Anda di halaman 1dari 5

Distilasi, Vol. 1 No. 1, September 2016, Hal.

57- 61

STUDY KASUS OPTIMALISASI TAMBAK UDANG DARI


PENCEMARAN AMONIAK (NH3) DENGAN METODE
BIOREMEDASI

Elfidiah*
1
Program studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Palembang
Jl. Jendral Ahmad Yani, 13 Ulu, Palembang, Telp. (0711)510820, Fax. (0711)519408
*Penulis korespondensi:

ABSTRAK
Bakteri nitrifikasi yang dimasukkan ke dalam tambak udang windu mampu beradaptasi dan menjaga
kestabilan konsentrasi amonia dan nitrit, sehingga konsentrasinya masih berada pada batas aman
untuk budidaya udang. Pemberian bakteri nitrifhi sebagai agen bioremediasi ke dalam perairan
tambak udang dengan dosis 50L/ha (udang umur 30-60 hari) dan 100 L/ha (60-120 hari) dengan
kepadatan populasi 10’ upk/ml setiap 10 hari berpengaruh positif terhadap perbaikan kualitas air
tambak udang. Budidaya udang, adalah kegiatan atau usaha memlihara kultivan (udang) di tambak
selama periode tertentu, serta memanennya dengan tujuan memperoleh keuntungan. Dengan batasan
tersebut maka keberhasilan kegiatan budidaya udang di tambak sangat dipengaruhi oleh ketepatan
teknologi budidaya yang digunakan serta kelayakan lingkungan dimana tambak itu berada.

Kata Kunci : Optimalisasi, tambak udang, pencemaran, amoniak, metode bioremedasi

PENDAHULUAN menurut Avnimelech et al. (1992) 33%


Sistem akuakultur intensif berkaitan dengan nitrogen yang terkandung dalam pakan ikan
bagaimana menghasilkan ikan dan udang akan dieksresikan oleh ikan dan dapat didaur
secara efisien. Dua faktor pembatas penting ulang. Sementara itu menurut bren et al.
dalam sistem akuakultur intensif adalah (2003) dari seluruh nitrogen yang tergantung
kualitas air dan aspek ekonomi. Masalah dalam pakan, 25% nya akan digunakan ikan
nyata pada sistem akuakultur intensif adalah untuk tumbuh, 60% nya akan dikeluarkan
cepatnya terkumpul sisa pakan, bahan dalam bentuk NH4 dan 15% nya akan
organik dan senyawa nitrogen toksik. Hal ini dikeluarkan bersama kotoran. Secara ringkas
dapat dihindari karena ikan memanfaatkan dapat dikaitkan potensi pasokan amoniak
hanya 20%-30% nutrient pakan. Sisanya kedalam air budidaya ikan adalah sebesar
dikeluarkan dari tubuh ikan dan umumnya 75% dari kadar nitrogen dalam pakan,
terkumpul dalam air. Hal ini pada gilirannya sedangkan dalam budidaya 90%. Potensi
akan menimbulkan pencemaran pada limbah bahan organik kedalam air budidaya
perairan sekitar. Menurut Craigh (2002) ikan sebesar 36% dari pakan yang diberikan.
meskipun melalui manajemen yang sangat Proses microbial dap=at dimanfaatkan untuk
baik, pakan yang diberikan kepada ikan meningkatkan kualitas air dan mengurangi
pasti akan menimbulkan limbah. Dari 100 beban pencemaran limbah budidaya ikan
unit pakan yang diberikan kepada ikan, kedalam perairan. Pada prinsipnya,
biasanya sekitar 10% limbah padatan dan kandungan amoniak didalam air kolam
30% limbah cair yang dihasilkan ikan. ransang untuk berubah menjadi alga atau
Pada ikan sebagian besar nitrogen bakteri (avnimelech & Mokady, 1998).
dikeluarkan sebagai amoniak (melalui
insang) dan hanya 10% hilang dalam bentuk SOLUSI PENCEMARAN AMONIAK
padatan. Pemberian pakan yang efektif dan Untuk pertumbuhan, udang memerlukan
tindakan pengelolaan limbah budidaya ikan pakan. Pad budidaya intensif dan semi
merupakan hal yang penting untuk menjaga intensif pakan diberikan secara berlebihan.
kualitas air (craigh & helfrich, 2002) Pada kondisi ini, pakan harus memenuhi

57
Distilasi, Vol. 1 No. 1, Juni 2015, Hal. 57-61

persyaratan dalam hal kelayakan nutrisi, SISTEM BIOREMEDIASI DALAM


sifat fisik, serta pengelolaan pakan yang USAHA PERBAIKAN KONDISI
tepat. Kelayakan nutrisi dapat dilihat dari TAMBAK UDANG
kelengkapan dan keseimbangan butriennya, Bioremediasi merupakan sistem
yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, pengembalian kondisi lingkungan yang
dan mineral. Sifat fisik pakan, pada sudah tercemar kembali pada kondisi awal.
umumnya dilihat dari stabilitas pakan, yaitu Teknik bioremediasi pada tambak udang
ketahanannya untuk tidak hancur, terurai, secara prinsip menambahkan
atau tercuci dalam air. Pengelolaan pakan mikroorganisme tertentu untuk
meliputi penentuan jumlah, ukuran dan menormalkan kembali tambak udang yang
bentuk pakan, serta frekuensi, waktu, dan telah rusak akibat tingginya senyawa
cara pemberian pakan. Pakan secara metabolitoksik terutama amoniak dan nitrit.
langsung menentukan pertumbuhan.’ Dalam Tidak Cuma itu, metode ini juga mampu
ekosistem tambak, tidak semua pakan yang
menghilangkan H2S yang bersifat
diberikan dapat dimakan oleh udang. toksik/beracun pada sedimen tambak serta
Sebagian sisa pakan akan tersuspensi di menekan jumlah bakteri vibrio yang dapat
dalam air dan sebagian besar lainnya akan menimbulkan penyakit pada udang windu
mengendap di dasar tambak. (Rusmana dan Widianto 2006). Dalam
Penguraian bahan organik sisa pakan kasus pertambakan udang, sediamen
tersebut akan memerlukan oksigen. Dengan merupakan “ lingkungan” yang akan
demikian penambahan bahan organik secara diperbaiki. Dalam usaha melakukan
langsung akan meningkatkan penggunaan remediasi pada lingkungan tambak, perlu
oksigen di lingkungan tambak. Kondisi ini dilakukan analisa menyeluruh akan
akan terus berjalan sampai titik kritis yang kandungan berbagai bahan organik dan an
menyebabkan terjadinya deplisit oksigen. organik yang terdapat pada lingkungan
Selanjutnya, penguraian bahan organik tambak (Subagyo 2008). Analisa ini
tersebut akan berjalan dalam kondisi diperlukan untuk menentukan langkah
anaerobik yang akan menghasilkan amonia selanjutnya terhadap lingkungan tambak
(NH3) dan hidrogen sulfida (H2S). Kedua tersebut, termasuk dalam penggunaan
gas tersebut bersifat toksik dan dapat mikroorganisme yang mungkin akan
menghambat pertumbuhan udang sampai digunakan. Kegiatan analisa ini merupakan
dengan mematikan. Kondisi lingkungan langkah kerja pertama dalam usaha
tambak yang mengandung banyak sisa bioremediasi tambak. Analisan ini meliputi
bahan organik dapat menyebabkan dua hal, kegiatan survey pendahuluan terhadap
yaitu udang mengalami tekanan fisiologis sedimen.
diluar toleransinya serta menurunnya daya
tahan udang terhadap penyakit. Salah satu APLIKASI SISTEM BIOREMEDIASI
penyakit udang yang diyakini disebabkan PADA TAMBAK UDANG
oleh jenis virus sama adalah ‘white spot Sistem kerja dalam penggunaan bakteri
disease’. Berbagai masalah yang telah dalam usaha budidaya udang dalam tambak
diuraikan tersebut di atas dapat diperbaiki adalah dengan penggunaan konsorsia bakteri
dengan empat cara, yaitu melalui : remediasi. Konsorsia ini terdiri dari berbagai
manajemen biota, manajemen lingkungan, jenis bakteri yang telah ditemukan yaitu
manajemen pakan yang baik, manajemen bakteri heterotrofik,; bakteri nitrifikasi dan
kualitas air. denitrifikasi, serta bakteri fotosintetik
anoksigenik. Rasio bakteri yang digunakan
bakteri nitrifikasi : bakteri denitrifikasi :
bakteri fotosintetik anoksigenik : bakteri
heterotrofik (bakteri fermentatif – DA) = 2 :
1 : 1 : 2.

58
Distilasi, Vol. 1 No. 1, September 2016, Hal. 57- 61

Konsorsium bakteri ini dimasukkan dalam pertumbuhan udang, bahkan dapat


tambak dua minggu sebelum bibit ditebar, mematikan udang, misalnya munculnya gas-
selanjutnya setiap 10 hari sampai masa gas beracun reaksi biokimia karena dapat
panen. Tiap satu hektare tambak menentukan laju metabolisme udang dan
memerlukan 120 liter tiap 10 hari selama organisme perairan lainnya melalui
dua bulan pertama. Selanjutnya sampai perubahan aktivitas molekul yang terkait.
bulan keemopat, dinaikkan dua kali lipat Suhu yang rendah akan mengakibatkan
dengan konsentrasi yang sama. Hasil akhir sistem metabolisme menjadi lebih rendah
menunjukkan tingkat kelangsungan hidup sebaliknya pada suhu tinggi akan memicu
udang sektiar 70% dengan padat penebaran metabolisme menjadi lebih cepat.
30 ekor per m2 dan ukuran panen 35-45
ekor per kg. PAKAN UDANG DAN
Berdasarkan hasil analisa kualitas air KEMUNGKINAN DAMPAK YANG
tambak menunjukkan bakteri bioremediasi DITIMBULKAN
mampu beradaptasi dan dapat bekerja Pada prinsipnya komponen pakan dapat
dengan baik menjaga kondisi kalitas air dikelompokkan ke dalam 3 kelompok besar,
tambak agar berada dibawah batas ambang yaitu : komponen makro, komponen mikro
dan mampu menguraikan senyawa toksik. dan komponen suplemen.
Protein, karbohidrat, dan lemak termasuk
BIOLOGI UDANG dalam komponen makro; sedangkan yang
Pola hidup yang merupakan sifat dasar dari termasuk dalam komponen mikro adalah
udang adalah bersifat bentik dan nokturnal. vitamin, mineral, dan zat pengikat
Sifat bentik dimulai sejak udang (‘binder’). Berbagai senyawa yang seiring
bermetamorfosis menjadi Post Larva (PL). dimasukkan ke dalam komponen food
Sifat demikian akan menjadi faktor additives meliputi senyawa anti oksidan, anti
pembatas manakala di dasar tambak terdapat biotik, atraktan, pewarna, enzim, dan
cemaran timbunan bahan organik (terutama vitamin atau mineral tunggal yang dengan
yang berasal dari sisa pakan maupun feses) sengaja ditambahkan ke dalam pakan untuk
ataupun pada saat kekurangan oksigen. Oleh tujuan-tujuan tertentu.
karena itu, sifat bentik dapat menjadi dasar Udang mempunyai kemampuan yang jauh
pertimbangan manejemen lingkungan lebih rendah dalam memanfaatkan glukosa
tambak. Sifat nokturnal, yaitu aktif pada bila dibandingkan dengan ikan. Dari
malam hari, dapat digunakan sebagai dasar beberapa hasil penelitian menunjukkan,
untuk manajemen pakan yang berarti, bahwa bahwa pertumbuhan maksimum untuk
presentase pakan yang lebih banyak harus udang dapat di capai pada pemberian pakan
diberikan pada malam hari; atau mengandung karbohidrat 1 % dengan
implikasinya adalah dengan memperdalam kandungan protein tinggi, yaitu hingga 50%.
kolom air (yaitu > 1 m).
MANAJEMEN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN MEDIA HIDUP Sebagai mana halnya dengan ekosistem
Lingkungan yang dibutuhkan untuk pesisir lainnya, maka kawasan pertambakan
mendukung pertumbuhan udang, adalah sebagai suatu ekosistem bentukan
mampu menyediakan kondisi fisika, kimia, mempunyai karakteristik dan toleransi
dan biologi yang optimal. Kondisi tertentu untuk dapat di intervensi. Sebagai
lingkungan fisika yang dimaksud antara lain kawasan ekosistem terbina, maka pengelola
sugu dan salinitas. Kondisi lingkungan harus melakukan sesuatu untuk memelihara
kimia antara jlain meliputi pH, oksigen dan mempertahankan karakteristik serta
terlarut (DO), nitrat, ortofosfat, serta kemampuan tersebut untuk menjamin
keberadaan plankton sebagai pakan alami.’ tercapainya tujuan pengelolaan dari
Selain itu perlu diperhatikan timbulnya penggunaan sekarang maupun yang akan
kondisi lingkungan yang dapat menghambat datang. Dalam pengelolaan budidaya udang

59
Distilasi, Vol. 1 No. 1, Juni 2015, Hal. 57-61

dapat dilihat cerminan dari dua kekuatan PENANGANAN KUALITAS AIR


mendasar, yaitu kekuatan yanb diwakili oleh A. Pola pikir
kekuatan internal dan kekuatan eksternal. Pola pada usaha penerapan teknologi
Kekuatan internal suatu organisme dicirikan tambak untuk berwawasan lingkungan
oleh potensi faali biota, seperti proses adalah tentang kemampuan daya dukung
pencernaan, sistem saraf, sistem produksi, dari lahan pertambakan untuk menghasilkan
hubungan intra dan ekstra spesies dan produksi udang secara lestari dan
sebagainya. Kekuatan eksternal adalah berkesinambungan.
kondisi di luar tubuh yang selalu mengalami B. Manajemen kualitas air
dinamika antar waktu dan ruang. Konsep dasar manajemen kualitas air adalah
Kemampuan potensi faali biota untuk mengetahui asal (sumber) dan tingkah laku
merespon fenomena ekternal merupakan dari pencemar serta cara-cara
suatu jembatan sifat aksi dan reaksi biota pengelolaannya, sehingga dampak-dampak
atau yang disebut kekuatan homeostasi. Dari yang negatif dapat dikurangi dan dampak-
sini akan memunculkan suatu keadaan, dampak yang positif dapat dikembangkan.
bahwa pada kondisi kekuatan faali biota Pada kegiatan usaha budidaya udang di
sudah tidak dapat menampung tekanan tambak, maka penurunan kualitas air di
kekuatan eksternal, maka pertahanan sebabkan oleh faktor eksternal (yaitu faktor
kemampuan yang di indikasikan mulai dari dari luar pertambakan umumnya disebabkan
sakit sampai dengan kematian yang akan oleh adanya kandungan bahan organik dan
muncul. Sebaliknya, pada kondisi benturan logam berat) dan faktor internal (akibat dari
tersebut dapat di atasi oleh biota, maka yang kelebihan pakan, hasil ekskresi dari hewan
terjadi adalah surfival. budidaya dan kondisi dasar tambak).
Manajemen kualitas air unutk mengurangi
PENGELOLAAN KUALITAS AIR pengaruh eksternal umumnya menggunakan
TAMBAK kolam tandon 20-3-% volume tambak
Dari tahapan kegiatan di atas pengelolaan dengan mengguanakan sistem pengendapan
kualitas air merupakan kegiatan yang cukup (fisik), pemanfaatan (zooplankton) dan
penting, karena air merupakan media hidup penyerapan (phytoplankton dan tanaman
udang. Kualitas air merupakan jantung dari air). Rasio antara debit air, panjang saluran
keberhasilan budidaya. Pada prinsipnya di dan jenis dari organisme merupakan
dalam manajemen budidaya, adalah parameter yang perlu diperhatikan.
menyediakan lingkungan hidup yang layak Disamping itu harus diperhatikan pula
dan stabil sesuai dengan kebutuhan biologis keseimbangan ekologis di tambak tersebut,
udang. Melalui pengelolaan mutu air yang yang umumnya di abaikan oleh para
optimum bagi kehidupan udang selama petambak. Faktor lain yang tidak kalah
masa pemeliharaan diharapkan pertumbuhan pentingnya dan sering dilupakan, adalah air
dan kelangsungan hidup yang baik. Kualitas buangan dari tambak terutama bila akan
air yang buruk seperti rendahnya kandungan panen. Air buangan tambak tersebut
oksigen, kisaran fluktuasi pH dan salinitas umumnya mengandung bahan organik yang
yang sangat tinggi serta penumpukan limbah tinggi, sehingga perlu dilakukan pengelolaan
beracun ( baik internal maupun ekternal) dahulu sebelum air tersebut dibuang
dapat berakibat negatif terhadap ketahanan keperairan umum. Kondisi kualitas air
tubuh udang dari penyakit. Untuk menjaga sebagai bahan baku sumber air sangat
kondisi pertumbuhan udang yang normal, penting perannya dalam ekosistem, baik
mutu air tambak harus dipertahankan kondisi kualitas air di dalam saluran tambak
seprima mungkin untuk menjaga kualitas maupun di dalam petakan pertambakan.
lingkungan budidaya, sehingga tidak Parameter kualitas air yang perlu di amati
menyebabkan stress lingkungan pada udang adalah : parameter fisika ( warna, kecerahan,
yang dapat memacu berjangkitnya penyakit. suhu ) dan parameter kimia ( pH, oksigen

60
Distilasi, Vol. 1 No. 1, September 2016, Hal. 57- 61

terlarut (O2), karbon dioksida (CO2), lingkungan dengan memperhatikan:


amoniak (NH3), Nitrit (N02), Biological manajemen biota, manajemen lingkungani,
Oxygen Demand (BOD), salinitas dan dan manajemen pangan
mikrobiologis.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
Konsep budidaya udang berwawasan Anonim. 2009. Teknologi Pengelolaan
lingkungan menurut ahli Yoseph Siswanto Kualitas Air. Program Alih Jenjang
(2002), Konsep budidaya udang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB-
berwawasan lingkungan menurut Yoseph VEDCA-SEAMOLEC
Siswanto (2002). Senantiasa memperhatikan Chen, Jiann Chu. 1991. Reduction of
hal-hal sebagai berikut: Ammonia and Nitriein Shrimp
a. Tambak mempunyai daya dukung tertentu Larviculture in a Recirculation
dan terbatas. Daya dukung tambak System. Asian FisheriesScience 4
tergantung dari : kualitas tanah, kualitas air, (1991): 211-218
volume air dalam tambak, kemampuan ganti CHIN, T. S. and J. C. CHEN. 1897. Acute
air dan persiapan tambak. Toxicity of Amonia to Larvae of the
b. Tambak mempunyai kemampuan untuk Tiger Prawn, Penaeus monodon.
membersihkan diri. Hal ini dapat terjadi bila Acuaculture, 66: 247-253
ekosistem dalam lingkungan (tambak) itu GUNALAN, D. E. A. 1993. Penerapan
seimbang, yang berarti pada lingkungan Bioremediasi untuk Melenyapkan
tersebut akan terjadi proses aliran energi, Polutan Organik dari Lingkungan.
daur nutrien dan kontrol, yang secara Makalah Diskusi Panel. Kongres
keseluruhan disebut homeostastis ekosistem Nasional Perhimpunan Miobiologi
yang dapat berakibat pembersihan diri dari Indonesia, Surabaya 2-4. 13 Hal
berbagai pollutant. WICKINS, J. F. 1985. Amonia Production
c. Pemenuhan kebutuhan biologi bagi udang and Oxidation During The Culture of
yang dipelihara. Untuk dapat memenuhi Marine Prawn and Lobsters in
kebutuhan biologi udang, kita harus Laboratory Recirculation System.
mengetahui sifat biologi udang, ialah : Adv Weld Control. Eng., 155-174
omnivora dan pemakan lambat, bentic, Munifatul Izzati, 60-69 : Perubahan
nocturnal, amonothelic dan kanibal. Dari Konsentrasi Oksigen Terlarut
sifat biologi ini, maka diperlukan adanya Oseanologi dan Limnologi di
perlakuan tertantu pada budidaya yang Indonesia (2008) 34 (2) : 261-278
menyangkut design kontruksi tambak,
pemberian pakan, management air dan lain-
lain.
d. Pembatasan pemakaian obat-obatan dan
bahan kimia lainnya. Obat-obatan
khususnya antibiotik dapat diibaratkan madu
dan racun, sebagai madu bila digunakan
secara efektif dan sebagai racun bila salah
penggunaan. Antibiotik sebenarnya hanya
boleh digunakan untuk mananggulangi
infeksi bakteri yang masih sensitif, dengan
dosis yang ebenar dan jangka waktu yang
cukup (7-10 hari).
e. Perlu adanya kerjasama antara penambak
dalam hal : tata letak tambak, saluran
tambak, membuang air, panen, model
pengembangan buidaya udang ramah
61

Anda mungkin juga menyukai