Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Salamata

Vol. 2, No. 1, 7-12 (2020) Renitasari & Musa

Teknik Pengelolaan Kualitas Air Pada Budidaya Intensif Udang Vanamei


(Litopeneus vanammei) Dengan Metode Hybrid System

Water Quality Management in The Intensive Culture of Litopenaeus vannamei with


Hybrid System Method

Diana Putri Renitasari1*, Muhammad Musa2


1Program Studi Teknik Budidaya Perikanan, Politeknik Kelautan Perikanan Bone
2Program Studi Manajemen Sumberdaya Perikanan, Univesrsitas Brawijaya, Malang
*e-mail: dianarenitasari@gmail.com

ABSTRAK
Kualitas air memegang peran penting dalam budidaya udang vaname. Hybrid system muncul sebagai
perkembangan inovasi budidaya udang vaname karena kondisi perairan yang semakin menurun. Hybrid system
berprinsip menjaga kestabilan kualitas air sehingga udang vaname hidup dengan nyaman dan pertumbuhan
meningkat. Penelitian ini menggunakan metode deskritif di tambak udang Kota Probolinggo Provinsi Jawa Timur.
Hasil penelitian menujukkan bahwa suhu, salinitas, kecerahan dan pH pada pagi hari cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan sore hari. Kisaran ammonia 0.002-0.003 mg/l, Oksigen terlaut pada titik terendah yakni
berkisar sekitar 5-6 mg/l, sore hari 7-8 mg/l. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan menggunakan pemberian
kapur CaCo3, safonin dan penyifonan serta keseimbangan antara bakteri autotrof dan heterotrof untuk menjaga
kualitas air. Pengamatan anco setiap kali pemberian pakan bertujuan untuk mengetahui nafsu makan udang,
sehingga pakan yang diberikan tidak berlebihan dan berdampak pada penurunan kualitas air. Berdasarkan
pengamatan kualitas air setiap hari pada tambak cenderung stabil atau tidak ada perubahan yang fluktuatif. System
ini dapat dijadikan sebagai rekomendasi untuk pemeliharaan udang vaname.
Kata Kunci: Hybrid system, kualitas air, udang vanamei

ABSTRACT
Water quality plays an important role in the aquaculture of pacific white shrimp. Hybrid sytem was developed
innovation in the shrimp aquaculture because water conditions was decreased. The principles of hybrid system was
to keep water quality stable, so that pacific white shrimp can life healthyly and has increasing growth. This study
used description method in shrimp pond at Probolinggo, East Java. The result of this study showed that
temperature, salinity, transparency and pH in the morning were lower than in the afternoon. The ranges of ammonia
was 0.002-0.003 mg/l while dissolved oxygen was the lowest at about 5-6 mg/l in the evening and at 7-8 mg/l in the
morning. Manajement of water quality was done by the use of calcium carbonate (CaCO 3) and safonin, siphoning,
as well as maintaining balance between bacteria autrotroph and hetrotroph. Ancho Observation was done every
feeding time to observe appetite of shrimp so that feed given was not excenssive and caused water quality to
decrease. Daily water quality observation in ponds showed that water quality was always stable or no fluctuation
changes. This system could be recommended for vaname shrimp maintinance.
Keyword: Hybrid system, water quality, pacific white Shrimp

PENDAHULUAN padat tebar dan pemberian pakan. Padat tebar


Saat ini udang vaname menjadi primadona yang tinggi menuntut jumlah pakan yang
bagi para petambak di negeri ini. diberikan besar. Akan tetapi, pakan yang
Berkembangnya spesies ini, karena udang diberikan dan tidak dikonsumsi oleh udang
vaname lebih tahan terhadap serangan dapat menyebabkan penurunan kualitas air.
penyakit, tekanan lingkungan budidaya, survival Muzaki (2004) dan Bachruddin et al. (2017)
rate tinggi (80-90%), FCR rendah 1,0-1,2, melaporkan kurang lebih 15% pakan tambahan
produksinya tinggi 9-12 ton/ha size 60-80, laju yang diberikan ke udang tidak terkonsumsi,
pertumbuhan yang relative cepat dan masa 20%-85% pakan yang terkonsumsi akan
pemeliharaan singkat 2,5-3 bulan (Mudjiman, terbuang melalui kotoran.
2003; Poernomo, 2004; Xu et al., 2019; Gunarto Selain itu, paparan yang terjadi saat ini
& Hendrajat, 2008; Gunarto et al., 2012; adalah laut di Indonesia sudah mengalami
Gunarto et al., 2009). Udang vaname pencemaran oleh industri, pertanian, domestik,
(Litopenaeeus vannamei) diyakini dapat dan perternakan yang menyebabkan perubahan
mengambil peluang besar di pasar internasional pada ekosistem perairan. Ekosistem yang
yang masih terbuka lebar (Iswandi, 2012). berubah menyebabkan adaptasi udang ikut
Walupun banyak keunggulan tetapi, faktor berubah. Adaptasi setiap organisme atau udang
yang harus diperhatikan adalah kualitas air, berbeda-beda tergantung kondisi imun udang.
Kondisi imun yang lemah menyebabkan udang

6
Jurnal Salamata
Vol. 2, No. 1, 7-12 (2020) Pengelolaan Kualitas Air Budidaya Intensif Udang Vanamei

rentan terhadap penyakit. Dengan keadaan zooplankton) dan mikroorganisme pengurai


yang seperti itulah maka perlu adanya (bakteri), sedangkan sumber oksigen hanya dari
pengelolaan kulitas air di tambak budidaya mekanik (kincir air). Selain itu dilakukan
dengan metode “Hybrid System”. pengukuran DO juga pada pagi hari pukul 06.30
Hybrid system adalah jalan keluar dari sebagai perbandingan nilai DO pada malam
kekurangan atau permasalahan sistem autotrof hari.
(blooming plankton) pada zaman dulu dan
selanjutnya berkembangnya teknologi HASIL DAN PEMBAHASAN
bioflok/heterotrof (bakteri sering Lokasi penelitian di Kota Probolinggo
jatuh/terdegradasi) serta kondisi air laut yang 7043’41’’ - 7049’04’’ LS dan 6021’31’’ - 6025’49’’ BT.
sudah tercemar. Permasalahan itulah yang Sumber air tawar bersalinitas 3 ppt, sedangkan
menyebabkan tercetusnya Hybrid sytem. Hybrid sumber air laut bersalinitas 33-34 ppt. Luasan
system merupakan perpaduan antara petak tambak kurang lebih 1200 m2. Padat tebar
organisme heterotrof dan autotrof. Hybrid pada bak pembesaran udang vaname intensif
system disebut juga dengan semi-bioflok. yakni 206.000 ekor. Saputra (2014), untuk
Organisme semi-bioflok terdiri dari Chorella udang vaname secara intensif kepadataannya
(autotrof) dan Bacillus sp. (autotrof) yang 125.000 - 200.000 ekor/m2. Usia benur yang
diperoleh dari probiotik. Organisme heterotrof ditebar berusia PL 12 dengan panjang sekitar 10
tersebut akan mengontrol kualitas air yang mm. Semua benur sudah melewati test PCR
buruk akibat dari sisa pakan, feses, dan bangkai (Polymerase Chain Reaction).
plankton, sehingga membentuk kestabilan Pertumbuhan plankton diberikan sekitar 3
lingkungan. Sedangkan organisme autotrof ppm dengan dua kali pemberian secara
sebagai makanan alami udang (Huda, 2014). bertahap, yang pertama 1,5 ppm selanjutnya 2
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk hari kemudian ditebar pupuk nitrat lagi 1,5 ppm,
menganalisis pengelolaan air dengan metode setelah itu dibiarkan selama 5 hari. Dalam waktu
Hybrid system terhadap kestabilan kualitas air 5 hari tersebut plankton belum tumbuh maka
budidaya udang vaname. diberikan pupuk nitrat lagi sampai plankton itu
tumbuh. Setelah plankton tumbuh maka tebar
MATERI DAN METODE benur siap dilakukan dan semua kincir air
Metode penelitian yang digunakan dalam dinyalakan 24 jam.
penelitian ini adalah metode deskriptif. Kualitas air berhubungan erat dengan
Penelitian dilakukan di tambak udang vaname kondisi kesehatan udang karena merupakan
Kota Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. media hidup udang sekaligus merupakan
Parameter yang diukur dalam penelitian ini habitat penyedia makanan alami dan sebagai
terdiri dari parameter fisika dan kimia air. tempat terkumpulnya limbah dari sisa
Pengukuran secara visual atau fisik yakni metabolisme dan sisa pakan. Kualitas air yang
dengan mengamati warna dalam tambak baik mampu mendukung pertumbuhan optimal.
budidaya. Pengambilan sampel air ammoniak Parameter suhu air, salinitas, pH, kecerahan,
diambil pada saluran pembuangan central kandungan oksigen dan amoniak akan
draine pada pukul 08.30 WIB saat dilakukan mempengaruhi proses metabolisme tubuh
pembuangan air setelah satu minggu. udang, seperti keaktifan mencari pakan, proses
Pengukuran suhu, pH, Kecerahan dan Salinitas pencernaan dan pertumbuhan udang.
pada pukul 06.00 (sebelum proses fotosintesis)
dan pukul 17.00 WIB (setelah proses Warna Air
fotosintesis). Warna air ini dilakukan secara visual,
Pengukuran DO dilakukan pada titik DO warna pada penelitian selama 3 minggu
terendah (jauh dari kincir air) dan tidak cenderung tidak mengalami perubahan tetapi
terpengaruh oleh arus, karena untuk ada beberapa hari warna air berubah menjadi
mengetahui berapa oksigen terendah yang hijau tua,. Warna hijau tua perlu diwaspadai
dapat ditolelir udang. Apabila pada titik DO untuk kehidupan udang karena warna hijau tua
minimum (jauh dengan kincir air) dapat ditolelir mengambarkan kualitas air yang buruk yaitu
udang atau udang bisa hidup, maka secara dasar tambak kaya bahan organik yang
otomatis dititik DO maksimum (dekat dengan merupakan “sarang” penyakit sehingga
kincir air) udang dapat hidup. Pengukuran dikhawatirkan udang mudah terserang penyakit.
oksigen terlarut dilakukan pada malam hari Lebih buruk lagi bila terjadi kematian massal
pukul 21.00 WIB, karena pada waktu itu dan blooming Blue Green Algae, karena
merupakan kondisi oksigen terlarut terendah. kandungan amoniak meningkat dan hydrogen
Pada waktu tersebut sudah tidak ada proses sulfide dalam air meningkat.
fotosintesis, oksigen tidak hanya digunakan oleh Air yang baik untuk budidaya adalah air
udang namun juga dikonsumsi oleh biota air yang berwarna hijau muda karena plankton
yang lain seperti plankton (fitoplankton dan yang dominan adalah Chlorella. Kordi dan

7
Jurnal Salamata
Vol. 2, No. 1, 7-12 (2020) Renitasari & Musa

Tancung (2017) menyatakan bahwa bila warna 40


air hijau muda biasanya didominasi oleh
Chlorella. Sedangkan warna air hijau tua, 30

Suhu (ºC)
plankton yang dominan adalah Cyanophyceae, 20
Microcytis dan Anabaena yang mengandung
klorofil hijau tua. Warna hijau tua disebabkan 10
oleh Cyanophyta yang dikenal dengan Blue 0
Green Algae. Pertumbuhan plankton ini sangat 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
cepat bahkan dalam waktu singkat dapat
menyebabkan blooming. Plankton yang pagi sore
dimakan ikan adalah Chlorella, diatom, artemia,
dll. Gambar 2. Grafik Pengamatan Suhu pada lokasi
penelitian selama 3 minggu setiap pagi dan sore hari.
Kecerahan
Kecerahan diukur dengan menggunakan Suhu pada lokasi penelitian beberapa hari
secchi disk diperoleh hasil kisaran 20-30 cm cukup rendah karena pengaruh musim
(Gambar 1). Nilai kecerahan pada lokasi peralihan, untuk mengatasi udang yang tidak
penelitian stabil dan normal tidak ada nafsu makan akibat suhu rendah, maka di
perubahan fluktuatif selama masa penelitian. tambak udang lokasi penelitian tidak diberi
Budidaya intensif nilai kisaran kecerahan yang pakan sehari (dipuasakan). Hal ini dikarenakan
baik berkisar antara 20-39 cm (Fuady et al., apabila suhu rendah, nafsu makan ikan akan
2013), kecerahan ≤30 cm, yang berarti menurun dan itu hanya akan membuang-buang
tercukupinya persediaan makan alami atau pakan yang akan menjadi limbah organik
plankton (Amri dan Kanna, 2008), berkisar 30- sehingga kualitas air menurun.
40 cm (Kordi & Tancung, 2007).
Salinitas
40 Salinitas di lokasi penelitian cenderung
Kecerahan (cm)

30 stabil tidak mengalami perubahan yang


signifikan (gambar 3). Udang vaname dapat
20
tumbuh baik/optimum pada kisaran salinitas 15-
10 25 ppt, beberapa penelitian pada salinitas 5 ppt
0 masih layak untuk pertumbuhannya
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 (Soemardjati dan Suriawan, 2006), mampu
mentolelir salinitas 0.5-60 ppt (Suwoyo &
pagi hari sore hari Mangampa, 2010), namun para pembudidaya
masih menemukan masalah pada kekurangan
Gambar 1. Grafik Pengukuran Kecerahan pada profil ion-ion di air tambak.
Tambak Udang Vaname selama 3 minggu sebelum Udang vaname dapat hidup pada kondisi
masa pemanenan
hypo dan hyper-saline yakni berkisar 5-50 ppt.
Pengelolaan parameter kecerahan apabila Setiap organisme (biota) air payau mempunyai
sudah mencapai kedalaman kurang dari 25 cm, toleransi yang berbeda terhadap kadungan
pergantian air sebaiknya segera dilakukan salinitas (kadar garam). Salinitas berpengaruh
sebelum fitoplankton mati berurutan yang diikuti terhadap pertumbuhan dan tingkat
penurunan oksigen terlarut secara drastis. kelangsungan hidup (Adiwidjaya, 2008).

Suhu
30
Salinitas (ppt)

Hasil penelitian menunjukkan suhu pada


pagi hari berkisar 23-260C, sedangkan sore hari
20
sekitar 25-290C (Gambar 2). Suhu pada pagi
hari cenderung lebih rendah dibandingkan pada
sore hari, karena pada pagi hari matahari belum 10
terbit, sedangkan sore hari sudah disinari
matahari sehingga suhu naik. Suhu optimum 0
untuk budidaya udang vaname berkisar 270C- 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
320C (Suprapto, 2005), 260C-320C (Haliman &
Adijaya, 2005). pagi hari sore hari

Gambar 3. Grafik pengamatan salinitas pada tambak


udang sidoarjo selama 3 minggu setiap pagi dan sore
hari.

8
Jurnal Salamata
Vol. 2, No. 1, 7-12 (2020) Pengelolaan Kualitas Air Budidaya Intensif Udang Vanamei

Ammoniak 8,5
Hasil pengamatan amoniak setiap satu
minggu sekali selama tiga minggu dengan hasil 8

pH
berturut-turut 0,00297 mg/L, 0,00422 mg/L dan
0,00196 mg/l. Ammonia pada lokassi tambak ini
rendah dan tidak ada perubahan yang fluktuatif. 7,5
Kadar ammonia yang baik untuk perikan tidak
lebih dari 0,02 mg/l (Effendi, 2003), batas aman 7
amonnia 0,1 mg/L (Suwoyo & Mangampa, 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
2010). Kadar ammonia 0,45 mg.l masih aman pagi hari sore hari
sedangkan pada kadar 1,29 mg/L menyebabkan
kematian (Khanjani et al., 2016). Gambar 4. Grafik pH Air Tambak intensif lokasi
penelitian yang diukur selama 21 hari pagi dan sore
hari secara rutin.
0,006
Oksigen terlarut
0,004 Oksigen terlarut pada tambak pembesaran
udang vaname cenderung stabil baik malam
0,002 hari maupun pagi hari. Nilai DO pagi hari lebih
tinggi dibandingkan pada malam hari karena
0 pada malam hari yang membutuhkan oksigen
minggu ke-1 minggu ke-2 minggu ke-3 tidak hanya udang tetapi juga bakteri,
fitoplankton dan biota lainya. Sedangkan pagi
kadar Amoniak hari pukul 06.30 WIB sudah mengalami proses
Gambar 5. Pengamatan ammonia selama tiga
fotosintesis dan proses tersebut menghasilkan
minggu berturut turut pada tambak budidaya udang O2, sehingga DO tinggi.
vaname.
8
Nilai amoniak pada minggu ke-2
6
DO (mg/l)

mengalami kenaikan sebesar 0.002 mg/l dan


mengalami penurunan kembali pada minggu ke- 4
3 hal ini dikarenakan minggu ke-3 kondisi dasar
2
cukup bersih karena baru dilakukan penyifonan.
Kenaikan amoniak tidak mempengaruhi 0
pertumbuhan udang karena kadar amoniaknya 1 2 3
cenderung stabil, tidak ada kenaikan secara
pagi hari malam hari
drastis (mendadak). Khanjani et al. (2016)
menunjukkan bahwa rendahnya ammonia
karena adanya penambahan bakteri dalam Gambar 6. Grafik konsentrasi oksigen terlarut pada
budidaya. Pengaruh langsung dari kadar pagi hari dan malam hari di tambak udang vanamei
amonniak yang tinggi tapi belum mematikan Rekomendasi oksigen terlarut untuk
adalah rusaknya jaringan insang. Lembaran pertumbuhan yang normal bagi udang yaitu
insang akan membengkak sehingga fungsi berada pada kisaran 5-9 ppm (Wyk dan Scarpa,
insang sebagi alat pernapasan terganggu. 2017), 4-7 mg/L (sariplah, 2000), 5 mg/l sampai
konsentrasi jenuh (Muzaki, 2004).
Derajat Keasaman (pH)
Hasil penelitian pH pagi hari berkisar 7,6- Pengelolaan Kualitas Air dengan Hybrid
8,0 sedangkan sore hari kisaran 7,7-8,1 Sistem
sehingga dapat dikatakan tergolong alkali atau Pengelolaan kualitas air dengan
basa (gambar 4). Ukuran udang lebih dari 30 mempertimbangkan antra bakteri hetrotof dan
gram/ekor nilai pH yang cocok adalah 7,7-8,0 autotrof. Pemberian bakteri heterotrof setiap
(Kordi dan Tancung, 2007), sekitar 7.8–7.9 Brito satu minggu sekali yang dan pemberian autotrof
et al., 2014), kisaran pH yang optimum 7,5-8,5 berupa Chloorella sp selama dua hari sekali.
(Amri dan Kanna, 2008), kisaran pH antara 6,8- Kultur bakteri Bacillus sp. Aquazyme, gula,
8,5 (Boyd, 1992). Pada pH dibawah 4,5 atau B komplek, dan vitamin C. Formulasi kultur
diatas 9,0 ikan atau udang akan mudah sakit, bakteri adalah Aquazyme 100 gram, gula 100
lemah dan nafsu makan menurun bahkan udang gram, B komplek 1 sendok, vitamin C 1 sendok
cenderung keropros dan berlumut. dan air 3 ember. Formulasi tersebut dimasukkan
dalam blong yang sudah berisi air. Kultur bakteri
ini dilakukan setiap satu minggu sekali. Selama
proses kultur bakteri diberi aerasi guna suplai
oksigen untuk pertumbuhan bakteri tersebut.

9
Jurnal Salamata
Vol. 2, No. 1, 7-12 (2020) Renitasari & Musa

Pemberian gula, vitamin C dan B komplek Teknik penyifonan dilakukan dengan cara pipa
bertujuan untuk makanan bakteri. Hal ini pada bagian tengah yang sudah terdapat pipa
berfungsi untuk memperbaiki air dari yang berwarna biru diletakkan dibagian bawah
overblooming dan kerusakan dasar, (dibalik), kemudian teknisi memegang pipa yang
menghilangkan jasad terapung dan gas-gas, berwarna biru itu dan membersihkan dasar
memperbaiki mutu air dari pembusukan dan tambak yang kotor sehingga lumpur atau bahan
memperbaiki overblooming algae. organik mengalir disaluran pembuangan. Kordi
Saponin diberikan ketika air terlalu pekat dan Tancung (2007) menyatakan bahwa sipon
yang berfungsi untuk menyerap atau mematikan dilakukan untuk mengeluarkan bahan organik di
plankton. Pemberian CaCO3 diberikan setiap dasar tambak berupa sisa pakan, plankton yang
satu minggu sekali untuk menstabilkan pH, mati, kotoran udang dan endapan lumpur
mempercepat pengerasaan saat proses sehingga tidak berubah menjadi gas beracun
molting, dan menambah mineral. yang membahayakan.
Pemberian kaporit berfungsi untuk Perbaikan kualitas air yang buruk dengan
menjernihkan air. Pemberian kaporit saat melakukan pemberian saponin. Pemberian
pertama siklus budidaya sebesar 10 ppm, hal ini saponin diberikan ketika air terlalu pekat.
kondisi air masih jernih namun jaman sekarang Saponin digunakan untuk membunuh plankton
ini karena kondisi perairan yang telah tercemar yang sangat pekat, sehingga dapat menaikkan
maka diberikan dosis sebanyak 20-30 ppm. kualitas air. Mudjiman (1943), biji teh (Camellia
Selanjutnya air dibiarkan selama 24 jam dan sinensis), dapat diambil minyaknya, ampasnya
kincir dinyalakan 2-3 jam untuk pengadukan yang sudah berupa tepung mengandung racun
kaporit agar cepat merata. Kaporit ini tidak saponin, dengan kadar antara 10-13 ppm.
langsung diberikan dalam kolam budidaya Prasetyo et al (2011), saponin adalah jenis
karena sifat dari kaporit adalah mengendap glikosida yang banyak ditemukan dalam
didasar atau terakumulasi didasar dan itu terjadi tumbuhan, salah satunya adalah biji teh.
saat 30-40 hari, sehingga apabila langsung Saponin memiliki karakteristik berupa buih,
dimasukkan dalam tambak budidaya akan sehingga ketika direaksikan dengan air dan
mengganggu kehidupan udang di dalam dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat
tambak. Amri dan Kanna (2008) menyatakan bertahan lama. Beberapa sifat-sifat yang dimiliki
bahwa sterilisasi media dengan kaporit yakni saponin antara lain berasa pahit, berbusa dalam
dosis sekitar 20-30 ppm dan disebar merata, air dan beracun bagi hewan berdarah dingin,
kemudian diaerasi kincir yang kuat selama 3-5 mempunyai aktiivtas haemolisis, merusak sel
jam. Pengadukan dengan kincir bertujuan agar darah merah.
kaporit yang diaplikasikan tersebar merata
hingga ke dasar tambak, sehingga air media KESIMPULAN
tersebut dapat segera steril total. Aplikasi Kondisi air yang minim bahkan paparan
kaporit sebaiknya pada kondisi intensitas dilaut sudah tercemar perlu adanya suatu
matahari rendah (sore hari) dengan harapan metode perkembangan budidaya. Pengelolan
untuk mengefektifkan daya racun dari bahan kualitas air dengan menstabilkan keseimbangan
aktif tersebut. antara organisme autotrof Chlorella sp. dan
Dalam pengelolaan kualitas air agar heterotrof Bacillus sp. sehingga dapat
kualitas air tetap stabil dilakukan proses menghasilkan kualitas air yang tidak berubah
pergantian air yang berguna untuk drastis atau stabil. Kualitas air yang stabil
mengencerkan bahan organik yang berasal dari membuat udang hidup nyaman sehingga
sisa metabolisme dan sisa pakan. Pergantian air kesehatan dan pertumbuhan meningkat.
dilakukan saat udang berumur 25 hari. Muzaki Perairan yang stabil sebagai wadah budidaya
(2004) menyatakan bahwa pergantian air vaname sehingga mendapatkan keberhasilan
dilakukan setiap 2 hari sekali. Jumlah dalam budidaya yang memuaskan.
pergantian air harian disesuaikan dengan umur
udang yaitu sekitar 1-5 % sampai bulan ke dua
REFERENSI
pemeliharaan, 5-7% pada bulan ketiga dan
kempat. Air yang dibuang dari tambak adalah air Adiwidjaya, D. Sucipto & I. Sumantri. (2008).
Penerapan Teknologi Budidaya Udang Vaname
dasar yang dibuang melalui pusat drainase atau
(L. Vannamei) Semi-Intensif pada Lokasi
pipa pinggir. Tambak Salinitas Tinggi. Media Budidaya Air
Selain pergantian air juga dilakukan Payau Perekayasaan. 7 : 54-72.
pengurangan kandungan bahan organik dalam Amri, K. & I. Kanna. (2008). Budidaya Udang
tambak yang disebut dengan sifon. Penyifonan Vaname. PT Gramedia Pustaka Utama :
dilakukan setiap 3-4 hari sekali atau seminggu Jakarta.
dua kali ketika kondisi bahan organik pada Bachruddin, M., M. Sholichah., S. Istiqomah & A.
perairan mencapai jumlah yang cukup tinggi Supriyanto. (2017). Effect of probiotic culture
(biasanya setelah udang mulai berumur 50 hari). water on growth, mortality, and feed conversion
ratio of Vaname shrimp (Litopenaeus vannamei

10
Jurnal Salamata
Vol. 2, No. 1, 7-12 (2020) Pengelolaan Kualitas Air Budidaya Intensif Udang Vanamei

Boone). Earth and Environmental Science 137 : Kordi M.G.H. & Tancung, A.B. (2007). Pengelolaan
1-7. Kualitas Air. Rineka Cipta : Jakarta.
Boyd, C. (1992). Water Quality Management for Pond Mudjiman, A. (2003). Budidaya Udang Windu.
Fish Culture. Aquaculture and Fish Science. 9. Penebar Swadaya : Jakarta. Hal 12
Brito, L.O., Arantes, R., Magnotti, C., Derner, R., Muzaki, A. (2004). Produksi Udang Vaname
Pchara, F., Olivera, A. & Vinatea, L. (2014). (Litopenaeus vannamei) pada Padat Penebaran
Water quality and growth of Pacific white shrimp Berbeda di Tambak Biocrete. Skripsi. Fakultas
Litopenaeus vannamei (Boone) in co-culture Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institute Pertanian
with green seaweed Ulva lactuca (Linaeus) in Bogor : Bogor.
intensive system. Aquacult 22:497–508. Poernomo, A. (2004). Teknologi Probiotik untuk
Fuady, M.F., Supardjo, M.N. & Haeruddin. (2013). Mengatasi Permasalahan Tambak udang dan
Pengaruh Pengelolaan Kualitas Air Terhadap Lingkungan Budidaya. Makalah disampaikan
Tingkat Kelulushidupan dan Laju Pertumbuhan pada Simposium Nasional Pengembangan Ilmu
Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) di PT. dan Inovasi Teknologi dalam Budidaya.
Indokor Bangun Desa, Yogyakarta. Journal of Semarang
Maquares. 2(4) : 155-162. Prasetyo, S., Prima, A. & Yosephine, F. (2011).
Gunarto & Hendrajat, E.A. (2008). Budidaya udang Pengaruh Rasio Biji Teh/Pelarut Air dan
vanamei, Litopenaeus vannamei pola semi Temperature pada Ekstraksi Saponin Biji Teh
intensif dengan aplikasi beberapa jenis probiotik secara Bacth. Skripsi. Jurusan Teknik Kimia,
komersial. J. Ris. Akuakultur, 3(3): 339-349. Universitas Katolik Parahyangan Bandung,
Gunarto, Mansyur, A., & Muliani. (2009). Aplikasi Bandung.
dosis fermentasi probiotik berbeda pada Sariplah. (2000). Keberhasilan Budidaya Udang
budidaya udang vaname (Litopenaeus Windu (Panaeus monodon Fabr.) dalam
vannamei) pola intensif. J. Ris. Akuakultur, 4(2): Tambak Intensif yang Menggunakan Petak
241-255. Perlakuan Air. Skripsi. Fakultas Perikanan dan
Gunarto, H. S. Suwoyo & B. R.Tampangallo. (2012). Ilmu Kelautan, Institute Pertanian Bogor : Bogor.
Budidaya udang vaname pola intensif dengan Soemardjati, W. & Suriawan, A. (2006). Petunjuk
sistem bioflok di tambak. J. Ris. Akuakultur 7 (3) Teknis Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus
: 393-405. vannamei) di Tambak. Departemen Kelautan
Haliman, R.W. & Adijaya, D. S. (2005). Udang dan Perikanan. Direktorat Jendral Perikanan
vaname Pembudidaya dan Prospek Pasar Buidaya. Balau Buidaya Air Payau Situbondo.
Udang Putih yang Tahan Penyakit. Penebar Hal 30.
Swadaya, Jakarta. Hal 75. Suprapto. (2005). Petunjuk teknis budidaya udang
Huda, A.S., Ispinanto, J., Bahri, F. & Decamp, O. vaname (Litopenaeus vannamei). CV Biotirta :
(2013). Successful production in semi-biofloc in Bandang Lampung. Hal 25.
Indonesia. Aquaculture. 9(2): 8-12. Suwoyo, H. S. & M. Mangampa. (2010). Aplikasi
Iswandi, D. (2014). Udang Vaname Asal Probolinggo Probiotik Dengan Konsentrasi Berbeda pada
Siap Masuk Pasar Internasional. Pemeliharaan Udang Vaname (Litopenaeus
www.trimbunnews.com diakses pada tanggal 9 Vannamei). Prosiding Forum Inovasi Teknologi
September 2019. Akuakultur.
Khanjani, M.H., Sajjadi, M.M., Alizadeh, M. & Wyk, P.M.V & Scarpa, J. (2017). Water Quality
Sourinejad. (2016). Study on nursery growth Requirements and management. Chapter 8.
performance of Pacific white shrimp Xu, N., Shi, W., Wang, X. & Wang, Z. (2019). Effect
(Litopenaeus vannamei Boone, 1931) under of ice water pretreatment on the quality of Pacific
different feeding levels in zero water exchange White Shrimps (Litopenaeus vannamei). Food
system. Iranian Journal of Fisheries Sciences Sci Nutr, 7(2): 645–655.
15(4): 1465-1484.

11

Anda mungkin juga menyukai