VOLUME SAMPAH
Sampah akan menjadi tumpukan yang semakin tidak terbendung akibat jumlah konsumsi
manusia semakin meningkat, Data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan total jumlah
sampah di Indonesia mencapai 187,2 juta ton/tahun (Effendi, 2017). Tempat pembuangan sampah
terpadu (TPST) akan kesulitan mengimbangi peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan.
Adapun distribusi dari sampah organic dan anorganik adalah sebagai berikut :
Organik (sisa makanan dan tumbuhan) = 60%
Logam, karet, kain dan kaca = 17%
Kertas = 9%
Plastic = 14%
PENGELOLAHAN SAMPAH
Data dari kementrian lingkungan hidup dan pekerjaan umum tahun 2014, pengelolahan
sampah dilakukan dengan cara diangkut dan ditimbun sebesar 68%, dikubur sebesar 9%, diolah
jadi kompos dan daur ulang sebesar 6%, diibakar sebesar 5% dan tidak dikelolah sebesar 7%.
Pengelolahan sampah 3R berbasis masyarakat adalah paradigma baru dalam mengelolah
sampah. Paradigma ini ditekankan pada metode pengurangan volume sampah lebih arif dan
ramah lingkungan. Yang dimaksud dengan 3R adalah reduce, recovery dan recycle. Reduce,
adalah pengurangan jumlah sampah atau meminimalisir jumlah barang yang digunakan.
Recovery merupakan pengambilan komponen sampah yang masih bisa digunakan seperti aki
bekas yang di ambil timah hitamnya. Recycle, yaitu mengolah barang yang tidak terpakai
menjadi baru sehingga bisa digunakan kembali seperti pengomposan, pembuatan batako dan
briket.
Metode pengolahan sampah ada 2, yaitu metode yang menitikberatkan pada penggunaan
bahan dan metode yang menitikberatkan pada perolehan energi (Widyatmoko dan Moerdjoko,
2002). Metode yang menitikberatkan pada penggunaan bahan seperti pemilahan dan
pengomposan. Sedangkan metode yang menitikberatkan pada perolehan energi seperti
insenerator, pryolisis, dan sampah sebagai bahan bakar.
Insinersi efektif mengurangi 85% berat sampah dan 96% volume sampah. Hasil dari insinersi
adalah panas yang memiliki potensi besar menjadi sumper pembangkit listrik tenaga sampah.
Dikutip pada laporan Greenpeace pada tahun 2011, bahwa masyarakat yang tinggal dekat
insinerator berpotensi terkena bahan kimia berbahaya melalui udara yang tercemar atau hasil
pertanian (sayuran, telur dan susu) yang terkontaminasi. Semua porses pembakaran sampah ini
menghasilkan dioxin yang berkarakteristik persisten, bioakumulatif, dan karsinogen, terutama
jika sampah yang dibakar menagndung chlorine.
Plasma grasifikasi yaitu memanaskan sampah tanpa pembakaran, tetapi berupa pemanfaatan
lecutan listrik untuk mengurai kandungan organik dan anorganik dalam sampah. Plasma
grasfikasi akan menghasilkan CO,H2, dan CO2 atau lebih populer dengan sebutan syngas
sekaligus uap yang dapat diarahkan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik. Grasifikasi
plasma dapat mengolah berbagai jenis limbah berbahaya termasuk limbah medis dan racun
namun, sayangnya selain syngas dan uap proses plasma granifikasi tidak menghasilkan energi
lainnya.
Biogas adalah pengolahan limbah kotoran ,yang didominasi oleh kotoran hewan, dengan
menggunakan mikroorganisme dan tempat kedap udara. Hasil dari proses penguraian anaerobik
akan menghasilkan biogas yang dapat membantu industri rumah tangga kecil.
Pirolisis adalah proses pemanasan bertahap tanpa udara yang lebih difokuskan untuk mengolah
sampah plastik dan menkonversikannya menjadi bahan bakar diesel.
Lingkungan Hidup. (2015, November 24). Sumber Pencemaran Laut Di Indonesia dan Dampaknya.
Retrieved from https://lingkunganhidup.co/pencemaran-laut-di-indonesia-dan-
dampaknya