan usaha budidaya udang lainnya dalam penerapan teknologi bioflok
(Diana, 2009). Untuk mengurangi dampak juga berpotensi menyumbang dampak
negatif limbah budidaya terhadap lingkungan.
lingkungan, budidaya udang dapat dilakukan Penilaian dampak lingkungan dengan
dengan sistem zero exchange water sehingga metode life cycle assesment (LCA) dapat
dapat mengurangi resiko pencemaran oleh digunakan untuk mengidentifikasi
limbah budidaya (Crab, et al. 2009). komponen-komponen yang memberi
Pengendalian jumlah ammonia dapat kontribusi dampak terhadap kerusakan
dilakukan dengan penerapan teknologi lingkungan. Hasil kajian LCA juga dapat
bioflok (Avnimelech, 1999). digunakan untuk merumuskan langkah
Bioflok terbentuk pada kondisi aerob perbaikan dan mengurangi dampak
sehingga konsentrasi oksigen terlarut harus lingkungan sebuah kegiatan produksi
selalu terpenuhi, dibutuhkan asupan energi maupun jasa. Tujuan penelitian ini adalah
listrik yang cukup untuk menggerakan kincir menganalisis aspek lingkungan penerapan
air agar proses pencampuran air dapat teknologi bioflok pada kegiatan budidaya
mempertahankan suspensi flok mikroba dan udang vaname dan menentukan strategi
mengkondisikan proses-proses aerobik mengurangi dampak lingkungan dari
dalam perairan tambak berjalan optimal. penerapan teknologi tersebut.
Ebeling et al (2006) menjelaskan bahwa

111
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 11 (2) : 110-119, 2013 ISSN : 1829-8907

2. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei- Tahapan penilaian dengan metode
Agustus 2013 di area tambak pembesaran LCA dengan langkah berikut, pertama
udang vaname (Litopenaus vannamei) Balai penentuan goal and scope definition, dalam
Besar Pengembangan Budidaya Air Payau penelitian ini membatasi hanya pada fase
Jepara. Pembesaran dilakukan pada 6 petak cradle to farm gate yaitu penilaian hanya dari
tambak berukuran 2000 m2 (padat tebar 100 ayunan sampai proses pembesaran di
ekor/m2) dan 4 petak berukuran 500 m2 tambak. Satuan unit yang diukur yaitu
(padat tebar 80 ekor/m2), dengan kedalaman produksi 1 ton udang vaname. Kedua Life
kolam 1,2 m. Penebaran awal dengan bobot  Cycle Inventory mengikuti panduan ISO
0,01 gr/ekor, pakan menggunakan protein 14040 (ISO, 2006a), dengan melakukan
36%. Penelitian ini merupakan penelitian inventarisasi input bahan dan energi. Ketiga
diskriptif kuantitatif untuk mengkaji aspek life cycle impact assessment yaitu penilaian
lingkungan budidaya udang vaname yang mengenai dampak yang ditimbulkan
terhadap lingkungan berdasarkan data-data

Gambar 1. Batasan kajian Life Cycle Assessment dalam Penelitian ini


menerapkan teknologi bioflok. Kajian aspek yang diperoleh pada tahap LCI. Pada tahap
lingkungan menggunakan metode Life Cycle ini digunakan metode CML basline 2002+
Assessment (LCA) untuk mengukur dampak dan CEU. Sebagai komparasi akan digunakan
acidification (SO2 eq) eutrophication (PO4 metode IMPACT 2002+ dan ecoindicator`95.
eq), global warming potensial (CO2 eq)dan Alasan penggunaan metode tersebut adalah
cumulative energi use (GJ eq) dari kegiatan karena memenuhi semua kriteria dampak
budidaya tersebut dengan alat bantu yang akan diuji. Keempat life cycle
software simapro v.7.1. Kerangka LCA telah interpretation yaitu melakukan intrepretasi
diadaptasi dan diterapkan untuk untuk menilai hasil perhitungan berdasarkan
mengevaluasi sektor pertanian, peternakan, ISO 14044 (ISO, 2006b).
perikanan, dan sistem produksi budidaya Untuk melihat pengaruh dari asumsi-
(Aubin et al., 2006; Ayer and Tyedmers, asumsi yang sangat penting dan berpengaruh
2009; Papatryphon et al., 2004). Data primer terhadap hasil perhitungan LCA maka
diperoleh langsung dari lokasi penelitian dilakukan analisis sensitivitas. Prinsipnya
melalui pengamatan, wawancara, sederhana, dengan merubah asumsi dan
pengukuran langsung maupun analisis menghitung ulang asumsi tersebut dalam
laboratorium. Data sekunder didapatkan dari LCA. Analisis sensitivitas dengan tingkat
penelitian orang lain, instansi/ lembaga, kepercayaan tertentu, digunakan untuk
publikasi, buku maupun sumber-sumber lain menemukan kemungkinan menguji performa
yang dapat dipercaya. lingkungan melalui skenario permodelan.

112
3. Hasil dan Pembahasan Inventarisasi bahan dan Energi
3.1. Inventarisasi Bahan dan Energi pada tahap LCI bertujuan untuk
menunjukan pengaruh lingkungan per Selain data primer yang diperoleh dari
bagian siklus kegiatan budidaya udang obyek penelitian karena keterbatasan data
dengan teknologi bioflok. Fase ini lapangan, dukungan data sekunder untuk
digunakan untuk mengidentifikasi area mendukung penilaian siklus hidup dalam
yang memiliki kemungkinan besar penelitian ini diperoleh dari studi pustaka
memberi kontibusi dampak negatif dan basis data yang tersedia dari software
terhadap kualitas lingkungan, untuk yang digunakan.
kemudian dilakukan perbaikan melalui Hasil produksi selama  100 hari
konservasi sumberdaya alam dan pemeliharaan menghasilakan nilai FCR
pengurangan emisi dari penggunaan 1,30,1, SR 86 - 92%, SGR 15,6% dan ukuran
energi. Hasil inventarisasi bahan dan
panen  16,4 gr/ekor. Data kualitas air
energi pada 10 petak tambak untuk
dengan nilai rata-rata alkalinitas 7518 mg/l,
memproduksi 1 ton udang vaname
pH 7,7  0,3, DO 5,8  0,3 mg/l, TAN 0,21 
terdapat pada Tabel 1. Perhitungan
0,3 mg/l, NO2 1,25  2,28 mg/l, NO3 1,85 
seluruh material dan energi pada proses
3,16 mg/l, PO4 0,84  0,59 mg/l, bahan
budidaya dikonversi untuk produksi 1 ton
udang vaname. organik 173,09  71,27 mg/l, salinitas 17,4 
Penggunaan HDPE untuk melapisi 4,6 ppt, suhu 29,7  0,8 0C, dan kecerahan
2000 m2 dibutuhkan 2270 m2 dengan 29,7  9,9 cm. Data sarana produksi adalah
bobot rata-rata 0,71 kg per meter data primer yang diperoleh selama proses
(ketebalan 0,75 mm) dibutuhkan 1,618 penelitian sedangkan untuk data produksi
kg. Namun usia pemakaian HDPE adalah 5 pakan dan produksi benih udang vaname
tahun, dengan perhitungan 1 tahun 3 adalah data sekunder berdasarkan penelitian
siklus budidaya, maka setiap siklus hanya Cao (2012).
mengunakan 108 kg, karena rata-rata Data energi yang digunakan terdapat
produksi  2,9 ton maka input pada Tabel 2. Keseluruhan data digunakan
infrastruktur plastik HDPE untuk untuk membangun diagram alur yang
memproduksi 1 ton udang vaname adalah menggambarkan proses produksi sesuai
39 kg. Begitu juga perhitungan dengan dengan alur produksi, input bahan, energi
bahan-bahan yang lain, tergantung pada dan penggunaan sumber daya selama
besaran dan umur pemakaian. pembesaran udang vaname. Transportasi
bahan dihitung berdasarkan moda
Tabel 1. Inventarisasi Bahan dan Energi serta transportasi yang digunakan, kuantitas
Output Pembesaran Vaname bahan dan jarak yang ditempuh, hasil akhir
perhitungan menghasilkan satuan tkm
(ton*km). Bahan pakan udang berupa tepung
Nilai ikan sebagian diperoleh dengan impor dari
Jenis Material (Rerata±SD) Satuan
Peru dengan jarak 18.000 km menggunakan
Input HDPE 39 ± 0,0025 kg kapal kargo, dan sebagian dari tepung ikan
Infrastruktur Pipa PVC 4,43 ± 2,18 kg lokal yang berasal dari Muncar, Jawa Timur
Air Laut 667.937 ±345 liter dengan jarak 1057 km menggunakan truk
Benih 0,35 ± 0,007 kg kapasitas 28 ton. Semua transportasi bahan
Pakan 1.438,05 ± 125 kg dihitung sampai ke lokasi pabrik, sehingga
H2O2 35,74 ± 1,06 kg
bahan-bahan impor yang mendarat di
pelabuhan masih ditambahkan jarak
Klorin 86,77 ± 6,74 kg
pelabuhan ke lokasi pabrik. Tranportasi
Input Proses Listrik 2.930 ± 127,7 kwh pakan udang dihitung berdasarkan jarak
Molase 99,8 ± 51,6 kg pabrik ke lokasi pembesaran udang di
Kg Jepara.
P 2O 5 1,66 ± 1,1
ZA 7,79 ± 3,35 Kg
CaCO3 156,27 ± 53,3 Kg
Output Total N 14,89 ± 10,14 Kg
Total P 1,32 ± 0,89 Kg

113
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 11 (2) : 110-119, 2013 ISSN : 1829-8907

3.2. Penilaian Dampak Lingkungan software dengan kesamaan karakter yaitu


Setiap kegiatan produksi atau jasa listrik yang berasal dari pembangkit dengan
dapat mengakibatkan dampak terhadap bahan bakar batubara. Limbah pembesaran
lingkungan, seperti halnya kegiatan udang berupa total N dan P dimasukan
pembesaran udang. Dampak lingkungan dalam komponen terpisah berupa output
tersebut mempunyai skala dampak terhadap limbah hasil budidaya.
1 p Life Cycle
Pembesaran Udang Vaname
100%

1 p Sarana dan Media 1,06E4 MJ 1 p Limbah Budidaya 1 p Pakan Udang 1 p Benih Udang
Budidaya Electricity from coal B250 Vaname

17,5%43,1%1, 68%37,7%0,0351%

1p 1p 1p 1, 44 p 1,44 p 0,00035 p 0, 00035 p


Air Laut Bahan Kimia Infrastruktur Pakan Udang Limbah Produksi Benih Vaname Limbah Produksi
Tambak Pakan Benih

7,25% 8, 95% 1,32% 37,7% 0% 0,0351% 0%

39 kg 4, 42 kg 24,2 tkm 1, 23E3 kg


HDPE B250 PVC B250 Truck 28t B250 Limbah dari
Produksi pakan

1,14% 0, 125% 0,0523% 0%

Gambar 2. Pohon Daur Hidup Dampak Lingkungan pada Kategori Pemanasan Global

ruang dan dalam skala waktu. Pengaruh


acidification dapat memberi dampak dalam Dari lima komponen yang menyusun
skala regional sedangkan eutrophication pohon siklus, peranan komponen dalam tiap
berdampak regional dan lokal, keduanya kategori dampak dapat ditunjukkan dengan
dapat memberi pengaruh dalam skala waktu menampilkan garis hubung tebal dan garis
tahunan. Global warming dampaknya pada tipis sesuai kontribusinya pada daur siklus.
kisaran puluhan bahkan ratusan tahun pada Pada kategori dampak pemanasan global,
skala global, sedangkan cumulative energy penggunaan energi listrik mempunyai garis
use pada kisaran ratusan tahun pada area paling tebal, menyusul pakan udang dan
regional maupun lokal. Pada diagram pohon
daur hidup terdapat 4 komponen yaitu 100%
90%
sarana produksi, pakan udang, benih udang
prosentase kontribusi dampak(%)

80%
dan energi listrik serta sebagian berupa 70%
output limbah akhir budidaya (Gambar 2). 60%

Komponen sarana produksi meliputi 50%


40%
air laut, bahan kimia dan infrastruktur 30%
tambak. Penggunaan probiotik tidak 20%
dimasukkan dalam komponen ini, selain 10%
0%
kuantitasnya relatif kecil, basis data untuk AcdEutGWCEU
input material tersebut sulit didapatkan.
Komponen pakan udang dan benih udang
sebelum dimasukkan ke dalam rangkaian
pohon daur hidup terlebih dahulu dibuat
siklus hidup tersendiri untuk menyertakan (kg SO2eq) (kg PO4eq) (kg CO2eq)(GJeq)
Sarana ProduksiEnergi ListrikLimbah Budidaya
output limbah proses tersebut. Komponen
Gambar 3. KontribusiPenggunaan
Pakan Udang Bahan dan Energi terhadap dampak lingkunga
Benih Vanname
energi listrik menggunakan basis data energi
listrik yang terdapat dalam basis data

114
diikuti sarana produksi. Peran pakan dan penggunaan energi

Tabel 2. Hasil perhitungan LCIA 1 ton Udang Vaname dengan Teknologi Bioflok

Acd Eut GW CEU


Kategori Dampak
(kg SO2eq) (kg PO4eq) (kg CO2eq) (GJeq)
Sarana Produksi 8,18 0,67 1.285,53 24,60
Energi Listrik 17,86 1,15 3.162,45 34,88
Limbah Budidaya 0,70 4,49 123,37 1,36
Pakan Udang 37,05 7,80 2.762,84 40,77
Benih Vanname 0,01 0,00 2,57 0,03
Total (±SD) 63,79±15,37 14,10±3,28 7.336,77±1.460 101,64±18,84

listrik mendominasi pada setiap kategori


Sedangkan limbah budidaya dan dampak lingkungan yang ditimbulkan,
benih udang vaname bergaris tipis, karena kecuali eutrofikasi di mana limbah budidaya
mempunyai peran yang kecil dapat lebih tinggi. Sama halnya peran kedua
diabaikan. Kontribusi terbesar dampak komponen tersebut pada aspek ekonomi,
acidification (63,79 kg SO2 eq) berasal dari pakan menyumbang 56% biaya produksi,
penggunaan pakan udang sebesar 58%, dan listrik sebesar 17% pada biaya
diikuti energi listrik 28% dan sarana operasional budidaya.
produksi sebesar 13% (Tabel 2 dan Gambar Penilaian siklus hidup dapat
3). menggunakan banyak metode sesuai
Dampak yang berasal dari pakan kebutuhan dan tujuan dari penelitian yang
udang 72% diantaranya adalah berasal dari dilakukan. Perbandingan dilakukan untuk
bahan pakan yang didominasi oleh mengevaluasi hasil pengujian karena
penggunaan tepung ikan impor. Dalam perbedaan metode dapat membedakan hasil
produksinya pabrikan pakan udang pengujian. Untuk memastikan dampak
di Indonesia masih mengadalkan tepung ikan lingkungan dari kegiatan pembesaran
impor sebesar 75% terutama dari Peru, intensif udang vaname dengan bioflok maka
pakan ikan lokal digunakan sebagai dilakukan perbandingan dengan
campuran karena dinilai kualitasnya kurang menggunakan metode lainnya yaitu eco-
baik. Dalam perhitungan ini persentase indocator `95 dan IMPACT 2002+.
tepung ikan lokal hanya sebesar 25%. Hasil perhitungan menunjukan dari
Pengaruh besar pengggunaan tepung ikan ketiga metode memiliki kesamaan hasil
impor dipengaruhi oleh besarnya energi dengan selisih yang tidak terlalu lebar,
yang digunakan untuk proses pengangkutan, kecuali metode IMPACT 2002+ yang
serta proses penangkapan ikan yang merepresentasikan dampak acidification
menggunakan energi dari bahan bakar fosil. lebih besar dibanding kedua metode lainnya,
Eutrofikasi (eutrophication) juga sedangkan dampak eutrofication lebih
masih didominsi oleh penggunaan pakan rendah. Kategori dampak global warming
udang sebesar 55% yang berasal dari proses dan cumulative energi use, ketiga metode
pembuatan, diikuti oleh dampak dari limbah hampir sama dan memiliki selisih yang kecil.
budidaya 32%. Sumbangan dampak Dengan demikian pengujian denagan metode
eutrofikasi berasal dari penggunaan bahan CML2 Basline 2000 dapat mewakili
pembuatan pakan dari bahan nabati sebesar perhitungan dampak lingkungan dari
16,3%. Kontribusi terbesar dampak kegiatan budidaya udang vaname berbasis
pemanasan global didominsi oleh teknologi bioflok.
penggunaaan energi listrik 43%, diikuti
pakan udang 38% dan sarana produksi 3.3. Interpretasi Penilaian
sebesar 18%. Sedangkan kontribusi Hasil perhitungan dengan LCIA telah
akumulasi energi juga masih dibominasi oleh menggambarkan peran semua komponen
penggunaan pakan (40%) dan energi listrik dalam proses budidaya udang vaname
langsung di lokasi pembesaran (34%). berbasis teknologi bioflok. Limbah proses
115
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 11 (2) : 110-119, 2013 ISSN : 1829-8907

Tabel 3. 3.Perbandingan
Tabel PerbandinganPenilaian
PenilaianDampak
DampakLingkungan
Lingkungan dengan
dengan TigaTiga Metode
Metode

Metode LCIA Acd(kg SO2eq) Eut(kg PO4eq) GW(kg CO2eq) CEU(GJ eq)
101,64 ±
101,64 ±
CML 2
CML 2 B-2000
B-2000 63,79±15,37
63,79±15,37 14,10±3,28
14,10±3,28 7.336,70±1.460
7.336,70±1.460
18,84
18,84
Eco-Indicator 101,99 ±
Eco-Indicator 95 101,99 ±
66,34±16,50
66,34±16,50 14,07±3,27
14,07±3,27 7.058,22±1.403
7.058,22±1.403
95
Impact 2002+ 18,95
18,95
Impact 2002+ 103,64±17,77
103,64±17,77 4,97±1,93
4,97±1,93 7.139,01±1.400
7.139,01±1.400 97,56
97,56 ±± 18,01
18,01

pembesaran berupa TAN dan total phospat Perbedaaan emisi, energi ekstrasi
memberi kontribusi sangat kecil, karena sumberdaya alam dan efisiensi energi yang
limbah hanya dibuang pada saat akhir dihasilkan akan berpengaruh pada besaran
pemeliharaan. Hal ini menjadi nilai positif dampak lingkungan yang ditimbulkan. Pada
dari penerapan teknologi tersebut. Namun kondisi siang hari suplai oksigen diperankan
teknologi bioflok belum mampu menurunkan fitoplankton dengan proses fotosintesa, hal
pengaruh dampak lingkungan penggunaan ini bisa menjadi alasan untuk mengurangi
pakan udang dan penggunaan energi listrik peran kincir air dalam mensuplai oksigen
yang mendominasi dampak lingkungan ke perairan. Penggunaan H2O2 dapat
kegiatan tersebut. Tepung ikan sebagai
membantu supplai oksigen terlarut, dengan
sumber protein utama, menjadi salah satu
cara menahan konsentrasi DO walaupun
sisi negatif rantai siklus budidaya udang
bahan tersebut berpotensi mengurangi
karena berasal dari hasil tangkapan ikan laut
populasi plankton perairan. pembiayaan dan
yang menyebabkan inefisiensi penggunaan
biaya tenaga kerja.
sumber protein penting (kompetitor sumber
pangan manusia) dan dapat mengakibatkan
3.4. Analisis Sensitivitas
gangguan pada ekosistem laut (biodeversity).
Analisis sensitivitas digunakan untuk
Di sisi lain pemenuhan kebutuhan tepung
mengevaluasi strategi yang mungkin
ikan 75% diimpor dengan jarak ribuan
dilakukan dan mengurangi dampak
kilometer, terdapat penggunaan energi fosil
lingkungan dari kegiatan budidaya udang
dalam proses tersebut. Jika peran tepung
melalui skenario modeling. Berdasarkan
ikan belum bisa tergantikan dengan
hasil LCIA dampak lingkungan terbesar
sumberdaya alam lain, hal ini perlu menjadi
berasal dari penggunaan pakan dan energi
perhatian bagi penentu kebijakan bahwa
listrik. Skenario modeling ditujukan untuk
penggunan tepung ikan impor harus dibatasi
mengurangi nilai FCR berdasarkan nilai FCR
untuk mengurangi dampak lingkungan yang
rata-rata pada penelitian ini yaitu 1,3 sebagai
ditimbulkan.
nilai dasar, kemudian diturunkan 0,1 dengan
Kontribusi energi listrik pada
nilai terendah FCR 1. Skenario penggunaan
kegiatan budidaya adalah kebutuhan untuk
energi listrik dengan menggantikan energi
mengoprasikan kincir air. Peran kincir air
sangat vital dan belum bisa tergantikan 100%
dalam mensupali oksigen terlarut dan fungsi 100% 100% 100% 100%
pengadukan pada budidaya udang dengan 95% 96.4%
95.4%
teknologi bioflok. Teknologi bioflok 94.4% 94.7% 93.5%
90.5% 92.4%
membutuhkan input energi (listrik) yang 90% 90.9%
90.0% 90.3%
besar untuk proses pencampuran air dan
aerasi dengan menggunakan kincir air agar 85% 86.6%
85.9%
suspensi flok mikroba dapat terus bertahan
80%
(Bosma dan Verdegem, 2011).
Selain konsumsi energi yang besar,
75%
sumber bahan baku pembangkit listrik di
ACDEUTGWPCEU
lokasi penelitian adalah pembangkit FCR 1,3FCR 1,2FCR 1,1FCR 1
denganbahan bakar batubara.

116 Gambar 4. Analisis Sensitivitas Penurunan


Nilai FCR
listrik bahan bakar batu bara pemakaian langsung di tambak, digantikan 100% dengan
skenario energi listrik yang lebih ramah beberapa studi hasil proksimat yang
lingkungan yaitu bahan bakar gas, tenaga dilakukan nilai protein bioflok yang
nuklir dan listrik tenaga air. mencapai 43,0% (McIntosh, et al, 2000).
Pada lokasi penelitian, penggunaan Karena bioflok merupakan pakan alami,
gas untuk menggantikan bahan bakar batu berkurangnya nilai protein pakan dapat
bara pada pembangkit listrik setempat masih disubstitusi dengan nilai protein bioflok.
dapat dijadikan pilihan alternatif kebijakan, Dampak lanjutan dari pengurangan protein
menimbang kenyataan di lapangan bahwa pakan adalah pengurangan input C organik,
pendirian listrik tenaga nuklir belum sehingga mengurangi biaya pembelian
sepenuhnya diterima masyarakat, sementara molase. Jika tidak hal lain yang
pembangkit listrik tenaga air dibatasi oleh menguntungkan adalah rasio C/N rasio akan
ketersediaan sumber air. Skenario FCR dan lebih tinggi sehingga akan memicu
sumber tenaga listrik dapat dikombinasikan pertumbuhan yang lebih baik bagi populasi
untuk mendapatkan alternatif terbaik dalam bakteri.
mengurangi dampak lingkungan kegiatan Kedua, tentang penggunaan energi
budidaya udang. listrik, dalam prakteknya tidak mudah
menggantikan sumber tenaga listrik di luar
100%
100%
pembangkit dengan bahan bakar batu bara
80% 100% 100% 100% yang ada saat ini, dengan demikian yang bisa
96.0%
60% 76.9% 89.2% 93.0% dilakukan adalah melakukan manajemen
40% 72.2% 92.0%
20%
penggunaan listrik pada sektor yang
0% 72.0% 91.9% 57.1% 65.0% mengkonsumsi energi listrik terbanyak, yaitu
56.9% kincir air. Karena tujuan utama penggunaan
kincir air adalah untuk mensuplai oksigen
terlarut dalam air, maka pada saat
ACDEUT GWP CEU konsentrasi oksigen tinggi, kincir air dapat
Batu BaraGas Nuklir dihentikan sebagian. Kincir air dapat
Air dimatikan secara bergiliran dengan tetap
menyalakan sebagian agar tetap terjadi
Gambar 5. Analisis Sensitivitas Substitusi pengadukan. Konsentasi oksigen dalam
Sumber Energi Listrik kondisi terkontrol dan sesuai untuk
kehidupan dan perkembangan udang.
Oksigen terlarut juga dapat disuplai dengan
3.5. Strategi Pengelolaan dan pemberian hidrogen peroksida, bisa menjadi
Pengurangan Dampak Lingkungan alternatif pengurangan energi listrik
Teknologi bioflok disarankan dalam Ketiga berkaitan dengan kehidupan
kegiatan budidaya sebagai sarana menuju udang, padat tebar pada budidaya udang
budidaya berkelanjutan dan secara simultan dengan teknologi bioflok tergolong tinggi,
mengarah pada penyelesaian issu pada level tertentu kepadatan dapat menjadi
lingkungan, sosial dan ekonomi bersama- sisi negatif untuk pertumbuhan udang,
bersama dengan pertumbuhannya (Crab, et karena ada kompetisi ruang dan makanan.
al., 2012). Berdasarkan penilaian dampak Daya dukung lingkungan tambak juga
lingkungan dengan LCA dan analisis semakin menurun dengan bertambahnya
sensitivitas, terdapat beberapa poin untuk kuantitas biomassa udang. Pertumbuhan
memperbaiki menajeman budidaya udang udang relatif tidak seragam dengan variasi
dengan teknologi bioflok. Pertama terkait yang tinggi. Udang yang terlambat tumbuh
dengan manajemen pemberian pakan, pada masa awal pemeliharaan karena
sebagai sumber biaya terbesar dalam proses kompetisi, akan terus tertinggal dan
budidaya. Pemberian protein tinggi dengan mengakibatkan perbedaan ukuran pada
kadar 36% sebaiknya dikurangi dan akhir pemeliharan. Penerapan partial
digantikan dengan pakan dengan protein harvesting atau panen bertahap disarankan
yang lebih rendah, atau melakukan oleh beberapa peneliti dan pelaku usaha,
pencampuran sejalan dengan naiknya pada saat udang sudah mencapai ukuran jual.
pertumbuhan bioflok, mengingat dari Panen parsial bisa memberi banyak
keuntungan baik secara ekonomi maupun
lingkungan. Panen dapat dilakukan setelah
117
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 11 (2) : 110-119, 2013 ISSN : 1829-8907

udang berusia lebih dari 2 bulan karena 6. Referensi


sudah masuk ukuran jual. Keuntungan
pertama adalah berkurangnya kepadatan, ini Aubin, J., Papatrypton, E., Van der Werf,
berarti mengurangi kompetisi ruang dan H.M.G., Petit, J., Morvan, Y.M., 2006.
pakan, potensi serangan penyakit akibat Charactersation of The Environmental
stres karena kepadatan tinggi dapat Impact of A Turbot (Scophthalmus
diminimalisir, dan pertumbuhan udang yang Maxminus) Re-Circulating Production
tersisa bisa lebih baik. System Using Life Cycle Assesment.
Berkurangnya biaya pakan karena Aquaculture 261, 1259 – 1268.
berkurangnya populasi, akan mengurangi
biaya pembelian pakan, akumulasi TAN dan Avnimelech, Yoram. 1999. Carbon/Nitrogen
bahan organik lainnya, sehingga akan Ratio as A Control Element In
mengurangi kebutuhan C organik dan kapur Aquaculture Systems. Aquaculture
sebagai penyeimbang pH, dan tentu saja 176, 227–235
mengurangi biaya produksi. Berkurangnya Ayer, N.W., Tyedmers, P.H., Pelletier, N.L.,
kebutuhan oksigen terlarut, karena Sonesson, U., Scholz, A., 2007. Co-
berkurangnya populasi sama artinya dengan Product Allocation In Life Cycle
mengurangi input listrik untuk Assesment Of Sea Food Production
mengoperasikan kincir air, sehingga System: Review Of Problems and
mengurangi belanja energi listrik. Strategies. International Journal Life
Cycle Assesment. 12, 480-487
4. Kesimpulan dan Saran
Kegiatan budidaya udang vaname Bosma Roel H., Verdegem Marc C.J., 2011.
dengan teknologi bioflok mampu Sustainable Aquaculture In Ponds:
meminimalir limbah budidaya, mengurangi Principles, Practices and Limits.
penggunaan air dan efisiensi lahan dengan Livestock Science
kepadatan tinggi. Hasil penilaian Bunting, Stuart W and Pretty, Jules. 2007
menunjukan kegiatan tersebut menghasilkan Aquaculture Development and Global
acidification 63,79±15,37 kg SO2 eq ; Carbon Budgets: Emissions,
eutrophication 14,38 ±3,28 kg PO4 eq ; global Sequestration and Management
warming potensial 7.336,77±1.46 kg CO2 eq, Options. Centre for Environment and
dan cumulative energy use sebesar Society Occasional Paper 2007-1,
101,64±18,84 GJ eq. Kontribusi terbesar University of Essex, Colchester UK
berasal dari penggunaan energi listrik dan
Cao, Ling. 2012. Farming Shrimp For The
pakan udang. Untuk mengurangi dampak
Future: A Sustainability Analysis Of
lingkungan, disarankan untuk melakukan
Shrimp Farming In China. A
substitusi pakan berprotein lebih rendah
Dissertation For The Degree Of Doctor
(<36%) pada saat bioflok sudah
Of Philosophy (Natural Resource and
berkembang dengan asumsi kekurangan nilai
Environment). The University of
protein dipenuhi dari protein bioflok.
Michigan
Mengurangi konsumsi energi listrik
dilakukan dengan mematikan kincir air Crab, R., Kochva, M., Verstraete, W.,
secara bergilir pada saat kondisi oksigen Avnimelech, Y., 2009. Bio-Flocs
terlarut tinggi (siang hari) dan melakukan Technology Application In Over-
partial harvesting setelah udang sudah Wintering Of Tilapia. Aquaculture
masuk ukuran jual (> 2 bulan) agar tujuan Engineering 40, 105–112.
mengurangi input pakan dan energi listrik Diana, James S. 2009. Aquaculture Production
dapat dilakukan lebih optimal. and BiodiversityConservation.
BioScience Vol.59 No. 1.
5. Ucapan Terimaksih
Penulis mengucapkan terima kasih Ebeling, J.M., Timmons, M.B., Bisogni, J.J.,
kepada Pusbindiklatren Bappenas yang telah 2006. Engineering Analysis Of The
membantu pembiayaan penelitian ini dan Stoichiometry Of Photoautotrophic,
kepada pihak BBPBAP Jepara atas ijin dan Autotrophic, and Heterotrophic
kesempatan untuk melakukan penelitian ini. Control Of Ammonia-Nitrogen In

118
Aquaculture Production Systems. FAO. 2012. The State Of World Fisheries and
Aquaculture 257, 346–358. Aquaculture. Rome-Italy
ISO 14040, 2006a. Environmental Papatryphon, E., Petit, J., Kaushik, S.J., Van
Management – Life Cycle Assesment – der Werf, H.M.G., 2004.
Principles and Framework.. ISO, Environmental Impact Assessment Of
Geneva, p.32 Salmonid Feeds Using Life Cycle
ISO 14044, 2006b. Environmental Assesment. Ambio 33(6), 316-323
Management – Life Cycle Assesment – Population Reference Bureau. 2012. World
Requirements and Guidelines. ISO, Population Data Sheet. www.prb.org
Geneva, p.58 diakses 28 April 2013
McIntosh D., Samocha T.M., Jones E.R., PRé Consultants, 2010. Introduction to LCA
Lawrence A.L., McKee D.A., Horowitz with SimaPro 7.www.pre.nl diakses 4
S. & Horowitz A. 2000. The Effect Of A Mei 2013
Bacterial Supplement On The High-
Density Culturing Of Litopenaeus Roy, R. Knowles, R. 1995. Differential
vanamei With Low-Protein Diet In Inhibition By Allylsulfide Of
Outdoor Tank System And No Water Nitrification And Methane Oxidation
Exchange. Aquacualture Engineering On Freshwater Sediment Application.
21:215–227. Environment Microbiology 61, 4278–
4283
Mook, W.T., Chakrabarti, M.H., Aroua, M.K.,
Khan, G.M.A., Ali, B.S., Islam, M.S., Abu
Hassan, M.A,. 2012. Removal Of Total
Ammonia Nitrogen (Tan), Nitrate And
Total Organic Carbon (Toc) From
Aquaculture Wastewater Using
Electrochemical Technology: A
Revie
w. Desalination 285, 1–13

119

Anda mungkin juga menyukai