II. PRINSIP
Kualitas air dipengaruhi oleh parameter fisika dan kimia. Parameter fisika untuk
mengetahui kualitas air terdiri dari suhu air, kandungan oksigen terlarut (DO) air, dan
pH air. Parameter kimia untuk mengetahui kualitas air terdiri dari kandungan amonia
nitrit, nitrat, dan ortofosfat di air (Tahir, 2016).
III. REAKSI
A. Nitrifikasi: nitrisasi
NH3 + 1,5O2 ➝ NO2 + H + H2 O
B. Nitrifikasi: nitratsi
NO2 + 1/2O2 ➝ NO3
V. PROSEDUR
Jenis kolam sistem akuakultur ikan lele, Clarias sp. Berbasis pakan BSFL dengan
jenis perlakuan;
1. Kontrol = pakan pelet 100%
2. P1 = 50% pelet : 50% BSFL
3. P2 = 60% pelet : 40% BSFL
4. P3 = 70% pelet : 30% BSFL
B. Kualitas Air
Air dalam budidaya ikan berperan sebagai media tempat ikan hidup. Air harus
memenuhi berbagai persyaratan dari segi fisika, kimia, dan biologi. Air sebagai
media tempat hidup ikan yang dibudidayakan harus memenuhi berbagai
persyaratan dari segi fisika, kimia, maupun biologi. Dari segi fisika, air merupakan
media yang menyediakan ruang gerak bagi udang yang 3 dipelihara. Sedangkan
dari segi kimia, air sebagai pembawa unsur-unsur hara, mineral, vitamin, gas-gas
terlarut dan sebagainya. Dari segi biologi, air merupakan media untuk kegiatan
biologis dalam pembentukan dan penguraian bahan-bahan organik (Buwono,
1993). Menurut Rukmini (2012), Kualitas air merupakan salah satu faktor penting
yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi pemeliharaan ikan. Beberapa
parameter fisika dan kimia perairan yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan
adalah suhu, oksigen terlarut, pH, amonia, nitrat, nitrit, dan ortofosfat.
C. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan organisme karena
mempengaruhi aktivitas metabolisme dan perkembangan organisme-organisme di
perairan (Rukminasari dan Awaluddin, 2014). Kenaikan suhu sebesar sebesar
10ᵒC (hanya pada kisaran temperatur yang masih ditolerir) akan mengakibatkan
laju metabolismee dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Hal ini dapat
meningkatkan laju metabolisme dan meningkatakan konsumsi oksigen, namun
kenaikan suhu air juga dapat menghambat proses respirasi. Temperatur di suatu
ekosistem air berfluktuasi baik harian maupun tahunan karena mengikuti pola
temperature udara di lingkungan sekitarnya (Tahir, 2016).
G. Nitrit (NO2 )
Nitrit merupakan hasil proses nitrifikasi yang menggambarkan jumlah
bioavailablenitrogen, yakni nutrien N (nitrogen) terlarut yang ada yang dapat
langsung digunakan oleh organisme (fitoplankton, tumbuhan) untuk tumbuh dan
berkembang (Rusmadi, 2014).
H. Nitrat (NO3 )
Nitrat merupakan sumber nitrogen penting bagi fitoplankton di perairan laut dan
tawar. Nitrat digunakan dalam proses fotosintesis, sintesis protein, dan penyusun
gen, serta pertumbuhan organisme (Erlina, 2006). Nitrogen kemungkinan
merupakan faktor pembatas bagi perumbuhan fitoplankton. Lapisan-lapisan air
teratas pada umumnya mengandung lebih sedikit nitrogen dari pada lapisan-
lapisan air yang terletak jauh dari permukaan laut. Hal tersebut sama dengan
pengaruh intensitas cahaya dan adsorpsi cahaya bagi produksi fitoplankton
(Rusmadi, 2014).
I. Ortofosfat (PO4)
Fosfat merupakan salah satu unsur hara yang berpotensi dalam pembentukan
protein dan metabolisme sel. Fosfat merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan
fitoplankton. Ortofosfat sebagai salah satu nutrisi yang dibutuhkan di perairan
berfungsi sebagai keberadaan nutrien fosfor (P) terlarut dan merupakan
bioavailablephosphorus (Rusmadi, 2014).
Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2., suhu pada perlakuan kolam yang berbeda
berada di kisaran 24-27 °C, suhu dalam kondisi normal. Kisaran suhu yang optimal
bagi kehidupan ikan yaitu 25-30°C (Amri, 2002). Ikan akan mengalami kematian
ketika suhu air di bawah 14°C. Terjadi juga penurunan daya cerna ikan terhadap
pakannya jika suhu air turun di bawah 25°C. Dan ikan dapat stress jika suhu air
naik hingga 30°C karena kebutuhan oksigen yang semakin tinggi (Khairuman dan
Subenda, 2002).
Suhu air dapat menentukan massa jenis air dan densitas air melalui penentuan
tekanan. Densitas air dapat menentukan kejenuhan air. Faktor yang mempengaruhi
suhu air adalah lingkungan tempat air berada. Suhu air berperan untuk
metabolisme organisme di dalamnya. Suhu berperan untu mengontrol reaksi kimia
enzimatik dalam proses fotosintesis. Laju maksimum fotosintesis dapat tercapat
dengan menyesuaikan ke suhu optimalnya. Suhu juga berpengaruh untuk
mengonversi struktur hidrologi perairan sehingga distribusi fitoplankton
terpengaruh (Ghufran dan Tancung, 2005).
Warna DO
Perlakuan Suhu (°C)
Kolam Warna Kadar
Kontrol 4 Hijau Pink tua 14 mg/L 24.2
Perlakuan 2.d Hijau Pink tua 14 mg/L 24.8
Perlakuan 3.c Hijau daun Pink tua 14 mg/L 26.4
Berdasarkan Tabel 1. hasil pengukuran kadar oksigen terlarut di dalam tiga air
kolam yang berbeda menunjukkan kadar yang sama, yaitu 14 mg/L dengan suhu
di kisaran 24-26 °C. Jumlah DO yang diperoleh dan dipengaruhi oleh suhu tidak
berada dalam kisaran optimal. Optimalnya pada suhu tersebut, jumlah DO yang
diperoleh adalah 5,0-8,3 mg/L (Tetra, 2021).
Berdasarkan Tabel 2., nilai pH yang diperoleh pada kolam dengan perlakuan
berbeda berkisar pada 6,7-7,0. Nilai pH yang diperoleh berada pada kondisi
normal. Nilai pH diatas 10 dapat membunuh ikan, sementara nilai pH dibawah 5
mengakibatkan pertumbuhan ikan terhambat. Nilai pH dengan kisaran 7-8,5
disukai sebagian besar biota akuatik. Nilai pH mempengaruhi proses biokimiawi
perairan, seperti nitrifikasi. Jika pH air rendah, maka proses nitrifikasi akan
berakhir. Nilai pH yang rendah juga dapat meningkatkan toksisitas logam-logam
(Effendi, 2004).
Amonia (NH3 NH4 ) adalah limbah nitrogen yang dikeluarkan oleh ikan (Buttner et
al., 1993). Berdasarkan Tabel 2., kadar amonia yang didapat dari tiga kolam
dengan perlakuan berbeda berkisar 1-10 mg/L. Kadar amonia yang diperoleh
melebihi SNI 7550: 2009 yang di bawah 0,02 mg/L. Amonia di perairan
merupakan pemecahan nitrogen organik (protein daun urea) dan nitrogen
anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air, yang berasal dari dekomposisi
bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh mikroba dan
jamur (Effendi, 2003). Pada perairan alami, kadar amonia umumnya kurang dari
0,1 mg/L. Amonia dapat bersifat toksik pada ikan jika kadarnya lebih dari 0,2
mg/L. Amonia bersifat racun bagi ikan, jika tidak mematikan, amonia dapat
merusak jaringan insang karena membengkak sehingga fungsi sebagai alat
pernafasan pada ikan akan terganggu. Ikan akan dalam kronis dan tidak dapat
hidup normal (Kordi dan Tancung, 2007).
Kadar nitrit pada Tabel 2. diperoleh dari tiga kolam dengan perlakuan yang
berbeda, yaitu berkisar 0-5 mg/L. Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001, nilai yang ideal untuk nitrit berada di perairan adalah 0,06 mg/L. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar nitrit di tiga kolam tidak ideal. Konsentrasi nitrit yang
tinggi dapat menyebabkan kematian ikan secara masal. Nitrit bersifat tidak toksik,
namun jika konsentrasinya tinggi dan jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan
keracuran karena bakteri rumen nitrat akan direduksi menjadi nitrat. Nitrat 10 kali
lebih toksik dari nitrat. Oleh karena itu, nitrit jumlahnya sedikit dalam perairan,
nitrit berperan dalam siklus nitrogen atau nitrifikasi sebagai peralihan amonia
menuju nitrat dan dalam proses denitrifikasi amonia menuju nitrogen (Effendi,
2003).
Nitrat (NO3 ) adalah bentuk nitrogen yang utama pada perairan alami sebagai salah
satu nutrien untuk pertumbuhan alga dan tumbuhan air. Berdasarkan Tabel 2.,
nitrat yang diperoleh dari tiga kolam dengan perlakuan yang berbeda, yaitu
berkisar 0-5 mL. Kandungan nitrat yang optimal di dalam perairan untuk
pertumbuhan fitoplankton berada pada kisaran 0,9-3,5 mg/L. Sedangkan batas
kandungan nitrat di perairan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
adalah 10 mg/L, sehingga kadar nitrat tiga kolam masih berada dalam kondisi
normal. Pertumbuhan fitoplankton dan tanaman air dipengaruhi oleh kadar nitrat.
Kadar nitrat yang terlalu tinggi dapat menyebabkan blooming phytoplankton.
Nitrat dihasilkan dari proses oksidasi mikroba dan sifatnya sangat reaktif dan
mudah larut dalam air, serta nitrat dapat langsung digunakan dalam proses biologis
(Djokosetiyanto dan Sunarma, 2006). Konsentrasi nitrat yang optimal dapat
menstimulasi pertumbuhan untuk organisme air, seperti alga (fitoplankton) yang
disertai terpenuhi nutrisi lainnya (Alaerst dan Sartika, 1987).
Kadar ortofosfat yang didapat berdasarkan Tabel 2. Pada tiga kolam dengan
perlakuan yang berbeda adalah 2 mg/L. Menurut KepMen LH
No.51/MENLH/2004, kandungan fosfat di dalam perairan optimalnya berada pada
0,015 mg/L. Hal ini menujukkan bahwa kadar ortofosfat dalam tiga kolam tidak
optimal. Tingginya kadar fosfat dapat menyebabkan stimulasi banyaknya
pertumbuhan alga di perairan. Hal ini juga disertai dengan adanya senyawa
nitrogen. Melimpahnya alga dapat membentuk lapisan di permukaan air yang
dapat menghambat masuknya sinar matahari dan oksigen dan menjadikan
ekosistem perairan tidak optimal (Boney, 1989).
VIII. KESIMPULAN
A. Parameter penting pada pengukuran kualitas air pada sistem akuakultur semi
open system adalah suhu air, kandungan oksigen terlarut (DO) air, dan pH air.
B. Kadar suhu, DO, dan pH air dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur
TETRA Test O2 dan pH-meter.
C. Amonia (NH3 NH4 ) air dapat diukur dengan menggunakan metode reagen.
D. Nitrit (NO2 ) air dapat diukur dengan menggunakan metode reagen.
E. Nitrat (NO3 ) air dapat diukur dengan menggunakan metode reagen.
F. Ortofosfat (PO4 ) air dapat diukur dengan menggunakan metode reagen.
G. Kualitas air dapat dianalisis per hari.