Anda di halaman 1dari 6

PIROLISIS CERDAS: MENGUBAH SAMPAH

PLASTIK MENJADI SUMBER BAHAN BAKAR


Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai Nasional 2014

Memperingati HUT HIMKI yang ke-11

Disusun Oleh:
Fathur Al Baani/24030113120058/2013

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
Pemanasan Global merupakan ancaman bagi kehidupan manusia di
seluruh dunia, yang salah satu penyebabnya adalah pencemaran oleh sampah
plastik. Plastik yang mulai digunakan sejak 50 tahun yang lalu, kini telah menjadi
barang yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia.

Diperkirakan setiap orang menghabiskan 170 kantong plastik setiap


tahunnya. Lebih dari 17 milyar kantong plastik dibagikan secara gratis oleh
supermarket di seluruh dunia setiap tahunnya. Kantong plastik mulai marak
digunakan sejak masuknya supermarket di kota-kota besar.Oleh karena itu, perlu
adanya gerakan atau jalan keluar kreatif untuk mengatasi masalah sampah plastik
yang berbahaya bagi kehidupan manusia ini.

Berdasarkan data statistik persampahan di Indonesia oleh Kementerian


Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia tahun 2008, didapatkan bahwa
timbulan sampah yang dihasilkan diseluruh Indonesia sangatlah tinggi, yakni 38,
5 juta ton dalam setahun.

Estimasi Total Timbulan Sampah Seluruh Indonesia


Kleompok Timbulan Sampah
(Wilayah) (Juta ton/tahun)
Sumatera 8,7
Jawa 21,2
Balinusra 1,3
Kalimantan 2,3
Sumapapua 5,0
TOTAL 38,5

Sampah plastik merupakan sampah yang paling banyak kedua setelah


sampah dapur. Berdasarkan data statistik persampahan di Indonesia oleh
Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia tahun 2008, sampah
plastik menyumbang 14 % atau 5,4 juta ton dalam setahun. Hal ini sangat
berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia di seluruh Indonesia khususnya.

Estimasi Total Timbulan Sampah Berdasarkan Jenisnya

Jenis Sampah Jumlah Persentase


(Juta ton/tahun) (%)
Sampah dapur 22,4 58%
Sampah Plastik 5,4 14%
Sampah Kertas 3,6 9%
Sampah Kayu 1,4 4%
Sampah Kaca 0,7 2%
Sampah Karet/kulit 0,7 2%
Sampah Kain 0,7 2%
Sampah Metal 0,7 2%
Sampah Pasir 0,5 1%
Sampah Lainnya 2,3 6%
TOTAL 38,5 100%

Sampah plastik membutuhkan waktu 100 sampai 500 tahun untuk dapat
terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Plastik yang terurai partikel –
partikelnya akan mencemai tanah dan air. Sedangkan jika dibakar maka asap yang
dihasilkan akan beracun atau bersifat toksik, yang akan menimbulkan gangguan
dan penyakit pernapasan bagi yang menghirupnya. Selain itu, ada beberapa
dampak buruk lainnya, antara lain:

- Toksik dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan memunuh
hewan pengurai didalam tanah, seperti cacing
- PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang
maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai
makanan
- Sampah plastik akan mengganggu peresapan air didalam tanah
- Munurunkan kesuburan tanah, karena plastik menghalangi sirkulasi
udara didalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang
mampu menyuburkan tanah
- Sampah plastik menyumbat aliran air sungai sehingga sering terjadi
banjir
- Sampah plastik mengandung zat berbahaya bagi organisme atau hewan
di air sehingga menyebabkan kematian.
Alam yang indah, bersih, dan hijau merupakan dambaan bagi setiap umat
manusia. Keindahan akan menyenangkan pandangan mata yang senantiasa mata
akan dimanja olehnya. Kebersihan akan membawa kenyamanan bagi umat yang
merasakannya. Kehijauan akan memanjakan pandangan, merilekskan pikiran,
menyegarkan udara karena oksigen yang berhamburan dimana – mana, seta
menciptakan suasana lingkungan yang menyehatkan bagi tubuh manusia.

Alam kini sudah jauh dari pandangan yang diimpikan manusia. Banyak
sampah berserakan, banyak sampah yang menimbulkan bau yang tidak sedap,
menjadi sumber berbagai penyakit. Sampah yang dihasilkan oleh manusia
membawa dampak negative bagi manusia sendiri. Terutama sampah plastik yang
sangat sulit untuk diuraikan. Perlu adanya solusi untuk memecahkan masalah ini.

Solusi yang pernah dilakukan oleh beberapa instansi adalah pengurangan


konsumsi plastik. Dimana hal ini sudah dilakukan oleh beberapa negara, antara
lain, Filipina, Australia, Hongkong, Taiwan, Irlandia, Skotlandia, Prancis, Swedia,
Finlandia, Denmark, Jerman, Swiss, Tanzania, Bangladesh, dan Afrika Selatan.
Singapura, sejak April 2007 berlangsung kampanye ‘Bring Your Own Bag’ (bawa
langsung kantong anda sendiri), digelar oleh The National Environment Agency
(NEA). Dan Pemerintahan China juga telah mengeluarkan rancangan undang-
undang (RUU) mengatasi kantong plastik. Dan reaksi yang telah disiapkan antara
lain pelarangan penggunaan tas plastik di Departement Store.Para pembeli akan
dikenakan bayaran untuk kantong plastik dan akan diberlakukan standardisasi
produksi tas plastik.

Selain itu, Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) ITB pernah


menjalankan kampanye untuk ‘memusuhi’ kantong plastik, seperti yang dilakukan
oleh Negara Singapura. HMTL berupaya membangun komunitas yang benar-
benar sadar akan bahaya penggunaan plastik secara berlebihan. Acara “Plastik
Phobia” yang merupakan rangkaian dari “Anti Plastik Campaign Bag” atau
Kampanye Anti Kantong Plastik itu diwarnai oleh “happening art” dan aksi seni
instalasi dari mahasiswa Design Grafis ITB. Akan tetapi, solusi diatas kurang
efektif, karena hal itu akan berlangsung dengan baik jika adanya kesadaran yang
benar – benar dari pelakunya sendiri (manusia) dan juga manusia selamanya akan
tetap bersentuhan dengan plastik, walaupun itu sedikit. Sedikit – sedikit lama –
lama akan menjadi bukit. Maka diperlukan solusi kreatif yang lebih inovatif dan
dapat membawa kesan inspiratif serta dengan pelaksanaan yang proaktif.

Solusi kreatif yang inovatif untuk mengatasi pencemaran oleh sampah


plastik ini adalah dengan memanfaatkan plastik – plastik sebgai bahan dasar
pembuatan bahan bakar. Hal ini dilakukan dengan metode pirolisis, yaitu suatu
metode pemutusan ikatan polimer pada plastik (fraksinasi). Pirolisis dilakukan
pada ruang hampa udara dan pemanasan tanpa menggunakan oksigen. Dimana
suhu yang diperlukan untuk memutus ikatan – ikatan polimer pada plastik adalah
800oC. Limbah plastik melalui proses pirolisis mampu diubah menjadi feedstock
petrokimia seperti nafta, liquid dan wax seperti hidrokarbon dan gas serta minyak
dasar untuk pelumas. Hasil – hasil tersebut dapat digunakan untuk bahan dasar
pembuatan bahan bakar, seperti, bensin dan solar.

Teknik pirolisis telah digunakan sejak awal tahun 1930 di Jerman untuk
peningkatan residu hidrogenasi yang diperoleh dari pencairan/pelelehan batubara.
Keunggulan nyata dari pirolisis dibandingkan dengan pembakaran (incineration),
yaitu dapat mereduksi gas buang hingga 20 kali. Disisi lain, produk pirolisis dapat
dimanfaatkan lebih fleksibel dan penanganannya lebih mudah. Proses pirolisis
sampah plastik merupakan teknologi konversi termokimia yang masih perlu
dikembangkan. Selain itu, keterbatasan data-data kinetik untuk penentuan
persamaan laju termal dekomposisi secara menyeluruh. Data - data itu diperlukan
untuk rancang bangun reaktor pirolisis.

Sistem kerja dari pirolisis adalah sampah plastik dimasukkan dalam suatu
wadah dan dipanaskan di atas suhu leburnya sehingga berubah jadi uap. Proses
pemanasan ini menyebabkan perekahan pada molekul polimer plastik menjadi
potongan molekul yang lebih pendek. Uap dari pemanasan disalurkan melalui
pipa, didalam pipa di kondensasi untuk diubah menjadi cairan. Cairan yang
dihasilkan jadi bahan dasar minyak atau minyak mentah. Dengan destilasi ulang
menggunakan temperatur berbeda, yakni mengacu pada titik uap, minyak mentah
diproses menjadi premium atau solar.
Konsep dasarnya mengambil unsur karbon (C) dari polimer penyusun
plastik. Polimer tersusun dari hidrokarbon, yakni rangkaian antara atom karbon
(CO2) dan hidrogen (H2O). Untuk menghasilkan premium perlu rantai
hidrokarbon dengan molekul lebih pendek, yakni C6-C10. Untuk menghasilkan
minyak tanah dan solar perlu rantai hidrokarbon dengan molekul lebih panjang,
yakni C11–C15 (minyak tanah) dan C16-C20 (solar). Pada proses akhir
perlu refinery, yakni pengolahan bahan baku minyak menjadi minyak siap
digunakan. Caranya, dengan mencuci, penambahan aditif, mereduksi kandungan
gum atau zat beracun, dan mengklasifikasikan atau mengelompokkan berdasarkan
panjang rantai hidrokarbon.

Kekurangan metode pirolisis adalah penggunaan suhu yang cukup tinggi


pada proses pemanasan limbah plastik. Diperlukan zat atau bahan tambahan agar
dapat mengurangi suhu yang terlalu tinggi selama proses pirolisis. Suhu umum
pirolisis adalah 800oC, suhu ini sangat tinggi. Oleh karena itu, salah satu solusinya
adalah dengan menambahkan asam kuat ke dalam plastik sebelum pemanasan
dilakukan, misalnya saja adalah Asam Klorida (HCL). Dengan panambahan HCL
ini maka, susunan atau ikatan polimer dalam limbah plastik akan terurai sedikit
sebelum dimasukkan dalam alat pirolisis. Dengan begitu suhu yang harus
digunakan selama proses pemanasan dalam pirolisis tidaklah terlalu tinggi.
Penambahan HCL yang dapat menurunkan suhu dalam proses pemanasan.
Dengan begitu suhu yang diperlukan dalam proses pemanasan pirolisis tidak
mencapai 800oC.

Melalui metode pirolisis didapatkan bahan bakar alternative. Selain bahan


bakar alternative, hidup sehat pun dapat terealisasikan. Karena dengan metode ini
sampah – sampah atau limbah plastik yang ada di lingkungan sekitar dapat
menjadi sumber energy alternative. Sehingga, lingkungan menjadi bersih sehat
dan nyaman. Hidup yang diimpikan manusia dapat terealisasikan, dan Indonesia
akan menjadi negara yang bersih, hijau, indah, dan sehat.

Anda mungkin juga menyukai