Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Pemberian Hidrogen Peroksida (H2O2) Dalam Pengendalian Ektoparasit,

Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus)


Di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara
(The Influence of Hydrogen Peroxide (H2O2) in Controlling Ectoparasyte and the
Survival Rate of Nile Tilapia “Saline” Seed (Oreochromis niloticus) in Brakish Water
Fish Farming Center, Jepara)

Priesty Dyah Arini1, Fuad Muhammad1, Karyadi Baskoro1, Noor Fahris2


1. Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Jalan Prof. H.
Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia 50275.
2. Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara, Jalan Cik Lanang, Bulu Jepara, Bulu, Kec.
Jepara, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah 59418.
Email: priestydyaharini@gmail.com

ABSTRAK

Ikan nila salin toleran terhadap salinitas yang tinggi, dan lebih tahan terhadap perubahan
lingkungan, sehingga sangat baik untuk dibudidayakan di tambak. Permasalahan yang sering
dihadapi dalam budidaya ikan adalah penyakit yang ditimbulkan karena penurunan kualitas
air dan berakibat timbulnya parasit. Salah satu ektoparasit yang paling sering menyerang ikan
adalah jenis Trichodina sp. Upaya pengendalian ektoparasit salah satunya dilakukan dengan
penambahan hidrogen peroksida pada media air. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
pengaruh perbedaan konsentrasi hidrogen peroksida terhadap peningkatan kualitas media air,
pengendalian ektoparasit dan kelangsungan hidup ikan nila salin. Hidrogen peroksida
ditambahkan dalam media air dengan berbagai konsentrasi, 0 ppm sebagai kontrol, 5 ppm, 10
ppm, dan 15 ppm sebanyak tiga kali pengulangan selama 10 hari. Hasil penelitian
menunjukkan konsentrasi hidrogen peroksida yang berbeda berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas media air, pengendalian ektoparasit dan peningkatan kelangsungan
hidup ikan nila salin (Oreochromis niloticus) yang paling baik pada konsentrasi hidrogen
peroksida (15 ppm).
Kata kunci: Ikan nila salin, Trichodina sp, hidrogen peroksida, kualitas media air,
pengendalian ektoparasit, kelangsungan hidup
ABSTRACT
Nile tilapia fish (saline) is tolerable to high salinity and has a better resilience in
environmental change, make it perfect for fish culture in the ponds. Problems which usually
occur in fish culture is disease which is triggered by the decrease of water quality so that the
parasytes begin to emerge. The ectoparasyte which usually attacks the fish is Trichodina sp.
By adding hydrogen peroxide into the water medium, this type of ectoparasyte is expected to
be controlled. This research is conducted to examine the influence of the hydrogen peroxide
concentration difference to the increase of water medium quality, ectoparasyte controlling,
and the survival rate of nile tilapia fish. The used method is by adding hydrogen peroxide into
the water medium in various concentration, 0 ppm as control, 5 ppm, 10 ppm, and 15 ppm
given in three times until day 10. The result of this research shown that different hydrogen
peroxide concentration may influence the quality of the water medium, controling
ectoparasyte, increase nile tilapia survival rate. The medium with hydrogen peroxide
concentration (15 ppm) shows the best result.
Keywords: nile tilapia fish, Trichodina sp, hydrogen peroxide, water medium quality,
ectoparasyte control, survival rate.

1
formalin, kalium permaganat, malachite
green oxalat, furacin, dan hidrogen
peroksida. Kualitas air yang baik akan
PENDAHULUAN menekan penyakit yang di timbulkan oleh
ektoparasit. Hidrogen peroksida
Produksi ikan nila dunia terus membentuk oksigen saat bereaksi dengan
meningkat selama hampir satu dekade ini. air dan tidak menurunkan kualitas air pada
Ikan nila salin banyak disukai masyarakat konsentrasi 35% (Boettcher et al., 1997).
karena rasa dagingnya yang enak dan di Hidrogen peroksida memiliki
ekspor ke beberapa negara, sehingga potensi menggantikan formalin dalam
menjadi salah satu komoditas andalan aplikasi akuakultur untuk mengontrol
dibidang perikanan. Produksi ikan nila patogen seperti Ichthyophthitius multifiliis
nasional bahkan meningkat jauh lebih (Pedersen et al., 2009). Selain itu,
tajam yakni mencapai lebih dari 6 kali hidrogen peroksida mempunyai kelebihan
lipat. Tahun 2001, produksi ikan nila yaitu sifatnya yang lebih ramah
hanya 34 ribu ton sedangkan pada akhir lingkungan karena peruraiannya hanya
tahun 2010 produksinya menjadi 214 ribu menghasilkan air dan oksigen (Filho &
ton (Directorate General of Aquaculture, Ulrich 2002).
2011). Penelitian ini melaporkan potensi
Ikan nila salin (Oreochromis hidrogen peroksida sebagai peningkat
niloticus) adalah strain dari ikan nila yang kualitas media air, pengendali ektoparasit
toleran terhadap perairan payau maupun Trichodina sp, dan meningkatkan
laut dengan salinitas mencapai 20 ppt kelangsungan hidup ikan nila salin
(BPPT, 2011). Ikan nila salin memiliki (Oreochromis niloticus).
daya tahan tubuh yang tinggi terhadap
serangan berbagai macam penyakit, BAHAN DAN CARA KERJA
toleran terhadap suhu rendah maupun
tinggi, efisiensi terhadap pakan dan Penelitian dilakukan di
pertumbuhan yang cepat (Setiawati & Laboraturium Parasitologi Balai Besar
Suprayudi, 2003). Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP)
Kondisi lingkungan budidaya baik Jepara
secara fisika, kimia dan biologis Wadah yang digunakan pada
berpengaruh terhadap kesehatan dan penelitian ini adalah akuarium berukuran
produktifitas kolam budidaya. Limbah 60x30x40 cm, sebanyak 12 buah dengan
pakan mengakibatkan kandungan oksigen penutup plastik hitam. Masing-masing
dalam air berkurang dan menurunkan akuarium dimasukkan benih ikan nila salin
kualitas air. berukuran 7-9 cm sebanyak 10 ekor per
Permasalahan yang sering dihadapi aquarium.
dalam budidaya ikan adalah penyakit yang Penambahan hidrogen peroksida
ditimbulkan karena penurunan kualitas air mengikuti pendekatan penelitian
dan berakibat timbulnya parasit. Media air pendahuluan yaitu toksisitas pada ikan nila
berperan sebagai tempat hidup ikan, jika salin (Oreochromis niloticus) LC50: 19,67
lingkungan hidup ikan tidak sesuai dan mg/L selama 96 jam. Takaran dosis yang
mengalami penurunan kualitas air maka digunakan adalah 15, 10 dan 5 ppm serta
ikan akan terserang penyakit (Rahmawati kontrol (0 ppm) yang akan dijadikan
& Hartono, 2012). sebagai dosis pada penelitian utama dan
Upaya pengendalian ektoparasit dilakukan dalam kurun waktu 0-10 hari
dan endoparasit pada budidaya ikan dengan penambahan hidrogen peroksida
beberapa metodenya adalah dengan per 48 jam.
penambahan metilen blue, NaCl, dan

2
Pengamatan Trichodina sp diamati lingkungan diukur untuk mengetahui
sebelum di beri penambahan hidrogen tingkat kualitas media air.
peroksida dan setelah di beri penambahan Suhu tercatat berkisar antara 26,52
hidrogen peroksida. Prosedur pemeriksaan – 27,12ᴼC. Nilai pH tercatat dalam kisaran
dengan memeriksa lendir ikan, seluruh 7,06 - 7,54. DO tercatat pada kisaran 3,61-
sirip ikan yaitu sirip punggung, ekor, dada, 5,22 mg/l. Nilai kadar amoniak tercatat
perut dan anus dipotong dari tubuh dengan pada kisaran 0,34-0,53 mg/I. Suhu
menggunakan gunting, kedua belah insang optimum untuk media budidaya ikan nila
diambil dengan cara menggunting pangkal antara 25 - 30ᴼC, pH kisaran 6-8,5 adalah
busur insang, kemudian diletakkan pada pH optimal untuk hidup ikan nila, DO
gelas objek dan ditetesi air agar tidak optimal pada budidaya ikan nila adalah
kering, kemudian diamati dibawah >3mg/I, dan kadar amoniak untuk
mikroskop. budidaya ikan nila adalah >1mg/I
Parameter penelitian yang dilihat (Sunarso, 2008).
adalah kualitas media air, rata-rata Tabel Hasil Pengukuran Kualitas
populasi ektoparasit, pravelensi, intensitas, Media Air Setelah Pemberian Hidrogen
dan tingkat kelangsungan hidup ikan. Peroksida:
Kualitas air diukur dengan mengecek pH,
Parameter Lingkungan
Suhu, DO, dan Amoniak selama 10 hari.
Konsentrasi Suhu DO Amoniak
Rata-rata populasi ektoparasit awal H202 (0C)
pH
(mg/I) (mg/I)
dihitung dengan mengambil seluruh 0 ppm 27,12 7,54 3,61 0,530
ektoparasit pada 120 benih ikan nila. Rata-
rata populasi ektoparasit setelah perlakuan 5 ppm 26,82 7,55 4,4 0,495
dihitung dengan mengambil seluruh 10 ppm 26,63 7,32 4,73 0,371
ektoparasit dari 120 ekor benih ikan nila.
Setiap ikan dihitung jumlah 15 ppm 26,52 7,06 5,22 0,340
ektoparasitnya. Untuk menghitung rata-
rata di lakukan dengan menjumlahkan Suhu merupakan faktor yang
ektoparasit pada benih perlakuan mempengaruhi laju metabolisme dan
kemudian dibagi dengan jumlah benih kelarutan gas dalam air. Peningkatan suhu
perlakuan (120 ekor). menyebabkan kelarutan oksigen menurun
Intensitas dan pravelensi dihitung dalam air, mempercepat metabolisme dan
untuk mengetahui tingkat serangan respirasi serta peningkatan konsumsi
ektoparasit. Pengamat tingkat oksigen (Hargreaves dan Tomasso, 2004).
kelangsungan hidup ikan dilakukan selama Sitio (2008) mengatakan bahwa adanya
perlakuan. Pengamatan tersebut dilakukan faktor adaptasi dari ikan terhadap media
untuk melihat apakah hewan uji ikan nila baru mengakibatkan hasil metabolisme
salin (Oreochromis niloticus) mati selama berupa amonia meningkat, kandungan
perlakuan. amonia dalam perairan secara langsung
dipengaruhi oleh pH dan suhu.
HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai pH tercatat dalam kisaran
7,06 - 7,54. Sensitivitas ikan pada pH
Pengaruh Hidrogen Peroksida ekstrem bervariasi, namun pada rentan pH
Terhadap Kualitas Media Air 6,5-9 direkomendasikan untuk berbagai
spesies ikan (Piper et al 1982). Fromm
Faktor lingkungan berupa suhu, (1980) menyatakan bahwa pH kurang dari
DO, pH dan intensitas cahaya diukur 6,5 akan mempengaruhi reproduksi di
setiap hari sedangkan amoniak diukur saat berbagai spesies ikan. Tinggi rendahnya
hari ke 0 dan hari ke 10 saja. Faktor pH dalam suatu perairan salah satunya
dipengaruhi oleh jumlah kotoran dalam

3
lingkungan perairan, khususnya sisa pakan Gambar 2. Nilai Efektivitas Peningkatan
dan hasil metabolisme. Menurut (Vesilind Amoniak Pada Media Air Setelah
et al., 1993) semakin tinggi limbah Pemberian Hidrogen Peroksida
perairan akan mempengaruhi dan
berbanding lurus terhadap nilai pH dan Semakin tinggi konsentrasi
alkalinitas. hidrogen peroksida akan menurunkan nilai
efektivitas peningkatan amoniak. Hidrogen
Nilai Efektivitas Penuruan DO Pada Media Air Setelah Pemberian
peroksida yang diberikan didalam media
0
Hidrogen Peroksida
-5
air akan meningkatkan jumlah kadar
-10
oksigen terlarut di dalam media air dan
Nilai Penurunan DO (%)

-15 menurunkan kadar amoniak. Semakin


-20
rendah kadar oksigen akan meningkatkan
jumlah kadar karbondioksida terlarut yang
-25

-30

-35 berimbas kepada peningkatan kadar urea


-40
terlarut didalam air yang membuat kadar
-45

-50
amoniak akan meningkat (Boyd, 1997).
Konsentrasi Hidrogen Peroksida (ppm) Nilai peningkatan kadar amoniak
yang mengalami peningkatan terbesar
Gambar 1. Nilai Efektivitas Penurunan DO menggambarkan tingginya sisa-sisa
Pada Media Air Setelah Penambahan metabolisme ikan nila salin dan rendahnya
Hidrogen Peroksida kualitas media air.
DO tercatat pada kisaran 3,61-5,22 Pengaruh Hidrogen Peroksida
mg/l. DO optimal pada budidaya ikan nila Terhadap Jumlah Ektoparasit,
adalah >3mg/I (Sunarso, 2008). Menurut Pravelensi dan Intensitas Trichodina sp
Boyd (1990) hidrogen peroksida bila Pada Ikan Nila Salin
dilarutkan kedalam air akan menjadi air
dan oksigen. Semakin tinggi hidrogen
peroksida yang diberikan semakin rendah
nilai efektivitas penurunan DO. Hidrogen
peroksida yang diberikan kedalam media
air, meningkatkan jumlah oksigen terlarut
pada media air. Oksigen terlarut penting
bagi ikan dan organisme lainnya untuk
respirasi dan melakukan proses
Gambar 3. Ektoparasit Trichodina sp Pada
metabolisme.
Benih Ikan Nila Salin Perbesaran 100x

Nilai Efektivitas Peningkatan Amoniak Pada Media Air


Setelah Pemberian Hidrogen Peroksida
Ektoparasit Trichodina sp diamati
600
dari awal sampai akhir dengan ditandai
dengan penurunan jumlah ektoparasit
Nilai Peningkatan Amoniak (%)

500

400
setelah pemberian hidrogen peroksida pada
media air ikan nila salin (Oreochromis
300
niloticus) dengan konsentrasi yang
berbeda-beda selama 10 hari.
200

100

0
0 ppm 5 ppm 10 ppm 15 ppm
Konsentrasi Hidrogen Peroksida (ppm)

4
Rata-Rata Jumlah Ektoparasit Trichodina sp Setelah Pravelensi Ikan Nila Salin Yang Terserang
Pemberian Hidrogen Peroksida Pada Ikan Nila Salin Ektoparasit Trichodina sp Setelah Pemberian
14
Rata-Rata Jumlah Trichodina sp

Hidrogen Peroksida
12
120
10 f(x) = − 0.61 x + 11.27
100

Pravelensi (%)
8 80 f(x) = − 2.35 x + 98.22
6 60
4 40
2 20
0
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Hidrogen Peroksida (ppm) Hidrogen Peroksida (ppm)

Gambar 4. Jumlah Ektoparasit Trichodina


sp Setelah Pemberian Hidrogen Peroksida Gambar 5. Pravelensi Ikan Nila Salin
Pada Ikan Nila Salin Yang Terserang Ektoparasit Trichodina sp
Koefisien bernilai negatif Setelah Pemberian Hidrogen Peroksida
(y= -0,6133x + 11,267) yang menandakan
semakin tinggi konsentrasi hidrogen Koefisien bernilai negatif
peroksida semakin menurunkan jumlah ( y= -2,3473x + 98,222) yang menandakan
ektoparasit. Semakin tinggi konsentrasi semakin tinggi konsentrasi hidrogen
hidrogen peroksida yang diberikan pada peroksida semakin menurunkan nilai
media air semakin menghambat laju pravelensi. Semakin rendah penambahan
pertumbuhan ektoparasit hal ini da, karena konsentrasi hidrogen peroksida yang
hidrogen peroksida merupakan oksidator diberikan pada media air semakin tinggi
kuat dan akan membentuk oksigen saat nilai pravelensi, hal ini berbanding lurus
bereaksi dengan air dan tidak menurunkan dengan banyaknya jumlah ikan yang
kualitas air terserang ektoparasit.
Menurut Taylor et al. (1997)
hidrogen peroksida adalah sumber oksigen Intensitas Ektoparasit Trichodina sp Yang Menyerang
pada transportasi ikan hidup. Hidrogen Ikan Nila Salin Setelah Pemberian Hidrogen Peroksida
peroksida membantu meningkatkan kalitas 2.5
Intensitas (Individu/ekor)

media air melalui penambahan oksigen 2 f(x) = − 0.03 x + 2.14


didalam media air dan menurunkan jumlah 1.5
nitrit. Kualitas media air yang baik akan 1
menekan penyakit yang di timbulkan oleh 0.5
ektoparasit (Junianto, 2003). Hidrogen 0
peroksida juga memiliki potensi 0 2 4 6 8 10 12 14 16
menggantikan formalin dalam aplikasi Hidrogen Peroksida (ppm)
akuakultur untuk mengontrol patogen
(Pedersen et al., 2009). Gambar 6. Intensitas Ektoparasit
Trichodina sp Yang Menyerang Ikan Nila
Salin Setelah Pemberian Hidrogen
Peroksida

Koefisien bernilai negatif


( y = -0,0349x + 2,1394) yang
menandakan semakin tinggi konsentrasi
hidrogen peroksida semakin menurunkan
nilai intensitas. Semakin rendah
konsentrasi hidrogen peroksida yang
diberikan semakin tinggi nilai intensitas,

5
hal ini berbanding lurus dengan banyaknya Reaksi amoniak dengan oksigen
jumlah ektoparasit yang menyerang ikan akan membentuk nitrogen dioksida atau
nila salin. nitrit (NO2) dan air (H2O). Tingginya DO
didalam media air akan menurunkan kadar
Pengaruh Hidrogen Peroksida nitrit, kadar nitrit yang menurun akan
Terhadap Kelangsungan Hidup Ikan membuat kualitas air membaik. Nitrit
Nila Salin merupakan pembunuh yang tidak terlihat.
Air kolam dapat terlihat baik tapi Nitrit
tidak dapat terlihat. Hal ini dapat
Kelangsungan Hidup Ikan Nila Salin Setelah
Pemberian Hidrogen Peroksida mengakibatkan kematian, khususnya pada
ikan kecil, walaupun pada konsentrasi di
Kelangsungan Hidup (%)

150
bawah 0.25 ppm. Nitrit merusak sistem
100 syaraf, hati, limpa, dan ginjal ikan (Boyd,
f(x) = 2.07 x + 73.67
50 1990).
0 Nitrit dihasilkan dari bakteri
0 2 4 6 8 10 12 14 16 authotrophic Nitrosomonas yang
Hidrogen Peroksida (ppm) menggabungkan Oksigen dan Amoniak di
dalam bio-converter dan di dinding kolam.
Gambar 7. Kelangsungan Hidup Ikan Sedangkan ketika Di dalam media air,
Nila Salin Setelah Pemberian Hidrogen bakteri Nitrobacter menyatukan oksigen
Peroksida dengan Nitrit untuk mengubahnya menjadi
Kelangsungan hidup secara Nitrat yang relatif lebih tidak berhaya bagi
langsung dipengaruhi oleh lingkungan ikan (Boyd, 1990). Meningkatnya kualitas
perairan. Berdasarkan Effendie (1978) media air akan menurunkan laju penyakit
kelangsungan hidup dihitung dengan yang ditimbulkan oleh ektoparasit dan
membagi jumlah benih yang hidup pada membuat kelangsungan hidup ikan akan
suatu akhir periode dengan jumlah benih meningkat.
ikan hidup pada awal periode, sedangkan Semakin rendah konsentrasi
mortalitas adalah kematian yang terjadi hidrogen peroksida yang diberikan
pada suatu populasi organisme yang dapat didalam media air akan menyebabkan
menyebabkan turunnya populasi (Royce, rendahnya oksigen terlarut dan
1973). meningkatnya karbondioksida yang
Koefisien bernilai positif berdampak terhadap penurunan kualitas
( y = 2,0666x + 73,668) yang menandakan media air. Kualitas media air yang
semakin tinggi konsentrasi hidrogen menurun akan menyebabkan timbulnya
peroksida semakin meningkatkan nilai berbagai macam penyakit yang disebabkan
kelangsungan hidup ikan nila salin. oleh ektoparasit.
Semakin tinggi konsentrasi Jika amoniak bereaksi dengan
hidrogen peroksida yang diberikan karbondioksida akan terjadi pembentukan
kedalam media air, akan semakin urea (NH2CONH2 ) yang terakumulasi dari
meningkatkan jumlah oksigen terlarut nitrat dan air (H2O). Semakin rendah
(DO) pada media air dan menurunkan kadar oksigen akan meningkatkan jumlah
kadar amoniak. Ketika DO tinggi dan kadar karbondioksida terlarut yang
amoniak turun maka kualitas air akan berimbas kepada peningkatan kadar urea
meningkat, kualitas air yang meningkat terlarut didalam air yang membuat kadar
akan menekan laju pertumbuhan penyakit amoniak akan meningkat (Boyd, 1990).
yang disebabkan ektoparasit. Oksigen Amoniak yang tinggi dapat
terlarut penting bagi ikan dan organisme memutus transfer oksigen dari insang ke
lainnya untuk respirasi dan melakukan darah dan dapat menyebabkan kerusakan
proses metabolisme (Junianto, 2003). insang yang lama dan tiba-tiba. Mucous

6
yang memproduksi membran dapat rusak, Penulis ingin mengucapkan rasa
sehingga mengurangi lapisan lendir luar terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dan merusak permukaan intestinal dalam. Noor Fahris, S.Pi selaku peneliti Balai
Biasanya, ikan akan terlihat malas Besar Perikanan dan Budidaya Air Payau
dan bernafas dengan mulut yang berada di Jepara yang telah memberikan izin
permukaan air. Amoniak merupakan hasil penelitian, bimbingan, pengarahan, kritik,
akhir metabolisme protein dan dalam saran, serta kepada Dr. Fuad Muhammad,
bentuknya yang tidak terionisasi dan M.Si dan Dr. Karyadi Baskoro, M.Si
merupakan racun bagi ikan sekalipun pada sebagai dosen pembimbing penelitian yang
konsentrasi yang sangat rendah. Amoniak telah memberikan bimbingan, pengarahan,
juga berpengaruh terhadap pertumbuhan kritik, saran, motivasi dan doa selama
yaitu menurunkan konsumsi oksigen penelitian.
akibat kerusakan pada insang, penggunaan
energi yang lebih akibat stres yang DAFTAR PUSTAKA
ditimbulkan, dan menggangu proses
osmoregulasi. Penurunan kualitas air akan Badan Pengkajian dan Penerapan
menyebabkan ikan mudah terserang Teknologi. 2011. BBPT
penyakit. Penyakit ini menyebabkan ikan Kembangkan Ikan Nila Salin
mengalami penurunan tingkat Untuk Berdayakan 600.000 Ha
kelangsungan hidup ikan, aktifitas hidup Tambak Terlantar. Artikel
menurun mulai dari lemas dan kehilangan Teknologi Agroindustri dan
nafsu makan, dan dapat menyebabkan Bioteknologi.
kematian (Rahmawati & Hartono, 2012). Boettcher, A.A., Dyer, C., Casey, J., and
Targett, N.M. 1997. Hydrogen
Peroxide Induced Metamorphosis
of Queen Conch, Strombus gigas:
KESIMPULAN Test at the commercial scale.
Aquaculture 148:247-258.
Hidrogen peroksida berpengaruh Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Pond
terhadap peningkatan kualitas air, hal ini for Aquaculture. Birmingham
ditunjukkan pada media air yang diberikan Publishing Co. Albama. 462 pp.
hidrogen peroksida (15 ppm). Media air Boyd, C.E. 1997. Chemistry in Pond
tersebut mengalami penuruan nilai DO Aquaculture. Prog.Fish.Cult.
terkecil (-16,52%) dan peningkatan 59:85-93.
amoniak terkecil (282,02%). Directorate General of Aquaculture.
Hidrogen peroksida berpengaruh (2011). Indonesian aquaculture
terhadap penurunan jumlah populasi statistics 2010 (Annual Report
ektoparasit, hal ini ditunjukkan pada Statistics No. 12). Jakarta,
jumlah ektoparasit Trichodina sp pada Indonesia: Ministry of Fisheries
ikan nila salin yang diberikan hidrogen and Marine Affairs, Indonesia.
peroksida (15 ppm) tersebut sebesar 2,333. Effendie, I. 1978. Biologi Perikanan, Bag
Hidrogen peroksida berpengaruh I Study Natural History. Fakultas
terhadap peningkatan tingkat Perikanan. IPB. Bogor.
kelangsungan hidup ikan nila salin, hal ini Filho, C., and Ulrich, H. 2002. Hydrogen
ditunjukkan dengan nilai kelangsungan Peroxide in Chemical Pulp
hidup mencapai (100%) pada ikan nila Bleaching. Iberoamerican Congress
salin yang diberikan hidrogen peroksida on Pulp and Paper Research. Brasil.
(15 ppm). Fromm, P.O. 1980. A Review of Some
Physiological and Toxicological
UCAPAN TERIMAKASIH Responses of Freshwater Fish to

7
Acid Stress. Environmental Pertanian Bogor. Bogor.
Biology of Fishes 5:79-93. Jurnal Akuakultur Indonesia. 2(1):
Hargreaves J.A., and Tomasso, J. 2004. 27-30.
Enviroment, in : Tucker, CS. Sitio S. 2008. Pengaruh Medan Listrik
Tomasso, JR.Biology and Culture Pada Media Pemeliharaan
of Channel Catfish. Elsevier. Bersalinitas 3 ppt Terhadap
p:281-292. Tingkat Kelangsungan Hidup dan
Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Pertumbuhan Ikan Gurame
Penebar Swadaya. Jakarta. Osphronemus gouramy Lac
Parker, N.C. 1983. Air-Lift Pumps and [skripsi]. Fakultas Perikanan dan
other Aeration Techniques in Ilmu Kelautan, IPB. Bogor.
Water Quality in Channel Catfish Taylor, J.J., Southgate, P.C., and Rose,
Ponds. p:24-27. R.A. 1997. Fouling Animals and
Pedersen, L.F., Per, B.P., Jeppe, L.N., Per, Their Effect on The Growth of
H.N. 2009. Peracetic acid Silver-lip Pearl Oyster in Suspend
degradation and effects on Aquaculture. Aquaculture. 153: 31-
nitrification in recirculating 40.
aquaculture systems. Aquaculture. Vesilind, P.A., Pierce, J.J and Weiner, R.F.
296: 246-254. 1993. Environmental Engineering.
Pillai, V.K., and C.E. Boyd. 1985. Asimple Butterworth- Heinman. USA.
Method for Calculating Liming Yudhistira, E. 2004. Ektoparasit crustacea
Rates for Fish Ponds. Aquaculture. pada ikan kerapu merah
46:157-162. (Plectropomus sp.) dari kepulauan
Piper, R.G., Mc Elwain, I.B., Orme, L.E., Pangkajene perairan Barat
McCraren, J.P., Fowler, L.G., and Sulawesi Selatan. (Skripsi). Institut
Leonard J.R.1982. Fish hatchery Pertanian Bogor. Bogor.
management: Transportations of Zonneveld, N., Huisman E.A., dan Boon,
live fishes. US Dept. of Interior. J.H. 1991. Prinsip- prinsip Budi
Fish and Wildlife Service. Daya Ikan. Gramedia. Jakarta. 317
Washington DC. P:349-371. p.
Rahmawati , H., dan Hartono, D. 2012.
Strategi Pengembangan Usaha
Budidaya Ikan Air Tawar. Jurnal
Penelitian Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. 1 (2).
Rosadi, T., S. Amir dan Z. Abidin. 2010.
Pengaruh pembatasan konsumsi
pakan terhadap bobot ikan nila
(Oreochromis sp.) siap panen.
Jurnal Perikanan Unram 1 (1):8-13.
Royce WF. 1973. Introduction to The
Fisheries Science. Academic press.
New York.
Setiawati, M., dan. Suprayudi, M. A. 2003.
Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan
Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.)
yang Dipelihara pada Media
Bersalinitas. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut

Anda mungkin juga menyukai