Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM KUALITAS

LINGKUNGAN 2
Timbulan dan Komposisi Sampah

NAMA : Sophia Az-Zahro Setiawan


NIM : 104221015
KELOMPOK : 6

LABORATORIUM KUALITAS LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2023
BAB I
A. Tujuan
dapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menentukan timbulan sampah berdasarkan volume sampah.
2. Menentukan timbulan sampah berdasarkan berat sampah.
3. Menentukan komposisi sampah berdasarkan berat sampah.
B. Prinsip Dasar
Sampah merupakan semua buangan yang ditimbulkan dari
aktivitas manusia atau hewan yang tidak diinginkan/digunakan lagi, baik
berbentuk padat atau setengah padat (Tchobanoglous, 1993). Sampah
menjadi suatu permasalahan yang terbesar di setiap negara dan termasuk
di Indonesia. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor, beberapa
diantaranya adalah bertambahnya jumlah penduduk serta kemajuan
teknologi. Semakin tinggi sosial ekonomi suatu masyarakat, maka semakin
banyak jumlah sampah yang dihasilkan. Konsekuensinya jumlah, volume,
jenis, dan karakteristik sampah yang dihasilkan menjadi beragam. Sampah
tersebut dapat berasal dari kegiatan rumah tangga (RT), institusi, komersil,
serta industri (Damanhuri, 2010).
Pengelolaan sampah yang benar mensyaratkan adanya keterpaduan
dari berbagai aspek, mulai dari hulu hingga hilir. Berikut merupakan jenis-
jenis sampah menurut Sucipto, 2012:
a) Sampah organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan,
maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi dua yaitu
sampah organik basah dan sampah organik kering. Istilah sampah
organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang
cukup tinggi. Contohnya, kulit buah dan sisa sayuran. Sementara,
bahan yang termasuk dalam sampah organik kering adalah bahan
organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik
kering diantaranya, kertas, kayu atau ranting pepohonan, dan dedaunan
kering.
b) Sampah anorganik
Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini bisa
berasal dari bahan yang bisa diperbaharui dan bahan yang berbahaya
serta beracun. Jenis yang termasuk ke dalam kategori bisa didaur ulang
(recycle) ono misalnya bahan yang terbuat dari plastik dan logam.
c) Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan beracun dan
berbahaya bagi manusia. Umumnya, sampah jenis ini mengandung
merkuri seperti kaleng bekas cat semprot atau minyak wangi. Namun,
tidak menutup kemungkinan sampah yang mengandung jenis racun
lain yang berbahaya.
Komposisi sampah merupakan masing-masing komponen yang
terdapat pada sampah dan distribusinya. Komponen komposisi sampah
adalah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa makanan, kertas-karton,
kayu, kain-tekstil, karetkulit, plastik, logam besi-non besi, kaca dan
sebagainya (misalnya tanah, pasir, batu, keramik). Pengelompokan
sampah yang paling sering dilakukan yaitu berdasarkan komposisi
sampah, misalnya dinyatakan sebagai % berat atau % volume dari kertas,
kayu, karet, plastik, logam, kaca, kain, makanan dan sampah lain-lain
(Damanhuri, 2010).
Menurut SNI 19-3964-1994 dan IPCC 2006 komposisi dan
komponen sampah diklasifikasikan ke dalam 9 komponen, yaitu:
1. Sampah makanan
Sampah makanan adalah sampah dapur seperti: sisa makanan (nasi,
mie, biskuit, roti, dll), bungkus makanan dari daun, sampah
sayuran/buah-buahan, kulit buah, batang sayuran, dan lainnya.
2. Sampah kertas, karton, dan nappies
Sampah kertas, karton dan nappies meliputi: kertas koran, kertas
pembungkus, barang cetakan, buku tulis, karton, tampon, disposable
diapers, kertas tissue dan sejenisnya.
3. Sampah kayu, kebun, dan taman
Sampah kayu, kebun dan taman meliputi: kayu bekas furniture, kayu
bangunan (pagar, kusen), daun, ranting/batang pohon dari perawatan
taman/halaman dan lain-lain.
4. Sampah kain dan produk tekstil
Sampah kain dan produk tekstil meliputi: pakaian bekas, selimut
bekas, majun, kain perca, lap, pel, tas/sepatu dari kain, kasur/bantal
bekas dan lain-lain.
5. Sampah karet dan kulit
Sampah karet dan kulit meliputi: sisa karet busa, ban bekas, sarung
tangan karet, tas/sepatu dari karet atau kulit dan lain-lain.
6. Sampah plastik
Sampah plastik meliputi: botol, kemasan, ember dari plastik, kantong
kresek, gantungan baju dan barang lainnya dari plastik.
7. Sampah logam
Sampah logam meliputi: besi bekas perkakas, rangka furniture, kawat,
potongan logam, kaleng minuman dan lain-lain.
8. Sampah gelas
Sampah gelas meliputi: pecahan gelas, piring dan barang-barang
keramik, botol, lampu, dan barang-barang dari gelas/keramik.
9. Sampah lain-lain
Sampah lain-lain meliputi: komponen yang tidak termasuk dalam
klasifikasi di diantaranya: tanah, abu, batu, bongkahan bangunan,
barangbarang elektronik bekas.

C. Reaksi
Tidak terdapat reaksi yang terjadi.
BAB II
A. Alat dan Bahan
Pada percobaan menentukan timbulan dan komposisi sampah,
dilakukan dengan menggunakan kotak dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50
cm, penggaris, timbangan, dan kantong plastik.
B. Cara Kerja
a) Pengukuran timbulan berdasarkan volume
1. Semua sampah yang ada dimasukkan ke dalam kotak berukuran 50
cm x 50 cm x 50 cm. Sampah dimasukkan secara bersamaan dan
tidak boleh ditekan/dikompaksi/mengalami perubahan bentuk.
Sampah dimasukkan sampai kotak penuh (sampah tidak boleh
melebihi tinggi kotak).
2. Tinggi sampah dalam kotak dicatat.
3. Untuk mendapatkan timbulan sampah harian, maka:
Timbulan (vol/hari) = 𝑝. 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑥 𝑙. 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑥 𝑡. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
4. Jika pengukuran sampah dilakukan 2 kali, maka timbulan sampah
merupakan penjumlahan dari 2 kali perhitungan.
b) Pengukuran timbulan berdasarkan berat sampah
1. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan plastik atau trash
bag.
2. Berat trash bag dicatat.
3. Sampah dimasukkan ke dalam plastik dan kemudian ditimbang.
4. Perhitungan dilakukan dengan mengurangkan berat timbulan
sampah dengan berat trash bag atau plastik. Satuan yang
digunakan adalah kg/hari.
c) Pengukuran komposisi sampah berdasarkan berat sampah
1. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan plastik atau trash
bag.
2. Berat trash bag dicatat.
3. Sampah dimasukkan ke dalam trash bag berdasarkan jenis-jenis
sampah yang sudah ditentukan ke dalam plastik.
4. Kemudian sampah yang sudah dibedakan berdasarkan
komposisinya ditimbang hingga mendapatkan komposisi sampah
berdasarkan berat sampah.
BAB III
A. Data Pengamatan
Tabel 1.1 Data Timbulan Berdasarkan Volume
Panjang kotak 97 cm
Lebar kotak 97 cm
Tinggi sampah dalam kotak (1) 50 cm
Tinggi sampah dalam kotak (2) 5 cm

Timbulan vol/h = (97 𝑐𝑚 𝑥 97 𝑐𝑚 𝑥 50 𝑐𝑚) + (97 𝑐𝑚 𝑥 97 𝑐𝑚 𝑥 5 𝑐𝑚)


= 470.450 𝑐𝑚3 + 47.045 𝑐𝑚3
= 𝟓𝟏𝟕. 𝟒𝟗𝟓 𝒄𝒎𝟑
= 𝟓𝟏𝟕, 𝟒𝟗𝟓 𝒍𝒊𝒕𝒆𝒓/𝒉𝒂𝒓𝒊

Tabel 1.2 Data Timbulan Berdasarkan Berat Sampah


Berat sampah (total) 23,4 kg
Berat trash bag 0,09 kg

Timbulan kg/h = 23,4 𝑘𝑔 − 0,09 𝑘𝑔


= 𝟐𝟑, 𝟑𝟏 𝒌𝒈/𝒉𝒂𝒓𝒊

Tabel 1.3 Data Komposisi Berdasarkan Berat Sampah


Komposisi Sampah Berat Berat Tanpa Komposisi
(Kg) Kantong Sampah (%)
(kg)
Styrofoam 0,1 0,09 0,39
Kertas 7,3 7,12 31,3
Kaca 1,5 1,41 6,2
Plastik 7,2 7,02 30,84
Organik 3 2,91 12,78
B3 1,7 1,61 7,07
Others (Magicom) 2,6 2,6 11,42
Total 23,4 22,76 100
Komposisi sampah:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
a. Styrofoam = 𝑥100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ

0,09 𝑘𝑔
= 22,76 𝑘𝑔 𝑥100%

= 0,39 %

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠


b. Kertas = 𝑥100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ

7,12 𝑘𝑔
= 𝑥100%
22,76 𝑘𝑔

= 31,3 %
B. Pembahasan
Praktikum ini adalah menentukan jumlah timbulan sampah
berdasarkan volume dan berat sampah serta menentukan komposisi
berdasarkan berat sampah yang diambil dari beberapa lokasi tertentu.
Pengambilan sampel dilakukan pada 3 tempat berbeda, yakni GOR Utama,
GOR 2 (sekitar GOR ABC), dan kantin. Pengukuran timbulan sampah
berdasarkan berat sampah dilakukan dengan memasukkan sampah ke
dalam kotak berukuran 97 cm x 97 cm x 60 cm. Sampah dimasukkan
secara bersamaan dan tidak boleh ditekan. Kemudian, catat tinggi sampah
yang ada dalam kotak. Untuk mendapatkan timbulan sampah vol/hari
maka dengan mengalikan panjang kotak, lebar kotak, dan tinggi sampah
dalam kotak. Pada praktikum ini dilakukan pengukuran sampah sebanyak
2 kali, sehingga timbulan sampah diperoleh sebesar 517,495 liter/hari.
Timbulan sampah yang telah diukur berdasarkan volume,
selanjutnya diukur berdasarkan berat. Pengukuran berdasarkan berat
dilakukan dengan menggunakan trash bag sebagai wadah sampah. Berat
trash bag dicatat untuk memenuhi standar perhitungan timbulan sampah
berdasarkan berat. Sampah dimasukkan ke dalam trash bag kemudian
ditimbang. Untuk mendapatkan timbulan sampah kg/hari dapat dihitung
dengan mengurangi berat total dengan berat trash bag. Adapun hasil yang
diperoleh pada praktikum ini adalah 23,31 kg/hari. Yang terakhir, adalah
mengukur komposisi sampah berdasarkan berat sampah. Pada perhitungan
komposisi, prosedur yang dilakukan hampir mirip dengan pengukuran
timbulan sampah berdasarkan berat sampah. Hanya saja, sampah dipilah
berdasarkan masing-masing jenisnya. Untuk menghitung komposisi dari
masing-masing jenis sampah, kita perlu mengetahui jumlah total sampah
tanpa trash bag. Untuk mendapatkan komposisi, dapat dilakukan dengan
membagi berat sampah per jenis dengan jumlah total sampah tanpa trash
bag kemudian dikalikan dengan 100%. Pada praktikum ini terdapat 7 jenis
sampah, yakni styrofoam, kertas, kaca, plastik, organik, B3, dan magicom.
Komposisi sampah berturut-turut adalah 0,39% ; 31,3% ; 6,2% ; 30,84% ;
12,78% ; 7,07% ; dan 11,42%.
Berdasarkan data tersebut, diperoleh persentase komposisi sampah
tertinggi adalah kertas dan plastic sebesar 31,3% dan 30,84%. Untuk
menguranginya, sampah kertas dapat dimanfaatkan kembali melalui
metode memakai kembali (reuse) dan didaur ulang (recycle). Hal ini
dilakukan agar dapat memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah
untuk melakukan pengelolaan yang tepat dan dapat mengefisiensikan
sumber daya alam dan meminimalisir dampak buruk terhadap lingkungan
yang akan terjadi (Aziz & Nitri, 2018). Metode daur ulang kertas dapat
digunakan sebagai solusi pemanfaatan kertas bekas agar dapar mengurangi
dampak buruknya terhadap lingkungan. Hingga saat ini, sampah kertas
masih dipandang sebagai limbah lingkungan yang tidak berguna dan
banyak menumpuk (Tobroni & Gayatri, 2018).
Persentase komposisi tertinggi kedua adalah plastik. Untuk
menguranginya, sampah plastik dapat diolah kembali yaitu berupa daur
ulang, sumber energi, gas, dan minyak. Sampah plastic jenis polyethylene
dapat didaur ulang kembali sebagai konversi bahan bakar minyak dengan
proses cracking dan dapat dimanfaatkan juga sebagai bahan pembuat
karbon aktif untuk proses adsorpsi dalam pengolahan limbah cair (Osueke
& Ofundu, 2011). Dengan berbagai metode tersebut, maka volume dan
jumlah timbulan sampah plastik di lingkungan dapat berkurang.
Universitas Pertamina memiliki luas area sekitar 77.438 m2.
Sampel yang diambil dari 3 titik berbeda memiliki jumlah timbulan
sebesar 517,495 liter/hari. Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan dari 3
titik area tersebut belum dapat merepresentasikan perbandingan antara
jumlah timbulan dengan luas area Universitas Pertamina karena
perhitungan sampel tersebut hanya dilakukan di 3 titik saja. Maka dari itu,
tidak dapat ditentukan hasil perbandingan yang akurat. Menurut SNI 19-
3964-1994 tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan
dan komposisi perkotaan ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi
penyelenggara pembangunan dalam melakukan pengambilan dan
pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah untuk suatu kota.
Tujuan dari metode ini adalah untuk mendapatkan besaran timbulan
sampah yang digunakan dalam perencanaan dan pengelolaan sampah.
BAB IV
A. Kesimpulan
1. Hasil timbulan sampah berdasarkan volume sampah yang diambil dari
3 tempat berbeda yakni sebesar 517,495 liter/hari.
2. Hasil timbulan sampah berdasarkan berat sampah yang diambil dari 3
tempat berbeda yakni sebesar 23,31 kg/hari.
3. Hasil komposisi sampah berdasarkan 7 jenis sampah berbeda berturut-
turut yakni, 0,39% ; 31,3% ; 6,2% ; 30,84% ; 12,78% ; 7,07% ; dan
11,42%. Adapun komposisi dengan persentase tertinggi adalah kertas
dan plastik.

B. Saran
Saran untuk percobaan ini adalah praktikan agar lebih berhati-hati
lagi dan memahami semua prosedur pengerjaan praktikum. Pada proses
pemilahan sampah diperlukan pembagian tugas agar praktikum dapat
berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, Enri, & Padmi, Tri. 2010. Pengelolaan Sampah Edisi Semester I
2010/2011. Bandung: Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik
Sipil dan Lingkungan. Institut Teknologi Bandung.
IPCC. 2006. 2006 IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories.
Prepared by the National Greenhouse Gas Inventories Programme,
Eggleston H.S., Buendia L., Miwa K., Ngara T. and Tanabe K. (eds).
Japan: IGES.
M. I. Tobroni & D. Gayatri. 2018. Pemanfaatan Hasil Limbah Kertas Pada Tugas
Mata Kuliah Praktik Desain Komunikasi Visual Universitas Bina
Nusantara. Dimensi DKV Seni Rupa dan Desain, p. 176.
Osueke dan Ofundu, (2011), Conversion of Waste Plastics (Polyethylene) to Fuel
by Means of Pyrolysis, (IJAEST) International Journal of Advanced
Engineering Sciences and Technologies, Vol, No, 4, Issue No, 1, 021 –
024.
R. Aziz & S. Nitri. 2018. Studi Daur Ulang Sampah Kertas dari Sumber Institusi
di Kota Padang. Dampak, p. 77.
SNI 19-3964-1994. Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah Perkotaan. Departemen Pekerjaan Umum: Bandung.
Sucipto. 2012. Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah. Yogyakarta: Penerbit
Gosyem Publishing.
Tchobanoglous, G., et al. 1993. Integrated Solid Waste Management. McGraw
Hill. New York.

Anda mungkin juga menyukai