LINGKUNGAN 2
Timbulan dan Komposisi Sampah
C. Reaksi
Tidak terdapat reaksi yang terjadi.
BAB II
A. Alat dan Bahan
Pada percobaan menentukan timbulan dan komposisi sampah,
dilakukan dengan menggunakan kotak dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50
cm, penggaris, timbangan, dan kantong plastik.
B. Cara Kerja
a) Pengukuran timbulan berdasarkan volume
1. Semua sampah yang ada dimasukkan ke dalam kotak berukuran 50
cm x 50 cm x 50 cm. Sampah dimasukkan secara bersamaan dan
tidak boleh ditekan/dikompaksi/mengalami perubahan bentuk.
Sampah dimasukkan sampai kotak penuh (sampah tidak boleh
melebihi tinggi kotak).
2. Tinggi sampah dalam kotak dicatat.
3. Untuk mendapatkan timbulan sampah harian, maka:
Timbulan (vol/hari) = 𝑝. 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑥 𝑙. 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑥 𝑡. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
4. Jika pengukuran sampah dilakukan 2 kali, maka timbulan sampah
merupakan penjumlahan dari 2 kali perhitungan.
b) Pengukuran timbulan berdasarkan berat sampah
1. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan plastik atau trash
bag.
2. Berat trash bag dicatat.
3. Sampah dimasukkan ke dalam plastik dan kemudian ditimbang.
4. Perhitungan dilakukan dengan mengurangkan berat timbulan
sampah dengan berat trash bag atau plastik. Satuan yang
digunakan adalah kg/hari.
c) Pengukuran komposisi sampah berdasarkan berat sampah
1. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan plastik atau trash
bag.
2. Berat trash bag dicatat.
3. Sampah dimasukkan ke dalam trash bag berdasarkan jenis-jenis
sampah yang sudah ditentukan ke dalam plastik.
4. Kemudian sampah yang sudah dibedakan berdasarkan
komposisinya ditimbang hingga mendapatkan komposisi sampah
berdasarkan berat sampah.
BAB III
A. Data Pengamatan
Tabel 1.1 Data Timbulan Berdasarkan Volume
Panjang kotak 97 cm
Lebar kotak 97 cm
Tinggi sampah dalam kotak (1) 50 cm
Tinggi sampah dalam kotak (2) 5 cm
0,09 𝑘𝑔
= 22,76 𝑘𝑔 𝑥100%
= 0,39 %
7,12 𝑘𝑔
= 𝑥100%
22,76 𝑘𝑔
= 31,3 %
B. Pembahasan
Praktikum ini adalah menentukan jumlah timbulan sampah
berdasarkan volume dan berat sampah serta menentukan komposisi
berdasarkan berat sampah yang diambil dari beberapa lokasi tertentu.
Pengambilan sampel dilakukan pada 3 tempat berbeda, yakni GOR Utama,
GOR 2 (sekitar GOR ABC), dan kantin. Pengukuran timbulan sampah
berdasarkan berat sampah dilakukan dengan memasukkan sampah ke
dalam kotak berukuran 97 cm x 97 cm x 60 cm. Sampah dimasukkan
secara bersamaan dan tidak boleh ditekan. Kemudian, catat tinggi sampah
yang ada dalam kotak. Untuk mendapatkan timbulan sampah vol/hari
maka dengan mengalikan panjang kotak, lebar kotak, dan tinggi sampah
dalam kotak. Pada praktikum ini dilakukan pengukuran sampah sebanyak
2 kali, sehingga timbulan sampah diperoleh sebesar 517,495 liter/hari.
Timbulan sampah yang telah diukur berdasarkan volume,
selanjutnya diukur berdasarkan berat. Pengukuran berdasarkan berat
dilakukan dengan menggunakan trash bag sebagai wadah sampah. Berat
trash bag dicatat untuk memenuhi standar perhitungan timbulan sampah
berdasarkan berat. Sampah dimasukkan ke dalam trash bag kemudian
ditimbang. Untuk mendapatkan timbulan sampah kg/hari dapat dihitung
dengan mengurangi berat total dengan berat trash bag. Adapun hasil yang
diperoleh pada praktikum ini adalah 23,31 kg/hari. Yang terakhir, adalah
mengukur komposisi sampah berdasarkan berat sampah. Pada perhitungan
komposisi, prosedur yang dilakukan hampir mirip dengan pengukuran
timbulan sampah berdasarkan berat sampah. Hanya saja, sampah dipilah
berdasarkan masing-masing jenisnya. Untuk menghitung komposisi dari
masing-masing jenis sampah, kita perlu mengetahui jumlah total sampah
tanpa trash bag. Untuk mendapatkan komposisi, dapat dilakukan dengan
membagi berat sampah per jenis dengan jumlah total sampah tanpa trash
bag kemudian dikalikan dengan 100%. Pada praktikum ini terdapat 7 jenis
sampah, yakni styrofoam, kertas, kaca, plastik, organik, B3, dan magicom.
Komposisi sampah berturut-turut adalah 0,39% ; 31,3% ; 6,2% ; 30,84% ;
12,78% ; 7,07% ; dan 11,42%.
Berdasarkan data tersebut, diperoleh persentase komposisi sampah
tertinggi adalah kertas dan plastic sebesar 31,3% dan 30,84%. Untuk
menguranginya, sampah kertas dapat dimanfaatkan kembali melalui
metode memakai kembali (reuse) dan didaur ulang (recycle). Hal ini
dilakukan agar dapat memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah
untuk melakukan pengelolaan yang tepat dan dapat mengefisiensikan
sumber daya alam dan meminimalisir dampak buruk terhadap lingkungan
yang akan terjadi (Aziz & Nitri, 2018). Metode daur ulang kertas dapat
digunakan sebagai solusi pemanfaatan kertas bekas agar dapar mengurangi
dampak buruknya terhadap lingkungan. Hingga saat ini, sampah kertas
masih dipandang sebagai limbah lingkungan yang tidak berguna dan
banyak menumpuk (Tobroni & Gayatri, 2018).
Persentase komposisi tertinggi kedua adalah plastik. Untuk
menguranginya, sampah plastik dapat diolah kembali yaitu berupa daur
ulang, sumber energi, gas, dan minyak. Sampah plastic jenis polyethylene
dapat didaur ulang kembali sebagai konversi bahan bakar minyak dengan
proses cracking dan dapat dimanfaatkan juga sebagai bahan pembuat
karbon aktif untuk proses adsorpsi dalam pengolahan limbah cair (Osueke
& Ofundu, 2011). Dengan berbagai metode tersebut, maka volume dan
jumlah timbulan sampah plastik di lingkungan dapat berkurang.
Universitas Pertamina memiliki luas area sekitar 77.438 m2.
Sampel yang diambil dari 3 titik berbeda memiliki jumlah timbulan
sebesar 517,495 liter/hari. Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan dari 3
titik area tersebut belum dapat merepresentasikan perbandingan antara
jumlah timbulan dengan luas area Universitas Pertamina karena
perhitungan sampel tersebut hanya dilakukan di 3 titik saja. Maka dari itu,
tidak dapat ditentukan hasil perbandingan yang akurat. Menurut SNI 19-
3964-1994 tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan
dan komposisi perkotaan ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi
penyelenggara pembangunan dalam melakukan pengambilan dan
pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah untuk suatu kota.
Tujuan dari metode ini adalah untuk mendapatkan besaran timbulan
sampah yang digunakan dalam perencanaan dan pengelolaan sampah.
BAB IV
A. Kesimpulan
1. Hasil timbulan sampah berdasarkan volume sampah yang diambil dari
3 tempat berbeda yakni sebesar 517,495 liter/hari.
2. Hasil timbulan sampah berdasarkan berat sampah yang diambil dari 3
tempat berbeda yakni sebesar 23,31 kg/hari.
3. Hasil komposisi sampah berdasarkan 7 jenis sampah berbeda berturut-
turut yakni, 0,39% ; 31,3% ; 6,2% ; 30,84% ; 12,78% ; 7,07% ; dan
11,42%. Adapun komposisi dengan persentase tertinggi adalah kertas
dan plastik.
B. Saran
Saran untuk percobaan ini adalah praktikan agar lebih berhati-hati
lagi dan memahami semua prosedur pengerjaan praktikum. Pada proses
pemilahan sampah diperlukan pembagian tugas agar praktikum dapat
berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, Enri, & Padmi, Tri. 2010. Pengelolaan Sampah Edisi Semester I
2010/2011. Bandung: Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik
Sipil dan Lingkungan. Institut Teknologi Bandung.
IPCC. 2006. 2006 IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories.
Prepared by the National Greenhouse Gas Inventories Programme,
Eggleston H.S., Buendia L., Miwa K., Ngara T. and Tanabe K. (eds).
Japan: IGES.
M. I. Tobroni & D. Gayatri. 2018. Pemanfaatan Hasil Limbah Kertas Pada Tugas
Mata Kuliah Praktik Desain Komunikasi Visual Universitas Bina
Nusantara. Dimensi DKV Seni Rupa dan Desain, p. 176.
Osueke dan Ofundu, (2011), Conversion of Waste Plastics (Polyethylene) to Fuel
by Means of Pyrolysis, (IJAEST) International Journal of Advanced
Engineering Sciences and Technologies, Vol, No, 4, Issue No, 1, 021 –
024.
R. Aziz & S. Nitri. 2018. Studi Daur Ulang Sampah Kertas dari Sumber Institusi
di Kota Padang. Dampak, p. 77.
SNI 19-3964-1994. Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah Perkotaan. Departemen Pekerjaan Umum: Bandung.
Sucipto. 2012. Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah. Yogyakarta: Penerbit
Gosyem Publishing.
Tchobanoglous, G., et al. 1993. Integrated Solid Waste Management. McGraw
Hill. New York.