Anda di halaman 1dari 20

“PENGUKURAN DO, BOD, TSS, pH, SUHU,

DAN KEKERUHAN”
Waduk Langen Sari

Kelompok 4
1.Heny Widyawati 17308141010
2.Anni Khamidah 17308141025
3.Syaikhuddin Zakki Yamani 17308141072
4.Shabrina Warda A’Yuni 17308141074
5.Ika Nur Atamimi 17308141076
6.Bella Andini 17308141078
TUJUAN

Mengetahui cara sederhana mengukur DO, BOD,


TSS, pH, suhu, dan kekeruhan.
Metode Kegiatan

Waktu dan tempat

Kamis, 4 April 2019 pukul 13.00-selesai


di Waduk Langen Sari dan Laboratorium
FMIPA UNY.
Alat dan bahan
Alat :
Bahan :
Botol 1,5 L
DO meter Air Waduk Langen Sari
Gelas beker 1,5 L
Gelas ukur
Kertas saring
Corong
Gayung Kertas alumunium
pH meter
Cawan petri
Timbangan elektrik
Oven
Termometer
Turbidimeter
Langkah kegiatan

Pengukuran DO
DO meter dicelupkan pada air yang akan diukur kadar DO
nya.

Pengukuran BOD
•Alat dan bahan disiapkan
•Sampel (500 mL) dihitung DO nya dengan DO meter (DO1)
•Sampel diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu
tetap (20°C)
•Sampel dihitung DO nya dengan DO meter (DO5)
•Kadar BOD dihitung
Pengukuran TSS
•Alat dan bahan disiapkan
•Sampel diambil sebanyak 100 mL
•Sampel disaring dengan kertas saring
•Cawan petri ditimbang
•Kertas saring berisi sampel diletakkan di cawan petri
•Cawan petri dan sampel dimasukkan ke oven dengan suhu 1
03-105°C selama 60 menit.
•Cawan dan sampel ditimbang
•TSS dihitung

Pengukuran suhu
•Alat dan bahan disiapkan
•Termometer dicelupkan ke bak prototype
•Suhu termometer diamati
Pengukuran kekeruhan
•Alat dan bahan disiapkan
•Alat turbidimeter disambungkan dengan sumber listrik
•Larutan standar diletakkan pada tempat sampel, kemudian
dilakukan pengukuran dan nilai pengukuran disesuaikan
dengan cara memutar tombol pengatur hingga nilai yang tertera
pada layar sesuai dengan nilai standar
•Skala pengukuran kekeruhan dibaca (pengukuran dilakukan 3
kali dengan menekan tombol pengulangan pengukuran untuk
setiap pengulangan).

Pengukuran pH
•Alat dan bahan disiapkan
•pH meter dicelupkan ke dalam air sampel
PEMBAHASAN
• Embung Langensari merupakan embung yang pertama kali dibangun di wilayah kota
Yogyakarta. Namun sebenarnnya embung ini merupakan revitalisasi keberadaan danau buatan
milik PJKA ( sekarang PT KAI ) untuk kebutuhan air stasiun Lempuyangan Yogyakarta.

• Embung Langensari berada di kelurahan Kliren, kecamatan Gondokusuman, kota Yogyakarta.


Embung ini memiliki kapasitas tampung air sebesar 9.780 m3, luas 5.890 m2, dengan
kedalaman sekitar 2-3 m.

• Embung Langensari rencananya akan dikembangkan menjadi daerah penampungan air, daerah
resapan air, taman rekreasi, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Selain itu Embung Langensari
juga berfungsi untuk menanggulangi luapan Sungai Belik pada musim hujan karena tidak
terdapat area penampungan dan resapan air
Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas
Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Pasal 8
• (1) Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku
air minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut;
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut;
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut;
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
• Untuk mengetahui kualitas air di Embung Langensari, maka kelompok kami
mengambil sampel air sebesar 100 ml untuk dilakukan beberapa pengukuran seperti
DO, BOD, TSS, Suhu, Kekeruhan, dan pH.
• DO
 Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) merupakan salah satu parameter penting
dalam analisis tingkat kualitas air.
 Pengukuran DO juga bertujuan untuk melihat sejauh apa badan air dapat
menampung biota air/hewan air seperti ikan dan mikroorganisme yang hidup.
 Dari hasil praktikum, didapatkan oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) pada
embung Langensari adalah 37,2 mg/L. Standar DO menurut PP No. 81 tahun
2001 minimal adalah 0 mg/L. Menurut teori, makin besar nilai DO maka kualitas
air tersebut semakin baik. Maka oksigen terlarut dalam embung Langensari
cukup baik karena bernilai tinggi.
• BOD
 Biological Oxygen Demand (BOD) menunjukkan jumlah oksigen dalam
satuan ppm yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan
bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air.
 Pemerikasaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat
air buangan penduduk atau industri.
Diketahui : DO1 = 37,2 mg/L
DO5 = 33,6 mg/L
BOD = DO1 - DO5
= 37,2 - 33,6
= 3,6 mg/L
 Berdasarkan praktikum didapatkan hasil bahwa BOD pada embung
Langensari adalah 3,6 mg/L. Menurut teori, semakin besar harga BOD maka
semakin banyak zat organik yang mencemari air. Penurunan konsentrasi
oksigen terlarut maksimum <0,4 mg/L selama 5 hari. (Kelas II)
• TSS

 Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan total yang
tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2 µm atau lebih besar dari ukuran partikel
koloid.

 Prinsip analisis TSS dapat dilakukan sebagai berikut : contoh uji yang telah homogen disaring dengan
kertas saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan dikeringkan sampai mencapai berat konstan
pada suhu 103˚C sampai 105˚C.

 Untuk memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.

TSS (mg/L) = ( A – B ) x 1000 / v

= ( 40.115 – 39.876 ) x 1000 / 100

= 2390

 Berdasarkan pengukuran saat praktikum, TSS yang didapatkan adalah 2390. berdasarkan hasil tersebut
diketahui bahwa residu yang didapatkan dari 100 ml air Embung Langensari adalah 2390. (kelas IV)
• Suhu

 Suhu merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi
kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk berbagai aktivitas
sehari-hari.

 Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi,


volatilisasi, dekomposisi bahan organik oleh mikroba, serta menyebabkan penurunan
kelarytan gas dalam air (gas O2, CO2. N2. CH4, dan sebagainya).

 Berdasarkan pengukuran ketika praktikum, suhu yang diperoleh dari air embung
Langensari adalah 26,4˚C. Menurut teori, kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan
fitoplankton di perairan adalah 20˚C - 30˚C. Hal tersebut dapat diartikan bahwa air di
embung Langensari memiliki suhu yang normal sehingga dapat dijadikan tempat tinggal
bagi hewan-hewan air untuk mendukung pertumbuhannya.
• Kekeruhan

 Kekeruhan dapat dipakai sebagai indikasi kualitas suatu perairan. Kekeruhan dapat
mempengaruhi proses fotosintesis tanaman dalam air.

 Tujuan dari pemeriksaan parameter ini adalah untuk mengetahui deraat kekeruhan air
yang disebabkan oleh adanya partikel-partikel yang tersebar merata dan dapat
menghambat alannya sinar matahari yang melalui air tersebut.

 Berdasarkan pengukuran ketika praktikum, kekeruhan yang diperoleh dari air embung
Langensari adalah 28 NTU. Menurut teori, kisaran kekeruhan optimum adalah 5 NTU.
Hal tersebut dapat diartikan bahwa air di embung Langensari memiliki kekeruhan yang
tinggi, sehingga fotosintesis tumbuhan air di dalam embung akan terganggu karena
cahaya matahari yang masuk ke dalam air sedikit.
• pH

 Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air.
pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu
tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme.

 Berdasarkan pengukuran pada praktikum didapatkan hasil bahwa nilai pH pada air di
embung Langensari adalah 6,5. Menurut teori harga pH normal untuk kehidupan air
adalah 6-8. Dari data tersebut dapat diartikan bahwa nilai pH pada air di embung
Langensari tergolong normal walaupun cenderung asam. Namun pada pH tersebut, air
dapat digunakan sebagai tempat hidup tumbuhan maupun hewan air.
KESIMPULAN
• Berdasarkan data-data yang didapatkan pada Embung Langensari, kriteria mutu air dapat digunakan untuk
sarana/prasarana rekreasi air maupun pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
tanaman, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Namun, air pada Embung Langensari tidak termasuk kriteria mutu air yang dapat digunakan untuk ai baku
air minum. Hal tersebut dapat dilihat dari DO yang tinggi, BOD yang tinggi, TSS yang besar. Suhu dan pH
dalam Embung Langensari juga sesuai untuk mendukung kehidupan hewan maupun tumbuhan air.
Kekeruhan Embung Lagensari tergolong tinggi yang menyebabkan proses fotosintesis tumbuhan air
terganggu karena sinar matahari yang terhalangi untuk masuk ke air.

• Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas air pada Embung Langensari adalah :

 Adanya bahan organik dan anorganik yang terkandung dalam air

 Kedalaman permukaan air tanah

 Curah hujan

 Jenis tanah
REKOMENDASI KELOMPOK
1. Embung langensari sebaiknya ditingkatkan lagi
kebersihan airnya.Karena saat pengambilan
sampel air, sampah plastik cukup banyak. serta
air berwarna keruh kecokelatan
2. Kondisi air yang tercemar dikhawatirkan
mempengaruhi kualitas ikan yang dipancing
warga sekitar, sehingga perlu diberikan edukasi
ke masyarakat
3. untuk kelompok praktikum sebaiknya lebih
mengingat lagi tugas yang diberikan, karena
pengambilan sampel kelompok ini terlambat
daripada kelompok lain.
LAMPIRAN

Kondisi Embung Langensari Berat Petridish

Kertas saring yang di Oven Berat kertas saring dan petridish setelah di oven

Anda mungkin juga menyukai