Anda di halaman 1dari 19

PEMANFATAN KERANG AIR TAWAR (Anadonta woodiana)

SEBAGAI BIOFILTER PADA PEMELIHARAAN


BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio)

Raden Oki Suendi1), Paryono2), Nanda Diniarti3)


123)
Program studi budidaya perairan, Fakultas Pertanian Universitas Mataram
Jl.Pendidikan no.37, Mataram Indonesia

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penambahan kerang air tawar untuk
meningkatkan kualitas air (Amonia dan TSS) dan mengetahui dampak lanjutan dari kondisi
kualitas air tersebut terhadap pertumbuhan panjang dan berat ikan mas pada pemeliharaan
benih ikan mas(Cyprinus carpio). Penelitian ini dilaksanakan selama 60 hari. Bertempat
laboratorium budidaya perairan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Terdiri atas 4 perlakuan 3 kali ulangan. Perlakuan yang di uji cobakan yaitu
penambahan kerang air tawar dengan jumlah yang berbeda yaitu K1 (Kontrol), K2 (15 Ekor
kerang air tawar), K3 (20 Ekor kerang air tawar), K4 (25 Ekor kerang air tawar). Parameter
penelitian yang diukur yaitu parameter kualitas air yaitu suhu, pH, DO, amonia dan TSS.
Parameter pertumbuhan seperti tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan panjang,
pertumbuhan bobot mutlak dan laju pertumbuhan bobot spesifik. Data dianalisis
menggunakan sidik ragam (Anova) dengan tingkat kepercayaan 95%, kemudian dilanjutkan
dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemanfaatan kerang air tawar sebagai
biofilter pada pemeliharaan benih ikan mas dapat mempengaruhi kualitas air (Suhu,pH, DO,
amonia, dan TSS) dan berpengaruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup, laju
pertumbuhan panjang, pertumbuhan bobot mutlak dan laju pertumbuhan bobot spesifik dari
semua perlakuan tersebut didapatkan perlakuan terbaik pada perlakuan K4.

Kata kunci: Kerang Air Tawar, Ikan Mas, Biofilter

ABSTRACT

The purpose of this study was to examine the effect of adding freshwater mussels to improve
water quality (Ammonia and TSS) and to determine the further impact of these water quality
conditions on the growth of carp length and weight on the maintenance of carp (Cyprinus
carpio) fry. This research was carried out for 60 days. Aquaculture laboratory. The design
used was Completely Randomized Design (CRD). Consists of 4 treatments with 3
replications. The treatments tested were the addition of freshwater clams with different
amounts, namely K1 (Control), K2 (15 freshwater clams), K3 (20 freshwater clams), K4 (25
freshwater clams). The research parameters measured were water quality parameters, namely;
Temperature, pH, DO, Ammonia and TSS. Growth parameters such as Survival Rate, Length
Growth Rate, Absolute Weight Growth and Specific Weight Growth Rate. Data were
analyzed using variance (Anova) with a 95% confidence level, then continued with Duncan's
test. The results showed that the use of freshwater clams as a biofilter in the maintenance of
carp fry can affect water quality (temperature, pH, DO, Ammonia, and TSS) and have a

1
2

significant effect on survival rates, length growth rates, absolute weight growth and weight
growth rates. the specifics of all these treatments obtained the best treatment on treatment K4.

Keywords: freshwater clams, carp, biofilter

PENDAHULUAN

Ikan mas merupakan salah satu ikan air tawar dan menjadi salah satu sumber pangan.
Kegiatan budidaya ikan secara intensif berarti melakukan pemeliharaan ikan dengan padat
penebaran yang tinggi dan pemberian pakan buatan yang tinggi, sehingga menghasilkan
buangan limbah organik dan anorganik yang cukup besar yaitu 20-30 mg/l. Hal ini akan
berdampak terhadap kualitas air yang buruk, terbatasnya oksigen terlarut penurunan pH dan
meningkatkan bahan- bahan organik yang akan berdampak negatif pada pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan.
Kualitas yang tidak memenuhi persyaratan budidaya ikan seperti air yang mengandung
limbah organik dan anorganik yang melebihi ambang batas yang telah ditentukan hingga
adanya kehadiran logam berat seperti cadmium dan timbal, sehingga polutan seperti logam
berat dapat terakumulasi dalam biota budidaya dan dapat memberikan dampak buruk bagi
konsumen hasil budidaya. Permasalahan yang ada dalam usaha budidaya ikan yaitu
menurunnya beberapa parameter kualitas air seperti menurunnya kadar oksigen terlarut, pH
bersifat asam dan tingginya kandungan ammonia sehingga menyebabkan ikan mengalami
stres yang dapat menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh ikan (Fpk, 2017), maka
perlu dilakukan pembuatan sistem terintegrasi guna memperoleh kualitas air yang baik dalam
budidaya ikan dan mengoptimalkan suatu lahan.
Pada kenyataannya kualitas dan kuantitas suplai air yang cukup baik merupakan faktor
utama yang sangat menentukan keberhasilan budidaya ikan (Samsundari dan Wirawan, 2013).
Untuk menanggulangi kedua permasalahan di atas, maka diperlukan teknologi dengan sistem
pemeliharaan yang lebih intensif seperti penambahan biofilter untuk mendapatkan nilai
produksi dan kualitas ikan yang baik.
Penambahan kerang air tawar dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas air dalam
budidaya. Hewan ini tergolong filter feeder yaitu jenis hewan yang mendapatkan makanan
dengan jalan menyaring air kedalam tubuhnya dan dalam jumlah banyak dapat dimanfaatkan
untuk mengatasi pencemaran perairan akibat polutan termasuk logam berat dengan demikian
hewan ini dapat membantu dalam usaha penjernihan air. Kerang air tawar memakan sisa
makanan ikan yang tidak sempat dimakan serta dapat digunakan sebagai biofilter (Prihartini,
1999 dalam Sandi putra et al. 2016)
Kerang air tawar (Anadonta) terkenal dengan kapasitas penyaringannya yang besar
filter ini dapat menyerap bahan tersuspensi lebih besar dari 0,7 ppm dari air. Penggunaanya
dalam pengolahan limbah juga memiliki peran terhadap perubahan fisik dan kimia air. Mc
Laughlan dan Aldrigde (2013) menyatakan bahwa kerang air tawar sebagai filter yang mampu
memanfaatkan bahan organik disekitarnya untuk diserap dan disaring.
Penambahan biofilter yang berupa kerang air tawar yang mampu menyaring air dan
mengekstrak bahan-bahan organik baik tersuspensi maupun partikel. Makin besar jumlah
kerang air tawar maka semakin besar kemampuan untuk menyaring partikel tersuspensi
(Reveriendra et al. 2017). Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal tergantung pada kondisi tubuh ikan, misalnya kemampuan ikan dalam
memanfaatkan sisa energi dan protein setelah metabolisme untuk pertumbuhannya. Faktor
eksternal seperti faktor lingkungan. Adapun penelitian yang pernah dilakukan Nugroho et al.
(2006) dalam Elizabeth et al. (2010) memberikan hasil, kijing cukup efektif dalam
3

memperbaiki kualitas air pada tingkat pencemaran bahan organik yang cukup tinggi dan
sebagai biofilter terhadap pengolahan limbah budidaya ikan dengan sistem resirkulasi.
Teknik penambahan kerang air tawar merupakan bagian teknik resirkulasi yang
berupaya menyiasati lahan budidaya yang semakin sempit dan adanya kelangkaan air.
Pemanfaatan kerang air tawar juga merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan
untuk mengurangi bahan organik di dalam perairan dan perbaikan sistem budidaya melalui
sistem resirkulasi. Oleh karena itu perlunya dilakukan penambahan filter berupa kerang air
tawar untuk mengurangi sisa makanan dan partikel organik yang tertinggal di dalam perairan
agar perairan menjadi lebih bersih.
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 April sampai 5 Juni di Laboratorium


Budidaya Perairan, Universitas Mataram, NTB. Pengujian dilakukan di Laboratorium
Budidaya Perairan Fakultas Pertanian dan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (MIPA) Universitas Mataram.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen skala
laboratorium dengan rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) dengan perlakuan perbedaan media filter yaitu K (kontrol), kerang air tawar (Anadonta
woodiana) dengan jumlah berbeda karena semakin banyak jumlah kerang maka semakin
bagus kualitas perairan dengan ukuran 5cm, masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga
kali. Bentuk rancangan penelitian yang digunakan yaitu:
K1 = Kontrol (tanpa biofilter)
K2 = 15 ekor kerang air tawar dalam 30 Liter air (Reveriendra, 2017) (sebagai biofilter)
K3 = 20 ekor kerang air tawar dalam 30 Liter air
K4 = 25 ekor kerang air tawar dalam 30 Liter air
Prosedur Penelitian
Tahapan dalam memulai penelitian diawali dengan persiapan alat awalnya hingga
pemasangan alat. Tahapan persiapan tersebut dilakukan secara berurutan. Prosedur penelitian
ini yang dilakukan pada penelitian ini meliputi dari persiapan wadah filter, wadah budidaya,
persiapan hewan uji, pelaksanaan, pengamatan parameter kualitas air tahapan prosedur
penelitian adalah sebagai berikut.
Persiapan Wadah Filter
Wadah filter yang digunakan yaitu talang dengan ukuran tinggi 10 cm, panjang 35 cm
dan lebar 15 cm. talang dibersihkan dahulu menggunakan air. Wadah filter yang sudah
disiapkan kemudian disusun secara berjajar dan diberikan sekat tiap filter sesuai perlakuan
yang diterapkan.
Persiapan Wadah Budidaya
Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak kontainer yang berukuran 60
cm dengan tinggi air 40 cm dan dan volume air 30L/wadah. Wadah yang digunakan untuk
tempat hidup kerang adalah wadah talang air yang berukuran 35cm tinggi 10 cm lebar 15 cm
wadah.
Persiapan Hewan Uji
Ikan mas (cyprinus carpio) yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah keseluruhan
240 ekor ikan dibagi dalam setiap wadah yang digunakan 20 ekor setiap bak, setiap ekor ikan
mas berumur 30 hari, berukuran 7-9 cm.
4

Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan dengan pemberian pakan 2 kali sehari. Pakan
yang diberikan berupa pellet. Pemberian pakan dilakukan pada pukul 08.00 WITA dan pada
pukul 16.00 WITA. Metode pemberian pakan dilalukan secara terus menerus (adlibitum).
Parameter Uji
Pengumpulan data dilakukan selama penelitian berlangsung, data yang dikumpulkan
berupa data kelangsungan hidup, pertumbuhan bobot mutlak, laju pertumbuhan harian, dan
kualitas air yang digunakan sebagai hasil penelitian.

Pertumbuhan Bobot Mutlak


Pertumbuhan bobot mutlak diukur dengan menggunakan rumus menurut (Effendi,
1997 dalam Djunaedi, 2014) yaitu :

Wm = Wt – Wo …………………………………….………………….(1)
Keterangan :
Wt = bobot rata-rata pada waktu t (g)
Wo = bobot rata-rata pada waktu awal (g)

2.3.2 Tingkat Kelangsungan Hidup


Kelangsungan hidup adalah persentase organisme yang hidup pada akhir
pemeliharaan dari jumlah seluruh organisme awal yang dipelihara dalam suatu wadah, yang
dihitung menggunakan rumus dari (Zonneveld et al. 1991 dalam Djunaedi, 2014) yaitu:

jumlah larva yang dipanen (ekor )


SR= X 100 % ...............................................(2)
jumlah larva yang ditebar (ekor)

Keterangan:
SR : Kelangsungan hidup (Survival rate) (%)
Nt : Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)
N0 : Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

Laju pertumbuhan Spesifik


Perhitungan laju pertumbuhan spesifik digunakan rumus yang di kemukakan oleh
Hariati (1989) dalam (Reviendra.,et.al,2017) adalah sebagai berikut:
LPS = (Ln Wt-Ln Wo)/t X 100%

Keterangan:
LPS : laju pertumbukan spesifik
Wt : Bobot rata-rata di akhir pemeliharaan (ekor)
Wo : Bobot ikan diawal pemeliharaan (ekor)
t : Lama waktu pemeliharaan (hari)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak digunakan untuk menghitung pertumbuhan panjang ikan
selama pemeliharaan, dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Effendi (1979),
dalam Reviendra et al. 2017 adalah sebagai berikut:
5

L = Lt- Lo
Keterangan :
L : Panjang total mutlak (cm)
Lt : Panjang Rata-rata akhir penelitian (cm)
Lo: Panjang Rata- rata awal penelitian (cm)

Laju Pertumbuhan Panjang


Laju pertumbuhan panjang digunakan untuk mengukur pertumbuhan panjang harian
selama dilakukan budidaya dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh (Effendi
2002) dalam (Intan, 2017).

LPP= Ln Lt - Ln Lo X 100%
t
Keterangan :
LPP : Laju Pertumbuhan Panjang (% hari-1)
Lo : Rerata panjang ikan pada Awal pemeliharaan (cm)
Lt : Rerata panjang ikan pada akhir Pemeliharaan (cm)
t : Waktu Pemeliharaan (Hari)

Analisis Total Suspend Solid


Uji yang telah homogen disaring dengan menggunakan kertas saring yang telah
ditimbang . Residu yang tertahan pada kertas saring dikeringkan sampai sampai mencapai
berat konstan pada suhu 103 Co sampai 105 C.. Kenaikan berat kertas saring mewakili total
padatan tersuspensi:
Rumus : TSS( mg/L)=( A-B)x1000
V
keterangan: A : Berat kertas saring + residu (mg)
B : Berat kertas saring (mg)
V : Volume contoh uji (L)

Analisis Data
Data pertumbuhan bobot mutlak, kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, laju
pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan panjang, dan TSS diolah menggunakan
aplikasi SPSS 24. Semua data disajikan dalam bentuk tabel grafik. Data yang dianalisis dan
diuraikan secara statistic dan deskriptif menggunakan uji one way anova.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Parameter Kualitas Air


Parameter kualitas air suatu perairan media budidaya merupakan hal yang berpengaruh
terhadap keberhasilan suatu budidaya ikan hal ini dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan
ikan yang dibudidayakan. Selain itu tingkat kelulushidupan suatu komoditas ikan sangat
dipengaruhi perairannya. Sehingga menjaga kestabilan parameter kualitas air merupakan
keharusan bagi setiap saat dilakukannya budidaya ikan( Djoko,2006 dalam Asriani
et.al.,2019).
6

Suhu
Suhu merupakan keadaan perairan yang mencakup panas dan dingin. Pengukuran suhu
pada penelitian ini dilakukan sebanyak 6x yaitu pengukuran suhu pada hari ke-10, ke-20, ke-
30 ke-40, ke-50 dan ke-60, dimana pemeliharaan dilakukan selama 60 hari. Hasil dari
pengukuran suhu disajikan pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Nilai Suhu selama penelitian
PENGUKURAN SUHU
PERLAKUAN HARI KE- HARI KE- HARI KE- HARI KE- HARI KE- HARI KE-
10 20 30 40 50 60
K11 27.4 27.8 27.9 27.5 27.8 27.3
K12 27.5 26.9 28.3 27.3 27.4 27.1
K13 27.8 27.6 27.9 27.6 27.6 27.6
K21 27.2 27.6 28.3 27.7 27.7 27.7
K22 27.8 27.4 28.1 27.3 27.7 27.6
K23 27.3 27.1 27.6 27.3 27.7 27.5
K31 27.9 27.5 27.9 27.2 27.6 27.7
K32 27.6 27.6 27.8 27.4 27.9 27.7
K33 27.1 27.7 27.8 27.3 27.7 27.3
K41 27.9 27.3 28.0 27.3 27.6 27.5
K42 27.7 27.7 27.8 27.5 27.7 27.7
K43 27.7 27.7 27.5 27.9 27.5 27.5

Berdasarkan tabel di atas suhu perairan pada awal penelitian yaitu berkisar antara 27,2-
27,9 ˚C dan pada akhir penelitian dan akhir penelitian berkisar antara 27,3- 27,7 ˚C.

Derajat Keasaman (pH)


Derajat keasaman air merupakan gambaran air tersebut apakah asam atau basa. pH
netral yaitu 7 sedangkan pH asam yaitu pH<7 dan pH basa yaitu pH>7. Pengukuran pH pada
penelitian ini disajikan dalam Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Nilai pH selama penelitian

P Derajat Keasaman
(pH)
D10 D20 D30 D40 D50 D60 Literatur
K1 7,4 7,5 7,6 7,7 8,1 8,2 6,5-8,5
K2 7,3 7,4 7,4 7,6 8,2 8,2 (Wihardi,2014)
K3 7,3 7,4 7,4 7,6 8,1 8,2
K4 7,4 7,3 7,5 7,7 8,1 8,2

Berdasarkan tabel diatas pH pada awal penelitian berkisar antara 7,3-7,4 dan pada awal
penelitian berkisar antara 8,2-8,4 nilai pH pada kisaran tersebut tergolong baik pada budidaya
ikan mas. Nilai ph yang baik untuk budidaya ikan mas berkisar antara 6,5-8,5 (Wihardi,2014).
7

Oksigen Terlarut (DO)


Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas yang apabila ketersediaannya didalam
perairan tidak mencukupi biota budidaya, maka akan mempengaruhi segala aktivitas biota
budidaya tersebut. Nilai oksigen terlarut dari penelitian ini disajikan dalam Tabel 5 berikut :
Tabel 5. Nilai Oksigen Terlarut (DO) selama penelitian

P Oksigen
Terlarut (DO)
D10 D20 D30 D40 D50 D60 Literatur
K1 6,0 5,4 5,0 5,7 5,3 5,0 5-7 mg/l
K2 5,2 5,1 5,5 5,3 5,3 5,4 (Bahnan,2018)
K3 5,2 4,8 5,0 5,4 5,3 5,1 (Wihardi,2014)
K4 5,6 4,9 5,1 5,4 5,6 5,1

Oksigen terlarut merupakan faktor penting penunjang budidaya. Dari hasil penelitian
didapatkan hasil rata-rata pengukuran awal terendah yaitu 5,2 pada perlakuan K2 dan tertinggi
6,0 Pada perlakuan K1 sedangkan pada akhir pemeliharaan terendah yaitu 5,0 pada perlakuan
K1 dan tertinggi yaitu 5,4. Pada perlakuan K2
Ammonia (NH3)
Senyawa NH3 merupakan bentuk amoniak bebas (tidak terionisasi) bersifat toksik pada
ikan. Amoniak bersifat basa lemah sehingga kenaikan ammonia akan menaikan jumlah pH.
Peningkatan ammonia berasal dari pemberian jumlah pakan yang berlebihan. Akibatnya,
eksresi ammonia oleh ikan cukup tinggi( Saparinto,2008 dalam Prasetyo,2018). Nilai
ammonia pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Gambar 5. Amonia

Tabel 6. Pengukuran Amonia

Perlakuan Ammonia (NH3)


Awal Akhir Literatur
K1 0,15 0,25 Kurang dari 1
mg/l.
K2 0,15 0,25 (Manurung,
8

2018)
K3 0,15 0,25
K4 0,15 0,25

Berdasarkan tabel diatas total ammonia pada awal penelitian yaitu 0,15 dan pada akhir
penelitian 0,25 mg/l.
Total Suspended Solid (TSS)
Total suspend solid merupakan bahan endapan yang tebentuk dari tanah atau pasir yang
dapat menghalangi kemampuan memproduksi zat organik dalam perairan.
TOTAL SUSPENDED
SOLID (mg)

120.27778 b
140
120
100 75.777778 a
61.388889 a
80 54.055556 a
60
40
20
0
K1 K2 K3 K4
Perlakuan
Gambar 6. Total Suspended Solid (TSS)

Berdasarkan grafik di atas nilai tertinggi total suspend solid pada perlakuan K1 dengan
nilai 120,27 mg/l, perlakuan K2 yaitu 75,77 mg/l, perlakuan K3 61.38 mg/l dan perlakuan K4
merupakan perlakuan yang memiliki nilai total suspend solid terendah dengan nilai 54,05
mg/l. Berdasarkan hasil uji Analysis Of Variance (ANOVA) menunjukan bahwa total
suspended solid memberikan pengaruh signifikan (K< 0,05) sehingga dilakukan uji lanjut
untuk mengetahui perbedaan diantara setiap perlakuan. Berdasarkan uji Duncan pada
perlakuan total suspended solid pada perlakuan K1 berbeda nyata dengan perlakuan K2 , K3,
dan K4

Tingkat kelangsungan hidup


Tingkat kelangsungan hidup merupakan nilai perbandingan antara jumlah organisme
yang hidup pada akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme saat penebaran yang
dinyatakan dalam persen. Ikan dipelihara selama 60 hari dengan jumlah penebaran awal
masing - masing ulangan yaitu 20 ekor dan dilakukan perhitungan kelangsungan hidup
diakhir pemeliharaan. Tingkat kelangsungan hidup ikan mas dapat dilihat pada Gambar 7.
9

120.00 98.33 ±2.89 95.00 ±8.66 b 88.33 ±10.41


b ab

Kelangsungan Hidup (%)


100.00 75.00 ±5.00
a
80.00
60.00
40.00
20.00
-
K1 K2 K3 K4
Perlakuan

Gambar 7. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Mas.

Berdasarkan hasil pengamatan Tingkat kelangsungan hidup tertinggi diperoleh pada


perlakuan K2 yaitu sebesar 98.33%, selanjutnya di ikuti K3, K4 dan K1 masing – masing
sebesar 95.00%, 88.33% dan 75%.
Berdasarkan hasil uji Analysis Of Variance (ANOVA) menunjukan bahwa penggunaan
kerang air tawar sebagai biofilter pada pemeliharaan ikan mas berpengaruh nyata terhadap
tingkat kelangsungan hidup (K< 0,05) sehingga dilakukan uji lanjut untuk mengetahui
perbedaan diantara setiap perlakuan.
Berdasarkan uji Duncan menunjukan bahwa perlakuan K1 tidak berbeda nyata dengan
perlakuan K4, namun berbeda nyata dengan perlakuan K2 dan K3. Perlakuan K2, K3 tidak
berpengaruh nyata terhadap K4.

Pertumbuhan Panjang Mutlak


Pertumbuhan panjang mutlak merupakan perbandingan pertumbuhan panjang ikan dari
awal pemeliharaan sampai dengan akhir pemeliharaan. Pengukuran pertumbuhan panjang
mutlak dilakukan pada awal pemeliharaan dan pada akhir pemeliharaan untuk mengetahui
selisih pertumbuhan panjang disetiap perlakuan yang diberikan. Laju pertumbuhan panjang
ikan dapat dilihat pada Gambar 8.

3.50
3.41±0.18 b 3.41±0.23 b
Pertumbuhan Panjang (cm)

3.40
3.30 3.26±0.03 b
3.20
3.10
3.00 2.95±0.05 a
2.90
2.80
2.70
K1 K2 K3 K4
Perlakuan

Gambar 8. Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak

Berdasarkan hasil pengamatan pada pertumbuhan panjang menunjukan bahwa


pemeliharaan benih ikan mas menggunakan kerang air tawar sebagai biofilter memberikan
pertumbuhan panjang didapat nilai tertinggi pada perlakuan K2 dan K4 dengan nilai yaitu
10

3.41cm di ikuti dengan perlakuan K3 dengan nilai yaitu 3.26 cm dan perlakuan K1 dengan
nilai 2.95 cm.
Berdasarkan hasil uji Analysis of variance (ANOVA) menunjukan bahwa penggunaan
kerang air tawar sebagai biofilter kualitas air berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
panjang mutlak ikan mas (K < 0.05 ) sehingga dilakukan uji lanjut untuk mengetahui
perbedaan di antara tiap perlakuan.
Berdasarkan uji Duncan menunjukan bahwa penggunaan kerang air tawar sebagai
biofilter pada tingkat pertumbuhan panjang mutlak ikan mas berbeda nyata antara perlakuan
K1 dengan perlakuan K2, K3, dan perlakuan K4 tidak berbeda nyata dengan perlakuan K2
dan K3.

Pertumbuhan Bobot mutlak


Keberhasilan kegiatan budidaya ikan dapat dilihat dari tingkat kelangsungan hidup yang
tinggi dan laju pertumbuhan dalam waktu yang singkat. Menurut Marina(2011) pertumbuhan
dipengaruhi oleh factor internal dan factor eksternal. Factor internal terdiri dari dari factor
genetik dan fisiologis ikan itu sendiri. Sedangkan factor eksternal merupakan factor yang
berasal dari lingkungannya sendiri. Pertumbuhan bobot mutlak dapat dilihat pada Gambar 9.

18.00
16.03±0.89 b
16.00 14.90±0.77 b 14.88±0.37 b
14.00
Pertumbuhan Berat (gr)

12.00
10.06±0.35 a
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
-
K1 K2 K3 K4
Perlakuan

Gambar 9. Pertumbuhan Bobot Mutlak

Pertumbuhan bobot mutlak menunjukan bahwa pemeliharaan ikan mas dengan


menggunakan kerang air tawar sebagai biofilter yang berbeda pada sistem resirkulasi
memberkan bobot mutlak tertinggi pada pelakuan K4 yaitu sebesar 16.03 g. selanjutnya dikuti
dengan perlakuan K2 dengan nilai 14.90 g, K3 Yaitu 14.88 g, dan perlakuan K1 memiliki
pertumbuhan bobot terendah yaitu sebesar 10.06 g. dapa dilihat pada Gambar 9.
Berdasarkan hasil uji analysis of variance (ANOVA) menunjukan bahwa penggunaan
kerang air tawar sebagai biofilter berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot mutlak
benih ikan mas (K< 0,05) sehingga dilakukan uji lanjut untuk mengetahui perbedaan antara
setiap perlakuan.
Berdasarkan uji Duncan menunjukan bahwa penggunaan kerang air tawar sebagai
biofilter pada tingkat perrtumbuhan bobot mutlak berbeda nyata antara perlakuan K1 dengan
perlakuan K2, K3 dan K4. Pada perlakuan K4 tidak berbeda nyata dengan perlakuan K2 dan
K3. Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah kerang yang digunakan maka semakin bagus
kualitas air yang didapat. Pertumbuhan bobot ikan mas juga dapat dipengaruhi beberapa
faktor.
11

Laju Pertumbuhan Bobot Spesifik


Laju pertumbuhan spesifik merupakan perubahan ikan dalam berat, ukuran maupun
volume seiring dengan berubahnya waktu. Cara menghitung laju pertumbuhan spesifik dapat
dilakukan dengan cara, Bobot rata-rata akhir penelitian dikurangi bobot rata-rata awal
penelitian dibagi dengan waktu penelitian yaitu selama 60 hari. Laju pertumbuhan spesifik
dapat dilihat pada Gambar 10.

0.80 0.70 b
0.69 b 0.67 b
0.70
0.60 0.53 a
SGR (%/hari)

0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
-
K1 K2 K3 K4

Perlakuan

Gambar 10. Laju Pertumbuhan spesifik

Laju pertumbuhan spesifik menunjukan bahwa pemeliharaan ikan mas dengan


menggunakan kerang air tawar sebagai biofilter memberikan laju pertumbuhan spesifik
tertinggi pada perlakuan K4 dengan nilai yaitu 0.70, selanjutnya diikuti oleh perlakuan K2
dan K3 dengan nilai masing- masing 0.69 dan 0.67 Dan perlakuan K1 dengan nilai laju
pertumbuhan terendah yaitu 0.53.
Berdasarkan hasil uji Analisys of variance (ANOVA) menunjukan bahwa penggunaan
kerang air tawar sebagai biofilter kualitas air pada pemeliharaan benih ikan mas berpengaruh
nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik pada pemeliharaan ikan mas (K < 0,05). Sehingga
dilakukan uji lanjut untuk untuk mengetahui perbedaan antar setiap perlakuan.
Berdasarkan uji Duncan menunjukan bahwa penggunaan kerang air tawar sebagai
biofilter pada laju pertumbuhan spesifik berbeda nyata antara perlakuan K1 dengan perlakuan
K2, K3 dan K4. Pada perlakuan K4 tidak berbeda nyata dengan perlakuan K2 dan K3. Hal ini
dikarenakan semakin banyak jumlah kerang yang digunakan maka semakin bagus kualitas air
yang didapat

Pembahasan
Suhu
Hasil pengukuran suhu perairan pada awal penelitian yaitu berkisar antara 27,2-27,9
˚C dan pada akhir penelitian dan akhir penelitian berkisar antara 27,3- 27,7˚C. Kisaran suhu
pada pemeliharaan ikan mas merupakan suhu optimal untuk budidaya ikan mas. Fluktuasi
suhu pada budidaya tergolong kecil hal ini disebabkan oleh aktivitas pompa mensirkulasi air
dari wadah pemeliharaan ke media filtrasi dan kembali kewadah pemeliharaan. Kisaran suhu
tersebut tergolong baik dan masih sesuai untuk budidaya ikan mas. Hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Makaminan et al. (2011), bahwa kisaran suhu optimum bagi
kehidupan ikan adalah 25-32 ˚C. Keberadaan suhu memiliki peranan penting dalam proses
biologi dan kimiawi dalam tubuh ikan. Pada saat suhu meningkat aktivitas metabolisme pada
organisme parairan juga akan meningkat dan hewan akan menggunakan oksigen dua kali lipat
lebih banyak.
12

pH
Berdasarkan hasil pengukuran derajat keasaman (pH) pada awal penelitian berkisar
antara 7,3-7,4 dan pada awal penelitian berkisar antara 8,2-8,4 nilai pH pada kisaran tersebut
tergolong baik pada budidaya ikan mas. Nilai pH yang baik untuk budidaya ikan mas berkisar
antara 6,5-8,5 (Wihardi,2014).

DO (Disolved oxygen)
Berdasarkan hasil pengukuran DO (Disolved oxygen) didapatkan hasil rata-rata
pengukuran awal yaitu berkisar antara 5,2-6,0 sedangkan pada akhir pemeliharaan yaitu 5,1-
5,4. Dari hasil pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa kondisi atau nilai kadar
konsentrasi oksigen terlarut (DO) pada media pemeliharan ikan saat penelitian dapat
dikategorikan normal untuk kehidupan ikan mas. Hal ini diperkuat oleh Bahnan et al. (2018)
yang menyatakan bahwa kandungan oksigen minimum dalam air yang dapat diterima
sebagian besar biota budidaya untuk hidup yaitu 5-7 mg/l. Wihardi (2014) menyatakan kadar
oksigen terlarut di dalam perairan atau dikolam yang baik untuk pertumbuhan ikan mas yaitu
>4 jika kurang dari 4 mg/l maka dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan kelangsungan
hidup ikan yang dibudidaya. Hasil pengukuran oksigen terlarut pada saat pemeliharaan
tergolong stabil hal ini disebabkan oleh aktivitas pompa air dengan sistem resirkulasi
sehingga kebutuhan oksigen terlarut tetap terjaga dan kerang air tawar dapat mengatur
metabolisme oksigen dengan baik. Dengan terjaganya kualitas air maka tingkat kematian pada
ikan yang dibudidaya akan mengalami penurunan pada saat dilakukan budidaya.

Ammonia
Ammonia merupakan produk hasil metabolisme protein yang dieksresikan pada insang
dan ginjal. amonia dikeluarkan bersama urine dan feses. Pemberian pakan yang berlebih akan
menyebabkan penumpukan. Sehingga pakan yang menumpuk tersebut akan terurai ke dalam
perairan. Hal itulah yang menyebabkan tingginya ammonia pada suatu perairan. Dan jumlah
ammonia yang dieksresikan meningkat tanpa diimbangi dengan bakteri dekomposer. Amonia
juga berasal dari alga atau tanaman air yang mati. Pada kasus tertentu seperti blooming alga,
ketika alga tersebut mati maka kadar amonia akan meningkat dengan cepat sehingga
menurunkan oksigen dan pH lalu kadar amonia dan karbondioksida meningkat. Amonia
masuk dalam salah satu komponen siklus nitrogen yang prosesnya disebut nitrifikasi. Dalam
air amonia akan digunakan oleh bakteri autotrof sebagai sumber energi, amonia akan
dioksidasi oleh bakteri (Nitrosomonas) menjadi nitrit (NO2) yang bersifat toksik bagi ikan.
Bakteti nitrifikasi lainnya (Nitrobacter) akan mengubah nitrit menjadi nitrat (NO3) yang
terakumulasi di air. Nitrat dapat ditoleransi oleh sebagian besar ikan atau dipergunakan oleh
tanaman. Kadar Amonia akan meningkat akibat buangan dari ikan. Setiap spesies memiliki
perbedaan kerentanan terhadap amonia. Telur dan larva ikan sangat sensitif terhadap amonia
meskipun kadarnya rendah. Amonia bebas bersifat toksik bagi ikan dibandingkan amonium.
Pada ikan yang keracunan amonia ikan akan kehilangan kelembapan, fungsi fisiologis
terganggu, dan kehilangan nafsu makan dalam kasus fatal ikan akan mengalami kematian.
Berdasarkan hasil pengukuran total ammonia pada awal penelitian yaitu 0,15 dan pada
akhir penelitian 0,25 mg/l. hasil pengukuran ammonia pada penelitian ini menunjukan bahwa
kerang air tawar mampu meminimalisir jumlah ammonia yang terdapat pada perairan yang
berasal dari sisa pakan dan feses sehingga ammonia yang terdapat diperairan tersebut rendah
dengan cara menyerap bahan organic dan anorganik diperairan. Kerang air tawar
memanfaatkan secara biologi limbah organic dan partikel-partikel tersuspensi yang menjadi
sumber amonia sehingga dapat menurunkan kadar ammonia (Mathlubi, 2006). Kerang air
tawar mampu menekan cematran yang terdapat pada air, parameter yang mampu dipulihkan
antara lain kandungan bahan organic karena hewan filter feeder mampu menyaring partikel
13

yang ada diperairan (Putra, 2010). Keberadaan ammonia didalam perairan juga
mempengaruhi pertumbuhan ikan karena dapat mereduksi masukan oksigen yang disebabkan
oleh rusaknya insang (Effendie, 2003 dalam Amrizal, 2015). Pada pH rendah sebagian besar
ammonia akan terionisasi. Sementara semakin tinggi pH maka ammonia semakin meningkat,
karena senyawa ammonium yang terbentuk tidak terionisasi dan bersifat toksik pada ikan
(Widayat et al., 2010). Menurut Byord (1977) dalam Manurung (2018), konsentrasi amoniak
aman bagi ikan diperairan adalah kurang dari 1 mg/l.

TSS
Pencemaran di perairan dapat digolongkan menjadi pencemaran tersuspensi dan terlarut
yang berasal dari bahan organic dan anorganik. Padatan tersuspensi total (Total Suspended
Solid) adalah bahan-bahan tersuspensi yang tertahan pada saringan Millipore dengan ukuran
pori-pori 0,45 µm. TSS terdiri dari bahan organik dan anorganik. Yang termasuk dalam zat
tersuspensi adalah tanah liat, logam oksida,sulfide, ganggang lumpur dan jamur.
Berdasarkan hasil pengukuran TSS (Total Suspended Solid ) nilai total suspend solid
pada perlakuan K1 dengan nilai 120,27 mg/l, perlakuan K2 yaitu 75,77 mg/l, perlakuan K3
61,38 mg/l dan perlakuan K4 merupakan perlakuan yang memiliki nilai total suspend solid
dengan nilai 54,05 mg/l. pada perlakuan tersebut mengalami perbedaan disetiap perlakuan
dimana penurunan terendah didapatkan pada perlakuan K4 yaitu(54,05) dengan jumlah
kepadatan kerang sebanyak 25 ekor. Hal ini disebabkan adanya kerang air tawar yang mampu
menunrunkan kadar TSS. Semakin banyak kerang air tawar yang digunakan maka semakin
cepat untuk penurunan kadar TSS. sedangkan tanpa penambahan kerang penurunan TSS
semakin lambat. Berdasarkan penelitian Hamsiah dalam Elizabeth (2010) menyatakan bahwa
penurunan kadar TSS lebih tinggi pada perlakuan yang menggunakan kerang dibandingkan
dengan perlakuan tanpa menggunakan kerang. Perlakuan K4 didapatkan nilai terendah karena
biofilter dapat menyaring bahan organic sehingga total padatan tersuspensi yang didapatkan
semakin rendah. Menurut Boneka et al. (1991) dalam (Elizabeth, 2010) mengatakan bahwa
semua unsur yang tersuspensi yang ada didalam air dapat dimanfaatkan sebagai pakan oleh uji
biofilter dalam batas waktu tertentu. Kerang air tawar yang digunakan pada percobaan ini
mampu menurunkan kandungan bahan tersuspensi karena mekanisme filter feeder, yaitu
mendapatkan makanan dengan cara menyaring air yang masuk kedalam tubuhnya. Pada
dasarnya penambahan kerang air tawar semakin banyak dapat menurunkan kandungan bahan
organic yang dapat menyebabkan pencemaran sehingga dapat menjadikan kualitas air
semakin bagus. Jika kualitas air semakin bagus maka tingkat pertumbuhan dan tingkat
kelangsungan hidup pada biota budidaya semakin tinggi.
Tingginya total padatan tersuspensi pada perlakuan K1 disebabkan karena tidak adanya
media biofilter yang berupa kerang air tawar didalam wadah filter sehingga wadah budidaya
menjadi keruh dan dapat menyebabkan terjadi penumpukan bahan organik.
Hasil penumpukan bahan organic tersebut dialirkan lagi ke wadah budidaya sehingga
dapat menyebabkan tingginya kandungan total suspend solid pada Perlakuan K1. Tingginya
kandungan padatan tersuspensi dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan pada media
budidaya yang dapat mengakibatkan ikan sulit untuk mengenali pakan dan insang ikan akan
mengalami penyumbatan jadi akibatnya ikan mengalami setres karena kurang makan dan
selanjutnya akan mengalami kematian.
Nilai padatan tersuspensi pada saat penelitian tergolong cukup baik untuk dilakukan
budidaya. Karena standar total suspended solid perairan yang bagus untuk dilakukan budidaya
yaitu kurang dari 400 mg/l dan kandungan TSS yang tidak cocok untuk dilakukan budidaya
yaitu lebih besar dari 400 mg/l (Effendie, 2003). Kandungan total suspend solid tinggi dapat
menyebabkan turunnya konsentrasi pada aktivitas fotosintesis tumbuhan baik yang mikro
14

maupun yang makro. Oksigen yang didapat oleh biota menjadi berkurang dan mengakibatkan
ikan-ikan mengalami kematian.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, bahwa pemanfaatan kerang air tawar
sebagai biofilter pada pemeliharaan ikan mas dapat berpengaruh nyata pada tingkat
kelangsungan hidup, laju pertumbuhan panjang, laju pertumbuhan berat dan laju pertumbuhan
spesifik.
Tingkat kelangsungan hidup tertinggi diperoleh pada perlakuan K2 (sebanyak 15 ekor
kerang) yaitu sebesar 98.33% yang dapat dilihat pada Gambar 7. Tngginya SR ini
dikarenakan kerang pada perlakuan K2 lebih sedikit sehingga ikan dapat dengan cepat untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan tidak terjadi perubahan lingkungan yang begitu
drastis sehingga ikan mampu bertahan dilingkungan tersebut.
Perlakuan K4 memiliki SR rendah sebesar 88.33% dikarenakan pada perlakuan K4 pada
saat awal penelitian ikan mengalami kematian yang dikarenakan diduga ikan loncat dari
wadah budidaya karena ikan tersebut belum terbiasa dengan kondisi lingkungan yang baru
dari alam bebas menuju tempat budidaya yang terbatas dan jumlah kerang yang banyak juga
dapat menyebabkan kondisi perairan berubah drastis sehingga ikan tersebut memerlukan
waktu yang cukup lama untuk menyesuaikan diri dengan lingkunganya. Kematian ikan
tersebut dapat menyebabkan tingkat kelangsungan hidup menjadi rendah.
Pada perlakuan K1 merupakan perlakuan yang memiliki nilai tingkat kelangsungan
hidup terendah yaitu dengan nilai 75%. Dikarenakan pada perlakuan tersebut tidak ada
biofilter yang bisa menyerap bahan organik seperti perlakuan K2, K3 dan K4. Sehingga dapat
meningkatnya kandungan bahan organik yang ada di dalam perairan dan ketika meningkatnya
kandungan bahan organik di dalam perairan maka akan menyebabkan suhu, pH, Amonia, TSS
meningkat dan menurunnya kandungan oksigen terlarut. Meningkatnya parameter tersebut
dapat menyebabkan ketidak seimbangan unsur hara diperairan sehingga dapat menyebabkan
kematian pada ikan. Prasetyo et al. (2010) menyatakan bahwa faktor yang dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat kelangsungan hidup adalah faktor abiotik dan biotik,
antara kompetitor, kepadatan populasi, dan kemampuan organisme beradaptasi dengan
lingkungannya.
Berdasarkan Gambar 8 pengamatan pada pertumbuhan panjang menunjukan bahwa
pemeliharaan benih ikan mas menggunakan kerang air tawar sebagai biofilter memberikan
pertumbuhan panjang didapat nilai tertinggi pada perlakuan K2 dan K4 dengan nilai yaitu
3.41cm laju pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh jumlah kerang yang digunakan semakin
banyak kerang yang digunakan maka semakin bagus laju pertumbuhan panjang yang
dihasilkan. Perlakuan K3 dengan nilai yaitu 3.26 cm. pada perlakuan K3 ikan memiliki Laju
pertumbuhan lebih rendah dari perlakuan K2 dan K4 dikarenakan beberapa faktor antara lain
faktor lingkungan dan kemampuan ikan itu sendiri untuk menerima pakan dan menyerap
pakan yang digunakan untuk pertumbuhan, jika kemampuan ikan menyerap pakan rendah
maka laju pertumbuhan rendah pada perlakuan K3. Pada saat penelitian pada perlakuan K3
ikan ditemukan mengalami putih pucat padahal kualitas air stabil dan system pemberian
pakan secara teratur, bahkan ada beberapa individu yang mengalami kematian dikarenakan
kurangnya kemampuan individu tersebut dalam menerima pakan sehingga kebutuhan
energinya tidak tercukupi sehingga dapat mengakibatkan ikan menjadi lemas dan lama
kelamaan mati. Sedangkan perlakuan terendah adalah perlakuan K1 dengan nilai 2.95 cm
disebabkan karena tidak adanya biofilter sehingga dapat menyebabkan parameter kualitas air
tidak stabil, laju metabolisme dan kemampuannya menyerap makananpun berkurang,
sehingga dapat menyebabkan laju pertumbuhan ikan tersebut rendah.
Laju pertumbuhan ikan mas dipengaruhi oleh kondisi dalam tubuh ikan sendiri
(internal) dan di luar tubuh ikan itu yaitu lingkungan tempat budidaya (eksternal). Faktor
eksternal tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan mas karena pemberian pakan
15

dilakukan secara teratur dan terukur serta kondisi media budidaya dijaga agar tetap pada
kisaran yang layak untuk pemeliharaan benih ikan mas. Faktor internal memiliki peranan
penting dalam pertumbuhan ikan salah satu faktor internal yang utama yaitu kondisi tubuh
ikan. Ikan dengan kondisi tubuh yang baik dapat mencerna pakan dengan baik sehingga
mendukung pertumbuhannya.
Menurut Ardita et al. (2015), Menyatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal. Faktor internal sebagian besar tergantung pada kondisi tubuh
ikan tersebut, misalnya kemampuan ikan untuk memanfaatkan sisa energi dan protein setelah
metabolisme pertumbuhannya. Faktor eksternal seperti faktor lingkungan dan pakan sangat
berpengaruh pada pertumbuhan ikan. Kedua faktor tersebut akan menyeimbangkan tubuh ikan
pada saat pemeliharaan.
Pertumbuhan bobot mutlak pemeliharaan ikan mas dengan menggunakan kerang air
tawar sebagai biofilter yang berbeda pada sistem resirkulasi memberikan nilai bobot mutlak
tertinggi pada pelakuan K4 yaitu sebesar 16.03 g yang dapat dilihat pada Gambar 9. pada
perlakuan K4 menggunakan kerang yang paling banyak selanjutnya dikuti dengan perlakuan
K2 dengan nilai 14.90 g, K3 Yaitu 14.88 g, pada perlakuan K3 dipengaruhi oleh kemampuan
ikan itu sendiri dalam menerima pakan apabila ikan menerima pakan dengan baik maka laju
pertumbuhan mutlaknya tinggi. dan pada saat penelitian pada Perlakuan K3 ikan mengalami
perubahan bentuk warna pada tubuhnya yang semula terang menjadi lebih pucat. Berubahnya
warna kulit ikan menandakan kurangnya kemampuan ikan tersebut dalam menerima pakan
yang diberikan sehingga nilai pertumbuhan bobot mutlaknya menjadi lebih rendah dari pada
perlakuan K2 dan K4.
K1 memiliki pertumbuhan bobot terendah yaitu sebesar 10.06 g. dikarenakan ikan
yang dibudidaya tidak dapat menyerap makanan dengan baik sehingga dapat menyebabkan
laju pertumbuhan bobot ikan menjadi rendah dikarenakan pada wadah budidaya air
mengalami kekeruhan dan kualitas air menjadi buruk sehingga dapat menghambat ikan dalam
menyerap pakan dengan dengan baik sehingga dapat menghambat pertumbuhannya.
Menurut Damayanti (2014) dalam Wahbi et al. (2019) menyatakan cepat lambatnya
pertumbuhan tergantung dari jumlah pakan yang diberikan, suhu dalam air dan faktor- faktor
lain. Faktor internal dan faktor eksternal juga berperan penting dalam menunjang
pertumbuhan bobot ikan mas itu sendiri. Pada saat pemeliharaan ikan , tiap wadah budidaya
diberikan jumlah yang berbeda dan semakin besar jumlah kerang yang diberikan setiap wadah
maka semakin bagus pula kualitas air pada media budidaya sehingga tubuh ikan dapat
mencerna pakan dengan baik dan metabolism pada tubuh ikan tersebut akan baik maka secara
perlahan pertubuhan bobot ikan akan bagus.
Laju pertumbuhan spesifik menunjukan bahwa pemeliharaan ikan mas dengan
menggunakan kerang air tawar sebagai biofilter memberikan laju pertumbuhan spesifik
tertinggi pada perlakuan K4 dengan nilai yaitu 0.70, selanjutnya diikuti oleh perlakuan K2
dan K3 dengan nilai masing-masing 0,69 dan 0,67 dan perlakuan K1 dengan nilai laju
pertumbuhan terendah yaitu 0,53. Pada perlakuan K3 lebih rendah dari perlakuan K2 dan K4
dikarenakan pertumbuhan ikan juga didukung oleh tersedianya jumlah pakan yang cukup,
didukung oleh padat tebar yang optimal serta kualitas air yang baik ( Mulyadi et al., 2011).
Adanya penambahan bobot dan panjang pada ikan menunjukan bahwa jumlah
kandungan energi dari pakan yang dikonsumsi melebihi kebutuhan energi yang digunakan
ikan untuk beraktivitas. Besarnya atau kecilnya jumlah pakan yang diberikan pada biota
budidaya maka akan berpengaruh untuk petumbuhannya, jika jumlah pakan yang diberikan
sedikit maka laju pertumbuhannya juga sedikit. Apabila jumlah pakan yang diberikan banyak
maka laju pertumbuhan juga akan besar (Cortez. Jacinto et al., 2005) menyatakan bahwa
adanya keterkaitan yang erat antara laju pertumbuhan spesifik dengan laju bertambahnya
berat tubuh ikan dari pakan yang dikonsumsi.
16

Selain faktor lingkungan dan pemberian pakan, faktor yang dapat mempengaruhi
tingkat pertumbuhan ikan adalah keadaan ikan itu sendiri untuk mengubah pakan yang
diberikan masing-masing menjadi energy yang salah satunya yaitu daya cerna ikan dalam
menerima pakan yang diberikan apakah ikan tersebut mencerna pakan dengan sempurna.
Sehingga energy untuk pertumbuhan besar dan ikan dapat tumbuh dengan baik. Menurut
Megawati 2012 dalam kharisma et al. (2017) bahwa daya cerna kemampuan suatu individu
dapat mencerna suatu bahan pakan sedangkan bahan yang tercerna adalah bagian dari pakan
yang diproses dan tidak dieksresikan dalam bentuk feses.
Jumlah pakan yang diberikan dan efesiensi pemberian pakan memiliki keterkaitan
yang erat dengan nilai kecernaan yang menunjukan persentase nutrien yang bisa diserap oleh
saluran pencernaan dalam tubuh biota. Semakin besar kemampuan cerna dalam tubuh ikan
maka semakin besar pula nutrient pakan yang dapat diserap dalam tubuh ikan. Terpenuhinya
kebutuhan nutrisi juga dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ikan. Ikan yang menerima
pakan dengan jumlah dan komposisi nutrisi yang lengkap dapat menunjukan pertumbuhan
yang baik pula.

PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan kerang
air tawar sebagai biofilter kualitas air pada pemeliharaan benih ikan mas dapat memberikan
pengaruh terhadap pengurangan bahan organik dan anorganik seperti menurunnya kadar
ammonia dan total suspended solid. Dengan nilai ammonia 0,15-0,25 dan nilai Total
Suspended Solid yaitu nilai terendah dengan nilai 54.05 pada perlakuan K4 (Sebanyak 25
ekor kerang air tawar) dan total suspended solid tertinggi pada perlakuan K1(Kontrol). Suhu
27.1-27.9, pH 7,1-8.4, DO 4.8-6.6. Biofilter ini juga berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
bobot mutlak, pertumbuhan panjang mutlak dan tingkat kelangsungan hidup. Untuk bobot
mutlak dan pertumbuhan panjang mutlak perlakuan tebaik pada perlakuan K4 (biofilter
kerang sebanyak 25 ekor) dan untuk tingkat kelangsungan hidup perlakuan terbaik didapat
pada perlakuan K2 (biofilter kerang sebanyak 15 ekor)

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyana A.,2010 Pengaruh suhu dan salinitas terhadap Keberadaan Ikan http://Aryafirdaus
wordpress-com/2020/10/23 Agustus 2020).
Bahnan, M. 2018. Strategi Pengendalian Penyakit Parasit dan Bakteri pada Budidaya Ikan
Nila (Aeromonas hydrophila) di KJA DAS Batanghari (Studi kasus Desa Pematang
Jering Kabupaten Muaro Jambi). [Tugas Akhir Program Megister]. Ilmu Kelautan
Manajemen Perikanan Universitas Terbuka.
Bambang, Gunadi, Rani Hapsaridewi. 2011. Pengendalian limbah Amonia Budidaya ikan lele
dengan sistem heterotrofik Menuju sistem Akuakultur. Nir- Limbah J.Ris, Vol.3 No.3
hal 437-438.

Damayanti L., Yohana L., Josua MTS. 2014. Pengaruh Penambahan Media Pada Sumur
Resapan dalam memperbaiki Kualitas Rumah Tangga . Jurnal Sains dan Teknologi
10:61-66 hlm:
17

Djunaedi A., Susilo.,Sunaryo.2014. Kualitas Air Media Pemeliharaan Benih Udang Windu
(Paneus monodon fabricius) Dengan Sistem Budidaya Yang berbeda. Jurnal Kelautan
tropis. Vol. 19(2):171-178.
Djokosetiyanto, D., A. Sunarma ., dan Widanarni. 2006. Perubahan Amonia (NH 3-N), Nitrit
(NO2-N) dan Nitrat (NO3-N) Pada Media Pemeliharaan Ikan Nila Merah (Oreochromis
sp.) di dalam sistem Resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia V(1): 13-20.

Effendi H. 20003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Elizabeth, M. 2010. Pemanfaatan Kijing taiwan (Anadonta woodiana, Lea) Sebagai biofilter
pada budidaya ikan mas. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian bogor. Bogor

Enggar Patriono. 2009. Pengaruh pemotongan sirip terhadap pertumbuhan panjang tubuh ikan
mas (Cyprinus carpio). Artikel jurnal ilmiah. Jurusan biologi fakultas matematika dan
ilmu pengetahuan alam. Universitas Sriwijaya. Sumatra Selatan
Fauzzia, M., Izza, R., dan Nyoman W. 2013. Penyisihan Amoniak dan Kekeruhan Pada
Sistem Resirkulasi Budidaya Kepiting dengan Teknologi Membran Biofilter. Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri, II(2): 155-161
Fkp.2017. Mengatasi permasalahan pembudidayaan ikan dinas peternakan dan perikanan
kabupaten blitar gandeng FPK UNAIR laksanakan pelatihan kesehatan ikan. Pelatihan.
Fakultas perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. Jakarta.
Herfinalis, Sultan dan Rubiman. 2012. Padatan tersuspensi total diperairan selat flores boleng
alor dan selatan pulau adonara Lembata pantar. Vol.17(3) hal 148-153.
Jian Yang, Wang Hui, Zho Hongyo, Gong Xiaoqing, Yu Ruipeng. 2005. Bioaccumulation of
heavy metals in annadonta woodiana from wulihu area of taihu lake. Journal of
Resources of environmental in the yangtze valley (14): 362-366.
Khairuman dan amri, 2011. Ciri Morfologi Ikan Mas. Jakarta. Agromedia Pustaka
Irawan A. 2009. Faktor faktor penting dalam proses pembesaran ikan difasilitas Nursery dan
pembesaran. Bidang konsentrasi akuakultur Program alih jenjang Diploma IV ITB-
Seamolec- Vedea. Bandung
Makaminan W. 2011. Studi Parameter Kualitas Air Pada Lokasi Budidaya Ikan di Danau
Tondano Dsa Eris Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara.
Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Sam Rtulangi. Manado
Marlina A. 2011. Studi Performa Udang Vaname (Litopaneus vannamei) yang dipelihara
dalam sistem semi intensif pada kondisi air tambak pada kelimpahan plankton yang
berbeda. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.
Riau

Matshushima, O., Yoichi, K. 1982. Hyperosmoticity of the mantle fluid in the freshwater
bivalve, Anadonta woodiana. Journal of experiment Zoology (221) : 379-381.
McLaughlan, c., Alridge, Dc., 2013.Cultivations of zebra mussels (Dreaissena polymorpha)
within there invaded range to Improve water quality in reservior. Wateres. 47, 4357-
4369.
18

Putra, Iskandar, dan N.A Pamukas. 2011. Pemeliharaan Ikan Selais (Ompok sp.) Dengan
Resirkulasi Sistem Aquaponik. Jurnal Perikanan dan Kelautan, XVI(1): 125-131.
Putra Sandy., Arianto A., Efendi E., Hasani Q., dan Yulianto H. 2016. Efektivitas Kijing Air
Tawar (Pilsbryoconcha exilis) Sebagai Biofilter Dalam Sistem Resirkulasi Terhadap
Laju Amoniak Dan Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang(Clarias gariepinus). Jurnal
Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan, IV(2):2302-3600

Prasetyo Y., Muliadi., Pamukas N.A. 2010. Pengaruh Jenis Filter Berbeda Terhadap
Kelulushidupan Ikan Nila Merah (oreochromis nilaticus) Pada Media Pemeliharaan Air
Payau Sistem Resirkulasi. Jurnal Perikanan dan Kelautan . vol. 2-3
Prayogo, Boedi, S. R., dan Abdul M. 2012. Ekploitasi Bakteri Indegen Pada Pembenihan Ikan
Lele Dumbo ( Clarias sp) Sistem Resirkulasi Tertutup. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan, IV (2): 193-197.
Rakhman Arif, 1999. Studi penyebaran bahan organik pada berbagai ekosistem diperairan
pantai pulau bonebatang. Universitas Hasanudin Makassar
Safaringga, R., Sayid, A,E., Siska, M. 2017. Pemanfaatan Kerang Air Tawar (Anadonta
woodiana) Sebagai Biofilter Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Jurnal Kelautan dan Perikanan Unsyah, II (III): 2527-6395.
Sembiring,H.2008. Keanekaragaman dan distribusi udang serta kaitannya dengan faktor fisik
kimia di perairan pantai labu kabupaten deli serdang .TESIS. Sekolah pasca sarjana,
Universitas Sumatra Utara, Medan, hal 101.
Sidik, A.S. 2002. Pengaruh padat Penebaran terhadap Laju Nitrifikasi Dalam Budidaya Ikan
Sistem Resirkulasi Tertutup. Jurnal Aquakultur Indonesia, 1(2): 47

Wahbi. 2019. Pengaruh penggunaan filter yang berbeda pada budidaya udang vaname(
Litopenaeus vanname). Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Pertanian
unram. Mataram NTB.
Wihardi Y,Yusanti IA, Haris RBK.2014.Feminisasi Pada Ikan Mas(Cyprinus carpio) dengan
Perendaman Ekstrak Daun-tangkai buah Terung cepoka (Solanum Torvum) pada lama
waktu perendaman berbeda. Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Budidaya Perairan . Fakultas Perikanan Universitas PGRI
Palembang. Vol 9. NO.1 : 23-28.
19

Anda mungkin juga menyukai