Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAN

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

Uji Kadar Padatan Terlarut Total Secara Gravimetri,


Uji Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended
Solid, TSS), dan Analisis Lumpur dan SVI

NAMA : Sophia Az-Zahro Setiawan


NIM : 104221015
KELOMPOK : 2

LABORATORIUM PENGUKURAN DAN ANALISIS KUALITAS


LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2022
BAB I
A. Tujuan
1. Menentukan kadar padatan terlarut total, kadar padatan terlarut total
yang terikat, dan kadar padatan terlarut yang menguap secara
gravimetri dengan batasan pengujian tidak melebihi 200 mg dari
padatan terlarut total.
2. Menentukan residu tersuspensi yang terdapat dalam sampel air
limbah secara gravimetri.
3. Menentukan sludge volume index pada sampel air lumpur dalam
waktu 10 menit.
B. Prinsip Dasar
1. Air
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dalam
berbagai aktivitas. Air yang bersih dan sehat diperlukan manusia
untuk dikonsumsi sebagai air minum dan kebutuhan sehari-hari
(Sumantri, 2013). Aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari
dapat menyebabkan kualitas air (mutu) menurun sehingga air
tersebut tidak dapat dibagi lagi seperti yang diharapkan. Kondisi air
yang demikian disebut dengan air yang tercemar. Proses pencemaran
air terjadi akibat masuknya zat asing misalnya, limbah rumah tangga
atau limbah pabrik yang masuk ke dalam perairan yang melebihi
ambang batas yang telah ditentukan sehingga air tersebut tidak dapat
digunakan lagi sesuai peruntukannya. Nilai ambang batas (jumlah
maksimum atau minimum) yang diperbolehkan berada dalam
perairan dapat dilihat pada kriteria kualitas air yang diterapkan oleh
pemerintah (Sumantri, 2013).

2. Pengertian TDS dan TSS


Total Dissolved Solid (TDS) merupakan ukuran zat terlarut (baik itu
zat organik maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan.
TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per Million
(PPM) atau sama dengan milligram per Liter (mg/L). Berdasarkan
definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus
dapat melewati saringan berukuran 2 𝜇S/cm. Aplikasi yang umum
digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk
pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia,
pembuatan air mineral, dll. Dari proses TDS ini, kita dapat mengetahui
kriteria air minum yang diperbolehkan untuk dikonsumsi (Insan,
2007).
Terdapat dua macam metode yang digunakan untuk mengukur
kualitas suatu larutan, yaitu:
a) Metode Gravimetri
Metode pengukuran TDS yang paling akurat dan
melibatkan penguapan cairan pelarut untuk meninggalkan residu
yang kemudian dapat ditimbang dengan menggunakan presisi
analitas saldo (biasanya mampu mengukur dengan keakuratan
0,0001 gram). Metode ini umumnya adalah metode yang terbaik,
walaupun memerlukan banyak waktu dan mengakibatkan
ketidaktepatan jika proporsi TDS tinggi yang terdiri atas titik didih
bahan kimia organik yang rendah, yang akan menguap bersama
dengan air. Dalam keadaan paling umum garam anorganik terdiri
dari sebagian besar TDS dan metode gravimetri sesuai untuk
digunakan sebagai pemeriksaannya.
b) Electrical Konduktiviti
Konduktivitas listrik air secara langsung berhubungan
dengan konsentrasi padatan terlarut yang terionisasi dalam air.
Ion dari konsentrasi padatan terlarut dalam air menciptakan
kemampuan pada air untuk menghasilkan arus listrik, yang dapat
diukur dengan menggunakan konvensional konduktivitas meter
atau TDS meter. Ketika laboratorium berkorelasi dengan
pengukuran TDS, konduktivitas memberikan nilai perkiraan untuk
TDS konsentrasi, biasanya digunakan untuk pengukuran sepuluh
persen akurasi.
Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat
padat (pasir, lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang
tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik)
seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen
mati (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat
tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia
yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan
yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat
organik di suatu perairan (Tarigan et al, 2003).
Total Suspended Solid (TSS) adalah jumlah berat dalam mg/L
kering lumpur yang ada dalam limbah setelah mengalami
penyaringan dengan membrane berukuran 0,45 mikron (Sugiharto,
1987). Penentuan zat padat tersuspensi (TSS) berguna untuk
mengetahui kekuatan pencemaran air limbah domestik, dan juga
berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air. Konsentrasi
yang tinggi dari zat padat tersuspensi dapat menurunkan air dengan
mengabsorbsi cahaya. Air kemudian lebih hangat dan mengurangi
kemampuan air untuk menahan oksigen yang dibutuhkan dalam
kehidupan air. Oleh karena tumbuhan air juga kurang menerima
cahaya, fotosintesis menjadi berkurang sehingga hanya sedikit
oksigen yang diproduksi. Kombinasi air hangat, kurangnya cahaya dan
kurang oksigen menyebabkan ketidakmungkinan adanya kehidupan
dalam air tersebut (Depkes North Dakota, 2015). Zat padat
tersuspensi berpengaruh pada kehidupan dalam berbagai bentuk,
salah satunya dapat menyumbat insang ikan, menurunkan kecepatan
pertumbuhan, menurunkan kekebalan tubuh terhadap penyakit, dan
mencegah telur dan larva berkembang. Zat padat tersuspensi ini
dapat berasal dari aliran erosi perkotaan dan lahan pertanian, limbah
industri, pusat erosi, pertumbuhan alga atau pembuangan air limbah.
3. Sludge Volume Index (SVI)
Cara konvensional untuk mengamati kemampuan pengendapan
lumpur adalah dengan menentukan Sludge Volume Index (SVI).
Adapun caranya adalah campuran lumpur dan air limbah (mixed
liquor) dari bak aerasi dimasukkan ke dalam silinder kerucut dengan
volume 1 liter dan dibiarkan selama 30 menit. Volume sludge dicatat.
SVI adalah angka yang ditunjukkan (volume) yang ditempati 1 gram
lumpur (sludge). Di dalam unit pengolahan air limbah dengan sistem
lumpur aktif konvensional dengan MLSS < 3.500 mg/L nilai SVI yang
normal berkisar antara 50-150 ml/gr (Said & Utomo, 2007).

C. Reaksi
Tidak terdapat reaksi yang terjadi pada percobaan ini.
BAB II
A. Alat dan Bahan
a. Uji Kadar Padatan Terlarut Total (Total Dissolved Solid, TDS)
Adapun alat yang digunakan dalam pengujian ini ialah neraca
analitik, cawan yang terbuat dari porselen atau platina atau silika,
oven, tanur yang dipakai dapat dipanaskan sampai suhu 550°C,
penjepit kertas saring, penjeit cawan, alat penyaring yang dilengkapi
dengan pompa penghisap, penangas air, pipet, dan desikator.
Kemudian bahan yang digunakan ialah Kertas saring bebas abu dan
Air bebas mineral.

b. Uji Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solud, TSS)


Pada pengujian ini menggunakan alat desikator yang berisi silika
gel, oven untuk pengoperasian pada suhu 103 C sampai dengan 105
C, timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg, pengaduk magnetic,
pipet volum, gelas ukur, cawan porselen/cawan Gooch, penjepit, dan
pompa vakum. Kemudian bahan yang digunakan ialah Kertas saring
(glass-fiber filter) dan air bebas mineral.

c. Analisis Lumpur dan SVI


Adapun alat yang digunakan dalam pengujian analisis lumpur dan
SVI ialah Kerucut Imhoff, Gelas ukur, Cawan penguap, Neraca analitik,
dan Oven. Kemudian bahan yang digunakan ialah air buangan dengan
kandungan lumpur.

B. Cara Kerja
a) Uji Kadar Padatan Terlarut Total (Total Dissolved Solid, TDS)
a. Persiapan Kertas Saring
1. Kertas saring dimasukkan ke dalam alat penyaring.
2. Alat saring dihubungkan dengan pompa penghisap dan dibilas
dengan aquades sebanyak 3 kali masing-masing 20 mL.
3. Pengisapan dilanjutkan untuk menghilangkan seluruh kotoran
yang halus dalam kertas saring.
4. Air hasil pembilasan dibuang.
b. Persiapan Cawan
1. Cawan yang telah bersih dipanaskan pada suhu 108⁰C ± 2⁰C
selama 1 jam di dalam oven.
2. Cawan dipindahkan dari oven dengan penjepit dan didinginkan
di desikator.
3. Setelah dingin, cawan ditimbang dengan neraca analitik.
4. Catat berat cawan dengan satuan gram.
c. Pengujian Padatan Terlarut Total
1. Sampel dikocok hingga homogen.
2. 25 mL sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam alat
penyaring.
3. Setelah sampel tersaring, kertas saring dibilas dengan aquades
sebanyak 10 mL.
4. Sampel yang telah disaring dipindahkan ke dalam cawan yang
telah mempunyai berat tetap.
5. Cawan yang berisi sampel tersebut diuapkan pada penangas
air hingga kering.
6. Jika sudah, cawan yang sudah kering dimasukkan ke dalam
oven pada suhu 108⁰C ± 2⁰C selama 1 jam di dalam oven.
7. Kemudian cawan didinginkan di dalam desikator.
8. Cawan ditimbang dengan neraca analitik dan berat setelah
penguapan dicatat.
b) Uji Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solid, TSS)
a. Persiapan Kertas Saring atau Cawan Gooch
1. Kertas saring diletakkan pada cawan Gooch yang diletakkan
pada peralatan filtrasi, Vakum dan wadah pencuci dipasang
dengan air bebas mineral berlebih 20 mL. Penyedotan
dilanjutkan untuk menghilangkan semua sisa air, vakum
dimatikan, dan pencucian dihentikan.
2. Dikeringkan dalam oven pada suhu 103ºC sampai dengan
105ºC selama 1 jam, didinginkan dalam desikator kemudian
ditimbang.
3. Langkah pada butir c) diulangi sampai diperoleh berat konstan
atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap
penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.
b. Pengujian
1. Penyaringan dilakukan dengan peralatan vakum. Saringan
dibasahi dengan sedikit air bebas mineral.
2. Sampel diaduk dengan pengaduk magnetic untuk memperoleh
sampel yang lebih homogen. Sampel dipipet sebanyak 25 mL.
3. Kertas saring atau saringan dicuci dengan 3 x 10 mL air bebas
mineral, dibiarkan kering sempurna, dan penyaringan
dilanjutkan dengan vakum selama 3 menit agar diperoleh
penyaringan sempurna. Sampel dengan padatan terlarut yang
tinggi memerlukan pencucian tambahan.
4. Kertas saring dipindahkan secara hati-hati dari peralatan
penyaring dan dipindahkan ke wadah timbang alumunium
sebagai penyangga. Jika digunakan cawan Gooch dipindahkan
dari rangkaian alatnya.
5. Dikeringkan dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu
103°C sampai dengan 105°C, didinginkan dalam desikator
untuk menyeimbangkan suhu dan ditimbang.
6. Tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator diulangi
dan dilakukan penimbangan sampai diperoleh berat konstan
atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap
penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.
c) Analisis Lumpur dan SVI
a. Pengukuran Lumpur Kasar
1. Kerucut Imhoff volume 1 liter disiapkan dan diletakkan dalam
posisi tegak lurus yang dapat dibantu dengan statif.
2. Contoh air yang homogen dimasukkan ke dalam kerucut
Imhoff sampah tanda batas (volume 1 liter), kemudian pada
menit ke 5, 10, 15, 20, 30, 45, dan seterusnya diukur volume
lumpur yang mengendap. Pengukuran dihentikan jika volume
lumpur telah konstan. Lumpur kasar dinyatakan dalam ml/L.
Grafik hubungan antara waktu pengamatan dibuat dengan
volume lumpur.
b. Pengukuran Sludge Volume Index
1. Gelas ukur bervolume 1 liter disiapkan, sampel air yang telah
dikocok dimasukkan sampai volume tepat pada tanda batas 1
liter.
2. Selama 30 menit dibiarkan dan volume lumur yang terbentuk
dicatat. SVI dinyatakan dalam ml.gr TSS.
BAB III
A. Data Pengamatan
1. Uji Padatan Terlarut Total (Total Dissolved Solid, TDS) Secara
Gravimetri

Tabel 1.1 Data Pengamatan TDS

Vol Berat Cawan Awal Berat Cawan Akhir


TDS (ppm)
Sampel (gram) (gram)
25 mL 35,9005 35,9078 292

2. Uji Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solid, TSS) Secara


Gravimetri
Tabel 1.2 Data Pengamatan TSS

Vol Berat Cawan Awal Berat Cawan Akhir


TSS (ppm)
Sampel (gram) (gram)
50 mL 27,6030 27,6052 146,667

3. Analisis Lumpur dan SVI


Tabel 1.3 Data Pengamatan SVI

Vol SVI (ml/gr


Vol Pengendapan TSS (mg/L)
Sampel MLSS)
100 mL 13 mL 1470 88,375

B. Perhitungan
1. Uji Padatan Terlarut Total (TDS) Secara Gravimetri
(𝐶𝑎𝑤𝑎𝑛 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝐶𝑎𝑤𝑎𝑛 𝐴𝑤𝑎𝑙) 𝑥 10⁶
𝑇𝐷𝑆 =
𝑉𝑜𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

(35,9078 𝑔𝑟 − 35,9005 𝑔𝑟) 𝑥 10⁶


𝑇𝐷𝑆 =
25 𝑚𝐿

𝑻𝑫𝑺 = 𝟐𝟗𝟐 𝒎𝒈/𝑳

2. Uji Padatan Tersuspensi Total (TSS) Secara Gravimetri


(𝐶𝑎𝑤𝑎𝑛 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝐶𝑎𝑤𝑎𝑛 𝐴𝑤𝑎𝑙) 𝑥 1000
𝑇𝑆𝑆 =
𝑉𝑜𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(27,6052 𝑔𝑟 − 27,6030 𝑔𝑟) 𝑥 1000
𝑇𝑆𝑆 =
15 𝑚𝐿

𝑻𝑺𝑺 = 𝟏𝟒𝟒, 𝟔𝟔𝟕 𝒎𝒈/𝑳

3. Analisis Lumpur
(𝐶𝑎𝑤𝑎𝑛 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝐶𝑎𝑤𝑎𝑛 𝐴𝑤𝑎𝑙) 𝑥 1000
𝑇𝑆𝑆 =
𝑉𝑜𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

(28,0631 𝑔𝑟 − 28,0484 𝑔𝑟) 𝑥 1000


𝑇𝑆𝑆 =
10 𝑚𝐿

𝑻𝑺𝑺 = 𝟏𝟒𝟕𝟎 𝒎𝒈/𝑳

𝑉
0,1 𝐿 𝑥 1000
𝑆𝑉𝐼 =
𝑇𝑆𝑆

13 𝑚𝐿
0,1 𝐿 𝑥 1000
𝑆𝑉𝐼 =
1470 𝑚𝑔/𝐿

𝑺𝑽𝑰 = 𝟖𝟖, 𝟑𝟕𝟓 𝒎𝑳/𝒈𝒓𝒂𝒎


C. Pembahasan
Pengujian TDS dengan metode gravimetri dilakukan dengan
memasukkan cawan penguap ke dalam tanur selama 1 jam dengan suhu
550⁰C selama 1 jam dengan tujuan agar cawan penguap yang akan
digunakan tidak terkontaminasi dengan partikel-partikel lain sehingga
nantinya dapat mempengaruhi hasil pengujian. Cawan tersebut
dimasukkan ke dalam oven selama 1 jam dengan suhu 105⁰C untuk
pemanasan serta pengeringan dan kemudian dimasukkan ke dalam
desikator untuk pendinginan. Cara kerja desikator adalah untuk
mendinginkan dengan cara menyerap uap air yang dikeluarkan oleh
cawan menggunakan silika gel yang berada pada bagian bawah desikator.
Jika sudah cawan ditimbang menggunakan neraca analitik untuk
mendapatkan berat cawan kosong (awal). Adapun berat cawan kosong
(awal) pada pengujian ini didapatkan 35,9005 gram.
Air sampel disaring dengan menggunakan kertas saring dan cairan
yang lolos dari kertas saring akan dijadikan sampel. Air sampel kemudian
dimasukkan ke dalam cawan penguap dan kemudian diuapkan di atas
penangas air. Jika sudah kering, sampel tersebut dimasukkan ke dalam
oven selama 1 jam pada suhu 105⁰C. Jika sudah, sampel didinginkan pada
menggunakan desikator selama 10 menit dan setelah didinginkan, cawan
tersebut ditimbang agar mendapatkan berat cawan akhir. Adapun berat
cawan akhir yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebesar 35,9078
gram. Pada PP Nomor. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air, yakni pada kelas III batas TDS yang
diperbolehkan adalah 1000 mg/L sedangkan pada pengujian ini hasil yang
diperoleh adalah 292 mg/L sehingga air yang digunakan pada praktikum
ini masih aman untuk digunakan karena tidak melebihi ambang batas
yang telah ditentukan.
Total Suspended Solid adalah padatan atau partikel yang tertinggal
pada kertas saring pada saat penyaringan. Pengujian ini dilakukan dengan
memisahkan partikel besar yang mengapung karena apabila terdapat
partikel besar dalam sampel ini akan menjebak air di atas saringan. Jika
terdapat partikel besar atau residu maka pada proses penyaringan harus
dibilas hingga partikel atau residu benar-benar hilang. Sebelum kertas
saring dimasukkan ke dalam corong, kertas saring tersebut dilipat
menyerupai corong atau mengerucut agar penyaringan yang dilakukan
lebih cepat dan tidak terlalu lama. Setelah kertas saring dilipat, kertas
saring dipasang ke dalam corong. Kemudian, corong yang berisi kertas
penyaring dipindahkan ke dalam erlenmeyer dan kemudian dibilas
dengan aquades untuk membuka pori-pori kertas saring. Setelah itu,
dikeringkan ke dalam oven selama 1 jam dengan suhu 105⁰C dan jika
sudah, dimasukkan ke dalam desikator untuk proses pendinginan agar
semua partikel-partikel atau kontaminan yang melekat pada kertas saring
berkurang atau hilang.
Jika sudah kering, sampel yang akan digunakan diaduk terlebih
dahulu, kemudian dimasukkan sebanyak 50 mL ke dalam gelas ukur. Jika
sudah masukkan sampel ke dalam alat penyaring dan tunggu sampai
semua larutan melewati saringan. Setelah itu, cairan yang tertinggal di
atas kertas saring dipindahkan ke dalam cawan secara hati-hati,
kemudian dikeringkan kembali pada oven selama satu jam di suhu 105⁰C
yang kemudian didinginkan di dalam desikator selama 10 menit. Jika
sudah dingin, cawan ditimbang untuk mendapatkan berat akhir. Adapun
berat cawan awal dan akhir pada pengujian TSS ini secara berturut-turut
adalah 27,6030 gram dan 27,6052 gram sedangkan hasil TSS yang
diperoleh adalah sebesar 146,667 mg/L yang mana hasil tersebut masih
dibawah ambang batas yang telah ditentukan pada PP Nomor. 82 Tahun
2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
yakni pada kelas III yakni sebesar 400 mg/L.
Apabila hasil dari kandungan TDS dan TSS yang berlebihan dalam
air dapat menyebabkan kurangnya kadar estetika dari air tersebut baik
dari warna dan bau yang mengakibatkan sinar matahari tidak dapat
masuk ke dalam air sehingga dapat menghambat proses fotosintesis pada
ekosistem biota air dan biota air tersebut dapat mengalami kematian.
Kematian organisme tersebut juga akan mengganggu ekosistem akuatik.
Apabila jumlah materi tersuspensi ini akan mengendap, maka
pembentukan lumpur dapat sangat mengganggu aliran dalam saluran,
pendangkalan dapat terjadi, dan artinya pengaruhnya dalam kesehatan
pun menjadi tidak langsung (Soemirat, 2004).
Cara konvensional untuk mengamati kemampuan pengendapan
lumpur adalah dengan menentukan Sludge Volume Index (SVI). Adapun
caranya adalah campuran lumpur dan air limbah (mixed liquor) dari bak
aerasi dimasukkan ke dalam silinder kerucut dengan volume 1 liter dan
dibiarkan selama 30 menit. Volume sludge dicatat. SVI adalah angka yang
ditunjukkan (volume) yang ditempati 1 gram lumpur (sludge). Di dalam
unit pengolahan air limbah dengan sistem lumpur aktif konvensional
dengan MLSS < 3.500 mg/L nilai SVI yang normal berkisar antara 50-150
ml/gr (Said & Utomo, 2007). Adapun SVI yang dihasilkan pada percobaan
ini adalah sebesar 88,375 mL/gram MLSS sebagaimana hasil dari
pengujian ini masih berada di bawah ambang batas yang telah
ditentukan.
BAB IV
A. Kesimpulan
Pada percobaan ini adalah menentukan hasil padatan terlarut dan
padatan yang tersuspensi dengan metode gravimetri dan menentukan
sludge volume index (SVI). Adapun hasil TDS yang diperoleh sebesar 292
mg/L dan hasil TSS yang diperoleh adalah sebesar 146,667 mg/L yang
mana hasil tersebut masih berada di bawah ambang batas yang telah
ditentukan oleh PP Nomor. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air kelas III. Pada pengujian sludge
volume index diperoleh hasil sebesar 88,375 mL/gram MLSS yang mana
hasil tersebut juga masih berada di bawah ambang batas yang tekah
ditentukan. Semua sampel air yang digunakan pada pengujian ini masih
aman dan tidak akan mengganggu ekosistem air.

B. Saran
Saran untuk percobaan ini adalah praktikan agar lebih berhati-hati
lagi dan memahami semua prosedur pengerjaan praktikum. Diharapkan
peneliti lebih memiliki wawasan yang luas mengenai baku mutu air atau
air limbah yang akan digunakan agar tidak terjadi kekeliruan pada saat
membandingkan hasil praktikum dengan baku mutu yang seharusnya
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Insan. 2007. TDS Meter. Terdapat pada
https://insansainsprojects.wordpress.com/tds-meter/ . Diakses pada 25
Desember 2022.
North Dakota Departement of Health. 2015. Total Dissolved Solid. Terdapat
pada https://www.knowyourh2o.com/indoor-4/drinking-water-testing-
conductivity-and-total-dissolved-solids. Diakses pada 25 Desember 2022.
Peraturan Pemerintah. 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Jakarta.
Said N, S., & Utomo, K. 2007. Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Proses
Lumpur Aktif yang Diisi dengan Media Bioball. Jurnal Air Limbah. 3(2),
164-165.
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Universitas Indonesia:
Jakarta.
Sumantri, A. 2013. Kesehatan Lingkungan. Kencana Prenada Media Group:
Jakarta.
Tarigan, MS & Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total
Suspended Solid) di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai