Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PARAMETER FISIKA DAN KIMIA AIR DARI

LIMA PERLAKUAN DENGAN ORGANISME BERBEDA

Diani Rizka Aufa, Addinda Amalliyah, Marsha Sabilla Favela, Aji Fatah
Alim, Izzan Miftahurahman, Muhamad Ilham Nugraha

Program Studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas


Padjadjaran, Jln. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Kab. Sumedang,
45363, Jawa Barat

ABSTRACT

Limnological miniresearch on water quality in several aquariums has been carried


out at the aquatic resources laboratory, Faculty of Fisheries and Marine Sciences,
Padjadjaran University. This mini-research measures several parameters that influence
water quality including pH, DO, Temperature, Ammonia, Phosphate, Nitrite, Nitrate, CO2,
BOD, and Alkalinity. Samples were taken from several aquariums using a scoop and then
put into measuring cups and Winkler bottles to be tested for each parameter. The results of
this research showed that the fish in the aquarium died, this happened because the factors
above were lacking or did not support the growth of the fish properly.

Keywords: Limnology, parameters, miniresearch, fisheries.

ABSTRAK

Miniriset limnologi tentang kualitas air dalam beberapa aquarium telah dilakukan
di laboratorium sumber daya perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Padjadjaran. Miniriset ini mengukur beberapa parameter yang mempengaruhi kualitas air
diantaranya pH, DO, Suhu, Ammonia, Fosfat, Nitrit, Nitrat, CO2, BOD, dan Alkalinitas.
Pengambilan sampel dari beberapa aquarium dilakukan dengan menggunakan gayung lalu
dimasukan ke dalam gelas ukur dan botol winkler untuk diuji dengan masing-masing
parameter. Hasil penelitian ini ikan yang ada di aquarium mati, hal ini terjadi dikarenakan
faktor-faktor diatas kurang atau tidak mendukung pertumbuhan ikan dengan baik.

Kata kunci: Limnologi, parameter, miniriset, perikanan

A. PENDAHULUAN
Dalam cabang ilmu limnologi, terhadap kualitas dan keadaan perairan
karakteristik fisika, kimia, dan biologi itu sendiri, baik perairan tergenang
pada perairan sangat berpengaruh (lentic), mengalir (lotic), tawar (fresh),
maupun asin (saline) yang masuk ke tajam dan banyak digunakan dalam
dalam wilayah daratan (inland waters). produksi industri kimia (Yuswona
2010).
Faktor yang mempengaruhi
yaitu tingkatan pH, DO, Suhu, Fosfat adalah bentuk fosfer yang
Ammonia, Fosfat,CO2 bebas, BOD dan dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dan
alkalinitas merupakan Sebagian dari merupakan unsur esensial bagi
tumbuhan tingkat tinggi dan algae
banyaknya parameter yang ada, sehingga dapat mempengaruhi tingkat
Pengujian kali ini digunakan untuk produktivitas perairan (Bahri-2006).
melihat parameter-parameter tersebut di
lima sampel jenis perairan. Yaitu B1 air Karbondioksida (CO2 ) adalah
senyawa kimia yang terbentuk dari atom
asli tanpa campuran apapun. B₂ air asli karbon dan oksigen. CO2 mudah larut
dengan aeresi. B3 dengan aerasi yang dalam air dingin, tidak berbau, dan tidak
berisi plankton. B4 air yang berisi ikan berwarna. CO2 termasuk gas yang
hidup dan B5 adalah air dengan aerasi reaktif dan banyak terdapat dalam air.
yang berisi plankton dan ikan hidup. Alkalinitas adalah gambaran
kapasitas air untuk menetralkan asam,
pH adalah aktivitas potensial atau dikenal dengan acid neutralizing
hidrogen dalam larutan yang digunakan capacity (ANC) atas kuantitas anion
sebagai konsentrasi ion hidrogen dalam air yang dapat menetralkan
(mol/1) pada suhu tertentu / pH-log kation hydrogen. Alkalinitas juga di
artikan sebagai kapasitas penyangga
(H+). Air murni mempunyai nilai pH =
(buffer) terhadap perubahan pH
7 (netral) sedangkan air payau normal perairan.
besar pH=7-9 (Boyd C.E. 1998).
Biochemical Oxygen Demand
Oksigen terlarut atau Disolved (BOD) adalah kebutuhan oksigen
Oksigen (DO) adalah konsentrasi biokimia organisme untuk
Oksigen terlarut di dalam air. Oksigen menguraikan atau mendekomposisi
terlarut dalam air berasal dari hasil sejumlah bahan organik terlarut dalam
fotosintesis oleh fitoplankton atau sebuah perairan
tumbuhan air lainnya dan difusi dari
atmosfer. Suhu adalah tingkat atau ukuran
derajat panas atau dingin suatu benda /
Ammonia (NH3) merupakan zat zat yang dapat diukur dengan alat yang
yang menjadi indicator pencemaran umum dikenal dengan thermometer
suatu ekosistem perairan. Semakin suhu ada prapat your celcius (c),
tinggi konsentrasi ammonia, maka fahrenheit (f), Kelvin (K) dan reaumur
semakin tinggi tingkat pencemarannya. (r), Satuan internasional adalah calvin
Ammonia tidak berwarna, tetapi berbau (k) (Frank (1991).
B. METODE C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1) pH
Praktikum dimulai sejak 27
pH pada aquarium 1-5 ada di
Oktober 2023 sampai dengan 02
interval 6,45 – 7,44 hal ini disebabkan
November 2023, dilakukan secara
oleh aktivitas organisme didalamnya
eksitu di Laboratorium Sumber Daya
dan juga factor eksternal. Untuk
Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu
budidaya ikan air tawar pH yang cocok
Kelautan Universitas Padjadjaran.
adalah 6-9 (PP No. 82 Tahun 2001).
Metode yang digunakan ada
Syarat lain yang penting adalah
metode titrasi dan juga pengukuran
fluktuasi atau perbedaan pH pagi dan
langsung menggunakan alat. Metode
siang tidak lebih dari 1. Menurut
titrasi digunakan pada saat mengukur
Subagja (2009) perairan yang ideal
DO (Dissolved Oxygen), C O2 bebas,
bagi kegiatan budidaya perikanan
dan juga alkalinitas. Sedangkan
adalah 6,8 s/d 8,5 dan perairan dengan
pengukuran langsung menggunakan alat
pH<6 menyebabkan organisme renik
digunakan untuk mengukur pH dan
tidak dapat hidup dengan baik.
suhu, pengukuran menggunakan
2) DO
spektrofotometer pada saat menguji
Oksigen terlarut pada 5 aquarium
ammonia dan fosfat. Serta
menunjukan angka yang tidak lebih dari
menggunakan kit saat mengukur Nitrat,
3. Hal ini bisa menjadi salah satu factor
nitrit, dan fosfat kit.
ikan mati dikarenakan kandungan
Alat yang digunakan adalah botol
oksigen terlarut yang ideal di dalam air
winkler, DO meter, pipet ukur, labu
untuk budidaya ikan tidak boleh <3,00
erlenmeyer, gelas ukur, Termometer, PH
mg/l karena dapat menyebabkan
meter, gayung, alat titrasi, biuret, tabung
kematian organisme air (Gunawan,
reaksi, Spektrofotometer, rak tabung,
2019). DO yang seimbang untuk hewan
nampan, setra kertas whatman.
budidaya adalah lebih dari 5 mg/l. Jika
Sedangkan bahan yang digunakan
oksigen terlarut tidak seimbang akan
dalam penelitian ini adalah sampel air
menyebabkan stress pada ikan karena
Aquarium 1, Aquarium 2, Aquarium 3,
otak tidak mendapat suplai oksigen
dan Aquarium 4, tisu, larutan MnSO4
yang cukup, serta kematian akibat
50%, larutan 02 reagen, larutan H2SO4 ,
kekurangan oksigen (Tatangindatu et al.
larutan indikator amylum 1%, thiosulfat
2013)
0,01 N, larutan indikator phenolptalein,
3) Suhu
larutan NaOH, larutan indikator Methyl
Rata-rata suhu pada aquarium 1-5
red, larutan HCL, larutan Na2 S2 O3
yaitu 25℃, hal ini tergolong cukup baik
0,01N, larutan H2 SO4 pekat, larutan
bagi budidaya perikanan karena kisaran
Signette, larutan nessler, aquades,
suhu yang baik bagi kehidupan ikan
larutan standar NH4 N , larutan standar
antara 25-30 ℃, jika suhu air berada
fosfat, larutan SnCl2 Kit, dan fosfat. dibawah 14℃ ikan akan mengalami
kematian. Apabila suhu air turun hingga 6) BOD (Biochemical Oxygen
dibawah 25℃ maka daya cerna ikan Demand)
terhadap makanan yang dikonsumsi Hasil BOD pada 5 akuarium
berkurang. Sebaliknya jika suhu naik menunjukan angka yang cukup tinggi.
hingga 30℃ ikan akan mengalami Kadar BOD yang baik untuk ikan air
stress karena kebutuhan oksigennya tawar menurut PP No. 82 Tahun 2001
semakin tinggi (Amri dan Khairuman adalah kurang dari 3 mg/l. Namun nilai
2002). ini dapat bervariasi tergantung kondisi
4) Ammonia lingkungan tempat ikan tersebut hidup.
Menurut Spencer (2006), bahwa 7) 𝐂𝐎𝟐 Bebas
kadar ammonia dipicu oleh tinggi Kadar CO2 pada 5 aquarium masih
rendahnya suhu pada perairan. Fluktuasi wajar dikarenakan perairan yang
tersebut akan menyebabkan perbedaan diperuntukan bagi kepentingan
tingkat respirasi bakteri yang akan perikanan sebaiknya mengandung kadar
mengakibatkan perombakan protein karbondioksida bebas < 5 mg/liter.
dalam perairan. Kadar karbondioksida bebas sebesar 10
Hasil menunjukkan bahwa pada mg/liter masih dapat di tolerir oleh
aquarium 5 angka ammonia cukup organisme akuatik, asal disertai dengan
tinggi yaitu sebesar 1,925. Menurut kadar oksigen yang cukup. Menurut
Tatangindatu et al. (2013) kadar Effendi (2003) kadar karbondioksida di
ammonia yang baik bagi kehidupan ikan perairan dapat mengalami penurunan
air tawar adalah <1ppm. Apabila kadar bahkan hilang akibat proses fotosintesis,
ammonia telah >1,5ppm maka perairan evaporasi, dan agitasi perairan.
tersebut sudah tercemar.
5) Fosfat 8) Alkalinitas
Kadar fosfat dalam aquarium Alkalinitas pada masing-masing
termasuk baik karena kandungan fosfat akuarium baik dikarenakan Nilai
di perairan alami umumnya tidak lebih alkalinitas pada perairan alami adalah
40 mg/L sedangkan nilai alkalinitas
dari 0,1 ppm. Apabila kandungan fosfat
yang baik bekisar antara 30-500 mg/L
cukup tinggi diperairan akan
CaCO3 . Menurut Hastuti et al. (2012),
menimbulkan perairan tersebut subur,
akalinitas memiliki peran yang cukup
sehingga akibat penyuburan terjadi
penting dalam produktivitas perairan .
blooming. Sehingga perairan tersebut alkalinitas berperan sebagai penyangga
menjadi perairan yang anaerob. Hal ini terhadap perubahan pH yang drastis.
dapat menyebabkan kematian massal Alkalinitas berfluktuasi pada media
bagi organisme perairan (ikan) diikuti pemelihara. Hal ini karena nilai
terbentuknya senyawa beracun alkalinitas bergantung pada pH dan
(Wahono, 1996 dalam Robert J.R, suhu.
2002).
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kualitas air
Perlakuan
Parameter Satuan
P1 P2 P3 P4 P5
pH - 7,00 6,55 6,45 6,63 7,44
DO (alat) mg/l 3 2 3 2 2,3
Suhu 25,6 25,3 25 25 25
Ammonia mg/l 0,007 0,070 0,225 1,134 1,925
Fosfat mg/l 0,039 0,042 0,040 0,039 0,025
BOD (titrasi) mg/l 3,5 3,9 3 2,7 1,7
CO2 (titrasi) mg/l 1 0,8 0,7 0,9 1
Alkalinitas (titrasi) mg/l 125 92,5 120 192,5 212,5

D. KESIMPULAN DAN SARAN


Amri, K. dan Khairuman. 2002. Buku
DO yang rendah seperti ini Pintar Budidaya Ikan Konsumsi.
menandakan potensi terjadinya Jakarta : Agromedia
masalah serius dalam lingkungan Anhwange et all. 2012. Impact
akuatik. Perbedaan signifikan antara Assessment of Human Activities and
nilai DO yang diukur dengan metode Seasonal Variation on River Benue,
alat dan titrasi menambah within Makurdi Metropolis. Journal
kompleksitas pemahaman terhadap of Science and Technology. 2, 248-
keberlanjutan kadar oksigen dalam air. 254.
disarankan selalu periksa secara Baigo et al. 2018. Kajian Kualitas Air Laut
teratur suhu, pH, dan kualitas air dan Indeks Pencemaran Berdasarkan
lainnya, mengganti air secara teratur Parameter Fisika-Kimia Di Perairan
untuk menghilangkan kotoran dan zat Distrik Depapre, Jayapura. Jurnal
kimia, gunakan sistem filtrasi yang Ilmu Lingkungan Vol.16 Issue 1
sesuai dengan kebutuhan aquarium, (2018) : 35-43.
hindari overstocking dan pantau
Bintoboydro, A. dan Abidin, M. 2014.
jumlah ikan yang sesuai, perhatikan Pengukuran Total Alkalinitas Di
jumlah makanan pada ikan ,karna sisa Perairan Estuari Sungai Indragiri
makanan dapat mempengaruhi Provinsi Riau. Jurnal. Provinsi Riau.
kualitas air, menambahkan tanaman
Boyd, C. E., 1988, Water Quality in
air untuk keseimbangan ekosistem ,
Warmwater Fish Ponds. Fourth
pastikan siklus nitrogen berjalan
Printing. Auburn University
dengan baik, sesuaikan pencahayaan Agricultural Experiment Stasion,
sesuai kebutuhan organisme. Alabama, USA.

DAFTAR PUSTAKA Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi


Pengelolaan Sumberdaya dan
Alarest dan Santika. 2007. Metode Lingkungan Perairan. Cetakan
Penelitian Air. Usaha Kelima. Yogjakarta: Kanisius.
Nasional Surabaya. 309 hal.
Gunawan, S. 2009. Kiat Sukses Budidaya kelangsunga hidup, pertumbuhan,
Lele di Lahan Sempit. Agromedia dan efisiensi pakan ikan nila yang
Pustaka. Jakarta. 148 hal. diberi pupuk hayati cair pada air
Huet. 1970. Water Quality Criteria for media pemeliharaan. Akuakultur
Fish Life Bioiogical Problems in Rawa Indonesia, 4 (1), 67-79.
Water Pollution. PHS. Publ. No. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia.
999-WP-25. 160-167 pp https://doi.org/10.1103/PhysRevE.
Hulwah Nadhila dan Cut Nuzlia. 2017. 49.126
Analisis Kadar Nitrit Pada Air
Bersih Dengan Metode Robert J. Rompas,2002. Pengukuran
Spektrofotometer UV-VIS. Jurnal. Parameter Fisika-Kimia Pada
Universitas Islam Negeri Ar- Budidaya Karamba Di Sungai
Raniry. Tondano, Kelurahan Ternate:
Hutabarat,S., dan Enas,S.M. 1984. Manado.
Pengantar Oseanografi. Jakarta : Salmin. 2005. Oksigen terlarut (DO) dan
Universitas Indonesia Press. kebutuhan oksigen biologi (BOD)
Kantor Komunikasi Publik. 2018. FPIK sebagai salah satu indikator untuk
Sebar Benih Ikan Patin di Perairan menentukan kualitas perairan.
Cekdam Unpad Jatinangor. Berita. Jurnal Oseana, 30(3), 21-26.
Universitas Padjadjaran. Simanjuntak, M. 2009. Hubungan Faktor
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Lingkungan Kimia Fisika Terhadap
2003. Keputusan Menteri Distribusi Plankton di Perairan
Lingkungan Hidup Nomor 115 Belitung Timur Bangka Belitung.
Tahun 2003 tentang Penetapan Journal of Fisheries Sciences,
Status Mutu Air. 11(!), 31-45.

Megawati, C., Yusuf, M., dan Maslukah, Subagja. 2009. Bioindikator Kualitas Air.
L. 2014. Sebaran Kualitas Perairan Universitas Trisakti Jakarta
Ditinjau dari Zat Hara, Oksigen Subarijanti H.U. 1990. Diktat Kuliah
Terlarut, dan pH di Perairan Selatan Limnology.NUFFIC/ UNIBRAW/
Bali Bagian Selatan. Jurnal LUW/ FISH. Universitas
Oseanografi. 3(2), 142-150 m. Brawijaya. Malang.
Nugraha D et all. 2012. Pengaruh Swingle. 1968. Standardization of
Perubahan Suhu Terhadap Chemical Analysis for Water and
Perkembangan Embrio, Daya Tetes Pond Muds. F.A.O. Fish, Rep. 44, 4
Telur Dan Kecepatan Penyerapan , 379 - 406 pp.
Kuning Telur Ikan Black Ghost
(Apteronotus albiforns) Pada Skala Syafriadiman, Pamungkas, dan Hasibuan.
Laboratorium. Journal Of 2005. Prinsip Dasar Pengelolaan
Management Of Aquatic Kualitas Air. Edisi Pertama. MM
Resources, 1 (1): 1-6. Press. C.V. Mina Mandiri.
Pekanbaru. 131 hal.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of
Ecology. Philadelphia:W.B Tatangindatu, Kalesaran, dan Rompas.
Sounders Company Ltd. 2013. Studi Parameter fisika kimia
air pada areal budidaya ikan di
Panggabean, T. K., Sasanti, A. D., dan Danau Tondano, Desa Paleloan,
Yulisman. (2016). Kualitas air,
Kabupaten Minahasa, Jurnal
Budidaya Perairan. 1(2) : 8 -19.
Wahidah S. 2018. Analisis Kadar
Karbondioksida Di Sungai
Ampenan Lombok Carbom
Dioxide Concentration Analysis At
Ampenan River Lombok. Jurnal.
Universitas Mataram.
Wardoyo S.T.H. 1978. Kriteria Kualitas
Air Untuk Keperluan Pertanian dan
Perikanan. Dalam :Prosiding
Seminar Pengendalian Pencemaran
Air. (eds Dirjen Pengairan Dep.
PU.), hal 293-300.
Wirosarjono S. 1974. Masalah-masalah
yang dihadapi dalam penyusunan
kriteria kualitas air guna berbagai
peruntukan. PPMKL-DKI Jaya,
Seminar Pengelolaan Sumber Daya
Air. Lembaga Ekologi UNPAD.
Bandung, 27 - 29 Maret 1974, hal 9
– 15
Yudo, S. 2010. Kondisi kualitas air
Sungai Ciliwung di Wilayah DKI
Jakarta ditinjau dari parameter
organik, amoniak, fosfat, deterjen
dan bakteri coli. Jurnal Akuakultur
Indonesia, 6(1), 34-42.
Zamzami, Z. N., Astriyani, R. N.,
&Suharianto. (2019). Analisis
Kesesuaian Kualitas Air Sungai
dengan Baku Mutu Air untuk
Budidaya Ikan Air Tawar di
Kabupaten Tabalong. SPECTA
Journal of Technology, 3 (3), 36-
43.https://doi.org/10.35718/specta.
v3i3.131

Anda mungkin juga menyukai