Disusun Oleh:
Fathur Al Baani/24030113120058/2013
Sampah plastik membutuhkan waktu 100 sampai 500 tahun untuk dapat
terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Plastik yang terurai partikel –
partikelnya akan mencemai tanah dan air. Sedangkan jika dibakar maka asap yang
dihasilkan akan beracun atau bersifat toksik, yang akan menimbulkan gangguan
dan penyakit pernapasan bagi yang menghirupnya. Selain itu, ada beberapa
dampak buruk lainnya, antara lain:
- Toksik dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan memunuh
hewan pengurai didalam tanah, seperti cacing
- PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang
maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai
makanan
- Sampah plastik akan mengganggu peresapan air didalam tanah
- Munurunkan kesuburan tanah, karena plastik menghalangi sirkulasi
udara didalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang
mampu menyuburkan tanah
- Sampah plastik menyumbat aliran air sungai sehingga sering terjadi
banjir
- Sampah plastik mengandung zat berbahaya bagi organisme atau hewan
di air sehingga menyebabkan kematian.
Alam yang indah, bersih, dan hijau merupakan dambaan bagi setiap umat
manusia. Keindahan akan menyenangkan pandangan mata yang senantiasa mata
akan dimanja olehnya. Kebersihan akan membawa kenyamanan bagi umat yang
merasakannya. Kehijauan akan memanjakan pandangan, merilekskan pikiran,
menyegarkan udara karena oksigen yang berhamburan dimana – mana, seta
menciptakan suasana lingkungan yang menyehatkan bagi tubuh manusia.
Alam kini sudah jauh dari pandangan yang diimpikan manusia. Banyak
sampah berserakan, banyak sampah yang menimbulkan bau yang tidak sedap,
menjadi sumber berbagai penyakit. Sampah yang dihasilkan oleh manusia
membawa dampak negative bagi manusia sendiri. Terutama sampah plastik yang
sangat sulit untuk diuraikan. Perlu adanya solusi untuk memecahkan masalah ini.
Teknik pirolisis telah digunakan sejak awal tahun 1930 di Jerman untuk
peningkatan residu hidrogenasi yang diperoleh dari pencairan/pelelehan batubara.
Keunggulan nyata dari pirolisis dibandingkan dengan pembakaran (incineration),
yaitu dapat mereduksi gas buang hingga 20 kali. Disisi lain, produk pirolisis dapat
dimanfaatkan lebih fleksibel dan penanganannya lebih mudah. Proses pirolisis
sampah plastik merupakan teknologi konversi termokimia yang masih perlu
dikembangkan. Selain itu, keterbatasan data-data kinetik untuk penentuan
persamaan laju termal dekomposisi secara menyeluruh. Data - data itu diperlukan
untuk rancang bangun reaktor pirolisis.
Sistem kerja dari pirolisis adalah sampah plastik dimasukkan dalam suatu
wadah dan dipanaskan di atas suhu leburnya sehingga berubah jadi uap. Proses
pemanasan ini menyebabkan perekahan pada molekul polimer plastik menjadi
potongan molekul yang lebih pendek. Uap dari pemanasan disalurkan melalui
pipa, didalam pipa di kondensasi untuk diubah menjadi cairan. Cairan yang
dihasilkan jadi bahan dasar minyak atau minyak mentah. Dengan destilasi ulang
menggunakan temperatur berbeda, yakni mengacu pada titik uap, minyak mentah
diproses menjadi premium atau solar.
Konsep dasarnya mengambil unsur karbon (C) dari polimer penyusun
plastik. Polimer tersusun dari hidrokarbon, yakni rangkaian antara atom karbon
(CO2) dan hidrogen (H2O). Untuk menghasilkan premium perlu rantai
hidrokarbon dengan molekul lebih pendek, yakni C6-C10. Untuk menghasilkan
minyak tanah dan solar perlu rantai hidrokarbon dengan molekul lebih panjang,
yakni C11–C15 (minyak tanah) dan C16-C20 (solar). Pada proses akhir
perlu refinery, yakni pengolahan bahan baku minyak menjadi minyak siap
digunakan. Caranya, dengan mencuci, penambahan aditif, mereduksi kandungan
gum atau zat beracun, dan mengklasifikasikan atau mengelompokkan berdasarkan
panjang rantai hidrokarbon.